faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi domestik di...
Post on 18-Jan-2020
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Daging Sapi Domestik di
Indonesia
(Studi Kasus Tahun 2003-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat–
syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
WILDA MULYANINGSIH
NIM : 1112084000028
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Wilda Mulyaningsih
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Januari 1993
3. Alamat : Jalan Pisangan Lama 3 rt.09/08 no.13
Jakarta Timur
4. Telepon : 089635131261
5. Email : wildamulya24@gmail.com
II. Pendidikan Formal
1. SDN 04 Petang Jakarta
2. SMPN 74 Jakarta
3. SMA Diponegoro 1 Jakarta
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
1. Komunitas Jendela Jakarta /2017 – 2018
Sebagai Ketua Umum
2. Komunitas Jendela Jakarta / 2016 -2017
Sebagai Koordinator Hubungan Masyarakat
3. Clean Up Jakarta / 2016 – 2018
Sebagai Relawan
4. Komunitas Jendela Jakarta / 2013 – Sekarang
Sebagai Relawan
IV. Pembicara
1. LSPR / 2017 / “ Practic Public Speaking ”
2. Jawa Post / 2017 / “ Kolom Komunitas “
3. Kompas TV / 2016 / “ Sapa Indonesia Siang “
4. TVRI Nasional / 2016 / “ Indonesia Pagi “
5. Ochannel / 2016 / “ Sahabat Inspirasi “
vii
FACTORS AFFECT THE PRICE OF DOMESTIC BEEF IN INDONESIA
( case study 2003 -2017 )
ABSTRACT
This research aims to analyze the effect of per capita income, beef consumption dan beef production in Indonesia from 2003 – 2017. Data used secondary data obtained from the Ministry of Agriculture, BPS and other journals that support this research. The analytical method used is multiple regression analysis (OLS). The result of this research shows that per capita income have significant effect to the beef price in Indonesia, beef consumption have significant effect to the beef price in Indonesia, but beef production does not have a significant effect on the beef price in Indonesia.
Keyword : price, beef price, per capita income, consumption, production, OLS.
viii
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DAGING SAPI DOMESTIK DI INDONESIA
( studi kasus tahun 2003 – 2017 )
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendapatan perkapita, konsumsi daging sapi dan produksi daging sapi domestik terhadap harga daging sapi di Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2017. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Kementrian Pertanian, Badan Pusat Statistik Indonesia dan jurnal – jurnal lain yang mendukung penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda ( OLS ). Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan perkapita berhubungan signifikan terhadap harga daging sapi di Indonesia, konsumsi daging sapi berhubungan signifikan terhadap harga daging sapi di Indonesia sedangkan produksi berhubungan negatif tidak signifikan terhadap harga daging sapi di Indonesia.
Kata kunci : harga, harga daging sapi, pendapatan perkapita, konsumsi, produksi, OLS
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya serta kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis skripsi dengan judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga
Daging Sapi Domestik di Indonesia (Studi Kasus Tahun 2003-2017)” sebagai
salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Univesitas
Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.Tak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terimaksih
kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun
materil selama proses penyususunan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tak
terhingga penulis ucapkan kepada:
1. Keluarga yang selalu setia mensupport segala keperluan yang dibutuhkan
oleh penulis selama mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Teruntuk mama dan papa, kepada sist Indah Kurnia Lestari, my bro
Muhammad Rizky Fauzi,Camoy, Rasyid. Yang sabar banget nungguin
kapan ni anak lulus (maap kan terlalu lama) but thank you so much for
everything you gave to me!
2. Bapak Arief Fitrijanto selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terimakasih banyak telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
3. Bapak Sofyan selaku Pembimbing sekaligus sekjur yang telah banyak
membantu dalam memberikan bimbingan yang bermanfaat, masukan dan
saran yang sangat berarti dalam proses penyusunan skripsi ini. You are so
kind pak! Baik bangeeett. Terimakasih banyak atas bimbingannya dan
semoga Allah membalas kebaikan bapak.
x
4. Seluruh jajaran dosen Fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah memberikan pahala dan berkahnya
atas kebaikan bapak dan ibu dosen selama ini.
5. Teman – teman kosan ‘Bringka” Hilda, Sandra, Yayang, Fahmi , Waldi.
6. Hilda Rahmawati terimakasih banyak eceu Hilda atas kesabaran nya dan
kepekaannya dalam menghadapi sikap penulis selama ini, terimakasih atas
segala dukungan dan motivasinya.
7. Sandra Destiawati, yang menjadi tempat penenang penulis selama sidang
kompre dan tempat bertanya penulis perihal agama,makasih ya bu haji.
8. Fahmi Rizal, terimakasih atas segala guyonan dan kelucuan yang selalu
dilontarkan yang bisa membuat penulis tertawa terbahak – bahak sehingga
bisa melupakan segala permasalahan untuk sejenak.
9. Waldi Hanafi, terimaksih banyak atas kebaikan dan kelegowoan selama ini
ya wal, yang suka merepotkan minta anter sana anter sini.
10. Nadia dan Widia yang bersedia secara sukarela jadi tempat nampung cerita,
hahaha tengkyuuuuu.
11. Muhammad Mufid Luthfi terimakasih banyak atas semua bantuan nya
dalam membantu penulis mengumpulkan data dan memahami unmood
penulis selama ini.
12. Adik – adik didik ku di Komunitas Jendela Jakarta, terimakasih atas
keluguan, kritikan dan yang lainnya, dari kalian penulis banyak belajar akan
berbagai hal tentang kehidupan, keep fighting little teacher!!!
13. Para pegawai perpustakaan di Cikini yang sering banget liat dan comment
“mbak nya lagi sering kesini lagi ngerjain tugas ya?” sampe apal sama muka
kuh, wkwkkw. Gimana gak apal dari perpus buka sampe tutup dan
seminggu bisa sampe 5x kali kesana.
14. Untuk salah satu mall di deket ruma yang menyediakan tempat makan yang
tempatnya bikini betaaah berlama lama full music, ga rame – rame banget
enak lah buat nyambi ngerjain skripsweet.
15. Dan untuk orang – orang lain yang suka nanya kok lama banget ngerjain
skripsi nya? Ketahuilah bahwa akutu pun gamau lama – lama jugak! Tapi
xi
apa daya dan upaya ada beberapa hal yang bikin mood turun jadi lama deh.
Yowis yang penting pelan – pelan asal selesai.ya kaaan!!!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna karena keterbatasan
ilmu yang dimiliki penulis. Segala bentuk saran dan kritikan yang
membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan penulis dan berbagai
pihak lainnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, 24 Januari 2019
Wilda Mulyaningsih
xii
DAFTAR ISI
COVER DALAM .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ...................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvi
BAB I ................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan ..................................................................................... 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................. 10
2. Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB II ................................................................................................ 11
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Landasan Teori .................................................................... 11
1. Pengertian Daging .......................................................... 11
2. Teori Permintaan dan Penawaran ................................... 12
3. Teori Harga ..................................................................... 18
4. Teori Pendapatan Perkapita ............................................ 20
5. Teori Konsumsi ................................................................ 21
6. Teori Produksi .............................................................. 22
xiii
B. Penelitian Sebelumnya .......................................................... 23
C. Kerangka Berfikir .................................................................. 29
D. Hipotesis Penelitian................................................................ 31
BAB III .............................................................................................. 32
METODELOGI PENELITIAN ...................................................... 32
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 32
B. Jenis dan Sumber Data….. ...................................................... 32
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 33
D. Metode Analisis Data .............................................................. 34
1. Pengujian Statistik ........................................................... 36
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 37
E. Definisi Operasional Variabel ................................................ 39
BAB IV .............................................................................................. 42
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 42
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 42
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................... 43
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 43
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................. 45
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................... 49
4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................... 49
BAB V ............................................................................................... 60
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60
A. Kesimpulan ............................................................................ 60
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 64
LAMPIRAN ....................................................................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1.1 PDB Indonesia 2
1.2 Konsumsi daging sapi 3
1.3 Konsumsi dan produksi daging sapi 6
2.1 Penelitian sebelumnya 26
2.2 Kerangka berfikir 30
4.1 Hasil statistik deskriptif 44
4.2 Hasil Uji Multikolinieritas 46
4.3 Diagram DW 47
4.4 Hasil Uji Autokorelasi 47
4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas 48
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi 49
4.7 Hasil Uji f 50
4.8 Hasil Uji t 51
xv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
1.1 Produksi daging sapi 4
1.2 Sentra produksi daging sapi 5
1.3 Harga daging sapi 7
2.1 Kurva keseimbangan 15
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Data Harga daging sapi, PDB perkapita, Konsumsi daging sapi dan
Produksi daging sapi.........................................................................
66
Hasil Uji Unit Root Data……………………................................... 67
Hasil Uji Multikolinieritas …………............................................... 68
Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………....... 68
Hasil Olah Data OLS …………........................................................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang
terus dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional. Selain itu sektor pertanian dalam tatanan pembangunan
nasional memegang peranan yang penting karena selain menyediakan pangan
bagi seluruh penduduk juga merupakan salah satu sektor andalan penyumbang
devisa negara dari sektor non migas. Dalam sektor pertanian terdapat sub sektor
salah satunya adalah sub sektor peternakan.
Pada tabel dibawah ini (tabel 1.1 ) terlihat bahwa pada empat tahun
terakhir yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 nilai subsektor peternakan
mengalami kenaikan secara berurutan pada tahun 2014 sebesar Rp. 132.221.10
milyar rupiah pada tahun 2015 sebesar Rp. 136.936.40 milyar rupiah, pada tahun
2016 sebesar Rp. 142.999.50 milyar rupiah dan pada tahun 2017 meningkat
menjadi sebesar Rp. 148.473.10 milyar rupiah hal ini menggambarkan bahwa
subsektor peternakan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional dan
juga menggambarkan bahwa komoditas dari sub sektor peternakan banyak
diminati oleh masyarakat.
2
Tabel 1.1
PDB Indonesia (dalam satuan milyar)
A. Pertanian, 2014 2015 2016 2017 Kehutanan, dan Perikanan 1129052.70 1171445.80 1210749.80 1256894.30 1.Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 880389.50 906805.50 936334.70 968338.20 a. Tanaman Pangan 268426.90 280018.80 287212.10 293149.10 b.Tanaman Hortikultura 124300.90 127110 130832.30 134820.80 c.Tanaman Perkebunan 338502.20 345164.90 357137.70 373054 d. Peternakan 132221.10 136936.40 142999.50 148473.10 e. Jasa Pertanian dan Perburuan 16938.40 17.575.40 18153.10 18841.20 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu 59573.50 60623.50 59891.90 61277.20 3. Perikanan 189089.70 204016.80 214523.20 227278.90 Sumber : BPS
Peternakan merupakan salah satu subsektor dari pertanian yang memiliki
peran penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia,melalui bahan pangan
yang salah satunya berasal dari daging. Kebutuhan daging di Indonesia berasal
dari daging unggas (broiler, petelur, jantan, ayam kampung dan itik), daging
sapi (daging sapi potong, sapi perah dan kerbau), daging babi, daging kambing
dan domba.
Daging sapi merupakan salah satu dari komoditas pangan sektor
peternakan yang selama ini turut andil memberikan pemenuhan gizi untuk
masyarakat. Menurut Departemen Kesehatan (2005) dalam setiap 100 gram
daging sapi mengandung 207 kkal kalori, 18 gram protein, 14 gram lemak, 11
3
mg kalsium, 170 mg fosfor dan 2,8 mg zat besi. Kandungan protein paling
tinggi terdapat pada daging sapi jika dibandingkan dengan daging ayam (17,2
gram), daging kambing (16,6 gram), daging babi (14,1 gram). Protein inilah
yang disebut dengan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam menopang
pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut berdampak dengan
meningkatnya permintaan produk-produk untuk pemenuhan gizi dan tentunya
permintaan akan bahan pangan protein hewani.
Tabel 1.2 Konsumsi Daging di Indonesia
Tahun
Konsumsi Daging Sapi (kg/kapita/tahun)
Pertumbuhan (%)
2012 2,806 2013 2,305 -17,85 2014 2,364 2,56 2015 2,249 -4,86 2016 2,310 2,71 2017 2,399 3,85
Sumber : Susenas,BPS
Berdasarkan data dari Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
2017, perkembangan tingkat konsumsi daging sapi per kapita masyarakat
Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 berfluktuasi dan
cenderung naik. Walaupun pada tahun 2013 konsumsi daging sapi sempat
menurun menjadi 2,305kg/kapita/tahun dari yang konsumsi sebelumnya
sebesar 2,806kg/kapita/tahun dan tahun berikutnya konsumsi daging sapi
berfluktuasi cenderung naik (tabel 1.2).
4
Berdasarkan data yang tersedia dimana tingkat konsumsi
masyarakat Indonesia berfluktuasi meningkat namun konsumsi daging sapi di
Indonesia saat ini masih terbilang kecil dibandingkan dengan konsumsi daging
sapi di negara lain seperti Singapura,Malaysia, Jepang dan Filipina. Dimana
konsumsi daging di Singapura mencapai 7kg/kapita/tahun. Konsumsi daging
sapi di Malaysia sebesar 7kg/kapita/tahun. Jumlah konsumsi daging di Jepang
sebesar 9,7kg/kapita/tahun dan Filipina sebesar 4kg/kapita/tahun. Selain itu
masyarakat Indonesia mengkonsumsi daging sapi hanya pada saat perayaan
besar seperti hari besar keagamaan.
Menurut Kementrian pertanian tahun 2008, kontribusi daging sapi
terhadap kebutuhan daging nasional sebesar 23 % dan diperkirakan selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Gambar 1.1 Produksi daging sapi di Indonesia
Sumber : Kementrian pertanian
5
Produksi daging sapi dari tahun 1984 sampai dengan 2016 terus meningkat,
beberapa wilayah di pulau Jawa lebih banyak memproduksi daging sapi
dibandingkan wilayah di luar pulau Jawa. Menurut Kementrian Pertanian (2017)
di pulau Jawa sendiri sentra produksi daging sapi terdapat di 5 provinsi dengan total
kontribusi sebesar 72,39%. Sentra produksi daging sapi tertinggi di provinsi Jawa
Timur dengan kontribusi sebesar 19,51% atau rata – rata memproduksi daging sapi
sebesar 99,88 ribu ton dan Jawa Tengah berkontribusi sebesar 11,34% atau rata –
rata sebesar 58,07 ribu ton Jawa Barat berkontribusi sebesar 14,18% atau rata – rata
72,57 ribu ton. Provinsi lainnya adalah Banten, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan dengan rata – rata
kontribusi antara 3,23% sampai dengan 7,01%.
Gambar 1.2 Sentra produksi daging
Sumber : Kementrian Pertanian 2017
6
Namun meningkatnya jumlah produksi ternyata belum bisa memenuhi
kebutuhan konsumsi daging nasional (tabel 1.3). Sampai saat ini, Indonesia
belum mandiri dalam penyediaan kebutuhan daging sapi nasional karena baru
mampu memproduksi 70% dari kebutuhan daging sapi nasional dimana 30%
kebutuhan lainnya dipenuhi melalui impor dalam bentuk jeroan dan daging
beku.
Tabel 1.3
Konsumsi dan produksi daging nasional
Sumber : Outlook Kementrian Pertanian,diolah
Ketidakseimbangan jumlah produksi dan konsumsi yang terjadi
berdampak terhadap kenaikan harga. Khusus harga daging sapi setelah
mengalami kenaikan tidak pernah terjadi penurunan harga kembali ke posisi
awal. Kalaupun turun masih tetap pada harga diatas harga awal, tidak seperti
komoditas pertanian lain. Hal ini dikarenakan peternak tidak mampu merespon
perubahan harga yang terjadi karena siklus produksi yang lama, tekhnologi
budidaya yang rendah dan usaha sambilan (Kementrian Pertanian,2015).
Tahun
Konsumsi Nasional
(ton)
Produksi Daging
Sapi (ton)
2013 403.085 504,820 2014 438.767 497,670 2015 597629 506,660 2016 613.117 518,760 2017 628.276 531,760
7
Harga merupakan salah satu faktor pendukung dalam permintaan suatu
barang, sesuai dengan hukum permintaan, semakin rendah harga suatu barang
maka permintaan akan akan barang tersebut semakin tinggi dan demikian juga
sebaliknya jika semakin tinggi harga suatu barang maka akan permintaan akan
barang tersebut akan semakin rendah dengan asumsi ceteris paribus.
Kenaikan harga daging sapi secara signifikan terjadi pada waktu atau
periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Setidaknya selama enam tahun
terakhir.
Gambar 1.3 Harga daging sapi
Sumber :Kementrian pertanian 2015
Harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat HBKN, terutama saat
menjelang puasa dan hari lebaran Idul Fitri. Hal ini dikarenakan permintaan
yang tinggi dari efek psikologis konsumen yang cenderung membeli daging
lebih banyak pada periode tersebut serta adanya ekspektasi dan perilaku
pedagang yang cenderung meningkatkan harga secara tidak wajar.
8
Dari gambar tersebut terlihat bahwa perkembangan harga daging sapi di
dalam negeri dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan. Hal ini dapat terlihat
dari harga daging sapi selama enam tahun terakhir harga daging sapi selalu naik
setiap tahunnya. Pada tahun 2008 harga daging nasional sebesar Rp. 53.875/kg,
tahun 2009 terjadi kenaikan harga daging sapi menjadi Rp.59.545/kg. Selama tahun
2012 harga daging sapi nasional rata – rata di tingkat harga Rp. 82.370/kg. Harga
daging sapi nasional pada tahun 2013 berkisar di tingkat harga Rp.95.340/kg dan
pada tahun 2014 harga daging sapi nasional menembus harga hingga
Rp.110.000/kg.
Menurut Kementrian Pertanian harga daging sapi per-kilogram di
Indonesia lebih mahal dibandingkan harga daging sapi di negara tetangga yaitu
Malaysia dan Singapura, dimana perbedaan harga hampir mencapai 30 sampai
dengan 40%.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga daging
sapi karena adanya perubahan keseimbangan antara jumlah permintaan dan
jumlah penawaran daging sapi di tingkat pasar, dimana permintaan sering kali
lebih besar dari pada ketersediaan barang. Menurut Sugiarto,2005. Menyatakan
bahwa harga pasar suatu komoditas dan jumlah yang diperjual belikan
ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditas tersebut.
Menurut Henderson dan Quandt (1980) dalam Ilham (2001)
menyatakan bahwa faktor penentu kenaikan harga daging sapi dipasar
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Sedangkan menurut
penelitian Kariyasa (2000) dan Ilham (2001) menyatakan bahwa harga daging
9
sapi domestik ditentukan oleh harga ternak sapi impor namun tidak responsive
terhadap perubahaan harga daging sapi domestik.
Berdasarkan gambaran diatas, perlu ada pengendalian agar kenaikan
harga yang terjadi pada daging sapi tidak melonjak tajam. Jika harga terlalu
tinggi maka dapat menurunkan daya beli konsumen sehingga menyebabkan
permintaan menurun., sebaliknya jika harga terlalu rendah maka produsen akan
mengalami kerugian. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana variabel –
variabel pendapatan perkapita, produksi daging sapi domestik dan juga
konsumsi daging sapi berpengaruh terhadap harga daging sapi domestik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa penyediaan daging
sapi sangat penting. Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2003 – 2017. Dan
berdasarkan uraian diatas maka dapat di identifikasi masalah–masalah berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap harga daging
sapi domestik di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh konsumsi daging sapi terhadap harga daging
sapi domestik di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh produksi daging sapi terhadap harga daging
sapi domestik di Indonesia ?
10
C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar pendapatan
perkapita,konsumsi dan produksi terhadap harga daging sapi di
Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi intansi terkait dan terlebih bagi pemerintah sebagai masukan
untuk dapat menentukan kebijakan dimasa yang akan datang dalam
menentukan harga eceran daging sapi dalam negeri.
b. Bagi penulis dan pembaca diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi harga
daging sapi baik secara permintaan maupun penawaran.
c. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan bagi para pelaku
pasar seperti pedagang, konsumen,importir dan eskportir.
d. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Daging
Daging adalah salah satu komoditi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh terhadap zat – zat gizi protein dimana
protein daging yang mengandung susunan asam amino yang lengkap.
Menurut Mutiara Mugraheni dalam bukunya Bahan Pangan Hewani
(2013). Daging di definisikan sebagai urat daging atau otot yang melekat
pada kerangka. pengertian lain daging adalah bagian dari hewan potong
yang di gunakan manusia sebagai bahan makanan, selain mempunyai
penampakan yang menarik selera juga merupakan sumber protein
hewani berkualitas tinggi.
Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam
daging, protein yang terkandung didalam daging berkisar 15-20% dari berat
bahan. Protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan yang berasal dari
nabati, sehingga protein sangat baik dibutuhkan untuk proses pertumbuhan
perkembangan dan pemeliharaan bagi tubuh. Kebutuhan protein pada anak
balita 2-2,5 gram per kilogram berat badan, sedangkan pada orang dewasa
hanya 1 gram per kilogram berat badan. Selain mutu proteinya yang tinggi,
pada daging terdapat pula kandunga asam amino esensial yang lengkap dan
seimbang serta kaya akan vitamin dan mineral yang di perlukan olah tubuh.
12
Berdasarkan keadaan fisik daging dapat dikelompokan menjadi :
1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan
2) daging segar yang dilayukan kemudian di dinginkan
3) daging segar yang di dinginkan kemudian dibekukan
4) daging asap
5) daging olahan.
Beberapa hewan penghasil daging salah satunya adalah sapi. Di
Indonesia sapi menduduki urutan teratas dari segi populasi, penyebaran
daerah, volume produksi daging maupun dari nilai ekonomi dan mutu
dagingnya.
2. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Pengertian Permintaan dan Penawaran
Permintaan adalah keinginan konsumen dalam membeli suatu
barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu.
Permintaan ada dua jenis yaitu permintaan individu (firm) dan
permintaan pasar(market). Permintaan individu adalah permintaan
sejumlah barang oleh konsumen pada berbagai tingkat harga barang.
Sedangkan permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan-
permintaan individu dengan kata lain kumpulan dari permintan-
permintaan individu membentuk permintaan pasar.
Sedangkan penawaran adalah keseluruhan jumlah barang dan
asa yang ditawarakan dalam berbagai kemungkinan harga yang
13
berlaku dipasar dalam satu periode tertentu. Dalam penawaran
terdapat dua penawaran pasar yaitu penawaran suatu barang dari
semua penjual yang ada pada pasar dan yang kedua adalah
penawaran individu yaitu penawaran dari penjual perseorangan akan
suatu barang di pasar.
b. Hukum Permintaan dan Penawaran
Hukum permintaan adalah negatif jika harga naik maka jelas
barang yang diminta turun,yang artinya adalah semakin tinggi harga
suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang dibeli atau
diminta atau sebaliknya yaitu saat harga turun maka barang yang
diminta akan naik.
Hukum Penawaran berbanding lurus antara harga terhadap
jumlah barang yang ditawarkan, yaitu jika harga naik maka
penawaran akan meningkat dan sebaliknya jika harga turun maka
penawaran juga akan turun.
c. Faktor Permintaan dan Penawaran
Permintaan suatu barang ditentukan oleh banyak faktor.
Diantaranya adalah :
1) Harga barang itu sendiri
2) Harga barang lain yang berkaitan
3) Pendapatan para pembeli
14
4) Selera masyarakat
5) Jumlah Penduduk
6) Ramalan dimasa yang akan datang.
Penawaran memiliki faktor –faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya adalah :
1) Harga pasar
2) Biaya produksi
3) Keuntungan yang di harapkan
4) Teknologi produksi
5) Persaingan
6) Kebijaksanaan pemerintah
d. Penentuan Harga Keseimbangan
Harga keseimbangan atau harga ekuilibrium dalam ekonomi
adalah harga yang terbentuk dari jumlah barang yang diperjual
belikan dipasar yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan
barang tersebut. Oleh karena itu dalam analisis penentuan harga
dan jumlah barang yang diperjual belikan disuatu pasar harus
berdasarkan analisis permintaan dan penawaran barang tersebut
secara serentak.
Harga keseimbangan adalah harga yang terbentuk ketika
kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan sama
besarnya. Secara matematik dan grafik hal ini ditunjukan dengan
15
kesamaan Qd = Qs, pada perpotongan kurva permintaan dengan
kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar ini tercipta
harga keseimbangan atau equlibrium price dan umlah
keseimbangan equilibrium quantity.
Gambar 2.1
Kurva Keseimbangan
Dimana :
Qd = Jumlah Permintaan
Qs = Jumlah Penawaran
E = Titik Keseimbangan
Pe = Harga Keseimbangan
Qe = Jumlah Keseimbangan
e. Pendekatan Perilaku Konsumen
1) Pendekatan Kardinal Menjelaskan bahwa daya guna dapat diukur dengan
satuan uang atau util dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna
bergantung kepada subjek yang menilai. Asumsi yang
16
digunakan dalam pendekatan kardinal adalah kepuasan yang
bisa di ukur, konsumen yang rasional yang artinya konsumen
bertujuan untuk memaksimalkan kepuasannya dengan batasan
pendapatannya, selanjutnya ada diminishing marginal utility
yaitu tambahan utiitas yang diperoleh konsumen makin
menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas
tersebut dan yang terakhir adalah pendapatan konsumen yang
tetap.
2) Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal menelaskan bahwa daya guna suatu
barang tidak perlu diukur cukup untuk diketahui dan konsumen
mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang
diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok orang.
Asumsi dalam pendekatan ordinal adalah konsumen yang
rasional, konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang
yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna, selain
itu konsumen juga mempunyai sejumlah uang tertentu, konsumen
berusaha mencapai kepuasan maksimum.
f. Konsep Elastisitas
Menurut Sukirno (2005) elastisitas adalah derajat kepekaan
kuantitas yang meminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor
yang mempengaruhi fungsi permintaan atau penawaran. Sedangkan
17
menurut Mankiew (2012) dalam bukunya yang berjudul pengantar
ekonomi mikro, eslastisitas adalah suatu indikator yang mengukur
seberapa responsif jumlah permintaan atau penawaran berubah
terhadap salah satu faktor yang menentukan.
Elastisitas mengukur perubahan relative dalam jumlah unit
barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (cateris paribus). Dengan demikian definisi dari
elastisitas permintaa adalah tingkat perubahan permintaan terhadap
barang atau jasa, yang diakibatkan oleh perubahan harga barang atau
jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat
diukur dengan angka – angka.
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri
disebut elastisitas harga, sedangkan elastistas yang dikaitkan dengan
harga barang lain disebut elastisitas silang dan bila dikaitkan dengan
pendapatan disebut elastisitas pendapatan (Sukirno, 2005).
1) Elastisitas harga Merupakan perbandingan atau rasio antara perubahan
relatif jumlah barang yang diminta dengan perubahan
harga barang itu sendiri.
Eh % perubahan jumlah barang yang diminta
% perubahan harga barang itu sendiri
18
2) Elastisitas silang Yaitu presetase perubahan jumlah barang yang diminta
yang disebabkan oleh perubahan harga barang lain
atau barang yang mempunyai hubungan (barang
subsitusi) sebesar satu persen.
Eh = % perubahan jumlah barang X yang diminta
% perubahan harga barang Y
3) Elastisitas Pendapatan Yaitu presentase perubahan jumlah barang yang
diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan
rill konsumen sebesar satu persen.
% perubahan jumlah barang yang diminta Eh = % perubahan pendapatan rill
3. Harga
Produk peternakan umumnya memiliki harga yang relatif tinggi
dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Permintaan produk
peternakan berkaitan erat dengan kemampuan daya beli konsumen.
Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat menyebabkan
permintaan akan produk – produk yang bermutu tinggi akan meningkat.
Pengertian harga sendiri menurut Swastha (2004;25) harga adalah
jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari barang beserta pelayanannya. Sedangkan menurut Tjiptono
(2007;151) harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainya
19
termaksud barang dan jasa lainnya yag ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.
Harga terbentuk dari kompensi produk untuk memenuhi tujuan
dua pihak yaitu produsen dan konsumen. Produsen memandang harga
sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan
diatas biaya produksinya. Konsumen memandang harga adalah sebagai
nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan
kebutuhannya dan keinginannya.
a. Faktor penentu harga
Faktor internal meliputi :
1) Tujuan pemasaran (biaya, penguasaan pasar dan usaha)
2) Strategi marketing mix (aspek harga dan non harga)
3) Organisasi (struktur, skala dan tipe)
Faktor eksternal meliputi :
1) Elastisitas permintaan dan kondisi persaingan pasar
2) Harga pesaing dan reaksi pesaing terhadap perubaha harga
3) Lingkungan eksternal yang lain, lingkungan mikro (pemasok,
penyalur, asosiasi dan masyarakat) maupun lingkungan
makro (pemerintah, cadangan sumberdaya, keadaan sosial,
dsb).
20
Harga berubah atau dirubah tidaklah tanpa batas. Penentuan
harga dibatasi oleh permintaan (costomer demand),biaya (cost) maupun
persaingan (competition). Posisi atau tingkat harga akan bergerak
berfluktuaasi dalam ruang gerak persaingan mengikuti kekuatan pesaing
yang lebih besar. Akan perbahannya tetap tidak sampai melebihi batas
harga tertinggi dari permintaan pasar maupun tidak akan lebih rendah
dari biaya yang ditanggung oleh produsen.
4. Pendapatan Perkapita
Menurut Sadono Sukirno pendapatan perkapita adalah besarnya
pendapatan rata – rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita
didapatkan dari hasil pemabagian pendapatan nasional suatu negara pada
satu tahun tertentu dengan jumlah penduduk negara pada tahun tersebut.
Fungsi lain dair pendapatan perkapita adalah dapat menganalisis
pembangunan ekonomi dimana pendapatan perkapita dalat
menggambarkan jurang tingkat kemakmuran diberbagi negara.
Diasumsuikan tingkat kemakmuran diberbagai negara di refleksikan
oleh pendapatan rata – rata yang diterima penduduknya (Sadono
2005:12)
Metode dalam penghitungan pendapatan perkapita dengan cara
menumlahkan pendapatan seluruh penduduk suatu negara pada tahun
tertentu kemudian dibagi dengan jumlah penduduk negara yang
bersangkutan pada periode tahun yang sama.
21
5. Teori Konsumsi
Menurut Sukirno 2000:337 Konsumsi merupakan belanja yang
dilakukan individu atau rumah tangga atas barang akhir dan jasa guna
memenuhi kebutuhan dair perbelanjaan tersebut. Perbelanjaan atau
pengeluaran konsumsi merupakan belanja masyarakat atas makanan,
pakaian, dan barang barang lain, sementara barang konsumsi adalah
barang – barang yang diproduksi khusus oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya. Menurut teori Keynes terdapat beberapa
cattatan dalam fungsi konsumsi yaitu :
a. Variabel nyata yang menunjukan hubungan antara pendapatan nasional
dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan
menggunakan tingkat harga konstan.
b. Pendapatan absolute bahwa variabel pendapatan nasional
diinterprestasikan sebagai pendapatan nasional absolute yang dapat
dilawan dengan pendapatan relatif, pendpaatan permanen dan
sebagainya.
e. Pendapatan yang terjadi bahwa pendapatan nasional yang
menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan
nasional yang terjadi maka bukan pendapatan yang diramalkan atau
yang akan datang.
22
6. Teori Produksi
Produksi merupakan kegiatan memproses input menadi output. Atau
bisa juga dikatana hubungan diantara faktor – faktor produksi dan tingkat
produksi yang diciptakannya (Sadono 2005).
Fungsi produksi merupakan suatu persamaan yang menunjukan
hubungan ketergantungan atau fungsional antar tingkat input yang digunakan
dalam proses produksi dengan tingkat output yang dihasilkan.
Teori produksi sederhana dengan satu input variabel tunduk pada “law of
diminishing return” yaitu hukum yang menyatakan berkurangnya tambahan
output dari penambahan satu unit input variabel pada saat output telah
mencapai maksimum.
a. Hanya ada satu input variabel, inputyang lain tetap
b. Teknologi yang digunakan dalam proses produksi tidak berubah
c. Sifat koefsien produksi adalah berubah – ubah.
Produksi dengan dua input variabel terdapat Isoquan dimana
isoquan menjelaskan tentang kurva yang menunjukan berbagia kombinasi input
faktor tenaga kerja (L) dan modal (K) dapat menghasilkan seumlah output yang
sama.
23
Kedua adalah Isocost yang meunjukan berbagai kombinasi atau
gabungan input faktor tenaga kerja (L) dan input modal (K)yang dapat dibeli
dengan sejumlah anggaran.
B. Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan oleh para ekonom yang
berkenan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi.
Kontribusi penelitian – penelitian tersebut menunjukan peran penting
pendapatan perkapita, konsumsi dan produksi terhadap harga dgaing sapi.
Beberapa penelitian memiliki perbedaan dikarenakan penggunaan variabel
yang berbeda dan region yang diteliti.
1. Winda ayu wulandarai, Tavi supriana yang meneliti tentang “Faktor
– faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Sumatra Utara
“Merode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan
menggunakan metode PAM. Data yang digunakan adalah data sekunder
yang berupa time series tahun 2007 sampai dengan 2011. Penelitian
dilakukan di Sumatra Utara tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan
faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging di Sumatra Utara yaitu
jumlah impor, permintaan daging sapi dan harga daging sapi bulan
sebelumnya memiliki pengaruh yang positif yang nyata terhadap harga
daging sapi di Sumatera Utara sedangkan produksi daging sapi memiliki
pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap harga daging sapi di Sumatera
Utara.
24
2. Peni Arianita Wardani (2014) meneliti tentang “Analisis faktor– faktor
yang mempngaruhi harga dgaing sapi di Indonesia”data yang digunakan
adalah data time series tahun 2008 sampai dengan 2013. Analisis
deskriptif dan model persamaan regresi linear berganda digunakan
sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Hasilnya berdasarkan analsisi
deskriptif harga daging sapi dipengaruhi oleh alur distribusi yang
panjang sedangkan model persamaan regresi linear berganda terdapat
tiga variabel yang berpenagruh yaitu harga dgaing sapi periode
sebelumnya, hari raya lebaran dan impor daging sapi.
3. Gusti Nugraha Pradipta dengan penelitian yang berudul “Faktor – faktor
yang mempengaruhi harga dgaing sapi di Provinsi Aceh” penelitian ini
menggunakan metode survey dengan teknik pengumpulan data dilakuan
dengan data sekunder. Penelitian di lakukan di Aceh pada tahun 2014.
Berdasarkan hasil peneltian menunjukan bahwa faktor yang
mempengaruhi harga daging sapi di Parovinsi Aceh adalah permintaan
daging sapi, produksi daging sapi dan harga daging sapi impor. Faktor
tersebut secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap harga
daging sapi di Provinsi Aceh. Sedangkan secara parsial harga daging
impor berpengaruh nyata Terhadap harga dgaing sapi lokal. Hal tersebut
disebabkan karena peningkatan produksi daging sapi lokal belum dapat
memenuhi jumlah permintaan. Sehingga harga daging sapi lokal akan
terus mengalami peningkatan. Maka dapat dikatakan produksi daging
25
sapi lokal dan permintaan tidak berpengaruh pada harga daging sapi lokal
karena daging sapi lokal akan terus meningkat setiap tahunnya.
4. Rinaldi Simanjuntak “faktor- faktor yang mempengaruhi harga daging
sapi di Provinsi Bengkulu” model analisis yangdigunakan yaitu dengan
menggunakan analisis regresid ta panel model yang dipilih adalah
Random Effect Model. Penelitian dilakukan di Bengkulu pada tahun
2017. Hasil dari estimasi persamaan regresi bahwa variabel produksi
daging sapi, harga daging sapi tahun sebelumnya dan harga daging ayam
berpengaruh secara signifikan terhadap harga daging sapi di Bengkulu.
Sedangkan variabel konsumsi daging sapi tidak berpengaruh secara
signiifkan terhadap harga daging sapi di Porvinsi Bengkulu.
5. Sri Dewi Anjani”faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi
di Indonesia” penelitian ini menggunakan data sekunder tahun 1999
sampai dengan tahun 2014, metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi berganda. Hasil penelitian meunjukan bahwa konsumsi
daging sapi berhubungan signifikan terhadap harga daging sapi
sedangkan produksi daging sapi berhubungan negatif tidak signifikan
terhadap harga daging sapi, pendpatan perkapita berhubungan positif
signifikan terhadap harga daging sapi sedangkan nilai tukar nominal
terhadap dollar Australia berhubungan negatif tidak signifikan terhadap
harga daging sapi.
26
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Penulis dan tahun
Judul Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian
1 Winda ayu, Tavi Supriana 2013
Faktor – Faktor yang mem-pengaruhi harga daging diSumatra Utara
Variabel yang digunakan adalah jumlah impor, permintaan daging sapi, produksi daging sapi dan harga daging sapi bulan sebelumnya dengan metode PAM
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah impor,permintaan daging sapi dan harga daging sapi bulan sebelumnya memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap daging sapi di Sumatera Utara sedangkan produksi daging sapi memiliki pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara.
2 Peni Arianita 2014
Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Indonesia tahun 2008-2013
harga daging sapi periode sebelumnya, hari raya idul itri dan impor daging sapi dengan metode regresi linier berganda.
Data yang digunakan adalah adalah data timeseries dengan hasil berdasarkan analisis deskriptif menunjukan bahwa harga daging sapi di Indonesia dipengaruhi oleh jalur
27
distribusi yang panjang sedangkan berdasarkan model persamaan regresi liniear berganda terdapat tiga variabel yang berpengaruh yaitu harga daging sapi periode sebelumnya, hari raya idul fitri dan impor daging sapi.
3 Gusti Nugraha Pradipta, 2014
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Aceh
Variabel yang digunakan adalah permintaan daging sapi, produksi daging sapi dan harga daging sapi impor dan harga daging sapi lokal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Provinsi Aceh adalah permintaan dagng sapi, produksi daging sapi dan harga daging sapi impor secara serempak berpengaruh nyata terhadap harga daging sapi lokal. Sedangkan secara parsial harga daging sapi impor berpengaruh nyata terhadap harga daging sapi lokal
28
sedangkan permintaan dan dan produksi daging sapi lokal tidak brpengaruh nyata terhadap harga daging sapi lokal.
4 Rinaldi Simanjuntak
Faktor –faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Provinsi Bengkulu tahun 1998 - 2013
Variabel yang digunakan adalah harga daging sapi, produksi daging sapi, konsumsi daging sapi dengan metode Random Effect Model
Hasil Estimasi dari model persamaan regresi menunjukan bahwa variabel produksi daging sapi, harga daging sapi tahun sebelumnya dan harga daging ayam berpengaruh signiikan sedangkan variabel konsumsi daging sapi tidak berpengaruh secara signiifkan terhadap harga daging sapi di Porvinsi Bengkulu.
5 Sri Dewi Anjani
Faktor –faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Indonesia 1999-2014
Variabel yang digunakan adalah harga daging sapi, produksi daging sapi, pendapatan perkapita, nilai tukar rupiah, dan konsumsi
Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumsi daging sapi berhubungan signifkan terhadap harga daging sapi, pendapatan
29
perkapita brhubungan positif terhadap harga daging sapi sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Australia berhubungan negatif tidak signifikan terhadap harga daging sapi.
C. Kerangka Berfikir
Dalam kebutuhan manusia tidak terlepas dari kebutuhan sandang
dan papan. Salah satunya adalah mengkonsumsi daging untuk memenuhi
kebutuhan protein dalam tubuh manusia. Dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat akan kebutuhan protein hewani maka
permintaan akan daging sapi terus meningkat. Meningkatnya permintaan
akan daging sapi saat penawaran akan daging sapi itu tetap maka akan
menyebabkan meningkatnya harga akan daging sapi yang disebabkan
oleh sisi permintaan.
Penyebab meningkatnya harga daging sapi dilihat dari sisi
permintaan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah harga
barang subsitusi lain yaitu daging ayam dan daging sapi. Selain itu
jumlah penduduk dan PDRB juga mempunyai keterkaitan terhadap
fluktuasi harga daging sapi. Berdasarkan hal tersebut maka dapat
dijelaskan melalui kerangka berfikir seperti berikut ini :
30
Judul : Faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi domestik di Indonesia tahun 2003-2017
Teori Pendukung
Harga daging sapi domestik di Indonesia
Pendapatan Perkapita (X1) Konsumsi Daging Sapi (X2) Konsumsi daging sapi (X2)
Produksi Daging Sapi Domestik (X3)
Model Analisis Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
31
D. Hipotesis Penelitian
Dari rumusan permasalahan yang telah dijelaskan, maka untuk menguji
signifikasi masing – masing variabel independen dapat dilakukan dengan ui
t, dengan membandingkan probability value t-statistik dengan nilai α=5%,
bila probability value t-statistik < α=5% maka H0 ditolak dan juga sebaliknya.
Untuk melihat signifikasi dari variabel independen secara keseluruhan
terhadap variabel dependen dapat membandingkan probability value F-
statistik dengan nilai α=5%, bila probability value F-statistik < α=5%, maka
H0 ditolak dan juga sebaliknya. Maka hipotesis yang berkaitan untuk
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
Pendapatan perkapita terhadap harga daging sapi di Indonesia.
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara
pendapatan perkapita terhadap harga daging sapi di Indonesia.
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
konsumsi daging sapi terhadap harga daging sapi di Indonesia.
Ha2 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara
konsumsi daging sapi terhadap harga daging sapi di Indonesia.
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
produksi daging sapi terhadap harga daging sapi di Indonesia.
Ha3 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi
daging sapi terhadap harga daging sapi di Indonesia.
32
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang di
peroleh berdasarkan informasi yang disusun dan di publikasi oleh intansi
tertentu . Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data
timeseries. Data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2017 di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan satu variabel dependent (terikat) dan 3
variabel independent (bebas). Variabel dependent yang digunakan adalah
Harga daging sapi. Sedangkan variabel independent yang digunakan adalah
PDB perkapita, konsumsi daging sapi dan produksi daging sapi domestik di
Indonesia.
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang tersedia dalam berbagai
bentuk dan bersumber melalui dokumen, laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip dan dipublikasikan.
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berupa laporan
atas harga daging sapi di Indonesia, pendapatan perkapita, konsumsi daging
sapi di Indonesia dan produksi daging sapi di Indonesia pertahun dari tahun
2003 – 2017. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
33
melaui berbagai sumber diantara nya yaitu : Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementrian Pertanian, World Bank dan berbagai sumber lain yang
mendukung penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh
kenyataan data – data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode
dokumentasi dan studi pustaka. Teknik dokumentasi yaitu suatu cara
memperoleh data atau informasi tentang hal – hal yang ada kaitannya dengan
jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun
keterangan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
yaitu data yang diperoleh oleh pihak lain yang biasanya telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data.
Dalam penelitian ini data dihimpun melalui penelitian data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data timeseries di Indonesia
tahun 2003-2017. Data yang digunakan adalah harga eceran daging sapi di
Indonesia, PDB perkapita di Indonesia , konsumsi daging sapi di Indonesia
dan produksi daging sapi domestik di Indonesia. Dimana data ini diperoleh
dari Kementrian pertanian, BPS, World Bank dan berbagai data lain yang
mendukung penelitian ini.
34
D. Metode Analisis Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan maka
metode penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, dimana data yang
digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Penelitian ini menggunakan
model regresi berganda, yaitu metode statistikan untuk mengetahui pola
hubungan antar variabel. Model regresi ini terdiri lebih dari satu variabel
independen. Analisis data dilakukan dengan menguji secara statistic data dari
variabel dengan menggunakan perangkat lunak Eviews 9.
Bentuk umum regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut :
Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +.............+ βkX1k+ et
Dimana Y adalah variabel dependen dan X1, X2, X3 merupakan variabel
independen.
Adapun bentuk persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
Yt = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 +et
Dimana :
Y adalah Harga eceran daging sapi di Indonesia
X1 adalah Jumlah PDB perkapita di Indonesia
X2 adalah Jumlah konsumsi daging sapi di Indonesia
X3 adalah Jumlah produksi daging sapi domestik di Indonesia
35
Adanya perbedaan satuan dan besaran variabel bebas dalam
persamaan menyebabkan persamaan regres harus dibuat dengan
menggunakan logaritma natural. Oleh karena itu fungsi logaritma
digunakan dalam persamaan diatas untuk memecahkan permasalahan yang
pangkatnya tidak diketahui. Dalam model penelitian ini logaritma yang
digunakan adalah dalam bentuk LN sehingga persamaan menjadi sebagai
berikut:
Ln Y1it = Ln β0 + Ln β1X1it + Ln β2X2it + Ln β3X3it +μit
Dimana:
Y adalah Harga eceran daging sapi di Indonesia
X1 adalah Jumlah PDB perkapita di Indonesia
X2 adalah Jumlah konsumsi daging sapi di Indonesia
X3 adalah Jumlah produksi daging sapi domestik di Indonesia
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan
model yang paling sesuai maka dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis
diantaranya adalah uji t, uji f dan uji asumsi klasik yang meliputi ui
heterokedastisitas, uji multikorelasi dan uji autokorelasi. Berikut definisi
dari masing masing pengujian.
36
1. Pengujian Statistik a) Uji Signifikasi Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variable dependen
secara individual mempengaruhi variabel dependennya. Uji t dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu yang pertama dengan membandingkan
nilai t hitung dengan t table. Nilai t-hitung diperoleh dari nilai t-statistic
pada output Eviews, sedangkan t-table diperoleh dari table distribusi t
dengan menggunakan degree of freedom (df) sebesar n-k, apabila nilai t-
hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, Artinya variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Sebaliknya jika nilai t hitung < t-table maka Ho di terima dan H1 tolak.
Artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
b) Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
Uji F merupakan alat uji statistik yang bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel – variabel independen secara bersama –
sama atau keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependent.
Kriteria yang digunakan dalam uji F yaitu apabila nilai F hitung lebih
besar dibandingkan nilai F table (F hitung > F tabel ) maka H0 ditolak
dan Ha diterima dengan arti lain variabel indepedent berpengaruh
signifikan terhadap variael dependent secara bersama – sama.
Sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari pada F tabel (F hitung< F
tabel) maka H0 di terima dan Ha ditolak dengan arti lain variabel
37
independent tidak berpengaruh signifikant terhadap variabel
dependent secara bersama – sama.
c) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji keofisien determinasi digunakan untuk mengukur
seberapa juah kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau
satu. Nilai R2 yang kecil ,mengidentifikasikan bahwa kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependent
sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu variabel independent
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependent (Mudrajad
Kuncoro,2003:220)
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk melihat apakah metode OLS
menghasilkan estimator yang BLUE sehingga tidak ada gangguan
dalam OLS seperti masalah Heterokedastisitas, Multikolinieritas dan
Autokorelasi.
a) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan salah satu uji asumsi klasik yang
menunjukan bahwa residualnya mempunyai varian tidak konstan
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas bisa
dilakukan dengan berbagai metode di antaranya adalah dengan
metode Grafik, metode Uji Park, metode Ui Glejser, metode Uji
38
Korelasi Spearman, metode Uji Goldfeld-Quandt, metode Uji
Bruesch-Pagan – Godrey dan metode Uji White (Wingwahyu, 2011 :
59).
b) Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antar
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel
independen, maka multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan
regresi sederhana yang terdiri dari satu variabel dependen dan satu
variabel independen (Wingwahyu,2011:51)
Untuk melihat apakah terdapat multikolinieritas dalam sebuah
data dapat di identiifkasi melalui nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi
variabel terikat dan diregresi terhadap variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dapat dielaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance
dan menunjukan adanya kolonieritas yang tinggi. Bila korelasi antara
dua variabel bebas melibihi 90% maka VIF nya diatas 10 maka dapat
dikatakan bahwa model tersebut mengalami multikolinieritas (Fatmi
Ratna Ningsih,2010:53).
39
d. Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antar residual satu observasi
dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul
pada data yang bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya data
masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa – masa sebelumnya .
Meskipun demikian
autokorelasi tetap dimungkinkan ada pada data yang bersifat antar
objek atau cross section (Wingwahyu, 2011:526).
Untuk melihat apakah model yang digunakan terdapat
autokorelasi atau tidak maka bisa menggunakan 2 metode diantaranya
adalah metode Uji Durbin-Watson dan metodeUji Breusch-Godfrey.
Metode Uji Durbin Watson merupakan salah satu metode yang paling
banyak digunakan untuk mengetahui apakah model yang kita gunakan
terdapat autokorelasi atau tidak. Untuk melihat nilai Durbin-Watson
bisa dilihat dari nilai d (yang menggambarkan koefisien DW).
Nilai d yang terletak di antara nilai 1,54 sampai dengan 2,46
maka tidak terdapat autokorelasi atau menerima H0 dan jika nilai d
terletak di anatara nilai 2,90 sampai dengan 4 maka terdapat
autokorelasi (Wingwahyu, 2011 : 528).
E. Definisi Operasional Variabel
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan. Variabel merupakan atribut yang dari sekelompok orang
40
atau suatu objek penelitian yang mempunyai kriteria yang sama
(Sugiono,2005:2).
Penjelasan mengenai operasioal variabel dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya
efek tersebut diamatai dari ada atau tidaknya, timbul atau hilangnya, besar
atau mengecilnya yang tampak sebagai akibat perubahan variabel lain.
Variabel terikat dari penelitian ini adalah Harga daging sapi di
Indonesia dalam satuan ribuan rupiah (Rp).
2. Variabel Bebas ( Independent Variabel )
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya
mempengaruhi variabel lain. Dapat dikatakan bawha variabel yang
pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas adalah :
a. PDB Perkapita (X1)
PDB atau produk domestik bruto adalah nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu. PDB merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menghitung pendapatan nasional suatu negara. Semakin tinggi PDB
perkapita suatu negara maka semakin baik tingkat perekonomian
negara tersebut. Satuan ribuan rupiah (Rp)
41
b. Konsumsi Daging Sapi (X2)
Konsumsi adalah aktivitas belanja yang dilakukan oleh
individu atau rumah tangga atas barang akhir atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Sementara barang konsumsi adalah
barang – barang yang diproduksi khusus oleh mayarakat untuk
memenuhi kebutuhannya (Sukirno, 2000: 337). Satuan ton.
c. Produksi (X3)
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktifitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input atau
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan
output (Tati Suharti,2012:87). Satuan ton.
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi
harga daging sapi domestik di Indonesia dengan menggunakan data time
series dengan rentan waktu dimulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2017.
Daging sapi yang merupakan salah satu sub sektor peternakan
direncanakan oleh pemerintah akan mencapai swasembada pada tahun 2014,
namun rencana swasembada tersebut belum berhasil terlaksana. Swasembada
daging sapi yang berfokus pada pemenuhan daging sapi domestik agar bisa
menekan harga daging sapi dalam negeri yang berfluktuasi cenderung naik.
Gambar 4.1 Harga daging sapi di Indonesia
43
Dari gambar diatas terlihat bahwa harga daging sapi dari tahun ke
tahun terus mengalami kenaikan hal ini dikarenakan permintaan daging sapi
yang cukup tinggi namun tidak diimbangi dengan ketersedian daging sapi
yang ada. Harga daging sapi juga melonjak tinggi saat menjelang hari raya
besar keagamaan dimana banyak permintaan akan daging sapi sehingga
menyebabkan harga daging sapi naik namun setelah melewati hari besar
keagamaan harga daging sapi tidak turun ke harga sebelumnya.
Dalam penelitian ini variabel dependent yang digunakan adalah
harga daging sapi (harga_daging), sedangkan untuk variabel independent
yang digunakan adalah data pendapatan perkapita Indonesia ( PDB_kapita ),
konsumsi perkapita daging sapi ( konsumsi), produksi daging sapi domestik
per ton ( produksi ). Data ini di peroleh dari Kementrian Pertanian, Badan
Pusat Statistik ( BPS ), Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang suatu data yang
dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata – rata (mean), standar deviasi
yang dihasilkan dari penelitian ini. Penelitian ini melibatkan variabel
dependen berupa harga daging sapi dan variabel independen berupa
pendapatan perkapita, konsumsi daging sapi perkapita dan produksi
44
daging sapi domestik. Variabel tersebut diuji secara statistik deskriptif
seperti tabel yang ada dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif
HARGA__DAGI
NG_SAPI PDB_KAPITA KONSUMSI PRODUKSI_TO
N_ Mean 110658.9 170141.7 127442.1 129997.5 Median 111024.0 171124.0 127115.0 130116.0 Maximum 116594.0 177646.0 133507.0 131839.0 Minimum 104438.0 160483.0 123012.0 127352.0 Std. Dev. 4298.070 5590.923 3711.257 1503.286 Skewness -0.034356 -0.374141 0.448395 -0.363107 Kurtosis 1.623579 1.857400 1.903061 1.699981
Jarque-Bera 1.187036 1.165912 1.254692 1.385897 Probability 0.552381 0.558246 0.534007 0.500099
Sum 1659884. 2552126. 1911631. 1949963. Sum Sq. Dev. 2.59E+08 4.38E+08 1.93E+08 31638162 Observations 15 15 15 15
Sumber : Data sekunder yang diolah Eviews 9
a. Variabel Independen
1) Harga daging sapi
Hasil deskriptif pada tabel diatas menunjukan bahwa Harga
Daging Sapi minimun sebesar Rp 104.438 ribu rupiah, dengan
nilai maksimum sebesar Rp. 116.594 sedangkan nilai rata – rata
harga daging sapi selama tahun 2003 – 2017 sebesar Rp.
110.658 dengan nilai standar deviasi sebesar Rp. 4298.
b. Variabel Dependent
1) PDB Perkapita
Hasil deskriptif variabel PDB pada tabel diatas menunjukan
bahwa nilai minumum sebesar Rp.160.483 juta rupiah,
sedangkan hasil maksimum diangka Rp. 177.646 juta rupiah
dengan nilai rata – rata sebesar Rp170.141 juta rupiah dengan
nilai standar deviasi sebesar Rp. 5590.
45
2) Konsumsi
Hasil deskriptif variabel konsumsi menunjukan bahwa nilai
minimum konsumsi daging sapi di Indonesia sebesar 123.012
ton selama periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2017
dengan nilai maksimum sebesar 133.507 ton konsumsi daging
sapi sedangkan nilai rata – rata konsumsi daging sapi selama
tahun 2003 sampai dengan tahun 2017 sebesar 127.442 ton, nilai
standar deviasi konsumsi daging sapi sebesar 3711.257 ton.
3) Produksi Daging Sapi
Dari hasil deskriptif menunjukan bahwa nilai minimum
produksi daging sapi sebesar 127.352 ton, nilai maksimum nya
sebesar 131839 ton sedangkan nilai rata – rata produksi daging
sapi 129.997 ton dengan standar deviasi sebesar 1503.286 ton.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap variabel independen dan variabel dependen. Uji asumsi klasik
bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi atas
uji heterokedastisitas, uji multikorelasi dan uji autokorelasi.
a. Hasil Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Untuk menguji multikolinieritas dengan cara melihat
nilai VIF pada masing – masing variabel independen, jika nilai
Variance Inflation Factor atau VIF < 10 , maka dapat disimpulkan
bahwa data terbebas dari gejala multikolinieritas.
46
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors Date: 01/31/19 Time: 12:45 Sample: 2003 2017 Included observations: 15
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF PDB_KAPITA 0.003954 6055.216 6.096412
KONSUMSI 0.015247 13096.92 10.35807 PRODUKSI_TON_ 0.046470 41505.02 5.179599
C 3.49E+08 18438.37 NA
Pada tabel tersebut nilai VIF PDB perkapita, konsumsi dan
produksi masing masing bernilai 6.096412; 10.35807; 5.179599
dimana nilai dari pdb perkapita dan produksi < 10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut bebas dari
multikolinieritas. Namun nilai VIF tertinggi ada pada variabel
konsumsi sebesar 10.35807 dimana nilai tersebut lebih besar dari 10
atau >10 sehingga terjadi multikolinieritas. Namun hal tersebut
dapat di terima karena estimator nya masih dapat bersifat BLUE.
Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antar
variabel independen (Wing Wahyu 2011 : 5.8).
b. Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengui apakah dalam
model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
47
(sebelumnya). Pada penelitian ini untuk menguji ada atau tidak
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Tabel 4.4 Diagram DW
Sumber : Wing Wahyu Winarno “Analisa Ekonetmterika eviews”
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil DW pada tabel 4.5 bernilai sebesar 1.89 dimana nilai
ini menurut diagram Durbin Watson berada di antara 1,54 sampai
dengan 2,46 sehingga tidak terdapat autokorelasi pada penelitian
ini.
c. Hasil Uji Heterokedasitisitas
Heterokedastisitas adalah variansi data yang digunakan
untuk membuat model menjaid tidak konstan. Pengujian terhadap
ada tidaknya masalah heterokedastisitas dalam suatu model
Mean dependent var 110658.9
S.D. dependent var 4298.070
Akaike info criterion 15.61726
Schwarz criterion 15.80607
Hannan-Quinn criter. 15.61525
Durbin-Watson stat 1.869861
48
empiris merupakan langkah penting sehingga dapat terhindar dari
masalah regresi lancung. Metode untuk dapat mendeteksi ada
tidaknya masalah heterokedastisitas dalam model ini menggunakan
uji Glejser.
Untuk mengambil keputusan dalam hasil uji
heterokedastisitas maka dilihat pada bagian F-statistic dan Obs*R-
squared. Jika Prob. Chi-Square < α maka terjadi heterokedastisitas
dan sebaliknya jika Prob. Chi-Square > α maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Pada tabel 4.6 dibawah ini hasil dari uji heterokedastistas
dengan uji Glejser diketahui bahwa nilai p value yang ditunjukan
dengan nilai Prob. Chi-Square (3) yaitu sebesar 0.6929. Oleh
karena itu nilai p value sebesar 0.6929 > 0.05 berarti model regresi
terbebas dari masalah heterokedastisitas.
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber data sekunder yang dioleh Eviews 9
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.495269 Prob. F(3,11) 0.6929
Obs*R-squared 1.784995 Prob. Chi-Square(3) 0.6182 Scaled explained SS 0.922015 Prob. Chi-Square(3) 0.8201
49
3. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kemampuan
variabel independen, yaitu PDB perkapita, konsumsi daging sapi di
Indonesia dan produksi daging sapi domestik di Indonesia. Hasil uji
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber : Data sekunder yang diola eviews 9
Berdasarkan tabel 4.7 nilai koefisien determinasi sebesar 0.987927
atau sekitar 98.79%. Dengan ini terlihat bahwa 98.79% faktor yang
mempengaruhi harga daging sapi domestik dapat dijelaskan oleh
pendapatan perkapita, konsumsi daging sapi dan produksi daging sapi
domestik. Sedangkan sisanya (100% - 98.79% = 1.21%) faktor yang
mempengaruhi harga daging sapi domestik dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak di teliti dalam penelitian ini.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Statistik F
Uji Statistik F menunukan apakah semua variabel independen
dalam model mempunyai pengrauh secara bersama – sama
terhadap variabel dependen. Untuk uji statistik F bisa kita lihat
dari nilai Probability, jika nilai probability < α maka variabel
R-squared 0.987927
50
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependent.
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F
Berdasarkan tabel 4.8 dimana nilai Probability sebesar
0.00000 dimana nilai tersebut kurang dari 0.05 yang berarti bahwa
variabel pendapat perkapita, konsumsi daging sapi dan produksi
daging sapi domestik berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap harga daging sapi.
b. Hasil Uji Statistik t
Uji Statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing – masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikasi 0.05. Jika nilai probability t < 0.05 maka Ha diterima
dan menolak H0, Sedangkan jika nilai probability t >0.05 maka
H0 diterima dan menolak Ha. Tabel dibawah ini menunjukan
hasil uji statistik t.
F-statistic 3000472
Prob(F-statistic) 0.000000
51
Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PDB_KAPITA 0.547709 0.062883 8.709958 0.0000
KONSUMSI 0.373674 0.123481 3.026173 0.0115 PRODUKSI_TON_ -0.073283 0.215569 -0.339952 0.7403
C -20624.43 18679.28 -1.104134 0.2931 Sumber : data sekunder yang diolah Eviews 9
Pada tabel 4.9 menunjukan hasil uji statistik t antara variabel
independen dengan variabel dependen sebagai berikut :
Hasil uji hipotesis 1 : Pengaruh PDB kapita terhadap harga
daging sapi
Pada tabel tersebut menunjukan bahwa variabel pdb
perkapita dengan nilai t-statistik sebesar 8.709 dimana nilai ini lebih
besar dari pada nilai t- tabel sebesar 1.796 (t-stat > t-table) dan
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05 ( p-value ) yang
berarti Ha diterima dan tolak H0 Sehingga dapat dikatakan bahwa pdb
perkapita mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga
daging sapi domestik di Indonesia pada tahun 2003 -2017.
Pendapatan yang meningkat bisa membuat konsumen
meningkatkan konsumsi daging sapi, peningkatan konsumsi daging
sapi menyebabkan meningkatnya permintaan akan daging sapi.
Permintaan yang tinggi dapat mempengaruhi harga daging sapi.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Sri Dewi
Anjani (2017) yang menunjukan bahwa pdb perkapita berpengaruh
signifikan terhadap harga daging sapi.
52
Sehingga dapat disimpulkan bawah hipotesis pertama dalam
penelitian diterima.
Hasil uji hipotesis 2 : Pengaruh konsumsi terhadap harga daging
sapi
Pada tabel tersebut menunjukan bahwa variabel konsumsi
dengan nilai t-stat sebesar 3.026 > t-table 1.796 dan memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.0115 < 0.05 (p-value) yang berarti Ha diterima
dan tolak H0. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga daging sapi domestik di
Indonesia pada tahun 2003 -2017.
Sama halnya dengan meningkatnya pendapatan perkapita,
tingkat konsumsi akan daging sapi yang meningkat dapat
mempengaruhi harga daging sapi di pasaran.
Meningkatnya konsumsi atau permintaan daging sapi salah
satunya dipengaruhi oleh kondisi menjelang puasa dan lebaran
dimana dalam periode tersebut terjadi excess demand sehingga
menyebabkan harga daging sapi melonjak tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua dalam
penelitian dapat diterima.
53
Hasil uji hipotesis 3 : Pengaruh produksi daging sapi domestik
terhadap harga daging sapi.
Pada tabel tersebut menunjukan bahwa variabel produksi
dengan nilai t-stat sebesar -0.339 < t- tabel 1.796 dan memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.7403 > 0.05 yang berarti Ha ditolak dan H0
diterima Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga daging sapi domestik di
Indonesia pada tahun 2003 -2017.
Hal yang menyebabkan produksi tidak berpengaruh terhadap
harga daging sapi dikarenakan terdapat kendala pada ketersediaan
daging sapi di Indonesia dimana jika dalam kondisi minimnya
persediaan daging sapi, maka produsen akan menaikan harga daging.
Harga daging yang meningkat dan tidak disertai dengan peningkatan
pendapatan hanya akan membuat konsumen memilih produk subsitusi
dari daging sapi seperti daging ayam dengan harga yang jauh lebih
murah dibanding harga daging sapi.
Sehingga dapat disimpulkan bawah hipotesis ketiga dalam
penelitian ditolak.
Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut ini :
Harga daging sapi/C = -20624.43 + 0.547709*PDBperkapita +
0.373674*Konsumsi – 0.073283*Produksi
+ 0.746863*Produksi
54
Persamaan regresi berganda diatas dapat dibaca sebagai berikut:
1. Nilai konstanta /C sebesar -20624.43 mengartikan bahwa
apabila nilai variabel – variabel independen sebesar 0, maka
nilai harga daging sapi sebesar -20624.43. Namun dalam hal
ini tidak mungkin di pasaran harga daging sapi bernilai minus.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika nilai variabel
independen bernilai 0 maka harga daging sapi menurun
sebesar -20624.43 dari harga normal daging sapi.
2. Nilai PDB perkapita sebesar 0.547709, menjelaskan bahwa
setiap peningkatan PDB perkapita sebesar 1juta rupiah maka
akan meningkatkan harga daging sapi sebesar 0.547709 rupiah
dengan asumsi variabel independen lain bersifat tetap.
3. Nilai Konsumsi sebesar 0.373674 mengartikan bahwa jika
setiap peningkatan konsumsi sebesar 1 ton maka akan
meningkatkan kan harga daging sapi sebesar 0.373674 rupiah
dengan asumsi variabel independen lain tetap.
4. Nilai Produksi sebesar – 0.073283 tidak berpengaruh nyata
signifikan.
55
4.4 Analisis Ekonomi
A. Analisis Pengaruh PDB terhadap harga daging sapi
Variabel pendapatan perkapita Indonesia sesuai dengan hipotesis
penelitian. Variabel PDB perkapita memiliki nilai t-statistik
sebesar 8.709 dimana nilai ini lebih besar dari pada nilai t-tabel
sebesar 1.796 (t- stat > t- tabel)berpengaruh signifikan terhadap
harga daging sapi domestik Indonesia. Berdasarkan faktor –
faktor yang mempengaruhi permintaan diantaranya adalah:
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang berkaitan
c. Pendapatan pembeli
d. Selera masyarakat
e. Jumlah penduduk
f. Ramalan dimasa yang akan datang
Diantara faktor – faktor tersebut terdapat faktor pendapatan
pembeli dimana faktor ini dapat mempengaruhi harga, dalam
studi ini tingkat pendapatan pembeli dapat mempengaruhi harga
daging sapi. Dimana pergeseran kurva permintaan yang terjadi
akibat adanya perubahan tingkat pendapatan akan mengubah
harga dan kuantitas keseimbangan pasar (kurva penawaran di
anggap tetap). Hal ini terjadi jika setiap individu memiliki
kenaikan pendapatan maka akan mempengaruhi pola hidup dari
56
individu tersebut, dimana pendapatan perkapita berpengaruh
terhadap daya beli. Pendapatan perkapita memberikan banyak
kebebasan individu dalam memilih pola hidup meliputi salah satu
nya adalah pola konsumsi yang berbeda dari sebelumnya
,kenaikan pendapatan menyebabkan individu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan gizi dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi tinggi dimana daging sapi merupakan salah satu daging
yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Sehingga permintaan akan
daging sapi meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Permintaan yang meningkat namun tidak sebanding dengan
jumlah produksi yang ada maka akan menyebabkan harga daging
sapi meningkat.
Pengaruh positif pendapatan perkapita terhadap harga daging sapi
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Sri Dewi Anjani dalam penelitian nya yang berjudul “ Faktor –
faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Indonesia tahun
1999-2014”.
B. Analisis pengaruh konsumsi terhadap harga daging sapi
Variabel konsumsi daging sapi sesuai dengan hipotesis
penelitian. Dalam teori permintaan faktor selera konsumen atau
konsumsi mempunyai pengaruh terhadap harga, ketika konsumsi
daging sapi menurun maka harga daging sapi menurun dan
57
sebaliknya jika konsumsi daging sapi meningkat maka akan
terjadi peningkatan harga hal ini sesuai dengan kajian yang
dilakukan oleh kementrian perdagangan pada tahun 2012 yang
menyatakan bahwa harga daging sapi didalam negeri lebih
dipengaruhi oleh peningkatan permintaan menjelang puasa dan
lebaran.
Dimana pada moment tersebut yaitu puasa dan lebaran
permintaan akan konsumsi daging sapi cukup tinggi dikarenakan
efek psikologis konsumen yang cenderung membeli daging lebih
banyak pada periode tersebut serta adanya ekspektasi dan
perilaku pedagang yang cenderung meningkatkan harga secara
tidak wajar. Peningkatan permintaan konsumsi daging sapi
menyebabkan terjadinya excess demand sehingga dapat
mendorong kenaikan harga yang cukup tinggi. Penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sri Dewi Anjani dalam
penelitian nya yang berjudul “ Faktor – faktor yang
mempengaruhi harga daging sapi di Indonesia tahun 1999-2014”.
C. Analisis pengaruh produksi daging sapi terhadap harga daging
sapi
Variabel produksi daging sapi sesuai dengan hipotesis penelitian
dimana variabel produksi daging sapi tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga daging sapi. Hal ini sesuai dengan teori penawaran
58
dimana hukum penawaran menyatakan bahwa harga berbanding
lurus terhadap barang yang di tawarkan dimana semakin tinggi
harga maka akan meningkat pula barang yang ditawarkan dan
sebaliknya jika harga turun maka penawaran juga akan turun, hal
ini dapat terlihat dari produksi daging sapi di Indonesia yang terus
meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan produksi daging
sapi tersebut beum mampu untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
nasional , perlu diketahui bahwa saat ini kebutuhan daging sapi
nasioal di Indonesia baru bisa memproduksi sebesar 70% dari
kebutuhan nasional sedangkan 30% kebutuhan lainnya dipenuhi
melalui impor dalam bentuk jeroan dan daging beku. Ketika
persedian daging sapi terbatas maka dalam hal ini produsen akan
meningkatkan harga daging sapi, meningkatnya harga daging sapi
akan mengurangi permintaan konsumen terhadap daging sapi,
dimana konsumen akan berlaih mengkonsumsi daging lain yang
harga nya lebih murah seperti daging ayam.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian – penelitian
sebelumnya yang telah diteliti oleh Winda ayu, Tavi Supriana pada
tahun 2013 dengan judul “ Faktor – faktor yang mempengaruhi
harga daging sapi di Sumatera Utara” dimana dalam penelitian ini
variabel produksi daging sapi memiliki pengaruh negatif dan tidak
nyata terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara, selanjutnya
penelitian dari Gusti Nugrah Pradipta pada tahun 2014 dalam
59
penelitian nya yang berjudul “ Faktor – faktor yang mempengaruhi
harga daging sapi di Aceh” dalam penelitian ini variabel produksi
tidak berpengaruh nyata terhadap harga daging sapi lokal di Aceh
dan penelitian yang diteliti oleh Sri Dewi Anjani pada tahun 2014
dengan judul “ Faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging
sapi di Indonesia” dalam penelitian ini variabel produksi daging
sapi berhubungan negatif tidak signifikan terhadap harga daging
sapi di Indonesia.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian harga daging
sapi di Indonesia dengan pendekatan OLS dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap harga daging
sapi dimana dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor pendapatan
perkapita memiliki nilai t- statistik sebesar 8.709 di mana nilai ini lebih
besar dari nilai t-tabel yaitu sebesar 1.896 (t-stat > t-tabel) dan memiliki
nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05 (p-value). Sehingga dapat
dikatakan bahwa faktor pendapatan perkapita mempunyai pengaruh
signifikan terhadap harga daging sapi di Indonesia tahun 2003 - 2017.
Harga daging sapi yang setiap tahunnya berfluktasi cenderung meningkat
sehingga mempengaruhi konsumsi masyarakat akan daging sapi.
Permintaan yang tinggi dapat membuat harga komoditas daging sapi juga
ikutan naik sesuai dengan teori dari faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan. Tidak hanya faktor pendapatan perkapita dan konsumsi
daging sapi tetapi juga faktor dari sisi penawaran dimana produksi daging
sapi dalam negeri masih terbatas belum bisa memenuhi permintaan daging
sapi dalam negeri sehingga saat produksi daging sapi terbatas namun
61
permintaan meningkat maka bisa menyebabkan harga daging menjadi
naik.
2. Faktor konsumsi daging sapi berpengaruh positif terhadap harga daging
sapi dimana dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor konsumsi
daging sapi memiliki nilai t- statistik sebesar 3.026 dimana nilai ini lebih
besar dari nilai t- tabel yaitu 1.796 (t-stat > t-tabel) dan memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.0115 < 0.05 (p-value), sehingga dapat dikatakan
bahwa faktor konsumsi daging sapi mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga daging sapi di Indonesia tahun 2003-2017. Faktor
konsumsi daging sapi yang merupakan salah satu faktor dalam
meningkatnya harga daging sapi dimana dewasa ini konsumsi daging sapi
merupakan salah satu cara masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
yang lebih baik. Selain itu konsumsi daging sapi meningkat tajam saat
menjelang puasa dan lebaran, dimana dalam momen tersebut psikologis
konsumen untuk mengkonsumsi daging sapi lebih tinggi dibandingkan
hari hari biasa. Meningkatnya konsumsi daging sapi mendorong kenaikan
harga daging sapi yang tinggi, hal ini sesuai dengan teori-teori permintaan.
3. Faktor produksi daging sapi berpengaruh negatif terhadap harga daging
sapi dimana dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor produksi
daging sapi memiliki nilai t- statistik sebesar -0.339 dimana nilai ini lebih
kecil dari nilai t- tabel yaitu 1.796 (t-stat < t-tabel) dan memiliki nilai
62
probabilitas sebesar 0.7403 > 0.05 (p-value), sehingga dapat dikatakan
faktor produksi daging sapi tidak mempunyai pengaruh terhadap harga
daging sapi di Indonesia tahun 2013-2017. Produksi daging sapi yang tidak
memiliki pengaruh terhadap harga daging sapi dikarenakan saat ini
produksi daging sapi yang dihasilkan di Indonesia belum dapat memenuhi
kebutuhan nasional, dimana produksi daging sapi saat ini baru bisa
memenuhi sekitar 70% kebutuhan nasional, sehingga saat jumlah produksi
daging sapi terbatas maka penjual akan menaikkan harga daging sapi.
Meningkatnya harga daging sapi membuat masyarakat memilih untuk
mengkonsumsi daging lain yang lebih murah dibandingkan dengan daging
sapi.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian tersebut adalah :
1. Dengan adanya pendapatan perkapita dan konsumsi daging sapi maka
pemerintah diharapkan dapat menambah supply daging sapi dengan cara
meningkatkan produksi daging sapi dalam negeri melalui populasi sapi
nasional.
2. Konsumsi daging sapi yang meningkat di masyarakat dapat dimanfaatkan
pemerintah untuk meningkatkan penjualan daging sapi, selain dengan
meningkatkan produksi daging sapi dapat juga dilakukan melalui program
pasar murah yang diinisiasi oleh pemerintah untuk masyarakat, sehingga
63
dengan adanya program tersebut masyarakat dapat mengkonsumsi daging
sapi dengan harga yang terjangkau.
3. Pemerintah melalui kementerian pertanian dan dinas peternakan dapat
menyediakan pakan ternak yang berkualitas karena saat ini pakan ternak
yang tersedia masih berkualitas rendah, pakan ternak yang berkualitas
rendah menyebabkan menurunnya kualitas daging sapi. Kualitas daging
sapi yang menurun dapat memperlambat perkembangbiakan sapi sehingga
dapat menyebabkan menurunnya produksi daging sapi.
64
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (bps.go.id)
Wulandari, w. a. (2013). faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di
sumatera utara. Jurnal
Wardani, p. a. (2014). analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging
sapi di indonesia. jurnal ,
Kementrian Perdagangan. (2013). faktor-faktor yang mempengaruhi harga eceran
daging sapi dalam negeri.
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/publikasi/perstatistikan
https://mardanijournal.wordpress.com/2017/03/20/regresi-linear-menggunakan-
eviews/
Sri dewi (2017). Faktor – faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di
Indonesia
Dr. Mutiara Nugraheni,S.Tp,.M.Si (2013) Graha Ilmu. Pengetahuan Bahan
Pangan Hewani
Dr.Sukirno (2002) Pengantar Ekonomi Mikro
Kementrian pertanian (2011). Analisis kebijakan pertanian. Volume 9 No.4
Cuplikan blue print program swasembada daging sapi 2014
Iman Haromain (2010). Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan daging
sapi di Indonesia pada tahun 2000 – 2009, Journal
DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2013 (studi pendahuluan rencana pembangunan jangka menengah nasional (rpjmn) bidang pangan dan pertanian 2015-2019 ) Ashari, Nyak Ilham, dan Sri Nuryanti (2012). DINAMIKA PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI: REORIENTASI KONSEPSI DAN IMPLEMENTASI
65
ATIEN PRIYANTI, T.D . SOEDJANA, R. MATONDANG, dan P. SITEPU (1997). Estimasi sistem permintaan dan penawaran daging sapi di propinsi Lampung Shiggit Dirgantara (2013). Skripsi Analisis permintaan daging sapi pada tingkat kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2005 -2010 Nyak Ilham (2001) Analisis Penawaran dan Permintaan Daging Sapi Di Indonesia dalam seminar nasional teknologi peternakan. Imam Subagyo (2009). Potret Komoditas Daging Sapi. Dalam Economic review Anggra Risha Frandika (2015) Dampak kenaikan harga daging sapi terhadap perilaku konsumen, UNPAD Journal Kementrian perdagangan, November 2015 “Analisis perkembangan harga bahan pangan pokok di pasar domestik dan internasional:. Marudut Balian (2009). Faktor – Faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi potong domestik. Skripsi Yudha Hadian Nur, Yati Nuryati (2012). Analisis faktor dan proyeksi konsumsi pangan nasional kasus pada komoditas beras, kedelai dan daging sapi. Jiuhardi (2016). Kajian tentang Impor Daging Sapi Di Indonesia. Journal
Direktur pangan dan pertanian kementrian perencanaan pembangunan
nasional(2013). RPJM Bidang Pangann dan Pertanian 2015 – 2019
Saptana, Nyak ilham, Bambang Winarso, Valerina Darwis (2014) laporan akhir
analisis kebijakan stabilisasi harga daging sapi.
66
LAMPIRAN
Data Harga daging sapi, PDB perkapita, Konsumsi daging sapi dan Produksi
daging sapi
Tahun
Harga daging sapi (rp/kg)
PDB perkapita
(juta)
Konsumsi Daging Sapi
(ton)
Produksi Daging Sapi
(ton) 2003 34.330 9.326.237 219.957 369.710
2004 34.484 10.479.587 266.149 447.570
2005 39.916 12483884
221.397 358.710
2006 43.866 14816401
246.477 395.510
2007 45.599 17290031
229.403 339.480
2008 50.871 21364534
266.502 392.510
2009 58.178 23880878
297.516 409.310
2010 66.329 27028695
331.541 436.450
2011 69.641 30658976
338.787 485.330
2012 76.925 33531354
395.135 508.910
2013 90.401 36508486
403.085 504.820
2014 99.332 40510500
438.767 497.670
67
2015 104.328 43659800
597.629 506.660
2016 113.555 46333600
613.117 518.760
2017 115.779 51890000
628.276 531.760
Hasil Uji Unit Root Data
Null Hypothesis: Unit root (individual unit root process) Series: HARGA__DAGING_SAPI, PDB_KAPITA, KONSUMSI, PRODUKSI_TON_ Date: 01/31/19 Time: 12:44 Sample: 2003 2017 Exogenous variables: Individual effects, individual linear trends Automatic selection of maximum lags Automatic lag length selection based on AIC: 0 to 1 Total number of observations: 46 Cross-sections included: 4 Method Statistic Prob.** ADF - Fisher Chi-square 55.0566 0.0000 ADF - Choi Z-stat -5.97040 0.0000 ** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi -square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Intermediate ADF test results D(UNTITLED,2)
Series Prob. Lag Max Lag Obs D(HARGA__DAGI
NG_SAPI,2) 0.0024 1 1 11 D(PDB_KAPITA,2) 0.0463 1 1 11 D(KONSUMSI,2) 0.0001 0 1 12
D(PRODUKSI_TON_,2) 0.0001 0 1 12
68
Hasil Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors Date: 01/31/19 Time: 12:45 Sample: 2003 2017 Included observations: 15
Coefficient
Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF PDB_KAPITA 0.003954 6055.216 6.096412
KONSUMSI 0.015247 13096.92 10.35807 PRODUKSI_TON
_ 0.046470 41505.02 5.179599 C 3.49E+08 18438.37 NA
Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic 0.495269 Prob. F(3,11) 0.6929
Obs*R-squared 1.784995 Prob. Chi-Square(3) 0.6182 Scaled explained SS 0.922015 Prob. Chi-Square(3) 0.8201
Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 01/31/19 Time: 12:46 Sample: 2003 2017 Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8492.076 8870.100 -0.957382 0.3589
PDB_KAPITA -0.004620 0.029861 -0.154709 0.8799 KONSUMSI -0.043336 0.058636 -0.739064 0.4753
PRODUKSI_TON_ 0.116883 0.102366 1.141814 0.2778 R-squared 0.119000 Mean dependent var 393.5459
Adjusted R-squared -0.121273 S.D. dependent var 238.9226 S.E. of regression 252.9955 Akaike info criterion 14.12780 Sum squared resid 704074.1 Schwarz criterion 14.31661 Log likelihood -101.9585 Hannan-Quinn criter. 14.12579 F-statistic 0.495269 Durbin-Watson stat 1.522676 Prob(F-statistic) 0.692913
69
Hasil Olah Data OLS
Dependent Variable: HARGA__DAGING_SAPI Method: Least Squares Date: 01/31/19 Time: 12:45 Sample: 2003 2017 Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PDB_KAPITA 0.547709 0.062883 8.709958 0.0000
KONSUMSI 0.373674 0.123481 3.026173 0.0115 PRODUKSI_TON_ -0.073283 0.215569 -0.339952 0.7403
C -20624.43 18679.28 -1.104134 0.2931 R-squared 0.987927 Mean dependent var 110658.9
Adjusted R-squared 0.984635 S.D. dependent var 4298.070 S.E. of regression 532.7758 Akaike info criterion 15.61726 Sum squared resid 3122351. Schwarz criterion 15.80607 Log likelihood -113.1294 Hannan-Quinn criter. 15.61525 F-statistic 300.0472 Durbin-Watson stat 1.869861 Prob(F-statistic) 0.000000
top related