fiqh zakat materi 4 : sejarah pengelolaan zakat

Post on 24-Jun-2015

4.059 Views

Category:

Education

11 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

FIQH ZAKAT

Pertemuan Keempat Materi : Sejarah Pengelolaan Zakat

Ahmad Harisul Miftah

Indikator hasil belajar Menguraikan sejarah zakat

sebelum Islam

Mendeskripsikan

pengelolaan zakat pada

masa Rasulullah Saw.

Menerangkan pengelolaan

zakat pada masa

Khulafau’rrasyidin

1

2

3

Menerangkan pengelolaan

zakat di Indonesia 3

Sejarah Zakat Sebelum Islam

Zakat sebenarnya sudah dikenal dalam syari’at nabi-nabi

terdahulu, seperti Nabi Musa AS, namun hanya dikenakan

pada kekayaan berupa ternak seperti sapi, kambing, dan

unta. Zakat yang wajib dikeluarkan adalah 10% dari nisab

yang ditentukan

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para

sejarawan mengenai waktu pensyari’atan zakat.

Zakat N abi masa

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para

sejarawan mengenai waktu pensyari’atan zakat.

Zakat N abi masa

Ada yang mengatakan tahun kedua hijriah

Ada yang mengatakan tahun ketiga hijriah

Yang jelas,

Nabi Muhammad Saw. menerima perintah zakat setelah beliau

hijrah ke Madinah

Zakat N abi masa

Zakat di Mekkah adalah zakat yang tidak

ditentukan batas dan besarannya, tetapi

diserahkan pada rasa iman, kemurahan

hati, dan perasaan tanggungjawab seseorang dengan sesama orang beriman.

Zakat Masa Khulafaurrasyidin

Abu Bakar ash-Shiddiq

Umar bin al-Khattab

Usman bin Affan

Ali bin Abi Thalib

Zakat Masa Khulafaurrasyidin

Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar tidak punya kesempatan cukup luas untuk menata

pemerintahan dengan baik karena munculnya masalah-masalah serius seperti adanya nabi palsu & penolakan membayar zakat

Adanya sanksi massal atas penolakan membayar zakat, yakni diperangi oleh negara dengan keras.

Zakat Masa Khulafaurrasyidin

Umar bin al-Khattab

Tingkat kemakmuran negara cukup tinggi karena berhasil memaksimalkan potensi baitul mal (bahkan penerimaan

baitul mal mencapai 18 juta dirham.

Pendapatan negara lain yang dioptimalkan yakni zakat, usyr, kharaj, jizyah, dan sebagainya

Zakat Masa Khulafaurrasyidin

Usman bin Affan

Puncak kemajuan administrasi pengelolaan zakat dengan terobosan-terobosan seperti tugas menghitung zakat

yang diserahkan kepada amil zakat, pengangkatan Zaid bin Tsabit sebagai penanggungjawab Baitul Mal .

Kebijakan Usman lain yang terkenal adalah pengelolaan harta dhahir dan harta bathin

Harta dhahir adalah harta

yang dimungkinkan

mengetahui dan

menghitungnya oleh orang

yang bukan pemiliknya.

Seperti : harta hasil

pertanian dan hewan

ternak

Harta bathin adalah harta

yang hanya diketahui dan

dihitung oleh pemiliknya

saja. Seperti : harta berupa uang dan harta

perdagangan

Harta dhahir dipungut dan dikelola oleh negara.

Sedangkan untuk harta bathin tidak termasuk zakat

harta yang dipungut negara.

Zakat Masa Khulafaurrasyidin

Ali bin Abi Thalib

Ali terkenal sangat sederhana, secara sukarela menarik diri

dari daftar penerima dana bantuan Baitul Mal. Bahkan ia menyumbang 5000 dirham ke Baitul Mal setiap tahunnya.

Ali terkenal sangat ketat menjalankan keuangan negara.

Meskipun di masa pemerintahannya terjadi kekacauan politik, namun ia tetap mampu mengatur sistem kolektif pengumpulan dan pembagian zakat.

Sejarah pengelolaan zakat d i I ndones ia

Sebelum Kemerdekaan

Pengelolaan zakat sudah ada sejak Islam masuk ke

wilayah nusantara, hanya saja belum terpola rapi.

Snouck Hurgronje (1857 – 1936), Ahli keislaman Belanda yang bertugas sebagai penasehat urusan pribumi dan Islam pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 – 1906.

Zakat mal, zakat fitrah, sedekah, serta

sumbangan-sumbangan keagamaan

lain sudah melembaga dalam masyarakat.

Snouck Hurgronje (1857 – 1936), Ahli keislaman Belanda yang bertugas sebagai penasehat urusan pribumi dan Islam pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 – 1906.

Penekanan terhadap kewajiban zakat

dan benda yang dikeluarkan zakatnya

berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.

Snouck Hurgronje (1857 – 1936), Ahli keislaman Belanda yang bertugas sebagai penasehat urusan pribumi dan Islam pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 – 1906.

Misalnya zakat ternak tidak pernah

ditarik di Jawa dan Madura. Di

Priangan, zakat pertanian begitu ditekankan, tetapi tidak di

pulau jawa. Zakat mal tidak

banyak ditemukan di Jawa, tetapi

tradisi pembagian zakat mal terjadi di

Madura secara besar-besaran.

Snouck Hurgronje (1857 – 1936), Ahli keislaman Belanda yang bertugas sebagai penasehat urusan pribumi dan Islam pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 – 1906.

Di jawa, zakat disalurkan tanpa

aturan yang jelas. Sebagian penduduk

memberikan fitrah anaknya yang

masih kecil ke dukun beranak. Atau jika

anaknya sudah mengaji, diserahkan

kepada guru ngajinya. Untuk orang

dewasa, zakat diberikan kepada

lebai (orang yang biasa

membacakan doa), modin, amil, kiai, penghulu.

Snouck Hurgronje (1857 – 1936), Ahli keislaman Belanda yang bertugas sebagai penasehat urusan pribumi dan Islam pemerintah kolonial Belanda tahun 1899 – 1906.

Di priangan, pengelolaan zakat

diatur dengan baik. Zakat fitrah dan

mal dikumpulkan kiai. Setelah

dipotong sekedarnya untuk mereka,

kemudian zakat tersebut diserahkan

kepada penghulu kecamatan dan

kewedanaan. Setelah dipotong

sekedarnya oleh penghulu

kewedanaan, zakat diserahkan kepada

penghulu afdeeling.

Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Tentang pengelolaan zakat

Tahun 1905 terbit peraturan Pemerintah Hindia

Belanda No. 6200 yang melarang pejabat-

pejabat pribumi atau priyayi turut campur

dalam urusan zakat. Moh Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Pajak. (Jakarta: UI Press, 1988)

Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Tentang pengelolaan zakat

Dibentuk MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang

salah satu fungsinya adalah mengelola zakat oleh

negara. MIAI kemudian mendirikan baitul mal

tahun 1943 di beberapa kota di Jawa.

Setelah kemerdekaan Pengelolaan Zakat

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, lahir peraturan tentang zakat untuk pertama kalinya yang dikeluarkan yang mengatur aturan bahwa pemerintah tidak mencampuri pengelolaan zakat fitrah dalam hal pungutan dan pembagiannya. (Surat Edaran No. A/VVII/17367 tanggal 8 Desember 1951)

Masa Orde Baru

Pengelolaan Zakat

Setelah reformasi

MASA ORDE BARU

Persoalan zakat berkaitan dengan perkembangan sosial politik di

Indonesia

Presiden Soeharto menyerukan pengumpulan zakat secara besar-

besaran dan menghimbau umat Islam untuk mengamalkan ibadah

zakat secara konkret untuk kemajuan umat Islam dan

masyarakat Indonesia

Pidato pada Seminar tentang Zakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Riset dan Workshop Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Jakarta (1968)

Seruan yang sama juga diulang kembali pada momentum

peringatan Isra’ dan Mi’raj tanggal 26 Oktober 1968

MASA ORDE BARU

Seruan-seruan Presiden tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan

keluarnya Surat Perintah Presiden

Nomer 07/ Prin / 10 / 1968 tanggal 31 Oktober 1968 yang memerintahkan Alamsyah

Ratuperwiranegara, Azwar Hamid, dan Ali Afandi untuk

membantu Presiden dalam administrasi penerimaan

zakat

MASA ORDE BARU

Surat Perintah Presiden tersebut juga diperkuat oleh Peraturan

Menteri Agama (PMA) No. 4 tahun 1968 tentang

pembentukan Badan Amil Zakat dan dilengkapi dengan Instruksi Menteri Agama No. 16

tahun 1968 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Penjelasan tentang

PMA no. 4 tahun 1968.

Seruan, surat edaran Presiden, dan peraturan Menteri Agama tentang zakat tersebut kemudian mendorong daerah-daerah memprakarsai terbentuknya Badan Amil Zakat di daerah-daerah, seperti DKI Jakarta (BAZIS), Jawa Timur (BAZ), Sulawesi Selatan (BAMILZA), dan Aceh (Badan Harta Agama/BHA)

top related