efektifitas serikat pekerja
Post on 30-Nov-2015
23 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Nama : Yanuar Dwi Anggara
NIM : E0010356
Kelas : A
EFEKTIVITAS SERIKAT PEKERJA DI INDONESIA
Para elite serikat buruh harus mengembalikan efektivitas gerakan kolektif dalam
memperjuangkan hak-hak buruh yang kini semakin tidak sejahtera. Jumlah anggota yang
banyak dan aktif dalam berserikat merupakan modal utama gerakan buruh dalam
bernegosiasi, baik dengan pengusaha maupun pemerintah.
Gerakan-gerakan buruh kini cenderung kewalahan menghadapi tekanan kapitalisme
yang membawa semangat pasar kerja fleksibel. Jumlah pekerja tetap kian merosot dan
digantikan oleh buruh kontrak dengan masa depan kerja yang tidak pasti.
Saat ini di Indonesia masih sangat minim sekali adanya kesadaran para pekerja untuk
membentuk suatu kepengurusan dalam suatu serikat pekerja, malah disebagian perusahan
sengaja memasukan oang- orang yang mempunyai jabatan kedalam kepengurusan suatu
serikat buruh / pekerja tersebut, sehingga hal ini dapat memanipulasi perjanjian-perjanjian
yang seharusnya dapat membatasi kesewenang-wenangan antara pengusaha dan pekerja
tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.
Dampak yang paling terasa pada buruh kini semakin tak berdaya menghadapi
kebijakan-kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada investor. Kelemahan pemerintah
dalam hal penyediaan infrastruktur, energi, dan pemberantasan korupsi malah ditimpakan
dengan menciptakan kebijakan yang membuat kesejahteraan buruh semakin merosot. "Gaji
buruh sejak zaman kuli kontrak sampai sekarang tidak pernah membuat mereka sejahtera.
hanya bisa sampai pada batas-batas mereka tetap hidup,
upah minimum bagi buruh industri garmen yang berlaku di sebagian wilayah
Indonesia hanya mampu memenuhi 62,4 persen kebutuhan hidup mereka. Kondisi ini
membuat buruh harus bekerja ekstra keras, apakah dengan lembur atau mencari kerja
sampingan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem kerja kontrak yang semakin
meluas juga merugikan buruh.
Jangankan memikirkan serikat buruh / pekerja, mimikirkan pemenuhan kebutuhan
mereka sendiri saja masi dirasa sangat jauh dari cukup. Hal ini mengakibatkan keapatisan
para pekerja terhadap serikat pekerja itu sendiri.
Para pencari kerja harus membayar minimal Rp 1 juta kepada perusahaan pemasok
buruh kontrak agar dapat segera disalurkan ke perusahaan mitra yang memberikan pekerjaan.
Jumlah pengusaha yang memakai pekerja kontrak kini kian meningkat untuk menekan biaya.
Pengusaha yang memakai jasa buruh kontrak hanya membayar 40 persen dari biaya upah
pekerja tetap. Kondisi ini sangat merugikan buruh. Apalagi ditambah pengawasan yang
lemah telah memicu pertumbuhan porsi buruh kontrak yang luar biasa dibanding pekerja
tetap.
Persoalan lain adalah semakin rendahnya kesadaran pekerja untuk aktif berserikat
walau tingkat pendidikan mereka saat ini jauh lebih baik dibandingkan pekerja 10 tahun lalu.
Hal ini merupakan tantangan serikat buruh untuk menarik minat mereka berserikat.
Seharusnya dalam suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha terdapat kontrak
yang memuat pasal bahwasanya pekerja merupakan bagian dari suatu perusahan, apabila
keseimbangan tersebut terganggu maka akan mempengaruhu pula system produksi yang
dihasilkan. Tidak boleh diberlakukan semena-mena. Seharusnya perusahan sadar hal tersebut
betapa pentingnya posisi pekerja dalam suatu perusahaan.
top related