efektifitas pembelajaran fisika di sltp pada pokok … · 2018. 4. 10. · metode...
Post on 17-Mar-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Ari Purwadi NIM : 021424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Ari Purwadi NIM : 021424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
i
SEKRIPSI
ii
SKRIPSI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP
PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY-TERBIMBING
PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN
Dipersembahkan dan ditulis oleh :
Ari Purwadi
NIM : 021424016
Talah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 24 Juli 2009
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda tanggan
Ketua : Drs. Domi Severinus, M.Si …………………
Sekretaris : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd …………………
Anggota : 1. Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M.Pd …………………
2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd …………………
3. Drs. Domi Severinus, M.Si …………………
Yogyakarta 24 Juli 2009
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak membuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan
daftar pustaka sbagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 09 Juni 2009
Penulis
Ari Purwadi
iv
v
ABSTRAK
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP
PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertama, apakah ada perbedaan
pada tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; kedua, untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang kalor; ketiga, untuk mengetahui
seberapa besar tingkat minat siswa terhadap pembelajaran fisika.
Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Kristen 1 Klaten pada tanggal 14-23
April 2009 dengan mengambil sempel 32 siswa dari kelas VIIA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keterlibatan siswa secara
individual keterlibatan menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan lebih banyak
dibandingkan dengan keterlibatan mengajukan pertanyaan dan pada tingkat
keterlibatan siswa secara klasikal tidak ada perbedaan, selain itu hasil penelitian
menunjukan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing
sangat efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep kalor. Dan pada
hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang mendapatkan nilai baik lebih banyak
dibandingkan siswa yang mendapat nilai kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan prestasi belajar fisika dengan menggunakan metode Discovery-
Terbimbing. Selain itu diperoleh bahwa minat belajar fisika siswa mengalami
vi
peningkatan yang cukup tinggi. Hanya 37,5% siswa yang tergolong kurang berminat
dan selebihnya tergolong siswa yang berminat dan sangat berminat.
vii
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF PHYSICS LEARNING IN JUNIOR SECONDARY
SCHOOL ON THE SUBJECT MATTER OF HEAT
BY MEANS OF GUIDED-DISCOVERY METHOD AT
THE SLTP KRISTEN 1 KLATEN
This research aimed at finding out, first, whether any different in student
involvement in learning-teaching activity; second, to know the students’
comprehension on subject matter heat; third, to know the students interest on the
physics learning.
This research was implemented in SLTP Kristen 1 Klaten from 14 to 23 of
April 2009 with total samples 32 students derived from class VIIA.
The research’s result proved that student individually involve in answering
questions and completing the exercise problems more often that their involvement in
asking each student’s questions, while classically there was no different in their
involvement. Additionally, the research suggesting that guided-discovery method was
very effective in increasing students’ comprehension on heat concept. In the post-test
study, more students got good mark than students who got lower mark. These results
suggesting that there were increasing in students’ learning achievement by using the
guided-discovery method. Moreover, students interest in learning physics was
viii
increasing. Only 37 percents student include in less interest group and the rest
students were included in interest and very interest groups.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-
Nya yang telah diberikan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP PADA
POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DISCOVERY-TERBIMBING PADA SLTP KRISTEN 1 KLATEN” yang
disusun guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
dalam penulisan dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat
bimbingan, saran dan nasehat yang bermanfaat dari berbagai pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing saya dengan baik dan mau menerima saya dengan segala
kerendahan hati membantu saya dan membimbing saya dalam penulisan
skripsi ini.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, Ed.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
x
3. Bapak Drs Sunto Hadori selaku kepala sekolah SLTP Kristen 1 Klaten
yang telah membantu dalam memeberikan ijin penelitian.
4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang telah
memberikan bekal ilmu kepada saya.
5. Bapak Sunarjo dan bapak Sugeng sebagai Staf Tata Usaha Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah
membantu dalam perijinan.
6. Ibu Istineng Tyas selaku guru bidang studi Fisika Di SLTP Kristen 1
Klaten yang dengan senang hati membantu penelitian ini.
7. Kepada siswa SLTP Kristen 1 kelas VIIA yang telah membantu dan rela
sebagai subyek penelitian.
8. Bapak dan Ibu Mardiman atas doa, kasih sayang, perhatian dukungan,
dorongan, semangat dan biaya yang tiada henti hingga semua ini dapat
selesai.
9. Kepada Fransiska Dyah Susanti/soulmateku yang selalu mendoakan
aku sehingga aku mampu melewatinya.
10. Sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan moral dan material
kepadaku: mbak Ika, Andre, Krisna, Era, Lepek, Wawan, Osnita, kodok,
dan teman-teman seangkatanku yang selalu memberiku dukungan.
xi
11. Segenap keluarga Bapak Petrus Sugito yang selalu menyemangati aku
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pembelajaran, sekalipun penulis menyadari ketidak sempurnaan
skripsi ini.
Yogyakarta, Juli 2009
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….............. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………… ... ii
HALAMAN PENGESAAN ……………………………………………….... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...... iv
ABSTRAK………………………………………………............................... v
ABSTRACT ………………………………………………............................ vii
KATA PENGANTAR ………………………..……………………………... ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………....... xii
DAFTAR TABEL……………………………………….…………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………........ 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………....................................... 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 4
xiii
BAB II DASAR TEORI ………………………………………………………... 6
A. Hakikat Pembelajaran ..….……………........…………………………… 6
B. Minat Belajar Fisika ……....….…………….…………………………… 8
C. Pembelajaran Yang Efektif…….. …………………….………………… 11
D. Kalor ………………………….……………………………………….... 12
1. Pengertian Kalor………………………………………………........ 12
2. Perpindahan Kalor ……………………….…...……………………. 12
E. Discovery-Terbimbing …………...……………………………………… 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….. 17
A. JENIS PENELITIAN ………………………………………………….. 17
B. WAKTU DAN TEMPAT …………..………………………………….. 17
C. POPULASI DAN SAMPEL …………..………………………………. 17
D. PENGAMBILAN SAMPEL…………………………………………… 17
E. INTRUMEN PENELITIAN ……………………………………............ 18
F. METODE ANALISIS DATA ………………………………………..... 23
1. Analisis Efektivitas Keterlibatan Siswa ……………................ 23
2. Analisis Efektivitas Hasil Belajar Siswa ……………………... 28
3. Analisis Efektivitas Minat Siswa …………………………….. 29
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ….…………………………………… 32
A. HASIL ANALISIS DATA ……………….......…................................ 32
1. Keterlibatan Siswa …………………..………………………….. 32
2. Hasil Belajar Siswa…….... ……………………………………... 36
3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika…………………….. 37
B. PEMBAHASAN……………………………………………………... 39
1. Keterlibatan Siswa ……………………………………………… 39
2. Hasil Belajar Siswa ……………………………...…………….... 39
4. Kuesioner Minat.…………….…….…………………………….. 41
BAB V PENUTUP……………………………………………………………... 42
A. KESIMPULAN ………….…………………………………………… 42
B. SARAN …………….……………………………………………….... 43
DAFTAR PUSTAKA ………….……………………………............................. 44
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Lembar Observasi .…….…………………………………............ 21
Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa dari Data LKS … 22
Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual …………………………. 24
Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa ……………………….. 25
Tabel 5. Keterlibatan Setiap Siswa Menurut Hasil Kerja Siswa dalm LKS 26
Tabel 6. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Aspek
Menjawab Pertanyaan ………………………………….............. 27
Tabel 7. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Seluruh Siswa Pada Setiap
Aspek Keterlibatan Menjawab Pertanyaan .................................. 27
Tabel 8. Kualifikasi Pemahaman Setiap Konsep ....................................... 28
Tabel 9. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
Dengan Menggunakan metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok
Bahasan Kalor ………………………………………………… 31
Tabel 10. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual …………………… 33
Tabel 11. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab
Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa……………………… 34
Tabel 12. Disteribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab
Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa………………………… 34
xvi
Tabel 13. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab
Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa………………………… 35
Tabel 14. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data
Hasil Percobaan ……………….………………………….............. 35
Tabel 15. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan
Data Hasil Percobaan …………………………………………… 36
Tabel 16. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan
Data Hasil Percobaan …………………………………………… 36
Tabel 17. Data Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan
Kalor……………………………………………………………… 37
Tebel 18. Distribusi Skor Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran
Fisika …………………………………………………………….. 38
Table 19 Jumlah Siswa dan Untuk Prosentase Untuk Setiap Tingkat Minat
Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika.…………………………… 38
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Keterlibatan Siswa Secara Individual……………………. 46
Lampiran 2 Data Keterlibatan Semua Siswa Pada Aspek Keterlibatan Menjawab
Pertanyaan Selama Percobaan…………………………………. 47
Lampiran 3 Data Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data…… 48
Lampiran 4 Data Nilai Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan
Kalor……………………..…………………………………….. 49
Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Fisika Pada Pokok
Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery-Terbimbing .…........ 51
Lampiran 6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran …………………….….. 53
Lampiran 7 Contoh Lembar Kegiatan Siswa..……………………………… 59
Lampiran 8 Hand Out………………………………………………………. 67
Lampiran 9 Lmbar Kegiatan Siswa………………..……………………….. 70
Lampiran 10 Soal Pre-test dan Post-Test…………………………………….. 79
Lampiran 11 Contoh Hasil Soal Pre-Test dan Post-Test …...………………... 82
Lampiran 12 Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika............... 90
Lampiran 13 Contoh Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran
Fisika..................................................................................................................... 94
Lampiran 14 Rincian Kegiatan ......................................................................... 96
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam aktifitas belajar mengajar di tingkat pendidikan Sekolah Dasar maupun di
tingkat Sekolah Menengah Atas masih banyak guru cenderung menggunakan metode
yang kurang bervariasi untuk pengajaran sains. Salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode atau cara guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru sering mengajarkan sains (IPA) secara
abstrak dan matematis. Dalam pengajaran guru kurang maksimal dalam
menggunakan alat-alat peraga. Keadaan tersebut membuat siswa menjadi bosan
sehingga tidak menyukai pelajaran sains dan beranggapan bahwa pelajaran fisika
(sains) itu sulit. Proses belajar akan terjadi apabila ada aktifitas belajar dari murid
karena belajar adalah merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari pada
suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu (Paul Suparno, 2002).
Proses belajar mengajar adalah merupakan aktifitas yang melibatkan dua pihak
yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai yang terdidik, tetapi hasil belajar yang
utama harus dirasakan oleh siswa sendiri maka tugas guru disini lebih sebagai
fasilitator yang memberikan bimbingan kepada siswa atau anak didik untuk berproses
dan bukan sebagai sumber informasi yang mendominasi kegiatan.
Pembelajaran sains akan lebih menarik apabila menggunakan cara atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu metode
1
2
tersebut adalah metode Discovery. Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar
yang menitikberatkan studi individual, memanipulasi objek-objek dan eksperimentasi
oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.
Dengan kata lain discovery terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam
menggunakan proses mentalnya (misalnya mengamati, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik kesimpulan) untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Pembelajaran dengan metode discovery adalah pembelajaran yang didasari oleh
konstruktivistik. Konstruktivistik adalah pembelajaran dimana siswa membangun
sendiri pengetahuannya melalui serangkaian interaksi dengan guru, teman, dan
lingkungannya. Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang dilandasi
filsafat konstruktifistik yaitu salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan seseorang merupakan hasil konstruksinya sendiri. Inti dari
pembelajaran konstruktivistik adalah keterlibatan siswa secara berkesinambungan
dalam kegiatan yang relevan dalam membangun pengetahuan (Paul Suparno, 1997),
dan seperti yang diungkapkan dalam buku Bruner (1960) yang dikutip oleh
Winataputra The Process of Education, menjelaskan tentang kegiatan belajar dengan
proses menemukan sendiri (discovery learning). Menurutnya selama kegiatan belajar
berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari/menemukan sendiri makna segala
sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberi kesempatan berperan sebagai pemecah
masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep
dalam bahasanya sendiri (Udin Winataputra dan Tita Rosita, 1995 : 154).
3
Salah satu cara yang dapat melibatkan siswa dalam proses membangun
pengetahuan adalah pembelajaran dengan metode Discovery, dimana metode
Discovery merupakan metode yang dapat diterapkan di SD, SLTP, SLTA maupun
diperguruan tinggi. Metode ini digunakan untuk penelitian di SLTP pada kelas
VII yang materi pembelajaran dibatasi pada materi pokok kalor, oleh sebab itu
judul penelitian ini adalah “EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SLTP
PADA POKOK BAHASAN KALOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DISCOVERY-TERBIMBING “
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap pembelajaran fisika di
SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?
2. Bagaimana pemahaman konsep siswa dari pembelajaran fisika pada pokok
bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?
3. Bagaimana minat atau sikap siswa terhadap pembelajaran fisika di SLTP
pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing?
4
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas keterlibatan siswa terhadap
pembelajaran fisika di SLTP pada pokok bahasan kalor dengan metode
Discovery-Terbimbing.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman konsep siswa pada pokok
bahasan Kalor setelah pembelajaran dengan metode Discovery-Terbimbing.
3. Untuk mengetahui bagaimana minat atau sikap siswa terhadap pembelajaran
fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Guru
Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan guru dalam
meningkatkan kreatifitas dan motivasi dalam belajar melalui metode yang
menarik dan diharapkan pembelajaran menjadi lebih baik.
2. Bagi Siswa
Dengan pembelajaran menggunakan metode Discovery-Terbimbing
peneliti berharap siswa dapat menggunakan alat-alat sederhana dan berani
mengungkapkan gagasannya atau ide-idenya.
3. Bagi Peneliti
Peneliti menjadi lebih memahami pembelajaran fisika di SLTP dengan
metode Discovery Terbimbing, termasuk mengetahui efektifitas, minat dan
5
pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran dengan metode Discovery-
Terbimbing.
6
BAB II
DASAR TEORI
A. HAKEKAT PEMBELAJARAN
1. Pengertian Belajar
Proses belajar merupakan proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian
yang sudah dimiliki seseorang. Belajar adalah suatu proses perubahan sikap
dan tingkah laku setelah terjadi interaksi dengan sumber belajar. Sumber
belajar dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.
Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik mereka berada di sekolah
maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin syah, 1995:88).
Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, namun tidak sembarang di
lingkungan menjamin adanya proses belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan
yang aktif, dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar
mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari.
Menurut W.S Winkel (1987:36) belajar adalah suatu aktifitas mental
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkam perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas.
6
7
Beberapa prinsip belajar antara lain (1) belajar harus berorientasi pada
tujuan, (2) belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi
permasalahan, (3) belajar dengan pengertian akan lebih bermakna dari pada
belajar dengan hafalan, (4) belajar merupakan proses yang berkelanjutan, (5)
belajar memerlukan kemauan yang kuat, (6) keberhasilan belajar ditentukan
banyak faktor, (7) belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada
belajar secara terbagi-bagi, (8) belajar memerlukan adanya kesesuaian antara
guru dan murid, (9) belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap inti
sari pelajaran itu sendiri.
2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang ditekankan pada kegiatan siswa dan
proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang kegiatannya
didominasi oleh siswa. Jadi yang ditekankan bukan terutama pada guru
mengajar tetapi bagaimana guru menciptakan situasi, merancang kegiatan,
membimbing, dan mengarahkan.
Jadi dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator dan
mediator. Menurut Suparno (1996:14) fungsi guru sebagai mediator dan
fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas antara lain (1) menyediakan
pengalaman belajar yang memungkinkan murid mengambil tanggung jawab
dalam membuat desain, proses, dan penelitian, (2) guru menyediakan atau
memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginan murid dan
membantu mereka untuk mengekpresikan gagasan-gagasannya dan
8
mengkomunikasikan ide ilmiahnya, (3) menyediakan sarana yang merangsang
berfikir siswa secara produktif, (4) menyediakan kesempatan dan pengalaman
yang paling mendukung belajar siswa, (5) menyemangati siswa dan
menyediakan pengalaman konflik, (6) memonitor, mengevaluasi dan
menunjukan apakah pemikiran siswa itu berjalan atau tidak, (7) guru
menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid itu berlaku
untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan, (8) guru membantu dalam
mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.
B. MINAT BELAJAR FISIKA
1. Pengertian Minat
Menurut Winkel, yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan
yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang – bidang tertentu dan
merasa senang berkecimpung di dalamnya.
Minat berhubungan dengan perasaan. Perasaan merupakan faktor
psikis yang non-intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat dan
gairah belajar. Melalui perasaannya siswa mengadakan penilaian yang agak
spontan terhadap pengalaman–pengalaman belajar di sekolah. Perasaan
senang akan menimbulkan minat yang diperkuat dengan sikap yang positif.
Dari ketiganya mana yang timbul terlebih dahulu sukar ditentukan dengan
pasti. Mungkin berlaku urutan psikologis, yaitu perasaan senang
9
menimbulkan sikap positif dan sikap positif menimbulkan minat. Jadi ada
hubungan erat antara motivasi intrinsik, minat, dan perasaan senang.
Karena minat tumbuh bila perasaan siswa senang, maka guru harus
dapat membuat siswa merasa senang dalam belajar, misalnya dengan cara
sebagai berikuit:
a. Membina hubungan akrab dengan siswa namun tidak bertingkah seperti
anak remaja.
b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun juga tidak
terlalu mudah.
c. Menggunakan alat–alat pelajaran yang menunjang proses belajar
mengajar.
d. Bervariasi cara mengajarnya namun tidak berganti – ganti metode
sehingga siswa menjadi senang.
(Winkel, 1983 : 30-31)
Seperti yang dikemukakan di atas, minat adalah kecenderungan yang
agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang–bidang tertentu dan merasa
senang berkecimpung di dalamnya (Winkel, : 30). Berdasarkan pada difinisi
minat tersebut maka minat belajar fisika dapat dinyatakan sebagai
kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik belajar fisika dan
merasa senang mempelajari segala aspek dalam fisika.
10
2. Minat Belajar Fisika
Seperti telah dikemukakan di atas, minat adalah kecenderungan yang
agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa
senang berkecimpung di dalamnya (Winkel, 1983 : 30). Berdasarkan pada
difinisi minat tersebut, maka minat belajar fisika dapat dinyatakan sebagai
kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik belajar fisika dan
merasa senang mempelajari segala aspek dalam fisika.
Siswa yang berminat belajar fisika cenderung akan mempelajari fisika
sesuai dengan hakikatnya sebagai hasil, proses dan sikap. Mereka berusaha
mempelajari dan memahami hasil keilmuan fisika dengan sungguh-sungguh
sehingga benar-benar paham dan mengerti tentang konsep, prinsip dan hukum
fisika. Mereka tidak hanya menghafal hasil keillmuan yang telah dihasilkan
oleh para ilmuwan fisika, tetapi berusaha dengan sungguh-sungguh agar
memahami dan mengerti tanpa merasa terpaksa bahkan merasa senang untuk
melakukan.
Untuk mempelajari proses keilmuan fisika, dengan berlatih melakukan
percobaan-percobaan sebagai proses keilmuan, dibutuhkan kemauan dan
kesungguhan. Siswa yang berminat belajar fisika adalah siswa yang suka
belajar fisika dan senang mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Salah satu
contoh adalah metode komik yang digunakan oleh guru. Dalam proses
pembelajaran ini siswa yang kurang berminat sangat sedikit kira-kira 10%
11
dari 30 siswa dan selebihnya siswa sangat berminat dan berminat. Ini
membuktikan bahwa siswa berminat terhadap pembelajaran fisika karena
jumlah siswa yang berminat lebih bayak.
C. PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Suatu pengajaran dikatakan efektif bila apa yang dikerjakan selama proses
pembelajaran benar yaitu apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya harus sesuai
dengan hakekat pembelajaran, materi dan tujuannya (Kartika Budi, 2001: 24).
Menurut Elis (1986) dalam (Kartika Budi, 2001: 25) efektivitas mengacu pada
proses dan hasil. Dipandang dari hasil pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang menghasilkan siswa dengan prestasi akademik tinggi. Dipandang dari proses,
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang (1) ada kesesuaian antara proses
dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, (2) cukup
banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan
untuk memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung
pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau
evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara bersinambungan dan
(6) memberi siswa tanggung jawab yang lebih besar pada tugas yang dilakukan.
Efektivitas proses dapat dilihat selama kegiatan belajar mengajar yaitu apakah
siswa terlibat secara aktif dalam berbagai aspek keterlibatan tertentu. Aspek
keterlibatan siswa diantaranya menjawab pertannyaan, membantu guru melakukan
percobaan dan sebagainya. Keterlibatan siswa dapat diukur dari (1) kemauan
12
bertanya, (2) kemauan menjawab, (3) kemauan aktif diskusi dengan teman, (5)
senang memperhatikan pada saat guru menjelaskan dan (6) kemauan mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
D. KALOR
a. Kalor Merupakan Bentuk Enegi
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda
satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda
tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda
yang suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka
suhu benda tersebut akan naik.
I. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda
Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya
menjadi hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut
sama. Dalam hal ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima
kalor. Itulah sebabnya suhu air panas turun dan suhu air dingin naik setelah
keduanya bercampur. Pada proses itu kalor yang dilepaskan oleh air panas
diserap oleh air dingin.
Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang
diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor
yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara
matematis asas Black dapat ditulis
Qlepas = Qserap
13
Selain contoh di atas masih banyak contoh yang lain, misalnya waktu
kita memasak air. Untuk mendidihkan air dalam ceret dengan kompor,
dibutuhkan waktu tertentu, misalnya semakin banyak volum air yang
dididihkan, semakin lama selang waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan
bahwa banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan massanya. Secara
matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :
Q = m . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
m = massa benda
ΔT = kenaikan suhu
Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga
bergantung pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan:
Q = m . c . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal)
C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)
m = massa benda (kg)
ΔT = kenaikan suhu (0C atau Kelvin)
14
II. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat
Jika kita memanaskan es batu, es tersebut akan mencair. Es yang
mencair tersebut jika dipanaskan terus maka volumnya akan berkurang
sampai akhirnya habis. Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah
wujud zat. Perubahan wujud yang terjadi antara lain mencair, membeku,
menguap, mengembun dan menyublim.
a. Mencair
Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Contoh: Es batu yang dipanaskan
b. Membeku
Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat
Contoh: air menjadi es batu.
c. Menguap
Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap
Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari.
d. Mengembun
Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair
Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas.
e. Menyublim
Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau
gas menjadi padat
Contoh: kapur barus lama kelamaan akan habis.
15
E. DISCOVERY TERBIMBING
Pembelajaran sains akan lebih menarik apabila menggunakan cara atau
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan atau
melibatkan siswa secara langsung. Salah satu metode tersebut adalah Discovery.
Metode Discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan pada studi
individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat
generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep atau suatu proses mental dimana
anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Dengan kata lain
”Discovery” terjadi apabila siswa terutama terlibat dalam menggunakan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Suatu kegiatan discovery ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikin rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik
kesimpulan.
Untuk mengembangkan kemampuan pada diri siswa melalui pengajaran sains
salah satunya dapat menggunakan metode Discovery. Metode Discovery memiliki
banyak variasi salah satu diantaranya adalah Discovery terbimbing (Guided
Dicovery-Inquiry Laboratory Lesson).
16
• Discovery-Terbimbing (Guided discovery-inquiry laboratory lesson)
Istilah ” Guided discovery-inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan
”discovery-inquiry” guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa.
Berikut ini adalah suatu contoh pelajaran ”guided discovery-inquiry”.
Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan
problem, petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
diberikan oleh guru. Dalam pelajaran ini siswa diharapkan menggunakan
beberapa proses ”discovery”, misalnya mengamati, menjelaskan, menyimpulkan
dan mengukur, selain itu pelajaran ini juga mengharuskan siswa menggunakan
kemampuan ”inquirynya” misalmya merumuskan hipoteses dan mengetahui
beberapa konsep dasar. salah satu contoh kenapa es batu jika dipegang terasa
dingin dan kenapa bisa mencair.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berupa semi eksperimen
dan kesimpulan yang akan diambil berdasarkan analisis data statistik.
B. TEMPAT DAN WAKTU
Tempat : SLTP KRISTEN 1 KLATEN
Waktu : Dilaksanakan pada semester II dari tanggal 14 s.d. 23 April 2009.
C. SOBYEK PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kalangan siswa-siswa kelas VII A SLTP Kristen 1
Klaten yang berjumlah 32 siswa.
D. PENGAMBILAN SOBYEK
Waktu pengambilan sampel ditentukan secara serta merta tanpa acuan
apa-apa. Karena tidak ada dasar prinsip yang digunakan dalam pembagian kelas,
maka penelitian mengasumsikan bahwa kemampuan dasar siswa sama, materi
yang diajarkan sama dan dilakukan oleh guru yang sama juga.
17
18
E. PENYUSUNAN INSTRUMEN
1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
Sebelum mengajar guru wajib membuat persiapan mengajar yang disebut
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
adalah rencana kegiatan guru yang berupa skenario pembelajaran tahap demi tahap
mengenai kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait
materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dimaksudkan untuk
mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Adapun format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut:
Satuan Pendidikan : ……………..
Mata Pelajaran : ……………..
Kelas/ Semester : ……………..
Alokasi Waktu :……………...
1. Standar Kompetensi :
Memahami wujud zat dan perubahannya.
2. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.
19
3. Indikator
a. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda dan
perubahan wujud zat
b. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
c. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
d. Menerapkan hubungan Q = m . c . ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk
menyelesaikan masalah sederhana.
4. Materi Pokok
Kalor.
5. Uraian Materi Pokok
6. Kegiatan Pembelajaran
6. 1. Kegiatan awal
6. 2. Kegiatan Inti
6. 3. Kegiatan penutup
2. Lembar Kegiatan Siswa
Komponen terpenting dari lembar kegiatan siswa adalah kegiatan belajar.
Kegiatan belajar disusun berdasarkan pada pengalaman belajar. Untuk kegiatan-
kegiatan tertentu memerlukan petunjuk. Disamping komponen terpenting sangat baik
bila dalam lembar kegiatan siswa terdapat komponen-komponen (1) identifikasi yang
meliputi mata pelajaran, satuan pendidikan, kelas, semester dan alokasi waktu, (2)
kompetensi dasar dan (3) indikator hasil belajar yang perlu diketahuai siswa. Format
lembar kegiatan siswa yang akan digunakan adalah sebagai berikut.
20
Format Lembar Kegiatan Siswa
Mata pelajaran :……………………………
Kelas / Semester :…………………………….
Alokasi Waktu :…………………………….
I. Kompetensi dasar :
II. Indikator hasil belajar :
III. Petunjuk umum :
IV. Kegiatan belajar :
Kegiatan 1
Kegiatan 2
Kegiatan 3
3. Lembar Observasi
Lembar observasi dikembangkan dari lembar observasi yang telah digunakan
oleh Kartika Budi (2001) dalam penelitiannya tentang “Berbagai Strategi Untuk
Melibatkan Siswa Secara Aktif Dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU,
Efektivitasnya dan Sikap Mereka Pada Strategi Tersebut”.
Komponen–komponen yang ada dalam lembar observasi disesuaikan dengan
data–data kegiatan yang diperlukan. Untuk mencatat data keterlibatan siswa secara
individual digunakan lembar observasi dengan format sebagai berikut.
21
Tabel 1. Lembar Observasi
Tanggal : 16 dan 21 April 2009
Sub pokok Bahasan : Kalor
Waktu : 2 x 45 menit
Jenis Keterlibatan Kode
Siswa menjawab
pertanyaan
mengajukan
pertanyaan
mengerjakan
latihan.
Frekuensi
Keterlibatan
Prosentase Kualifikasi
1
2
3
4
.
.
32
Kolom keterlibatan digunakan untuk mencatat informasi–informasi yang
diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung misalnya siswa bertanya,
menjawab pertanyaan dan mengerjakan latihan.
Untuk mencatat keterlibatan siswa secara klasikal digunakan lembar catatan
berikut.
22
Tabel 2. Lembar Catatan Keterlibatan Klasikal Siswa Dari Data Lembar Kegiatan Siswa
Jenis Keterlibatan Kode
Siswa Menjawab
Pertanyaan
Menyimpulkan
Data Hasil
Percobaan
1
2
.
.
32
4. Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing.
Instrumen ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur minat siswa
terhadap pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery
Terbimbing. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner
tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh
peneliti. Soal–soal dalam kuesioner minat ini berjumlah 10 item.
Kuesioner minat terhadap pembelajaran fisika dengan metode Discovery-
Terbimbing dibuat sendiri dengan validasi oleh pembimbing tanpa dilakukan uji coba
terlebih dahulu.
23
5. Soal–soal Tes Hasil Belajar
a. Pre-Test
Pre-test merupakan tes awal yang diberikan untuk mengetahui pengetahuan
awal yang dimiliki siswa sebelum dilakukan pembelajaran,
soal–soalnya dalam bentuk uraian singkat.
b. Post-Test
Post-tes merupakan tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah
pembelajaran berlangsung. Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman
siswa setelah mengikuti pembelajaran. Soal–soal post-test dalam bentuk
uraian yang disusun berdasarkan materi kalor.
F. METODE ANALISIS DATA
Data dalam penelitian ini berupa angka dan uraian. Dalam proses analisis data
dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan baik minat siswa
terhadap fisika, lembar observasi aktifitas siswa dan konsep dasar siswa.
1. Efektivitas Keterlibatan Siswa
Keterlibatan siswa yang dibedakan menjadi keterlibatan secara individual dan
keterlibatan secara klasikal dianalisis dengan tahap-tahap sebagai berikut.
a. Keterlibatan Siswa Secara Individual
Keterlibatan siswa secara individual dianalisis dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran, sehingga dapat diketahui jumlah siswa yang terlibat selama
proses pembelajaran pada aspek keterlibatan menjawap pertanyaan, mengajukan
pertanyaan dan mengerjakan latihan. Untuk keterlibatan siswa dikatakan aktif
24
apabila siswa menjawab 3 pertanyaan, 2 mengajukan pertanyaan dan 1
mengerjakan latihan. Data keterlibatan siswa secara individual dapat dianalisis
seperti tabel berikut.
Tabel 3. Keterlibatan Siswa Secara Individual
Jenis Keterlibatan Kode
Siswa Menjawab
pertanyaan
Mengajukan
pertanyaan
Mengerjakan
latihan.
Frekuensi
Keterlibatan
Prosentase Kualifikasi
1
2
3
4
5
.
.
32
Keterlibatan siswa secara individual dibatasi pada jumlah siswa yang terlibat pada
setiap aspek keterlibatan yang muncul dan diklasifikasikan menjadi lima tingkat
yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan kriteria
seperti pada tabel berikut.
25
Tabel 4. Kriteria Kualifikasi Keterlibatan Siswa
Jumlah Keterlibatan (%) Kualifikasi
80 – 100
70 – 79
56 – 69
50 – 55
< 50
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat renda
Yang digunakan acuan penilaian di atas berdasarkan buku karangan Arikunto
(1986) stentang “dasar-dasar evaluasi pendidikan” dan nilai standar yang
digunakan oleh Universitas Sanata Dharma.
b. Keterlibatan Siwa Secara Klasikal
Keterlibatan siswa secara klasikal dapat dianalisis dari data hasil jawaban siswa
pada Lembar Kegiatan Siswa. Sehingga dari jawaban semua siswa tersebut dapat
diketahui jumlah siswa yang terlibat (dalam %). Data keterlibatan siswa untuk
setiap pertannyaan dianalisis menggunakan tabel sebagai berikut.
26
Tabel 5. Keterlibatan Setiap Siswa Menurut Hasil Kerja Siswa Dalam Lembar Kegiatan Siswa.
No Pertanyaan
Kode Siswa
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
.
.
32
Jumlah semua siswa
yang terlibat ( Σ1 )
Prosentase ( % )
Kualifikasi
Dari tabel di atas tersebut dapat diketahui kualifikasi keterlibatan seluruh siswa.
Untuk kriteria kualifikasinya seperti pada tabel 4 hal 25. Dengan distribusi kualifikasi
keterlibatan seperti tabel berikut.
27
Tabel 6. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa
Kualifikasi
Keterlibatan Siswa
Jumlah
Pertanyaan
Prosentase
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Sedangkan kualifikasi efektivitasnya seperti pada tabel berikut.
Tabel 7. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Setiap Aspek Keterlibatan Tertentu.
Jumlah siswa yang mempunyai kualifikasi keterlibatan tertentu (%)
ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %
Efektivitas
≥80
<80
≥80
<80
≥80
<80
≥80
<80
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
penilaian kualifikasi efektivitas keterlibatan siswa pada tabel 7 berdasarkan buku
karangan Kartika Budi tahun 2001 tentang ”Berbagi strategi Untuk Melibatkan Siswa
Secara Aktif dal Proses Pembelajaran Fisika di SMU, Efektivitas dan Sikap Mereka
Pada Stratigi tersebut”
28
2. Efektivitas Hasil Belajar Siswa
a. Analisis Hasil Pre-test dan Post-test
Prestasi belajar pada soal Pre-Test dan Post-Test dinyatakan dengan nilai. Sistem
penilaian yang digunakan yaitu dengan menggunakan skor yang diperoleh siswa
ketika tes. Setiap jawaban untuk pre-test dan post-tes diberi skor, kemudian data-data
yang ada dihitung D dan D2. Untuk pemahaman siswa setiap aspek di kualifikasikan
menjadi 5 macam yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang seperti
pada tabel berikut.
Tabel 8. Kualifikasi Pemahaman Setiap Konsep
Interval Nilai Kualifikasi
10 Sangat baik
8 – 9 Baik
6 – 7 Cukup
4 – 5 Kurang
0 – 3 Sangat kurang
b. Melihat Apakah Ada Perbedaan Pemahaman Konsep Dianalisis Dengan Menggunakan Uji-T Dalam menganalisis data Prestasi belajar aspek produk fisika, dilakukan dengan
uji-T antara data Pre-Test dan Post Test siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran menggunakan metode Discovery-Terbimbing yakni kelas VIIA.
Analisis Uji-T tersebut menggunakan signifikansi perbedaan nilai sebagai berikut.
T observasi , dapat dihitung dengan rumus :
T observasi = T real
29
)1(
)()(
22
21
−
−
−=
∑ ∑
NNND
D
XXTrel
Keterangan:
X1: nilai rata-rata pada Pre-Test
X2: Nilai rata-rata pada Post-Test
D: Nilai hasil pengurangan
N: Jumlah siswa
Uji-T dilakukan dengan mengambil tingkat signifikansi : α = 0,05 (two tailed).
3. Efektivitas Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery-Terbimbing. Dalam proses pembelajaran ini peneliti menggunakan 5 instrumen salah
satunya kuesioner yang berfungsi untuk mengetahui tingkat minat siswa pada
pembelajaran sains dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing pada
pokok bahasan kalor maka peneliti menganalisis data kuesioner melalui beberapa
tahap :
a. Peneliti menentukan skor setiap butir soal kuesioner yang diajukan pada siswa.
b. Peneliti memberikan skor dari jawaban siswa.
c. Peneliti menentukan interval skor sesuai dengan tingkat minat siswa. Skor
terendah 10 dan skor tertinggi 40 (lihat tabel 9 hal 31)
d. Peneliti menghitung persentase siswa yang berminatdan sangat berminat.
30
Data dianalisis dengan memberi skor untuk setiap item pertanyaan. Untuk
pertanyaan positif diberi skor sebagai berikut:
1. Sangat setuju sama dengan (4)
2. Setuju sama dengan (3)
3. Kurang setuju sama dengan (2)
4. Tidak setuju sama dengan (1)
Sedangkan untuk pertanyaan negatif diberi skor kebalikan dari pertanyaan yang
positif. Pertanyaan negatif diberi skor sebagai berikut:
1. Sangat setuju sama dengan (1)
2. Setuju sama dengan (2)
3. Kurang setuju sama dengan (3)
4. Tidak setuju sama dengan (4)
Jawaban masing-masing item pertanyaan selanjutnya diubah dalam skor (1-4)
sesuai dengan kriteria diatas. Skor total semua item didapatkan dengan cara
menjumlahkan skor-skor setiap pertanyaan.
Selanjutnya penentuan tinggi rendahnya tingkat minat siswa terhadap
pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dengan metode Discovery-Terbimbing
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.
31
Tabel 9. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor.
Interval
Skor
Kualifikasi
10 – 17
18 – 25
26 – 33
34 – 40
Tidak Berminat
Kurang Berminat
Berminat
Sangat Berminat
32
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data-data yang meliputi hasil
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery-Terbimbing,
Pre-Test, Post-Tes, dan hasil minat siswa terhadap pembelajaran fisika dengan
metode Discovery-Terbimbing.
A. 1. Keterlibatan Siswa
a. Keterlibatan Siswa Secara Individual
Berdasarkan data pada lampiran 1 diperoleh data sebagai berikut
32
33
Tabel 10. Keterlibatan Siswa Secara Individual
Jenis Keterlibatan Kode Siswa Menjawab
pertanyaan Mengajukan pertanyaan
Mengerjakan latihan.
Frekuensi Keterlibatan
Prosentase Kualifikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
√√ √√ √ √ √√ √√ √√√ √√√ √ √ √√ √ √ √ √ √ - √ √√ √ √√ √√ √√ √√√ √ √ - - √ √√ √√√
-
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - √ √ √ √ - - - - - - - -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 4 4 5 2 2 1 1 2 3 4 1
50 50
33,33 33,33
50 50
66,67 66,67 33,33 33,33
50 33,33 33,33 33,33 33,33 33,33 16,67 33,33
50 33,33 66,67 66,67 66,67 83,33 33,33 33,33 16,67 16,67 33,33
50 66,67 16,67
R R
SR SR R R S S
SR SR R
SR SR SR SR SR SR SR R
SR S S S
ST SR SR SR SR SR R S
SR
ST = Sangat Tnggi; T = Tinggi; S = Sedang
R = Rendah; SR = Sangat Rendah
34
b. Keterlibatan Siswa Secara Klasikal
Keterlibatan siswa secara klasikal pada aspek keterlibatan menjawab pertanyaan pada
Lembar Kegiatan Siswa.
1. Berdasarkan pada lampiran 2 akan diperoleh data sebagai berikut
Tabel 11. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
∑1 28 28 27 28 26 27 28 28 28
% 87,5 87,5 84,4 87,5 81,3 84,4 87,5 87,5 87,5
Kualifikasi ST ST ST ST ST ST ST ST ST
Tabel 12. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa
Kualifikasi
Keterlibatan
Jumlah Pertanyaan Prosentase (%)
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
9
-
-
-
-
100
-
-
-
-
35
Tabel 13. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa. Jumlah Semua Siswa Yang Mempunyai Kualifikasi Keterlibatan
Tertentu (%)
ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %
Efektivitas
100
Sangat Tinggi
2. Berdasarkan lampiran 3 akan diperoleh data sebagai berikut
Tabel 14. Data Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan
No Kegiatan 1 2 3 4
∑1 26 26 28 28
% 81,3 81,3 87,5 87,5
Kualifikasi ST ST ST ST
catatan
ST = Sangat Tnggi; T = Tinggi; S = Sedang
R = Rendah; SR = Sangat Rendah
Tabel 15. Distribusi Kualifikasi Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan.
Kualifikasi Keterlibatan
Jumlah Pertanyaan
Prosentase (%)
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
4 - - - -
100 - - - -
36
Tabel 16. Kualifikasi Efektivitas Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data Hasil Percobaan
Jumlah Semua Siswa Yang Mempunyai Kualifiksi Keterlibatan Tertentu (%)
ST % ST+T % ST+T +S % ST+T+S+R % ST + T + S+R+SR %
Efektivitas
100
Sangat Tinggi
A. 2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang diambil dari hasil Pre-Tes dan Post-Test tentang
pembelajaran fisika pada pokok bahasan kalor dapat dilihat pada lampiran 4. Data
hasil penelitian sebagai berikut.
Hasil Skor Siswa Pre-Test Dan Post-Test Kelas VIIA
Tabel 17. Data Siswa Untuk Pre-Test Dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor.
Frekuensi Frekuensi Interval
Nilai
Kualifikasi
Pre-test
Prosentase
Post-test
Prosentase
10 Sangat Baik 0 0 14 43,75
8 – 9 Baik 4 12,5 12 37,5
6 – 7 Cukup 14 43,75 5 15,63
4 - 5 Kurang 14 43,75 1 3,12
0 - 3 Sangat Kurang 0 0 0
Dari data di atas disimpulkan bahwa, untuk test hasil belajar Pre-Test jumlah
siswa yang dapat dimasukkan dalam kategori kurang dan cukup dalam pokok bahasan
kalor lebih banyak dibandingkan jumlah siswa yang dapat dikategorikan baik dan
37
sangat baik. Sedangkan pada tes hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang dapat
dimasukkan kedalam kategori cukup, baik dan sangat baik lebih banyak dibandingkan
dengan siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang dan sangat kurang.
A. 3. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing Pada Pokok Bahasan Kalor
Skor hasil pengisian kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran fisika dari
setiap siswa dapat dilihat pada lampiran 5. Skor hasil pengisian kuesioner minat
siswa terhadap pembelajaran fisika dari lampiran 5 dapat didistribusikan seperti pada
tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Distribusi Skor Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
No Interval skor No. Siswa Jumlah
1 10 – 17
2 18 – 25 3, 4, 6, 9, 10, 11, 14, 20, 23, 29,
30, 31,
12
3 26 – 33 1, 2, 5, 7, 8, 12, 13, 15, 16, 17, 18,
19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 32,
20
4 34 – 40
Jumlah 32
Berdasarkan hasil skor kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran fisika
yang terdapat pada tabel 18 di atas, minat siswa terhadap pembelajaran fisika
kemudian dikelompokkan dalam kualifikasi tidak berminat, kurang berminat,
berminat dan sangat berminat.
38
Penentuan kualifikasi tingkat minat siswa terhadap pembelajaran fisika
didasarkan pada kriteria seperti tabel 9. Secara umum hasil penerapan kriteria
tersebut dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
Tabel 19. Jumlah Siswa dan Prosentase Untuk Setiap Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika.
Tingkat Minat Jumlah Siswa Prosentase (%)
Sangat Berminat 0 -
Berminat 20 62,5
Kurang Berminat 12 37,5
Tidak Berminat 0 -
Jumlah 32 100
(Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4)
B. PEMBAHASAN
1. Keterlibatan Siswa
a. secara Individual
a. 1. keterlibatan siswa dalam menjawab pertannyaan
Berdasarkan hasil analisis data keterlibatan siswa dalam menjawab
pertannyaan secara individual memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi dari
pada yang lain itu dapat dikarenakan siswa ingin terlibat dalam proses
pembelajaran dan siswa juga ingin mengungkapkan pendapatnya. Jumlah
siswa yang tidak menjawab pertanyaan 4 orang ( 12,5%) dan yang terlibat
39
menjawab pertannyaan 28 orang (87,5%). Itu membuktikan bahwa siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran.
a. 2. keterlibatan siswa dalam mengajukan pertannyaan
Dilihat dari hasil observasi jumlah siswa dalam keterlibatan mengajukan
pertanyaan sangat sedikit yaitu 4 orang 12,5%, itu dapat dikarenakan siswa
kurang mampu mengungkapkan pertanyaan secara lisan atau malu untuk
mengungkapkan suatu pertanyaan, hal ini dapat diatasi yaitu siswa diminta
untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis, sehingga siswa dapat leluasa
untuk mengajukan pertanyaan.
a. 3. keterlibatan siswa mengerjakan latihan
Dan berdasarkan hasil analisis data pada aspek mengerjakan latihan dapat
dilihat bahwa semua siswa terlibat dalam aspek menjawab pertannyaan dan
keaktifannya sangat tinggi. dengan mengerjakan latihan siswa akan lebih
paham
b. Secara Klasikal
Keterlibatan secara klasikal dilihat dari jumlah siswa yang terlibat
memiliki efektivitas sangat tinggi yaitu aspek keterlibatan menjawab
pertanyaan yang memiliki kualifikasi sangat tinggi; keterlibatan siswa yang
memiliki efektivitas sangat tinggi yaitu aspek keterlibatan menyimpulkan data
yang memiliki kualifikasi sangat tinggi.
40
2. Hasil Belajar Siswa.
Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diukur menggunakan instrumen
berupa soal Pre-Test dan Post-Test. Hasil dari Pre-Test dan Post-Test disajikan dalam
tabel 17. Berdasarkan nilai Pre-Test dan Post-Test dapat dinyatakan kategori hasil
belajar siswa.
Dari data di atas disimpulkan bahwa, untuk test hasil belajar Pre-Test jumlah
siswa yang dapat dimasukkan dalam kategori kurang dalam pokok bahasan kalor
lebih banyak dibandingkan jumlah siswa yang dapat dikategorikan baik dan sangat
baik. Sedangkan pada tes hasil belajar Post-Test jumlah siswa yang dapat dimasukkan
ke dalam kategori cukup, baik dan sangat baik lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang termasuk ke dalam kategori kurang dan sangat kurang.
Untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar secara signifikan atau
tidak digunakan uji-T
1. Hipotesa : Ho : X1 = X2 ; Hi : X1 # X2
2. Df = N – 1 = 32 – 1 = 31
3. Tcrit = 2,042 ( dari Tabel ) dengan level signifikan 0,05.
4. Berdasarkan data–data yang diperoleh Tobs dapat dihitung dengan persamaan :
(n1 = n2)
)1(
)(
)(2
2
21
−
−
−=
∑ ∑
−−
NNND
D
XXTrel
41
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh nilai Trel = -13,23 dan dapat
disimpulkan :
Karena Trel > Tcrit, maka Ho ditolak dan Hi diterima. Jadi, Pre-Test dan Post-Test
berbeda secara signifikan. Maka setelah pembelajaran menyebabkan hasilnya lebih
baik.
3. Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Dengan Menggunakan Metode Discovery-Terbimbing.
Tingkat minat dari seluruh siswa kelas VIIA dapat dilihat dari tabel 19.
Dari hasil analisis table 19 data minat siswa dari kuesioner menunjukkan
bahwa siswa berminat dalam mengikuti pembelajaran fisika dengan menggunakan
metode Discovry-Terbimbing. Kuesioner ini diberikan kepada 32 siswa yaitu siswa
kelas VIIA. Sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
Discovery-Terbimbing dalam pokok bahasan kalor, terdapat 20 siswa (62,5%) yang
tergolong dalam kelompok berminat; 12 siswa (37,5%) yang tergolong dalam
kelompok kurang berminat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing
ini tinggi.
42
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada perbedaan pada tingkat efektivitas keterlibatan siswa secara individual dalam
kegiatan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan dan mengerjakan latihan.
Hal ini dapat dilihat dari data yang berjumlah 32 siswa. Dalam kegiatan
menjawab pertanyaan 28 siswa yang terlibat, 4 siswa yang terlibat dalam kegiatan
mengajukan pertanyaan, sedangkan dalam kegiatan mengerjakan latihan semua
siswa terlibat. Tetapi dilihat dari kualifikasinya banyak siswa yang
dikelompokkan dalam tingkat keterlibatannya yang sangat rendah dan rendah
yaitu 25 orang. Hal ini dapat dikarenakan siswa kurang mampu mengungkapkan
pertanyaan secara lisan, malu atau takut untuk mengungkapkan suatu pertanyaan.
Tidak ada perbedaan pada tingkat keterlibatan siswa secara klasikal dalam
kegiatan menjawab pertannyaan dan menyimpulkan.
2. Pembelajaran menggunakan metode Discovery Terbimbing sangat efektif untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada konsep kalor dan hasil belajar siswa. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan siswa tentang konsep kalor pada tes hasil belajar
Pre-Test dan Post-Test yang berpusat pada peningkatan prestasi belajar siswa.
3. Pembelajaran menggunakan metode Discovery Terbimbing dapat meningkatkan
minat siswa. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang diberikan kepada
42
43
siswa. Selain itu juga dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel kualifikasi minat
siswa bahwa jumlah siswa yang berminat lebih banyak. Dengan demikian minat
yang tinggi akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
2. Saran
1. Bagi guru
disarankan pada para guru untuk menggunakan metode Discovery-
Terbimbing sebagai alternatif metode pembelajaran dalam menyajikan materi
pembelajaran di kelas dan dalam penggunaan metode ini guru hendaknya
membuat persiapan sebaik dan sematang mungkin.
2. Untuk peneliti selanjutnya
• Untuk peneliti selanjutnya diharapkan, pertama membuat instrumen
penelitian dalam hal ini soal-soal sebaik mungkin agar dapat
mengtahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep. Kedua
dalam analisis peningkatan pemahaman sebaiknya dinilai peningkatan
secara individual.
• Hendaknya penelitian dilakukan dalam waktu yang lama sehingga
memungkinkan siswa untuk melakukan kegiatan lebih dari satu kali
• Hendaknya jumlah anggota untuk setiap kelompok antara 3-4 siswa
sehingga seluruh siswa bisa aktif dalam melakukan kegiatan.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan
Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud
2. Anonim, 2006. Pelatihan I Dosen IPA Program PGSD. Depdiknas
3. Arikunto Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara
4. Arikunto Suharsimi. 1986. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bima
Aksara
5. David Halliday & Robert Resnick. 1977. Fisika jilid 1. Edisi 3. Jakarta :
Erlangga
6. Hadinata, Odo. Laporan Kegiatan Pelatihan SEQIP. Jakarta: Depdiknas
7. Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika 2A Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta :
Erlangga
8. Kartika Budi, Fr. Y. 1991. Sikap Siswa Jurusan A1 dan A2 Sekolah Menengah
Atas De Britto Dan Santa Maria Terhadap Pendekatan Ketrampilan Proses
Dengan Demonstrasi dan Pendapat Siswa Tersebut Tentang Pengaruh
Pendekatan Itu Pada Sikap Mereka Terhadap Kegiatan Mengajar Fisika
(laporan penelitian). FMIPA. IKIP Sanata Dharma Yogyakarta
9. Masidjo, Ing. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius
10. Purwanto, Budi. 2000. Pelajaran Fisika Jillid 2 Untuk SLTP. Surakarta: Tiga
Serangkai
45
11. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
12. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Kanisius
13. Suparno, Paul. 2002. Statistika Dasar. Yogyakarta : FKIP USD.
14. Winkel, W.S. 1897. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
46
Lampiran 1
Table 20. Data Keterlibatan Siswa Secara Individual
Jenis Keterlibatan Kode Siswa Menjawab
pertanyaan Mengajuka
n pertanyaan
Mengerjakan latihan.
Frekuensi Keterlibatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
√√ √√ √ √ √√ √√ √√√ √√√ √ √ √√ √ √ √ √ √ - √ √√ √ √√ √√ √√ √√√ √ √ - - √ √√ √√√
-
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - √ √ √ √ - - - - - - - -
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 4 4 4 5 2 2 1 1 2 3 4 1
47
Lampiran 2
Table 21. Data Keterlibatan Semua Siswa Pada Aspek Menjawab Pertanyaan Pada Lembar Kegiatan Siswa
No Pertanyaan
No
√ : Terlibat; - : Tidak terlibat
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 - - - - - - - - - 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 15 - - - - - - - - - 16 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 17 √ √ - √ √ - √ √ √ 18 - - - - - - - - - 19 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 20 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 22 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 24 - - - - - - - - - 25 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 26 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 27 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 28 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 29 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 30 √ √ √ √ √ √ √ √ √ 31 √ √ √ √ - √ √ √ √ 32 √ √ √ √ - √ √ √ √
48
Lampiran 3
Tabel 22. Data Keterlibatan Siswa Pada Aspek Menyimpulkan Data
No Kegiatan No K S
1 2 3 4
1 - - - - 2 √ √ √ √ 3 √ √ √ √ 4 √ √ √ √ 5 √ √ √ √ 6 √ √ √ √ 7 √ √ √ √ 8 √ √ √ √ 9 √ √ √ √ 10 √ √ √ √ 11 √ √ √ √ 12 √ √ √ √ 13 √ √ √ √ 14 √ √ √ √ 15 - - - - 16 √ √ √ √ 17 √ √ √ √ 18 - - - - 19 √ √ √ √ 20 √ √ √ √ 21 √ √ √ √ 22 √ √ √ √ 23 √ √ √ √ 24 - - - - 25 √ √ √ √ 26 √ √ √ √ 27 √ √ √ √ 28 √ √ √ √ 29 √ √ √ √ 30 √ √ √ √ 31 - - √ √ 32 - - √ √
√ : Terlibat; - : Tidak terlibat
49
Lampiran 4
Tabel 23. Data Nilai Siswa Untuk Pre-Test dan Post-Test Pada Pokok Bahasan Kalor
Kode siswa Pre-test (x1) Post-test (x2) D (x1-x2) D2
1 5 7 -2 4
2 5 5 0 0 3 8 10 -2 4 4 5 8 -3 9 5 5 10 -5 25 6 6 9 -3 9 7 5 9 -4 16 8 5 10 -5 25 9 7 10 -3 9 10 6 8 -2 4 11 4 7 -3 9 12 7 9 -2 4 13 4 6 -2 4 14 8 8 0 0 15 6 10 -4 16 16 6 10 -4 16 17 6 10 -4 16 18 5 6 -1 1 19 5 8 -3 9 20 6 10 -4 16 21 6 9 -3 9 22 6 9 -3 9 23 5 10 -5 25 24 8 10 -2 4 25 8 10 -2 4 26 7 9 -2 4 27 7 10 -3 9 28 6 10 -4 16 29 5 8 -3 9 30 6 10 -4 16 31 5 8 -3 9 32 4 7 -3 9 Σ = 187 Σ = 280 Σ = -93 Σ = 319
50
23,13049.091,2
99228,270319
91,2
)132(32
)32
8649(319
)75,884,5(
)1(
)()(
75,832280
84,532
187
22
21
2
1
−=
−=
−−
=
−
−
−=
−
Σ−Σ
−=
==
==
rel
rel
rel
rel
rel
T
T
T
T
NNNDD
XXT
X
X
51
Lampiran 5
Tabel 24. Data Hasil Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing
No Soal Kuesioner No Sisawa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skor Total
1 2 3 2 2 3 2 4 3 3 3 27 2 2 4 1 4 4 1 4 3 4 2 29 3 1 3 1 4 3 1 3 4 4 1 25 4 1 4 1 3 4 1 3 3 4 1 25 5 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 26 6 1 3 2 3 4 2 2 2 2 1 22 7 3 2 1 3 3 2 4 3 4 2 27 8 2 2 2 4 4 2 3 4 4 1 28 9 2 4 2 3 3 2 3 3 2 1 25 10 3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 25 11 1 2 2 4 3 2 3 3 3 1 24 12 3 3 1 3 3 2 4 2 4 2 27 13 3 3 1 2 3 2 3 3 4 2 26 14 1 4 1 4 4 1 4 2 3 1 25 15 3 3 1 3 3 2 4 3 4 2 28 16 2 3 2 3 4 1 4 3 3 2 27 17 2 2 2 3 4 1 3 4 4 2 27 18 1 4 1 3 4 2 2 4 4 2 27 19 2 4 2 4 3 1 4 4 3 1 28 20 2 3 1 3 4 1 4 3 3 1 25 21 3 4 3 3 3 1 2 3 3 2 27 22 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 26 23 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 22 24 1 2 1 4 4 1 4 4 4 4 29 25 2 4 2 3 4 1 3 3 3 2 25 26 1 4 2 3 3 2 3 4 3 2 27 27 1 2 2 4 3 2 4 3 3 3 27 28 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 29 29 1 3 1 3 4 1 4 4 1 2 24 30 2 3 1 3 3 1 4 3 3 2 25 31 2 3 1 4 4 1 3 3 3 1 25 32 2 4 1 4 4 2 4 3 2 2 28
52
Tebel 25. Kualifikasi Tingkat Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Kalor Dengan Metode Discovery Terbimbing.
No Siswa
Skor kualifikasi
1 27 B 2 29 B 3 25 KB 4 25 KB 5 26 B 6 22 KB 7 27 B 8 28 B 9 25 KB 10 25 KB 11 24 KB 12 27 B 13 26 B 14 25 KB 15 28 B 16 27 B 17 27 B 18 27 B 19 28 B 20 25 KB 21 27 B 22 26 B 23 22 KB 24 29 B 25 25 KB 26 27 B 27 27 B 28 29 B 29 24 KB 30 25 KB 31 25 KB 32 28 B
TB = Tidak Berminat
KB = Kurang Berminat
B = Berminat
SB = Sangat Berminat
53
Lampiran 6
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
( RPP )
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VII/II
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit ( 6 x pertemuan)
I. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
II. Kompetensi Dasar
Mendiskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
serta penerapannya dalam kehidupan sehari–hari.
I. Indikator
a. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.
b. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
c. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur.
d. Menerapkan hubungan Q = m . c . ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk
menyelesaikan masalah sederhana.
II. Materi Pokok
Kalor
III. Uraian Materi Pokok
Kalor merupakan energi yang dapat berpindah. Karena itu satuan yang
digunakan untuk mengukur kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule (J).
54
a. Kalor Merupakan Bentuk Enegi
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda satu ke
benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda tersebut. Kalor
berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang suhunya rendah.
Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda tersebut akan naik.
1. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda
Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi
hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal
ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu
air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu
kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.
Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang
diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor
yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara
matematis asas Black dapat ditulis
Qlepas = Qserap
Selain contoh di atas masih banyak contoh yang lain, misalnya waktu kita
memasak air. Untuk mendidihkan air dalam ceret dengan kompor, dibutuhkan waktu
tertentu, misalnya semakin banyak volum air yang dididihkan, semakin lama selang
waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan
55
untuk menaikkan suhu benda bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan
massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :
Q = m . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
m = massa benda
ΔT = kenaikan suhu
Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung
pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan :
Q = m . c . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal)
C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)
m = massa benda (kg)
ΔT = kenaikan suhu (0C atau Kelvin)
2. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat
Jika kita memanaskan es batu, es tersebut akan mencair. Es yang mencair
tersebut jika dipanaskan terus maka volumnya akan berkurang sampai akhirnya habis.
Hal ini menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud zat. Perubahan wujud yang
terjadi antara lain mencair, membeku, menguap, mengembun dan menyublim.
56
a. Mencair
Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Contoh: es batu yang dipanaskan
b. Membeku
Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat
Contoh: air menjadi es
c. Menguap
Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap
Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari
d. Mengenbun
Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair
Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas
e. Menyublim
Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau gas
menjadi padat
Contoh: kapur barus lama kelamaan habis
IV. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Guru memasuki kelas dan memberi salam kepada siswa.
2. Memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran.
3. Pengantar.
4. Guru melakukan demonstrasi sederhana tentang kalor.
57
Di awal pembelajaran guru melakukan peragaan sederhana dan siswa diminta
memperhatikan. Guru mengambil tiga buah bejana yang berisi air mineral/ air
ledeng, air hangat dan air es. Guru meninta tiga siswa untuk memasukkan
tangannya kedalam bejana, satu siswa satu bejana. Siswa melaporkan kepada
siswa lain apa yang dirasakan tentang suhu air (dituliskan dipapan tulis). Guru
bertanya, apa yang dapat kamu rasakan pada bejana I, II, dan III dan mengapa
berbeda?
b. Kegiatan Inti
1. Perumusan pertanyaan / permasalahan tentang topik pelajaran
- Mengapa suhunya berbeda?
- Mengapa es batu biasa mencair?
- Berapa besar energi kalor untuk mendidihkan air?
- Pada waktu yang sama (tidak sampai mendidih) dan massa airnya berbeda, air
yang bermassa berapakah yang suhunya paling tinggi?
2. Kegiatan Berdasarkan seperti pada Lembar Kerja Siswa
• Melaksanakan kegiatan I : Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Benda
seperti pada LKS I.
• Melaksanakan Kegiatan II : Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat
dan menyelidiki kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
seperti pada LKS II.
• Melaksanakan Kegiatan III : Menyelidiki Hubungan Antara Banyaknya Kalor
dengan Massa pada LKS III
58
3. Pemantapan
• Diskusi hasil percobaan dari kegiatan I, II, dan III
4. Menjawab pertanyaan atau pemecahan masalah
• Merumusan kesimpulan dari hasil percobaan
c. Kegiatan Penutup
1. Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
2. Salam penutup
59
Lampiran 7
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi : Kalor
Kelas : VII
Semester : II
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit (6 x pertemuan)
60
61
62
63
Lembar Kegiatan Siswa III
64
65
66
67
Lampiran 8
Hand Out
“KALOR”
Kalor Merupakan Bentuk Enegi
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari
benda satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan suhu diantara benda-benda
tersebut. Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suatu benda yang
suhunya rendah. Jika sejumlah kalor diberikan pada suatu benda maka suhu benda
tersebut akan naik.
V. Pengaruh Kalor terhadap Suhu Benda
Jika kita mencampur segelas air panas dan air dingin campurannya menjadi
hangat mengapa? Karena setelah bercampur suhu kedua air tersebut sama. Dalam hal
ini air panas melepaskan kalor dan air dingin menerima kalor. Itulah sebabnya suhu
air panas turun dan suhu air dingin naik setelah keduanya bercampur. Pada proses itu
kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin.
Jadi banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan banyaknya kalor yang
diserap. Pernyataan ini dikenal sebagai asas Black. Jika banyaknya kalor
yang dilepaskan atau yang diserap dilambangkan Q, maka secara
matematis asas Black dapat ditulis
Qlepas = Qserap
Selain contoh di atas masih banyak contoh yang lain, misalnya waktu kita
memasak air. Untuk mendidihkan air dalam ceret dengan kompor, dibutuhkan waktu
68
tertentu, misalnya semakin banyak volum air yang dididihkan, semakin lama selang
waktu yag diperlukan. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu benda bergantung pada besarnya kenaikan suhu benda dan
massanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan :
Q = m . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu
m = massa benda
ΔT = kenaikan suhu
Selain kalor bergantung pada massa dan kenaikan suhu, kalor juga bergantung
pada jenis zat. Berdasarkan pembahasan diatas banyaknya kalor yang diperlukan
untuk menaikan suhu suatu benda dapat dirumuskan :
Q = m . c . ΔT
Keterangan :
Q = bayaknya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu (J atau Kal)
C = kalor jenis (Joule/kg0C atau kal/kg0C)
m = massa benda (kg)
ΔT = kenaikan suhu (0C atau Kelvin)
VI. Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat
Jika kita memanaskan es batu, es tersebut akan mencair. Es yang mencair tersebut
jika dipanaskan terus maka volumnya akan berkurang sampai akhirnya habis. Hal ini
69
menunjukkan bahwa kalor dapat mengubah wujud zat. Perubahan wujud yang terjadi
antara lain mencair, membeku, menguap, mengembun dan menyublim.
a. Mencair
Mencair adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Contoh: Es batu yang dipanaskan
b. Membeku
Membeku adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi padat
Contoh: air menjadi es batu.
c. Menguap
Menguap adalah proses perubahan wujud dari cair menjadi uap
Contoh: waktu memasak air dan air laut yang terkena sinar matahari.
d. Mengenbun
Mengembun adalah proses perubahan wujud dari gas menjadi cair
Contoh: adanya embun pagi dan pada tutup gelas yang berisi air panas.
e. Menyublim
Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat menjadi gas atau gas
menjadi padat
Contoh: kapur barus lama kelamaan habis
70
Lampiran 9
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Mata Pelajaran : Fisika
Materi : Kalor
Kelas : VII
Semester : II
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit (6 x pertemuan)
71
Lembar Kegiatan Siswa I
I. Pendahuluan
Kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah dari sistem satu ke
sistem yang lain, karena perbedaan temperatur. Kalor berpindah dari benda yang
suhunya tinggi menuju benda yang suhunya rendah. Besarnya kalor dapat dicari
dengan persamaan Q = m . c. ΔT, oleh karena itu satuan yang digunakan untuk
mengukur kalor sama dengan satuan energi, yaitu joule. Untuk lebih jelasnya marilah
kita selidiki permasalahan seperti yang diperagakan guru dengan melakukan
percobaan berikut.
II. Alat dan Bahan yang dipergunakan
No Alat/bahan Jumlah
1
2
3
4
5
Bekker gelas
Stop watch
Termometer
Pembakar spirtus
Es batu
6 buah
6 buah
6 buah
6 buah
secukupnya
6 Air ledeng / kran 100 ml
72
III. Urutan Kegiatan I
Menyelidiki Pengaruh Kalor Terhadap Suhu Benda
Alat dan bahan :
Beker gelas, Pemanas spiritus, Termometer
Langkah kerja
1. Isilah beker gelas dengan air sebanyak 100 ml, kemudian ukur suhunya.
2. Panaskan beker gelas tersebut dengan pembakar spiritus ( usahakan nyala api
tetap) dan catatlah suhunya setiap selang 1 menit selama 10 menit
Suhu awal air :..................0C
Menit Suhu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
73
3. Semakin lama pemanasan, berarti semakin banyak kalor yang diberikan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bagaimanakah pengaruh kalor terhadap
kenaikan suhu?
Jawab
:.................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
74
Lembar Kegiatan Siswa II
IV. Kegiatan II
”Pengaruh Kalor Terhadap Suatu Zat”
Alat dan bahan:
Beker gelas, termometer, pembakar spirtus, air mineral/air kran dan air es
Langkah kerja I :
1. Masukkan es batu ke dalam bejana kaca.
2. Panaskan bagian dasar beker gelas dengan pemanas spiritus!
3. Apakah yang akan terjadi pada es batu tersebut?
Jawab :...........................................................................................................
4. Berapa suhu pada waktu es batu berubah menjadi cair? (es batu semua sudah
menjadi air/ es batu sudah tidak kelihatan lagi)
Jawab : ..........................................................................................................
5. Dari langkah kerja 3 nyatakan tentang pengaruh kalor pada suatu zat
Jawab :...........................................................................................................
Langkah Kerja II :
1. Isilah beker gelas dengan air sebanyak 100 ml.
2. Panaskan bagian dasar beker gelas dengan pemanas spiritus!
75
3. Amati perubahan suhunya selama selang waktu 2 menit sampai air tersebut
mendidih!
Tabel pengamatan
Ukur dulu suhu awal air :................
Menit Suhu (0C)
2
4
6
8
10
4. Bagai mana kenaikan suhu setelah mendidih?
Jawab :...........................................................................................................
5. Berapa besar kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air tersebut?
Jawab :...........................................................................................................
6. Setelah air mendidih panaskan terus menerus selama 5 menit. Amati volum air
setelah 5 menit, baca angka yang ada pada bekker gelas!
Jawab :...........................................................................................................
76
7. Jadi menurut kamu, apa kesimpulan dari hasil percobaan II pada kegiatan II di
atas ?
Jawab:........................................................................................................................
...................................................................................................................................
77
Lembar Kegiatan Siswa III
V. Kegiatan III
” Menyelidiki Hubungan Antara Banyaknya Kalor Dengan Massa”
Alat dan bahan:
3 beker gelas, 3 pemanas spirtus dan 3 termometer.
Langkah kerja:
1. Isilah tiga buah beker gelas dengan masing–masing sebanyak 50 ml, 100 ml, dan
150 ml, kemudian ukurlah suhu masing–masing air tersebut.
2. Panaskan ketiga beker gelas tersebut dengan pembakar spritus selam 5 menit dan
catatlah kenaikan suhunya setiap 1 menit.
Suhu awal air massa 50 ml :.........0C;
No Menit Suhu (0C)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
No Menit Suhu (0C)
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
Suhu awal air massa 100 ml :............0C
78
Suhu awal air massa 150 ml :............0C
No Menit Suhu (0C)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
3. Beker gelas manakah yang airnya mengalami kenaikan suhu paling tinggi dan
paling rendah?
Jawab :
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Jika besarnya volum nenunjukkan besarnya massa, apakah yang dapat kamu
simpulkan tenang hubungan antara massa benda, banyaknya kalor, dan kenaikan
suhu benda?
Jawab :
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
..................................................................................................................................
79
Lampiran 10
Soal Pre-Test dan Post-Test
Indikator Soal Pre-test dan Post-test
2. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu benda, dan
perubahan wujud zat
3. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan wujud suatu zat.
4. Menyelidiki kalor yang dibutuhkan
pada saat mendidih dan melebur.
5. Menerapkan hubungan Q = m . c .
ΔT ; Q = m . U dan Q = m . L untuk
menyelesaikan masalah sederhana.
1. Beker gelas yang berisi air dipanaskan dengan
pemanas spiritus. Apa yang terjadi pada air yang
berada di dalam beker gelas tersebut ?
2. Mengapa air yang dipanaskan suhunya bisa
berubah ?
3. Jika es batu diteteskan atau dipegang pada tangan,
tangan akan merasa dingin. Peristiwa ini
membuktikan bahwa………
4. Apa yang akan terjadi jika es batu dipanaskan ?
5. Mengapa air yang dipanaskan terus-menerus lama-
kelamaan akan habis ?
6. Bagaimana kenaikan suhu air setelah air itu
mendidih ?
7. Berapa besar energi kalor yang diperlukan untuk
mendidihkan air jika suhu awal air 28 0C dan massa
air 10 kg (kalor jenis air 4200 joule/ Kg 0C) ?
8. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan
sebuah benda bergantung pada ?
9. 3 bekker gelas yang berisi air 50 kg, 100 kg, dan
150 kg dipanaskan dengan kalor sebesar 3,15 x 105
Joule dan dalam waktu yang sama (tidak sampai
mendidih). Bekker gelas manakah yang airnya
mengalami kenaikan suhu paling tinggi dan paling
rendah (Kalor jenis air 4200 Joule/Kg 0C).
80
Soal Pre-Test dan Post-Test
Nama :
Nomor :
1. Beker gelas yang berisi air dipanaskan dengan pemanas spiritus. Apa yang terjadi
pada air yang berada di dalam beker gelas tersebut ?
Jawab:
……………………………………………………………………………………...
2. Mengapa air yang dipanaskan suhunya bisa berubah ?
Jawab:
……………………………………………………………………………………...
3. Jika es batu diteteskan atau dipegang pada tangan, tangan akan merasa dingin.
Peristiwa ini membuktikan bahwa…..
Jawab:
……………………………………………………………………………………...
4. Apa yang akan terjadi jika es batu dipanaskan ?
Jawab:
……………………………………………………………………………………...
5. Mengapa air yang dipanaskan terus-menerus lama-kelamaan akan habis ?
Jawab:
……………………………………………………………………………………...
6. Bagaimana kenaikan suhu air setelah air itu mendidih ?
Jawab:
81
……………………………………………………………………………………...
7. Berapa besar energi kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air jika suhu awal
air 28 0C dan massa air 10 kg (kalor jenis air 4200 joule/ Kg 0C) ?
Jawab:………………………………………………………………………………
……….…………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………..
8. Energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan sebuah benda bergantung pada ?
Jawab:………………………………………………………………………………
9. 3 bekker gelas yang berisi air 50 kg, 100 kg, dan 150 kg dipanaskan dengan kalor
sebesar 3,15 x 105 Joule dan dalam waktu yang sama (tidak sampai mendidih).
Bekker gelas manakah yang airnya mengalami kenaikan suhu paling tinggi dan
paling rendah (Kalor jenis air 4200 Joule/Kg 0C).
Jawab :
…………………………………………………………………………..…………
…………………………………………………………………………..…………
……………………………………………………………………………..………
………………………………………………………………………………..……
82
Lampiran 11
83
84
85
86
87
88
89
90
Lampiran 12
Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika
Pada Pokok Bahasan Kalor
Dengan Metode Discovery Terbimbing.
Pilih jawaban dari setiap pertanyaan yang cocok untukmu, kemudian lingkarilah pada
jawaban yang sesuai denganmu.
Contoh : pelajaran fisika itu sangant menyenangkan.
A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Kurang setuju
D. Tidak setuju
Bila menurutmu yang cocok adalah A, maka beri tanda seperti berikut: B C D A
alternatif.
Untuk kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah dan apapun jawabanmu tidak
akan dikaitkan dengan nilai pelajaran sains. Oleh karena itu sungguh–sungguh kalian
diharapkan menjawab kuesioner ini dengan sejujur–jujurnya.
Suatu kegiatan discovery ialah suatu kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikin rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan menarik
Selamat mengerjakan
91
NAMA :
NOMOR :
1. Saya tidak suka belajar dengan menggunkan metode Discovery-Terbimbing.
b. Sangat setuju
c. Setuju
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju
2. Saya tertarik belajar sains dengan mencoba sendiri alat-alat percobaan dikelas.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
3. Saya tidak senang belajar sains dengan membentuk kelompok-kelompok dan
diskusi dengan teman-teman.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
92
4. Belajar sains dengan menggunakan metode Discovery-Terbimbing membuat saya
lebih cepat memahami materi.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
5. Belajar sains dengan melakukan percobaan – percobaan di kelas membuat saya
lebih aktif
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
6. Belajar sains dengan melakukan kegiatan–kegiatan percobaan tidak membuat
saya lebih mengenal kegunaan benda–benda di sekitar saya.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
7. Belajar sains bersama teman–teman dalam kelompok lebih menyenangkan
daripada belajar seorang diri.
C. Kurang setuju
D. Tidak setuju
a. Sangat setuju
b. Setuju
93
8. Belajar dengan mengerjakan soal–soal yang diberikan oleh guru membuat saya
lebih bersemangat.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
9. Belajar sains dengan mengerjakan soal–soal bersama–sama dengan teman 1
dalam kelompok membuat saya lebih mengerti akan sains.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
10. Metode Discovery-Terbimbing tidak bagus diterapkan dalam proses belajar
mengajar dalam sains.
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju
Terima Kasih Atas Kesediaanya Mengisi Kuesioner Ini.
94
Lampiran 13
95
96
Lampiran 14
Rincian Kegiatan
Pelaksanaan Penelitian :
1. Pre-Test dilaksanakan pada tanggal 14 April 2009
2. Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 15, 16, dan 21 April 2009
3. Kuesioner dilaksanakan pada tanggal 22 April 2009
4. Post-Test dilaksanakan pada tenggal 23 April 2009
top related