ekonomika pembangunan dari krisis ke krisis
Post on 08-Jun-2015
3.933 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MATA KULIAHEKONOMIKA PEMBANGUNAN
SIGIT PRAMULIAMEP UGM KELAS BAPPENAS
KRISIS DAN GLOBALISASI TEORI PEMBANGUNANDARI KRISIS KE KRISIS
TAHUN 1950-1960, pada awal era demam teori pembangunan, banyak Negara Sedang Berkembang (NSB) yang mengadopsidan mengadaptasi teori-teori pembangunan yang dikemukakan oleh para ekonom barat dalam sistem perekonomian mereka.Negara-negara tersebut langsung menerapkan teori-teori yang menurut mereka cocok diterapkan di negara mereka.Era 1980an, mulai timbul kritik terhadap konsep dan pembangunan tersebut. Asumsi-asumsi dasar yang berdasarkan pengalaman pembangunan dan paradigma negara maju ternyata tidak berjalan dengan baik di NSB, mengingat kondisi dasar NSB jauh lebih rumit dibandingkan kondisi negara maju. Akhir penerapan teori yang dipaksakan tersebut, mengakibatkan kondisi NSB jauh lebih rumit dibanding kondisi semula.Kegagalan Teori Pembangunan pada NSB, mengakibatkan KRISIS.(Kuncoro, 2010)
PENDAHULUAN(Kuncoro,2010: 39-42)
Selain krisis pada teori, selama proses pembangunan juga terjadi krisis dalam proses tersebut. Untuk lebih menyederhanakan, kita akan membagi dunia dalam tiga kategori, yaitu Dunia Pertama, Dunia Kedua, Dunia Ketiga dan krisis yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki corak yang berlainan. (Kuncoro, 2010: 42-43Bank Dunia mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara berdasarkan GNI (Gross National Income atau Produk Nasional Bruto) per kapita, yaitu pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk. klasifikasi negara berdasarkan tingkatan GNI perkapita sebagai berikut:1. Negara berpenghasilan rendah dengan GNI per kapita
kurang/sama dengan US$416.2. Negara berpenghasilan menengah dengan GNI perkapita
antara US$416 sampai US$ 18.9393. Negara berpenghasilan tinggi dengan GNI perkapita US$
18.939 atau lebih (Kuncoro, 2010: 42-43)
KLASIFIKASI NEGARA BERDASARKAN GNI PERKAPITA
Pendapatan per kapita beberapa Negara Dunia
KRISIS DI NEGARA DUNIA PERTAMA (Kuncoro, 2010: 44-45)
1. Negara Dunia pertama adalah negara negara Eropa Barat dan Amerika Utara yang mencapai tahap paling maju dalam pembangunan.
2. Krisis di Negara Dunia Pertama disebabkan kegagalan mereka untuk mencapai welfare state (negara kesejahteraan) yang merupakan tujuan pembangunan dengan harapan dapat mensejahterakan seluruh masyarakatnya.
3. Masalah sosial di Dunia Pertama adalah pengangguran, yang didominasi oleh pengangguran terbuka, sebagian besar merupakan migrasi dari NSB
4. Gerakan neo fasisme, rasisme dan peningkatan kriminalitas dari generasi muda yang frustasi semakin memperparah kondisi sosial tersebut.
5. Dari negara-negara tersebut, hanya Swedia yang kondisinya mendekati ideal kesejahteraan yang menerapakan sosialisme dalam perekonomiannya, dengan upaya penyejahteraan masyarakat secara bersama dengan pengakuan terhadap kepemilikan individu.
6. Hal tersebut sulit diterapkan dinegara dunia pertama lainnya. Permasalahan utama adalah terletak pada ideologi dan sistem politik yang dianut yang berdampak pada sistem ekonomi yang dianut.
7. Krisis lain adalah penurunan percepatan pembangunan negara dunia pertama relatif terhadap negara-negara industri baru
8. Perekonomian negara maju tidak mampu membendung defisit neraca perdagangan mereka terhadap Jepang dan negara industri baru seperti Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong dan Raksasa Ekonomi Baru yaitu China.
KRISIS DI NEGARA DUNIA KEDUA(Kuncoro, 2010: 45-48)
1. Negara Dunia kedua adalah negara negara Eropa Timur dan Amerika Latin/Selatan, namun krisis yang terjadi realtif berbeda.
2. Di Eropa timur, krisis pembangunan terjadi pada dataran ideologis, dengan runtuhnya Uni Soviet menyebabkan peralihan sistem politik dari komunisme/sosialisme menuju perekonomian liberal.
3. Kelemahan mendasar pada sistem komunisme terletak pada cara pandang terhadap yang menganggap kesejahteraan individu adalah derivasi kesejahteraan negara ternyata tidak berjalan dengan baik, dalam jangka panjang malah menimbulkan kelas-kelas baru yang tidak kalah eksploitatif
4. Dalam proses pembangunan negara komunis, aspek politik adalah yang utama dibanding aspek ekonomis, tujuan ekonomis akan tunduk pada tujuan politis dan sumberdaya pembangunan terkuras untuk penyebaran ideologis
5. Batas kemampuan dukungan akhirnya membawa keserasahan masyarakat terhadap kelembagaan yang ada yang mengarah pada kemunculan hasrat masyarakat untuk merubah sistem politik dan ekonomi.
6. Krisis di Amerika Latin disebabkan salah urus (miss management) utang luar negerinya yang sebagian besar digunakan untuk pembelian barang mewah, impor persenjataan, praktik korupsi serta pengalihan modal ke luar negeri.
7. Perekonomian di kawasan tersebut cenderung jalan ditempat, dan tidak lebih baik dari negara industri baru Asia, tingkat inflasi juga termasuk yang tertinggi di dunia yang menimbulkan suasana tidak kondusif terhadap iklim investasi.
8. Krisis pembangunan ini kemudian melahirkan teori dependensia, yaitu pemberian bantuan dari negara maju kepada NSB, yang pada akhirnya justru meningkatkan ketergantungan NSB.
9. Sistem perekenomian yang banyak dianut oleh NSB lebih bersifat Eurosentris yang cenderung merujuk pada pandangan kaum Neo Klasik yang menentang agar campur tangan pemerintah dalam perekonomian diminimalkan, karena akan menyebabkan distorsi pasar.
KRISIS DI NEGARA DUNIA KETIGA(Kuncoro, 2010: 48-49)
1. Negara Dunia Ketiga adalah sebagian besar negara-negara Afrika dan Asia.
2. Krisis yang terjadi di wilayah ini memiliki perbedaan mendasar dibandingkan krisis pembangunan di belahan dunia lain.
3. Ada dua pola krisis yang terjadi di wilayah ini, yaitu yang terjadi di Asia dan Afrika, krisis pembangunan yang terjadi bermuara pada masalah kelaparan. Konsentrasi terbesar penduduk miskin dan lapar berada di Afrika Bagian Selatan dan Asia Bagian Selatan.
4. Kondisi diatas diperparah dengan masalah dan konflik antar etnis yang sering menjadi pemicu peperangan di antar suku di afrika. Kelaparan yang terjadi secara simultan ditambah dengan krisis etnis menambah permasalahan pembangunan menjadi semakin sulit dipecahkan
5. Di Asia, krisis etnis merupakan masalah potensia yang sewaktu-waktu dapat terjadi, karena di beberapa kawasan Asia pertentangan etnis sangat mewarnai perkembangan di benua tersebut. Dominasi ras kulit kuning dalam perekonomian Asia nampaknya juga akan menjadi masalah potensial di masa yang akan datang.
KRISIS KEUANGAN GLOBAL 2008(Kuncoro, 2010: 49-55)
1. Krisis pada tahun 2008, memberi pelajaran bahwa kapitalisme global juga rentan terhadap krisis. Perusahaan – perusahaan besar di Amerika Serikat dan Eropa banyak yang kolaps, seperti Lehman Brothers. IHSG dan nilai kurs merosot drastis, membuktikan dampak penularan krisis sangat cepat menjalar keseluruh dunia, tak terkecuali Indonesia
2. Menurut IMF, sekitar 1 % penurunan pertumbuhan ekonomi di AS, akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Asia sebesar 0,5 – 1%. Perekonomian global, diperkirakan akan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,4 %.
3. Krisis yang terjadi di AS berakar pada besarnya kucuran kredit ke sektor perumahan, kemudahan memiliki rumah bahkan oleh masyarakat yang tidak memiliki kemampuan. Mereka adalah orang dengan latar belakang non-income non-job non-activity (NINJA) yang tidak mempunyai kekuatan ekonomi un-tuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam.
4. Negara di Asia Tenggara diperkirakan akan mengalami tekanan yang paling parah akibat perlambatan ekonomi yang terjadi di AS.
KRONOLOGIS KRISIS GLOBAL 2008
(Depkominfo,2008)
1. sebelum krisis, Ekonomi Indonesia bertumbuh sangat pesat. Pendapatan per kapita meningkat menjadi 2x lipat antara 1990 dan 1997. Perkembangan ini didukung oleh suatu kebijakan moneter yang stabil, dengan tingkat inflasi dan bunga yang rendah, dengan tingkat perkembangan nilai tukar mata uang yang terkendali rendah, dengan APBN yang Berimbang. Kesuksesan ini menimbulkan di satu pihak suatu optimisme yang luar biasa dan di lain pihak keteledoran yang tidak tanggung-tanggung. (Dari berbagai sumber, 2011)
2. Krisis moneter berawal dari kebijakan Pemerintah Thailand untuk mengambangkan mata uang Thailand “Bath” terhadap Dollar US. Selama itu mata uang Bath dan Dollar US dikaitkan satu sama lain dengan suatu kurs yang tetap. Devaluasi mendadak dari “Bath” ini menimbulkan tekanan terhadap mata-mata uang Negara ASEAN dan menjalarlah tekanan devaluasi di wilayah ini. (Kuncoro, 2010)
3. Dimensi krisis Tahun 1998 di Indonesia ternyata paling parah dibandingkan enam negara asia lainnya. Krisis tersebut juga merambat pada krisis sosial dan krisis politik, sehingga pada saat itu, indonesia mengalami kristal (krisis total) (Kuncoro, 2010:50)
KRISIS EKONOMI ASIA TENGGARA 1998
FAKTOR PEMICU KRISIS EKONOMI 1998 DI INDONESIA
1. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam2. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka
pendek, telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan”. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut.
3. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas berapapun jumlahnya.
4. Terjadi krisis kepercayaan dan kepanikan yang menyebabkan masyarakat luas menyerbu membeli dollar AS agar nilai kekayaan tidak merosot dan malah bisa menarik keuntungan dari merosotnya nilai tukar rupiah. Terjadilah snowball effect, di mana serbuan terhadap dollar AS makin lama makin besar. Orang-orang kaya Indonesia, baik pejabat pribumi dan etnis Cina, sudah sejak tahun lalu bersiap-siap menyelamatkan harta kekayaannya ke luar negeri mengantisipasi ketidak stabilan politik dalam negeri.
(Diolah dari berbagai sumber, 2011)
Krisis Ekonomi 1998 dan Krisis Ekonomi Global 2008 di
Indonesia Persamaan
1. Kedua krisis tersebut merupakan konsekuensi adanya ekonomi global, karena adanya saling ketergantungan ekonomi dan finansial antar negara;
2. Dampak krisis akan mengakibatkan turunnya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing;
3. Dampak krisis akan berimbas kepada sektor ekonomi yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat
Perbedaan1. krisis ekonomi tahun 1998 bersifat multidimensional yaitu krisis
ekonomi, politik, sosial, ideologi, pertahanan dan keamanan sedang krisis global lebih cenderung pada krisis finansial dan ekonomi;
2. Krisis ekonomi berawal dari krisis mata uang Bath-Thailand sedangkan krisis global berawal dari macetnya Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Sub Prime di Amerika Serikat;
3. Krisis ekonomi tahun 1998 berimbas pada tindakan anarkisme masyarakat sedangkan krisis global tidak;
4. Krisis ekonomi menyebabkan rakyat menuntut pergantian kepemimpinan, sedangkan krisis global tidak.
Purwantini, 2008
KEBIJAKAN BERBAGAI NEGARA DALAM MENGATASI KRISIS
GLOBAL
Amerika SerikatMemberikan dana talangan (bailout) sebesar USD700 miliar. Dana ini ditujukan untuk menyelamat-kan institusi keuangan dan perbankan demi mencegah krisis ekonomi yang berkepanjangan. Bailout dilakukan dalam bentuk pembelian surat utang subprime mort-gage yang macet dari investor. Langkah berikutnya adalah menurunkan suku bunga 0,5 persen menjadi 1,5 persen. Hal tersebut dilakukan agar dana-dana masyarakat tidak mengendap di bank dan bisa meng-gerakkan sektor riil.Pemerintah juga berjanji membeli surat berharga jangka pendek USD900 miliar, Serta mengumumkan rencana radikal untuk menutup sejumlah besar utang jangka pendek yang bertujuan menciptakan terobosan dalam kemacetan kredit yang mengakibatkan krisis finansial global.(Depkominfo, 2008 : 17)
KAWASAN EROPA(Depkominfo, 2008:17-20)
Islandia Nasionalisasi Bank Glitnir yang bangkrut. Mengganti Dewan Direksi Lands-banki, bank terbesar di
Islandia yang juga mengalami kebangkrutan serta memberikan suntikan dana pada bank-bank bermasalah.
Mematok kurs Krona Eslandia setara dengan 131 Krona per Eur 1.
Rusia memberikan suntikan dana USD 37 miliar ke bank-bank besar Islandia, Swedia ikut turun tangan memberikan sun-tikan dana sebesar USD 702 juta.
Inggris Menurunkan suku bunga 0,5 persen menjadi 4,5 persen. Merekapitalisasi Santander, Barclays, HBOS, HSBC, Lloyds
TSB Menjamin utang berupa surat berharga berjangka pendek dengan
nilai USD 250 miliar untuk jangka menengah. Bank of England juga menyediakan GBR 200 mil-iar (200 miliar
poundsterling) untuk pinjaman jangka pendek perbankan.
Rusia Menutup bursa saham untuk membendung kepanikan
investor akibat penurunan indeks saham, dan meminjamkan dana sebesar USD 37 miliar kepada bank-bank besar.
Memberikan suntikan dana 500 miliar rubel kepada Sberbank. Menyerukan pertemuan G-8 dan meminta keterlibatan Cina
dalam melakukan upaya bersama untuk menga-tasi krisis.
Uni Eropa Para menteri keuangan 27 negara anggota Uni Eropa
melakukan pertemuan untuk membahas jumlah simpanan maksimum yang akan mendapatkan jaminan pemerintah.
Pembahasan dikhususkan untuk memastikan peningkatan jumlah simpanan yang dijamin oleh negara masing-masing.
Menurunkan suku bunga Bank Sentral Eropa dari 0,5 persen menjadi 3,75 persen.
(Depkominfo, 2008:17-20)
KRISIS YUNANI 2011(Kompas, 4 Nop 2011)
Langkah penyelamatan Uni Eropa dan IMF memberikan dana talangan 110 milliar
euro pada Mei 2011 dan 130 milliar euro pada oktober 2011 Bank Central Eropa menghentiikan jumlah minimal obligasi
Yunani. Memangkas tunjangan Pegawai Negeri.
Dampak terhadap Indonesia Melemahnya IHSG pada Agustus dan September 2011. Ekspor nonmigas pada Juli 2011 turun 7,93 % dibanding Juni
2011Kesiapan Indonesia Kekuatan pasar domestik bisa menjamin pertumbuhan ekonomi
4-5% Sektor finansial memiliki rasio keccukupan modal yang lebih
baik dibandingkan saat krisis 1998 Melakukan diversifikasi ekspor, dan membidik pasar ekspor
baru Cadangan devisa mencapai USD 114 milliar, lebih baik
dibanding krisis 1998 dan 2008.
KAWASAN ASIA PASIFIK(Depkominfo, 2010 :20)
China People’s Bank of China (PBOC) menurunkan suku bunga dari 7,2
persen menjadi 6,93 persen. Membantu AS dalam mengatasi krisis.
Korea Selatan Meminta Ahliekonomi menyiapkan rencana-rencana darurat
dalam mengantisipasi dampak terburuk krisis keuangan AS Meminta otoritas perbankan menjamin kebutuhan dana perusahaan
lokal, termasuk kebutuhan terhadap dolar AS.
Thailand Penurunan bea masuk impor Peningkatan keyakinan konsumen Penurunan pajak korporasi
Australia Bank Sentral Australia menurunkan suku bunga menjadi 6
persen untuk melonggarkan likuiditas yang mulai terasa kurang di sistem perbankan Australia.
(Depkominfo, 2008)
DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL
DI INDONESIA
Depresiasi terhadap mata uang dolar AS apabila melihat kondisi Rupiah dibandingkan yang lainnya masih menunjukkan kondisi
yang lebih baik. Kerugian pada sebagian kecil investor yang memiliki exposure
atas aset-aset yang terkait langsung dengan institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang bermasalah
Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, inves-tor, dan pasar terhadap berbagai institusi keuangan yang ada.
Flight to quality Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor
Indonesia tanpa diimbangi peredaman laju impor secara signifikan akan menyebabkan defisit perdagangan yang semakin melebar dalam beberapa waktu mendatang.
Defisit perdagangan tersebut akan menyulitkan penggalangan capital inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit itu sendiri seiring dengan keringnya likuiditas pasar keuangan global.
(Depkominfo, 2008)
KURS RUPIAH TERHADAP USD DAN IHSG PERIODE JANURI 2008 – MEI 2009
Sumber : Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber daya 2009
PERKEMBANGAN EKSPORTAHUN 2006-2010 DALAM JUTA USD
Sumber : www.kemendag.go.id
BPS Laporan Data Bulanan Sosial Ekonomi, Edisi 17, Oktober 2011
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI KRISIS
KEUANGAN GLOBAL
Kepastian Hukum dan Jaminan InvestasiMengutamakan proteksi rakyat kecil, memastikan ketersediaan kebutuhan sehari-hari, biaya kesehatan, pendidikan dan layanan publik lainnya agar tidak mengalami gangguan
Perkuat dan Jaga Ketahanan Sektor Riil Mendorong sektor swasta untuk meningkatkan pertumbuhan usaha ber-basis industri manufaktur sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. melindungi industri dalam negeri dari membanjirnya produk luar dengan membatasi laju impor serta meningkatkan pengamanan pasar domestik dari produk impor ilegal
Stabilisasi Moneter Memperkuat likuiditas sektor perbankan, menjaga pertumbuhan kredit pada tingkat yang sesuai untuk mendukung target pertumbu-han ekonomi, dan mengambil kebijakan neraca pembayaran. (Depkominfo, 2008)
KESIMPULAN
Tidak ada sistem ekonomi yang benar-benar tangguh didunia ini, semua sistem perekonomian juga rentan terhadap krisis.
Sistem perekonomian yang dianut suatu negara, berkaitan dengan ideologi yang dianut.
Asumsi-asumsi dasar yang berdasarkan pengalaman pembangunan dan paradigma negara maju ternyata tidak bisa diterpkan secara utuh pada negara NSB, mengingat kondisi dasar NSB jauh lebih rumit dibandingkan kondisi negara maju.
Jika sebuah negara besar dan maju mengalami krisis, jika tidak segera ditangani, akan menyebabkan krisis ekonomi global
Secara fundamental, perekonomian Indonesia sudah lebih siap dalam menghadapi krisis keuangan global 2008, dibandingkan krisis pada 1998.
DAFTAR PUSTAKA
www.bps.go.id
http://www.kemendag.go.id
Kompas, 4 Nopember 2011
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah,Kebijakan dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta:Erlangga.
Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber daya Vol 10, No.1, Juni 2009
Depkominfo,2008. MEMAHAMI KRISIS KEUANGAN GLOBAL
Bagaimana Harus Bersikap. Jakarta : Badan Informasi Publik, Depkominfo.
Purwanti. 2008. Studi Komparasi Krisis Ekonomi Tahun 1998 dengan Krisis Global 2008 di Indonesia. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta.
top related