eksperimentasi pembelajaran matematika dengan … · agus teguh rifa’i, s.pd, guru matematika smp...
Post on 02-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) PADA SUB POKOK
BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Jenar Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Oleh :
ANDELINA HENNY MAWARWATI X1304022
Pendidikan Matematika
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) PADA SUB POKOK
BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Jenar Sragen Tahun Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Oleh:
ANDELINA HENNY MAWARWATI
NIM: X 1304022
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Andelina Henny Mawarwati. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMAENTS) PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat, (2) apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan segiempat, (3) apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 186 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling sejumlah 76 siswa. Sampel penelitian ini adalah kelas VII-E sejumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sejumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Dengan catatan bahwa pada saat tes penelitian dilaksanakan, ada 3 siswa kelas eksperimen yang berhalangan hadir sehingga hanya tinggal 37 siswa kelas eksperimen yang mengikuti tes penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode dokumentasi, metode tes dan metode angket. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dalam penelitian ini digunakan uji keseimbangan menggunakan uji-z dan uji prasyarat yaitu, uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan metode Bartlett. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu
tabela F 3,9860 8946,0 F =<= ,pada taraf signifikansi 5%., (2) ada pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan segiempat atau dengan kata lain, motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fb = 4,4785 > 3,1360 = Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang. Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah dan siswa dengan motivasi belajar sedang mempunyai prestasi sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah., (3) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat. Hal ini ditunjukkan dari analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yaitu Fab = 0,2065 < 3,1360 = Ftabel, pada taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Andelina Henny Mawarwati. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING METHOD WITH COOPERATIVE TYPE IN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) SUB IN REVIEW OF QUADRILATERAL VIEWED FROM STUDENTS MOTIVATION OF LEARN MATHEMATICS. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Surakarta Sebelas maret University, July 2010. This research is aim to know: (1) whether the learning of mathematics by using methods of cooperative learning in TGT type has academic achievement more better than conventional methods in the subject sub-quadrilateral, (2) whether there is any effect of students motivation of learn mathematics on achievement students in the subject sub-quadrilateral, (3) whether there is an interaction between teaching methods and students motivation of learn mathematics on achievement in the subject sub-quadrilateral. This research is a quasi-experimental. The population in this research is students of class VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen 2009/2010 is consist of 186 students. Samples were taken with cluster random sampling technique of 76 students. Samples are class VII-E of 40 students as a classroom experiment and class VII-B of 36 students as a control class. With a note that at the time of testing research is conducted, there were 3 experimental class students unable to attend so that only a class of 37 students who take the test experimental study. The data collection method by used of documentation, test and questionnaire methods. The analysis technique used are two-way analysis of variance with unequal cells. This research used a balance test using test-z and that is a prerequisite test, normality test using Lilliefors and Bartlett's homogeneity test method. Based on the results of this research concluded that: (1) there is no difference in mathematics achievement between TGT type of cooperative learning methods and conventional methods in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with unequal cells is Fa = 0,8946 < 3,9860 = Ftabel, at the significance level of 5%., (2) no influence students motivation of learn mathematics on student achievement in the subject sub-quadrilateral. Or we can say that the students motivation for the high category, medium or low to give a difference studying mathematics achievement in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with unequal cells is Fb = 4,4785 > 3,1360 = Ftable, at the significance level of 5%. Students with high learning motivation has the same good performance with students who have medium learning motivation. Students with high learning motivation has more better performance than students who have low learning motivation, and students with medium learning motivation has the same good performance with students who have low learning motivation, (3) there is no interaction between method of learning and students motivation of learn mathematics on achievement in the subject sub-quadrilateral. It is shown from two-way analysis of variance with
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
unequal cells that Fab = 0,2065 < 3,1360 = Ftable, at the significance level of 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Belajarlah untuk menghargai waktu, sebelum waktu itu menjadi tidak
berharga lagi untukmu...”
“Jangan takut untuk mencoba sesuatu, karena dari sanalah ilmu yang
sesungguhnya itu berada...”
“Tak selamanya yang kita inginkan adalah yang baik untuk kita dan tak
selamanya yang kita benci adalah yang buruk untuk kita...”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan ketulusan dan kesungguhan hati ini
kupersembahkan kepada:
Ibu dan Bapakku Tercinta, terima kasih atas segala doa, kasih sayang,
perhatian dan pengorbanan yang tiada henti yang telah diberikan
kepadaku.
Adik-adikku Tersayang De’ Vita & De’ Syifa’ yang telah memberikan
keceriaan dan kebahagiaan kepadaku.
Dear Dwin Indrawan.., Thanks for everything that you give to me.
Without you, may be I cann’t finished. Luv u…
Mas Take One, yang juga telah memberi semangat dan kiriman pulsanya
membantu ban_geeeet,he…
Sahabat-sahabatku, Atik, Beny, Te2h, Erny, Rini, Uut, Yaya, Anis, Lyul
dan semua Anak Matematik FKIP UNS yang telah mengisi hari-hariku
dan memberiku canda tawa serta bantuan dan doanya..
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Pada Sub
Pokok Bahasan Segiempat ditinjau dari Motivasi Belajar Matematika Siswa” yang
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun ajaran 2009/2010 sebagai
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan
Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
untuk menulis skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin untuk menulis skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin untuk menulis skripsi ini.
4. Drs. Suyono, M.Si sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Henny Ekana Ch S.Si, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan bantuan, bimbingan serta motivasi selama penyusunan skripsi
ini.
6. Sri Indro Purnomo, S.Pd, Kepala Sekolah SMP N 2 Jenar, Sragen yang telah
memberikan izin melakukan try out.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
7. Drs. H. Harifin, B.Sc.MM, Kepala SMP N 1 Jenar, Sragen yang telah
memberikan izin melakukan penelitian.
8. Agus Teguh Rifa’i, S.Pd, guru matematika SMP N 1 Jenar Sragen sebagai
validator dalam penelitian ini yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian.
9. Joko Triharyanto, S.Pd, guru matematika SMP N 1 Jenar Sragen sebagai
validator dalam penelitian ini yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VII B dan kelas VII E SMP N 1 Jenar Sragen yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.
11. Siswa-siswi kelas VII SMP N 2 Jenar Sragen yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini
12. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan
dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
ABSTRACT..................................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 6
D. Perumusan Masalah ............................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8
1. Prestasi Belajar Matematika ........................................... 8
2. Metode Pembelajaran ..................................................... 11
3. Motivasi Belajar Matematika Siswa ............................... 20
4. Tinjauan Materi Tentang Sub Pokok Bahasan
Segiempat........................................................................ 24
B. Kerangka Berpikir.................................................................. 35
C. Hipotesis ................................................................................ 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITAN .................................................... 40
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian .................................. 40
1. Tempat dan Subyek Penelitian........................................ 40
2. Waktu Penelitian............................................................. 40
B. Metode Penelitian .................................................................. 40
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.............. 41
1. Populasi ………….......................................................... 41
2. Sampel ……………........................................................ 41
3. Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 42
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42
1. Identifikasi Variabel........................................................ 42
a. Variabel Bebas ........................................................... 42
b. Variabel Terikat ......................................................... 43
2. Rancangan Penelitian...................................................... 43
3. Pelaksanaan Penelitian ................................................... 44
4. Metode Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen.. 44
a. Metode Dokumentasi .................................................. 45
b. Metode Tes ................................................................. 45
c. Metode Angket ........................................................... 47
E. Teknik Analisis Data.............................................................. 50
1. Uji Keseimbangan........................................................... 50
2. Uji Prasyarat ................................................................... 52
a................................................................................Uji
Normalitas ................................................................ 52
b. ..............................................................................Uji
Homogenitas ....................................................... ..... 52
3. Pengujian Hipotesis ........................................................ 54
4. Uji Komparasi Ganda ..................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 61
A. Deskripsi Data........................................................................ 61
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ...................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa ........................ 63
3. Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa .............. 63
B. Pengujian Persyaratan Analisis.............................................. 64
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen................................. 64
2. Persyaratan Analisis........................................................ 64
C. Pengujian Hipotesis ............................................................... 66
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .......... 66
2. Uji Komparasi Ganda ........................................................ 67
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ........................................... 69
1. Hipotesis Pertama ........................................................... 69
2. Hipotesis Kedua .............................................................. 70
3. Hipotesis Ketiga.............................................................. 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .............................. 73
A. Kesimpulan ........................................................................... 73
B. Implikasi ................................................................................ 74
1. Implikasi Teoritis ............................................................ 75
2. Implikasi Praktis ............................................................. 75
C. Saran ...................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77
LAMPIRAN...................................................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian...................................................................... 44
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data ............................................................ 55
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan .............................................................. 55
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.... 58
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Sub
Pokok Bahasan Segiempat Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .......................................................................... 63
Tabel 4.2 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas...................... 64
Tabel 4.3 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas...................... 65
Tabel 4.4 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas .................. 65
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama.... 66
Tabel 4.6 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa ............................ 67
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika ................................. 81
Lampiran 2 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika......................... 82
Lampiran 3 Pembahasan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika ................................................................................. 87
Lampiran 4 Kunci Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ....... 97
Lampiran 5 Lembar Jawab Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ........ 98
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ............... 99
Lampiran 7 Uji Coba Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa..............100
Lampiran 8 Lembar Jawab Uji Coba Angket................................................105
Lampiran 9 Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ......... 106
Lampiran 10 Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika
Siswa .........................................................................................110
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa ...........113
Lampiran 12 Uji Validitas Isi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ..115
Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal Angket Motivasi Belajar Matematika
Siswa .........................................................................................119
Lampiran 14 Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa....124
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran..........................................127
Lampiran 16 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika .......................................141
Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika......................144
Lampiran 18 Pembahasan Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar ....................145
Lampiran 19 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika.......................151
Lampiran 20 Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa.............................152
Lampiran 21 Lembar Jawab Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ....156
Lampiran 22 Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol....157
Lampiran 23 Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ......................................................................163
Lampiran 24 Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol .....................................................................167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 25 Soal beserta Pembahasan Untuk Kompetisi dan Soal Beserta
Pembahasan Untuk Diskusi Pada TGT......................................169
Lampiran 26 Penghargaan Kelompok, Penghargaan Individu dan
Pembagian Meja Kompetisi ......................................................186
Lampiran 27 Uji Normalitas Kemampuan Awal Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ............................................................................197
Lampiran 28 Uji Keseimbangan Awal Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ....................................................................202
Lampiran 29 Uji Homogenitas Awal Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ....................................................................204
Lampiran 30 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................207
Lampiran 31 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Motivasi Belajar Tinggi ..........................................211
Lampiran 32 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Motivasi Belajar Sedang .........................................212
Lampiran 33 Uji Normalitas Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Motivasi Belajar Rendah.........................................214
Lampiran 34 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau
Dari Metode Pembelajaran .......................................................215
Lampiran 35 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau
Dari Motivasi Belajar Siswa .....................................................218
Lampiran 36 Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ....................................221
Lampiran 37 Uji Komparasi Ganda.................................................................227
Lampiran 38 Tabel Statistik............................................................................229
Lampiran 39 Perijinan.....................................................................................236
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Nasional di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 antara
lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan bukan
hanya merupakan tanggung jawab dari pemerintah semata, melainkan juga seluruh
masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru. Berbicara tentang pendidikan tidak akan
terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada proses perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat dijiwai oleh matematika sebagai ilmu dasar (basic
science). Matematika merupakan kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang
dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian
(sikap) siswa agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya
(Soedjadi, 2000: 42). Dengan demikian, matematika menjadi mata pelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Objek dasar yang dipelajari matematika adalah bersifat abstrak yang meliputi:
fakta, konsep, operasi atau aturan dan prinsip. Oleh karena itu, banyak individu yang
mempunyai pandangan bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang
sulit. Hal ini terlihat dari banyaknya individu yang bersikap pesimis dalam menyelesaikan
masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar nanti.
Prestasi belajar matematika siswa, rata-rata lebih rendah bila dibandingkan
dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaraan yang lain. Seperti halnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dengan siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen, dimana nilai ulangan harian
matematika siswa kelas VII tahun pelajaran 2009/2010, masih ada sekitar 37%
yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditentukan oleh sekolah yaitu 60, sehingga guru lebih sering memberikan remedial
daripada pengayaan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa lebih
sering terlihat pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
apa yang guru tulis di papan tulis. Akibatnya, siswa tidak dapat mengoptimalkan
potensi yang ada pada dirinya. Hal ini seharusnya menjadikan periksa bagi guru,
apakah metode pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan materi atau
belum. Untuk itu, dalam mengajarkan matematika seorang guru harus mampu
menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk setiap materi yang akan
diajarkan karena metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru seharusnya dapat menguasai
bermacam-macam metode pembelajaran sehingga dapat memilih metode yang
tepat untuk suatu materi yang akan disampaikannya.
Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika
kemungkinan adalah metode mengajar guru yang kurang sesuai dengan kondisi siswa
maupun pokok bahasan yang disampaikan. Banyak metode mengajar yang dapat
digunakan dalam pengajaran matematika, tetapi tidak setiap metode dapat diterapkan
dalam setiap pokok bahasan. Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar sangatlah
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun pada
kenyataannya masih banyak guru menggunakan metode pembelajaran yang masih
konvensional dan kurang bervariasi seperti, metode ekspositori pada setiap pokok
bahasan. Dalam metode ekspositori, guru lebih dominan dibandingkan siswa. Meskipun
sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengerjakan latihan
soal sendiri, keaktifan siswa belum begitu nampak. Hal ini dikarenakan belum adanya
kegiatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk menjadi lebih aktif, dapat berfikir
kritis dan kreatif serta mudah memahami materi yang diterima. Karena itu, penggunaan
metode ekspositori pada sub pokok bahasan segiempat yang menuntut siswa dapat
berpikir kritis dan kreatif serta membutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi
dimungkinkan menyebabkan prestasi belajar matematika siswa kurang optimal.
Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
disampaikan, tujuan pengajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya siswa serta hal-hal
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Sub Pokok Bahasan Segiempat yang diberikan kepada siswa kelas VII semester
genap Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu sub pokok bahasan yang sukar
di mata pelajaran matematika. Hal tersebut menyebabkan nilai rata-rata ulangan harian
pada sub pokok bahasan ini umumnya rendah, seperti halnya pada SMP Negeri 1 Jenar
Sragen tahun pelajaran 2008/2009 yaitu sekitar 58. Sub pokok bahasan ini berhubungan
dengan logika dan menuntut pemikiran yang kompleks. Oleh karena itu, sub pokok
bahasan ini membutuhkan pemahaman dan penguasaan konsep serta ketelitian.
Terkait dengan masalah kesulitan siswa di atas, maka di dalam pembelajaran
matematika, khususnya pada SMP Negeri 1 Jenar Sragen perlu diterapkan suatu metode
pembelajaran yang dapat membangkitkan dan melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam
pembelajaran adalah metode pembelajaran kooperatif, dimana metode tersebut
menempatkan siswa dalam kelompok kerja. Salah satu tipe metode pembelajaran
kooperatif adalah tipe TGT (Teams Games Tournaments). Hal yang mendasari peneliti
memilih metode pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah karena selain menyenangkan
juga dapat menciptakan suasana kompetisi baik antar individu maupun antar team. Dalam
hal ini, peneliti beranggapan bahwa jika suasana belajar kondusif serta menyenangkan,
siswa akan mudah memahami konsep yang diberikan oleh guru dan dapat menanamkan
konsep tersebut pada dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud dengan
optimal. Oleh karena itu, metode pembelajan kooperatif tipe TGT tepat diterapkan pada
siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen kelas VII yang sudah terbiasa menerima pelajaran
dengan menggunakan metode konvensional.
Dalam metode TGT ini, siswa diarahkan dalam kegiatan belajar berkelompok dan
bekerjasama dalam memecahkan masalah pemahaman materi serta berkompetisi dengan
teamnya secara menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Metode ini
memunculkan interaksi antar siswa. Siswa dengan kemampuan lebih tinggi, diarahkan
untuk membantu siswa yang berkemampuan lebih rendah di dalam kelompoknya,
sehingga seluruh anggota dalam kelompok tersebut dapat memahami materi yang
diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Selain itu, rendahnya prestasi belajar matematika siswa tidak mutlak disebabkan
oleh metode mengajar yang kurang sesuai dalam proses pembelajaran. Tetapi ada faktor
lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika, diantaranya adalah motivasi
belajar matematika siswa.
Motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat
menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan belajar maupun
kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Akan tetapi, pada umumnya
di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar siswa cenderung meningkat apabila
mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, dan akan terjadi hal sebaliknya jika
tugas yang diberikan terasa sulit. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan prestasi belajar
siswa. Jadi, motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan
tersebut menyangkut suatu kebutuhan. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar
tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Jadi, motivasi belajar
matematika siswa adalah dorongan dan penggerak dari dalam diri siswa yang dapat
menimbulkan dan memberikan arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang
matematika dalam mencapai tujuannya.
Motivasi yang tinggi pada siswa, akan menuntun siswa untuk mau berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Hal itu tentunya dapat menjadikan siswa paham terhadap
setiap sub pokok bahasan yang diberikan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Dengan demikian, untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal pada materi
segiempat dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT harus
didukung dengan motivasi belajar matematika siswa yang tinggi.
Bertolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian pada
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen, apakah pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub
pokok bahasan segiempat dan juga apakah motivasi belajar matematika siswa
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Identifikai Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar yang baik adalah yang berorientasikan
pada keaktifan dan kekreatifan siswa karena pada dasarnya setiap siswa mempunyai
potensi untuk berkembang. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang
cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh proses
pembelajaran yang masih konvensional yakni guru mendominasi kegiatan belajar
mengajar sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan
oleh gurunya tanpa berusaha berkembang secara aktif. Akibatnya, siswa akan sulit
mengembangkan potensi pada dirinya. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut
apakah penggunaan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok
bahasan segiempat, disebabkan karena kurangnya motivasi mereka dalam belajar.
Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah motivasi belajar matematika siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
3. Perbedaan motivasi belajar siswa pada setiap metode pembelajaran dapat
menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Sebaliknya, setiap metode
pembelajaran untuk tingkat kategori motivasi belajar siswa yang berbeda juga dapat
menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Hal ini karena dalam belajar
khususnya matematika materi segiempat dibutuhkan pemikiran yang kritis dan kreatif
serta pemahaman yang cukup tinggi. Sehingga baik motivasi belajar maupun metode
pembelajarn saling menunjang prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada metode
kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas
kontrol.
2. Motivasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah dorongan dan penggerak
dari dalam diri siswa yang dapat menimbulkan dan memberikan arah untuk
melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang matematika dalam mencapai tujuannya.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah prestasi belajar siswa
pada sub pokok bahasan segiempat (jajar genjang, persegi panjang, dan persegi) yang
dicapai setelah proses belajar mengajar.
4. Siswa dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Jenar kelas VII
semester II tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik
jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan segiempat?
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok
bahasan segiempat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi belajar
yang lebih baik antara metode kooperatif tipe TGT dan metode konvensional dalam
pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan segiempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada
sub pokok bahasan segiempat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam
menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif
metode mengajar dalam proses belajar mengajar dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan khususnya dalam sub pokok bahasan segiempat.
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan
motivasi belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa, khususnya pada pokok bahasan segiempat.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian eksperimentasi metode
TGT yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Pengertian prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) adalah
hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Dalam
pengertian ini, prestasi merupakan suatu hasil dari sebuah usaha yang telah dilaksanakan
menurut batas kemampuan. Prestasi merupakan akhir dari usaha yang melalui proses
pendidikan dan pelatihan tertentu. Prestasi yang dicapai sering mendatangkan
konsekuensi-konsekuensi berupa imbalan-imbalan yang bersifat material, psikologis, dan
sosial. Hal ini hampir sama dengan pernyataan W.S Winkel (1996: 391) yang
menyatakan bahwa, “Prestasi adalah bukti usaha yang telah dicapai”. Sementara itu,
Zainal Arifin (1990: 3) juga menyatakan bahwa, “Prestasi adalah hasil dari kemampuan,
ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan bukti atau hasil yang
telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari batas
usaha tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak akan terlepas dari kehidupan
manusia. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku
baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan
tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek
ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi trampil.
Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari ragu-ragu menjadi
yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Winkel (1996: 53) bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai-
sikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas”.
Pengertian lain tentang belajar juga diberikan oleh ahli diantaranya adalah
pengertian menurut psikologis. Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan”.
Selain itu, definisi belajar menurut Sumadi Suryabrata (Gino, H. J., Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan ,1999: 15) menyebutkan bahwa ada tiga ciri yang khas pada aktivitas manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai kegiatan “belajar” yakni:
1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar) (Behavioral Changes) baik aktual maupun potensial.
2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3) Perubahan itu terjadi karena usaha.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
aktifitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif), ketrampilan (aspek
psikomotor), pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu atau individu dengan lingkungannya. Di dalam belajar terkandung suatu aktifitas
yang dilakukan dengan segenap panca indra untuk memahami arti dari hubungan-
hubungan kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi belajar
merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan,
sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang terus menerus dalam waktu
tertentu yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku. Prestasi belajar dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787) adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Menurut Djamarah dan Azwan Zain (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan kemajuan
yang diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga berupa
kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil penilaian.
Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar merupakan
suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena sepanjang rentang
kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kamampuannya masing-
masing”. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa prestasi belajar mempunyai beberapa
fungsi utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam
bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini prestasi belajar dinyatakan
dalam bentuk angka.
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, “Matematika adalah pengetahuan tentang
pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan
akhirnya ke dalil”.
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan. 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk. 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran, logik, fakta-fakta
kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan
serta tentang struktur yang terorganisir. Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan
matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang
menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan
kecakapan baru yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf.
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 65) adalah suatu
cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Muhibbin Syah (1995:
201) bahwa “Metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi pelajaran kepada
siswa”. Hal ini berarti, di dalam metode pembelajaran terdapat langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang telah disusun untuk mempermudah proses belajar mengajar.
Sedangkan arti metode pembelajaran menurut Purwoto (2003: 65) antara lain:
1) Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.
2) Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.
Dari bebrapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode mengajar
adalah suatu cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyajikan bahan pengajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Metode Pembelajaran Konvensional
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) dinyatakan bahwa
“Konvensional adalah tradisional”, selanjutnya tradisional sendiri diartikan sebagai
“Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun temurun”. Oleh karena itu metode konvensional
dapat juga disebut metode tradisional. Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa metode
konvensional adalah suatu pembelajaran dimana proses belajar mengajar dilakukan
dengan cara yang tradisional, yaitu dalam penyampaian pelajaran guru masih
mengandalkan metode ceramah dan metode ekspositori.
Dalam pembelajaran matematika, metode konvensional yang paling sering
dipakai adalah metode ekspositori karena selain memberikan materi, guru juga
memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa. Metode konvensional dalam
penelitian ini adalah metode ekspositori, guru memegang peranan utama untuk
menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
sehingga tidak bisa begitu saja dikatakan jelek. Dalam pembelajaran matematika, metode
ini mempunyai banyak kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan dan kelemahannya
menurut Purwoto (2003 : 67) adalah sebagai berikut:
Kekuatannya:
• Dapat menampung kelas yang besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif murah.
• Bahan pelajaran/keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar bagi siswa.
• Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
• Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kelemahannya:
• Pelajaran berjalan membosankan siswa dan siswa menjadi pasif dan tidak berkembang.
• Kepadatan konsep-konsep yang diberikan hanya akan membuat siswa tidak mampu menguasai materi pelajaran.
• Pengetahuan yang didapat dari metode ini mudah terlupakan. • Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi ‘Belajar menghafal’ yang tidak
menyebabkan timbulnya pengertian.
c. Metode Pembelajaran Kooperatif
Semua metode mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan
dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada jenis-jenis tugas
kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran yang berbeda.
Struktur tujuan dan hadiah dua-duanya mengacu pada tingkat kooperasi atau kompetensi
yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan dan hadiah mereka. Metode pembelajaran
kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas,
tujuan dan hadiah.
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.
Menurut Nur (2001:25), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil mempelajari suatu materi, menerima
pendapat dan mengisi kekurangan siswa yang lain. Pada pembelajaran ini, siswa
belajar dalam kelompok dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, serta latar
belakang yang berbeda-beda.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen kemampuan, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut
adalah untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan
materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk
mencapai ketuntasan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. (Depdiknas,
2005: 14)
Unsur-unsur yang perlu ditanamkan kepada siswa pada pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
1) Para peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2) Para peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4) Para peserta didik harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5) Para peserta didik akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6) Para peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar.
7) Para peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
(Linda, L., 1994)
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat tiga tujuan penting yaitu:
1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap keragaman Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan ketrampilan sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Ketrampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
(Depdiknas,
2005: 15)
Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
4) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
5) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik.
6) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamain, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan
orientasi tugas.
d. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)
Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David
De Vries dan Keith Edwards. Prinsip model TGT ini pada dasarnya sama dengan model
tipe STAD, yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan siswanya saja. Dalam
TGT diakhiri dengan permainan / turnamen yang pesertanya perwakilan dari masing-
masing kelompok.
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah, lembut, dan santun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat
orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin,
2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang
terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournaments
dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.
Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan
dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu,
memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Permainan TGT berupa pertanyaan-
pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan
mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan
skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai
review materi pelajaran.
Dalam Implementasinya, secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat
langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular
dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
• Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran. • Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka
untuk menguasai materi. • Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan
yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
• Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model TGT dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal (paling
sering menggunakan model pembelajaran langsung).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri
dari 4 – 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis
kelamin atau lainnya).
3) Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling membantu
untuk memperdalam materi yang sudah diberikan).
4) Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengirimkan wakil-wakilnya
duduk dalam setiap meja turnamen guna bertanding melawan anggota
kelompok lainnya.
Komposisi setiap meja turnamen dapat diilustrasikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Perangkat turnamen:
Satu set lembar tournament (soal dan jawaban)
Satu set skor tournamet
Satu set kartu nomor yang bersesuaian dengan nomor soal
Pelaksanaan turnamen:
1. Melakukan drawing kartu untuk menentukan pembaca pertama (pembaca
pertama adalah yang memperoleh nomor terbesar)
2. Pembaca pertama mengocok kartu-kartu dan mengambil kartu teratas
3. Pembaca membaca dengan keras soal sesuai dengan nomor yang terambil
4. Kesempatan pertama menjawab soal kuis turnamen diberikan kepada
pembaca, selanjutnya giliran menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah
putaran jarum jam. siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang
pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda.
Kalau tidak menjawab boleh diliwati.
5. Penantang kedua boleh menantang kalau mempunyai jawaban yang berbeda,
kalau tidak menantang boleh melewatinya. Akan tetapi, penantang harus hati-hati
karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan ke dalam
kotak (jika ada) apabila jawaban mereka salah.
6. Jika semua penantang telah lewat penantang kedua mengecek jawaban dan
membacanya dengan keras. Pembaca atau penantang yang memperoleh jawaban
yang benar dapat menyimpan kartunya.
7. Putaran berikutnya, posisinya berubah, penatang pertama menjadi pembaca,
penantang kedua, menjadi penantang kedua.
8. Kegiatan ini dilakukan sampai kartu di meja habis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
9. Skor individu diperoleh dari banyaknya kartu yang diperoleh.
5) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan jumlah dari hasil
perolehan skor dari masing-masing meja turnamen.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara implisit
mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
• Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
• Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
• TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
• TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
• Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
• TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa.
Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
3. Motivasi Belajar Matematika Siswa
Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan
oleh suatu motivasi tertentu. Menurut Sadirman (1987: 100), motivasi berpangkal
dari kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut,
terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu :
(1) Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
(2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
(3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan
tersebut menyangkut dengan kebutuhan.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sadirman, 1987: 75). Jadi
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh di dalam diri seseorang.
Menurut French (1986 dalam Riva’i, 2000: 3) motivasi adalah dorongan
yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan
disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell
(1997 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengukur
tindakannya dengan cara tertentu.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang
diinginkan dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan
mengelakkan/menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah
proses menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai
suatu tujuan (Anonim, 2006: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan.
Siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai
keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu motivator bagi siswa adalah guru.
Guru yang dapat menciptakan kondisi belajar yang baik dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik dan berkembang secara optimal. Pelajar yang
mempunyai motivasi untuk belajar bagi pencapaian tujuannya, mereka akan
mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajaran yang diberikan
oleh guru. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan
menerima teguran serta arahan dari guru. Mereka suka memberikan pandangan
dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian ini memiliki penggerak
dari dalam dirinya untuk mencapai kecermelangan akademik dan juga dalam
hidup secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).
Mc. Clelland (1977 dalam Riva’i, 2000: 3) menyatakan dalam kegiatan belajar mengajar motivasi sangat penting karena motivasi berfungsi sebagai: 1) Energizer, yaitu motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat
sesuatu misalnya belajar. 2) Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang ingin
dicapai. 3) Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Seperti yang dikemukakan oleh Mc. Donald (Sadirman. 1987: 73),
motivasi dirangsang oleh suatu tujuan dan tujuan tersebut menyangkut dengan
kebutuhan. Berdasarkan Riva’i (2000: 4), Mc. Clelland (1977) menyatakan bahwa
motivasi dapat didasarkan pada tiga jenis kebutuhan, yaitu :
(1) Kebutuhan berprestasi.
(2) Kebutuhan afiliasi.
(3) Kebutuhan akan kekuasaan.
Pada situs tuanmat.tripot.com (Anonim, 2006: 6) dijelaskan tentang hirarki
kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:
1) Physiological needs (kebutuhan fisiologi) Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu
kebutuhan fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam konteks pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain bila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggu sehingga dapat menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi juga merupakan kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.
2) Safety needs (kebutuhan akan rasa aman/keselamatan) Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin.
Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten. Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar.
3) Social needs (kebutuhan sosial) Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat
diperlukan untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai, tidak dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap.
4) Esteem needs (kebutuhan akan harga diri) Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya
dalam melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau rumah cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang merasa dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka dihargai, dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi secara positif dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang penting ialah kebutuhan ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai keyakinan diri, kebebasan, perhatian, dan penilaian dari orang lain.
5) Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri) Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut
seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa. Anggapan itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat reaksi individu lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu lain. Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim, 2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
ini merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup; dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal. Apabila seorang siswa berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai penyempurnaan diri, maka mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan melipatgandakan usaha melalui arah yang tegas dan berdisiplin.
Berdasarkan teori Maslow, Sadirman (1987: 80) mengemukakan bahwa
motivasi selalu bersangkutan dengan beberapa kebutuhan berikut: 1) Kebutuhan fisiologi seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan
sebagainya. 2) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut
dan kecemasan. 3) Kebutuhan akan cinta dan kasih ; rasa diterima dalam suatu masyarakat atau
golongan (keluarga, sekolah, kelompok). 4) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi. Dengan kata lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan aktualisasi diri.
Berdasarkan penyebab timbulnya suatu motivasi (Suryabrata, 2004: 72), maka motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar, misalnya karena akan diadakan ujian; syarat untuk melamar pekerjaan dan sebagainya sehingga seseorang berusaha dengan giat melakukan sesuatu.
2) Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya dengan tanpa dirangsang dari luar. Dengan kata lain, dorongan tersebut sudah ada dalam diri individu, misalnya kegemaran, dan sifat diri akan mempengaruhi apa-apa yang akan dikerjakannya.
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat dicapai, (Sardiman,
A.M. 1992, hal 75-76). Dari beberapa pengertian motivasi yang diutarakan di atas
dan pengertian motivasi belajar menurut Sardiman, dapat ditarik kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan penggerak/dorongan dari dalam
diri seseorang untuk belajar dan berusaha demi mencapai tujuan yang
diinginkannya. Dengan demikian motivasi belajar dapat mendorong usaha-usaha
pencapaian hasil belajar yang maksimal termasuk dalam bidang matematika.
4. Tinjauan Materi Tentang Sub Pokok Bahasan
Segiempat
Segiempat merupakan salah satu sub pokok bahasan yang diberikan pada kelas
VII semester II. Dalam penelitian ini materi Segiempat yang akan diberikan hanya terdiri
dari jajar genjang, persegi panjang, dan persegi.
a. Jajar genjang
1. Definisi
Jajar genjang adalah suatu segiempat yang sisi-sisinya sepasang-sepasang
sejajar. (M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 8)
2. Sifat-sifat jajar genjang
gambar 1
Perhatikan gambar 1 di atas!
a) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:
AB → CD
Jadi, AB = CD dan AB ⁄⁄ CD
D
C B
ACB
A D
o
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pada setiap jajar genjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
Pada setiap jajar genjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
BC → DA
Jadi, BC = DA dan BC ⁄⁄ DA
Karena AB # CD dan BC # DA, maka dapat disimpulkan bahwa:
b) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:
ABC → CDA. Jadi, ABC = CDA
BAD → DBC. Jadi, BAD = DCB
Karena ABC = CDA dan BAD = DCB, maka dapat disimpulkan
bahwa:
gambar 2
C
BA
D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perhatikan gambar 2 di atas!
c) Pada jajar genjang ABCD gambar 2, AB ⁄⁄ CD dan AD ⁄⁄ BC.
Karena AB ⁄⁄ CD dan A dengan D maupun B dengan C merupakan
sudut dalam sepihak, maka:
A + D = 180º
B + C = 180º
Karena AD ⁄⁄ BC dan A dengan B maupun C dengan D merupakan
sudut dalam sepihak, maka:
A + B = 180º
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pada setiap jajar genjang, jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 180º.
Kedua diagonal pada setiap jajar genjang, saling membagi dua sama panjang.
C + D = 180º
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:
d) Jajar genjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:
gambar 3
Perhatikan gambar 3 di atas!
OA → OC
Jadi, OA = OC.
OB → OD
Jadi, OB = OD.
Karena OA = OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan bahwa:
DC
B AC
BA
D
o
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Untuk setiap jajar genjang dengan alas a, tinggi t dan luas L, maka selalu berlaku:
L = a x t atau L = at
(M. Cholik A., 2004: 73)
3. Luas jajar genjang
Gambar (i) adalah jajar genjang dengan alas a dan tinggi t kemudian dipotong
seperti ditunjukkan pada gambar (ii) dan selanjutnya dirangkai seperti gambar (iii).
a a
(i) (ii) (iii)
Luas bangun (i) sama dengan luas bangun (iii), sehingga luas jajar genjang (i) = a x
t.
(M.Cholik A.,2004: 77)
b. Persegi panjang
1. Definisi
Persegi panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya siku-siku.
(M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 11)
t t t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Sifat-sifat persegi panjang
Akibatnya:
1) Persegi panjang keempat sudutnya siku-siku.
2) Semua sifat jajar genjang berlaku untuk persegi
panjang.
a) Sifat sisi-sisi persegi panjang
gambar 4 gambar 5
letak (1) letak (2)
Pada letak (1), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu simetri PQ,
maka:
A menempati B, ditulis A → B.
D menempati C, ditulis D → C.
AD → BC.
Jadi AD = BC
Pada letak (2), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu simetri RS,
maka:
A menempati D, ditulis A → D.
B menempati C, ditulis B → C.
AD → BC.
Q
P
BA
A B
C D
D C
RCS
BAD
CB
DA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Jadi AB = DC
Karena AD = BC dan AB = DC, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Selanjutnya perhatikan gambar berikut!
Ubin-ubin yang berbentuk persegi panjang dapat digeser sepanjang baris ke
kanan atau ke kiri dan sepanjang lajur ke atas atau ke bawah. Hasil ini
menunjukkan bahwa dalam persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan selalu
mempunyai jarak yang tetap. Karena jarak sisi-sisi yang berhadapan tetap,
maka dikatakan sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
(M.Cholik A.,2004: 57)
b) Sifat sudut-sudut persegi panjang
Berdasarkan pada letak (1) pada gambar 4 dan letak (2) gambar 5 di
atas dapat dinyatakan tentang besar sudut-sudut suatu persegi panjang sebagai
berikut:
A menempati B, ditulis A → B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C menempati D, ditulis C → D
Jadi, A = B ………… (1)
C = D ………… (2)
A menempati D, ditulis A → D
B menempati C, ditulis B → C
Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Jadi, A = D ………… (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya sama besar.
B = C ………… (4)
Dari bentuk persamaan (1) smpai (4), dapat disimpulkan hal sebagai berikut:
A = B = C = D
(M.Cholik A.,2004: 57)
c) Sifat diagonal-diagonal persegi panjang
Letak (3) Letak (4)
Pada letak (4), persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu PQ, maka:
A → B
C → D
AC → BD
Jadi, AC = BD
Q
P
BB
A A
C C
D D
Q
P
BA
AB
CD
DC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Diagonal-digonal dalam setiap persegi panjang sama panjang.
Dengan demikian dapat disimpulkan hal sebagai berikut:
Untuk menyelidiki sifat diagonal lainnya, perhatikan gambar berikut ini!
Letak (5) letak (6) letak (7)
Pada letak (6), persegi panjang ABCD diputar putaran pada pusat O, maka:
O → O
A → C
OA → OC
Jadi, OA = OC
Pada letak (7), persegi panjang ABCD diputar putaran pada pusat O, maka:
O → O
B → D
OB → OD
Jadi, OB = OD
Karena OA = OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut:
O
BB
A A
CC
D D
O
BD
AC
CA
DB
O
B D
A C
C A
D B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Diagonal-digonal dalam setiap persegi panjang, berpotongan dan saling membagi
dua sama panjang.
Dari sifat-sifat di atas, maka pada persegi panjang
ABCD disamping dapat dinyatakan:
AC = BD
OA = OC
OB = OD
Karena AC = BD, sedangkan OA = OC dan OB = OD, maka:
OA = OC = OB = OD (M.Cholik A., 2004: 58)
3. Keliling persegi panjang
Keliling persegi panjang adalah jumlah panjang semua sisi persegi panjang.
(M.Cholik A., 2004: 66)
Rumus keliling persegi panjang:
Perhatikan gambar dibawah!
Keliling persegi panjang ABCD = AB + BC + CD + DA
Karena AB = CD dan BC = AD, maka:
Keliling persegi panjang ABCD = 2 x AB + 2 x BC.
AB disebut panjang dan BC disebut lebar.
O
BA
CD
l
p BA
C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
K = 2p +2l atau K = 2 (p + l)
L = p x l
Jadi, keliling persegi panjang ABCD = 2 x panjang + 2 x lebar
Jika panjang = p cm, lebar = l cm, dan keliling = K cm, maka:
Rumus keliling persegi panjang adalah:
(M.Cholik A., 2004: 67)
4. Luas persegi panjang
Rumus luas persegi panjang = panjang x lebar.
Jika panjang = p cm, lebar = l cm dan luas = L cm2, maka:
Rumus luas persegi panjang adalah:
(M.Cholik A., 2004: 70)
c. Persegi
1. Definisi
Persegi ialah suatu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan satu sudutnya
siku-siku. (M.A.De Baan dan J.C. Bos, 1975: 14)
Akibatnya:
1) Persegi, keempat sudutnya siku-siku.
2) Persegi yang disebut segi empat beraturan.
3) Pada persegi berlaku sifat-sifat belah ketupat
maupun persegi panjang.
2. Sifat-Sifat Persegi
a) Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
b) Diagonalnya sama panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c) Diagonalnya berpotongan membagi dua sama panjang.
Untuk selanjutnya akan diselidiki sifat-sifat lainnya yang dimiliki oleh persegi.
Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC, maka:
A A C C
B D B D
AB AD CB CD
Jadi, AB = AD …(1) Jadi, CB = CD …(2)
Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD, maka:
A C A C
B B D D
AB CB AD CD
Jadi, AB = CB …(3) Jadi, AD = CD …(4)
D A
C B
B A
C D
B C
A D
B A
C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Sisi-sisi dalam setiap persegi sama panjang.
Dari hasil-hasil tersebut didapat:
AB = AD ...………………………………………(1)
AD = CD ……………………………….....(4)
CD = CB …………………………...(2)
Jadi, AB = AD = CD = CB
Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagoal AC maka:
BAC DAC
Jadi, BAC = DAC
D A
C B
B A
C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
ACB ACD
Jadi, ACB = ACD
Karena BAC = DAB dan ACB = ACD, maka diagonal AC membagi A
dan C menjadi dua bagian yang sama besar.
Pada gambar di atas, persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD, maka:
B C
A D
B A
C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
ABD CBD
Jadi, ABD = CBD
ADB CDB
Jadi, ADB = CDB
Karena ABD = CBD dan ADB = CDB, maka diagonal BD membagi B
dan D menjadi dua bagian yang sama besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
Pada gambar di atas, persegi ABCD diputar putaran dengan pusat O, maka:
DOC AOD DOC AOD
Jadi, DOC = AOD. Jadi, DOC = AOD.
BOA COB AOD BOA
Jadi, BOA = COB. Jadi, AOD = BOA.
O C B
D A
B A
C D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Diagonal-diagonal setiap persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku.
Persegi adalah persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang.
Dari hasil-hasil di atas dapat disimpulkan bahwa:
AOD = DOC = COB = BOA
AOD + DOC + COB + BOA = 3600 (satu putaran penuh)
Jadi, AOD = DOC = COB = BOA =
= 900 (sudut siku-siku)
Berdasarkan sifat-sifat persegi, maka dapat dinyatakan hal sebagai berikut:
(M.Cholik A., 2004: 62)
3. Keliling Persegi
Keliling persegi adalah jumlah panjang semua sisi persegi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Rumus keliling persegi adalah:
K 4
Rumus untuk luas setiap persegi adalah:
L L 2
(M.Cholik A., 2004: 66)
Rumus keliling persegi:
Perhatikan gambar di samping!
Keliling persegi ABCD = AB + BC + CD + DA.
Karena AB = BC = CD = DA maka:
Keliling persegi ABCD = 4 × AB.
Jika panjang sisi AB = s cm dan keliling persegi = K cm, maka:
(M.Cholik A., 2004: 68)
4. Luas Persegi
Rumus luas persegi:
Pada gambar di samping, daerah yang berwarna
hitam menunjukkan luas persegi ABCD. Karena
persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang
sama, yang selanjutnya disebut sisi maka:
Rumus luas persegi = sisi x sisi
Jika panjang sisi = s cm dan luas = L cm2, maka:
s A B
CD
s A B
CD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
(M.Cholik A., 2004: 70)
B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam
proses belajar matematika sehingga terdapat perubahan dalam pemikiran serta tingkah
lakunya. Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
adalah metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa, yaitu
melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan
kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas yang membuat
perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan kontinu serta mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan mengajar adalah suatu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa untuk menumbuhkan dan
mendorong siswa melakukan proses belajar. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya
dengan mengatur dan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk
melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dan
siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Dalam proses belajar mengajar, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran akan membantu siswa dalam
menstransfer segala sesuatu yang disampaikan oleh guru sehingga prestasi belajar siswa
tinggi. Sebaliknya, pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat
tercapainya tujuan mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok yang akan diberikan.
Matematika bukanlah pelajaran yang dapat dipelajari dengan menghafal saja.
Seperti sub pokok bahasan segiempat, sangat membutuhkan pemahaman dan penguasaan
konsep. Selama belajar, jika siswa hanya menghafal prosedur penyelesaian soal, maka
tidak ada kebermaknaan dalam belajar matematika. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
metode pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa akan kebermaknaan
matematika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat dua macam metode pembelajaran yang dibahas dalam penelitian ini,
yaitu : metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Pembelajaran dengan metode konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh
guru sebagai sumber informasi, sedangkan siswa tidak dituntut aktif, hanya
memperhatikan, membuat catatan, dan mengerjakan latihan seperlunya. Metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan metode pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika agar bisa menjadi lebih bermakna. Dengan
menggunakan metode ini pada sub pokok bahasan segiempat siswa lebih mudah
memahami konsep dasar yang berkaitan dengan segiempat. Dengan mengaitkan
segiempat dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari maka siswa akan
termotivasi untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut akan sangat membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep dasar dari materi tersebut sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika karena siswa mengetahui akan makna belajar.
Jadi, bila dibandingkan dengan metode konvensional, metode pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik pada
pembelajaran matematika sub pokok bahasan segiempat.
Selain pemilihan metode pembelajaran, guru juga perlu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk belajar secara
optimal. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan, diharapkan siswa mampu
memperoleh pemahaman konsep yang melekat pada dirinya.
Prestasi belajar siswa terutama dalam pembahasan ini yaitu pada sub pokok
bahasan segiempat belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupakan penggerak dari dalam diri
seseorang / siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang diinginkannya dalam mencapai
suatu tujuan. Motivasi belajar siswa dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu motivasi
belajar tinggi, sedang, dan rendah. Siswa yang motivasi belajarnya tinggi selalu semangat
mengerjakan soal-soal latihan dan biasanya mereka adalah anak yang pandai. Siswa
dengan tingkat motivasi belajar sedang hanya semangat mengerjakan soal-soal latihan
yang tidak terlalu sulit dan biasanya mempunyai prestasi yang cukup baik. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
siswa dengan tingkat motivasi belajar rendah biasanya mempunyai prestasi yang agak
tertinggal dari siswa yang tingkat motivasi belajarnya tinggi atau sedang. Hal ini
dikarenakan, siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah, hanya semangat
mengerjakan soal-soal latihan yang mudah.
Pada metode pembelajaran konvensional maupun kooperatif tipe TGT, prestasi
belajar siswa dalam pembahasan ini yaitu pada sub pokok bahasan segiempat yang
motivasi belajarnya tinggi lebih baik daripada siswa yang motivasi belajarnya sedang atau
rendah. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya
daripada siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki semangat mengerjakan soal-soal,
misalnya saat kegiatan belajar mengajar maupun saat ulangan. Sedangkan siswa yang
motivasi belajarnya sedang atau rendah kurang bersemangat dalam mengerjakan soal-soal
saat kegiatan belajar-mengajar maupun saat ulangan.
Dari pemikiran-pemikiran di atas, dapat digambarkan kerangka berpikir dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Metode Pembelajaran
Motivas Belajar Siswa
Prestasi Belajar
Gambar 1. Paradigma Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian
ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)
menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik jika dibandingkan
dengan metode konvensional pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan
segiempat.
2. Terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar matematika
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jenar Sragen pada kelas VII
semester II tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan uji coba tes maupun angket
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jenar Sragen pada kelas VII semester II tahun pelajaran
2009/2010
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
1) Bulan Maret 2010 : pengajuan judul skripsi.
2) Bulan Maret 2010 : pengajuan proposal skripsi.
3) Bulan Maret 2010 : pengajuan instrumen penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2010 dengan perincian sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan eksperimen metode pembelajaran dilaksanakan pada bulan April
2010.
2. Pelaksanaan uji coba instrumen dilaksanakan pada bulan April 2010.
c. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
1) Bulan April 2010 - Juni 2010 : pengolahan data hasil penelitian.
2) Bulan Juni 2010 - selesai : penyusunan laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003: 82)
bahwa “Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi
semua variabel yang relevan”.
Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari
kelompok yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran tipe TGT dengan
kelompok yang diberi pelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada sub
pokok bahasan segiempat.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002: 108) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”, sehingga dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
populasi merupakan keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik
tertentu yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, populasi adalah semua siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 5 kelas dengan
jumlah siswa 186.
2. Sampel
Dalam penelitian, tidak selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi,
karena selain membutuhkan biaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk
itu, dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut dengan
pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang didapat sudah dapat
menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Suhassimi
Arikunto (2002: 109) bahwa, ”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Hasil penelitian dari sampel ini akan digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap
populasi yang ada. Dari populasi yang ada didapatkan dua kelas sebagai sampel dari kelas
VII yang ada di SMP Negeri 1 Jenar Sragen yaitu kelas VII-E dengan 40 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII-B dengan 36 siswa sebagai kelas kontrol.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
cluster random sampling. Dalam cluster random sampling, dengan cara memandang
populasi sebagai kelompok-kelompok. Dalam hal ini kelas dipandang sebagai satuan
kelompok kemudian tiap kelas diberi nomor untuk diacak dengan undian. Undian tersebut
dilaksanakan satu tahap dengan dua kali pengambilan. Nomor kelas yang keluar pertama
sebagai kelompok eksperimen dan nomor kelas yang keluar berikutnya ditetapkan
sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel secara acak pada populasi dimaksudkan
agar setiap kelas pada populasi dapat terwakili.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu:
a. Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
a) Definisi Operasional
Metode Pembelajaran adalah pola menjadikan orang belajar
dimana di dalamnya terdapat interaksi belajar mengajar antara guru dan
siswa, dengan siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas sedangkan guru
hanya membimbing dan menyediakan situasi yang kondusif dalam proses
itu. Metode pebelajaran kooperatif tipe TGT (a1) dilakukan pada kelas
eksperimen dan metode pembelajaran konvensional (a2) dilakukan pada
kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b) Skala Pengukuran: skala nominal dengan 2 kategori yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode pembelajaran
konvensional.
c) Indikator: Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar pada sub pokok bahasan segiempat.
d) Simbol: A
2) Motivasi Belajar
a) Definisi Operasional
Motivasi belajar merupakan keseluruhan penggerak/dorongan dari
dalam diri seseorang untuk belajar dan berusaha demi mencapai tujuan yang
diinginkannya.
b) Skala Pengukuran: skala interval yang diubah ke skala ordinal yang
terdiri dari tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Tinggi (b1) : gab gabX X S≥ +
Sedang (b2) : gab gab gab gabX S X X S− < < +
Rendah (b3) : gab gabX X S≤ −
Ket: Sgab = standar deviasi gabungan
gabX = rataan skor gabungan (seluruh siswa)
X = skor total siswa
c) Indikator: skor angket motivasi belajar siswa.
d) Simbol: B
b. Variabel terikat
Variable terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa.
1) Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah hasil usaha siswa
dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka,
huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai siswa dalam periode tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yang datanya diperoleh dari tes prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan
segiempat.
2) Skala pengukuran: skala interval.
3) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan
segiempat.
.
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 3, dengan maksud untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Motivasi Belajar (B)
Metode Pembelajaran (A)
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Kooperatif tipe TGT (a1) ab11 ab12 ab13
Metode Konvensional (a2) ab21 ab22 ab23
dengan:
a1 : Metode Kooperatif tipe TGT
a2 : Metode Konvensional
b1 : Motivasi Tinggi
b2 : Motivasi Sedang
b3 : Motivasi Rendah
3. Pelaksanaan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sebelum diadakan eksperimen, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
diuji keseimbangannya terlebih dahulu berdasarkan nilai ujian tengah semester II
kelas VII mata pelajaran matematika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah
kedua kelas yang akan diteliti dalam keadaan seimbang atau tidak.
Dalam penelitian ini, kedua kelompok yang dibandingkan diasumsikan sama
dalam semua segi yang sesuai dan hanya berbeda dalam penggunaan model
pembelajaran. Pada akhir eksperimen, kedua kelompok diukur dengan soal-soal tes
yang sama. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen, kemudian
data yang diperoleh diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel uji statistiknya.
4. Metode Pengambilan Data dan Penyusunan Instrumen
Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), “…., metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”
Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar
nama, dan nomor presensi siswa. Selain itu untuk mendapatkan data tentang nilai ujian
tengah semester II kelas VII mata pelajaran matematika yang digunakan untuk uji
keseimbangan.
b. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa, “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa, “Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seorang setelah mempelajari sesuatu”.
Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan segiempat. Instrumen ini menggunakan tes
prestasi belajar. Adapun langkah-langkah membuat tes terdiri dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Membuat kisi-kisi tes
2) Menyusun butir-butir tes
3) Menguji validitas butir-butir tes
4) Mengadakan uji coba tes
5) Menguji konsistensi dan reliabilitas tes
6) Revisi butir-butir tes dan menetapkannya sebagai instrumen tes
Uji coba tes, dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tes yang telah
dibuat telah memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu validitas isi,
konsistensi internal, dan reliabilitas.
Pada penelitian ini, uji coba tes dilakukan di SMP N 2 Jenar Sragen pada siswa
kelas VII tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan kesamaan karakteristik antara subjek uji
coba dan subjek sampel penelitian.
Analisis item soal meliputi validitas isi, konsistensi internal, dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk menilai apakah instrumen
mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui experts
judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”. Dalam hal ini para penilai (yang
sering disebut subject-matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh
pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi
(substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-
masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-kisi yang
ditentukan. Cara ini sering disebut relevance ratings (penilaian berdasarkan relevansi).
Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai validitas isi, jika validator setuju
dengan semua kriteria-kriteria dalam validasi.
2) Uji Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal ini digunakan untuk mengetahui tingkat daya pembeda.
Sebuah instrumen tentu terdiri dari sejumlah butir-butir instrument. Semua butir harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Budiyono
(2003: 65) menyatakan bahwa, “Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari
korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Untuk mengetahui konsistensi internal setiap butir soal ke-i digunakan rumus
korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
)Y)(Y)(nX)(X(n
Y)X)((XYnr
2222xy
∑∑∑∑∑ ∑ ∑
−−
−=
Keterangan :
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-
i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : skor total (dari subyek uji coba)
Soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 dan jika rxy <
0,3 maka soal dikatakan tidak konsisten dan harus didrop
(dibuang).
(Budiyono, 2003: 65)
3) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65), “Suatu Instrumen disebut reliabel apabila hasil
pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan (tetapi mempunyai
kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu yang berlainan”. Untuk
menguji reliabilitas instrumen tes belajar matematika yang berbentuk tes obyektif,
perhitungan indeks reliabilitasnya menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20), yaitu
sebagai berikut:
−
−= ∑
2t
ii2
t11 s
qps1n
nr
dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
pi : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi : 1- p i , i : 1, 2, …N
2ts : variansi total
(Budiyono,
2003: 69)
Soal dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika r11 > 0,7. (Budiyono, 2003:
71)
Dalam penelitian ini, instrument dikatakan mempunyai indeks reliabilitas yang
baik jika r11 > 0,7.
c. Metode Angket
Definisi angket sama dengan definisi kuesioner. Suharsimi Arikunto (2002: 202)
mendefinisikan, “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
lain yang ia ketahui”.
Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai motivasi belajar siswa. Jawaban-jawaban angket menunjukkan motivasi belajar
siswa.
Prosedur pemberian skor berdasarkan motivasi belajar matematika siswa, yaitu:
1) Untuk instrumen positif
a) Jawaban a, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat baik pada
tingkat tertentu.
b) Jawaban b, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika baik pada tingkat
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
c) Jawaban c, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika kurang baik pada
tingkat tertentu.
d) Jawaban d, skor 1 menunjukkan motivas belajar matematika tidak baik pada
tingkat tertentu.
2) Untuk instrumen negatif
a) Jawaban a, skor 1 menunjukkan motivasi belajar matematika tidak baik pada
tingkat tertentu.
b) Jawaban b, skor 2 menunjukkan motivasi belajar matematika kurang baik
pada tingkat tertentu.
c) Jawaban c, skor 3 menunjukkan motivasi belajar matematika baik pada tingkat
tertentu..
d) Jawaban d, skor 4 menunjukkan motivasi belajar matematika sangat baik
pada tingkat tertentu.
Setelah selesai penyusunan item soal, angket diuji cobakan pada siswa SMP 2
Jenar kelas VII tahun ajaran 2009/2010 untuk mengetahui apakah angket yang dibuat
memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu validitas isi, konsistensi internal, dan
reliabilitas.
1) Uji Validitas Isi
Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa, “Untuk menilai apakah instrumen
mempunyai validitas isi yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui experts
judgment (penilaian yang dilakukan oleh para pakar)”. Dalam hal ini para penilai (yang
sering di sebut subject-matter experts), menilai apakah kisi-kisi yang dibuat oleh
pengembang tes telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi
(substansi) yang akan diukur. Langkah berikutnya, para penilai menilai apakah masing-
masing butir tes (angket) yang telah disusun cocok atau relevan dengan klasifikasi kisi-
kisi yang ditentukan. Cara ini sering disebut relevance ratings (penilaian berdasarkan
relevansi). Dalam penelitian ini bisa dikatakan mempunyai validitas isi, jika validator
setuju dengan semua kriteria-kriteria dalam validasi.
2) Uji Konsistensi Internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Untuk menguji konsistensi internal instrumen angket motivasi belajar
matematika siswa digunakan rumus yang sama dengan instrumen tes yaitu
menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson:
)Y)(Y)(nX)(X(n
Y)X)((XYnr
2222xy∑∑∑∑
∑ ∑ ∑−−
−=
Keterangan :
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba)
Y : skor total (dari subyek uji coba)
Dalam penelitian ini, soal dikatakan konsisten jika rxy ≥ 0,3 dan jika rxy < 0,3
maka soal dikatakan tidak konsisten dan harus didrop
(dibuang).
(Budiyono,
2003: 65)
3) Uji Reliabilitas
Menurut Budiyono (2003: 65), “Suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil
pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang
berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan”. Untuk menguji reliabilitas instrumen angket motivasi belajar
matematika siswa, penghitungan indeks reabilitasnya menggunakan rumus Alpha yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
r 11 =
−
−∑
2t
2i
s
s1
1nn
dengan
r 11 : indeks relibilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
s 2i : variansi belahan ke-i,i = 1,2,…,k (k ≤ n)
: variansi butir ke-i,i = 1,2,…,n
s 2t : variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
(Budiyono,
2003: 70)
Dalam penelitian ini, angket motivasi belajar matematika siswa dikatakan
mempunyai reliabilitas yang baik jika r11> 0,7 .
(Budiyono,
2003: 71)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol belum
dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel
yang independen. Statistik ujinya adalah uji-Z. Sebelum dilakukan perhitungan, diuji
terlebih dahulu apakah kedua kelompok berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Hipotesis
Ho : µ1 = µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
c. Statistik Uji yang digunakan :
n
n
)X - X( Z
2
22
1
21
21
σσ+
= ∼ N (0,1)
dengan ( )1)-n(n
XXn
222 ∑∑ −
=σ)
Keterangan :
1X : rata-rata nilai ujian tengah semester II kelas VII mata pelajaran matematika
kelompok eksperimen
2X : rata-rata nilai ujian tengah semester II kelas VII mata pelajaran matematika
kelompok kontrol
21σ : variansi dari kelompok eksperimen
22σ : variansi dari kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
d. Daerah kritik
DK : { Z | Z < -Zα /2 atau Z > Zα /2}
e. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Z ∈ DK
f. Kesimpulan
a. Kedua populasi memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b. Kedua populasi memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004:
156)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi
distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors
dengan prosedur :
1) Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Statistik Uji
L = max ( ) ( )ii ZSZF −
dengan :
( )iZF : ( )iZZP ≤ , Z ~ N(0,1)
iZ : skor standar
( )s
XXZ i
i−
=
s : variansi
( )iZS : proporsi cacah Z ≤ iZ terhadap seluruh cacah iZ
iX : skor responden
3) Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK = { L | L > Lα:n } dengan n adalah ukuran sampel.
5) Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika Ho diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett
dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : 21σ = 2
2σ =… = 2kσ dengan k = 2 pada metode pembelajaran,
k = 3 pada motivasi belajar
H1 : Paling tidak ada satu 22ji σσ ≠ dengan i ≠ j
2) Statistik Uji yang digunakan :
= ∑
=
k
1j
2jj
2 logSf -RKG log fc
2,203χ
dengan:
21)(k
2 χ~χ −
k : banyaknya populasi.
f : derajat kebebasan untuk RKG : N – k
N : banyaknya data amatan (ukuran)
fj : nj – 1 = derajat kebebasan untuk 2jS ; j = 1,2, …, k
nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
+= ∑ f
1 - f1
1) -3(k 1 1 c
j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
j
i
fSS
RKG Σ
Σ= :
( )j
2j2
jj nX
XSS ∑∑ −= ; j
j2j f
SSS =
3) Taraf Signifikansi (α ) = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK = { 2χ | 2χ > α2χ : k-1}
5) Keputusan Uji
Ho ditolak Jika 2χ hitung ∈ DK
6) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika H0 diterima.
b) Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama digunakan untuk menguji signifikasi perbedan efek dua faktor A dan B serta
interaksi AB terhadap variable terikat. Model dari analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama adalah sebagai berikut:
jiijk βαµX ++= + (αβ )ij +εijk
dengan :
Xijk : data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
αi : efek baris ke-i pada variabel terikat
βj : efek kolom ke-j pada variabel terikat
(αβ)ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
εijk : error yang berdistribusi N (0,σ 2)
i : 1, 2, …, p ; p : cacah baris (A)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
j : 1, 2, …, q ; q : cacah kolom (B)
k : 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel ij
(Budiyono, 2004:
207)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
1) H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p (tidak ada pengaruh metode
pembelajaran terhadap prestasi belajar matamatika)
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antar baris
terhadap variabel terikat)
2) H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, … q (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
3) H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, … p dan j = 1, 2, … q (tidak ada
interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan
kolom terhadap variabel terikat).
(Budiyono, 2004:
211)
b. Komputasi
1) Notasi dan Tata Letak Data
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi
B
A
b1 b2 b3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a1
n11
∑ X11k
X 11
211X k∑
C11
SS11
n12
∑ X12k
X 12
212X k∑
C12
SS12
n13
∑ X13k
X 13
213X k∑
C13
SS13
a2
n21
∑ X21k
X 21
221X k∑
C21
SS21
n221
∑ X22k
X 22
222X k∑
C22
SS22
n1231
∑ X23k
X 23
223X k∑
C23
SS23
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B A
b1 b2 b3 Total
a1 11AB 12AB 13AB A1
a2 21AB 22AB 23AB A2
Total B1 B2 B3 G
Sel abij memuat: Xij1; Xij2; …;Xijn
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut :
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: cacah data amatan pada sel ij
: frekuensi sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel
∑
=
ji, ij
h
n1
pqn
N : cacah seluruh data amatan
∑=
ji,ijnN
SSij : jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ij
2
kijk
k
2ijkij n
XXSS
−=∑
∑
ijAB : rataan pada sel ij = ij
kijk
n
X∑
Ai : Jumlah rataan pada baris ke-i =∑j
ijAB
Bi : Jumlah rataan pada kolom ke-j = ∑i
ijAB
G : Jumlah rataan semua sel = ∑ji,
ijAB = ∑∑ =j
ji
i BA
Rerata Harmonik frekuensi seluruh sel
∑=
ji, ij
h
n1
pqn
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4)
dan (5) sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pqG 2
)1( = ∑=j
j
pB 2
)4(
∑=
jiijSS
,
)2( ∑=ji
ijAB,
2)5(
∑=
i
i
qA2
)3(
2) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu :
JKA = hn { (3) – (1) }
JKB = hn { (4) – (1) }
JKAB = hn { (1) + (5) - (3) – (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan :
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3) Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah
:
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1) (q – 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dkT = N – 1
dkG = N – pq
4) Berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing diperoleh
rataan kuadrat berikut
dkAJKA RKA =
dkBJKB RKB =
dkABJKAB RKAB =
dkGJKG RKG =
c. Statistik Uji
- Untuk H0A adalah RKGRKAFa =
- Untuk H0B adalah RKGRKBFb =
- Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab =
d. Taraf Signifikansi (α) = 0,05
e. Daerah Kritik
1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK { Fa | Fa > F pqN1,pα, −− }
2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK { Fb | Fb > F pqN1,q:α −− }
3) Daerah kritik untuk Fab adalah DK { Fab | Fab > F pqN1),1)(q(p:α −−− }
f. Keputusan Uji
Ho ditolak jika Fhit ∈ DK
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis
Sumber jk dk Rk Fhit F α
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
A(baris) JkA dkA RkA Fa F pqN1,pα, −−
B(kolom) JkB dkB RkB Fb F pqN1,q:α −−
AB JkAB dkAB RkAB Fab F pqN1),1)(q(p:α −−−
Galat JkG dkG RkG - -
Total JkT dkT - - -
(Budiyono, 2004: 212-213)
4. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis
variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Untuk uji lanjutan setelah
analisis variansi digunakan metode Scheffe.
Statistik Uji
a. Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel maka jika H0A ditolak
tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar baris. Untuk mengetahui model
pembelajaran manakah yang lebih baik cukup dengan membandingkan besarnya rerata
marginal dari masing-masing model pembelajaran. Jika rataan marginal untuk model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar dari rataan marginal untuk model
pembelajaran konvensional berarti model pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional atau sebaliknya.
b. Komparasi rataan antar kolom
( )
+
−=−
.j.i
2.j.i
.j.i
n1
n1RKG
XXF
F.i-.j = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
.iX = rerata pada kolom ke-i
.jX = rerata pada kolom ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
n.i = ukuran sampel kolom ke-i
n.j = ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1)F qpN1,q:α −− }
c. Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij-kj =
+
−
kjij
2kjij
n1
n1RKG
)XX(
Fij-kj = nilai Fobspada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.kj > (pq-1)F pqN1,:pqα −− }
d. Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij-ik =
+
−
ikij
2ikij
n1
n1RKG
)XX(
Fij-ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
ijX = rerata pada sel ij
X ik = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik Dk = {Fij Fij.ik > (p-1)F pqN1,:pα −− }
(Budiyono, 2004: 214-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data skor uji coba tes prestasi belajar
matematika pada sub pokok bahasan segiempat dan data uji coba angket motivasi belajar
matematika siswa, data skor prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan
segiempat dan data angket motivasi belajar matematika siswa dari masing-masing
kelompok sampel penelitian.
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya data tersebut akan diuji. Berikut ini
diberikan uraian mengenai data-data tersebut.
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk
mengungkapkan data mengenai motivasi belajar dan tes prestasi belajar matematika siswa
pada sub pokok bahasan segiempat.
a. Hasil uji coba tes prestasi belajar
1) Validitas isi uji coba tes prestasi
Tes prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan segiempat
terdiri dari 25 butir soal. Melalui dua orang validator, yaitu dua orang guru SMP
Negeri 1 Jenar Sragen, diperoleh bahwa 25 butir tes prestasi dinyatakan valid
secara validitas isi karena memenuhi kriteria yang diberikan setelah dilakukan
beberapa revisi. (Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 9).
2) Konsistensi internal uji coba tes prestasi
Tes prestasi yang diuji cobakan terdiri dari 25 soal tes obyektif. Dari
hasil uji konsistensi internal menggunakan rumus korelasi produk moment
diperoleh 14 soal yang valid, sebab rhit dari 14 soal tersebut lebih besar dari rtab =
0,3. Sedang 11 soal tidak valid karena rhit dari 11 soal tersebut kurang dari rtab =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
0,3. (Perhitungan konsistensi internal tes prestasi belajar matematika siswa pada
sub pokok bahasan segiempat disajikan pada Lampiran 10).
3) Reliabilitas uji coba tes prestasi
Dengan menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20), diperoleh r11 =
0,791225461. Karena r11 = 0,791225461 > 0,7 maka soal tes prestasi belajar
dikatakan reliabel.
Dari persyaratan tersebut diperoleh 14 soal dari 25 soal yang dapat
digunakan untuk penelitian. (Perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat disajikan pada Lampiran
11).
b. Hasil uji coba angket motivasi belajar matematika siswa
1) Validitas isi uji coba angket
Angket motivasi belajar siswa terdiri dari 40 butir soal. Melalui dua
orang validator, yaitu dua orang guru SMP Negeri 1 Jenar Sragen diperoleh
bahwa 40 butir soal angket dinyatakan valid secara validitas isi karena memenuhi
kriteria yang diberikan setelah dilakukan beberapa revisi. (Hasil validasi dapat
dilihat pada Lampiran 12).
2) Konsistensi internal angket
Angket yang diuji cobakan terdiri dari 40 butir soal. Dari hasil uji
konsistensi internal dengan menggunakan rumus korelasi produk moment
diperoleh 24 butir yang konsisten sebab rhit dari 24 butir tersebut lebih besar dari
rtab = 0,3. Sedang 16 butir tidak valid sebab rhit 16 soal tersebut kurang dari rtab =
0,3. (Perhitungan konsistensi internal angket motivasi belajar matematika siswa
disajikan pada Lampiran 13).
3) Reliabilitas uji coba angket
Dengan menggunakan rumus Alpha, diperolah r11 = 0,881997. Karena r11
= 0,881997 > 0,7 maka angket dikatakan reliabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dari persyaratan tersebut diperoleh 24 soal angket dari 40 soal angket
yang dapat digunakan untuk penelitian. (Perhitungan reliabilitas angket motivasi
belajar matematika siswa disajikan pada Lampiran 14).
2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa
Berdasarkan data prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan
segiempat dicari ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rerata ( X ), median (Me),
modus (Mo) dan ukuran penyebaran dispersi yang meliputi jangkauan (J) dan deviasi
standar (s) yang dirangkum pada Tabel 4.1 berikut. (Perhitungan prestasi belajar
matematika disajikan pada Lampiran 22).
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Sub Pokok Bahasan
Segiempat Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi Kelompok
X Mo Me Skor min Skor maks J s
Eksperimen 63,2430 73,33 66,67 20 93,33 73,33 17,3288
Kontrol 70,0000 80,00 70,00 20 100 80,00 18,4816
Keterangan : X : rataan J : jangkauan
Mo : modus s : standar deviasi
Me : median
3. Data Skor Motivasi Belajar Matematika Siswa
Data tentang motivasi belajar matematika siswa diperoleh dari angket tentang
motivasi belajar matematika siswa, selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kategori berdasarkan rata-rata gabungan ( gabX ) dan standar deviasi gabungan (sgab). Dari
hasil perhitungan kedua kelompok, diperoleh gabX = 66,4932 dan sgab = 10,3335.
Penentuan kategorinya adalah sebagai berikut: tinggi jika gabgab sXX +≥ ,
sedang jika gabgabgabgab sXXsX +<<− , rendah jika gabgab sXX −≤ , sehingga
untuk skor yang kurang dari atau sama dengan 56,1597 dikategorikan rendah, skor antara
56,1597 dan 76,8267 dikategorikan sedang, dan skor lebih dari atau sama dengan 76,8267
dikategorikan tinggi.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, dalam kelas eksperimen terdapat 6 siswa
yang termasuk kategori tinggi, 24 siswa yang termasuk kategori sedang dan 7 siswa yang
termasuk kategori rendah. Sedangkan untuk kelas kontrol terdapat 7 siswa yang termasuk
kategori tinggi, 24 siswa yang termasuk kategori sedang, dan 5 siswa yang termasuk
kategori rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24).
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mempunyai
kemampuan awal sama atau tidak. Sebelum diuji keseimbangan, masing-masing sampel
terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas
kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji
1. Kelompok Eksperimen 0,1400 0,1401 H0 tidak ditolak
2. Kelompok Kontrol 0,1073 0,1477 H0 tidak ditolak
Dari tabel tampak bahwa harga Lhit untuk masing-masing sampel tidak melebihi
harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak yang berarti masing-masing sampel tersebut berasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 27).
Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji-z diperoleh zobs = 0,4676.
Karena zobs = 0,4676 DK∉ = {z | z < – 1,960 atau z > 1,960}, maka H0 tidak ditolak. Hal
ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang
memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 28).
2. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan pendekatan
Lilliefors. Dengan menggunakan pendekatan Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk
taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sumber Lmaks Ltab Keputusan Uji
1. Kelompok Eksperimen 0,1127 0,1457 H0 tidak ditolak
2. Kelompok Kontrol 0,0756 0,1477 H0 tidak ditolak
3. Motivasi Belajar Tinggi 0,1068 0,2340 H0 tidak ditolak
4. Motivasi Belajar Sedang 0,1069 0,1279 H0 tidak ditolak
5. Motivasi Belajar Rendah 0,1294 0,2420 H0 tidak ditolak
Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (zi) - S (zi) |} pada kelompok
eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar sedang, motivasi
belajar rendah tidak melebihi harga Ltab, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
masing sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30, 31, 32, dan 33).
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen
atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini digunakan metode
Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas
Sumber 2obsχ 2
tabelχ Keputusan Uji
Metode Pembelajaran 0,1389 3,8410 H0 tidak ditolak
Motivasi Belajar Siswa 0,3281 5,9910 H0 tidak ditolak
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 2obsχ
= 0,1389 sedangkan 2tabelχ untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah 2
1;05,0χ = 3,8410.
Karena 2obsχ = 0,1389 < 2
1;05,0χ = 3,8410 maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti kedua
kelompok tersebut homogen.
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi, sedang, dan
rendah adalah 2obsχ = 0,3281 sedangkan 2
tabelχ untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah
22;05,0χ = 5,991. Karena 2
obsχ = 0,3281 < 22;05,0χ = 5,991 maka H0 tidak ditolak. Hal ini
berarti kedua kelompok tersebut homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 34 dan 35).
C. Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada
Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Kep. Uji
A 275,5952 1 275,5952 0,8946 3,9860 H0A tidak ditolak
B 2759,4235 2 1379,7118 4,4785 3,1360 H0B ditolak
AB 127,2436 2 63,6218 0,2065 3,1360 H0AB tidak ditolak
Galat 20641,2155 67 308,0778 - - -
Total 23803,4778 72 - - - -
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa,
1. Pada efek utama baris (A), H0A tidak ditolak.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode konvensional
pada sub pokok bahasan segiempat.
2. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak.
Hal ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
motivasi belajar matematika tinggi, motivasi belajar matematika sedang, dan motivasi
belajar matematika rendah pada sub pokok bahasan segiempat. Dengan kata lain
terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
3. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi
belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan
segiempat.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 36).
2. Uji Komparasi Ganda
Tabel 4.6 Rataan Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa
Motivasi Belajar Siswa
Metode Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah
Rataan
Marginal
Metode TGT 72,2200 62,7779 57,1429 63,2430
Metode Konvensional 79,0457 70,0004 57,3340 70,0000
Rataan Marginal 75,8954 66,3892 57,2225 -
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis
variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuannya untuk mengetahui
beda rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom, dan setiap pasangan sel. Namun
karena baik H0A maupun H0AB tidak ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi
ganda. Sedangkan H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi antar kolom, yaitu
sebagai berikut:
Uji Komparasi Antar Kolom
Dari anava dua jalan dengan sel tak sama yang terangkum dalam Tabel 4.5
diperoleh bahwa H0B ditolak. Ini berarti ada perbedaan prestasi belajar matematika dari
ketiga kategori motivasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
Karena variabel motivasi belajar matematika siswa mempunyai tiga kategori (tinggi,
sedang, dan rendah), maka uji komparasi ganda antar kolom perlu dilakukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan kolom sehingga dapat diketahui motivasi
belajar matematika siswa manakah yang mungkin memberi prestasi belajar matematika
lebih baik atau sama baiknya pada sub pokok bahasan segiempat. Setelah dilakukan
perhitungan dengan metode Scheffe diperoleh hasil uji komparasi ganda antar kolom
yang terangkum pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi Fhit Ftabel Keputusan Kesimpulan
µ.1 vs µ.2 3,0006 6,2720 tidak ditolak tidak ada perbedaan rataan
µ.1 vs µ.3 7,0623 6,2720 ditolak ada perbedaan rataan
µ.2 vs µ.3 2,6184 6,2720 tidak ditolak tidak ada perbedaan rataan
Keterangan : µ.1 : rataan siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar tinggi
µ.2 : rataan siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar sedang
µ.3 : rataan siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar rendah
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 37)
Berdasarkan uji pasca anava tersebut dapat disimpulkan secara rinci bahwa:
1. H0 tidak ditolak karena Fhit = 3,0006 < 6,2720. Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivas belajar tinggi
dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang pada sub pokok bahasan
segiempat.
2. H0 ditolak karena Fhit = 7,0623 > 6,2720. Hal ini berarti ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar tinggi dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah pada sub pokok bahasan segiempat.
3. H0 tidak ditolak karena Fhit = 2,6184 < 6,2720. Hal ini berarti tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan motivasi belajar sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah pada sub pokok bahasan
segiempat.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.5 diperoleh
tabela F 3,9860 8946,0 F =<= , maka H0A tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji
pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0A berarti tidak terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika antara metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode
pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan segiempat. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
TGT tidak lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional pada sub pokok
bahasan segiempat.
Tidak dipenuhinya hipotesis pertama mungkin disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya yaitu:
1) Siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan adanya penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran karena masih terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan metode konvensional,
2) Kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT karena perlu mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-
kelompok dan dalam membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok serta
melakukan kompetisi masih perlu bimbingan lebih,
3) Peneliti kurang mampu membimbing semua kelompok saat kegiatan diskusi
berlangsung,
4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru,
5) Saat diskusi kelompok berlangsung seringkali terdapat siswa yang kurang
bersemangat, hanya diam saja tanpa mau membicarakan kesulitannya dalam
memahami materi yang diberikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Selain faktor-faktor di atas mungkin masih ada faktor lain di luar kegiatan
belajar-mengajar yang tidak terkontrol oleh peneliti.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
Fb = 4,4785 > 3,1360 = Ftabel, maka H0B ditolak sehingga perlu dilakukan uji pasca anava.
Dengan ditolaknya H0B berarti terdapat perbedaaan prestasi belajar matematika siswa
ditinjau dari motivasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
Berdasarkan uji pasca anava diperoleh F1-2 = 3,0006; F1-3 = 7,0623; F2-3 =
2,6184; DK = { 2720,6>FF }, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
a. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar yang sama.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan
siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang.
b. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika tinggi dan siswa dengan
motivasi belajar matematika rendah secara signifikan memiliki prestasi belajar
matematika yang berbeda. Karakteristik perbedaan tersebut sesuai dengan
karakteristik perbedaan rataan marginalnya. Dari Tabel 4.6 diperoleh rataan marginal
prestasi belajar matematika siswa kelompok motivasi belajar tinggi sama dengan
75,8954 dan rataan prestasi belajar matematika siswa kelompok motivasi belajar
rendah sama dengan 57,2225. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika
rendah.
c. Siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika rendah memiliki prestasi belajar
matematika yang sama. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar
matematika yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
Fab = 0,2065 < 3,1360 = Ftabel, maka H0AB tidak ditolak sehingga tidak perlu dilakukan uji
pasca anava. Dengan tidak ditolaknya H0AB berarti tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
Siswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT maupun siswa yang diberi pengajaran dengan metode pembelajaran
konvensional memiliki prestasi yang sama baik untuk tiap kategori motivasi belajar
matematika tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika tinggi memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai
motivasi belajar matematika sedang dan rendah baik untuk pengajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun dengan metode
pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar matematika siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar
mungkin dikarenakan siswa kurang memiliki motivasi dalam mengikuti kegiatan belajar
matematika dan kurang serius dalam mengisi angket motivasi belajar matematika. Selain
itu adanya variabel bebas lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, yang
memberikan pengaruh lebih besar terhadap prestasi belajar matematika siswa yang tidak
terkontrol oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Secara umum, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan metode konvensional pada sub pokok bahasan
segiempat. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT sama baiknya dengan metode
pembelajaran konvensional pada sub pokok bahasan segiempat.
Tidak dipenuhinya hipotesis pertama mungkin disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya yaitu:
1) Siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan adanya penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran yang sebelumnya masih
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional.
2) Kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT karena perlu mengkondisikan siswa ke dalam kelompok-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kelompok dan dalam membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok serta dalam
kompetisi masih perlu bimbingan lebih.
3) Peneliti kurang mampu membimbing semua kelompok saat kegiatan diskusi
berlangsung.
4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.
5) Saat diskusi kelompok berlangsung, seringkali terdapat siswa yang kurang
bersemangat, hanya diam tanpa mau membicarakan kesulitannya dalam
memahami materi yang diberikan oleh guru.
Selain faktor-faktor di atas, mungkin masih ada faktor lain di luar kegiatan belajar-
mengajar yang tidak terkontrol oleh peneliti.
b. Secara umum, motivasi belajar siswa untuk kategori tinggi, sedang maupun rendah
memberikan perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan
segiempat.
1) Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika sedang pada sub pokok bahasan segiempat.
2) Siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar matematika rendah
pada sub pokok bahasan segiempat.
3) Siswa dengan motivasi belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar
matematika sama baik dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika rendah pada sub pokok bahasan segiempat.
c. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan
segiempat. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT maupun siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode
pembelajaran konvensional mempunyai prestasi yang sama untuk tiap kategori
motivasi belajar siswa, baik kategori tinggi, sedang, maupun rendah. Siswa yang
mempunyai motivasi belajar matematika tinggi memiliki prestasi yang lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar matematika sedang dan rendah baik
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
untuk pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
maupun dengan metode pembelajaran konvensional.
B. Implikasi
Berdasar atas kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis
akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar
yang tidak lebih baik dari pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor baik dari
dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa di luar kegiatan belajar-mengajar. Meskipun
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
TGT menghasilkan prestasi belajar yang tidak lebih baik dari pembelajaran matematika
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional namun ada beberapa kelebihan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun kelebihan tersebut yaitu, dalam
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat penghargaan kelompok dan
penghargaan individu dimana hal tersebut dapat membantu membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar dan bersaing secara sehat. Selain itu dalam metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT siswa dapat belajar untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi
belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa
yang mempunyai motivasi belajar sedang. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah. Dan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang
mempunyai motivasi belajar rendah. Bertolak dari hal tersebut guru harus memperhatikan
motivasi belajar siswa sehingga dapat memberikan perlakuan yang tepat untuk siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, maupun rendah sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar-mengajar dan prestasi belajar
matematika siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar, guru dapat memilih metode yang tepat, efektif dan efisien serta
memperhatikan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa saran yang
ditujukan pada guru, calon guru dan peneliti lain sebagai berikut:
a. Kepada kepala sekolah hendaknya menghimbau kepada guru agar guru mau
menerapkan dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat
membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu seorang kepala sekolah juga
harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran proses belajar
mengajar.
b. Kepada guru dan calon guru bidang studi matematika khususnya untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP) hendaknya menggunakan metode yang tepat dalam
menyampaikan materi pelajaran matematika.
c. Kepada peneliti lain, mungkin dapat melakukan penelitian dengan peninjauan lain
misalnya kemampuan awal, minat belajar, kreativitas belajar, aktivitas belajar, gaya
belajar, tingkat intelegensi dan lain-lain agar lebih dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain itu peneliti lain dapat meneliti pengaruh
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT pada sub pokok bahasan lain selain sub
pokok bahasan segiempat.
d. Kepada siswa hendaknya meningkatkan semangat dan intensitas belajar matematika
baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
matematikanya.
top related