ekploitasi orangtua terhadap anak dikota …repository.umrah.ac.id/543/1/jurnal .pdf · mereka...
Post on 08-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
EKPLOITASI ORANGTUA TERHADAP ANAK DIKOTA
TANJUNGPINANG
Sri Wahyuni1, Emmy Solina
2, Nanik Rahmawati
3
Sriwahyuninindi01@gmail.com
Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Eksploitasi anak merupakan sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-
wenang terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Seperti
halnya yang terjadi di Kota Tanjungpinang adalah masih ditemukan keberadaan
pekerja anak yang berusia 18 tahun kebawah, yang bekerja sebagai penjual
kerupuk, penjual Koran, buruh bangunan, pekerja bengkel dan penjual santan.
Mereka bekerja atas suruhan orang tuanya. Permasalahan yang di temukan dalam
Ekploitasi yaitu berawal dari orang tua yang mempekerjakan anak-anak dengan
jam kerja yang panjang mulai dari jam 08:00-17:00 WIB. Sehingga waktu yang
mereka gunakan habis hanya untuk bekerja mencari uang untuk kebutuhan makan
dan minum mereka sekeluarga sehari-hari.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan bagaimana
Eksploitasi Orangtua yang mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pemilihan informan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Jumlah informan
dalam penelitian ini berjumlah 13 orang, yaitu 5 orang anak dan 8 orang tua.
Hasil dari penelitian mengenai Eksploitasi Orang Tua yang
mempekerjakan anak di Kota Tanjungpinang adalah masih banyak orang tua yang
tidak bertanggung jawab terhadap hak-hak anaknya, dan kurangnya dalam
menjalankan fungsi keluarga, kurangnya sosialisai terhadap hak anak sehingga
orang tua tidak menyadari akan hak-hak anak dalam bekerja. sebagian besar anak-
anak yang tereksploitasi, waktu yang mereka miliki habis begitu saja ditempat
mereka bekerja, sehingga dalam fikiran anak- anak bagai mana cara agar mereka
mendapatkan uang tidak ada lagi waktu bermain seperti anak kebanyakan, anak-
anak telah tereksploitasi secara ekonomi, psikis, sosial bahkan waktu.
Kata kunci: Eksploitasi, Keluarga, Anak-anak
2
PENDAHULUAN
Anak tidak bisa diekploitasi dalam bentuk apapun juga. Terkadang kita
lupa bahwa anak memiliki dunianya, kita hanya memberikan saran dan gambaran
juga mengarahkan masa depan tetapi pada hakikatnya anak memiliki harapan
akan masa depannya sendiri. Untuk mencapainya, maka orang tua juga
masyarakat perlu sadar bahwa pemaksaan kehendak yang bertujuan baik
sekalipun belum tentu dapat diterima oleh anak (Suryatati,2011:42).
Anak-anak mempunyai harapan dan hak-hak mereka, adapun hak-hak
anak menurut Konvensi Hak Anak dikelompokkan dalam 4 kategori,yaitu :
a. Hak Kelangsungan Hidup, hak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup dan hak memperoleh standar kesehatan
tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya.
b. Hak Perlindungan, perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi,
kekerasan dan keterlantaran.
c. Hak Tumbuh Kembang, hak memperoleh pendidikan dan hak
mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial.
d. Hak Berpartisipasi, hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal
yang mempengaruhi anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Pasal 13 ’’Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak
lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun
3
seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan,
dan perlakuan salah lainnya’’.
Fenomena yang terjadi di Kota Tanjungpinang adalah masih ditemukan
keberadaan pekerja anak yang berusia 18 tahun kebawah, yang bekerja sebagai
penjual kerupuk, penjual Koran, buruh bangunan, pekerja bengkel dan penjual
santan. Mereka bekerja atas suruhan orang tuanya yang tidak memiliki pekerjaan.
Hal tersebut merupakan suatu bentuk dari eksploitasi orang tua terhadap anak,
dikarenakan orang tua baik secara sadar ataupun tidak telah mengambil
keuntungan dengan memanfaatkan tenaga dan waktu anak untuk bekerja, dimana
penghasilan yang didapat sebagian besar diserahkan kepada orangtuanya.
Berdasarkan hasil observasi bulan Oktober 2016, bahwa Ekploitasi yang
terjadi terhadap anak di kota Tanjungpinang ini berawal dari orang tua yang
mempekerjakan anak-anak dengan jam kerja yang panjang mulai dari jam 08:00-
17:00 WIB. Sehingga waktu yang mereka gunakan habis hanya untuk bekerja
mencari uang untuk kebutuhan makan dan minum mereka sekeluarga sehari-hari.
METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe deskriptif.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Riau karena dijumpai anak-anak yang bekerja dan dipekerjakan oleh orang
tuanya.
3. Populasi dan Sampel
4
Informan pada penelitian ini adalah 5 orang anak dan 8 orang tua yang bekerja
dan mempekerjakan anaknya di Kota Tanjungpinang dengan menggunakan
metode purposive sampling.
4. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara), biasanya distilahkan dengan informan kunci,
yaitu anak-anak pekerja bengkel, penjual koran, penjual kerupuk, buruh
bangunan, dan penjual santan di kota Tanjungpinang.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari Instansi terkait seperti
dari Badan Pusat Statistik Kota (BPS), dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
(Dinsosnaker), Komisi perbedayaan perempuan dan anak (KPPAD) di
Tanjungpinang.
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data pada penelitian ini yang dilakukan yaitu:
a) Observasi
Observasi yang peneliti lakukan ialah berupa pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil
observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
5
pertanyaan, untuk membantu mengerti Ekploitasi orangtua yang mepekerjakan
anak di kota Tanjungpinang, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran
terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Observasi di lakukan di lokasi yang menjadi tempat pekerja anak di kota
Tanjungpinang.
b) Wawancara
Jenis wawancara yang dilakukan wawancara yang tidak terpimpin berupa
wawancara yang tidak terarah dikarena lebih bersifat bebas tidak memerlukan
keterampilan bertanya, dan dapat memelihara kewajaran suasana.
c) Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung
merupakan data sekunder berupa sebuah dokumentasi dalam melakukan
penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Pada penelitian kualitatif, teknik analisa datanya di lakukan terhadap data-
data non angka, seperti hasil wawancara atau catataan laporan, bacaan dari buku-
buku, artikel, dan juga termasuk non tulisan seperti foto, atau film, yang di
gunakan dalam penelitian ini dalah analisis tiga alur kegiatan yang di kemukakan
oleh miles dan hubberman (1992:16) Teknik analisis data pada penelitian tentang
Ekploitasi Orangtua Terhadap anak di Kota Tanjungpinang yaitu:
a) Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan
mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
6
mengkeordinasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga finalnya dapat di
tarik dan diverifikasi.
b) Penyajian Data
Penyajian data dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun
dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dipahami. Menurut Sugiyono
(2015:342), dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami
tersebut. Bentuk penyajian data dalam penelitian ini yaitu bentuk teks yang
bersifat deskriptif
c) Vertifikasi Data
Tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model
interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (dalam Haris Herdiansyah
2010:178). Sebenarnya, hampir semua teknik analisis data kualitatif maupun
analisis kuantitatif selalu berakhir dengan sebuah kesimpulan, dan secara essensial
berisi mengenai uraian dari seluruh subkategori tema yang tercantum pada table
kategori yang sudah terselesaikan disertai dengan hasil dari wawancaranya
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Teori Interaksi Sosial
(Superordinasi dan Subordinasi) dari George Simmel yang didukung dengan
konsepnya yaitu Kesadaran Individu. Sebagai bagian dari masyarakat, interaksi
yang terjadi antara anak-anak yang bekerja dengan orang-orang yang berada di
linkungan tempat mereka bekerja secara umum dapat dikatakan hanya sebatas
hubungan kerja. Salah satu bentuk-bentuk interaksi yang dibicarakan dalam karya
7
Simmel yaitu superordinasi dan subordinasi yang memiliki beragam motif, tujuan,
dan kepentingan (Ritzer & Goodman, 2014 : 177 & 183).
Sebagai keluarga dengan tingkat perekonomian rendah, interaksi yang
terjadi antara orang tua dengan anak-anak disebabkan oleh adanya hubungan
saling ketergantungan antara anak dengan orangtua. Pada satu sisi anak-anak
tergantung kepada orangtua karena dirinya masih membutuhkan perhatian dan
perlindungan dari orangtuanya, sedangkan di sisi yang lain orangtua tergantung
kepada anaknya dengan harapan anak dapat memberikan sumbangan terhadap
pendapatan orangtua sehingga beban orangtua menjadi berkurang.
Interaksi dalam bentuk superordinasi dan subordinasi antara orangtua
dengan anak yang bekerja dilakukan melalui proses pembagian kerja yang tidak
memihak pada kondisi dan hak-hak anak. Anak secara struktural berada pada
posisi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan orangtuanya karena dalam
posisi tertentu ia tidak mampu melawan orang tuanya yang memiliki kekuatan
mental dan fisik yang lebih besar darinya sehingga dalam hal ini anak-anak
terkategori ke dalam posisi subordinat, sedangkan orangtua yang memiliki kuasa
dan kontrol atas anaknya terkategori ke dalam posisi superordinat. Rendahnya
posisi anak tersebut sering di manfaatkan oleh orangtuanya untuk mengikuti
kehendaknya dan mempertahankan dominasi dengan cara melakukan upaya
tertentu agar anak mau bekerja untuk menunjang perekonomian keluarga.
Eksploitasi Anak
Eksploitasi adalah istilah yang mengandung konotasi ketidakadilan untuk
menggambarkan relasi antar kelas dimana suatu pihak secara structural berada
8
pada posisi yang memampukannya untuk mengambil keuntungan dari pihak yang
lain (Outhwaite, 2008 : 302).
Eksploitasi Fisik
Eksploitasi fisik adalah penyalahgunaan tenaga anak untuk dipekerjakan
demi keuntungan orangtuanya atau orang lain seperti menyuruh anak bekerja dan
menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya belum pantas untuk
di jalaninya. Dalam hal ini, anak-anak dipaksa untuk bekerja dengan segenap
tenaganya dan juga mengancam jiwanya, dengan adanya tekanan fisik yang berat
dapat menghambat pertumbuhan fisik anak-anak sehingga mencapai 30%
dikarenakan mereka mengeluarkan tenaga ekstra besar yang merupakan cadangan
stamina yang harus dipertahankan hingga dewasa.
Eksploitasi sosial
Eksploitasi sosial adalah segala bentuk penyalahgunaan ketidakmampuan
seorang anak yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional
anak, seperti kata-kata yang ancaman kepada anak atau menakut-nakuti anak,
penghinaan kepada anak, penolakan terhadap anak, perlakuan negatif pada anak,
mengeluarkan kata-kata tidak senonoh untuk perkembangan emosi anak, memberi
hukuman yang kejam pada anak-anak seperti memasukkan anak pada kamar
gelap, mengurung anak dalam kamar mandi, dan mengikat anak. Pada sektor jasa,
khususnya hotel dan obyek wisata, anak-anak direkrut berdasarkan penampilan
dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Mereka harus
melayani para pelanggan yang pada umumnya orang dewasa, sehingga besar
terjadinya peluang mengalami tekanan batin karena mengalami rayuan-rayuan
seksual.
9
Hak Anak
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, di
lindungi, dan di penuhi oleh orang tua, keluarga, msyarakat, negara, pemerintah,
dan pemerintah daerah
EKPLOITASI ORANG TUA TERHADAP ANAK DIKOTA
TANJUNGPINANG
Permasalahan eksploitasi terhadap anak merupakan permasalahan yang
serius dan jarang disadari karena permasalahan ini dilakukan oleh orang terdekat
anak seperti orang tua dan keluarga anak, sehingga masyarakat dalam
memandang permasalahan anak dianggap permasalahan biasa tidak jarang hanya
mengundang simpati karena permasalahan ini menyangkut ekonomi keluarga
sehingga dalam pandangan masyarakat umum mengganggap hal yang wajar dan
dapat diterima. Padahal jika kita lihat dalam pengertian masalah eksploitasi anak
dalam permasalahannya menujukkan kepada bentuk pemanfaatan anak untuk
kepentingan keluarga atau masyarakat sehingga yang didalamnya mengandung
permasalahan diskrimatif yang menguntungkan salah satu pihak seperti baik dari
segi ekonomi, sosial dan politik tanpa memandang status anak yang statusnya
masih dimasa kanak-kanank (Kurang dari 17 tahun). (Soeharto: 2005).
ketika keterlibatan anak dalam dunia kerja dilakukan secara proporsional
tentunya tidak menimbulkan permasalahan yang serius karena mengikuti aturan
hukum yang berlaku. Oleh karena itu melalui kebijakan UU No 13 Tahun 2003
pemerintah telah menyadari pentingnya memberikan perlindungan kepada tenaga
kerja anak, sehingga mereka terayomi dalam segala kebutuhan nya mulai dari
10
sandang, pangan, papan, pendidikan, fisik, mental dan sosial yang tidak
terganggu dalam masa perkembangannya.
Eksplotasi Fisik Terhadap Anak Di Kota Tanjungpinang
Anak-anak bekerja mereka mendapatkan perlakuan eksploitasi fisik secara
tidak langsung karena dalam memahami prilaku ekspoitasi fisik cendrung orang
memahami harus memiliki goresan luka, memar, pukulan dll. Padahal yang harus
dipahami bahwa eksploitasi fisik telah terjadi ketika orang tua/ masyarakat
memanfaatkan anak untuk bekerja mereka telah digerakkan secara fisik untuk
bekerja tanpa harus menimbulkan luka fisik. Maka orang yang memiliki
kekuasaan terhadap anak tentunya orang tua mereka termotivasi mengerjakan
anak dari awalnya peran anak sebagai pembantu pemasukkan orang tua sekarang
berubah peran sebagai pemasukkan utama dalam keluarga makanya peran ini
pada akhirnya mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahkan mereka merasa
sudah sepantasnya anak bekerja membantu keluarga.
Dalam pemahaman ini eksploitasi fisik terbentuk karena orang tua
memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dalam menekan anak untuk bekerja atau
secara istilah dikenal dengan superordinasi dan anak sebagai pelaku yang disuruh
orang tua untuk bekerja atau dikenal dengan istilah subordinasi karena secara
struktur anak memiliki posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan orang tua
sehingga ia tidak mampu melawan yang memang memiliki kekuatan fisik dan
mental lebih besar dari anak. Rendahnya posisi anak sering dimanfaatkan orang
tua untuk mengikuti kehendaknya dan mempertahankan dominasi struktur
tersebut agar anak mau bekerja dan menunjang perekonomian keluarga.
Walaupun anak memiliki fisik dan mental yang kuat dibandingkan orang tua ada
11
nilai yang muncul dalam diri anak untuk tunduk dan taat kepada orang tua karena
sejak kecil masyarakat kita sudah menanamkan nilai balas budi terhadap orang
tua sehingga nilai tersebut memang telah terinternalisasi dalam diri anak sejak
kecil, sedangkan apabila anak yang tidak mematuhi, menghormati,
membahagianakannya maka anak-anak tersebut dicap sebagai anak durhaka.
permasalahan eksploitasi anak secara sosial memang terjadi dalam bentuk
verbal yang menyerang langsung masalah psikologis anak, sehingga tidak jarang
mereka menjadi tertekan, disamping itu juga eksploitasi sosial juga terjadi
dilingkungan masyarakat terutama dilingkungan pertemanan yang seringkali
mengejek, menghina dan menjatuhkan mereka karena memang anak yang
dipekerjakan terlihat, kemal, kusam dan kotor sehingga tidak jarang sebagian
orang merasa jijik, tetapi disatu sisi bagi mereka yang mempekerjakan anak ini
merasa sebagai daya tarik terhadap pembeli yang ditimbulkan akibat simpati.
KESIMPULAN
Eksploitasi terhadap anak yang dilakukan orang tua memang dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi keluarga, kemiskinan menjadikan mereka tidak punya pilihan
selain bekerja tanpa memandang usia, keluarga mereka yang pecah akibat
perceraian mengandalkan mereka dalam bekerja, ibu mereka yang bekerja belum
mampu memenuhi semua kebutuhan pokok yang ada, dengan upah yang kecil dan
jam kerja yang panjang, pekerja anak belum mendapatkan hak-hak mereka
sebagaimana mestinya melainkan melahirkan eksploitasi walaupun tanpa unsur
kesengajaan dari orang tua.
12
Pekerja anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun yang biasanya
melakukan kegiatan menjual Koran, menjual kerupuk, pekerja bengkel,dan
pekerja bangunan di tempat-tempat umum yang memungkinkan terjadinya
aktifitas pekerjaan tersebut. Ekploitasi orang tua terhadap anak terdapat dua
bentuk, yaitu bentuk ekploitasi fisik, pemahaman dalam eksploitasi fisik itu
sendiri dipahami bukan hanya berkaitan dengan luka fisik yang didapati oleh
anak, tetapi juga dapat dipahami ketika mereka diperintahkan untuk berada dijalan
atau ditempat kerja, diluar batas kewajaran dan kemampuan anak secara sadar
maupun tidak, mereka sudah diperlakukan eksploitasi secara fisik.
Dan bentuk ekploitasi sosial, permasalahan eksploitasi anak secara sosial
memang terjadi dalam bentuk verbal yang menyerang langsung masalah
psikologis anak, sehingga tidak jarang mereka menjadi tertekan, permasalahan
eksploitasi sosial yang diterima oleh anak tidak sepenuhnya karena permasalahan
situasional, seringkali eksploitasi sosial ini muncul terhadap anak karena
permasalahan sosial struktural dalam keluarga akibat dari hubungan dalam
keluarga yang penuh kekerasan. Dalam eksploitasi sosial anak di Tanjungpinang
ini juga sangat terlihat jelas sehingga dapat kita mencontohkan eksploitasi sosial
yang sering diterima anak yang dilakukan oleh ibu sangat berkaitan dengan
peranan bapak sebagai keluarga tidak maksimal, bapak sebagai pengangguran
menjadikan ibu tertekan oleh sikap suami sehingga prilaku tersebut dilampiaskan
terhadap anak.
13
DAFTAR PUSTAKA
A Black James dan Dean J.Champion. 1999. Metode dan masalah penelitian
sosial. . Bandung: PT Repika Aditama.
Karundeng, V. K. 2005. Sosialisasi Penyadaran Isu Traficking. Http://www.
Freelist.Org/Archives/List_Indonesia/03-2005/msg01078.Html.Tanggal
Akses : 5 Mei 2007 .
Ridzer, George Douglas J. Goodman.2014. Teori Sosiologi. Kreasi Wacana
Ridzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadikma Ganda. Jakarta:
PT Raja Grapindo Persada.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penenlitian Sosial. Jakarta: ReFika Aditama.
Suhartono, Edi.2005. Kemiskinan dan perlindungan sosial. Jakarta: Refika
Aditama.
Suryatati, 2011. Profil anak kota tanjungpinang. Tanjungpinang: BP2AKB.
Suharto, K. 2005. Eksploitasi Terhadap Anak & Wanita. Jakarta: CV. Intermedia.
Usman, Akbar. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rahman Astriani 2012 dalam (Bagong, S.1999). Analisis Situasi Pekerja Anak
dan Permasalahan Pendidikan Dasar di Jawa Timur. Surabaya:
Universitas Airlangga Press.
Rahman Astriani 2012. dalam (Hurlock, E. B.1980). Psikologi Perkembangan
Sepanjang Rentan Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Airlangga.
Riyanto, Sigit. 2009, Analisa Peran Masyarakat Tionghoa Dalam Kegiatan
Kemasyarakatan Dikelurahan Kampong Bulang Kecamatan
Tanjungpinang Timut Kota Tanjungpinang. Skripsi: stisipol raja haji
tanjungpinang (11 Hal) tidak dipublikasikan.
Sasmito, 1996, Dalam (Rahmadani, 2013), Latar Belakang Penyebab Anak-anak
Bekerja di Jalanan (Studi8 Orang Anak Jalanan di Kota Tanjungpinang),
Naskah Publikasi, Tanjungpinang: Maritim Raja Ali Haji.
Sugiyono. 2007. Dalam (Dwi Kurnia 2014), fenomena kehidupan anak pekerja
ojek payung di malioboro. Jurusan; Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri, Yogyakarta.
http.//isukepri.com iakses pada 5 April 2015 Jam 14.00
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea/FISIP.pdf diakses 15 november 2013
http://digilib.uinsby.ac.id/344/5/.pdf. diakses pada 12 juli 2015
http://digilib.unila.ac.id/8602/15/.pdf diakses pada 14 agustus 2012 jam 15.00
http://bappeda.kendalkab.go.id/component/content/article/29pemsosbud/87konve
nsi- hak hak-anak-.html).
Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang 2016
UU No. 13 Tahun 2003
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, h.203)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 13 ayat (1)
huruf b
Badan Pusat Statistik Kota (BPS)
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Skripsi Universitas Maritim Raja Ali
Haji Tanjungpinang.
top related