faktor-faktor yang mempengaruhi volume …repository.ub.ac.id/12370/1/siti robiatul...
Post on 23-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN
PUPUK UREA NON-SUBSIDI
(Kasus di PT Pupuk Kaltim)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2018
Oleh
SITI ROBIATUL ATDAWIYAH
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME PENJUALAN
UREA NON-SUBSIDI
(Kasus di PT PUPUK KALTIM)
Oleh:
Siti Robiatul Atdawiyah
145040100111063
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2018
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan penelitian
saya sendiri, dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak pernah
diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2018
Siti Robiatul Atdawiyah
i
RINGKASAN
Siti Robiatul Atdawiyah. 145040100111063. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Volume Penjualan Urea Non-Subsidi (Studi kasus di PT Pupuk
Kaltim). Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Abdul Wahib Muhaimin, MS.
Keadaan volume penjualan pupuk urea bersifat fluktuatif yang diikuti
dengan kenaikan permintaan dan berubahnya pola sifat pembelian petani yang
mulai melirik urea non-subsidi sebagai alternatif pupuk yang selalu tersedia di
pasaran membuat PT Pupuk Kaltim memerlukan strategi yang tepat agar produk
urea dapat terus terjual dengan baik dan dapat terus memberikan laba sesuai target.
Sebelum menentukan strategi mana yang tepat digunakan untuk meningkatkan dan
menstabilkan volume penjualan urea, perusahaan perlu menganalisis faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi dan seberapa besar pengaruhnya terhadap penawaran
produk atau volume penjualan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Mendeskripsikan kondisi aktual produksi, penetapan harga, promosi, distribusi, dan
penjualan yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim. (2) Menganalisis pengaruh biaya
produksi, promosi, distribusi yang dikeluarkan dan penetapan harga terhadap
volume penjualan urea PT Pupuk Kaltim.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Explanatory dengan pendekatan secara kuantitatif. Penelitian dilakukan di Kantor
Pusat PT Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan Timur. Jenis data yang digunakan
adalah data sekunder yang berbentuk time series dalam periode sepuluh tahun
terakhir. Wawancara dengan key informan juga dilakukan untuk mendukung dan
memperkuat data yang telah didapatkan sebelumnya. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif berupa analisis regresi berganda,
uji f, dan uji t.
Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa produk urea non-subsidi
dibagi dalam dua klasifikasi yaitu prill dan granul, dipasarkan dengan merek “Daun
Buah”, dijual dalam dua bentuk kemasan yaitu in bag dan curah, serta dikirim
melalui dua pilihan pengiriman yaitu FOB/FOT dan CIF/CFR. Harga yang
ditetapkan untuk produk urea berdasarkan harga pokok produksi yang dikeluarkan
ditambah dengan margin yang diharapkan dan pajak serta harga impor barang
sejenis. Promosi yang dilakukan meliputi media cetak, elektronik, pameran,
personal selling serta kegiatan langsung ke lahan seperti demplot. Penjualan dan
distribusi urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim mencangkup seluruh
wilayah Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, keempat
variabel independen secara bersamaan memiliki pengaruh signifikan terhadap
volume penjualan, sedangkan secara individu faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap perubahan volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim
adalah biaya promosi dan biaya distribusi, yaitu setiap penambahan satu juta rupiah
biaya promosi dapat menambah 23,008 ton dan penambahan pada biaya distribusi
dapat menambah 0,456 ton volume penjualan. Variabel independen dalam model
telah mewakili 88,8% faktor yang mempengaruhi volume penjualan urea non-
subsidi. PT Pupuk Kaltim perlu mengembangkan strategi promosi dan
memperbaiki serta mengembangkan sistem distribusi yang sudah ada dengan
menciptakan strategi-strategi baru sebagai upaya peningkatan efisiensi sistem dan
meningkatkan volume penjualan urea non-subsidi dalam negeri.
ii
SUMMARY
Siti Robiatul Atdawiyah. 145040100111063. Analysis Factors Influencing Urea
Non-PSO Sales Volume (Study Case at PT Pupuk Kaltim). Supervisor Dr. Ir. Abdul
Wahib Muhaimin, MS.
The urea fertilizer sales volume is fluctuating followed by an increase in
demand and a change in the nature of the purchase pattern of farmers who are
starting to look for non-subsidized urea. That is the reason why PT Pupuk Kaltim
need the suitable strategy for making the product can be producted efectifly. For
determining which strategy is right to be used to improve and stabilize urea sales
volumes, companies need to analyze what factors influence and how much that
factors influencing their product offerings or sales volume. The purpose of this
research are (1) Describe the actual conditions of production, pricing, promotion,
distribution, and sales conducted by PT Pupuk Kaltim. (2) Analyzing the effect of
production costs, promotion, distribution issued and pricing on the sales volume of
Urea inPT Pupuk Kaltim.
The type of research used in this study is Explanatory Research with the
quantitative approach. The explanatory research tried to explain and prove the
influence between these variables. The study was conducted at the Head Office of
PT Pupuk Kaltim, Bontang, East Kalimantan. The type of data is secondary data in
time series on the last ten years. Interviews with key informants were also
conducted to support and strengthen data that had been obtained previously. The
analytical tool used is descriptive analysis and quantitative analysis with multiple
regression analysis, f test, and t.
Non-subsidized urea products are divided into two classifications, namely
prill and granule, marketed under the "Daun Buah" brand, sold in two packaging
forms, namely in bag and bulk, and shipped via two shipping options, namely FOB
/ FOT and CIF / CFR. The prices set for urea products are based on the cost of
goods sold, plus the expected margins and taxes and the prices of imports of similar
goods. The promotions included print, electronic and more to exhibitions, personal
selling and direct activities to the land such as demonstration plots. Domestic sales
and distribution of non-subsidized urea PT Pupuk Kaltim covers all regions of
Indonesia. Based on the results of multiple linear regression analysis, the four
independent variables in the form of production costs, prices, promotional costs and
distribution costs simultaneously have a significant effect on sales volume, while
individually the factors that significantly influence changes in non-subsidized urea
sales volume of PT Pupuk Kaltim is a promotion fee and distribution fee, that is,
every additional one million rupiahs the promotion fee can add 23,008 tons and
each additional one million rupiahs the distribution fee can add 0.456 tons of non-
subsidized urea sales volume. Independent variables in this model have represented
88.8% of the factors that affect the sales volume of non-subsidized urea, while the
rest is influenced by factors outside of research. Finally, the factor that dominates
or gives the biggest significant influence is the cost of promotion. PT Pupuk Kaltim
needs to develop and continue to improve the existing distribution system by
creating new strategies in an effort to increase system efficiency and increase sales
volume of non-subsidized domestic urea.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume Penjualan Produk Urea Non-
subsidi (Studi kasus di PT Pupuk Kaltim)” dengan tepat waktu tanpa halangan yang
berarti. Skripsi ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya untuk menyelesaikan studi
tahap Strata-1 (S1). Penulisan skripsi ini tidak hanya untuk memenuhi kewajiban
sebagai mahasiswa tetapi juga dapat menjadi motivasi dan persiapan bagi
mahasiswa untuk melanjutkan ke studi lebih tinggi atau dunia kerja yang berkaitan
dengan kepenulisan dan kegiatan Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu, penulis mengharapkan dari skripsi yang masih memiliki banyak
kekurangan, skripsi ini dapat dijadikan bahan referensi penelitian lanjutan yang
layak dan bermanfaat untuk banyak pihak. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka
dengan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Malang, Agustus 2018
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan dan besar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara yang merupakan anak dari
pasangan Ismali Suwarno dan Siti Khasanatin. Penulis memulai pendidikan di
taman kanak-kanak TK Utama 1, Ngentrong pada tahun 2002. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Gedangan 1 pada tahun 2002-
2005 dan pindah ke SD Negeri Sawo 2 pada tahun 2005-2008. Penulis
menyelesaikan sekolah menengah pertama di MTs Negeri Tulungagung pada tahun
2011 hingga kemudian lanjut ke jenjang sekolah menengah atas di SMA N 1
Boyolangu dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun kelulusan SMA tersebut
penulis kemudian langsung melanjutkan pendidikan ke Universitas Brawijaya
sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pertanian, program studi Agribisnis selama
empat tahun melalui jalur Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN................................................................................... i
SUMMARY...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP........................................................................ iv
DAFTAR ISI.................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................. ix
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................
1.4 Batasan Masalah........................................................................
1.5 Kegunaan Penelitian..................................................................
1
3
5
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 6
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................
2.2 Konsep Penjualan......................................................................
2.3 Konsep Pemasaran....................................................................
2.4 Produksi.....................................................................................
2.5 Harga.........................................................................................
2.6 Promosi......................................................................................
2.7 Distribusi...................................................................................
6
7
8
11
12
14
16
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN......................... 18
3.1 Kerangka Pemikiran..................................................................
3.2 Hipotesis....................................................................................
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel........................
18
21
21
IV. METODE PENELITIAN.................................................... 23
4.1 Pendekatan Penelitian...............................................................
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................
4.3 Teknik Pengumpulan Data........................................................
4.4 Teknik Analisis Data.................................................................
4.4.1 Analisis Deskriptif...........................................................
23
23
23
24
24
vi
4.4.2 Analisis Kuantitatif..........................................................
4.5 Pengujian Hipotesis...................................................................
25
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 30
5.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................
5.1.1 Sejarah Perusahaan..........................................................
5.1.2 Lokasi Perusahaan...........................................................
5.1.3 Visi dan Misi Perusahaan................................................
5.1.4 Kondisi Produksi, Tenaga Kerja dan Budaya Kerja........
5.1.5 Struktur Organisasi..........................................................
5.1.6 Produk-produk.................................................................
5.1.7 Proses Produksi Urea.......................................................
5.1.8 Wilayah Pemasaran Urea.................................................
5.2 Realisasi Penjualan dan Penerapan Marketing Mix pada
Urea Non-Subsidi...................................................................
5.2.1 Produk (Product).............................................................
5.2.2 Harga (Price)...................................................................
5.2.3 Promosi (Promotion).......................................................
5.2.4 Distribusi (Place).............................................................
A. FOB (Free On Boat) / FOT (Free On Truck)...............
B. CIF (Cost, Insurance and Freight) / CFR (Cost and
Freight)…......................................................................
5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume
Penjualan Urea Non-Subsidi...................................................
5.3.1 Uji Asumsi Klasik............................................................
5.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda.....................................
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2).......................................
5.3.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume
Penjualan.........................................................................
30
30
31
32
32
33
36
38
40
41
42
45
46
48
49
50
56
56
60
62
63
VI. PENUTUP................................................................................. 68
6.1 Kesimpulan................................................................................
6.2 Saran..........................................................................................
68
69
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 70
LAMPIRAN..................................................................................... 72
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel....................... 22
2 Milestone Pupuk Kaltim.......................................................... 30
3 Data Kapasitas produksi Urea PT Pupuk Kaltim 2016............ 33
4 Spesifikasi Produk Urea Non-subsidi...................................... 43
5 Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test .......... 58
6 Hasil Uji Multikolinieritas menggunakan VIF........................ 59
7 Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson....................... 60
8 Hasil Analisis Regresi Berganda............................................. 62
9 Hasil Uji Koefisien Determinasi.............................................. 64
10 Hasil Uji F............................................................................... 65
11 Hasil Uji t................................................................................ 66
12 Uji Dominan Variabel berdasarkan nilai Koefisien yang
Terstandarisasi......................................................................... 69
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1 Produk-produk PT Pupuk Kaltim............................................. 38
2 Realisasi Penjualan Urea Non-subsidi Dalam Negeri PT Pupuk
Kaltim............................................................................ 41
3 Kemasan Pupuk Urea Non-Subsidi 50 kg Dalam Negeri PT
Pupuk Kaltim............................................................................ 44
4 Sistem Pelabelan Kemasan Produk PT Pupuk Kaltim............. 45
5 Mekanisme Distribusi Produk berdasarkan Incoterms
2010.......................................................................................... 50
6 Uji Normalitas P-P Plot............................................................ 55
7 Diagram Scatter Plot Hasil Uji Heteroskedastisitas................. 60
ix
DAFTAR SKEMA
Nomor Halaman
Teks
1 Alur Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Volume Penjualan Urea Non-Subsidi....................................... 20
2 Struktur Organisasi PT Pupuk Kaltim...................................... 36
3 Alur Produksi Urea PT Pupuk Kaltim...................................... 40
4 Pola Saluran Distribusi Pupuk Urea Non-Subsidi Dalam
Negeri PT Pupuk Kaltim........................................................... 48
5 Aliran Informasi Prosedur Penjualan Pupuk Urea Non-Subsidi
Dalam Negeri............................................................................ 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1 Tabulasi Data Ringkasan Hasil Penelitian................................ 73
2 Hasil Uji Asumsi Klasik........................................................... 75
3 Hasil Analisis Regresi Berganda.............................................. 78
4 Dokumentasi Wawancara dengan Key Informan..................... 79
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pupuk urea di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Hal ini
dikarenakan pupuk urea merupakan komponen penting yang dibutuhkan hampir
disetiap bidang produksi, tidak hanya dibidang produksi pertanian, tetapi juga
peternakan, perikanan, maupun industri manufaktur lain seperti lem, plastik, dan
pestisida (APPI, 2017). Selain itu, menurut data Asosiasi Produsen Pupuk indonesia
(APPI) tahun 2016, kebutuhan pupuk urea non-PSO (Public Service Obligation)
atau biasa yg disebut dengan pupuk non-subsidi baik untuk sektor perkebunan
maupun industri terus meningkat. Pemerintah dan produsen pupuk urea dituntut
untuk mampu memenuhi permintaan dengan menyediakan pasokan yang cukup dan
penyaluran produk yang merata ke setiap daerah. Keadaan ini menyebabkan
volume penjualan urea yang dilakukan oleh perusahaan anggota Pupuk Indonesia
berfluktuatif dan cenderung meningkat mengikuti jumlah permintaan produk
(Kementerian Pertanian, 2017). Berdasarkan laporan proyeksi permintaan urea
domestik pada periode 2008-2017 yang diterbitkan oleh APPI diketahui bahwa total
permintaan urea terbesar berasal dari sektor perkebunan dan industri dengan total
permintaan sebesar 3,42 juta ton pada tahun 2008 dan terus meningkat hingga pada
tahun 2017 sebesar 5,69 juta ton urea (APPI, 2017). Peningkatan urea non-subsidi
tidak hanya terjadi pada sektor perkebunan dan industri namun juga terjadi di sektor
ritel, dimana sektor ini terdiri dari para petani yang memiliki kebutuhan pupuk yang
lebih banyak namun tidak terdaftar dalam daftar penerima bantuan subsidi.
Meningkatnya permintaan urea dari berbagai kalangan secara langsung
mempengaruhi jumlah produksi dan volume penjualan produk urea yang dihasilkan
oleh perusahaan. Pada tahun 2017 konsumsi urea meningkat tajam hingga menjadi
yang terbesar selama 10 tahun terakhir dengan realisasi konsumsi urea secara
keseluruhan mencapai 5,97 juta ton (APPI, 2017). Banyaknya petani yang beralih
dari pupuk urea subsidi ke pupuk urea non-subsidi atau non-PSO karena pupuk urea
non-PSO dinilai memiliki kualitas yang bagus dan tersedia lebih banyak di pasaran
menjadi salah satu faktor meningkatnya permintaan pupuk urea non-PSO di pasar
dalam negeri (Pedoman Bengkulu, 2018). Pernyataan tersebut juga didukung
dengan laporan dari PT Pupuk Indonesia Holding Company yang menjadi produsen
2
utama pupuk di Indonesia menyebutkan bahwa serapan urea Non-Subsidi pada
tahun 2017 meningkat (Rini, 2017).
PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) merupakan salah satu
perusahaan anggota Pupuk Indonesia yang memproduksi urea dan memasarkannya
ke seluruh wilayah Indonesia. Produsen urea terbesar di Indonesia dengan produksi
3,43 juta ton urea per tahun 2016 ini tidak hanya menyalurkan produk subsidi
namun juga memasarkan produk non subsidi (non-PSO). Pemasaran yang
dilakukan meliputi seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri. Pemasaran produk
urea non-PSO dalam negeri menjadi prioritas utama setelah penyaluran produk
subsidi selesai karena penjualan produk non-PSO ini memiliki pengaruh besar
dalam meningkatkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Berdasarkan keadaan volume penjualan yang bersifat fluktuatif dengan
diikuti kenaikan permintaan dan berubahnya pola sifat pembelian petani yang mulai
melirik urea non-subsidi sebagai alternatif pupuk yang selalu tersedia di pasaran,
perusahaan memerlukan strategi yang tepat agar produk urea dapat terus terjual
dengan baik dan dapat terus memberikan laba sesuai target. Sebelum menentukan
strategi mana yang tepat digunakan untuk meningkatkan dan menstabilkan volume
penjualan urea, perusahaan perlu menganalisis faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dan seberapa besar pengaruhnya terhadap volume penjualan.
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap volume penjualan diterapkan dalam banyak jenis kasus dan
produk yang sejenis, seperti Galih dan Purwohadi (2008) meneliti pengaruh strategi
bauran pemasaran (marketing mix) terhadap efektivitas volume penjualan sayuran
hidroponik; Rika Dwi (2015) meneliti terkait pengaruh biaya distribusi terhadap
jumlah penjualan pupuk PT Pertani cabang Bengkulu; dan Henri Saragih (2017)
yang meneliti terkait analisis faktor pendorong pemasaran ekspor dan pengaruhnya
terhadap peningkatan volume penjualan pada PTPN II Medan. Penelitian-penelitian
tersebut lebih banyak mengukur pengaruh dari salah satu variabel dalam strategi
pemasaran atau dengan komoditas pertanian yang lebih umum seperti pupuk secara
keseluruhan (urea, SP-36, ZA, NPK dll.), atau dengan komoditas pertanian diluar
pupuk seperti sayuran dan benih. Penelitian terkait analisis pengaruh faktor yang
3
mempengaruhi penjualan dengan volume penjualan produk pertanian yang lebih
spesifik seperti pupuk urea non-subsidi masih sangat jarang dilakukan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
kondisi faktual produksi, promosi, distribusi, dan penetapan harga sebagai faktor
yang mempengaruhi volume penjualan dan seberapa besar dan signifikan pengaruh
mereka terhadap peningkatan volume penjualan. Penulis mengharapkan dengan
adanya penelitian ini perusahaan dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dari
masing-masing faktor terhadap volume penjualan sehingga dapat menentukan
strategi pemasaran yang tepat dikemudian hari.
1.2 Rumusan Masalah
Pupuk Kalimantan Timur merupakan produsen urea terbesar di Indonesia
dengan jumlah produksi 3,43 juta per tahun 2016 dan sebagian besar produknya di
jual di Indonesia, yaitu sebesar 1,2 juta dijual dalam bentuk pupuk subsidi, 800 ribu
dalam bentuk pupuk non-subsidi, dan sisanya dijual ke luar negeri. Pemasaran
produk urea untuk kebutuhan yang lebih komersil atau non-PSO (non Public
Service Obligation) melayani konsumen di bidang yang lebih luas seperti
perkebunan, perikanan, peternakan, industri dan ritel. Besarnya kebutuhan urea dan
bertambahnya pasokan yang perlu dipenuhi untuk segmen produk non-PSO oleh
perusahaan mempengaruhi volume penjualan produk itu sendiri.
PT Pupuk Kaltim mampu memproduksi lebih banyak urea dibanding
perusahaan lain di Indonesia. Hal ini memberi peluang perusahaan untuk membidik
segmen konsumen yang lebih luas, tidak hanya melayani penjualan subsidi tetapi
juga segmen lain yang lebih luas dimana membutuhkan urea tidak hanya sebagai
pupuk tetapi sebagai bahan baku maupun bahan tambahan produk lain. Selain itu,
sebagai upaya memperluas jangkauan pemasaran, perusahaan telah menempatkan
banyak kantor pemasaran di berbagai daerah, melakukan banyak promosi baik
lewat media massa maupun sosialisasi dengan masyarakat, dan menetapkan harga
produk yang kompetitif dan sesuai dengan pasar. Strategi-strategi pemasaran yang
dilakukan tersebut berkaitan erat dengan realisasi penjualan produk urea non-
subsidi dalam negeri. Peningkatan penjualan produk urea merupakan tujuan utama
dari setiap pemasaran produk yang dilakukan oleh perusahaan, dengan
4
meningkatkan kinerja strategi-strategi pemasaran yang dilakukan, maka volume
penjualan juga dapat ditingkatkan.
Volume penjualan yang bersifat fluktuatif dan cenderung meningkat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Semakin
bertambahnya kebutuhan urea, kapasitas produksi pabrik yang besar, lokasi yang
strategis berada di pulau Kalimantan, banyaknya kegiatan promosi yang dilakukan,
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan urea selain harga dari
produk itu sendiri. Faktor-faktor tersebut sekaligus menjadi peluang dan potensi
yang dimiliki oleh perusahaan. Namun, potensi dan peluang tersebut tidak
dimanfaatkan dengan efisien. Selama ini perusahaan hanya menjual produk yang
diproduksi, melayani konsumen ketika terjadi permintaan tanpa ada kajian atau
strategi pemasaran lebih lanjut terkait bagaimana penjualan yang dilakukan bisa
menjadi lebih efektif dengan melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
secara signifikan dan dapat dikembangkan untuk kemajuan perusahaan dikemudian
hari.
Mengukur tingkat pengaruh faktor-faktor terhadap volume penjualan
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk membantu menentukan
strategi mana saja yang cocok dan perlu untuk ditingkatkan agar produksi maupun
pemasaran yang dilakukan dapat memberikan manfaat yang lebih dalam
peningkatan volume penjualan sehingga dapat memberikan laba yang optimal.
Penelitian ini juga ditujukan untuk meneliti variabel dependen berupa volume
penjualan selama kurun waktu 10 tahun terakhir dengan variabel independen
berupa biaya produksi, promosi, distribusi dan penetapan harga urea yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh perusahaan.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, rumusan pertanyaan yang perlu
dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi aktual produksi, promosi, distribusi, penetapan harga, dan
penjualan pupuk urea PT Pupuk Kaltim?
2. Bagaimana pengaruh biaya produksi, promosi, distribusi dan penetapan harga
terhadap volume penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim?
5
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kondisi aktual produksi, penetapan harga, promosi, distribusi
dan penjualan yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim.
2. Menganalisis pengaruh biaya produksi, promosi, distribusi yang dikeluarkan
dan penetapan harga terhadap volume penjualan urea PT Pupuk Kaltim
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah yang digunakan untuk mempermudah penyusunan
penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini dibatasi hanya pada produk urea non-subsidi dalam negeri PT
Pupuk Kalimantan Timur.
2. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor internal perusahaan yang
mempengaruhi volume penjualan urea non-subsidi.
3. Penelitian ini mendeskripsikan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi
penjualan berupa kondisi produksi, promosi, distribusi dan penetapan harga
yang diterapkan dalam pemasaran produk urea non-subsidi dalam negeri.
4. Penelitian ini menganalisis seberapa besar pengaruh yang diakibatkan oleh
biaya yang dikeluarkan dan penetapan harga dengan volume penjualan urea
non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh biaya marketing mix terhadap
volume penjualan urea ini diharapkan akan berguna untuk:
1. Perusahaan.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi penentuan kebijakan dan
evaluasi terkait strategi pemasaran baru dimasa mendatang.
2. Akademisi.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan wawasan dan bahan referensi
penelitian lain yang berkaitan dengan biaya marketing mix dan pengaruhnya
terhadap volume penjualan produk pupuk terutama urea.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Henri saragih (2017) memiliki
tujuan (1) mengetahui dan menganalisis faktor pendorong pemasaran ekspor yang
dilakukan dalam upaya peningkatan volume penjualan tembakau; (2) mengetahui
apakah pemasaran ekspor yang dilakukan sudah tepat. Metode analisis yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan alat analisis deskriptif dan regresi
linier sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa sebesar 68%
volume penjualan dipengaruhi oleh faktor pendorong yang merupakan komponen
dari marketing mix 4P dan sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar model; faktor
pendorong tersebut juga secara signifikan terbukti berpengaruh terhadap volume
penjualan tembakau. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada metode
penelitian yang digunakan, sedangkan perbedaan terjadi pada alat analisis yang
digunakan dan variabel independen yang digunakan, penelitian Henri menyebutkan
faktor pendorong dalam satu variabel independen.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian oleh Ika Septi Wulandari (2015)
yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh biaya produksi (bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan overhead pabrik) secara parsial maupun simultan terhadap hasil
penjualan pupuk petroganik. Metode analisis yang digunakan berupa metode
kuantitatif dengan alat analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
adalah biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik berpengaruh terhadap
hasil penjualan pupuk petroganik CV Ijo Ngawi. Persamaan yang dapat ditemukan
antar penelitian ini adalah metode dan alat analisis yang digunakan, sedangkan
perbedaan terjadi pada jumlah variabel yang digunakan dan tujuan penelitian.
Penelitian terdahulu lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Galih
Kusnawan dan Purwohadi Wijoyo (2008) yang bertujuan untuk mendeskripsikan
pengaruh strategi bauran pemasaran terhadap efektivitas volume penjualan sayuran
hidroponik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif dan kuantitatif inferensia. Alat analisis yang
digunakan berupa regresi linier berganda, dilengkapi dengan koefisien determinasi
(R2), Uji F, dan uji t. Hasilnya adalah diketahui bahwa biaya produk, penetapan
7
harga, biaya promosi, dan biaya distribusi berpengaruh secara signifikan terhadap
efektivitas volume penjualan. Variabel independen yang digunakan dalam model
berpengaruh sebesar 99,2% terhadap volume penjualan, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel diluar model. Persamaan antar penelitian ini terletak pada
metode penelitian yang digunakan, sedangkan perbedaan terjadi pada
produk/komoditas dan lokasi penelitian.
Penelitian lain yang sejenis adalah penelitian oleh Rika Dwi Yulihartika
(2015). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh antara Biaya
distribusi terhadap jumlah penjualan pupuk. Metode penelitian yang digunakan
adalah mix method atau kualitatif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan
berupa regresi linier sederhana dan analisis koefisien korelasi dengan metode
person product moment (r) serta uji t. hasil dari penelitian ini adalah diketahui
bahwa setiap penambahan biaya distribusi akan berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan volume penjualan pupuk. Persamaan dengan penelitian ini
adalah tujuan penelitian yang ingin dicapai, sedangkan perbedaan terletak pada
variabel independen, metode dan alat analisis yang digunakan.
Penelitian terdahulu yang serupa adalah penelitian yang dilakukan oleh T.S
Wahyu Prima Idrayana (2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh personal selling dan periklanan yang menjadi bagian dari strategi promosi
dalam marketing mix terhadap volume penjualan produk PT Darilis. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan alat analisis regresi
linier berganda yang dilengkapi dengan uji asumsi klasik, uji t, uji F dan koefisien
determinasi (R2). Hasil penelitian yatu diketahui bahwa variabel personal selling
berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan, variabel personal selling
dapat menjelaskan pengaruh sebesar 93,6% terhadap volume penjualan dan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Persamaan antar penelitian terjadi pada
tujuan yang ingin dicapai sedangkan perbedaan terjadi pada variabel independen
yang digunakan.
2.2 Konsep Penjualan
Kotler (2009) menjelaskan bahwa penjualan merupakan proses sosial yang
didalamnya baik individu maupun kelompok mendapatkan apa yang mereka
inginkan dengan menciptakan dan menawarkan secara bebas produk yang berasal
8
dari pihak lain. Sedangkan menurut Moekijat (2000) penjualan adalah suatu
kegiatan yang ditujukan untuk mencari, mempengaruhi, dan memberi petunjuk
pada pembeli dengan menyesuaikan antara kebutuhan dengan produksi yang
ditawarkan serta membuat perjanjian terkait harga yang disetujui oleh kedua belah
pihak. Kusnadi (2000) juga berpendapat bahwa penjualan adalah sejumlah uang
yang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual, dimana
penjualan terdiri dari dua macam yaitu penjualan kotor (Gross Sales) dan Penjualan
Bersih (Net Sales).
Menurut Basu Swastha (2004) tujuan dari diadakannya penjualan oleh
perusahaan yaitu mencapai volume penjualan, mendapatkan laba, dan menunjang
pertumbuhan perusahaan. Selain itu, menurut Basu Swastha dan Irawan (2008)
Aktivitas penjualan dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga menunjang aktivitas
perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan antara lain kondisi dan
kemampuan penjual (jenis dan karakteristik barang dan jasa yang ditawarkan, harga
produk, dan syarat penjualan), kondisi pasar, modal, kondisi organisasi perusahaan,
dan faktor-faktor lain (periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah dll.)
2.3 Konsep Pemasaran
Phillip Kotler (2009) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial
yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
menukarkan produk bernilai secara bebas ke pihak lain. Sedangkan manajemen
pemasaran berarti “seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan,
menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan
mengkomunikasikan nilai unggul pelanggan” (Kotler, 2009). Sofjan Assauri (2007)
mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai suatu kegiatan menganalisa,
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program-program yang dibuat
untuk membentuk, membangun, dan memelihara keuntungan dari pertukaran
melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan dalam
jangka panjang. Dalam konsep pemasaran tersebut Kotler dan Amstrong membagi
konsep-konsep inti dalam pemasaran dalam tujuh klasifikasi yaitu kebutuhan,
keinginan, permintaan, produk, pertukaran, transaksi, dan pasar. Penjelasan lebih
rinci sebagai berikut:
9
1. Kebutuhan.
Kebutuhan merupakan konsep pokok yang melandasi pemasaran. Menurut
Kotler, kebutuhan merupakan suatu keadaan yang dirasakan tidak ada dalam diri
seseorang atau dengan kata lain suatu keadaan merasa tidak memiliki kepuasan
dasar tertentu. Kebutuhan bersifat sangat kompleks diantaranya; kebutuhan fisik
pokok (sandang, pangan dan papan); kebutuhan social (keamanan, kasih sayang);
kebuthan pribadi (pengetahuan dan ekpresi diri). Jadi dapat dikatakan kebutuhan
tidak diciptakan oleh pemasar karena sudah merupakan kondisi manusiawi.
2. Keinginan
Keinginan merupakan kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan
kepribadian individu. Dengan berkembangnya masyarakat menyebabkan makin
meluasnya keinginan masyarakat, karena masyarakat di perhadapkan pada objek
yang semakin melimpah (barang dan jasa) yang membangkitkan minat serta hasrat
mereka.
3. Permintaan
Manusia mempunyai keinginan yang hampir tidak terbatas namun, sumber
daya mereka terbatas. Jadi kita memilih produk yang menghasilkan kepuasan
tertinggi sesuai jumlah uang yang ada. Keinginan konsumen berubah menjadi
permintaan serta didukung oleh daya beli, disini konsumen melihat produk
berdasarkan unsur “manfaat” sesuai dengan kondisi keuangan mereka.
4. Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat
(konsumen) untuk dimiliki, digunakan ataupun dikonsumsi sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik,
jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi dan ide. Produk secara konseptual
meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan serta jaminan sehingga memberi
suatu kepuasan bagi pelanggan.
5. Pertukaran.
Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh suatu objek yang diinginkan
dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Pertukaran dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk dan syarat-syarat untuk terjadinya suatu
pertukaran. Syaratnya yakni harus ada sedikitnya dua pihak, masing-masing pihak
10
harus mempunyai sesuatu yang bernilai bagi pihak lainnya, masing-masing pihak
bebas untuk menerima atau menolak tawaran pihak lainnya dan masing-masing
pihak harus mampu berkomunikasi. Jadi pertukaran dapat dikatakan menjadi nadi
kegiatan pemasaran.
6. Transaksi.
Transaksi adalah perdagangan nilai antara dua pihak. Ada transaksi yang
menggunakan uang dan ada yang tidak melibatkan uang (sistem barter). Dalam
transaksi ini, proses komunikasi dapat dipahami yang mana pemasar/produsen
merupakan komunikatornya dan komunikannya adalah konsumen. Produk menjadi
pesannya, komunikasi pemasaran adalah medianya, timbal baliknya adalah perilaku
pembelian ulang atau loyalitas produk (sistem keluhan konsumen). Sedangkan
noise terdiri dari produk yang cacat, kadaluarsa serta sulit didapat/terlambat sampai.
7. Pasar.
Menurut beberapa ahli pasar adalah tempat fisik dimana pembeli dan
penjual bertemu untuk menjual dan membeli barang. Pasar disebut juga dengan
sekumpulan penjual dan pembeli yang bertransaksi atas suatu produk atau kelas
produk tertentu (seperti pasar properti atau pasar produk pertanian) (Kotler dan
Keller, 2009). Masih menurut Kotler, selain berbentuk fisik, pasar juga sering
digunakan oleh pemasar sebagai istilah dari segmen konsumen.
Sofjan Assauri (1987) mengklasifikasikan fungsi-fungsi pemasaran atas
tiga fungsi dasar yaitu; fungsi transaksi/transfer meliputi : pembelian dan penjualan;
fungsi supply fisik (pengangkutan dan penggudangan atau penyimpanan); dan
fungsi penunjang (penjagaan, standarisasi dan grading, financing, penanggungan
resiko dan informasi pasar).
1. Fungsi Pembelian
Fungsi yang mengikuti aktivitas-aktivitas mencari dan mengumpulkan barang-
barang yang di perlukan sebagai persediaan memenuhi kebutuhan konsumen.
Fungsi ini pada dasarnya merupakan proses atau kegiatan mencari penjual dan
merupakan timbal balik dari kegiatan penjualan, maka sangat perlu dipahami
kegiatan apa saja yang dapat mengakibatkan orang melakukan pembelian.
11
2. Fungsi Penjualan
Mencakup aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mencari calon pembeli produk
yang ditawarkan dengan harapan dapat menguntungkan. Kegiatan penjualan
merupakan lawan dari pembelian. Pembelian tidak akan terjadi tanpa penjualan
demikian pun sebaliknya.
3. Fungsi Pengangkutan
Proses pendistribusian atau pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Baik dari produsen ke konsumen maupun dari produsen ke lembaga-lembaga
lain yang terlibat.
4. Fungsi Pergudangan
Fungsi penyimpanan produk yang dibeli sebagai persediaan agar terhindar dari
resiko kerusakan maupun resiko lainnya.
5. Fungsi Informasi Pasar
Fungsi ini memberikan informasi tentang situasi perdagangan pada umumnya yang
berhubungan dengan produk, harga yang diinginkan konsumen dan situasi pasar
secara menyeluruh. Menurut Sofjan Assauri (1987) yang dimaksudkan dengan
informasi adalah keterangan baik berupa data atau fakta maupun hasil analisa,
pertimbangan atau pandangan dari yang menyampaikan mengenai kondisi yang
berkaitan dengan kebutuhan dalam pengambilan keputusan.
2.4 Tinjauan tentang Produksi
Menurut menurut Assauri (1999) produksi adalah suatu bentuk kegiatan
atau proses yang mentransformasikan input (masukan) menjadi output (keluaran)
dengan menciptakan atau menambah kegunaan barang dan jasa. Sedangkan
menurut Sumiarti (1987) produksi adalah kegiatan dalam menciptakan atau
menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan
faktor-faktor produksi. Heizer dan Render (2005) juga menjelaskan definisi
produksi secara singkat yaitu produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa.
Dalam proses produksi produk, perusahaan melakukan pengorbanan
sumber ekonomi berupa uang untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan
akan memberi manfaat atau laba yang lebih di masa mendatang. Pengorbanan ini
disebut dengan biaya. Terdapat beberapa klasifikasi biaya yang berdasarkan
hubungannya terhadap elemen produksi yaitu: (1) Biaya yang berhubungan dengan
12
produk; (2) biaya yang berhubungan dengan volume; (3) biaya yang berhubungan
dengan departemen produksi; (4) biaya yang berhubungan dengan periode waktu;
(5) biaya yang berhubungan dengan pengambilan keputusan (Bastian & Nurlela,
2010). Aspek biaya produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya
produksi yang berhubungan dengan produk. Berikut adalah macam-macam biaya
yang dikeluarkan dan berhubungan dengan produk (Riwayadi, 2016):
a. Biaya bahan baku langsung. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku, dimana merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari produk itu sendiri.
b. Biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memenuhi hak tenaga kerja yang berperan langsung dalam
setiap tahapan produk mulai dari produksi hingga pemasaran.
c. Biaya overhead pabrik. Biaya ini merupakan biaya beban yang dikeluarkan
diluar bahan baku dan tenaga kerja langsung, biasanya biaya ini mencangkup
pengeluaran-pengeluaran tak terduga.
2.5 Tinjauan Tentang Harga
Harga, nilai dan faedah (utility) merupakan konsep-konsep yang sangat
berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk yang dapat memuaskan kebutuhan.
Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk
dapat menarik barang lain dalam pertukaran. Dalam perekonomian kita sekarang
ini untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu produk kita
menggunakan uang, bukan sistem barter. Jumlah uang yang digunakan didalam
pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang. Harga adalah
satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepimilikan atau pengguna suatu barang dan jasa
(Tjiptono, 2000).
Tujuan dari penetapan harga berasal dari perusahaan itu sendiri yang selalu
berusaha setepat mungkin. Sehingga perlu meninjau apakah yang menjadi tujuan
bagi penjual dalam menetapkan harga produknya. Tujuan-tujuan tersebut adalah
meningkatkan penjualan, mempertahankan dan memperbaiki market share,
stabilitas harga, mencapai target pengembalian investasi dan mencari laba
maksimum (Basu Swastha dan Irawan, 2008).
13
Jika tujuan penetapan harga sudah ditentukan, maka manajemen dapat
mengalihkan perhatian pada prosedur penentuan harga barang atau jasa. Prosedur
penentuan harga yang dipakai meliputi enam tahap ditawarkan, yaitu:
1. Mengestimasikan permintaan untuk barang tersebut
Pada tahap pertama ini, penjual membuat estimasi permintaan
barangnya secara total. Hal ini lebih mudah dilakukan terhadap permintaan
barang yang ada dibandingkan dengan permintaan barang baru. Pengestimasian
perrnintaan tersebut dapat dilakukan dengan :
a) Menentukan harga yang diharapkan (expected price), yaitu harga yang
diharapkan dapat diterima oleh konsumen
b) Mengestimasikan volume penjualan pada berbagai tingkat harga.
Mengestimasikan volume penjualan pada berbagai tingkat harga yang berbeda
penting dalam hubungannya dengan penentuan break-even point.
2. Mengetahui lebih dulu reaksi dalam persaingan
Kondisi persaingan sangat mempengaruhi kebijaksanaan penentuan
harga bagi perusahaan atau penjual, oleh karena itu penjual perlu mengetahui
reaksi persaingan yang terjadi dipasar mengetahui reaksi persaingan yang
terjadi di pasar serta sumber-sumber penyebabnya. Adapun sumber-sumber
persaingan yang ada dapat berasal dari barang sejenis yang dihasilkan oleh
perusahaan lain, barang pengganti atau subtitusi, dan barang lain yang dibuat
oleh perusahaan lain dan sama-sama menginginkan konsumen.
3. Menentukan Market Share yang dapat diharapkan
Perusahaan yang agresif selalu menginginkan market share yang lebih
besar. Kadang-kadang, perluasan market share harus dilakukan dengan
mengadakan periklanan dan bentuk lain dan persaingan bukan harga. Market
share yang diharapkan rersebut akan dipengaruhi oleh kapasitas produksi yang
ada, biaya ekspansi, dan mudahnya memasuki persaingan.
4. Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar
Menurut Tjiptono (2001 : 174) Dalam dalam menentukan harga produk
yang sudah mapan, perusahaan hanya perlu meninjau kembali strategi harga
produknya yang sudah ada di pasar, beberapa faktor yang menyebabkannya
antara lain adalah (1) adanya perubahan dalam lingkungan pasar dan (2) adanya
14
pergeseran permintaan. Terdapat tiga alternatif strategi yang dapat diterapkan
perusahaan dalam melakukan peninjauan kembali antara lain:
a. Mempertahankan harga. Strategi ini dilaksanakan bertujuan untuk
meningkatkan citra di mata konsumen/ masyarakat
b. Menurunkan harga. Perusahaan harus memiliki kemampuan finansial yang
besar untuk dapat melaksanakan strategi ini, karena konsekuensinya
adalah margin laba yang diterima akan kecil. Terdapat dua alasan kuat
kenapa perushaan harus menurunkan harga produk, yaitu (1) Strategi
Defensif, perusahaan menurunkan harga karena persaingan yang semakin
ketat; (2) Strategi Ofensif, perusahaan menurunkan harga untuk
memenangkan persaingan dengan produk kompetitor.
5. Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan
Tahap selanjutnya dalam prosedur penentuan harga adalah
mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan dengan melihat pada
barang, sistem distribusi, dan program promosinya. Perusahaan tidak dapat
menentukan harga suatu barang tanpa mempertimbangkan barang lain yang
dijualnya. Demikian pula dalam saluran distribusinya, harus diperhatikan ada
atau tidaknya penyalur yang juga menerima sebagian dari harga jual.
2.6 Tinjauan Tentang Promosi
Promosi adalah salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran. Komunikasi
pemasaran merupakan aktivitas pemasaran yang kegiatannya menyebarkan
informasi dengan tujuan mempengaruhi atau membujuk pasar untuk menerima,
membeli dan loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Terdapat tiga
unsur pokok dalam struktur komunikasi pemasaran, antara lain:
1. Pelaku Komunikasi
Pelaku komunikasi terdiri dari pengirim (sender) atau komunikator yang
menyampaikan pesan dan penerima (receiver) atau komunikasi pesan. Dalam
konteks pemasaran, komunikatornya adalah produsen atau perusahaan, sedangkan
komunikannya adalah khalayak, seperti pasar pribadi, pasar organisasi maupun
masyarakat umum (yang berperan sebagai initiator, influencer, decider, purchaser
dan user).
15
2. Material Komunikasi, meliputi:
a) Gagasan merupakan materi pokok yang hendak disampaikan pengirim
b) Pesan (message) merupakan himpunan berbagai simbol (oral, verbal atau non
verbal) dari suatu gagasan. Pesan akan dapat dikomunikasikan apabila melalui
suatu media.
c) Media adalah pembawa (transporter) pesan komunikasi. Pilihan media
komunikasi pemasaran bisa bersifat personal maupun non personal. Media
personal dapat di pilih dari tenaga konsultan, tenaga ahli profesional atau
masyarakat umum. Media non personal meliputi media massa (seperti radio,
televisi, koran, majalah, tabloid maupun internet), kondisi lingkungan (gedung
dan ruangan) ataupun peristiwa tertentu (hari–hari khusus dan hari–hari besar).
d) Respons merupakan pemahaman atas pesan yang diterima oleh penerima.
e) Feed–back adalah pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon
yang dikirim kembali oleh penerima pesan.
f) Gangguan merupakan segala sesuatu yang dapat menghambat jalannya proses
komunikasi. Gangguan ini bisa berupa gangguan fisik, masalah
semantik/bahasa, perbedaan budaya, efek status dan ketiadaan umpan balik.
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (dari pengirim kepada
penerima) maupun pengirim kembali respon (dari penerima kepada pengirim) akan
memerlukan dua kegiatan, yaitu encoding (fungsi mengirim) dan decoding (fungsi
menerima).
Tujuan utama promosi adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran
pemasarannya (Tjiptono, 2000 ). Sedangkan jika ditinjau secara ilmiah ekonomi,
maka tujuan dari promosi adalah untuk menggeser kurva permintaan akan produk
ke kanan dan membuat permintaan menjadi inelasitas (dalam kasus harga naik) dan
elastis (dalam kasus harga turun). Namun secara ringkas promosi berkaitan dengan
upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu
memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin, kemudian akhirnya membeli dan
selalu ingat akan produk tersebut (Soegoto, 2014).
16
Secara umum bentuk–bentuk promosi mempunyai bentuk yang sama, namun
setiap bentuk tersebut masih dapat dibedakan berdasarkan spesifikasi tugasnya.
Spesifikasi tugas tersebut biasa disebut sebagai bauran promosi yang meliputi
tugas–tugas seperti personal selling, periklanan, publisitas, promosi penjualan, dan
penjualan langsung atau direct marketing (Swastha dan Irawan, 2008)
2.7 Tinjauan Tentang Distribusi
Place dalam bauran pemasaran terdiri dari dua pengertian yaitu Lokasi
(lokasi dekat dan jauh mempengaruhi biaya produksi) dan Saluran Distribusi (suatu
gabungan penjualan dan pembelian yang bekerja sama memproses, menggerakkan
produk dan jasa dari produsen ke konsumen). Penggunaan distribusi lebih
menguntungkan dan efisien karena produsen pada kenyataannya memiliki
keterbatasan sumber daya untuk menjalankan pemasaran secara langsung. Banyak
produsen yang telah merasakan hasil pengembalian dari investasi mereka lebih
besar apabila menggunakan saluran pemasaran, dan dalam beberapa kasus,
pemasaran langsung memang tidak baik dikarenakan pangsa pasar menjadi sempit.
manfaat dan fungsi yang lain dengan adanya perantara dalam pemasaran adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai alat memperlancar keuangan perusahaan. Uang tunai cepat masuk bila
menggunakan saluran distribusi dibanding dengan perusahaan menjual sendiri
produknya. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan perantara seperti
wholeseller, perusahaan dapat menjual produk dalam jumlah yang besar dan
jangkauan pasar yang lebih luas, kondisi tersebut disebabkan karena agen
memiliki modal dan sumberdaya yang memadai sehingga dapat mengkoordinir
konsumen yang membutuhkan produknya lebih sedikit.
2. Sebagai alat komunikasi. Perusahaan banyak memperoleh masukan/informasi
dari agen mengenai reaksi/respon produk yang dikeluhkan konsumen.
3. Sebagai alat bantu penjualan/promosi
Menurut Basu Swastha dan Irawan (2005) erdapat berbagai macam saluran
distribusi barang konsumsi dan industri, diantaranya :
17
1) Produsen – Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana
karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang
dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah
ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.
2) Produsen – Pengecer – Konsumen
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang
besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh
pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
3) Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan
saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam
jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer.
Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen
dilayani pengecer saja.
4) Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan
kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran
penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
5) Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai
perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian
menjualnya kepada toko-toko kecil.
Sedangkan saluran untuk barang industri adalah sebagai berikut:
1) Produsen – konsumen akhir (pemakai industri)
2) Produsen – distributor – konsumen akhir
3) Produsen – agen – konsumen akhir
4) Produsen – agen – distributor – konsumen akhir
18
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Volume Penjualan Urea Non-Subsidi
PT Pupuk Kaltim merupakan perusahaan manufaktur agribisnis yang
bergerak dibidang produksi pupuk Urea, NPK dan Ammonia. Pupuk Urea telah
menjadi produk andalan perusahaan selama bertahun-tahun. Sejak diterbitkannya
peraturan pemerintah terkait subsidi pupuk, perusahaan telah turut andil dalam
mensukseskan program tersebut, selain aktif dalam penyaluran pupuk urea subsidi
perusahaan juga memasarkan produknya secara mandiri. Perbedaan penyaluran
tersebut membuat perusahaan membedakan produk urea menjadi dua jenis yaitu
urea subsidi dengan warna produk merah muda dan urea non subsidi atau biasa
disebut dengan urea non-PSO dengan produk berwarna putih. Produk Urea non-
PSO dipasarkan di dalam dan luar negeri. PT Pupuk Kaltim telah mampu menjual
produk urea sebanyak 3,43 juta ton per tahun 2016, dengan rincian urea
subsidi/PSO sebanyak 1,4 juta, non-PSO dalam negeri 800 ribu ton, dan non-PSO
ekspor sebanyak 1,2 juta ton. Penjualan urea non-PSO dalam negeri termasuk
dalam prioritas utama setelah penyaluran pupuk subsidi memenuhi target, hal ini
dikarenakan pupuk urea non-PSO merupakan sumber keuntungan yang lebih
menjanjikan dibanding penjualan pupuk subsidi.
Besarnya volume penjualan urea non-PSO yang dihasilkan dan dipasarkan
oleh perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor seperti kemampuan
memproduksi urea dengan jumlah lebih besar dibanding perusahaan lain, kekuatan
promosi, penetapan harga yang bersaing, jangkauan distribusi yang luas memiliki
pengaruh langsung terhadap seberapa banyak produk dapat terjual dengan baik dan
memberikan keuntungan yang besar. Disisi lain, potensi-potensi tersebut dapat
menjadi hambatan bagi perusahaan jika tidak dikelola dengan benar. Perusahaan
bisa saja mengalami penurunan kinerja pemasaran atau malah mengalami kerugian
karena pengelolaan penjualan yang tidak selaras dengan strategi pemasaran yang
dijalankan. Mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan urea
dengan baik tidak hanya akan membuat kinerja pemasaran dan penjualan produk
19
urea membaik, dalam artian lebih efektif dan efisien tetapi juga dapat membuat
menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi produk
yang lebih baik dan banyak, menggencarkan promosi agar produk lebih dikenal
oleh masyarakat, memperluas jangkauan pemasaran dengan memperpanjang
saluran distribusi, menambah transportasi, kantor pemasaran atau bahkan gudang
penyimpanan sangat menentukan volume produk yang dapat terjual di pasaran.
perusahaan perlu menempatkan anggaran atau mengeluarkan biaya dengan tepat
untuk masing-masing faktor diatas agar kegiatan penjualan dan pemasaran dapat
berjalan dengan efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
seberapa besar pengaruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dan pemasaran urea terhadap volume penjualan produk itu
sendiri. Pengukuran besarnya pengaruh faktor-faktor terhadap volume penjualan
menggunakan alat analisi Regresi Linier Berganda, dimana faktor-faktor berupa
biaya produksi, penetapan harga, biaya promosi, dan biaya distribusi merupakan
variabel bebas, sedangkan volume penjualan urea merupakan variabel terikat.
Kurangnya penelitian atau kajian terkait pengukuran pengaruh faktor
terhadap volume penjualan produk urea yang dilakukan oleh perusahaan
mengakibatkan minimnya referensi yang dapat digunakan untuk penentuan strategi
dan kebijakan terkait penjualan dan pemasaran produk unggulan ini. Hasil yang
diharapkan dari penelitian ini nantinya adalah diketahuinya seberapa besar
pengaruh dari masing-masing faktor terhadap volume penjualan, sehingga pada
akhirnya akan diketahui faktor mana yang memiliki pengaruh lebih besar atau lebih
signifikan dibanding faktor yang lain. Penelitian ini akan sangat berguna untuk
menentukan strategi mana yang akan lebih baik digunakan atau faktor mana yang
lebih baik untuk diperbaiki atau ditingkatkan untuk penjualan dimasa depan yang
lebih efektif dan efisien.
20
Volume
Penjualan
Analisis
Deskriptif
Analisis Regresi
Berganda
- Uji asumsi klasik
- Uji t
- Uji f
- Uji R2
Diketahui faktor yang paling besar pengaruh dan taraf
signifikannya terhadap volume penjualan
Diketahui tingkat pengaruh masing-masing faktor (biaya produksi,
biaya promosi, penetapan harga, dan biaya distribusi) terhadap
volume penjualan urea
Keterangan:
Alur Penelitian
Alur Analisis
Skema 1. Skema Alur Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Volume Penjualan Urea Non-Subsidi
Potensi:
1. Kapasitas Produksi urea
yang besar
2. Produk yang sudah dikenal
luas (promosi)
3. Harga produk yang
bersaing
4. Jangkauan pasar yang luas
(distribusi)
Kendala:
1. Tidak adanya perencanaan
strategi pemasaran yang jelas
2. Pengeluaran anggaran untuk
strategi pemasaran yang tidak
pasti
3. Penggunaan biaya pemasaran
yang kurang efisien karena
pengaruh faktor-faktor volume
penjualan yang tidak pasti
Penelitian Terdahulu: Biaya Produksi, biaya promosi, penetapan
harga, dan biaya distribusi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap volume penjualan urea non-subsidi
21
3.2 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran,
maka rumusan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga bahwa biaya produksi, harga, biaya promosi, dan biaya distribusi secara
bersamaan berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan urea non-
subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim
2. Diduga bahwa biaya produksi berpengaruh secara signifikan terhadap volume
penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim,
3. Diduga bahwa harga pupuk urea non-subsidi berpengaruh secara signifikan
terhadap volume penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim
4. Diduga bahwa biaya promosi berpengaruh secara signifikan terhadap volume
penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim
5. Diduga bahwa biaya distribusi berpengaruh secara signifikan terhadap volume
penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel
Independen
Definisi
Operasional
Pengukuran
Variabel Satuan
1. Biaya
Produksi
Biaya yang
berkaitan dengan
produk/barang
yang diperoleh
(urea), dimana
didalamnya
terdapat unsur
biaya bahan baku,
tenaga kerja dan
overhead pabrik.
Jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk
produksi selama
setahun dalam
periode sepuluh
tahun terakhir. Rupiah/tahun
2. Penetapan
Harga
Harga jual urea
non-PSO yang
ditetapkan oleh PT
Pupuk Kaltim
untuk pembeli.
Penetapan harga
final (terakhir) urea
selama setahun
dalam periode
sepuluh tahun
terakhir
Rupiah/tahun
22
Tabel 1 (Lanjutan)
No Variabel
Independen
Definisi
Operasional
Pengukuran
Variabel Satuan
3. Biaya
Promosi
Biaya yang
dikeluarkan oleh
PT Pupuk Kaltim
untuk tiap-tiap
kegiatan promosi
seperti iklan,
pameran, dan lain-
lain
Total biaya promosi
per tahun dalam
periode sepuluh
tahun terakhir Rupiah/tahun
4. Biaya
Distribusi
Biaya yang
dikeluarkan oleh
perusahaan untuk
penyaluran produk
urea non-PSO
dalam negeri baik
dari gudang pusat
(Bontang) maupun
kantor pemasaran
yang tersebar di
seluruh Indonesia.
Total biaya
distribusi per tahun
selama periode
sepuluh tahun
terakhir
Rupiah/tahun
Variabel
Dependen
Volume
Penjualan
Jumlah kapasitas
produk yang telah
terelisasi
penjualannya per
tahun
Total kuantum
realisasi penjualan
per tahun selama
periode sepuluh
tahun terakhir
Ton/tahun
23
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Explanatory dengan pendekatan secara kuantitatif. Penelitian Explanatory adalah
jenis penelitian yang bertujuan untuk menelaah kausalitas antar variabel yaitu
variabel independen berupa biaya produksi, penetapan harga, promosi dan
distribusi terhadap variabel dependen yang termasuk dalam fenomena tertentu yaitu
perkembangan volume penjualan urea. Dalam penelitian explanatory peneliti
berusaha untuk menjelaskan dan membuktikan pengaruh antar variabel tersebut.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat PT Pupuk Kaltim Bontang,
Kalimantan Timur. Dilaksanakan pada bulan Desember 2017 - April 2018 dengan
pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut berdasarkan pada:
1. PT Pupuk Kaltim merupakan produsen urea terbesar di Indonesia dengan
kapasitas produksi urea lebih besar dibandingkan perusahaan lain yang sejenis.
2. Pemasaran produk yang telah dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim telah meliputi
seluruh wilayah Indonesia.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diawali dengan survei pendahuluan
yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan magang kerja pada 19 oktober – 19
Desember 2017. Survei pendahuluan digunakan penulis untuk mengetahui
gambaran umum perusahaan, pemasaran produk urea dan kecocokan topik
penelitian dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Survei pendahuluan kemudian
dilanjutkan dengan pengambilan data penelitian yang dimulai pada bulan januari-
april 2018.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berbentuk timeseries atau data yang disajikan dalam periode waktu tertentu, dimana
dalam penelitian ini data yang disediakan dalam periode sepuluh tahun terakhir.
Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan key informan atau pihak-
pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan yang berhubungan dengan variabel
24
penelitian, hal ini bertujuan untuk menyesuaikan antara data sekunder yang
diperoleh dengan kondisi faktual yang terjadi di perusahaan menurut para pelaku
bisnis. Data sekunder diperoleh dari laporan, berkas, maupun dokumen yang
berkaitan dengan variabel yang diteliti. Bentuk dari data sekunder dapat berupa
tabel, grafik, diagram dan lain-lain. Data sekunder diperoleh langsung dari
perusahaan meliputi realisasi volume penjualan urea non-PSO dalam negeri periode
2007-2016, laporan tahunan perusahaan yang didalamnya termasuk biaya produksi,
perkembangan harga produk, biaya promosi yang dikeluarkan dan biaya distribusi
produk selama sepuluh tahun terakhir. Sedangkan wawancara dengan key informan
atau pihak yang berkaitan dengan topik penelitian dilakukan dengan beberapa pihak
seperti staff departemen pemasaran urea, distribusi, pelayanan dan komunikasi
produk/promosi, dan produksi.
4.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil wawancara dan
analisis kuantitatif yang menggunakan alat analisis regresi. Analisis kuantitatif
yaitu teknik analisis yang digunakan oleh penulis untuk mengolah data penelitian
berupa angka yang berbentuk timeseries. Alat analisis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang digunakan dalam pengolahan
data dengan tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan data tersebut
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang bersifat umum
atau generalisasi. Analisis ini berupa akumulasi data dasar dalam hanya bentuk
deskripsi yang berarti tidak mencari hubungan, menguji hipotesis, membuat
ramalan maupun membuat kesimpulan. Teknik analisis ini digunakan penulis untuk
mendeskripsikan data atau informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
key informan yang berkaitan dengan kondisi penjualan dan pemasaran pupuk urea
non-subsidi PT Pupuk Kaltim.
25
4.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur sejauh
mana pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan yaitu produksi,
harga, promosi, dan distribusi terhadap volume penjualan urea non-PSO dalam
negeri PT Pupuk Kaltim. Analisis ini menggunakan alat analisis regresi linier
berganda, dimana alat analisis ini memungkinkan peneliti meneliti pengaruh dari
lebih dari dua variabel. Data yang akan dianalisis berupa biaya produksi, penetapan
harga, biaya promosi dan biaya distribusi yang dikeluarkan dan ditetapkan PT
Pupuk Kaltim selama periode sepuluh tahun terakhir. Sebelum menganalisis data
menggunakan alat analisis regresi berganda, data yang dianalisis perlu melakukan
uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dapat dianalisis
dengan baik. Berikut adalah tahapan pengujian data menggunakan uji asumsi klasik
dan dilanjutkan dengan analisis regresi berganda.
1. Uji Asumsi Klasik
Data yang diperoleh selama penelitian dapat dianalisis dengan model
analisis regresi berganda jika memenuhi semua asumsi dalam uji asumsi klasik
yaitu uji multikolinieritas, uji heteroskesdastisitas, uji normalitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan utuk menguji apakah ada hubungan antar
variabel independen yang terdapat dalam model regresi linier berganda. Hubungan
antar variabel independen ini dibagi menjadi dua jenis yaitu hubungan sempurna
atau tinggi dan hubungan tidak sempurna. Jika antar variabel independen memiliki
hubungan yang sempurna maka koefisien regresi variabel independen tidak dapat
ditentukan dan nilai standard error menjadi tak terhingga. Jika multikolinieritas
antar variabel tinggi, maka koefisien regresi variabel independen dapat ditentukan,
tetapi memiliki nilai standard error tinggi sehingga koefisien regresi tidak dapat
diestimasi dengan tepat.
b. Uji heteroskesdastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi variansi error model regresi yang tidak
konstan atau variansi antar error satu dengan error lainnya berbeda. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah dalam model regresi linier
26
berganda terjadi heteroskesdasitas adalah metode scatter plot. Metode ini
menggunakan grafik scatter plot dengan melihat persebaran titik data observasi.
Jika sebaran titik data observasi terlihat membentuk pola/alur maka dapat dikatakan
data tersebut bersifat heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika data tersebut terlihat
menyebar atau tidak membentuk pola/alur, maka dapat dikatakan data tersebut
bersifat homoskedastisitas dan lolos uji heteroskedastisitas.
c. Uji normalitas
Kondisi distribusi normal pada variabel independen maupun variabel
dependen yang digunakan dalam model regresi linier berganda dapat dilihat dari uji
normalitas. Kondisi distribusi yang tidak normal atau ekstrim adalah kondisi
dimana nilai dari pengujian model terlalu rendah atau terlalu tinggi. Model regresi
yang baik adalah dimana kondisi model regresi linier berganda terdistribusi secara
normal. Kondisi ini dapat dilihat dari uji kolmogornov smirnov dengan
menggunakan aplikasi SPSS. Apabila nilai signifikansi dari hasil pengujian lebih
besar dari 0,05 atau 5% maka data yang dijadikan variabel dalam model relatif sama
atau normal. Selain itu pengujian juga dapat dilakukan dengan melihat sebaran titik
pada sumbu diagonal pada grafik normal plot. Grafik normal plot akan
menampilkan titik-titik yang tersebar disekitar garis dan penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal jika data yang duji bersifat normal.
d. Uji autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi antar variabel error,
kondisi ini sering terjadi pada data time series dan jarang terjadi pada data cross
section. Cara mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi linier berganda
dapat digunakan metode Durbin-Watson. Metode Durbin-Watson adalah metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi dalam model
regresi berganda dengan menggunakan pengujian hipotesis dengan statistik uji yang
populer. Dalam pengujian hipotesis terdapat beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah model regresi linier berganda yang digunakan
terjadi autokorelasi. Berikut adalah kriteria yang umum digunakan dalam pengujian
menggunakan Durbin-Watson:
1. Jika nilai dw < dL maka positif autokorelasi
2. Jika nilai dw > dU maka negatif autokorelasi
27
3. Jika dL< dw < dU maka autokorelasi tidak meyakinkan atau ragu-ragu
2. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis ini digunakan sebagai alat ukur antara satu variabel
dependen (Y) yang dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel independen (X) dimana
dalam penelitian ini volume penjualan urea merupakan variabel dependen,
sedangkan biaya produksi, harga, biaya promosi, dan biaya distribusi merupakan
variabel independen. Rumus persamaan regresi berganda yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Y = a + βiXi + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana:
Y = volume penjualan (ton)
a = intersep/konstanta
βi = koefisien regresi berganda varibel independen ke-i
Xi = biaya produksi urea non-subsidi (rupiah/tahun)
X2 = rata-rata harga urea non-subsidi (rupiah/tahun)
X3 = biaya promosi urea non-subsidi (rupiah/tahun)
X4 = biaya distribusi urea non-subsidi (rupiah/tahun)
e = error
4.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukn setelah semua data telah berhasil dianalisis
menggunakan alat analisis regresi berganda. Tahapan dalam uji hipotesis adalah
sebagai berikut:
1. Uji F (uji simultan)
Uji F atau uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diteliti dengan
tingkat signifikansi 5%. Rumus uji F adalah sebagai berikut.
Fhitung = 𝑅2
𝑘⁄
(1−𝑅2)(𝑛−𝑘−1)⁄
Dimana:
F = F hitung yang kemudian dibandingkan dengan F tabel
28
k = jumlah variabel independen
R2 = koefisien korelasi ganda yang ditemukan
n = jumlah sampel
Setelah hasil perhitungan menggunakan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) maka
dapat diketahui:
2) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima atau variabel independen
secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
3) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak atau variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Uji t (Uji Parsial)
Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengukur tingkat pengaruh antar tiap
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
thitung = 𝑏
𝑆𝑏
dimana:
b = koefisien regresi
Sb = standar deviasi
Setelah didapatkan hasil perhitungan dengan tingkat signifikansi 5% (α =
0,05) maka dapat diketahui:
1) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima atau variabel independen secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
2) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak atau variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi adalah uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen yang digunakan dalam model analisis regresi linier berganda. Nilai dari
uji koefisien determinasi menggambarkan prosentase variasi nilai variabel
dependen yang dapat dijelaskan dalam model. Jika nilai R2 semakin kecil mendekati
29
angka nol maka semakin kecil pula pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Sebaliknya semakin besar nilai R2 mendekati angka 1 maka semakin
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut rumus
yang digunakan dalam mencari nilai R2 :
R2 = 𝛽1 Σ𝑥1𝑦 +𝛽2 Σ𝑥2𝑦+ 𝛽3 Σ𝑥3𝑦+ 𝛽4 Σ𝑥4𝑦
Σ 𝑦2
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
y = volume penjualan urea non-subsidi (ton)
β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi linier berganda
x1 = total biaya produksi urea non-subsidi (Rp/tahun)
x2 = rata-rata harga urea non-subsidi (Rp/tahun)
x3 = biaya promosi produk urea non-subsidi (Rp/tahun)
x4 = biaya distribusi produk urea non-subsidi (Rp/tahun)
30
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Perusahaan
5.1.1 Sejarah Perusahaan
PT Pupuk Kalimantan Timur resmi didirikan pada tanggal 7 Desember
1977. Awalnya perusahaan ini merupakan proyek pabrik pupuk terapung atau
pabrik diatas kapal yang dikelola oleh perusahaan minyak negara (Pertamina)
dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar. Kemudian setelah
dilakukan pengkajian segi teknis dan pertimbangan beberapa alasan proyek tersebut
dialihkan ke darat dan pengelolaaanya diserahkan dari Pertamina kepada
Departemen Perindustrian. PT Pupuk Kaltim adalah salah satu anak perusahaan PT
Pupuk Indonesia Holding Company. Berikut Milestone PT Pupuk Kaltim mulai dari
awal berdiri hingga sekarang.
Proyek pertama pembangunan Pabrik 1 dimulai pada tahun 1979, sedangkan
pabrik 2 dimulai pada tahun 1982. Kedua pabrik tersebut kemudian diresmikan
bersamaan pada tahun 1984. Selanjutnya pabrik 3 dibangun dan diresmikan pada
tahun 1989. Pada tahun 1999 PT Pupuk Kaltim didirikan pabrik urea granul pertama
di Indonesia yang dinamakan Proyek Optimasi Kaltim (POPKA) yang kemudian
diresmikan pada tahun 2000 bersamaan dengan pemancangan tiang pertama Pabrik
4. Unit urea Pabrik 4 diresmikan pada tahun 2002 sedangkan unit Amoniak
diresmikan pada tahun 2004.
Tabel 2. Milestone Pupuk Kaltim
No. Tanggal Milestone
1. 7 Desember 1977 Berdirinya PT Pupuk Kaltim
2. 8 Januari 1979 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-1
3. 23 Maret 1982 Penandatangan kontrak pembangunan Pabrik-2
4. 30 Desember 1983 Produksi pertama amoniak Pabrik-1
5. 2 Februari 1984 Pengapalan pertama amoniak ke PT Petrokimia
Gresik
6. 24 Januari 1984 Ekspor pertama amoniak ke India
7. 15 April 1984 Produksi pertama pupuk urea Pabrik-1
8. 24 Juli 1984 Pengapalan pertama pupuk urea ke Surabaya
9. 28 Oktober 1984 Peresmian Pabrik-1 dan Pabrik-2 oleh Presiden
10. 28 November 1985 Penandatangan kontrak pembangunan Pabrik-3
31
Tabel 2 (Lanjutan)
No Tanggal Milestone
11. 4 April 1989 Peresmian Pabrik-3 oleh Presiden RI
12. 9 Oktober 1996 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik
POPKA
13. 23 Desember 1998 Penandatanganan kontrak pembangunan Pabrik-4
14. 18 Februari 1999 Produksi pertama urea granul Pabrik POPKA
15. 6 Juli 2000 Peresmian POPKA dan pemancangan pertama
Pabrik-4
16. 3 Juli 2002 Peresmian pabrik urea Unit 5 (Pabrik-4) oleh Presiden
RI
17. 11 Februari 2003 Penugasan PT Pupuk Kaltim untuk pendistribusian
pupuk di kawasan timur Indonesia
18. 17 Mei 2008 Pemancangan perdana proyek pupuk NPK Fuse
Blending
19. 21 Mei 2010 Pemancangan tiang pertama pembangunan Boiler
Batu Bara
20. 29 Juli 2011 Pencanangan Program Gerakan Peningkatan Produksi
Pangan Berbasis Korporasi (GP3K)
21. 13 Oktober 2011 Peluncuran pupuk urea bersubsidi berwarna/Urea
Pink
22. 18 April 2012 Penandatanganan karung pupuk bersubsidi merk
Pupuk Indonesia oleh Menteri BUMN
23. 25 Oktober 2012 Peresmian proyek pembangunan Kaltim-5 oleh
Presiden
24. 13 Maret 2014 Pengambilalihan pabrik amoniak milik PT Kaltim
Pasifik Amoniak (PT KPA) oleh PT Pupuk Kaltim
25. 31 Maret 2014 Bergabungnya pabrik POPKA dengan pabrik Ex-
KPA menjadi Pabrik-1A
26. 19 November 2015 Peresmian pabrik-5 oleh Presiden RI
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
5.1.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi Pabrik dan Kantor utama PT Pupuk Kaltim berada di wilayah pantai
kota Bontang, Kalimantan Timur, kiara-kira 121 km sebelah utara Ibukota Provinsi
Kalimantan Timur, Samarinda. Secara geografis terletak pada 0o10’46,9” LU dan
117o29’30,6” BT. Dibangun pada areal seluas 493 Ha. Selain itu terdapat
perumahan dinas karyawan terletak sekitar 6 km sebelah barat pabrik seluas 765
32
Ha. Pemilihan lokasi perusahaan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti lokasi
pabrik yang dekat dengan sumbar bahan baku utama berupa gas alam, kota Bontang
yang dekat dengan pantai sehingga memudahkan pengangkutan dan distribusi ke
seluruh wilayah di Indonesia, lokasi tersebut juga berada di tengah daerah
pemasaran pupuk dalam negeri maupun ekspor, pemetaan Zone Industry dan
peluang perluasan pabrik yang didukung masih luasnya lahan yang dimiliki.
5.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
Visi
“Menjadi Perusahaan di bidang industri pupuk, kimia dan agribisnis kelas dunia
yang tumbuh dan berkelanjutan.”
Misi
1. Menjalankan bisnis produk-produk pupuk, kimia serta portofolio investasi di
bidang kimia, agro, energi, trading, dan jasa pelayanan pabrik yang bersaing
tinggi;
2. Mengoptimalkan nilai perusahaan melalui bisnis inti dan pengembangan bisnis
baru yang dapat meningkatkan pendapatan dan menunjang Program
Kedaulatan Pangan Nasional;
3. Mengoptimalkan utilisasi sumber daya di lingkungan sekitar maupun pasar
global yang didukung oleh SDM yang berwawasan internasional dengan
dengan menerapkan teknologi terdepan;
4. Memberikan manfaat yang optimum bagi pemegang saham, karyawan dan
masyarakat serta peduli pada lingkungan.
5.1.4 Kondisi Produksi, Tenaga Kerja dan Budaya Kerja
PT Pupuk Kaltim merupakan produsen urea dan amoniak terbesar di
Indonesia. Kapasitas produksi mencapai 3,43 juta ton urea, 2,76 juta ton amoniak,
350 ribu ton NPK dan 45 ribu ton pupuk organik per tahun. PT Pupuk Kaltim saat
ini mengoperasikan total 7 unit pabrik yaitu Pabrik -1A, Pabrik 2, Pabrik 3, Pabrik
4, Pabrik 5, Pabrik 6 (Boiler Batu Bara), dan Pabrik 7 (NPK). Dimana mulai Pabrik
2 hingga Pabrik 5 masing-masing memiliki tiga bagian yaitu unit utility, unit
amoniak, dan unit urea, sedangkan Pabrik -1A merupakan hasil transfer aset dari
PT Kaltim Pasifik Amoniak dan hanya terdiri dari dua bagian yaitu unit amoniak
33
dan unit urea. Pupuk Kaltim memiliki total 5 pabrik yang digunakan untuk
memproduksi urea antara lain Pabrik 2 dan Pabrik 3 untuk produksi urea jenis prill,
sedangkan Pabrik 1A, Pabrik 4, dan Pabrik 5 memproduksi urea jenis granul.
Tabel 3. Data Kapasitas Produksi Urea PT Pupuk Kaltim per tahun 2016
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Pada tahun 2016, jumlah karyawan tetap PT Pupuk Kaltim mencapai 2.147
orang. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 9,6% dari tahun sebelumnya
karena banyak karyawan yang memasuki masa pensiun dan pengoptimalisasian
SDM di perusahaan. Sedangkan jumlah karyawan non-organik berjumlah 1.030
orang, total keseluruhan karyawan pada tahun 2016 adalah 3.177.
Untuk mencapai Visi dan Misi, Perusahaan menerapkan budaya ACTIVE
yang secara terus-menerus disosialisasikan kepada karyawan. Budaya kerja tersebut
meliputi Achievement Oriented (Karyawan tangguh dan profesional dalam usaha
mencapai keunggulan dalam bekerja); Customer Focus (Karyawan selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaik dan berkomitmen pada kepuasan pelanggan);
Teamwork (Karyawan harus menjalin sinergi dan bersatu dalam bekerja); Integrity
(Perusahaan menjunjung tinggi kejujuran dan bertanggung jawab); Visionary
(Karyawan selalu berpikir jauh kedepan dan siap menghadapi perubahan dinamika
usaha); Enviromentally Friendly ( Karyawan peduli terhadap lingkungan dan
memberi manfaat bagi masyarakat luas untuk keberlanjutan perusahaan).
5.1.5 Struktur Organisasi
Struktur organisasi menggambarkan mengenai hubungan dan peran dari
masing-masing bagian dalam perusahaan dengan jelas. PT Pupuk Kaltim memiliki
Pabrik Urea (Ton/th)
Pabrik 1A 570.000
Pabrik 2 570.000
Pabrik 3 570.000
Pabrik 4 570.000
Pabrik 5 1.150.000
Total Produksi 3.430.000
34
banyak sumber daya manusia yang terbagi dalam beberapa bagian dan perannya
masing-masing. Berikut adalah struktur organisasi dalam pengelolaan bisnis PT
Pupuk Kaltim yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi pada 1
Februari 2016 Nomor 8/DIR/IV/16 tentang penyempurnaan Struktur Organisasi.
1. Direktur Utama, secara struktural dibantu oleh direktur Produksi, Direktur
Teknik dan Pengembangan, Direktur Komersil, dan Direktur SDM dan Umum.
Sedangkan secara fungsional, Direktur Utama dibantu oleh Kepala Satuan
Pengawasan Intern (yang membawahi Manager Pengawasan Intern dan Manager
Perencanaan dan Evaluasi) dan Sekretaris Perusahaan (yang membawahi
Manager Hukum, Manager Kesekretariatan, Manager Humas, Manager Tata
Kelola Perusahaan dan Risiko, dan Manager Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan). Pada saat pelaksanaan tugas, para manager dibantu juga oleh
Superintendant dan para staf.
2. Direktur Produksi, secara struktural dibantu oleh beberapa General Manager
(GM) yaitu GM Operasi 1 (beserta Manager Operasi Pabrik 2, Manager Operasi
Pabrik 3, M anager Operasi Pabrik 5, dan Manager Operasi Pabrik 6), GM
Operasi 2 (beserta Manager Operasi Pabrik 1A, Manager Operasi Pabrik 4,
Manager Operasi Pabrik 7), GM Teknologi (Manager Proses dan Pengolahan
Energi, Manager Laboratorium, Manager Inspeksi Teknik 1, Manager Inspeksi
Teknik 2, Manager Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Manager
Lingkungan Hidup), GM Pemeliharaan (beserta Manager Pemeliharaan
Mekanik Lapangan 1, Manager Pemeliharaan Listrik, Manager Bengkel,
Manager Perencanaan dan Pengendalian TA, Manager Keandalan Pabrik,
Manager Pemeliharaan Mekanik Lapangan 2, dan Manager Pemeliharaan
Instrumen), dan GM Jasa Pelayanan Pabrik (Manager Teknik dan Kontrol
Kualitas, Manager Manufacturing Logam, dan Manager Bisnis dan
Administrasi) serta dibantu juga oleh manager shift operasi.
3. Direktur Teknik dan Pengembangan, secara struktural dibantu oleh GM Teknik
dan Sistem Informasi (beserta Manager Rekayasa dan Konstruksi, Manager
Penerimaan dan Pergudangan, Manager Perencanaan Pengadaan Barang dan
Jasa, Manager Infrastruktur Teknik Informasi, dan Manager Sistem Informasi),
GM Investasi Pengembangan (beserta Manager Pengembangan Bisnis, Manager
35
Manajemen Anak Usaha, dan Manager Riset Terapan) dan GM Pengadaan
(beserta Manager Pengadaan Barang, Manager Pengadaan Jasa, dan Manager
Kontrak Bisnis).
4. Direktur Komersil, secara struktural dibantu oleh beberapa GM yaitu GM
Pemasaran PSO (beserta Manager Pemasaran PSO Area 1, dan Manager
Pemasaran PSO Area 2), GM Pemasaran Non-PSO (beserta Manager Pelayanan
dan Komunikasi Produk, Manager Pemasaran Urea, Manager Pemasaran NPK,
dan Manager Pemasaran Amoniak), GM Rendal dan Distribusi (beserta Manager
Distribusi, Manager Rendal Pemasaran, Manager Pelabuhan dan Pengapalan),
dan GM Administrasi Keuangan (Manager Keuangan, Manager Akuntansi, dan
Manager Anggaran).
5. Direktur SDM dan Umum, secara struktural dibantu oleh dua General Manager
yaitu GM Sumber Daya Manusia (beserta Manager Inovasi dan Pengembangan
Manajemen, Manajemen Diklat dan Manajemen Pengetahuan, Manager
Kesejahteraan dan Hubungan Industrial, Manager Pengembangan SDM, dan
Ketua LSP) dan GM Manager Umum (beserta Manager Pelayanan Umum,
Manager Manajemen Aset Non-Pabrik, Manager Keamanan dan Ketertiban,
Manager Kantor Perwakilan Kalimantan Timur, dan Manager Kantor
Perwakilan Jakarta), sedangkan secara fungsional Direktur SDM dibantu oleh
Manager Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
36
Skema 2. Struktur Organisasi PT Pupuk Kaltim
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
5.1.6 Produk-produk
PT Pupuk Kaltim memiliki produk utama urea dan amonia. Disamping
produk utama tersebut terdapat produk-produk lain yang diproduksi seperti pupuk
NPK, pupuk hayati dan dekomposer. Produk urea dan NPK dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pupuk urea subsidi dan non-subsidi. Produk lain seperti amonia, pupuk
hayati dan dekomposer dijual bebas tanpa subsidi. Berikut adalah rincian produk-
produk yang dihasilkan oleh PT Pupuk Kaltim:
1. Urea Pupuk Indonesia
Urea Pupuk Indonesia adalah merek yang digunakan khusus untuk pupuk urea
bersubsidi, butiran urea berwarna merah muda (pink) dan diperuntukkan untuk
tanaman pangan.
2. Urea Prill Daun Buah
Urea Prill Daun Buah adalah merek yang digunakan untuk pupuk urea prill
non-subsidi produksi PT Pupuk Kaltim, berwarna putih dengan ukuran butiran
1 - 3,35 mm.
37
3. Urea Granul Daun Buah
Urea Granul Daun Buah adalah merek yang digunakan untuk pupuk urea
granul non-subsidi produksi PT Pupuk Kaltim, berwarna putih dengan ukiran
butiran 2 - 4,75 mm.
4. NPK Phonska Pupuk Indonesia
Phonska Pupuk Indonesia adalah merek yang digunakan untuk produk pupuk
majemuk NPK (compound) bersubsidi, komposisi hara 15 – 15 – 15, bewarna
merah muda dan diperuntukkan untuk tanaman pangan.
5. NPK Pelangi
NPK Pelangi adalah merek yang digunakan untuk produk-produk Pupuk
Majemuk NPK (Blending) Non-subsidi yang diproduksi oleh PT Pupuk
Kaltim, tampilan berwarna-warni dengan kandungan beberapa jenis unsur
hara.
6. NPK Pelangi Agro
NPK Pelangi Agro adalah merek yang digunakan untuk produk-produk pupuk
majemuk NPK (Compound) yang diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim, memiliki
tampilan bewarna coklat.
7. Pupuk Hayati Ecofert
Pupuk Hayati Ecofert adalah pupuk hayati berbahan aktif mikroba
fiksasi/penambat nitrogen dan pelarut fosfat. ECOFERT merupakan pupuk
hayati ramah lingkungan untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
8. Biotara
Biotara adalah pupuk hayati yang diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim yang
adaptif dengan tanah masam lahan rawa. Mampu meningkatkan produktivitas
tanaman.
9. Biodex
Biodex adalah merek yang digunakan untuk produk biodekomposer yang
diproduksi oleh PT Pupuk Kaltim . biodekomposer ini merupakan bentuk dari
bioaktivator atau perombak/pendegradasi bahan organik. Formula dekomposer
Biodex dibuat dengan menggunakan bahan aktif mikroba unggul baru yang
diisolasi dari berbagai sumber bahan yang mengandung lignin dan selulosa
tinggi.
38
Gambar 1. Produk-produk PT Pupuk Kaltim
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
5.1.7 Proses Produksi Urea
Proses produksi urea PT Pupuk Kaltim dilakukan di Urea Plant, Bontang,
Kalimantan Timur. Dalam produksi urea dibutuhkan bahan baku berupa gas CO2
dan cairan NH3 yang dipasok dari Ammonia Plant milik perusahaan sendiri.
Terdapat beberapa tahapan dalam proses mengubah bahan baku menjadi produk
siap jual. Tahapan pertama dalam proses produksi urea ialah sintesis urea. Pada
proses ini bahan baku urea berupa CO2 dan larutan NH3 yang diperoleh dari pabrik
ammonia direaksikan bersama kedalam reaktor. Selain itu, terdapat bahan lain yang
dimasukkan yaitu larutan recycle karbamat yang dipasok dari bagian recovery.
Setelah semua bahan berhasil disintesis campuran bahan ini akan masuk kedalam
proses dekomposisi. Pada tahap ini urea yang dihasilkan adalah dalam kisaran 43%.
Hasil output berupa campuran bahan baku dari seksi sintesis yang masuk
dalam tahapan kedua akan membuat karbamat hasil sintesis terdekomposisi secara
bertahap menjadi amonia dan karbondioksida, oleh karena itu proses kedua ini
disebut dengan proses dekomposisi. Pada tahap ini konsentrasi berat urea yang
harus dihasilkan adalah sebesar 62%. Karbamat yang telah dikomposisi menjadi
amonia dan karbondioksida kemudian akan dikondensasi ke seksi recovery untuk
kemudian dialirkan kembali ke seksi sintesis. Inilah gas yang kemudian disebut
dengan recycle karbamat. Gas sisa hasil dekomposisi ini kemudian akan digunakan
dalam proses pencampuran bahan baku selanjutnya.
39
Setelah melewati proses dekomposisi dengan tiga tahap tekanan hingga
akhirnya menghasilkan urea dengan konsentrasi berat antara 69-71%, larutan urea
tersebut kemudian akan diuapkan kandungan airnya hingga hanya menyisakan
konsentrasi berat urea melt sebagai bahan baku urea granul mencapai 96%.
Pencapaian taraf konsentrasi tersebut dilakukan dalam dua tahap vakum. Proses
perubahan ini kemudian masuk kedalam proses pemekatan urea.
Setelah konsentrasi berat urea melt mencapai 96% maka proses yang perlu
dilakukan dalam produksi urea selanjutnya adalah granulasi. Proses Granulasi urea
atau proses pembuatan urea granul dilakukan dengan menyemprotkan urea melt ke
bibit yang telah terfluidasi. Partikel granul terbentuk karena proses akresi atau
proses dimana pertumbuhan ukuran granul yang dicapai melalui proses penguapan
dan solidifikasi kontinyu dari tetesan-tetesan urea melt ke permukaan bibit. Proses
ini akan menghasilkan ukuran partikel urea yang seragam. Dalam proses granulasi
ditambahkan juga bahan lain berupa Urea Formaldehyde Concentrate dengan
konsentrasi 85% yang diproduksi oleh unit utilitas dan berfungsi untuk mencegah
terjadinya caking dan meningkatkan strength pada produk urea.
Proses pemekatan urea menghasilkan output berupa air kondensat dan urea
melt dengan konsentrasi berat sebesar 96%. Pada proses terakhir produksi urea, air
kondensat yang dihasilkan dari proses pemekatan tersebut akan dialirkan ke utilitas.
Namun sebelum hal itu dilakukan, air kondensat akan dibersihkan terlebih dahulu
melalui Process Condensate Treatment agar terpisah dari gas terlarut berupa
amonia, karbondioksida dan urea. Pada akhirnya air kondensat yang telah terbebas
dari gas terlarut akan siap dialirkan menuju unit utilitas dan gas hasil pengolahan
akan dikembalikan ke proses produksi urea.
Setiap pabrik dalam PT Pupuk Kaltim yang menghasilkan urea mempunyai
kapasitas yang berbeda-beda, namun dalam proses produksinya sama. Setiap bahan
baku (ammonia dan karbondioksida) yang dihasilkan oleh masing-masing pabrik
akan digunakan untuk memproduksi dalam pabrik yang sama, contohnya amonia
dan karbondioksida yang dihasilkan oleh pabrik Kaltim-4 digunakan dalam
pembuatan urea granul pada pabrik Kaltim-4. Berikut adalah skema sederhana
proses produksi urea yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim mulai dari sintesis urea
hingga Process Condensate Treatment.
40
Skema 3. Alur Produksi Urea PT Pupuk Kaltim
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
5.1.8 Wilayah Pemasaran Urea
Produk pupuk urea subsidi PT Pupuk Kalimantan Timur didistribusikan
untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia bagian timur dan tengah yang meliputi
daerah Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NTB, NTT,
Maluku, danIrian Jaya. Sedangkan pemasaran urea non-subsidi meliputi seluruh
CO2
(KARBONDIOKSIDA)
NH3
(AMONIAK)
SINTESIS
DEKOMPOSISI
KONSENTRASI
PRILLING/
GRANULLING
PEMULIHAN
PENGOLAHAN
AIR LIMBAH
UREA
PRILL/GRANUL
PROSES
KONDENSAT
NH3
UREA
Kalor Pendinginan
CO2
H2O
Kalor
Kalor
41
wilayah Indonesia. Pemasaran urea non-subsidi juga dilakukan ke luar negeri, PT
Pupuk Kalimantan Timur memasarkan urea berdasarkan kuota dari PT. Pupuk
Indonesia Holding meliputi negara Malaysia, Vietnam, Jepang, China, Srilanka,
dan Philipina
5.2 Realisasi Penjualan dan Penerapan Marketing Mix pada Urea Non-subsidi
Penjualan Urea Non-subsidi PT Pupuk Kaltim memiliki pengaruh yang
penting bagi pencapaian tujuan perusahaan berupa peningkatan laba disamping
penyaluran pupuk Urea subsidi dan penjualan produk lainnya. Penjualan yang
dilakukan di dalam maupun luar negeri memiliki kapasitas volume penjualan yang
berbeda. Penjualan urea non-subsidi dalam negeri menjadi penjualan yang lebih
diutamakan daripada penjualan ke luar negeri karena tujuan utama perusahaan
adalah memenuhi kebutuhan urea di seluruh wilayah di Indonesia. Sama halnya
seperti produk pertanian lainnya, volume penjualan urea non-subsidi dalam negeri
milik PT Pupuk Kaltim juga bersifat fluktuatif. Berikut adalah realisasi penjualan
Urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim selama periode 2007-2016.
450.940
548.699
556.102
681.971
448.162 456.755
384.890
561.700
764.078
790.009
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun Volume Penjualan (Ton)
Gambar 2. Realisasi Penjualan Urea Non-subsidi PT Pupuk Kaltim 2007-2016
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
42
Grafik realisasi penjualan diatas menunjukkan bahwa penjualan urea non-
subsidi dalam negeri yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir mengalami kondisi
yang fluktuatif, dimana penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2016 dengan kuantum
sebesar 790.009 ton atau meningkat 3% dari tahun sebelumnya yaitu 764.078 ton.
Penjualan urea non-subsidi terendah terjadi pada tahun 2013 dengan kuantum
sebesar 384.890 ton atau lebih rendah 24% dari tahun 2012 dengan volume
penjualan sebesar 456.755 ton urea.
Perubahan volume penjualan yang signifikan selama kurun waktu sepuluh
tahun terjadi oleh banyak faktor yang akan dibahas dalam penelitian ini. Salah satu
faktor yang terlihat langsung dampaknya ialah terjadinya perubahan kapasitas
produksi urea. PT Pupuk Kaltim telah menambah kapasitas produksi urea dari
awalnya 2.280.000 ton urea per tahun dan diproduksi oleh empat pabrik yang
masing-masing memiliki kapasitas 570.000 ton urea kemudian ditambah dengan
satu pabrik yang diresmikan pada tahun 2015 dengan kapasitas produksi sebesar
1.150.000 ton urea. Dengan demikian pada saat ini PT Pupuk Kaltim telah mampu
memproduksi urea dengan kapasitas sebesar 3.430.000 ton per tahun.
Dalam upaya peningkatan volume penjualan Urea Non-Subsidi Dalam
Negeri, Perusahaan tidak hanya berupaya menambah kapasitas produksi tetapi juga
dengan mengembangkan strategi lain termasuk pemasaran yang dilakukan. Berikut
adalah strategi pemasaran Marketing Mix 4P yang diterapkan oleh perusahaan
mulai dari produk (place), penetapan harga (price), promosi (promotion), hingga
distribusi (place) urea.
5.2.1 Produk (Product)
Produk merupakan komponen utama dari setiap usaha, tidak terkecuali
perusahaan manufaktur seperti PT Pupuk Kaltim. Perusahaan memiliki beberapa
produk yang dipasarkan tidak hanya di sektor subsidi namun juga non-subsidi, baik
dalam negeri (domestik) maupun ekspor (luar negeri). Dari sekian banyak produk
yang diproduksi, urea merupakan produk utama selain amoniak. Setiap produk
yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki spesifikasi masing-masing. Baik dari
segi komposisi, bentuk, maupun pengemasan urea non-subsidi berbeda dengan urea
subsidi. Walaupun kandungan dalam kedua produk tersebut tidak jauh berbeda,
43
namun karena produk non-subsidi memiliki dua bentuk butiran produk yang lebih
bervariasi, maka kandungan yang terkandung dalam produk juga sedikit berbeda.
Dilihat dari jenis barang, urea merupakan produk industri (Industrial
Goods) dan termasuk dalam kategori produk bahan baku (Raw), dimana barang
jenis ini menurut Basu Swastha dan Irawan (2008) dicirikan sebagai barang yang
harga per unitnya rendah, dengan usia pendek, jumlah pembelian besar, frekuensi
pembelian yang sering dengan standarisasi tinggi dan penawaran bersifat terbatas.
Urea tergolong dalam jenis pupuk tunggal yaitu pupuk dengan kandungan unsur
hanya satu jenis, Nitrogen. Berikut spesifikasi lengkap produk urea yang diproduksi
oleh PT Pupuk Kaltim:
Tabel 4. Spesifikasi Produk Urea Non-Subsidi
No Kandungan Satuan Jenis Produk
Urea Prill Urea Granul
1 Nitrogen Total % wt (min) 46,30 46
2 Biuret % wt (max) 1 1
3 Moisture % wt (max) 0,3 0,5
4 Ukuran butiran Mm 1-2 2-4
5 Fe ppm wt (max) 0,1 1
6 NH3 Free ppm wt (max) 150 150
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
Urea non-subsidi terbagi menjadi dua jenis produk yaitu urea dengan bentuk
prill dengan ukuran butiran antara 1-2 mm yang biasanya dikonsumsi untuk
tanaman pangan dan urea yang berbentuk granul dengan ukuran butiran lebih besar
yaitu 2-4 mm yang biasanya dikonsumsi untuk kebutuhan perkebunan dan industri.
Kandungan nitrogen yang terdapat dalam urea normalnya sebesar 46%, seperti yang
terdapat dalam urea granul, namun dalam urea prill, kandungan nitrogen yang
terkandung dalam produk minimal sebesar 46,30%. Urea prill juga merupakan
bentuk dari urea subsidi. Selain itu, warna urea non-subsidi adalah putih, berbeda
dengan urea subsidi pada umumnya berwarna merah muda (pink).
Produk urea non-subsidi di pasarkan dalam dua bentuk pengemasan yaitu
dengan bag (kantong) 50kg dan curah (tanpa pengemasan). Perusahaan juga mulai
memasarkan urea non-subsidi dengan kemasan 20kg yang khusus dijual untuk
segmen ritel lewat aplikasi online shopping. Urea non-subsidi yang dikemas
44
kantong baik urea prill maupun granul dijual dengan merek “Daun Buah”. Pada
setiap produk kantong urea non-subsidi, terdapat informasi lengkap terkait produk
seperti berat, spesifikasi pupuk, dan peringatan larangan penggunaan gancu. Selain
itu dicantumkan juga informasi legalitas produk yaitu SPPT-SNI atau LSPro, NPP,
dan NRP.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen, investor dan
stakeholder lain, PT Pupuk Kaltim menerapkan sistem manajemen mutu produk
pupuk urea SNI 2801: 2010 untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan dan
layanan yang diterima oleh konsumen dalam kondisi terbaik dengan menerapkan
prinsip “Enam T” yaitu Tepat Mutu, Tepat Jumlah, Tepat Jenis, Tepat Tempat,
Tepat Waktu dan Tepat Harga. Selain menerapkan sistem manajemen mutu, PT
Pupuk Kaltim juga menyediakan sarana dukungan pelayanan pelanggan berupa
beberapa kontak layanan konsumen yang dapat dihubungi dengan telepon, SMS,
dan Email. Setiap pertanyaan mengenai informasi umum terkait produk dan layanan
umum akan langsung ditanggapi oleh agen layanan pelanggan, sedangkan untuk
pengaduan pelanggan yang membutuhkan klarifikasi dari unit produksi akan
ditanggapi dalam waktu maksimum 3x24 jam kalender kerja sejak diterima.
Gambar 6. Kemasan Pupuk Urea Non-Subsidi 50 kg PT Pupuk Kaltim
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
45
Gambar 7. Sistem Pelabelan Kemasan Produk PT Pupuk Kaltim
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
5.2.2 Harga (Price)
Harga merupakan satu-satunya elemen dalam marketing mix yang
menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen lain hanya menggambarkan
biaya (Kotler, 2008). Selain itu, harga merupakan elemen yang fleksibel, dimana
harga dapat berubah sewaktu waktu. Seperti halnya yang terjadi dalam penetapan
harga urea yang dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim, dalam satu tahun, perubahan
harga urea bisa terjadi hanya satu kali atau bahkan lebih. Hal tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor langsung dan tidak langsung. Faktor-faktor langsung yang
mempengaruhi perubahan harga antara lain terjadinya kenaikan atau penurunan
harga gas alam yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan urea,
perubahan tersebut secara langsung akan mempengaruhi biaya produksi yang
merupakan faktor lain dalam perubahan harga. Disamping itu, adanya peraturan
pemerintah yang mengatur terkait harga atas dan harga bawah produk, harga produk
sejenis dari pesaing, jarak pengiriman barang dan perubahan harga urea di pasar
internasional terutama di China yang merupakan negara produsen pesaing, Asia
46
tenggara yang merupakan pasar utama ekspor juga mempengaruhi penetapan harga
urea.
Penetapan harga merupakan aktivitas yang cukup kompleks dan sulit.
Menurut Basu Swastha dan Irawan (2008) pentingnya penetapan harga memerlukan
pendekatan yang sistematis, melibatkan pemantapan tujuan dan struktur penetapan
harga yang tepat. Penetapan harga urea non-subsidi di PT Pupuk Kaltim dilakukan
oleh Departemen Penjualan urea yang merupakan bagian dari tanggungjawab
Manager Pemasaran. Sebelum penentuan harga dilakukan, Departemen Penjualan
selalu melakukan kajian terlebih dahulu, hingga kemudian jika harga telah disetujui
baik oleh General Manager dan Direktur Komersil, surat keputusan harga urea
dapat diterbitkan dan harga urea resmi berubah. Disamping itu, sebagai bagian dari
Pupuk Indonesia, perubahan harga yang terjadi sewaktu-waktu juga merupakan
hasil kesepakatan bersama dengan Pupuk Indonesia.
Penetapan harga urea non-subsidi cenderung lebih mahal dari harga urea
subsidi karena pemerintah tidak ikut dalam meringankan beban biaya produksi
maupun membeli produk untuk petani namun ikut mempengaruhi dengan
penentuan batas atas dan bawah harga produk yang boleh dijual di pasar. Prosedur
penentuan harga urea non-subsidi dimulai dengan estimasi permintaan pasar untuk
produk, kemudian dilanjutkan dengan penentuan market share yang diharapkan,
memilih strategi harga yang digunakan untuk mencapai target penjualan, serta
mempertimbangkan dengan produk pesaing, distribusi dan pajak yang dikenakan.
Penetapan harga urea non-subsidi juga ditentukan berdasarkan cara pembelian oleh
konsumen, apakah konsumen ingin membeli dalam bentuk kantong (in bag) atau
dalam bentuk curah. Perbedaan ini terjadi atribut yang terdapat dalam produk tidak
sama, pembelian melalui curah tidak dilengkapi dengan pengemasan. Disamping
berdasarkan pengemasan, perbedaan harga juga terjadi pada perbedaan bentuk
produk baik prill maupun curah.
5.2.3 Promosi (Promotion)
Promosi merupakan kegiatan yang penting untuk dilakukan dalam
memasarkan urea non-subsidi, hal ini terkait wilayah penjualan yang lebih luas dan
tidak terfokus seperti yang terjadi pada pupuk urea subsidi. Meskipun begitu dalam
47
kegiatan promosi yang dilakukan untuk barang industri, produsen biasanya lebih
menitik-beratkan pada personal selling (menggunakan tenaga penjual) daripada
periklanan, meskipun keduanya sering dilakukan bersamaan. Menurut Irawan
(2008) hal ini dilakukan karena secara geografis pemakai industri lebih spesifik dan
memusat serta jauh lebih sedikit daripada konsumen barang konsumsi. PT Pupuk
Kaltim lebih banyak menghabiskan anggaran promosi perusahaan untuk kegiatan
pameran, sosialisasi produk dan beberapa kegiatan promosi seperti pemasangan
iklan di billboard, tv, radio, brosur dan buletin.
Kegiatan promosi berupa pemasangan iklan di billboard, radio dan tv lebih
banyak dilakukan di Kalimantan Timur, terutama pada daerah yang memiliki
potensi konsumen besar seperti perkebunan kelapa sawit. Selain itu PT Pupuk
Kaltim juga telah mengembangkan bisnis ke bidang media broadcasting dengan
mendirikan stasiun tv “PKTV” sebagai bentuk dari pengembangan bisnis serta
sebagai sarana promosi. Disamping kegiatan promosi, perusahaan juga aktif
mengikuti pameran di berbagai event maupun menggelar pameran di berbagai
daerah atau turut serta meramaikan kegiatan yang diadakan pada hari-hari besar di
kota Bontang. Pemberian marchandise seperti kalender, kaos, maupun alat
pendukung pertanian kepada konsumen lewat distributor atau agen pupuk di
berbagai daerah juga merupakan salah satu bentuk promosi produk.
PT Pupuk Kaltim juga tidak hanya mengandalkan promosi langsung untuk
memperkenalkan produk secara luas, program demplot (demo plot) juga menjadi
salah satu sarana yang mulai dikembangkan, produk urea non-subsidi dikenalkan
lebih dekat ke petani dengan praktek budidaya langsung menggunakan urea “Daun
Buah” mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Kegiatan ini juga terwujud
dengan kerjasama bersama para petani. Kegiatan seperti ini memberikan
keuntungan untuk perusahaan dan para petani. Petani mendapatkan ilmu dengan
mempelajari bagaimana pemupukan yang tepat dan takaran urea yang sesuai.
Program seperti ini masih terus dikembangkan oleh perusahaan tidak hanya di
dalam lingkup Kalimantan Timur tetapi juga di beberapa daerah lainnya di
Kalimantan, Jawa dan sebagian di pulau Sulawesi.
48
5.2.4 Distribusi (Place)
Perusahaan memanfaatkan dua jenis pola distribusi untuk pemasaran urea
non-PSO dalam negeri ke konsumen yaitu saluran distribusi tidak langsung
(menggunakan distributor) dan langsung. Saluran pertama adalah pola produsen –
distributor – konsumen akhir atau end user dan produsen - end user. Pola saluran
distribusi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 4. Pola Saluran Distribusi Pupuk Urea Non-Subsidi Dalam Negeri PT
Pupuk Kaltim
PT Pupuk Kaltim memiliki 4 dermaga dari total 6 dermaga yang
dimanfaatkan dalam pemuatan produk urea, yaitu Dermaga Konstruksi
(Construction Jetty) dan Dermaga Tursina (Tursina Jetty) digunakan untuk
pemuatan produk in bag atau kantong. Sedangkan pemuatan produk curah
dilakukan pada Dermaga BSL dan QAL (Quadrant Arm Loader). Selain dermaga,
perusahaan juga memiliki 18 Kantor Pemasaran yang difungsikan sebagai
perwakilan perusahaan dengan 1077 distributor di berbagai wilayah yang tersebar
diseluruh Indonesia. Dalam pola distribusi urea tidak langsung, PT Pupuk Kaltim
tidak melakukan penunjukkan distributor secara khusus. PT Pupuk Kaltim
melayani seluruh permintaan pembelian, baik oleh Distributor untuk dijual kembali
ke pihak ketiga atau permintaan langsung. Berikut adalah syarat pembelian Urea
Non-subsidi:
1. Pembeli merupakan Pribadi atau Perusahaan yang berbentuk UD, Koperasi,
CV atau PT
2. NPWP Pribadi dapat dipakai untuk perusahaan yang belum berbadan hukum
3. Akta pendirian usaha
4. Tanda Daftar Usaha (TDP)
5. SIUP Perusahaan yang masih berlaku dan minimal bergerak dibidang
perdagangan umum.
49
6. NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
7. Company Profile (Alamat kantor pusat/perwakilan, nomor telepon/faks,
penanggung jawab/pimpinan perusahaan)
8. Purchase order (PO) dari end user
9. Surat pernyataan peruntukan urea (untuk pembelian pribadi)
10. Ketentuan dan syarat diatas berlaku untuk satu kali disaat pengajuan sebagai
mitra, dan bisa berubah sesuai data (seperti PO, dikirim setiap ada permintaan
pembelian dari end user ke distributor)
PT Pupuk Kaltim memiliki produk urea yang dibagi menjadi dua jenis yaitu
prill dan granul. Prill mempunyai ukuran butiran sebesar 1-3,35mm, sedangkan
granul memiliki ukuran butiran sebesar 2-4,75 mm. Masing-masing jenis dijual
dalam curah dan in bag (kantong). Produk-produk tersebut tidak hanya dikirimkan
dari gudang pusat di Bontang tetapi juga dari gudang KP yang telah tersebar di
seluruh wilayah pemasaran di Indonesia. Sistem penjualan yang digunakan adalah
FOB (Free On Boat), FOT (Free On Truck) dan CIF/CFR (Cost, Insurance, and
Freight/ Cost and Freight).
A. FOB (Free On Boat) / FOT (Free On Truck)
Pendistribusian produk dengan sistem penjualan FOB ini biasa dilakukan
untuk pengiriman antar pulau. Asal kapal yang digunakan dalam pengiriman yaitu
berasal dari kapal milik konsumen. Sedangkan untuk pengiriman produk untuk
pemenuhan pasokan di gudang KP di seluruh Indonesia berasal dari perusahaan
yang bekerjasama dengan Perusahaan Jasa Transportasi (PJT) atau yang biasa
disebut dengan Transporter. Kapal milik pembeli digunakan jika konsumen dari
luar pulau membeli produk urea non-PSO langsung dari Bontang maupun Kantor
Pemasaran di seluruh Indonesia. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
kapal sebelum pemuatan produk dilakukan, antara lain:
- Kapal (Besi/Kayu) : Kapal yang digunakan harus laik laut dan difasilitasi
dengan Derrick / Crane dengan kemampuan angkat minimal sebesar 2 ton
- Tongkang / Barge: Tongkang yang digunakan dalam harus laik laut dan
dilengkapi fasilitas sideboard, Derrick / Crane dengan kemampuan angkat
minimal 2 ton, forklift dengan kemampuan angkat 2 ton dan alas atau dunnage.
50
FOT adalah sistem penjualan yang lebih sederhana dari FOB, penggunaan
sistem penjualan dengan memanfaatkan alat transportasi truk ini biasa dilakukan
untuk pengiriman antar kota dalam pulau. Produk yang didistribusikan
menggunakan sistem ini bisa berasal dari gudang Tursina yang berlokasi di Bontang
atau gudang-gudang yang berada di Kantor Pemasaran seluruh Indonesia. Produk
yang dikirim biasanya berbentuk in bag atau kantong. Sama seperti FOB, asal
transportasi angkut atau truk berasal dari pihak pembeli. Truk yang biasa digunakan
diperoleh dari perusahaan jasa transportasi atau transporter. Berikut adalah tahapan
kegiatan yang berlangsung dalam pelaksanaan sistem penjualan FOB/FOT.
B. CIF/CFR (Cost, Insurance and Freight/ Cost and Freight)
CIF dan CFR adalah metode pengiriman yang prosesnya lebih rumit dan
panjang dibanding FOB dan FOT. CIF adalah proses pengiriman menggunakan
kapal yang biaya angkut hingga pengiriman produk termasuk asuransi sampai
gudang pembeli ditanggung oleh perusahaan/produsen. Proses pengiriman CFR
hampir sama dengan CIF namun tanpa penanggungan asuransi. Metode pengiriman
ini jarang dipakai oleh perusahaan. Saat ini PT Pupuk Kaltim hanya menawarkan
dua macam metode yaitu FOB dan FOT.
Gambar 5. Mekanisme Distribusi Produk Berdasarkan Incoterms 2010
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2018
51
Selama proses distribusi berlangsung, perusahaan perlu mengeluarkan Secara
umum dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses distribusi produk baik
menggunakan sistem FOB, FOT maupun CIF/CFR adalah sama, yang
membedakannya adalah proses FOB dan CIF/CFR memerlukan dokumen-
dokumen shipping seperti B/L dan Sertifikat Surveyor, sedangkan sistem FOT tidak
membutuhkan dokumen-dokumen tersebut. Sebagai gantinya sistem penjualan
FOT membutuhkan dokumen jalan berupa BASTB (Berita Acara Serah Terima
Barang) dan sertifikat surveyor jika dibutuhkan. Berikut aliran informasi dalam
proses saluran distribusi produk Urea non-PSO dalam negeri:
1) Pengajuan Permohonan Pembelian
Pengajuan permohonan pembelian adalah bentuk transaksi pemesanan yang
diterbitkan oleh pihak pembeli, terdiri dari surat permohonan pembelian dan
Purchase Order yang berisi informasi terkait jenis produk yang ingin dibeli, jumlah
atau kuantum, penawaran harga, cara pembayaran, wilayah dan waktu pengambilan
barang.
2) Penerbitan SKPP (Surat Konfirmasi Permohonan Pembelian)
SKPP adalah surat yang diterbitkan dari perusahaan atau Departemen
Pemasaran sebagai bentuk konfirmasi tertulis terkait permohonan pembelian yang
diajukan oleh pembeli. Setiap SKPP hanya berlaku untuk satu nomor kontrak
dengan masa berlaku selama satu bulan dari tanggal diterbitkan. Komponen-
komponen penting yang tercantum dalam SKPP antara lain harga produk, jumlah
atau kuantum produk, waktu pengambilan, masa berlaku kontrak, dan wilayah
tujuan pengiriman produk.
3) Penerbitan SPJB (Surat Perjanjian Jual Beli)
SPJB diterbitkan bersama SKPP, berguna sebagai legalitas kontrak antara
perusahaan sebagai produsen dan pembeli. Surat ini berisi informasi terkait penjual
dan pembeli, kuantum produk yang dibeli, kemasan, bentuk atau komoditas produk,
kuantitas atau jumlah kandungan bahan, cara pembayaran, ketentuan-ketentuan,
masa berlaku hingga tanda tangan kedua belah pihak yang bersangkutan.
52
4) Pemberitahuan Nominasi Alat Angkut
Setelah diterbitkannya SPJB, pihak pembeli selanjutnya mengajukan nominasi alat
angkut yang berisi informasi terkait jenis transportasi yang digunakan, waktu
kedatangan dan informasi lain yang berkaitan dengan alat angkutan yang digunakan
dalam pembelian produk. Pada proses pengiriman CIF dan CFR, nominasi alat
angkut dilakukan oleh pihak penjual karena pengangkutan dan pengiriman barang
menggunakan kapal ditanggung oleh produsen.
5) Penerbitan Kode Booking
Kode Booking adalah bentuk instruksi pembayaran yang diberikan oleh perusahaan
kepada pembeli dan disesuaikan dengan nominasi alat angkut. Selain itu surat ini
berisi informasi terkait nomor unik dan rekening perusahaan yang digunakan untuk
transaksi.
6) Proses Pembayaran
Dalam proses Pembayaran urea non-subsidi terdapat beberapa dokumen
penting penting yang diperlukan. Jenis dokumen yang disiapkan oleh Departemen
Pemasaran tergantung dari jenis pembayaran yang telah disepakati oleh pembeli.
Terdapat dua cara pembayaran yang ditawarkan untuk pembeli yaitu metode T/T
(Telegraphic Transfer) atau pembayaran langsung diawal proses pembelian dan
menggunakan metode kredit dengan prosedur SKBDN (Surat Kredit Berdokumen
Dalam Negeri). Berikut gambaran umum terkait dokumen-dokumen dalam dua
jenis pembayaran:
a. Metode pembayaran T/T (Telegraphic Transfer)
Pembayaran T/T adalah bentuk bentuk pembayaran langsung, perusahaan
menerbitkan kode booking dan selanjutnya pembeli dapat mentransfer pembayaran
sesuai nominal yang telah disepakati.
b. Metode Pembayaran menggunakan SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam
Negeri)
SKBDN atau yang biasa disebut dengan L/C (Letter of Credit) local adalah
komponen pembayaran yang diterbitkan oleh bank pembuka atas perjanjian dengan
53
pembeli untuk kemudian bank tersebut melakukan pembayaran kepada perusahaan
sebagai penjual melalui bank penerima. Terdapat dua jenis SKBDN yang berlaku
yaitu (a) Sight L/C Dalam Negeri (SKBDN yang dapat dicairkan jika dokumen
yang diprasyaratkan telah dipresentasikan ke bank pembayar); dan (b) Usance L/C
Dalam Negeri (SKBDN yang dapat dicairkan/dibayarkan setelah jatuh tempo
secara dengan menggunakan wesel berjangka)
7) Penerbitan Sales Order
Sales order adalah dokumen yang diterbitkan oleh Departemen Pemasaran Urea
setelah pembayaran selesai dilakukan oleh pembeli, dokumen ini berisi informasi
terkait detail produk dan pengirimannnya meliputi deskripsi produk, alat angkut
yang digunakan, tujuan, estimasi pengambilan produk, nomor kontrak, dan batas
pengambilan produk.
8) Proses Pemuatan
Setiap proses pemuatan yang terjadi pada masing-masing cara pengiriman baik
FOB maupun FOT membutuhkan dokumen atau informasi, ada beberapa dokumen
yang sama dan ada beberapa yang berbeda. Berikut adalah beberapa dokumen yang
digunakan dalam proses pemuatan:
A. Bill of Lading (B/L)
Bill of Lading atau B/L adalah surat yang diterbitkan oleh Departemen
Pelabuhan dan Pengapalan. Surat ini diterbitkan untuk melengkapi dokumen
pengiriman urea. Berisi informasi terkait berita acara pengiriman yang akan
dilakukan, seperti pelabuhan asal dan tujuan, nama barang, volume, no. Kontrak,
asuransi, no. SKBDN (jika pembelian urea non-subsidi menggunakan SKBDN),
dan nomor Sales Order.
B. BASTB (Berita Acara Serah Terima Barang)
Keguanaan surat BASTB sama dengan B/L. Surat ini dikeluarkan jika
pengiriman urea menggunakan alat transportasi truk. Surat ini berisi informasi
terkait asal dan tujuan pengiriman barang, volume, nomor kontrak, nomor sales
order, nama alat angkut dan nomor SKBDN (jika menggunakan SKBDN).
54
C. Sertifikat Surveyor
Surveyor yang bertugas dalam pemuatan produk di dermaga menerbitkan beberapa
dokumen yang dibutuhkan dalam distribusi Urea.
9) Penerbitan DO (Delivery Order)
DO atau Delivery Order merupakan suatu bentuk instruksi pengiriman atau
pemuatan barang yang dikeluarkan sebagai bukti pengeluaran barang dari gudang
ke pelabuhan untuk proses pemuatan oleh Departemen Pelabuhan dan Pengapalan.
Pada saat ini DO tidak lagi berbentuk surat cetak tetapi berbentuk soft file yang
diproses secara otomatis menggunakan sistem SAP seperti halnya GI (Good Issues)
yang merupakan bentuk konfirmasi kondisi aktual produk ketika sampai ke
konsumen.
10) Penerbitan Billing (Faktur Penjualan dan Pajak)
Faktur penjualan dan pajak diterbitkan oleh Departemen Keuangan setelah
semua proses pemuatan dan pengiriman selesai, digunakan sebagai bukti tagihan
untuk pembeli. Perusahaan menawarkan sistem penjualan yang sama pada dua pola
saluran distribusi yang diterapkan oleh PT Pupuk Kaltim baik langsung (Produsen
- End User) maupun dengan satu perantara (Produsen – Distributor – End User).
Perusahaan memiliki sumberdaya terbatas sehingga tidak mampu menjangkau
konsumen yang membutuhkan urea dengan jumlah yang lebih sedikit dan berada di
daerah yang sulit dijangkau. Oleh karena itu, Perusahaan kemudian bekerjasama
dengan distributor untuk membuat sistem distribusi lebih efisien waktu dan biaya.
Konsumen dengan kebutuhan pupuk yang besar dapat membeli langsung untuk
berpeluang mendapatkan harga yang lebih kompetitif.
55
Skema 5. Aliran Informasi Prosedur Penjualan Pupuk Urea Non-Pso Dalam
Negeri
Sumber: Data Sekunder (diolah), 2017
Pembeli
Dept. Pelabuhan dan
Pengapalan
Dept. Pemasaran Urea
Dept. Keuangan
Permohonan Pembelian
Penerbitan SKPP dan SPJB
Pembayaran
T/T Kredit / SKBDN
Nominasi Alat
Angkut
Kode Booking Evaluasi/Pengecekan SKBDN
Draft SKBDN
Nominasi Alat Angkut
Sales Order
Proses Pemuatan
Delivery Order
Faktur Penjualan dan Pajak
Mulai
Selesai
Pembayaran
56
5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Penjualan Urea Non-
subsidi
Pengaruh faktor-faktor penjualan berupa biaya produksi, penetapan harga
produk, biaya promosi, dan biaya distribusi terhadap volume penjualan urea non-
subsidi PT Pupuk Kaltim dalam penelitian ini diketahui dengan menganalisis
hubungan antar variabel tersebut menggunakan alat analisis regresi linier berganda
dan splikasi yang digunakan adalah SPSS 17.0 for Windows. Metode estimasi yang
digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square) dimana penggunaan
metode OLS bertujuan untuk meminimumkan jumlah kuadrat error. Parameter
yang dibutuhkan dalam penelitian ini hendaknya bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator).
5.3.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum analisis regresi berganda tersebut dilakukan, maka variabel yang
akan digunakan perlu diuji asumsi klasik terlebih dahulu agar analisis regresi yang
dihasilkan menjadi valid. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, autokorelasi, multikolinieritas
dan heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan
terhadap variabel dependen berupa volume penjualan urea non-subsidi dan variabel
independen berupa biaya produksi, penetapan harga, biaya promosi dan biaya
distribusi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel
dependen berupa volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim dan variabel
independen berupa biaya produksi, penetapan harga, biaya promosi, dan biaya
distribusi yang digunakan dalam analisis memiliki residual yang terdistribusi
normal atau tidak normal. Dalam analisis regresi berganda, asumsi normalitas atau
residual terdistribusi normal adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum terjadi
analisis. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:
H0 : Sebaran residual tidak terdistribusi normal
H1 : Sebaran residual terdistribusi normal
57
Pengujian asumsi normalitas pada analisis ini menggunakan grafik P-P plot dan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi α (0,05). Hasil
pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Gambar 6. Uji Normalitas P-P Plot
Tabel 5. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Biaya
Produksi Harga
Biaya
Promosi
Biaya
Distribusi
Volume
Penjualan
N 10 10 10 10 10
Normal
Parameters
Mean 7995343 4.253 11348.53 141182.05 54330.6
Std.
Deviation 2706808 .9266 4938.052 164951.05 126562.5
Most
Extreme
Difference
Absolute .125 .220 .276 .350 180
Positive .116 .117 .276 .350 180
Negative -.125 -.220 -.203 -.292 -.107
Kolmogorov-Smirnov Z .397 .695 .873 1.108 .568
Asymp. Sig (2-tailed) .998 .719 .431 .171 .904
Berdasarkan hasil uji P-P Plot diketahui bahwa sebaran data variabel yang
diteliti menyebar disekitar garis diagonal yang merupakan perpotongan antara
probabilitas harapan dan pengamatan. Hasil uji menggunakan grafik P-P Plot
tersebut menunjukkan bahwa sebaran data observasi volume penjualan urea PT
Pupuk Kaltim adalah normal. Disamping itu, berdasarkan tabel uji One-Sample
Kolmogrov-Smirnov diketahui bahwa nilai dari signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed)) semua variabel yang digunakan dalam penelitian lebih dari taraf
signifikansi α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa residual pada semua
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Volume Penjualan
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.00
.75
.50
.25
0.00
58
variabel yang digunakan dalam penelitian telah menolak H0 dan menerima H1atau
residual terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dalam analisis regresi berganda digunakan untuk
mengetahui apakah antar variabel independen (X) terjadi korelasi atau keterkaitan
satu sama lain. Model analisis regresi berganda yang baik adalah tidak terjadinya
korelasi antar variabel independen tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
pengukuran multikolinieritas yaitu melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
dalam penggunaan aplikasi SPSS 17.0 for Windows. Jika nilai dari VIF masing
masing variabel independen berupa biaya produksi, harga, biaya promosi, dan biaya
distribusi lebih dari sepuluh (VIF > 10) maka data yang diteliti menunjukkan
terjadinya korelasi antar variabel independen, sedangkan jika nilai dari VIF < 10
maka menunjukkan tidak terjadinya korelasi antar variabel independen. Berikut
adalah hasil pengujian VIF dalam tabel Coefficientsa:
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinieritas menggunakan VIF
Model Collinearity Statistic
Tolerance VIF
Biaya Produksi .225 4.452
Harga .511 1.958
Biaya Promosi .237 4.216
Biaya Distribusi .584 1.713
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai dari VIF dari masing-
masing variabel independen yaitu biaya produksi, harga, biaya promosi, dan biaya
distribusi memiliki tolerance bervariasi dan nilai VIF mereka kurang dari 10. Hal
tersebut menunjukkan bahwa antar variabel independen yang digunakan dalam
penelitian tidak terjadi korelasi. Dengan demikian, variabel independen (X) dalam
model analisis regresi berganda tidak terjadi multikolinieritas, sehingga model
tersebut dinyatakan lolos uji multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi antar variabel error,
terjadinya korelasi antara tahun saat ini (t) dengan tahun sebelumnya (t-1) dan
seterusya. Mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam model analisis regresi
59
berganda pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson menggunakan
aplikasi SPSS 17.0 for Windows dengan taraf signifikansi α (0,05) Dalam pengujian
ini terdapat setidaknya tiga kriteria yang umum digunakan untuk mengukur tingkat
autokorelasi yang terjadi antar variabel yaitu:
1. dw > 4-dL : autokorelasi positif
2. dw < 4-dU : autokorelasi negatif
3. 4-dU < dw < 4-dL : pengujian tidak meyakinkan/ ragu-ragu
Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Model Dw dL dU 4-dL 4-dU
1 2.084 0,3760 2,4137 3,624 1,5863
Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson terhadap variabel yang digunakan
dalam analisis regresi berganda pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah k atau
variabel independen (predictors) adalah 4 dan jumlah n atau data observasi per
variabel adalah 10, maka nilai dL adalah 0,3760 dan dU adalah 2,4137, sedangkan
nilai dari 4-dL adalah 3,624 dan 4-dU adalah 1,5863. Berdasarkan deskripsi
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai dw lebih kecil dari 4-dL dan lebih kecil dari
4-dU yang artinya adalah pengujian autokorelasi yang dilakukan bersifat negatif.
Artinya, tidak ada autokorelasi yang terjadi terhadap variabel independen berupa
biaya produksi, harga, biaya promosi dan biaya distribusi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana variansi error dalam model
regresi berganda tidak konstan atau variansi antar error berbeda. Syarat utama yang
harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda ialah variansi error dalam model
harus bersifat homoskedastisitas atau variansi error bersifat sama. Pengujian
60
heteroskesdatisitas dalam penelitian ini menggunakan diagram scatterplot. Berikut
adalah hasil uji scatterplot untuk uji asumsi heteroskesdatisitas:
Gambar 7. Diagram Scatter Plot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar dari hasil uji heteroskedastisitas menggunakan
scatterplot, diketahui bahwa variansi error yang terdapat dalam variabel pada
penelitian ini tidak membentuk pola teratur, sehingga data yang diteliti bersifat
homoskedastisitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel independen berupa
biaya produksi, harga, biaya promosi dan biaya distribusi yang digunakan dalam
penelitian ini lolos uji heteroskedastisitas.
5.3.2 Hasil Analisis Regresi Berganda
Setelah semua variabel telah berhasil lolos dalam uji asumsi klasik, maka
variabel telah dinyatakan siap untuk di analisis regresi berganda. Tahap selanjutnya
adalah memasukkan semua variabel ke dalam model analisis regresi berganda.
Analisis regresi berganda menggunakan biaya produksi, harga, biaya promosi, dan
biaya distribus kedalam variabel penjelas atau independen dan volume penjualan
urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim sebagai variabel terikat atau dependen. Analisis
berganda yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 17.0.
Scatterplot
Dependent Variable: Volume Penjualan
Regression Standardized Predicted Value
2.52.01.51.0.50.0-.5-1.0-1.5
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
61
berikut adalah hasil dari input variabel dan data observasi ke dalam model analisis
regresi berganda pada aplikasi:
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
Unstandarized
Coefficients
Standarized
Coefficients
t Sig.
Keterangan
B
Std.
Error Beta
Constant 294521.0 105305.1 2.797 .038 Signifikan
Biaya
Produksi -.033 .0,15 .702
-
2.225 .077
Tidak
Signifikan
Harga 46247.482 28569.072 .339 1.619 .166 Tidak
Signifikan
Biaya
Promosi 23.008 7.867 .898 2.925 .033 Signifikan
Biaya
Distribusi .456 .150 .594 3.038 .029 Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui model dari analisis regresi
berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Y = 294521.0 - 0.033X1 + 46247.482X2 + 23.008X3 + 0.456X4 + e
Dimana:
Y = volume penjualan (ton)
a = intersep/konstanta
β1 = koefisien regresi berganda varibel independen ke-1
X1 = biaya produksi urea non-subsidi (jutaan rupiah/tahun)
X2 = rata-rata harga urea non-subsidi (jutaan rupiah/tahun)
X3 = biaya promosi urea non-subsidi (jutaan rupiah/tahun)
X4 = biaya distribusi urea non-subsidi (jutaan rupiah/tahun)
e = error
Berdasarkan model regresi berganda diatas, maka intepretasi dari variabel yang
paling berpengaruh hingga variabel yang kurang berpengaruh dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. a = 294521.0, konstanta dalam model diatas menunjukkan bahwa dalam keadaan
tanpa variabel independen berupa biaya produksi, harga, biaya promosi, dan
62
biaya distribusi, volume penjualan urea berada pada titik konstan yaitu 294.521
ton.
2. β3 = 23.008. koefisien variabel X3 berupa biaya promosi dalam model diatas
menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya promosi sebesar satu juta rupiah
akan mampu meningkatkan volume penjualan sebesar 23.008 ton volume
penjualan urea non-subsidi. Hal tersebut signifikan dengan kenyataan bahwa
setiap penambahan biaya promosi akan memperluas dan memperbanyak
promosi yang dilakukan perusahaan sehingga produk akan semakin dikenal dan
volume penjualan urea non-subsidi akan meningkat.
3. β4 = 0.456. koefisien variabel X4 berupa biaya distribusi dalam model diatas
menunjukkan bahwa setiap penambahan biaya distribusi sebesar satu juta rupiah
akan menambahkan volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim
sebesar 0.456 ton. Hal tersebut signifikan dengan kenyataannya bahwa setiap
penambahan biaya distribusi akan meningkatkan volume penjualan urea non-
subsidi.
4. β2 = 46247.482. koefisien dari variabel X2 atau harga dalam model diatas
menunjukkan bahwa setiap penambahan satu juta rupiah penetapan harga jual
akan turut meningkatkan volume penjualan urea non-subsidi sebesar 46.247.482
ton. Hal tersebut tidak signifikan karena pada kenyataannya setiap peningkatan
harga jual dapat menurunkan volume penjualan urea non-subsidi.
5. β1 = - 0.033. nilai dari koefisien biaya produksi dalam model diatas
menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 rupiah pada peningkatan biaya
produksi akan menurunkan sebesar 0.033 ton volume penjualan urea, begitu juga
sebaliknya, setiap pengurangan biaya produksi sebesar satu juta rupiah akan
menurunkan volume penjualan urea sebesar 0.033 ton. Hal tersebut tidak
signifikan karena pada kenyataannya setiap penambahan biaya produksi akan
menambah jumlah produksi yang berdampak langsung pada penambahan
volume penjualan urea non-subsidi.
5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi dalam analisis regresi berganda bertujuan untuk
mengukur seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan urea
non-subsidi dapat terwakilkan dalam model. Pengukuran pengaruh tersebut dapat
63
dilihat dalam nilai R Square yang dihasilkan dalam uji koefisien determinasi
menggunakan aplikasi SPSS 17.0. berikut adalah tabel hasil hitung uji koefisien
determinasi:
Tabel 9. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adj R
Square Std. Error of Estimate
1 .942a .888 .799 56755.41573
Berdasarkan tabel hasil uji koefisien determinasi diatas dapat diketahui
bahwa nilai dari R2 adalah 0,888 atau 88,8%. Hal tersebut berarti besarnya pengaruh
total variabel independen berupa biaya produksi, harga, biaya promosi dan biaya
distribusi adalah sebesar 88,8%, sedangkan sisanya 11,2% dipengaruhi oleh faktor
lain diluar penelitian. Hasil ini juga menunjukkan bahwa model regresi yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup baik, dibuktikan dengan lolosnya variabel
dari uji asumsi klasik. Selanjutnya pengaruh simultan dan parsial variabel akan
dijelaskan pada uji F dan t.
5.3.4 Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume Penjualan
1. Uji F (Simultan)
Uji F dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor
atau variabel independen dalam peneltian memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen atau volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk
Kaltim. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini yaitu:
H0 = Variabel X secara bersamaan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y
H1 = Variabel X secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel Y
Jika hasil dari pengujian adalah signifikan maka H0 ditolak dan H1 diterima. Begitu
pula sebaliknya, jika hasil pengujian adalah tidak signifikan maka H0 diterima dan
H1 ditolak. Penerimaan H0 dapat dilihat dari perbandingan Fhitung dibanding
Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel dan taraf signifikansi < α
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel dan taraf signifikansi > α
64
Berikut adalah tabel hasil uji F yang dilakukan pada aplikasi SPSS 17.0 dengan
taraf signifikansi α 5% (0,05).
Tabel 10. Hasil Uji F (Simultan)
Model Df F Sig.
Regression 4 9.939 .013a
Residual 5
Berdasarkan tabel uji F (simultan) diatas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung
sebesar 9,939. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi α 5%
yaitu 5,19, maka dengan demikian Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung > Ftabel).
Disamping itu, taraf signifikansi hasil uji F adalah sebesar 0,013 yang berarti nilai
taraf signifikansi lebih kecil dari α 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti secara bersamaan variabel X berupa
biaya produksi, harga, biaya promosi, dan biaya distribusi berpengaruh secara nyata
terhadap variabel Y yaitu volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim.
2. Uji t (Parsial)
Pengujian model regresi secara parsial bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel X secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel Y. Pengujian
model dalam uji t dilakukan dengan membandingkan nilai thitung yang didapat dalam
perhitungan dengan ttabel dengan taraf signifikansi α 5%. Variabel X atau variabel
independen pembentuk model regresi dinyatakan berpengaruh signifikan jika nilai
dari thitung > ttabel atau nilai signifikansi t < α 5%. Hipotesis yang perlu dibuktikan
adalah sebagai berikut:
H0 = variabel X secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Y
H1 = variabel X secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y
Jika variabel X secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel Y maka H0
ditolak dan H1 diterima. Begitu juga sebaliknya, jika variabel X secara individu
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel Y maka H0 diterima dan H1
ditolak. Pengambilan keputusan yang perlu diambil terkait H0 adalah sebagai
berikut:
H0 ditolak jika thitung > ttabel dan nilai signifikansi t < α
H0 diterima jika thitung < ttabel dan nilai signifikansi t > α
65
Berikut adalah tabel hasil uji t menggunakan aplikasi SPSS 17.0:
Tabel 11. Hasil Uji t
Variabel thitung ttabel Sig.t Keterangan
X1: biaya produksi -2.225 2.01505 .077 Tidak Signifikan
X2: Harga 1.619 2.01505 .166 Tidak Signifikan
X3: Biaya Promosi 2.925 2.01505 .033 Signifikan
X4: Biaya Distribusi 3.038 2.01505 .029 Signifikan
Berdasarkan tabel hasil uji t diatas dapat diketahui nilai hitung dan kondisi
signifikansi dari setiap variabel adalah sebagai berikut:
a. Variabel Biaya Produksi (X1)
Variabel Biaya Produksi memiliki nilai uji t atau thitung sebesar -2.225
dengan signifikansi sebesar 0,077. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai
thitung (2,225) > ttabel (2.01505) dan taraf signifikan t (0,077) > α (0,05) yang artinya
H0 diterima dan H1 ditolak atau variabel biaya produksi tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap volume penjualan urea non-subsidi, sehingga walaupun
terjadi peningkatan biaya produksi urea, volume penjulan urea non-subsidi tidak
akan meningkat secara nyata. Pada kenyataannya hal tersebut dapat terjadi karena
PT Pupuk Kaltim memprioritaskan urea subsidi sebagai produk prioritas utama
yang sesuai dengan penugasan langsung oleh pemerintah untuk didistribusikan
terlebih dahulu ke seluruh wilayah distribusi di Indonesia. Disamping itu, biaya
produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya bahan baku, tenaga kerja
dan overhead pabrik tidak hanya mencangkup biaya produksi urea non-subsidi
dalam negeri saja, namun produk lain yang memiliki bahan baku sama.
b. Variabel Harga (X2)
Variabel penetapan harga memiliki nilai thitung sebesar 1.619 dengan nilai
signifikansi 0,166 yang artinya nilai dari thitung lebih kecil dari ttabel (2,01505) dan
nilai signifikansi lebih besar dari α (0,05). Dapat dikatakan bahwa H0 diterima dan
H1 ditolak atau variabel harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume
penjualan urea non-subsidi, sehingga penambahan nominal harga yang ditetapkan
oleh perusahaan tidak akan menambah volume penjualan urea non-subsidi secara
nyata. Hal ini dapat terjadi karena konsumen urea non-subsidi tidak membeli
66
produk urea karena harganya, tapi karena faktor lain seperti ketersediaan yang lebih
banyak dipasaran, kebutuhan dan faktor lainnya.
c. Variabel Biaya Promosi (X3)
Nilai dari thitung variabel biaya promosi (X3) adalah sebesar 2,925 dan nilai
signifikansinya adalah 0.033, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung (2,925) >
ttabel (2,01505) dan nilai signifikansi (0,033) < α (0,05). Perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau biaya promosi sebagai
variabel X3 berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan urea non-
subsidi (Y). Sesuai dengan kenyataannya, jika anggaran promosi ditingkatkan
terutama anggaran untuk pameran maka volume penjualan juga akan meningkat.
Kegiatan pameran yang diadakan di berbagai daerah mampu meningkatkan volume
penjualan karena dengan mengadakan pameran memasarkan urea non-subsidi ke
segmen konsumen dan daerah yang lebih luas.
d. Variabel Biaya Distribusi (X4)
Nilai thitung variabel X4 atau biaya distribusi adalah sebesar 3,038, lebih
besar dari ttabel yaitu 2,01505. Sedangkan nilai signifikansinya adalah sebesar 0,029
lebih kecil dari nilai α 0,05. bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau biaya distribusi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan volume penjualan urea non-
subsidi PT Pupuk Kaltim. Jika dilihat pada kenyataannya, biaya distribusi memiliki
pengaruh yang nyata dalam peningkatan volume penjualan. Distribusi produk yang
mencangkup seluruh wilayah indonesia, terutama pengiriman produk
menggunakan kapal membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Membentuk
saluran distribusi yang lebih praktis dan efisien, dimana perusahaan dapat
menjangkau ke konsumen yang lebih jauh dan lokasi yang lebih terpencil akan
membuat permintaan urea bisa terpenuhi dengan baik yang berarti volume
penjualan juga meningkat, disinilah peran biaya distribusi dibutuhkan untuk lebih
mewujudkan strategi yang telah direncanakan.
3. Uji Variabel Dominan
Uji Dominan variabel dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor apa
saja yang lebih dominan dan faktor apa saja yang tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap variabel Y atau volume penjualan urea non-subsidi. dalam uji
67
ini seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen (X) berupa biaya produksi,
harga, promosi, dan biaya distribusi terhadap variabel dependen (Y) atau volume
penjualan dilihat dari besaran koefisien yang terstandarisasi beta yang merupakan
hasil dari uji t. Berikut adalah hasil perhitungan yang didapatkan:
Tabel 12. Uji Dominan Variabel berdasarkan nilai Koefisien yang Terstandarisasi
Variabel Beta Zero-order Persentase (%)
Biaya Produksi -0.702 0.397 -27.9
Harga 0.339 -0.018 -0.6
Biaya Promosi 0.898 0.754 67.7
Biaya Distribusi 0.594 0.834 49.6
Dependent Variable: Volume Penjualan 88.8
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa koefisien beta terbesar berada
pada variabel biaya promosi (X3) dan diikuti dengan biaya produksi, biaya
distribusi, dan harga. Jika dilihat dari prosentase uji R2, maka dapat disimpulkan
bahwa Biaya promosi adalah variabel yang paling dominan dibanding dengan
variabel yang lain dan diikuti oleh variabel biaya distribusi. Bentuk negatif yang
terjadi pada variabel biaya produksi dan harga menunjukkan bahwa kedua variabel
memiliki pengaruh yang tidak signifikan atau negatif terhadap peningkatan volume
penjualan urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim.
68
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil dan pembahasan dalam
penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan
urea non-subsidi di PT Pupuk Kaltim, Bontang, Kalimantan timur adalah sebagai
berikut:
1. PT Pupuk Kaltim per tahun 2016 telah mampu memproduksi urea sebanyak
3,43 juta ton dan menjual sebanyak 790,009 ribu ton urea non-subsidi dalam
negeri. Produk urea non-subsidi dibagi dalam dua klasifikasi yaitu prill dan
gramul, dipasarkan dengan merek “Daun Buah”, dijual dalam dua bentuk
kemasan yaitu in bag dan curah, serta dikirim melalui dua pilihan pengiriman
yaitu FOB/FOT dan CIF/CFR. Harga yang ditetapkan untuk produk urea
berdasarkan harga pokok produksi yang dikeluarkan ditambah dengan margin
yang diharapkan dan pajak serta harga impor barang sejenis. Promosi yang
dilakukan meliputi media cetak, elektronik dan lebih banyak ke metode
personal selling, kegiatan langsung ke lahan seperti demplot dan pameran..
Penjualan dan distribusi urea non-subsidi dalam negeri PT Pupuk Kaltim
mencangkup seluruh wilayah indonesia.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, keempat variabel
independen berupa biaya produksi, harga, biaya promosi dan biaya distribusi
secara bersamaan memiliki pengaruh signifikan terhadap volume penjualan,
sedangkan secara individu faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk Kaltim
adalah biaya promosi dan biaya distribusi, yaitu setiap penambahan satu juta
rupiah biaya promosi dapat menambah 23,008 ton dan setiap penambahan satu
juta rupiah biaya distribusi dapat menambah 0,456 ton volume penjualan urea
non-subsidi. Variabel independen berupa biaya produksi, harga, biaya promosi
dan biaya distribusi telah mewakili 88,8% faktor yang mempengaruhi volume
penjualan urea non-subsidi, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor diluar
penelitian. Terakhir, faktor yang paling mendominasi atau memberikan
pengaruh signifikan terbesar adalah biaya promosi.
69
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan terkait penelitian mengenai analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan urea non-subsidi PT Pupuk
Kaltim, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. PT Pupuk Kaltim perlu mengembangkan strategi promosi seperti sosialisasi
langsung ke petani untuk segmen ritel melalui program terkait budidaya
tanaman maupun melakukan promosi melalui distributor maupun kios yang
menjual urea “Daun Buah”, meningkatkan promosi penggunaan website online
shopping Go-Pupuk, dan meningkatkan frekuensi keikutsertaan urea non-
subsidi ke pameran untuk meningkatkan peluang masyarakat dan calon
konsumen untuk lebih mengenal produk
2. PT Pupuk Kaltim dapat terus memperbaiki dan mengembangkan sistem
distribusi yang sudah ada dengan menciptakan strategi-strategi baru sebagai
upaya peningkatan efisiensi sistem dan meningkatkan volume penjualan urea
non-subsidi dalam negeri.
70
DAFTAR PUSTAKA
APPI. (2016). Urea Demand and Supply 2007-2016. Retrieved from appi.com
APPI. (2017). Domestic Urea Consumption Industrial Sector 1987 - 2016.
Retrieved from appi.com
Assauri, S. (1999). Manajemen Produksi. Jakarta: Salemba Empat.
Assauri, S. (2007). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Bastian, B., & Nurlela. (2010). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Heizer, J., & Render, B. (2005). Operation Management (7th ed.). Jakarta: Salemba
Empat.
Indrayana, T. S. W. P. (2009). Analisis Pengaruh Variabel Marketing Mix
Terhadap Volume Penjualan pada PT . Danliris di Sukoharjo. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kementerian Pertanian. (2017). Perhitungan Kebutuhan Pupuk Urea tiap Provinsi
2014-2017. Retrieved from parasarana.pertanian.go.id/benihpupukmy
Kotler, P. (2009). Manajemen Pemasaran (13th ed.). Jakarta: Erlangga.
Kusnadi. (2000). Akuntansi Keuangan Menengah (Prinsip, Prosedur, dan Metode)
(21st ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Kusnawan, G., & Wijoyo, P. (2008). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran
(Marketing Mix) Terhadap Efektivitas Volume Penjualan Sayuran
Hidroponik. AGRISE, VIII(2), 97–103.
Magfuri. (1987). Moekijat. (2000). Kamus Istilah Ekonomi. Bandung: Mandar
Maju
Pedoman Bengkulu. (2018, January 25). Petani Mulai Tinggalkan Pupuk Subsidi.
Pedoman Bengkulu, p. 1. Retrieved from
pedomanbengkulu.com/2018/01/petani-mulai-tinggalkan-pupuk-subsidi
Rini, A. S. (2017, October 2). Serapan Urea Nonsubsidi PT Pupuk Indonesia
Meningkat. Bisnis, p. 1. Retrieved from
industri.bisnis.com/read/20171002/257/695069/serapan-urea-nonsubsidi-di-
pt-pupuk-indonesia-meningkat
Saragih, H. (2017). Analisis Faktor Pendorong Pemasaran Ekspor dan Pengaruhnya
terhadap Peningkatan Volume Penjualan pada PTPN II (Persero) Medan.
Jurnal Ilmiah Methonomi, 3(2), 149–163.
Soegoto, E. S. (2014). Entrepreneurship: Menjadi Pebisnis Ulung. Edisi Revisi.
Jakarta: Elex Media Komputindo
Sumiarti, M. (1987). Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan. Edisi 2. Yogyakarta:
Liberty
Swastha DH, B. (2004). Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty.
Swastha DH, B., & Irawan. (2005). Asas-asas Marketing. Yogyakarta: Liberty.
71
Swastha DH, B. & Irawan. (2008). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Liberty
Tjiptono, F. (2000). Manajemen Jasa (2nd ed.). Yogyakarta: Andi Offset.
Wulandari, I. S. (2015). Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Hasil Penjualan Pupuk
Petroganik Pada CV. Ijo Ngawi, The 6th FIPA (Forum Ilmiah Pendidikan
Akuntansi). MADIUN.
Yulihartika, R. D. (2015). Pengaruh Biaya Distribusi Terhadap Jumlah Penjualan
Pupuk Pada PT Pertani (Persero) Cabang Bengkulu. AGRITEPA, II(1), 12–20.
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Tabulasi Data Ringkasan Hasil Penelitian
Tahun Biaya Produksi
(jutaan rupiah)
Harga
(ribuan rupiah)
Biaya Promosi
(ribuan rupiah)
Biaya Distribusi
(ribuan rupiah)
Volume Penjualan
(ton)
2007 3.646.198 2.492 28.085.052 59.687.800 450.940
2008 7.781.126 5.338 21.060.198 72.971.877 548.699
2009 5.553.772 2.969 15.341.990 77.404.142 556.102
2010 5.348.662 4.298 9.401.459 79.543.978 681.971
2011 6.775.386 5.404 9.304.992 66.055.588 448.162
2012 8.457.405 4.632 12.952.616 53.870.128 456.755
2013 8.835.758 4.387 19.242.000 60.651.000 384.890
2014 10.529.735 4.318 19.758.000 51.912.000 561.700
2015 11.981.437 4.722 18.831.000 219.885.000 764.078
2016 11.043.948 3.963 6.508.000 579.839.000 790.009
73
Lampiran 1 (Lanjutan)
Rincian Biaya
Produksi Promosi Distribusi
Bahan baku dan
penolong
Pameran
Pemuatan
Biaya tenaga kerja Promosi Penyusutan
Penyusutan Sewa
Pemeliharaan Pemeliharaan
Jasa
Overhead lainnya:
Asuransi
Umum
Pengantongan
Beban
Administrasi
Lain-lain
Jasa Pabrikan
Biaya Proyek
74
Lampiran 2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
10 10 10 10 10
7995343 4.2528 11348.53 141182.05 554330.63
2706808 .92664 4938.052 164951.05 126562.47
.125 .220 .276 .350 .180
.116 .117 .276 .350 .180
-.125 -.220 -.203 -.292 -.107
.397 .695 .873 1.108 .568
.998 .719 .431 .171 .904
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Biaya
Produksi Harga
Biaya
Promosi
Biaya
Distribusi
Volume
Penjualan
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Volume Penjualan
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Expe
cted C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
75
Lampiran 2 (Lanjutan)
Uji Autokorelasi
Uji Multikolinieritas
Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb
2.084aModel1
Durbin-W
atson
Predictors: (Constant), Biaya Distribusi,
Harga , Biaya Promosi, Biaya Produksi
a.
Dependent Variable: Volume Penjualanb.
Coefficientsa
.225 4.452
.511 1.958
.237 4.216
.584 1.713
Biaya Produksi
Harga
Biaya Promosi
Biaya Distribusi
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Volume Penjualana.
Scatterplot
Dependent Variable: Volume Penjualan
Regression Standardized Predicted Value
2.52.01.51.0.50.0-.5-1.0-1.5
Re
gre
ssio
n S
tude
ntize
d R
esid
ual
1.5
1.0
.5
0.0
-.5
-1.0
-1.5
-2.0
76
Lampiran 2 (Lanjutan)
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
10 3646199 11981437 7995343 2706808.301
10 2.49 5.41 4.2528 .92664
10 7242.00 18831.00 11348.53 4938.05211
10 50651.00 579839.00 141182.1 164951.05113
10 384890.00 790009.00 554330.6 126562.47250
10
Biaya Produksi
Harga
Biaya Promosi
Biaya Distribusi
Volume Penjualan
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Regression Standardized Residual
1.00.500.00-.50-1.00-1.50
Histogram
Dependent Variable: Volume Penjualan
Fre
qu
en
cy
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
.5
0.0
Std. Dev = .75
Mean = 0.00
N = 10.00
77
Lampiran 3 Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
294521.0 105305.1 2.797 .038
-.033 .015 -.702 -2.225 .077
46247.482 28569.072 .339 1.619 .166
23.008 7.867 .898 2.925 .033
.456 .150 .594 3.038 .029
(Constant)
Biaya Produksi
Harga
Biaya Promosi
Biaya Distribusi
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Volume Penjualana.
Model Summary
.942a .888 .799 56755.41573
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Biaya Distribusi, Harga , Biaya
Promosi, Biaya Produksi
a.
ANOVAb
128056648940.4 4 32014162235.1 9.939 .013a
16105886076.035 5 3221177215.21
144162535016.4 9
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Biaya Distribusi, Harga , Biaya Promosi, Biaya Produksia.
Dependent Variable: Volume Penjualanb.
78
Lampiran 4 Dokumentasi Wawancara dengan Key Informan
Wawancara dengan karyawan
departemen distribusi
Wawancara dengan karyawan
departemen penjualan urea
Wawancara dengan karyawan departemen
pelayanan dan komunikasi produk
top related