endophthalmitis
Post on 27-Jun-2015
1.151 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Endophthalmitis Jolinda 406057110
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujan penyusunan referat ini adalah untuk melengkapi tugas kepaniteraan Ilmu
penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara periode 12 Juni – 15 Juli 2006 di
Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta, dan sebagai tambahan untuk meningkatkan pengetahuan
penulis. Penulis juga berharap referat ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, khususnya:
1. dr. Siti Rahmadhani, SpM
2. dr. Lenggo Geni Oetama, SpM
3. dr. Aswin
4. dr. Clara
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Jakarta, Juni 2006
Jolinda
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
1
Endophthalmitis Jolinda 406057110
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................... 1
Daftar isi..................................................................................................................... 2
I. Sinonim ........................................................................................................ 3
II. Pendahuluan..................................................................................................... 3
III. Patofisiologi.......................................................................................................4
IV. Epidemiologi.....................................................................................................4
V. Mortality/morbidity...........................................................................................4
VI. Riwayat medis...................................................................................................5
VII. Gejala klinis.......................................................................................................5
VIII. Etiologi..............................................................................................................8
IX. Diagnosa..........................................................................................................10
X. Deferential Diagnosa ......................................................................................12
XI. Penatalaksanaan..............................................................................................13
XII. Preventif.........................................................................................................23
XIII. Profilaksis.......................................................................................................23
XIV. Prognosa.........................................................................................................24
Daftar Pustaka...........................................................................................................25
Lampiran....................................................................................................................26
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
2
Endophthalmitis Jolinda 406057110
ENDOPHTHALMITIS
I. Sinonim : Inflamasi rongga orbita, Inflamasi Humor Vitreus, Inflamasi Humor
Aqueous, Steril Endophthalmitis, Panopthtalmitis, Endogenous Endophthalmitis, Exogenous
Endophthalmitis.
II. Pendahuluan :
Endophthalmitis merupakan inflamasi atau radang pada bagian dalam bola mata termasuk
rongga orbita yang diisi oleh cairan seperti gel yang bersifat transparan yang disebut Vitreus
Humor dan juga mengenai Aqueous Humor. Inflamasi juga melibatkan jaringan disekitarnya
yang berpengaruh terhadap fungsi penglihatan.
Pada banyak kasus, penyebab dari inflamasi ini adalah infeksi (dapat oleh bakteri, jamur,
virus ataupun parasit). Noninfectious (sterile) endophthalmitis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti post operasi katarak atau adanya agen toksik.
Di Amerika, penyebab endophthalmitis terbanyak adalah infeksi bakteri post operasi mata,
seperti operasi katarak atau glaukoma. Bakteri juga dapat masuk bila terjadi trauma yang
menembus pada mata. Yang jarang terjadi adalah penyebaran infeksi dari darah yang dapat
menuju ke mata disebut hematogenous endophthalmitis.
Ada 2 tipe endophthalmitis :
Endogenous endophthalmitis
Penyebaran infeksi secara hematogen dari tempat asal atau sumber infeksi (contoh
endocarditis).
Exogenous endophthalmitis
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
3
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Inokulasi langsung infeksi sebagai komplikasi dari operasi mata, adanya benda asing, taruma
tumpul atau trauma tajam pada mata.
III. Patofisiologi
Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi
mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-ocular
barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah permeabilitas
vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan dengan invasi langsung
mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi karena respon imun.
Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana yang utama
adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke jaringn lunak dari
mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari bola mata dapat menyebabkan
Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy)
IV. Epidemiologi
Endophthalmitis endogenous jarang ditemukan, terjadi 2 – 15 % dari seluruh kasus
endophthalmitis. Insiden rata-rata pertahun adalah 5 dari 10.000 pasien yang dirawat. Biasanya
mata kanan lebih sering terkena daripada mata kiri karena terletak lebih proximal atau lebih
dekat denagn peredaran darah arteri Inominata kanan yang juga menuju arteri carotis kanan.
Sejak tahun 1980, terjadi peningkatan infeksi candida pada pengobatan dengan yang dilakukan
secara IV. Pada saat ini peningkatan resiko terjadinya infeksi disebabkan antara lain oleh
penyakit AIDS, peningkatan penggunaaan obat-obat imunosupresan dan prosedur operasi yang
invasif (seperti transplantasi sumsum tulang).
Sekitar 60 % kasus Exogenous endophthalmitis terjadi setelah intraocular surgery. Pada 3
tahun terakhir ini di Amerika terjadi peningkatan komplikasi postcataract endophthlamits.
Posttraumatic endophthalimitis terjadi pada 4 – 13 % dari seluruh kasus trauma tajam mata.
Gangguan atau perlambatan penyembuhan pada trauma tajam mata meningkatan resiko
terjadinya endophthlamitis. Insiden endophthalmitis karena adanya intraocular foreign body
adalah 7 – 31 %.
V. Mortality/morbidity
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
4
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Penurunan penglihatan dan kehilangan penglihatan yang permanen merupakan komplikasi
tersering dari endophthalmitis. Pasien mungkin memerlukan enukleasi untuk menghilangkan
rasa sakit.
Mortality biasanya berhubungan dengan gejala penyerta dan adanya penyakit lain yang
mendasarinya.
VI. Riwayat medis
Riwayat medis sangat penting untuk mengetahui adanya resiko-resiko yang menjadi
penyebab endogenous atau exogenous endophthalmitis (misalnya: penggunaan obat-oabat
secara intravena, resiko terjadinya sepsis pada endokarditis, prosedur invasif dalam
optalmologi).
Bakterial endophtalmitis yang terjadi pada saat akut memberikan keluhan sakit,
pembengkakan kelopak mata, dan penurunan ketajaman penglihatan. Juga beberapa bakteri
(misalnya Propionibacterium acnes) dapat menyebabkan inflamasi kronik dengan gejala
yang lebih berat. Organisme ini merupakan flora kulit normal yang biasanya menginfeksi
pada saat operasi intraokular.
Endophtalmitis karena jamur mungkin baru terlihat setelah beberapa hari atau
minggu. Gejala yang sering adalah penglihatan yang buram, sakit dan penurunan tajam
penglihatan.
Endophthalmitis etc candida
Pasien dengan infeksi candida mungkin akan mengalami demam tinggi, yang diikuti
dengan gejala-gejala pada mata setelah beberapa hari. Demam yang persisten mungkin
berhubungan dengan pembentukkan infiltrat jamur pada retinachoroidal.
Riwayat operasi mata, trauma mata, bekerja di industri harus ditanyakan.
Pada kasus endophtalmitis setelah operasi, infeksi dapat terjadi secepatnya setelah
operasi atau mungkin sampai beberapa bulan; atau bahkan setelah beberapa tahun
berikutnya seperti pada kasus yang disebabkan Propionibacterium acne.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
5
Endophthalmitis Jolinda 406057110
VII. Gejala klinik
Endophtalmitis dapat memberikan gejala yang dikeluhkan secara subyektif seperti :
Penurunan tajam penglihatan
Sakit pada mata dan iritasi
Mata merah
Sakit kepala
Fotofobia
Adanya sekret
Demam
Gejala yang paling sering ditemukan pada endophtalmitis adalah kehilangan penglihatan. Biasanya
gejala yang timbul tergantung dari penyebab-penyebabnya.
Postoperative endophthalmitis
Pada kasus ini problem yang serius adalah kehilangan penglihatan yang permanen. Gejala
biasanya tidak terlalu menonjol, tergantung dari kapan terjadinya infeksi, dini (6 minggu atau
kurang) atau lanjut (bulan atau tahunan) setelah operasi.
Gejala pada stadium dini adalah penurunan penglihatan yang dramatis pada mata yang
terlibat, sakit pada mata setelah operasi, mata merah dan pembengkakkan kelopak.
Gejala pada stadium lanjut biasnya lebih berat pada stadium dini. Seperti penglihatan
buram, penurunan sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia) dan sakit yang berat pada
mata.
Posttraumatic endophthalmitis
Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat termasuk
penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan pembengkakan
kelopak.
Hematogenous endophthalmitis
Pada saat infeksi menyebar melalui aliran darah dan masuk ke dalam mata, gejalanya akan
timbul perlahan-lahan/ bertahap dan lebih ringan. Sebagai contoh, pasien mungkin tidak akan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
6
Endophthalmitis Jolinda 406057110
mengeluh penglihatannya turun setelah 5 minggu, biasanya akan terlihat floaters berwarna
hitam, semi transparan yang akan mengganggu penglihatan.
Penemuan dari pemeriksaan fisik berhubungan dengan struktur mata yang terlibat dan derajat dari
infeksi atau inflamasi. Pemeriksaan mata harus dilakukan dengan cermat termasuk pemeriksaan
visus, pemeriksaan external, pemeriksaan dengan funduskopi, dan slit lamp biomicroscpy.
Penemuan-penemuan yang dapat ditemukan secara objektif adalah :
Pembengkakkan dan eritema kelopak mata
Injeksi conjungtiva dan siliar
Cornea oedema
Hipopion ( adanya sel dan exudat karena inflamasi pada bilik mata depan)
Tanda dini berupa Roth’s spot (bercak bulat, putih paad retina yang dikelilingi perdarahan)
Retinal periphlebitis
Vitreitis
Chemosis
Penurunan atau hilangnya red refleks
Proptosis
Papilitis
Cotton-wool spots
White lesion di koroid dan retina
Uveitis kronis
Vitreal mass dan debris
Sekret purulen
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
7
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Mungkin dapat ditemukan relative afferent defect
Tidak adanya sakit pada mata dan hipopion tidak menyingkirkan endophtalmitis, mungkin
berhubungan dengan infeksi kronik dari Propionibacterium acne.
Penyulit endophthalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina
koroid dan sklera) dan badan kaca akan mengakibatkan panophthalmitis. Panophthalmitis sendiri
mempunyai penyulit yaitu terbentuknya jaringan granulasi disertai vaskularisasi dari koroid.
Panophthlamitis dapat berakhir dengan terbentuknya fibrosis yang akan menyebabkan phtisis bulbi.
Biasanya pada kasus ini membutuhkan terapi enukleasi
Perbedaan Endophthalmitis Panophthalmitis
Radang
Demam
Sakit bola mata
Pergerakan bola mata
Eksoftalmus
Bedah
Intraokular
Tidak nyata
Ada
Masih dapat
Tidak ada
Enukleasi
Intraokular, intraorbita
Nyata
Berat
Sakit
Mata menonjol
Eviserasi bulbi
VIII. Etiologi
Organisme gram-positif merupakan penyebab 56 – 90 % dari seluruh endophthalmitis.
Organisme yang merupakan penyebab terbanyak adalah Staphylococcus epidermitis,
Staphylococcus aureus, dan Streptococcus. Gram-negatif seperti Pseudomonas, Escherichia
coli dan Enterococcus biasanya ditemukan pada trama tajam mata.
Endogenous endophthlamitis
Pada penderita Diabetes Melitus, gagal ginjal kronik, kelainan katup jantung, sistemik
lupus eritematosus, AIDS, leukimia, keganasan gsartointestinal, neutropenia,
lymphoma, hepatitis alkoholik, transplantasi sumsum tulang meningkatkan resiko
terjadinya Endogenous endophthalmitis.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
8
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Prosedur-prosedur invasif yang dapat menyebabkan bakterimia seperti hemodialisis,
kateterisasi vesika urinaria, endoskopi gastrointestinal, total perenteral nutrition,
kemoterapi, dan dental prosedur daapt menyebabkan endophthalmitis.
Operasi atau trauma nonocular yang baru terjadi, prostetic katup jantung,
imunosupresan, dan pemakaian obat-obat IV merupakan predisposisi terjadinya
endogenous endophthalmitis.
Sumber infeksi endogen pada endophthlamitis adalah meningitis, endocarditis,
infeksi saluran kemih, dan infeksi berat. Faringitis, infeksi paru, septik artritis,
pielonefris, dan intraabdominal abses juga terlibat sebagai sumber infeksi.
Organisme jamur terdapat pada 50% dari seluruh kasus endogenous endophthlamitis.
Frekuensi Candida albicans adalah 78 – 80 % dari kasus penyebab jamur. Penyebab
terbanyak ke-2 adalah Aspergilosis, terutama pada pengobatan secara IV. Penyebab
yang jarang adalah Torulopsis, Sporotrichum, Cryptococcus, Coccidiodes, dan spesies
Mucor.
Organisme gram-positif merupakan penyebab tersering dari endogenous
endopthlamitis. Bakteri tersering adalah Staphylococcus aureus yang biasanya trelibat
pada infeksi kulit atau penyalit sistemik kronis seperti Diabetes Melitus atau gagal
ginjal. Spesies Streptococcus seperti Streptococcus pneumonia, streptococcus
viridans dan group A Streptococcus juga sering sebagai penyebab. Spesies
Streptococcal lain, misalnya group B pada bayi baru lahir dengan meningitis atau
group G pada pasien dewasa dengan infeksi berat atau keganasan, juga telah diisolasi.
Bacillus cereus terlibat dalam infeksi melalui penggunaan obat-obatan secara IV..
Spesies Clostridium mempunyai hubungan dengan keganasan usus.
Bakteri Gram-negatif merupakan bakteri penyebab yang lain. E coli adalah yang
tersering. Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Klebsiela pneumonia,
Serratia spesies dan Pseudomonas aeruginosa juga dapat menyebabkan endogenuos
endophthlamitis.
Endophthalmitis etc Escherichia coli
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
9
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Nocardia asteriodes, Actinomyces spesies dan Mycobacteiurm tuberculosis adalah
bakteri tahan asam yang menyebabkan endogenous endophthlamitis.
Exogenous endophthlamitis
Organisme yang normal berada di conjungtiva, kelopak mata, ataupun bulu mata
yang terlibat sewaktu operasi dapat menyebabkan postoperative endophthalmitis.
Pada banyak kasus exogenous endophthalmitis terjadi karena komplikasi dari post
operasi atau trauma pada mata. Pada kasus ini, organisme gram-positif merupakan
penyebab terbanyak sekitar 56-90% yaitu Staphylococcus yang merupakan flora
conjungtiva yang normal; organisme gram-negatif terdapat pada 7-29 %; dan jamur
ditemukan pada 3-13 % kasus.
Penyebab tersering pada exogenous endophthalmitis adalah Staphylococcus
epidermitis, yang merupakan flora normal dari kulit dan conjungtiva. Bakteri garm-
negatif lainnya adalah S aureus dan Streptococcal species.
Penyebab terbanyak organisme gram-negatif yang berhubungan dengan postoperative
endophthalimitis adalah P aueruginosa, Proteus dan Haemophils species.
Waulaupun jarang, berbagai macam jamur dapat menyebabakan postoperative
endophtalmitis termasuk Candida, Aspergillus dan Penicillium species.
Pada traumatic endophthalmitis, bakteri atau jamur biasanya terlibat sewaktu trauma.
Pada trauma biasanya benda-benda sekitar yang menjadi penyebab sudah
terkontaminasi oleh berbagai agen yang infeksius. Staphylococcal, Streptococcal dan
Bacillus species biasanya merupakan penyebab dari traumatic endophthalmitis. B
aureus terlibat dalam 25 % kasus traumatic endophthalmitis. Adanya riwayat trauma
tajam dengan benda asing intraokular yang terkontaminasi oleh bahan-bahan organik
dapat melibatkan Bacillus species.
X. Diagnosis
Karena endophtalmitis adalah penyakit yang serius dan menyebabkan gangguan penglihatan,
maka harus dapat diagnosa dini dan dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk mencegah
terjadinya kebutaan yang merupakan resiko yang paling ditakuti.
Prosedur diagnosis yang harus dilakukan adalah :
Ophthalmological evaluation
Pemeriksaan tajam penglihatan
Tonometri untuk memeriksa tekanan bola mata
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
10
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Pemeriksaan funduskopi
Memeriksa kedua mata dengan slit lamp biomicroscopy
Ultrasonografi bila pemeriksaan funduskopi sulit dilakukan (untuk melihat adanya
foreign body pada intraokular, densitas dari vitreitis dan adanya ablasio retina)
Pemeriksaan kultur rutin termasuk kultur secara aerobik, anaerobik dan kultur jamur.
Pseuphypha in this vitrectomy sample from a patient with suspected candida endophthalmitis
Pemeriksaan lab :
Pemeriksaan laboratorium yang terpenting adalah kultur gram dari cairan aqueous dan
vitreus.
Untuk endogenous endophthalmits, pemeriksaan lab lainnya mungkin diperlukan
seperti :
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
11
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Lab darah rutin untuk mengevaluasi adanya infeksi, peningkatan lekosit dan
adanya shift to the left.
Laju endap darah mengevaluasi adanya infeksi kronis atau keganasan.
Blood Urea Nitrogen mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan
resiko.
Kreatinin mengevaluasi adanya gagal ginjal atau pasien dengan dengan
resiko.
Pemeriksaan imaging :
Chest x-ray mengevaluasi sumber infeksi.
Cardiac ultrasound mengevaluasi endokarditis sebagai sumber infeksi.
CT scan / MRI orbita membantu menyingkirkan diferensial diagnosa.
Pemeriksaan lain :
Kultur darah evaluasi sumber infeksi
Kultur urine evaluasi sumber infeksi
Kultur lain tergantung dari tanda atau gejala klinik
Cerebrospinal fluid
Throat culture
Feses
Untuk pemeriksaan kultur/biakan biasanya dilakukan prosedur yang disebut dengan vitreus tap.
Untuk melakukan prosedur ini, ophthalmologist akan menganestesi mata dan menggunakan jarum
kecil untuk mengeluarkan cairan bola mata. Cairan inilah yang digunakan untuk pemeriksaan kultur
bakteri.
IX. Diferensial diagnosa
Corneal Abrasion
Corneal laceration
Cavernosus Sinus Thrombosis
Corneal Ulceration dan Ulcerative Keratitis
Endocarditis
Globe Rupture
Herpes Zoster Ophthalmicus
Iritis dan Uveitis
Systemic lupus Erytematosus
Vitreous Hemorrhage
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
12
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Masalah lain yang harus diperhatikan sebagai pembanding :
Postsurgical inflamation
Allergic reaction
Foreign bodies
Chemical atau thermal burns
Trauma
Exposure keratopaty
Retinitis
Toxocara canis infection
Retinoblastoma
Acute retinal necrosis
Parasitic infection
XI. Penatalaksanaan
Ketika diagnosa sudah dapat ditetapkan, konsultasi ke ahli mata atau ophthalmologist sangat
diperlukan. Penatalaksanaan tergantung pada penyebab utama dari endophthalmitis. Walaupun
banyak sumber yang mengungkapkan tentang berbagai pengobatan, pada umumnya semua
menggunakan prinsip yang sama.
Penatalaksanaan pada Postoperative endophtalmitis
Pars plana vitrectomy atau aspirasi vitreous mungkin akan dianjurkan oleh
ophthalmogolist yang diikuti dengan injeksi antibiotik intravitreal (misalnya :
vancomycin, amikacin, ceftazidine)
Dipertimbangkan antibotik sistemik atau steroid intravitreal.
Pasien dengan postoperative endophthalmitis mungkin tidak dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit. Tetapi keputusan tersebut sangat tergantung dari
ophthalmologist.
Endophthalmitis post operative cataract
Penatalaksanaan Traumatic Endophthalmitis
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
13
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit
Tangani ruptur bola mata (bila ada)
Antibiotik sistemik termasuk vancomycin, aminoglikosid atau cefalosporin generasi
ke-3. pertimbangkan clindamycin bila ditemukan Bacillus spasies.
Antibotik topikal
Antibiotik intravitreal mungkin diperlukan.
Pertimbangkan pars plana vitrektomi
Imunisasi tetanus bila sebelumnya belum pernah diimunisasi.
Siklopegik mungkin diperlukan.
Penatalaksanaan Endogenous bakterial endophthalmitis
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Antibiotik spektrum luas intravena termasuk vancomycin, aminoglikosid, atau
sefalosporin generasi ke-3. pertimbangkan penggunaan clindamycin secara intravena
jika ditemukan infeksi Bacillus spesies.
Antibiotik periokular
Antibiotik intravitreal
Siklopegik (misalnya : atropin)
Steroid topikal mungkin dapat diberikan. Atau pemberian steroid injeksi langsung ke
mata untuk mengurangi inflamasi dan mempercepat penyembuhan.
Vitrectomy mungkin diperlukan pada organisme yang virulen., atau pada infeksi yang
parah.
Endophthalmitis Bacterial
Penatalaksanaan Candida endophthalmitis
Sarankan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Fluconazole oral
Amphotericin B intravena atau intavitreal meungkin dapat
dipertimbangkan
Siklopegik mungkin diperlukan.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
14
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Pada postoperative endophtahlmitis, terapi secara parenteral biasanya tidak dianjurkan kecuali
infeksi sudah menyebar diluar mata. Pada jenis endophtahlmitis yang lain, pemberian antibiotik
spektrum luas dilakukan bila telah didapatkan hasil dari kultur. Ophthalmologist biasanya
menggunakan terapi secara injeksi intravitreal atau subconjungtiva.
Dibawah ini dilampirkan obat-obat yang biasa digunakan untuk kasus Endophthalmitis.
Drug Category: Antibiotics -- Empiric antimicrobial therapy must be comprehensive and should cover all
likely pathogens in the context of the clinical setting.
Drug Name
Vancomycin (Vancocin) -- Empiric coverage for gram-positive organisms including B cereus. DOC for both intravitreal and systemic administration; excellent gram-positive coverage and has added advantage of providing better coverage against resistant organisms; bactericidal against most organisms and bacteriostatic for enterococci; inhibits cell wall biosynthesis, interfering with cell-membrane permeability and RNA synthesis.After systemic administration, drug penetrates most tissues including vitreous, especially if the blood-ocular barrier is compromised. Use creatine clearance to adjust dose in patients with renal impairment.
Adult Dose1 g IV, infused over 1 h; repeat q12hIntravitreal dose: 1 mg in 0.1 mL
Pediatric Dose 10 mg/kg IV q6h
Contraindications Documented hypersensitivity
Interactions
Synergistic with aminoglycosides against B cereus, S aureus, enterococci, S viridans, and Streptococcus faecalisAminoglycosides increase risk of nephrotoxicity, requiring careful monitoring; risk of erythema and histaminelike flushing in children may occur when administered with anesthetic agents; increases neuromuscular blockade when used concurrently with nondepolarizing muscle relaxants
Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.
PrecautionsCaution in impaired renal function or previous hearing loss; red man syndrome may occur when administered too rapidly (rare when vancomycin is given over 2 h)
Drug Name
Gentamicin (Gentacidin, Garamycin) -- Empiric coverage for gram-negative organisms including P aeruginosa. First choice aminoglycoside for systemic gram-negative coverage; bactericidal inhibitor of protein synthesis (30S ribosomal subunit). Dosing regimens are numerous; adjust dose based on CrCl.
Adult DoseNormal renal function: 2 mg/kg load infused IV over 30-60 min, then 1.7 mg/kg IV q8h or 3-6 mg/kg/d IV divided q8h; adjust dose for renal function prn
Pediatric DoseNormal renal function (adjust dose prn):Infants and neonates: 7.5 mg/kg/d IV divided q8h >1 year: 6-7.5 mg/kg/d IV divided q8h
Contraindications Documented hypersensitivity; non–dialysis-dependent renal insufficiency
Interactions
Increases nephrotoxic potential when administered with other aminoglycosides, cephalosporins, penicillins, or amphotericin B; increases effect of neuromuscular blocking agents when used concurrently Ototoxic effects may increase when administered with loop diuretics; monitor hearing in patients receiving aminoglycosides as damage may be irreversible
Pregnancy C - Safety for use during pregnancy has not been established.
Precautions May cause nephrotoxicity and ototoxicity; caution in premature infants and neonates
Drug Name Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz) -- Third-generation cephalosporin with broad gram-negative coverage but decreased efficacy to gram-positive organisms; gram-negative coverage includes Enterobacter, Citrobacter, Serratia, Neisseria, Providencia, and
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
15
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Haemophilus species. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.
Adult Dose 2 g IV q12h
Pediatric DoseNeonates: 30 mg/kg IV q12h<12 years: 100-150 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 6 g/d>12 years: Administer as in adults
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsNephrotoxicity may increase with aminoglycosides, furosemide, and ethacrynic acid; probenecid may increase ceftazidime levels
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions Adjust dose in renal impairment
Drug Name
Ceftriaxone (Rocephin) -- Third-generation cephalosporin that crosses blood brain barrier. Active against resistant bacteria including gonococci, H influenzae, and other gram-negative organisms.Used in suspected hematogenous source for endophthalmitis in combination with vancomycin while cultures are pending. Cephalosporins bind to the penicillin binding protein and prevent cell wall synthesis, which inhibits bacterial growth.
Adult Dose2 g IV q24hIntravitreal dose: 2 mg in 0.1 mL
Pediatric Dose 50-100 mg/kg/d IV divided q12-24h; not to exceed 4 g/d
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsProbenecid may increase ceftriaxone levels; concurrent use of furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions Adjust dose in renal impairment; caution in breastfeeding women
Drug Name
Cefotaxime (Claforan) -- Third-generation cephalosporin that has broad gram-negative coverage but lower efficacy for gram-positive organisms. Cephalosporins bind to one or more of the penicillin-binding proteins and prevent cell wall synthesis inhibiting bacterial growth.
Adult Dose 2 g IV q4h
Pediatric Dose 100-200 mg/kg/d IV divided q8h; not to exceed 12 g/d
Contraindications Documented hypersensitivity
InteractionsProbenecid may increase cefotaxime levels; coadministration with furosemide and aminoglycosides may increase nephrotoxicity
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
PrecautionsAdjust dose in severe renal impairment; has been associated with severe colitis; caution in breastfeeding women
Drug Name
Clindamycin (Cleocin) -- Use in IV drug abusers or penetrating trauma with soil contamination for suspected B cereus infection. Semisynthetic antibiotic that inhibits bacterial protein synthesis by interfering with peptide bond formation at the 50S ribosomal subunit; has both bacteriostatic and bactericidal activity.
Adult Dose 600-900 mg IV q8h
Pediatric Dose 20-40 mg/kg/d IV divided q6-8h
ContraindicationsDocumented hypersensitivity; regional enteritis, ulcerative colitis, hepatic impairment, antibiotic-associated colitis
InteractionsIncreases duration of neuromuscular blockade induced by tubocurarine and pancuronium; erythromycin may antagonize effects of clindamycin; antidiarrheals may delay absorption of clindamycin
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
16
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions
Adjust dose in severe hepatic dysfunction; may be associated with severe and possibly fatal pseudomembranous colitis Hypotension or cardiopulmonary arrest may occur (rare) after too rapid IV use; anaphylaxis, Stevens-Johnson–like syndrome, agranulocytosis, and aplastic anemia may occur
Drug Category: Antifungal -- For suspected candidal or Aspergillus infection. Indicated in patients who are immunosuppressed, who have indwelling venous catheters, or who are currently taking broad-spectrum antibiotics.
Drug Name
Amphotericin B (AmBisome) -- Fungistatic or fungicidal depending on concentration attained in body fluids; polyene antibiotic produced by a strain of Streptomyces nodosus. Changes permeability of fungal cell membrane by binding to sterols, which causes fungal cell death as intracellular components leak out.
Adult Dose 3 mg/kg/d IV for 14 d; infuse over 2-6 h
Pediatric Dose Administer as in adults
Contraindications Documented hypersensitivity
Interactions
Concurrent administration of antineoplastic agents may potentiate bronchospasm, hypotension, or renal toxicityMonitor potassium levels closely when administered with thiazides or digitalis as potassium depletion may increase, leading to hypokalemia or digitalis toxicityCoadministration of cyclosporin increases risk of nephrotoxicity; administered with aminoglycosides, additive nephrotoxicity and/or ototoxicity possible
Pregnancy B - Usually safe but benefits must outweigh the risks.
Precautions
Frequently monitor renal function, serum electrolytes (magnesium and potassium), liver function, blood counts, and hemoglobin concentration; neutropenic patients receiving amphotericin B and leukocyte transfusions may experience pulmonary reactions, such as hypoxemia, acute dyspnea, or interstitial infiltratesSeparate the time of amphotericin B infusion as far as possible from time of leukocyte transfusion if transfusion is to be given
Sumber : Department of Emergency Medicine, Massachusetts Genera Hospital, Harvard Medical School.
1. Gentamicin 200µg in 0.1ml1. Take 0.5ml from a vial of gentamicin containing 40mg/ml2. Make up to 10mls with normal saline or balanced salt solution (BSS) in a syringe.3. 0.1ml of this solution=200µg NB Minims of gentamicin are unpreserved and contain 3000µg per ml. These may be used.
2. Amikacin 0.4mg in 0.1ml1. Reconstitute one vial - 500mg - and make up to 10ml with BSS2. Withdraw 0.8ml (using 1ml syringe) and make up to 10ml with BSS3. Withdraw 0.1ml of this - 0.4mg
3. Cefuroxime or Vancomycin 1000µg in 0.1ml1. Reconstitute a 250mg vial with 8mls of saline or BSS2. Withdraw entire contents and make up to 10mls with saline or BSS3. Inject 2mls back into vial and make up to 5mls in the vial with saline or BSS4. 0.1ml of this solution - 1mg (1000µg) For smaller doses adjust the volumes accordingly.
4. Amphotericin 5µg in 0.1ml1. Reconstitute a 50mg vial with 10mls of saline or BSS2. Withdraw 0.1ml of this and make up to 10mls in a syringe.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
17
Endophthalmitis Jolinda 406057110
3. 0.1ml of this = 5µg Alternatively inject entire contents of a 50mg ampoule into a 1 litre bag of Ringer-Iactate and 0.1ml of this contains 5µg.
5. Clindamycin 1000µg in 0.1ml1. Draw up the contents of a 2ml ampoule (300mg) and make up to 3ml in a syringe with normal saline or BSS2. Withdraw 1ml of that and make up to 10ml in another syringe with normal saline or BSS3. 0.1ml of that contains 1000µg
Intravitreal Drugs NB The intravitreal dose is given in 0.1ml except when combination therapy is used and 0.2ml are given. In emergencies it may be necessary to prepare drugs for intravitreal injection without the assistance of the pharmacist. Avoid solutions or preparations containing preservatives. The quantities for intravitreal injection may be drawn up in 1ml syringes, and injected with a 25 or 27 gauge needle. Make sure to fill the dead space with antibiotic solution.
Sumber : The Royal College of Ophthalmologists 17 Cornwall Terrace, London NW1 4QW
Injeksi antibiotik intravitreal dengan dosis terapeutik yang tepat dan tidak toksik terhadap
jaringan mata terutama retina efektif untuk mencegah komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi.
Antibiotik sistemik tidak dapat menjangkau agen patogen di intravitreal dikarenakan oleh tidak
terlampauinya konsentrasi maksimal karena adanya blood retinal barrier. Injeksi secara intravitreal
dapat melewati barrier sehingga tercapai konsentrasi terapeutik yang dapat menghancurkan
mikroorganisme. Kadang penggunaan dosis tunggal sudah cukup memadai.
Selain itu perlu diperhatikan jumlah/dosis dari antibiotik yang diinjeksikan mengingat batas
keamanan antara dosis terapeutik dengan dosis toksik terhadap retina sangat sempit. Sebagai
contohnya, Gentamycin yang sangat efektif melawan infeksi organisme gram negatif seperti
pseudomonas dapat menyebabkan infark makula bila tidak diberikan sesuai dengan dosis yang telah
ditetapkan.
Tidak jarang juga ditemukan infeksi sekunder oleh organisme komensal oleh karena itu
diperlukan dua macam antibiotik : satu untuk melawan organisme gram negatif dan yang lainnya
untuk melawan organisme gram positif. Antibiotik yang digunakan untuk melawan organisme gram
negatif misalnya : Ceftazidine, Amikacin, Gentamycin, untuk gram positif : Vancomycin dan
Cefazoline. Sedang yang digunakan untuk infeksi jamur yaitu : Amphotericin B.
Pada kasus-kasus yang sudah berat biasanya diperlukan penatalaksanaan secara operatif
seperti :
1. Vitrectomy (yang akan dibahas tersendiri)
2. Enukleasi bulbi
Enukleasi bulbi merupakan tindakan pembedahan mengeluarkan bola mata dengan
melepas dan memotong jaringan yang mengikatnya didalam rongga orbita. Jaringan
yang dipotong adalah seluruh otot penggerak mata, saraf optik dan melepaskan
conjungtiva dari bola mata. Enukleasi bulbi biasanya dilakukan pada keganasan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
18
Endophthalmitis Jolinda 406057110
intraokular, mata yang dapat menimbulkan oftalmia simpatika, mata yang tidak
berfungsi dan memberikan keluhan rasa sakit, endophthalmitis supuratif dan pthisis.
Biasanya pasien setelah enukleasi bulbi diberi mata palsu atau protesis.
3. Eviserasi bulbi
Eviserasi bulsi merupakan tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mata seperti
kornea, lensa, badan kaca, retina dan koroid. Setelah isi dikeluarkan maka limbus
kornea dieratkan dan dijahit. Eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan
panophthalmitis dan endophthalmitis berat.
PROSEDUR VITRECTOMY
Vitrectomy adalah prosedur operasi dimana dilakukan pengeluaran cairan Vitreus dari rongga
orbita. Pada Vitrectomy diperlukan berbagai instrumen dan teknik yang khusus.
Prosedur vitrectomy biasa dilakukan pada pasien rawat jalan. Jarang rawat inap di rumah
sakit selama 1 hari dibutuhkan. Anestesi yang digunakan dapat lokal atau umum. Mata yang akan
difiksasi dengan menggunakan spekulum khusus dan mata yang tidak dioperasi akan ditutup.
Prosedur ini dimulai dengan membuat celah kecil (kurang dari 2 mm) pada mata dan
memasukkan infusion line untuk dapat memantau tekanan bola mata agar stabil. Lalu, microscopic
cutting dimasukkan yang akan digunakan untuk mengaspirasi cairan vitreus. Microscopic light
( high intensity fibreoptic light ) sebagai sumber cahaya juga dimasukkan untuk menerangi bagian
dalam bola mata selama prosedur ini dilakukan.
Instrumen-instrumen tambahan mungkin juga diperlukan untuk membantu prosedur
tambahan seperti untuk mengkaterisasi pembuluh darah yang robek atau untuk mengeluarkan
jaringan sikatriks atau benda asing.
Ophthalmologis akan melihat keadaan bola mata melalui microscope selama operasi.
Dibutuhkan juga lensa khusus untuk membantu melihat anatomi dari mata dan juga dapat berguna
agar dapat melihat dengan jelas keadaan retina dan viterus.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
19
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Setelah vitreus dikeluarkan, mata akan diisi dengan cairan saline khusus yang komposisinya
serupa dengan cairan vitreus yang normal di bola mata. Diperlukan jahitan kecil untuk menutup
ketiga lubang yang telah dibuat untuk memasukkan instrumen yang telah disebutkan diatas. Untuk
mencegah terjadinya infeksi diperlukan injeksi antibiotik yang dilakukan pada tahap akhir prosedur
ini.
Walaupun prosedur vitrectomy biasanya dilakukan insisi pada bagian depan bola mata, dapat juga
dilakukkan insisi pada bagian lain yaitu pars plana.
Prosedur ini sering disebut Trans Pars Plana Vitrectomy (TPPV).
Insisi di daerah ini dapat mecegah terjadinya kerusakan retina dan crystalline lensa. Pada prosedur ini
instrumen yang digunakan dimasukkan melalui pars plana.
Trans plana vitrectomy diindikasikan pada berbagai kelainan pada retina dibawah ini:
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
20
Endophthalmitis Jolinda 406057110
1. Proliferative diabetic retinopathy (termasuk perdarahan vitreus)
2. Macular hole
3. Epiretinal membrane (macular pucker)
4. Complicated, tractional atau rekuren atau retinal detachment
5. Intaocular infections (endophthalmitis)
6. Intraocular foreign nody
7. Retained lens material atau dislocated lens implant pada operasi katarak
8. Giant retinal tears
9. Trauma mata
Terdapat berbagai macam teknik yang digunakan dalam prosedur vitrectomy, seperti :
1. Intaocular gases ( biasanya perfluropropane atau (C3F8) atau sulfur hexafluoride (SF6))
yang dicampur dengan udara steril, biasanya dapat bertahan lama pada bola mata (sampai 2
bulan). Gas ini nantinya akan digantikan oleh cairan mata yang normal. Gas ini berguna
untuk melekatkan kembali retina yang terlepas dan tetap bertahan pada tempatnya selama
masa penyembuhan. Injeksi gas juga digunakan pada kasus macular hole. Sangat penting
untuk mengatur posisi dari kepala setelah operasi yang menggunakan teknik gas. Penglihatan
pada prosedur yang menggunakan gas ini biasanya buruk dan akan membaik bila 50 % dari
gas terserap. Komplikasi dari teknik ini adalah katarak yang progresif dan peningkatan
tekanan intraokular (glaukoma). Sebaiknya dihindari penggunaan pesawat terbang selama gas
masih mengisi seluruh bola mata.
2. Silicone oil juga dapat digunakan selain gas untuk melekatkan retina setelah operasi. Silicone
ini akan tetap berada pada mata sampai dikeluarkan kembali yang memerlukan operasi kedua
setelah beberapa waktu. Teknik mempunyai keuntungan jika diperlukan waktu yang lama
untuk memperbaiki kelainan retina yang sangat parah. Seperti gas, pasien tetap dapat melihat
melalui silicone gel yang jernih. Posisi pasien setelah operasi tidak begitu penting, sehingga
dapat digunakan pada pasien yang tidak kooperatif seperti anak kecil. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah katarak, galukoma, dan kerusakan dari kornea.
3. Endophotocoagulation. Teknik ini menggunakan laser untuk memperbaiki struktur
intraokular. Biasanya digunakan untuk memperbaiki robekan retina. Endophotocoagulation
merupakan prosedur yang biasa digunakan untuk kasus proliferative diabetic retinopathy.
4. Microsurgical instrumen seperti forceps, gunting, picks dapat berguna untuk memanipulasi
struktur intraokular seperti untuk mengeluarkan jaringan sikatriks dan benda asing. Pada saat
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
21
Endophthalmitis Jolinda 406057110
ini telah terdapat lebih dari seratus alat instrumen yang digunakan untuk prosedur operasi.
Alat-alat yang digunakan biasanya mempunyai diameter kurang dari 1 mm.
5. Endoscopy digunakan untuk melihat keadaan di dalam mata melalui monitor televisi. Alat ini
sangat membantu jika kornea atau lensa mengalami kekeruhan dan apabila microscope tidak
dapat memperlihatkan gambaran yang jelas selama operasi.
6. Scleral buckling kadang-kadang digunakan pada prosedur vitrectomy.
Vitrectomy lens set
Model : AP- 1300 - 5 Transparent Glass Type Lenses :
- Wide Field Lens - Magnifying Lens - Vitrectomy Ring - Biconcave Lens - Prism Lens , 30 - Macular Lens
- Irrigation Ring - Excellent Polishing - High Quality And Transparency - Durable & Autoclavable
7. Lensectomy. Lensectomy adalah mengeluarkan eye’s cristalline lens selama operasi
vitrectomy. Teknik ini biasanya dilakukan bila terdapat katarak (kekeruhan dari lensa) yang
mengganggu visualisasi struktur dalam bola mata. Teknik ini juga dapat digunakan untuk
mengeluarkan jaringan sikatriks yang merupakan komplikasi dari retinal detachment atau
diabetic retinopathy. Lensa yang asli dapat digantikan dengan lensa implant setelah atau pada
operasi. Lensectomy menggunakan ultrasound frekuensi tinggi (phacoemulsification) yang
serupa pada operasi katarak biasa.
Operasi vitrectomy biasanya dilakukan selama 1-2 jam, tetapi dapat memakan waktu yang
lebih lama pada kasus-kasus yang kompleks atau ketika dikombinasikan dengan scleral buckle atau
lensectomy. Terdapat berbagai macam komplikasi yang mengakibatkan kehilangan penglihatan atau
kerusakan pada mata itu sendiri. Oleh karena itu sangat penting untuk mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dari prosedur ini sebelum mengambil keputusan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada prosedur vitrectomy :
Retinal detachment
Galukoma
Katarak yang progresif
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
22
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Perdarahan atau infeksi mata
Sakit dan merah
Kehilangan persepsi cahaya, penglihatan buram, diplopia atau kebutaan
Oedema retina (efusi koroid)
Perubahan fokus sehingga membutuhkan kacamata baru (perubahan refraktif)
Kerutan pada retina (macular pucker)
Oedema sentral retina (cystoid macular oedeme)
Gangguan penglihatan malam atau distorsi penglihatan
Post operative instruction
Yang dianjurkan setelah operasi adalah :
Menggunakan anti-inflamasi dan antibiotik tetes yang dianjurkan dokter setelah perban
dilepas.
Menggunakan penutup mata dari plastik ketika tidur selama 7 hari pertama setelah operasi.
Dan harus dipakai selama 3 hari pertama ketika mandi.
Hindari mengangkat objek lebih dari 5 pound, atau melakukan aktivitas berlebihan selama 1
minggu.
Gunakan tylenol atau kompres es untuk menyingkirkan rasa sakit.
Ikuti semua instruksi yang diberikan dokter.
XII. Preventif
Jika anda pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak, anda dapat
menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi dan
melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur.
Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, gunakan pelindung mata saat bekerja dan
pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris industri yang
dapat menembus mata.
XIII. Profilaksis
Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat menjelaskan tentang penggunaan antibiotik
untuk profilaksis. Yang terpenting adalah dapat mengenali dan menangani semua faktor-
faktor resikonya yang dapat mencetuskan terjadinya endophthalmitis seperti blefaritis,
mucocele lacrimal, conjungtivitis, dan infeksi lainnya pada mata.
Penggunaan povidone iodine 5 % pada kulit dan conjungtiva 5 menit sebelum operasi sebagai
antiseptik dapat mengurangi organisme yang terdapat dipermukaan. Dan penggunaannya Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
23
Endophthalmitis Jolinda 406057110
setelah operasi juga sangat efektif untuk mencegah infeksi. Penggunaan irigasi dengan
antibiotik seperti vancomycin tidak dianjurkan karena telah terbukti dapat meningkatkan
resistensi terhadap vancomycin. Profilaksis dengan injeksi antibiotik intravitreal pada saat
penyembuhan dari trauma tajam mungkin dapat berguna.
XIV. Prognosa
Prognosisnya sangat bervariasi karena banyaknya organisme yang terlibat.
Ketajaman visus saat pertama kali didiagnosa dan agen penyebab dapat memprediksi
prognosis.
Prognosis dari endogenous endophthalmitis biasanya lebih buruk dibandingkan
exogenous endophthalmitis, karena organisme yang menyebabkannya lebih virulen,
terjadi keterlambatan diagnosis, dan biasanya terjadi pada pasien yang
imunokompromise.
Pada penelitian retrospective, hanya sekitar 40 % pasien mengalami perbaikan visus
menjadi dapat menghitung jari atau lebih.
Pada endophthalmitis vitrectomy study group, 74 % pasien mengalami perbaikan
visus menjadi 20/100 atau lebih.
Prognosis juga bergantung pada adanya penyakit yang mendasari, dimana pada suatu
penelitian terbukti prognosis yang buruk pada pasien dengan diabetes melitus.
Prognosis endophthalmitis sangat buruk bila disebabkan jamur atau parasit.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
24
Endophthalmitis Jolinda 406057110
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Edisi ke-3.
2004. hlm : 175-178.
Kanski, Jack J. Uveitis and Endophthalmitis, Clinical Ophthalmology,. Butterworth and co, British.
1984. hlm : 6.26-6.27.
http:/www.nlm.nih.gov/database/alerts/vitrectomy.html
http:/www.kimbols.be/egen/zietktes/e.php
http://www.emedicine.com/emerg/topic880.htm
http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID=169
http://www.intelihealth.com/IH/ihtIH/WISHW000/9339/9935.html
http://www.patient.co.uk/showdoc/27000760
http://www.bristol/clinicalsciencesouth/torc/phthalmology reseacrh/iedg/interes.hml
http://images.google.co.id/images?imgurl=http://.mayoclinicproceedings.com/images/8001mil-
http://site4sight.org.uk/Quality/Rgov/Guidelines/Endo.htm
http://www.utopiasilver.com/testimonials/eye_infection.htm
http://www.blackwell-synergy.com/vitrectomy/di/pdf/j.1600-
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
25
Endophthalmitis Jolinda 406057110
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Sumber Waras Jakarta
26
top related