efektifitas pembelajaran akidah akhlak...
Post on 05-Feb-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA
SISWA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH
AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
MULYANAH
NIM 809011000356
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA
SISWA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH
AL-HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Mulyanah
NIM. 809011000356
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Efektifitas Pembelajaran Akidah Akhlak Pada Siswa Kelas IV
Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan di susun oleh
Mulyanah Nomor Induk Mahasiswa 809011000356 Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 17 April 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing
i
ABSTRAKSI
Nama : MULYANAH
Nim : 809011000356
Judul :“EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA
SISWA KELAS IV DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL-
HIKMAH KALIBATA JAKARTA SELATAN”
Efektifitas pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Al-Hikmah Kalibata
Jakarta Selatan. Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Islam Negeri Jakarta,
juni 2013.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui Efektifitas Pembelajaran Akidah
Akhlak terhadap pendidikan akhlak siswa di MI Al-HikmahKalibata Jakarta
Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data,
menyusun, menganalisaserta menginterpretasikan data mengenai Efektifitas
Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.
Pendidikan Akidah Akhlak yang penulis maksud yaitu sikap atau tingkah laku
anak didik.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada
siswa kelas IV sebanyak 30 siswa dari populasi seluruhnya jadi 100% penulis
mengadakan riset atau penelitian kepada siswa kelas IV seluruhnya. Kemudian
setiap angket terdiri dari 10 pertanyaan.
Dari hasil penelitian di MI Al-Hikmah diketahui adanya peningkatan
prestasi belajar Akidah Akhlak, hal ini bukti dari angket penelitian dan terjun
langsung ke MI Al-Hikmah ternyata anak/siswa di MI Al-Hikmah baik dan
terpuji.
Adapun buku yang penulis gunakan sebagai pedoman penulisan skripsi
yaitu “ Pedoman Penyusunan Skripsi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Universitas Islam Negeri Jakarta”
ii
KATA PENGANTAR
BismillahirahmaniRahim …….
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan
rahmat dan curahan kasih dari-Nya, sehingga penulis skripsi ini dapat selesai
sebagaimana yang diharapkan, shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan
nabi besar Muhammad SAW. Amin yaa Robbal’amin .
Selanjutnya perkenankanlah dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D Dekan Fakultas agama Islam Universitas
Islam Negeri Jakarta, yang memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. H. Abdul Ghafur, M.Ag, selaku pembimbing penulisan skripsi ini telah
memberikan tuntunan bimbingan dan arahan yang bijaksana sehingga
penulis dapat menyelesaikan dengan lancer tanpa hambatan yang berarti.
3. Bapak/ibu dosen yang telah mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada
penulis baik sebagai mahasiswa maupun sebagai pribadi.
4. Seluruh karyawan, staf administrasi dan perpustakaan Universitas Islam
Negeri Jakarta, yang telah memberikan pelayanan ikhlas dalam mengawali
dan mengakhiri penulisan ini.
5. Penuntun langkahku: ayahanda H. Madiar (alm), ibunda Muhaya yang
menjadi power dalam mengayun langkah mengarungi cita-cita.
6. Cahaya mataku: Abdul Syukur, menjadi obor penerang pikiran dan seluh
penyinar sukma, senantiasa mendorong penulis skripsi ini hingga pada
titik penyelesaian.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah memberikan
sumbangsih pemikiran serta arahan dari awal penulisan hingga akhir.
8. Teman seperjuangan yaitu Ibu Dwi Ratnasari, Ibu Azizah, Ibu Atiah dan
Bapak Mursidi yang telah memberikan semangat dalam penyusunan
skripsi.
iii
9. Ust Qodri, SQ, MPd. I dan Bapak Budi Waluyo yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis mohon doa kiranya skripsi ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya dunia pendidikan.
Semoga bantan lahir batin dari semua pihak menjadi amal ibadah di sisiNya.
Amiien
Jakarta, 26 September 2013
Penulis
MULYANAH
809011000356
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................. 7
B. Pengertian Pembelajaran ........................................................... 11
1. Karakteristik Pembelajaran ................................................. 15
2. Azas-azas Pembelajaran ..................................................... 17
3. Model Pembelajaran ........................................................... 18
C. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ................................. 18
1. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak .......................... 20
2. Fungsi Pelajaran Akidah Ajhlak ......................................... 20
D. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak ....................................... 21
E. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak ............................... 24
F. Macam-macam Metode Pembelajaran ...................................... 25
1. Metode Ceramah ................................................................. 25
2. Metode Diskusi/Tanya Jawab ............................................. 26
3. Metode Demonstrasi ........................................................... 26
4. Metode Pemberian Tugas ................................................... 26
5. Metode Uswatun Hasanah .................................................. 27
v
G. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 27
H. Kerangka Berpikir ..................................................................... 28
I. Hipotesis Tindakan ................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 29
B. Metode Penelitian ..................................................................... 30
C. Variabel Penelitian .................................................................... 31
D. Populasi dan Sampel ................................................................ 31
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang MI Al-Hikmah ................................................. 34
B. Akhlak Terhadap Orang Tua .................................................... 39
C. Akhlak tehadap Guru ................................................................ 43
D. Akhlak terhadap Teman ............................................................ 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 62
B. Saran ......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan dasar yang harus
didapatkan setiap anak sabagai usaha untuk mempersiapkan anak untuk
menjadi manusia dewasa yang kokoh, sikap, mental, dan jiwa yang kuat.
Pendidikan akhlak memiliki kedudukan yang penting dalam islam,
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits :
Artinya :”tidak ada satupun yang paling berat berat dalam timbangan
seseorang mukmin pada hari kiamat melebihi akhlak yang mulia, dan
sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang akhlaknya buruk dan
berlaku keji” (HR. At-Tirmizi)1.
Sedemikian pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang muslim, baik
dalam hubungn kepada sesame manusia maupun terhadap Allah SWT, setiap
manusia sangat dianjurkan untuk berbudi pekerti luhur sesuai contoh yang
diberikan Nabi kita Muhammad SAW, karena beliau memang diutus ke dunia
untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana hadits berikut :
Artinya : “Sesungguhnya aku di utus ke muka bumi ini untuk
menyempurnakan akhlakyang mulia”2
1 Sumaiyah Muhamad Al Anshario, Menuju Akhlak Mulia, (Jakarta : Cendikiawan,2006),
cet. 1, h. 20 2 Al-Imam Jalaludin Abdurahman bin Abu Bakar Alsayuti, Al-Jami’ Al-Shagir,
(Bandung: Al-Ma’arif, 1991), h. 75, juz 1
2
Demikian baiknya sikap dan perilaku Rasulullah SAW, sehingga
Allah memuji beliau dalam firmanNya :
Artinya : “ dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam : 4)3
Usaha untuk menumbuhkan potensi dasar akhlak dan akidah yang
kokoh tergantung pada lingkungan yang pertama dan utama, yaitu keluarga.
Orang tuanyalah yang akan menentukan dari tanggungjawabakan masa
depannya nanti.
Pendidikan anak merupakan tanggungjawab orang tua, diantara
tanggungjawab orang tua terhadap anak yang telah dilahirkan mulai sejak
anak dalam kandungan. Orang tua berkewajiban memelihara dan
mendidiknya secara tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT di surat At-
Tahrim ayat 6:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.(QS. Al-Tahriim:6)4
Orang tua adalah pendidikyang pertama bagi anaknya, karena ia lahir
dan hadir di tengah keluarganya. Karena anak adalah amanah dari Tuhan
yang dititipkan kepada orang tua. Ia tidak bias tumbuh dan berkembang
secara sendiri, melainkan perlu bimbingan, arahan dan ajaran yang benar.
3 Depag RI, Al-Quran dan terjemahnya. Bandung : (PT. Syamil: Cipta Media,1998 ),
h. 145 4 Depag RI,Al-Quran dan terjemahnya , h. 560
3
Zakiah daradjat dalam bukunya mengatakan :” hal yang perlu diingat
dan perlu disadari oleh orang tua bahwa anak pada usia sekolah dasar sedang
dalam usaha pertumbuhan kelas dasar yang cepat5. Kesadaran akan tanggung
jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan
kepada setia orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi
berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tuanya, tetapi telah disadari
oleh teori-teori perkembangan pendidikan anak.
Walaupun pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua,
akan tetapi karena keterbatasan orang tua, maka perlu bantuan suatu lembaga
pendidikan, seperti sekolah untuk mengajarkan ilmu dan keterampilan.
Pendidikan anak tidak boleh dianggap ringan, karena anak bukan saja akan
menjadi generasi penerus di masa depan, tetapi juga merupakan investasi bagi
orang tua.
Sekolah merupakan lembaga formal yang menyelenggarakan
pendidikan secara sengaja, terarah dan sistematis oleh para pendidik
professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk
jenjang waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setipa jenjang
tertentu.
Melalui lembaga pendidikan formal ini, peran dan fungsi masing-
masing pendidikan (orang tua dan guru) semakin jelas, orang tua
menyerahkan sepenuhnya pendidikan kepada kepala sekolah, sekolah
bertanggungjawab menjalankan amanah orang tua.
Guru harus selalu barusaha mengembangkan diri kreatif dan inofatif
dalam memberikan materi pelajaran akidah akhlak pendekatan emosi,
pengalaman, pembiasaan, fungsional dan juga pendekatan keteladanan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis ingin melihat lebih
dekat dan meneliti lebih dalam tentang pembelajaran akidah akhlak yang
sebaiknya dikembangkan pada anak usia sekolah dasar, misalnya MI.Al-
Khairiyah apakah peserta didik di lembaga ini telah mendapat pola
5 Zakiah Darajat, Islam dan Peranan Wanita ( Jakarta : bulan Bintang, 1970), h. 17
4
pembelajaran akidah akhlak yang sesuai sehingga dalam sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari paserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengadakan penilitian
dan membahas skripsi yang berjudul”EfektifitasPembelajaran Aqidah
Akhlakpada siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata
Jakarta Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di temukan beberapa
masalah yang di identifikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah masih berorentasi pada
ketercapaian pembelajaran ranah kognitif.
2. Hasil belajar Akidah Akhlak ranah afektif dan psikomotor belum terukur
dengan baik.
3. Masih banyak guru agama yang tidak membuat dan melakukan penilaian
sikap dan perilaku, sehingga terdapat kurangnya respek.
4. Keterpaduan antara kemampuan siswa baik kognitif maupun psikomotorik
pada mata pelajaran Akidah Akhlak belum terdiskripsikan dengan baik.
5. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja dan tidak terjun langsung
kelapangan atau (praktek).
C. Pembatasan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi objek penelitian yang telah diuraikan,
banyak sekali sub bahasan yang dapat dijelaskan, namun agar penelitian
ini tidak meluas dari bahasan utama, maka dalam penulisan skripsi ini
penulis hanya membatasi masalah pada efektitas pembelajaran Akidah
Akhlak pada kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata
Jakarta Selatan.
5
a. Prestasi Siswa
b. Prestasi Belajar Akidah Akhlak
2. Perumusan Masalah
Agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah
yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah-masalah yang
ada dalam pertanyaan berikut :
a. Bagaimana efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata Jakarta Selatan.
b. Seberapa besarkah pencapaian target presentasi siswa dan prestasi
Akidah Akhlak.
D. Tujuan dan Signifikan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan yang telah dituliskan di atas, penulis
memiliki tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Ingin mengetahui efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah
b. Ingin membuktikan sebarapa besarkah pencapaian target kurikulum,
daya serap, presensi guru, presensi siswa, presensi siswa dan prestasi
belajar Akidah Akhlak siswa.
2. Signifikan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan baik dari luar dan
secara langsung bagi penulis atau secara tidak langsung bagi pihak lain
yang memerlukannya antara lain :
a. Bagi penulis; Sebagai sarana untuk mengembangkan pemahaman
terhadap teori-teori pembelajaran.
b. Bagi peneliti lain; diharapkan sebagai pendorong dan daya tarik yang
menyebabkan penelitian selanjutnya lebih rinci dan mendalam
sehingga semakin banyak yang meneliti akan banyak membantu
6
dalam pembelajaran, dan pengembangan kegiatan belajar mengajar
khusus dalam bidang studi Akidah Akhlak.
c. Bagi mahasiswa; sebagai calon guru agama Islam diharapkan
menjadi masukan awal, bahkan dalam kegiatan belajar mengajar
sering terjadi kesenjangan bahkan kontradiktif antar teori-teori
pembelajaran. Dengan realita di lapangan, sehingga tugas
berikutnya. Setelah menjadi guru mampu untuk menghubungkan
kesenjangan (kontradiktif tersebut ).
d. Bagi guru bidang studi Akidah Akhlak; diharapkan menjadi
masukan lebih mengembangkan dan mempersiapkan metode yang
berberhubungan dengan bidang studi Akidah Akhlak.
e. Terhadap sekolah diharapkan menjadi masukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, manfaatnya diharapkan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti: dapat memberikan kontribusi yang baik bagi siswa di dalam
pembelajaran Akidah Akhlak dan juga untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah.
2. Bagi guru: dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bidang Akidah Akhlak pada siswa
kelas IV malalui implementasi pembelajaran terhadap sikap siswa di
madrasah Ibtidaiyah umumnya.
3. Bagi siswa: dapat meningkatkan aspek nilai yang baik dalam diri siswa
seperti nilai religius, nilai budi pekerti, dan nilai sosial, sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan motivasi berprestasi siswa
terhadap pembelajaran Akidah Akhlak makin baik.
4. Bagi penulis: sebagai khazanah ilmu pengetahuan yang belum tahu dan
menjadi tahu.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Efektifitas
a. Pengertian Efektifitas
Kata efektifitas menurut etimilogi merupakan kata serapan
dari kata bahasa inggris yaitu Efektif menjadi efektif, lalu berubah
menjadi efektifitas yaitu sesuatu yang membawa hasil atau dengan
kata lain yaitu sesuatu kegiatan yang berlangsung dengan sisitem dan
program yang terencana dan dikerjakan secara kontinyu sehingga
tercapai hasil yang lebih baik.1
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat
membawa hasil, berguna, dan ada efeknya. Pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang dikelola oleh guru atau dosen yang setiap
tindakannya dalam mengajar berakibat murid-muridnya dapat
mencapai sasaran pembelajaran dari indikator yang sudah dirumuskan
sebelumnya. Hal ini terjadi berkat murid-muridnya mencoba,
mengalami, dan senang serta mau berbuat segala sesuatu yang
mengarah pada tercapainya indikator.
Efektifitas adalah suatu yang berdampak, berubah, berakibat atau
suatu yang menghasilkan perubahan dari sistem yang dibuat dan
menghasilkan yang lebih baik. Dan untuk lebih jelasnya kami nukil dari
beberapa pendapat para ahli sebagai berikut :
a. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “efektifitas adalah
keberhasilan, kemujaraban, pengaruh atau kesan sejauh mana suatu
kelompok mencapai tujuan.2
1 GB, Yuono, et.al, Pedoman Ejaan Indonasia yang telah disempurnakan, (Surabaya:
Indah Pres, 1987), h. 39 2Widodo, Kamus Ilmiah Populer, ( Yogyakarta : Absolute, 2001), cet.1. h. 15
8
b. Menurut Zakiah Darajat, efektifitas yaitu sesuatu kegiatan yang
bekenaan sejauh mana usaha yang direncanakan atau yang
diinginkan dapat terlaksana.3
c. Menuruut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Efektifitas adalah
sesuatu yang mendapatkan hasil dan usaha yang mendapatkan
tujuan yang dilakukan dengan tindakan dan perbuatan”4
Sukarwati, mengemukakan bahwa:
Karakteristik mengajar yang efektif adalah 1) Penampilan
guru seperti personalitinya, kedisiplinannya, penguasaan bahan ajar,
persiapan bahan ajar seperti pembuatan rencana pembelajaran. 2) cara
mengajarnya seperti urutan pengajarannya, pemilih hari model
pengajarannya, penggunaan alat bantu pengajarannya dll. 3)
kompetensi dalam mengajar. 4) kemampuan dalam mengambil
keputusan secara bijaksana, seperti bagaimana mengendalikan metode
sosiodrama, memberikan evaluasi dan sebagainya5
Dun and Dun, mengemukakan bahwa :
Siswa akan memperoleh kemajuan kalau 1) cara belajarnya mereka di
pertimbangkan cara membuat rencana pelajaran untuk mereka. 2)
diagnosa yang cermat perlu dikembangkan dan atas dasar itu dibuat
rencana pelajaran atau program ntuk setiap individu. 3) kepada
mereka diberikan pilihan dalam lingkungan belajar. 4) Dilakukan tes
akhir dengan kriteria atau kerangka teori atau acuan.6
Pembelajaran efektif ini diperani oleh guru profesional
(berkeahlian mengajar) yaitu guru yang mampu menciptakan kondisi-
kondisi instruksional tertentu secara kondusif sedemikian rupa
sehingga murid-muridnya merasa senang pada situasi yang kondusif
ini dan senang belajar. Sebagaimana diketahui bahwa sesuatu kegiatan
itu efektif terjadi keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan.
3 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 20
4 Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : balai pustaka,1998),
h. 35 5http//id wordpress.com/tag/pgsd
6Ibid…, h. 35
9
Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan
dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya
merupakan suatu konsep yang lebih luas,mencakup berbagai faktor
didalam ataupun diluar diri seseorang.Dengan demikian, efektivitas
tidak hanya dapat dilihat dari sisi prokduktivitas,tetapi dapat pula
dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya.Disamping itu,efektivitas
juga dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dicapai oleh orang.7
Berdasarkan hal tersebut, efektivitas merupakan suatu
konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau
suatu tingkatan terhadap tujuan yang hendak dicapai, atau tingkat
pencapaian tujuan. Sementara itu,belajar dapat pula dikatakan sebagai
komunikasi terencanayang menghasilkan perubahan atas sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran
khusus yang berkaitan dengan pola berprilaku yang diperlukan
individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan
tertentu. Jadi, efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran sehingga dapat membawa hasil yang berguna serta ada
efek yang positif,termasuk dalam pembelajaran PKn.Pencapaian
tujuan tersebut berupa meningkatan pengetahuan dan pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orangtua
serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
Dengan pemahaman tersebut, dapat dikemukakan tentang
aspek-aspek efektivitas belajar diantaranya sebagai berikut;1)
peningkatan pengetahuan; 2) peningkatan ketrampilan; 3) perubahan
sikap; 4) prilaku; 5) kemampuan adaptasi; 6) peningkatan integrasi; 7)
peningkatan partisipasi; dan 8) peningkatan interaksi kultural. Hal ini
penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam
upaya pencapaian kompetensi belajar.8
7Daryanto, Media pembelajaran , (Bandung: Satu Nusa, 2010), cet ke- 1, h. 54
8Ibid…, h. 54
10
Jadi suatu program pendidikan dikatakan efektif kalau
tujuan-tujuan berhasil dicapai,baik dari segi kuantitas
lulusannya.untuk meningkatkan proses pembelajaran sangat
diperlukan kualitas ilmu para tenaga pengajar (guru) baik dalam hal
merencanakan maupun pelaksanaan pembelajaran. Implikasi dari teori
ini adalah agar pimpinan organisasi sedapat mungkin penguasan
supaya para guru memiliki kualitas dalam pembelajaran. Kegiatan
yang dapat mendukung kegiatan tersebut adalah program bimbingan
yang dapat terus menerus dan intensif terhadap guru yang berubungan
dengan tugasnya dalam proses belajar mengajar.
Guru yang efektif dan efisien akan menghasilkan proses
belajar yang bermutu karena guru tersebut memanfaatkan fasilitas
pembelajaran dengan sebaik-baiknya.Serta penggunaan yang
berkualitas sehingga tujuan pendidikan telah ditetapkan dan dapat
tercapai dengan baik.
Menurut Tabarani Risyan, Efektivitas dan efisiensi guru
dapat dilihat pada:
1. Masukan merata
2. Keluaran yang banyak dan bermutu tinggi
3.Ilmu dan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
4. Pendapat dan keluaran yang memadai
Sedangkan efesiensi guru dapat dilihat dari:
1. Kegairahan akan motivasi belajar yang tinggi
2. Semangat kerja yang besar
3. Kepercayaan berbagai pihak
4. Pembiayaan yang sedikit mungkin
5. Waktu dan tenaga yang sekecil mungkin tetapi menghasilkan
sesuatu yang besar dan mendekati rasional 9
9Tabarani Rusyan, Upaya meningkatkan budaya-budaya Kinerja Guru SD, (Jakarta:Inti
Media Ilmu Cipta Nusantara, 2001), h. 163
11
B. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan yang utama dalam proses pendidikan adalah belajar,
karena belajar itu merupakan kegiatan inti selain kegiatan-kegiatan yang lain,
sedangkan pembelajaran pada dasarnya “merupakan kegiatan terencana yang,
menkondisikan atau merangsang seseorang agar bias belajar dengan baik agar
sesuai dengan tujuan pembelajaran”.10
Kata pembelajaran berarti proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Gagne dalam bukunya Margarey E. Bell Bliedier
tentang belajar membelajarkan mengungkapkan bahwa “ membelajarkan
diartikan sebagai peristiwa eksternal yang dirancang guru guna
mendatangkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa”.11
Dalam pengertian lain pembelajaran adalah proses member suasana
terjadinya perubahan perilaku individu belajar yang terikat tujuan. Secara
umum proses belajar dapat dipahami secara konseptual dengan menggunakan
pendekatan behaviorisme dan kognitif dengan pendekatan tersebut telah lahir
teori belajar yang berorientasi ”Opera Conditioning dan Instrumental
Conceptualisme”.12
Pembelajaran adalah proses (kegiatan) belajar.13 Dalam proses
kegiatan tersebut terdapat dua komponen utama yang masing-masing
memiliki karakteristik yang berbeda yaitu komponen belajar dan mengajar.
Belajar menurut Slameto adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.14
10
Ahmad Jayadi & Abdul Majid, Tadzikirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 26 11
A.Rahman Shaleh, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang : Lintas Media), h.48 12
Rustana Adiwinata, Perencanaan Pengajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam : 2000) , h.3 13
Dept. Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Depdikbud, 1985), Cet.IV.
14 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rieneka Cipta,
1995), Cet. II, h.2.
12
Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang
berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu
suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.15
Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
mengemukakanBelajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon
pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).16
Menurut Morgan yang dikutip oleh Ngalim Purwanto “Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.17
Dari beberapa definisi belajar yang dikemukakan para ahli penulis
memberi kesimpulan bahwa yang dimaksud belajar adalah proses pencarian
dari seorang individu atau peserta didik. Dalam proses ini individu tersebut
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat membentuk tingkah laku
mereka dan dapat membuat adanya perubahan tingkah laku dalam diri
mereka.
Sedangkan kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris
kuno, yaitu teacan. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (old Teutenic)
taikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. To
teach (mengajar) dilihat dari asal usul katanya berarti memperlihatkan sesuatu
kepada seseorang melalui tanda atau simbol; penggunaan tanda atau simbol
itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respons
mengenai kejadian, seseorang, observasi, penemuan dan lain sebagainya.18
15
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), h. 28.
16 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 84.
17 Purwanto, Psikologi …, h.84.
18 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. 3, h. 73.
13
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian
informasi itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.19
Mengajar ialah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar
mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa yang
mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan
jalan dan memperhitungkan kepribadian siswa, kesempatan untuk berbuat
aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada siswa.20
Menurut Gagne yang dikutip oleh Wina Sanjaya “mengajar
merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan
kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan
fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam
mempelajari sesuatu”.21
Dari beberapa definisi di atas dapat diberi kesimpulan bahwa
mengajar adalah suatu proses dimana seorang guru memberikan atau
mentransfer ilmu yang mereka miliki kepada para siswa dan dalam proses
mengajar itu guru memerlukan alat, tanda atau symbol agar siswa mudah
mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai
proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang
demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Pembelajaran perlu
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan.22
19
Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 73-74.
20 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang … ,h.30.
21 Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 78.
22 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), h. 103.
14
KataPembelajaran adalah terjemahan dari Instruction, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan
cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua
itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai
fasilitator dalam belajar mengajar.23
Dari beberapa uraian di atas, maka tampak jelas bahwa istilah
“pembelajaran” itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajarai bahan
pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan
siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakan hanya
terletak pada peranannya saja.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik.24
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.25
23
Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h. 78.
24E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2007), Cet.III, h. 255.
25http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran, Kamis, 17 September 2009.
15
Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik melalui bebagai interaksi dan pengalaman belajar.26
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.27
Pembelajaran adalah dimana adanya interaksi yang harmonis antara
guru dan murid dalam proses belajar-mengajar. Guru dapat berinteraksi
dengan murid baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Indicator
keberhasilan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
tingkah laku murid kea rah yang lebih baik.
1. Karakteristik Pembelajaran
Apabila dalam mengajar menempatkan guru sebagai pemeran
utama yang memberikan informasi kepada siswa, maka dalam
pembelajaran guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memanage
berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Terdapat beberapa
karakteristik penting dari istilah pembelajaran, yaitu:
a. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah
membelajarkan siswa. Siswa tidak dianggap sebagai objek belajar
yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru, melainkan siswa
ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuan yang dimilikinya.
26
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003 pasal 1, tentang Sistem
Pendidikan Nasional
27 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2005), h. 13.
16
b. Proses pembelajaran berlangsung di mana saja.
Kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar siswa. Siswa dapat
memanfaatkan berbagai tempat belajar sesuai dengan kebutuhan dan
sifat materi pelajaran.
c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan.
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai.28
Selain tiga karakteristik pembelajaran yang disebutkan di atas,
makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan
ditunjukkan oleh beberapa ciri yang dijelaskan berikut ini:
a. Pembelajaran adalah proses berpikir
Belajar adalah berpikir. Belajar berpikir menekankan
kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi
antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berpikir
proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada
akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan
adalah kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri
(self regulated).
b. Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan
otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri
dari dua bagian, yaitu otak kiri dan kanan. Otak kiri bersifat logis,
skuensial, linier, dan rasional. Sedangkan cara kerja otak kanan
bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.
c. Belajar berlangsung sepanjang hayat
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yag tidak pernah
berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.29
28
Sanjaya, Pembelajaran Dalam …, h.79-80.
29 Sanjaya, Strategi Pembelajaran …, h. 107-124.
17
2. Azaz-azaz Pembelajaran
Azaz-azaz pembelajaran merupakan prinsip-prinsip umum yang
harus dikuasai oleh guru dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar.30
Berikut akan dibahas tentang azaz-azaz pembelajaran, yaitu:
a. Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud
memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan
sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa.
b. Minat dan Perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian.
Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul
perhatiannya terhadap pelajaran yang diminati tersebut.
c. Motivasi. Terdapat dua macam motivasi; 1) motivasi instrinsikadalah di
mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri. 2) motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya
pengaruh luar.
d. Apersepsi yaitu bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada
saat tertentu.
e. Korelasi dan Konsentrasi. Korelasi adalah hubungan antara satu mata
pelajaran dengan pelajaran yang lain yang berfungsi dapat menambah
kematangan pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan azaz korelasi
maka pelajaran yang satu dengan yang lain diharapkan dapat
menimbulkan konsentrasi siswa sehingga dapat membangkitkan minat
dan perhatian mereka dalam belajar.
f. Kooperasi adalah belajar atau bekerja bersama (kelompok). Kooperasi
dapat memberikan keuntungan-keuntungan kepada siswa, antara lain:
1. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan, dengan belajar
secara individu,
2. Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan
lebih kuat disbanding pendapat perorangan,
30
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet. 1, h. 7-18.
18
3. Dengan kerjasama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali
persatuan, tanggung jawab bersama, rasa memiliki, dan
menghilangkan egoisme.
g. Individualisasi, azaz ini dilator belakangi oleh adanya perbedaan siswa
baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan
kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh
seorang guru. Oleh karena itu setiap proses belajar mengajar hendaknya
guru berusaha menyesuaikan materi yang disajikan dengan kondisi
siswanya.
h. Evaluasi ialah penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan
belajar mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai
sejauh mana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai, di
samping itu juga hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar
mengajar tersebut.
3. Model Pembelajaran
Pembelajaran berbasis kompetensi sebagai aktualisasi dari kurikulum
2004 dapat dilakukan dengan berbagai model. Model tersebut antara lain:
a. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning).
b. Bermain Peran (Role Playing).
c. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning).
d. Belajar Tuntas (Mastery Learning).
e. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction).31
C. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Kata Aqidah berasal dari bahasa arab yaitu kata “Aqqada” yang
berarti mengikat, membuhul, menyimpulkan, mengokohkan, menjanjikan.
Aqidah merupakan jamak dari kata “aqad” yang berarti keyakinan
keagamaan yang dianut oleh seorang dan menjadi landasan segala bentuk
31
E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset,
2006), h.137-157.
19
aktifitas, sikap pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah tersebut identik
dengan iman(kepercayaan, keyakinan).32
Pendapat lain mengatakan bahwa Aqidah menurut bahasa berasal dari
kata al-aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau
keyakinan kuat, al-ihkamu artinya mengokohkan/menetapkan dan ar-rabthu
biquwwah yang berarti mengikat dengan kuat, sedangkan menurut istilah
adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi
orang yang meyakininya.33
Yang dimaksud dengan Aqidah yaitu iman atau keyakinan atau
kepercayaan yang bersumber kepada Al-Qur’an hakekatnya iman,
sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabatnya :
Artinya : “Iman adalah percaya, membenarkan mengakui Allah dan
MalaikatNya, kitab-kitabNya, paara RasulNya, percaya pada hari kebangkitan
dan percaya takdir Allah yang baik dan buruk”. (HR. Bukhari Muslim).34
Kata akhlak menurut (etimologi) adalah jamak dari kata khula,
mempunyai akar kata yang sama dengan khaliq (penciptanya, yakni tuhan)
dan makhluk ( yang diciptakan), dari kata khalaqa ( menciptakan).35
Dengan demikian kata khulaq dan akhlaq selain mengacu kepada
konsep penciptaan alam semesta.
Menurut Imam Al-Ghazali, dalam bukunya “Ihya Ulumuddin”
menyatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat
menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Menurut Amin dalam bukunya
“al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak adalah ilmu untuk menetapkan
32
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta : 2006), cet. 7, h. 78 33
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, (Bogor:
Pustaka At-Taqwa, 2004), h. 35 34
Depag RI, paket Panduan Guru Keluarga Sakinah, (Jakarta : 2004), h. 32 35
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : LIPI, 2006), h. .32
20
ukuran segala perbuatan manusia baik dan yang buruk, yang benar atau yang
salah, yang hak atau yang batil. Sedangkan Abdul Karim Zaidan menyatakan
bahwa akhlak adalah nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga
seseorang dapat menilai perbuatan baik dan buruk, kemudian memilih
melakukan atau meninggalkan perbuatan ini.36
Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran Aqidah
Akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang
membahas ajaran agama islam yang memberikan bimbingan kepada siswa
agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak meliputi:
a. Masalah keimanan seperti rukun iman (iman kepada Allah, Rasul-rasul
Allah, hari akhir dan iman kepada qodo dan qadar).
b. Cerita para nambi dan rasul allah yang sholeh
c. Masalah akhlak. Pembahasan akhlak ini meliputi akhlak mahmudah
yang harus diupayakan menjadi kebiasaan dan akhlak madzmumah
yang mutlak harus dihindari.
2. Fungsi Pelajaran Akidah Akhlak
Di madrasah ibtidaiyah, mata pelajaran aqidah akhlak ini memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa
dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga.
b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan
pemahaman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari siswa dan
menghambat perkembamngannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
36
Roli Abdul Rohman, et.al. Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo : Tiga Serangkai, 2005),
h. 5
21
d. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan
menulis al-Qur`an, serta kandungan al-Qur`an dan Hadist.
D. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Tujuan adalah sarana yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai.
Tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah adalah untuk
menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Adapun tujuan pembelajaran aqidah akhlak menurut GBPP
Departemen Agama yaitu :
a. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa
akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan
tingkah lakunya.
b. Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi Akhlak yang buruk
dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan
sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.
c. Memberikan bekal kepada anak atau siswa tentang Aqidah dan Akhlak
untuk melanjutkan pelajaran kejenjang pendidikan menengah.37
Tujuan pembelajaran aqidah akhlak di madrasah adalah
pembelajaran menumbuh kembangkan Akidah Islam pada peserta didik.
Sehingga mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar,
bahwa pendidikan Aqidah Akhlak kalau ditinjau pada ruang lingkup bahan
pengajaran dan data urutan bahan, berisikan tiga macam pokok, yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan vertikal antara manusia
dengan khaliknya yang mencakup segi Aqidah meliputi: iman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, Rasul-rasul-Nya dan
hari akhir serta qodha` dan qodar-Nya.
37
Depag RI, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah,
(Jakarta : 1998) , cet.1, h.13
22
b. Hubungan manusia dengan manusia, materi yang dipelajari meliputi:
akhlak dalam pergaulan sesama manusia, kebiasaan membiasakan akhlak
yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang
buruk.
c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya,materi ini meliputi: akhlak
manusia terhadap alam sekitarnya, baik lingkungan dalam arti luas
maupun terhadap makhluk hidup selain manusia, yaitu binatang dan
tumbuh-tumbuhan.
Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan umat manusia antara
lain dapat di kemukakan sebagai berikut :
a. Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak
lahir.Aqidah Islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut,
menuntun dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang
Tuhan, tidak menduga-duga.
b. Atau mengira-ngira, melainkan menunjukkan Tuhan yang sebenarnya.
c. Memberikan ketenangan dan ketenteraman jiwa.
d. Memberikan pedoman hidup yang pasti.38
Jadi kedua pengertian di atas yaitu “ Aqidah dan Akhlak “ dapat di
ketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena aqidah atau
iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada
sekolah Ibtidaiyah kedua bidang bahasan ini di jadikan satu mata pelajaran
yaitu “Aqidah akhlak“.
e. Jenis-jenis Akhlak
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan
sifat para Nabi dan orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk
merupakan sifat syaithan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya,
akhlak itu menjadi dua macam jenis:
a. Akhlak baik atau terpuji (Al-akhlaaqul Mahmuudah), yaitu perbuatan
baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluk lain.
38
MB. Rahimsyah, Setyo Adhie, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Aprindo,
2010), h. 269-337
23
Akhlak baik meliputi: belas kasihan atau sayang, memberi nasehat,
rasa persaudaraan memberi pertolongn, bertaubat, bersabar, bersyukur,
bertawakkal, ikhlas, bersikap takut pada Allah Swt dan lain
sebagainya.
b. Akhlak buruk atau tercela (Al-Akhlaaqul Madzmuumah) yaitu
perbuatan buruk terhadap tuhan, sesama manusia dan makhluk-
makhluk lain. Akhlak buruk meliputi: mudah marah, mengadu domba,
mengumpat, sifat kikir, takabbur, Musyrik, murtad, munafiq, riya,
boros dan berfoya-foya, rakus atau tamak, dan sebagainya.
Pada
dasarnya hakekat akhlak bisa dibina dan di bentuk sebagaimana
ucapan Al-Ghazali yang di kutip oleh Abudin Nata segala
pembentukan dan pembiasaan”. Hasad atau Hasud disebut juga dengki,
yang dimaksud ialah berusaha menghilangkan kenikmatan yang
diperoleh orang lain, supaya nikmat itu pindah kedirinya atau supaya
nikamt itu hilang dari orang yang didengkinya. Sifat itu termasuk
akhlak tercela menurut pandangan Islam juga menurut pandangan
masyarakat bangsa kita. Sebabnya karena orang yang hasad (dengki)
itu tidak merasa senang melihat teman atau orang lain mendapatkan
kenikamatan dan kebahagiaan. Ia ingin agar yang bahagia dan
mendapatkan kenikmatan hanya dirinya saja, orang lain supaya celaka
atau sengsara dan rugi.Itu sebabnya Nabi Muhammad Saw.
mengharamkan dan melarang kita umat Islam memiliki sifat hasud
atau dengki. Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:Dari Abu Huarairah RA. Sesunggguhnya Rasulullah Saw.
Bersabda, Jauhilah oleh kamu sekalian buruk sangka, karena buruk
sangka itu sedusta-dusta pembicaraan, dan janganlah kamu meneliti
cela orang lain, dan janganlah kamu mengintai-intai, dan janganlah
kamu sekalian menambah harga (menaikan harga) untuk menipu, dan
janganlah kamu sekalian hasud menghasud, dan janganlah kamu
sekalian benci membenci, dan janganlah kamu sekalian
membelakangi, dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang
24
bersaudara’ (H.R. Al-Bukhari). Hadits diatas mengajarkan kepada kita
agar menjahui 7 (tujuh) macam sifat tercela, yaitu:
a. Berburuk sangka, buruk terhadap sesama muslim, sebab hal itu
akan menimbulkan percakapan dusta dan menurunkan derajat
orang lain.
b. Meneliti cela orang lain, sebab walaupun tidak kita teliti, setiap
orang pasti mempunyai cela atau cacat atau kekurangan. Mungkin
cacat kita itu lebih banyakdari cacat orang yang kita cari cacatnya
itu.Kita sering mendengar peribahasa Indonesia yang berbunyi:
“Kuman diseberang lautan tampak kelihatan, gajah dipelupuk mata
tidak tampak kelihatan”
c. Mengintai-intai kesalahan atau tempat kediaman orang lain,
mengawasi orang lain untuk mencari kesalahannya adalah sifat
tercela, sebab apabila tidak dapatkan kesalahan orang lain itu akan
timbul dengki dan merusak amal kebaikannya.
d. Menaikan harga dengan tujuan menipu orang lain, sebab akan
menimbulkan perselisihan dan kebencian.
e. Hasud-menghasud (dengki-mendengki) karena akan menimbulkan
fitnah yang besar dan kerusakan yang menyedihkan.
f. Benci-membenci, sebab akan menimbulkan kerugian dan
mengurangi keimanan.Belakang-membelakangi, yang akibatnya
memutuskan persaudaraan, sedangkan kita diperintahkan untuk
mempererat tali persaudaraan sesama muslim.39
E. Dasar-dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada
Rasulullah Muhammad Saw dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab
dan maknanya yang benar sebagai undang-undang bagi manusia dan
39
Ibid. Hal 85
25
member petunjuk kepada mereka, serta menjadi sama pendekatan ibadah
kepada Allah dengan membacanya.40
Al-Qur’an merupakan undang-undang dan petunjuk bagi manusia
sebagai petunjuk Akidah dan kepercayaan yang dianut manusia, petunjuk
Akidah yang murni sesuai dengan norma-norma Agama dan petunjuk
mengenai syariat dan hukum.
b. Hadits
Hadits/sunnah adalah sesuatu yang didapatkan dari Nabi
Muhammad Saw yang terdiri dari ucapan, perbuatan, ketetapan dan
persetujuan, sifat fisik atau budi, geografi, baik sebelum kenabian ataupun
sesudahnya.41
Rasulullah Saw merupakan seorang pendidik yang telah berhasil
membentuk masyarakat rabbani, masyarakat yang berakhlak dan pendidik
secara islami.
F. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pengajaran mata pelajaran Akidah Akhlak agama Islam yang
digunakan di MI Al-Hikmah secara umum sebagai berikut :
1. Metode Ceramah
Metode ini yang paling banyak dipergunakan oleh guru MI Al-
Hikmah dalam mengajarkan materi Akidah Akhlak.
Langkah yang dipergunakan dengan metode ceramah ini adalah
sebagai beriku: Guru menerangkan atau menjelaskan, murid
mendengarkan, menyimak, memperhatikan dengan seksama dan
membuat catatan-catatan penting dari apa yang telah di terangkan oleh
gurunya.
40
Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Lembaga Pendidikan Umat,2005), h. 5 41
Abudin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet.
5, h. 156
26
2. Metode Diskusi/Tanya jawab
Selain metode ceramah, ada juga metode lain yang dipergunakan
adalah metode diskusi atau tanya jawab. Metode ini dipergunakan oleh
guru MI Al-Hikmah untuk mengetahui kemampuan, pemahaman dan
interpretasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
Langkah yang dipergunakan adalah: guru memberi pertanyaan
secara umum atau individu, kemudian siswa menjawabnya, jika tidak
bisa maka dilemparkan pada yang lainnya.
Selain pertanyaan dari guru, siswa juga diberi kesempatan bertanya
kepada guru.
Untuk diskusi terkadang dilakukan secara kelompok dan membuat
resume.
Metode ini banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah
terutama pada materi pelajaran Akidah Akhlak.
3. Metode Demonstrasi
Metode ini dipakai untuk menjelaskan kepada siswa materi
pelajaran yang membutuhkan peragaaan seperti shalat, haji, jual beli,
membaca ayat Al-Qur’an dan lain-lain.
Materi pelajaran yang banyak menggunakan metode ini adalah
Fiqih dan al-Qur’an Hadist dan lain-lain.
4. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan guru kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan siswa terhadap pemahaman materi yang telah
diberikan dan untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa terhadap
materi tersebut.
Pemberian tugas bisa bersifat kelompok atau perorangan, bisa pula
dikerjakan ditempat atau di rumah.
Metode ini dipakai untuk seluruh mata pelajaran Agama Islam, atau
mata pelajaran lain.
27
5. Metode Uswatun Hasanah
Dalam Al-Quran kata teladan diproyeksi dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti
baik, sehingga kata uswahhasanah mengandung arti sebagai teladan yang
baik.
Metode ini dianggap penting karena semua aspek Agama yang
terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang
terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral).
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang efektifitas pembelajaran
Akidah Akhlak untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penulis mengutip
beberapa penelitian yang relevan, antara lain:
1. Dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Aktivitas untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akidah Akhlak”
(eksperimen di MI Nurul Falah Jakarta). Disusun oleh Rahman
(8090183000097), Program Guru Madrasah Ibtidaiyah FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011. Mengatakan bahwa terdapat perbandingan
pembelajaran berbasis Aktifitas dengan Efektif Pembelajaran terhadap
hasil belajar siswa, dan nilai siswa pun lebih meningkat.
2. Dalam skripsi yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam (Akidah
Akhlak) di SDN 05 Jakarta)”. Disusun oleh Rahmat Hidayat
(106015000709),Program Guru Madrasah Ibtidaiyah FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011. Mengatakan bahwa Pembelajaran Akidah
Akhlak terhadap siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan nilai
siswa pun lebih meningkat.
28
H. Kerangka Berpikir
Kebanyakan pembelajaran Akidah Akhlak hanya berpusat pada
guru dan materi yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab,
cenderung membosankan atau membuat siswa merasa jenuh dan tidak
termotivasi sehingga menyebabkan menurunnya hasil belajar siswa. Dengan
menggunakan metode yang lebih efektif diharapkan dapat lebih
meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih berprestasi lagi. Tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa mendengarkan dan menyimak
apa yang di terangkan atau dijelaskan oleh guru tentang pembelajaran
Akidah Akhlak yang menyangkut materi tersebut, lalu siswa diberi tugas
untuk menulis, merangkum, dan latihan-latihan yang telah di jelaskan oleh
gurunya yang berfungsi untuk meingkatkan motivasi belajar dan prestasi
siswa.
Jadi, jika pembelajaran aktif dengan menggunakan efektifitas
pembelajaran diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar dari hasil tindakan
ini diharapkan hasil belajar dapat ditingkatkan.
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang akan di uji kebenarannya
dengan fakta yang ada. Berdasarkan landasan teori, maka hipotesis yang
digunakan adalah efektifitas pembelajaran Akidah Akhlak dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MI
Al-Hikmah, Kalibata, Jakarta Selatan.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah ibtidaiyah al-Hikmah kalibata
Jakarta selatan RT 011/RW 01 No. 29 Kalibata Jakarta Selatan Waktu
penelitian berlangsung selama 4 bulan mulai dari bulan Maret 2012 sampai
bulan Mei 2012.
Tabel 3.1
Jadwal penelitian yang dilakukan bulan Maret-Mei tahun 2012
KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN
Maret April Mei
No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan dan studi pustaka x x X x x
2. Penyusunan perangkat
penelitian
x X x x x x
3. Pengumpulan data x x x x
4. Pengolahan data x x x x
5. Penyusunan laporan x x x x
6. Laporan akhir x x
7, Revisi x
29
30
B. Metode Penelitian
Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi. Metodologi penelitian adalah metode-metode yang
digunakan dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini merupakan usaha
untuk menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap
kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan memakai metode-
metode ilmiah. Maka metode-metode ilmiah untuk penelitian ini
dikelompokkan dalam metodologi penelitian, cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian ini agar mencapai
suatu tujuan penelitian.
Setelah memperoleh sedikit gambaran tentang kerangka berfikir ilmiah,
saya memasuki pemahaman lebih lanjut mengenai metode penelitian ilmiah.
Metode di sini diartikan sebagai cara teknis yang dilakukan dalam proses
penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta
dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Berhasil tidaknya suatu penelitian banyak tergantung pada tepat
tidaknya di dalam memilih suatu metode penelitian tersebut. Oleh karna itu
metode penelitian merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam
melaksanakan penelitian.
Metode penelitian yang diguanakan oleh penulis adalah penelitian
lapangan (fild reseach) Yaitu data yang diperoleh melalui penyebaran
kuesioner, wawancara dan observasi yang diberikan kuantitatif item
pertanyaan dari indikator konsep yang diujikan dan diberikan kepada
responden yang diambil sampel dari penelitian ini (siswa Madrasah AL-
Hikmah).
31
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variable efektivitas Guru dan Murid dalam prestasi belajar pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak. Agar setiap variable yang terdapat dalam penelitian
ini dapat dimengerti dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam
menafsirkan pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variable yang
akan diteliti yaitu :1
1. Variable Bebas (Independen variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas dan murid
dikonotasikan dengan huruf (X).
2. Variabel Terikat (Dependen variable)
Variable Terikat dalam penelitian ini adalah prestasi murid pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak, variable terikat ini dikonotasikan dengan huruf
(Y).
D. Populasi dan Sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa MI Al-Hikmah dengan jumlah
30 siswa. Alasan dipilihnya siswa kelas IV MI Al-Hikmah sebanyak 30
siswa sebagai subjek penelitian adalah karena ditemukannya masalah saat
proses belajar mengajar, yaitu keefektifitasan pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah Kalibata masih rendah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh penulis saja, tetapi juga oleh orang
lain. Berikut adalah langkah-langkah yang penulis lakukan untuk
menganalisis data:
1 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2009 ), Cet 8,
h. 61.
32
1. Editing
Yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit atau memilih data,
sehingga hanya data yang tercapai saja yang tersisa. Langkah edit ini
bertujuan untuk merapikan data agar rapi, bersih dan mengadakan
pengolahan lebih lanjut.
2. Skoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan
skor terhadap pernyataan yang ada pada angket dengan ketentuan
pertanyaan positif diberi skor (nilai) sebagai berikut:
A= Selalu (4)
B= Sering (3)
C= Kadang-kadang (2)
D= Tidak pernah (1)
Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif diberi skor (nilai) sebaliknya.
3. Tabulating
Pada tahap ini, penulis memindahkan jawaban kedalam blangko yang telah
tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan
teknik analisa non-statistik dan teknik analisa statistik. Analisa non-
statistik menggunakan metode deskriptif, yaitu menuturkan dan
menganalisa data yang berupa angka-angka yang diperoleh dari penelitian,
sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa secara
kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan data
apa adanya. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan
kemudian dilengkapi dengan presentase. Rumusnya sebagai berikut:
33
N
FxP
%100
Keterangan:
P= Prosentase
F= Frekuensi
N= Number of Cases (Jumlah responden)
34
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang MI Al-Hikmah
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah berada di wilayah Kelurahan
Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Di kelurahan Kalibata terdapat
banyak Sekolah Swasta yang mengelolah pendidikan formal dari tingkat
RA/TK, SD/MI, SMP/MTs, SLTA/MA bahkan sampai dengan Perguruan
Tinggi. Tetapi selama ini mutu pendidikan tersebut masih kalah bersaing
dengan sekolah-sekolah lain.
MI Al-Hikmah yang berdiri sejak tahun 1986 sampai saat ini masih
tetap eksis dan dapat melaksanakan Kegiatan Belajar mengajar walaupun
dalam serba keterbatasan.
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah mempunyai potensi yang besar dan
dapat dikembangkan lebih maju lagi, diantaranya karena :
1. Gedung MI Al-Hikmah sudah direnovasi sehingga Ruang kelas Belajarnya
standar dan nyaman untuk belajar.
2. Sumber Daya Manusia ( SDM ) atau Guru sebagian besar sudah Strata
Satu ( S.1 ) dan sudah Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).
3. Lokasi yang strategis
4. Lokasi lahan yang luas.
Dengan segenap aktivitas akademik MI Nal-Hikmah akan selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan mutu pendidikan, agar
lulusan dari MI Al-Hikmah dapat bersaing dengan lulusan dari sekolah lain.
35
VISI DAN MISI
VISI
Terselenggara proses pendidikan yang menggunakan keseimbangan Iman,
Taqwa, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kurikulum.
2. Meningkatkan kualitas manajemen pendidikan dan sumber daya manusia
(tenaga kependidikan).
3. Menghasilkan Pelajar yang mempunyai daya pikir yang handal dan kreatif
serta mengerti akan ajaran agama menuju perilaku santun dan berbudi
pekerti luhur.
1. Struktur Organisasi
Untuk struktur organisasi MI Al-Hikmah Jakarta Selatan
berdasarkan data yang diperoleh penulis dari bagian administrasi yaitu
sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI MI AL-HIKMAH
YAYASAN MI AL-HIKMAH
KEPALA
SEKOLAH
WAKASEK
TATA USAHA
GURU-GURU
SISWA-SISWI
KOMITE
SEKOLAH
36
2. Keadaan Guru, karyawan dan Siswa-siswi
Tabel 4.1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Keterangan Jumlah
1 Guru PNS Diperbantukan Tetap 2
2 Guru Tetap Yayasan -
3 Guru Honorer 6
4 Guru Tidak Tetap
1 Bendahara 1
2 Tata Usaha 2
Pendidik
Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Data Guru Dan Karyawan
NO NAMA/NIP PEND.
TERAKHI
R
BIDANG STUDY
1 H. Abdul Salam PGAN Bahasa Arab,
Akidah
2 Mursidi MAN Guru Kelas 4
3 Mulyana MAN Guru Kelas 2
4 Siti Azizah MAN Guru Kelas 1
5 M. Kholil Amir SLTA Guru Kelas 3
6 Ma`mun, S.Ag IAIN Guru Kelas 5
7 Tri Wahyuni, S.Pd UHAMKA Guru Kelas 6
8 Ahmad Zamroni, S.Pd.I Yudharta Fikh, Qurdist
37
Jumlah siswa-siswi MI Al-Hikmah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Data Siswa MI Nurul Ikhwan Tahun Pelajaran 2012-2013
NO KELAS JENIS KELAMIN
JUMLAH L P
1 I 16 14 10
2 II 14 9 14
3 III 10 10 20
4 IV 12 8 30
5 V 11 19 30
6 VI 9 8 17
JUMLAH 72 58 111
3. Sarana dan Prasarana
Selain guru, murid, sarana dan prasarana pun merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dalam menunjang terlaksananya proses belajar
mengajar, karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai
maka proses belajar mengajarpun akan berjalan dengan baik, sebaliknya
jika sarana dan prasarana kurang memadai maka proses belajar pun
menjadi kurang efektif.
Tabel : 4.4
Keadaan Sarana dan Prasarana Madarasah Ibtidaiyah Al-kahairiyah
No Sarana Prasarana Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ruang Belajar
Ruang Kepala Madrasah
Ruang Guru
Perpustakaan
WC Guru
WC Murid
Meja Murid
Kursi Murid
Papan Tulis
6 kls
1
1
1
1
1
120
240
6
Baik
Baik
Baik
Rusak Ringan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
38
10
11
12
13
Kursi Pengajar
Meja Pengajar
Mesin Tik
Computer
6
6
1
3
Baik
Baik
Baik
Baik
4. Kurikulum Yang Digunakan
Kurikulum yang diterapkan Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmah
sebagai salah satu yang berada dibawah pengolahan Departemen Agama
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2008, dengan
harapan siswa lulusannya dapat menguasai IPTEK dan memiliki IMTAQ
yang kuat.
Pelaksanaan pengajaran bidang study Akidah Akhlak di MI Al-
Hikmah diberikan selama enam tahun yang dibagi menjadi dua semester
dalam satu tahun dengan jumlah jam sebanyak 2 jam pelajaran atau satu
kali pertemuan setiap minggunya, dengan bobot waktu dalam satu jam
pelajaran selama 35 menit, jadi dalam satu minggu waktu yang diberikan
untuk pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah ibtidaiyah Al-Hikmah adalah
selama 70 menit.
5. Metode Yang Digunakan
Metode pengajaran pelajaran Akidah Akhlak yang digunakan di
MI Al-Hikmah adalah :
1. Metode Ceramah
Metode ini yang paling banyak dipergunakan oleh guru MI Al-
Hikmah dalam mengajarkan materi Aqidah Akhlak.
Langkah yang dipergunakan adalah sebagai berikut: Guru
menerangkan dan murid mendengarkan, menyimak dan membuat
catatan-catatan yang penting yang diperlukan.
2. Metode Diskusi/ Tanya Jawab
Selain metode ceramah metode lain yang dipergunakan adalah
metode diskusi atau tanya jawab. Metode ini dipergunakan oleh guru
39
MI Al-Hikmah untuk mengetahui kemampuan, pemahaman dan
interpretasi siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
Langkah yang dipergunakan adalah: guru member pertanyaan
secara umum atau individu, kemudian siswa menjawabnya, jika tidak
bisa maka dilemparkan ke yang lain.
Selain pertanyaan dari guru, siswa juga diberi kesempatan bertanya
kepada guru. Untuk diskusi terkadang dilakukan secara berkelompok
dan membuat resume.
Metode ini banyak dipergunakan oleh guru MI Al-Hikmah
terutama pada materi pelajaran Akidah Akhlak.
3. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas diberikan oleh guru kepada siswa untuk
mengetahui kemampuan penalaran siswa terhadap materi tersebut.
Pemberian tugas bersifat kelompok atau perorangan, bisa pula
dikerjakan ditempat atau di rumah.
Metode ini dipakai untuk seluruh mata pelajaran Akidah Akhlak
atau mata pelajaran lainnya.
4. Metode uswatun hasanah
Dalam Al-Quran, kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah
yang kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang
berarti baik, sehingga kata uswah hasanah mengandung arti sebagai
teladan yang baik.
Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting
adalah Akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud
dalam bentuk tingkah laku (behaviord).
B. Akhlak Terhadap Orang Tua
Mengingat perkembangan zaman yang sudah sangat maju dimana anak
sangat dimanjakan oleh teknologi, media dan hiburan-hiburan yang sifatnya
melemahkan dan membuat orang lupa daratan, sehingga bisa menjerumuskan
kearah yang tidak baik. Padahal semua anak diharapkan dapat menggantikan
40
posisi orang tuanya dan membawa perubahan social, malah sebaliknya
prilaku anak-anak membuat para orang tua untuk selalu mengikuti anak-
anaknya kemana pergi. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengontrol
ialah dengan memberikan bekal agama dan akhlak yang kuat dalam jiwa
anak.
Karena akhlak merupakan hal yang urgen dan terpenting dalam ajaran
islam. Sebab itu tugas utama Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia ini adalah
untuk menyempurnakan budi pekerti atau akhlak yang mulia(karimah). Yang
lebih utama akhlak terhadap orang tua.
,ah” adalah kata-kata yang terlontar sebagai ungkapan rasa marah“ اف
kesal atau jemu itu tidak pantas lagi dilontarkan seorang anak terhadap orang
tuanya. Betapapun besar pengabdian yang telah ia berikan kepada mereka,
lebih tidak pantas lagi bila sang anak menghardik orangtuanya, dan itu sangat
besar dosanya karena Allah menetapkan terlarang. Yang perlu dilakukan anak
justru sebaliknya yaitu bertutur kata lembut, bermakna dan penuh
penghormatan dan mendoakannya.
Supaya lebih jelas penulis akan menjelaskan bagaimana efektifitas
pembelajaran aqidah Akhlak di MI Al-Hikmah Jakarta Selatan Melalui
hasilpenelitian dengan menggunakan angket yaitu :
TABEL 4.5
Apakah anda pernah bicara tidak sopan pada orang tua anda ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. selalu - -
b. sering 4 13,3
c. kadang-kadang 4 13,3
d. tidak pernah 22 73,3
Jumlah 30 100
Ternyata dari hasil jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan selalu
bicara tidak sopan pada orang tua tidak ada, dan yang menjawab sering
13,3% yang menyatakan kadang-kadang 13,3% sedangkan yang menyatakan
41
tidak pernah 73,3%. Data di atas menunjukan bahwa orang tua sudah cukup
baik mendidik anak-anaknya dalam keluarga. Sehingga anaknya ketika
berbicar selalu sopan dan santun. Dari penelitian di atas mayoritas siswa di
rumahnya berakhlak baik dan sopan.
TABEL 4.6
Apakah anda pernah berbohong pada orang tua ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. selalu - -
b. sering 2 6,6
c. kadang-kadang 8 26,6
d. tidak pernah 20 66,6
Jumlah 30 100
Data pada tabel di atas memperlihatkan dengan jelas, bahwa seorang
guru dalam proses belajar mengajar selalu mengajarkan jujur pada siswa, agar
siswa pada orang tua di rumah tidak suka berbohong. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban responan yang menyatakan selalu berbohong kepada orang tua
tidak ada, sering 6,6% sedangkan jawaban responden yang menjawab
kadang-kadang 26,6%, dan yang menjawab tidak pernah cukup banyak yaitu
66,6%.
TABEL 4.7
Apakah anda menentang orang tua ketika ia menasehati ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. selalu - -
b. sering 2 6,6
c.kadang-kadang 6 20
d. Tidak pernah 22 73,3
Jumlah 30 100
Pada tabel diatas menunjukan bahwa anak yang selalu menentang orang
tua ketika dinasehati tidak ada, dan yang menjawab sering 6,6% sedangkan
yang menyatakan kadang-kadang 20%, adapun yang menjawab tidak pernah
42
73,3%. Menurut hemat penulis dalam tabel ini dapat dikatakan orangtuasudah
cukup tegas dalam menasehati dan membimbing anaknya.
TABEL 4.8
Apakah anda pernah membuat orang tua marah ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 1 3,3
b. Sering 2 6,6
c. Kadang-kadang 12 40
d. Tidak pernah 15 50
Jumlah 30 100
Selain diperintahkan untuk ibadah, maka orang tua juga menyuruh
anaknya untuk belajar. Namun sikap anak ketika disuruh belajar alasanya
tanggung karena acaranya bagus(film). Sehingga orangtua menjadi emosi lalu
marah, hal ini sesuai hasil penelitian terlihat sikap anak yang selalu membuat
orangtua marah ada 3,3%, dan yang sering ada 6,6%, namun yang kadang-
kadang membuat orangtua marah ada 40%, sedangkan yang tidak pernah
membuat orangtua marah ada 50%. Dari jawaban responden ini ternyata
orang tua belum berhasil dalam mendidik anaknya di rumah. Maka pihak
orang tua dan guru di sekolah harus saling bekerja sama agar siswa/anak
dalam berakhlak lebih baik lagi terutama pada orangtua ataupun gurunya.
Tabel 4.9
Apakah anda membantu orangtua ketika orangtua
mengalami kesulitan ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 20 66,6
b. Sering 3 10
c. Kadang-kadang 7 23,3
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
43
Pada tabel di atas yang mengatakan selalu membantu orangtua ketika
mengalami kesulitan sangat baik yaitu 66,6%, sedangkan yang menyatakan
sering 10%, dan yang menyatakan kadang-kadang 23,3%, namun yang
menyatakan tidak pernah membantu orangtua ketika mengalami kesulitan
tidak ada, hal ini terbukti bahwa rata-rata siswa di MI Al-Hikmah berakhlak
baik dan jiwa sosialnya tinggi baik kepada orangtua ataupun orang lain.
TABEL 4.10
Apakah anda menolak perintah orangtua ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu - -
b. Sering 3 10
c. Kadang-kadang 9 30
d. Tidak pernah 12 60
Jumlah 30 100
Acara televisi ditayangkan semakin menarik dan sudah dikemas
sebelum acara dimulai atau sudah diiklankan dahulu buat hari esoknya. Hal
ini berpengaruh terhadap kepribadian anak dimana anak-anak sudah
menyiapkan waktunya kalau tanggal sekian paket acara film(umpamanya).
Dengan keadaan tersebut membuat anak menjadi malas ketika diperintahkan,
namun dari hasil penelitian terlihat sikap anak yang selalu menolak perintah
orangtua tidak ada,yang sering 10% namun kadang-kadang 30%, sedangkan
yang menyatakan tidak pernah 60%. Hal ini membuktikan bahwa peranan
orangtua cukup baik.
C. Akhlak Terhadap Guru
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah orangtua kita di
sekolah setiap hari ia mengajar dan mendidik muridnya dengan penuh
semangat dan kesabaran. Dia belum mengenal dan belum bisa apa-apa hingga
mampu dan bisa, hingga ia menjadi sukses. Oleh sebab itu guru haruslah
dihormati dan dihargai seperti orang tua sendiri di rumah.
44
Seorang siswa atau murid harus berkata sopan santun apalagi bila
bertemu guru di jalan kita tidak boleh berpaling, harus bersalaman atau
ucapkan salam. Namun di zaman sekarang ini malah sebaliknya guru diejek,
dicaci maki dan dihina ia lupa akan jasa guru. Untuk lebih jelas apakah di MI
Al-Khairiyah siswa-siswinya sudah cukup baik dalam menerapkan pelajaran
Akidah Akhlaknya, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 4.11
Apakah anda memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 22 73,3
b. sering - -
c. Kadang-kadang 5 16,6
d. Tidak pernah 3 10
Jumlah 30 100
Ternyata dari hasil jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan selalu
memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran nampak pada jawaban
73,3% dan sering tidak ada, namun kadang-kadang 16,6% sedangkan yang
tidak pernah memperhatikan ketika guru menjelaskan palajaran hanya 10%.
Data di atas menunjukan bahwa guru sudah cukup baik dalam proses belajar
mengajar terutama ketika menjelaskan pelajaran. Sehingga siswa mau
memperhatikan apa yang dijelaskan oleh gurunya.
TABEL 4.12
Apakah guru anda pernah membanding-bandingkan
siswa yang satu dengan yang lain ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. selalu - -
b. sering 4 13,3
c. Kadang-kadang 3 10
d. Tidak pernah 23 76,6
Jumlah 30 100
45
Pada tabel diatas yang menyatakan guru selalu membandingkan-
bandingkan siswanya tidak ada, namun yang menyatakan sering 13,3% dan
yang menyatakan kadang-kadang 10% sedangkan yang menyatakan tidak
pernah 76,6%. Data di atas berarti guru sudah menunjukan sikap baiknya dan
terpujinya karena memang seorang guru tidak boleh membanding-bandingkan
siswanya baik yang pinter dengan yang bodoh ataupun yang cantik dengan
yang jelek hal ini juga membuat seorang siswa tidak suka pada guru itu dan
akhirnya siswapun tidak senang dengan pelajaran ketika guru itu mengajar.
TABEL 4.13
Apakah anda menolak hukuman yang diberikan
guru karena anda salah ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 3 10
b. Sering 2 6,6
c. Kadang-kadang 2 6,6
d. Tidak pernah 23 76,6
Jumlah 30 100
Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa siswa yang mnjawab
selalu menolak hukuman yang diberikan guru ada 10%, dan yang menjawab
sering ada 6,6%, kadang-kadang 6,6% sedangkan yang menolak hukuman
yang diberikan guru karena ia salah cukup banyak yaitu 76,6% . hal ini
terbukti bahwa siswa di MI Al-Hikmah sangat baik, siswa di zaman sekarang
ini kebanyakanyang kita liat mereka bila diperintahkan oleh guru tidak mau
apa lagi di hukum jikasalah mereka biasanya lebih marahan dia, tetapi
ternyata di MI Al-Hikmah tidak seperti itu.
46
TABEL 4.14
Apakah anda menghormati guru ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 28 93,3
b. Sering 2 6,6
c. kadang-kadang - -
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
Orangtua, guru dari kecil sudah mendidik dan mengajarkan anak atau
siswanya. Bagaimana cara menghormati orang baik yang lebih besar ataupun
lebih kecil darinya karena pergaulan yang kadang-kadang merubah sikap dan
akhlak mereka akhirnya yang sudah dididik dan diajarkan hilang dan tidak
terlihat dan dipakai lagi namun terlihat melalui penelitian di MI Al-Hikmah
ternyata siswa yang selalu menghormati gurunya cukup banyak yaitu 93,3%,
dan yang sering 6,6%, kadang-kadang dan tidak pernah tidak ada berarti
proses belajar mengajar Akidah Akhlak di MI Al-Hikmah cukup berhasil.
TABEL 4.15
Apakah anda member salam ketika bertemu guru ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 24 80
b. Sering 5 20
c. Kadang-kadang 1 3,3
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
Ternyata hasil dari jawaban siswa, sebagian siswa menyatakan selalu
member salam ketika bertemu guru, Nampak pada jawaban 80%, sering 20%,
kadang-kadang Cuma 3,3% sedangkan menjawab tidak pernah tidak ada di
atas menunjukan bahwa cukup baik akhlaknya kepada guru baik di sekolah
ataupun di luar sekolah.
47
TABEL 4.16
Apakah anda membolos jika ada pelajaran yang tidak disukai ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. selalu - -
b. sering - -
c. Kadang-kadang 3 10
d. Tidak pernah 27 90
Jumlah 30 100
Pada tabel 12 di atas, menunjukan bahwa siswa di MI Al-Hikmah
kebanyakan tidak pernah membolos. Walaupun ada pelajaran yang tidak
disukai, terlihat dari hasil jawaban responden dan penilitian, berjumlah 90%
yang tidak pernah, kadang-kadang membolos 10%, namun yang selalu dan
sering membolos tidak ada. Berarti proses belajar mengajar di MI Al-Hikmah
cukup berhasil, karena siswa rajin dan semangat dalam belajar.
D. Akhlak Terhadap Teman
Teman adalah saudara sendiri baik dirumah ataupun disekolah. Seorang
siswa yang mempunyai akhlak baik, jika ada seorang teman yang mengalami
kesulitan, maka ia segera menolongnya. Begitu juga ia selalu menghargai
temannya, ia selalu bekerjasama dalam pergaulannya. Ketika ia melihat
temannya berantem atau dipukuli orang maka tindakan yang baik harus
menolong dan segera memisahkannya.
Dengan demikian akhlak terhadap teman haruslah baik dan berakhlak
karimah, janganlah sombong dan angkuh, apalagi jika kita orang berada dan
teman orang yang kurang mampu, karena teman juga orang pertama yang
menolong kita jika kita mengalami kesulitan bukan saudara kita yang jauh.
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana akhlak siswa/siswi MI Al-
Hikmah kepada temannya baik atau buruknya terlihat dari tabel di bawah ini :
48
TABEL 4.17
Apakah anda membalas jika disakiti teman ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 5 16,6
b. Sering 3 10
c. Kadang-kadang 11 36,6
d. Tidak pernah 11 36,6
Jumlah 30 100
Tabel di atas menyatakan selalu membalas jika disakiti teman 16,6%,
dan yang sering 10% sedangkan yang kadang-kadang 36,6%, namun yang
tidak pernah 36,6%. Data di atas berarti siswa rata-rat membalas jika
disakiti teman padahal dalam pelajaran Akidah Akhlak sudah dijelaskan
bahwa kita tidak boleh mempunyai sifat sendam, tapi mengapa mereka
tidak mempraktekannya. Maka dalam hal ini guru dan orangtua belum
berhasil mengajarka sikap pemaaf, memang sulit di zaman ini untuk
dipraktekan kepada anak kalau tidak benar-benar.
TABEL 4.18
Apakah anda menolong teman jika ia mengalami kesulitan ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 20 66,6
b. Sering 5 16,6
c. Kadang-kadang 3 10
d. Tidak pernah 2 6,6
Jumlah 30 100
Selain berteman dengan siswa di MI Al-Hikmah juga cukup baik sifat
sosialnya. Hal ini terbukti dari hasil jawaban dan penelitian. Yang menjawab
selalu menolong teman jika mengalami kesulitan ada 66,6% dan yanh sering
ada 16,6%, namun yang menjawab kadang-kadang 10% serta yang menjawab
tidak pernahada 6,6%. Berarti orangtua dan guru cukup berhasil.
49
TABEL 4.19
Apakah sikap anda di sekolah baik dan sopan ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 23 76,6
b. Sering 2 6,6
c. Kadang-kadang 5 16,6
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
Terlihat dengan jelas bahwa siswa di MI Al-Hikmah cukup baik dalam
berakhlak, karena sesuai dengan penelitian yang selalu berbuat baik dan
sopan di sekolah nampak pada jawaban 76,6%, sering 6,6% dan kadang-
kadang 16,6% namun tidak pernah tidak ada. Maka seorang guru harus
mempertahankan jangan sampai akhlak mereka merosot karena pergaulan
si zaman sekarang ini, dan hal ini juga adalah tanggungjawab guru dan
orangtua di rumah.
TABEL 4.20
Apakah anda saling menghargai sesama teman ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 24 80
b. Sering 5 16,6
c. Kadang-kadang 1 3,3
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
Data tabel menunjukan bahwa siswa di MI Al-Hikmah tidak hanya
bersikap baik dan sopan, namun juga saling menghargai teman. Hal ini
terbukti hasil jawaban dan penelitian. Yang menjawabselalu menghargai
teman 80%, sering 16,6%, kadang-kadang 33,3% dan tidak pernah tidak ada.
Berarti siswa di MI Al-Hikmah tidak pernah berkelahi dan tauran karena
mereka saling menghargai baik yang kecil dengan yang besar ataupun
sebaliknya.
50
TABEL 4.21
Bagaimana sikap anda jika teman anda dipukuli orang lain, apakah
membantunya ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 18 60
b. Sering 5 16,6
c. Kadang-kadang 4 13,3
d. Tidak pernah 3 10
Jumlah 30 100
Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas bahwa siswa MI Al-Hikmah
yang menjawab selalu ada 60% yang sering 16,6% dan kadang-kadang
13,3% sedang yang tidak pernah membantu teman dalam hal ini 10%. Ini
terbukti siswa di MI Al-Hikmah rata-rat selalu membantu.
TABEL 4.22
Apakah anda diam saja melihat teman menyontek ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 5 16,6
b. Sering 1 3,3
c. Kadang-kadang 5 16,6
d. Tidak pernah 19 63,3
Jumlah 30 100
Ternyata dari hasil jawaban siswa sebagian siswa menyatakan tidak
pernah diam saja ketika teman menyontek ada 63,3%, kadang-kadang
16,6%, dan sering 3,3% sedangkan selalu 16,6% . data di atas berarti siswa
di MI Al-Hikmah kebanyakan menegur temannya dab melaporkan kepada
guru jika ia melihat temannya menyontek.
51
TABEL 4.23
Apakah anda belajar bersama teman setiap hari ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 9 30
b. Sering 5 16,6
c. Kadang-kadang 14 46,4
d. Tidak pernah 2 6,6
Jumlah 30 100
Dari jawaban di atas siswa yangselalu belajar bersama setipa hari ada
30%, sering 16,6% kadang-kadang 46,6% sedangkan yang tidak pernah
belajar bersama teman ada 6,6%. Ini terbukti rata-rata siswa MI Al-
Hikmah kadang-kadang belajar bersama, karena mereka saling berjauhan
rumahnya, sehingga tidak mungkin setiap hari belajar bersama.
TABEL 4.24
Apakah anda disiplin di sekolah ?
ALTERNATIF
JAWABAN
FREKUENSI %
a. Selalu 24 80
b. Sering 2 6,6
c. Kadang-kadang 4 13,3
d. tidak pernah - -
Jumlah 30 100
Data di atas menunjukan bahwa siswa di MI Al-Hikmah kebanyakan
selalu disiplin yaitu sekitar 80% sering 6,6% kadang-kadang 13,3%
sedangkan tidak pernah tidak ada. Data ini menunjukan bahwa guru dan
peraturan di MI Al-Hikmah sangat baik sehingga anak-anak(siswa) rasa
disiplinya sangat tinggi. Hal ini perlu di contoh dengan sekolah lain agar
berjalan lancar dan anak(siswa) sukses.
52
Tabel 4.25
Tentang Rukun Iman Itu Ada 6
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Selalu 18 60 %
b. Sering 9 30 %
c. Kadang-kadang 3 10 %
d. Tidak pernah - 0 %
Jumlah 30 100 %
Dari data di atas dapat dilihat bahwa lebih dari separuh siswa
(60%), dapat mengetahui tentang rukun iman itu ada enam. Dan juga ada
sedikit dari pada siswa (30%) yang masih ragu terhadap rukun iman yang
begitu, juga terdapat sedikit sekali (10%) dari siswa yang tidak
membenarkan bahwa memang rukun iman itu ada 6.
Berdasarkan data di atas berarti para siswa yang mengikuti
pendidikan agama Islam tentang akidah akhlak di MI Al-Hikmah sudah
dapat memahami dan mengetahui tentang rukun iman itu ada 6, tetapi bagi
siswa yang menjawab ragu-ragu dan tidak benar, perlu mendapatkan
bimbingan dan pembinaan lebih khusus lagi dari guru agama Islam
terutama tentang akidah akhlak dan lainnya juga orang tua di rumah. Hal
ini dilaksanakan untuk mengantisipasi siswa terhadap perbuatan-perbuatan
tercela.
Tabel 4.26
Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Selalu 22 73,33 %
b. Sering 5 16,67 %
c. Kadang-kadang 3 10,00 %
d. Tidak pernah - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
53
Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian benar siswa
(73,33%) dapat mengetahui dan mempercayai terhadap rukun yang
pertama yakni mempercayai kepada Allah SWT, sebagai sebuah
keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT). Dan juga ada
sedikit sekali dari siswa yang menyatakan ragu-ragu (16,67%), dan
menyatakan tidak benar (10,00%) bahwa percaya kepada Allah itu sebagai
landasan dari rukun iman yang pertama, kemudian tidak ada siswa yang
menjawab tidak tahu.
Data ini menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam, sebagian
besar sudah tercapai. Mengenai sedikit yang ragu-ratu dan tidak
membenarkan, perlu tindak lanjut seperti remedial, perbaikan metode
mengajar serta peran aktif dari orang tua murid di rumah tentang
pendidikan agama Islam. Bahkan bila perlu orang tua menambah
pendidikan agama Islam bagi putra putrinya dengan cara mengirim ke
lembaga-lembaga pembelajaran agama di masyarakat, atau memanggil
guru agama Islam ke rumah. Dengan demikian siswa tidak lagi
kekurangan tentang pelajaran agama Islam. dan hal ini sangat
menguntungkan sekali bagi semua pihak, khususnya disi siswa sendiri,
sebagai modal untuk mencintai Islam sebagai agama dan keyakinannya.
Tabel 4.27
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Selalu 15 50,00 %
b. Sering 9 30,00 %
c. Kadang-kadang 6 20,00 %
d. Tidak pernah - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
54
Berdasarkan dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa siswa yang
selalu mengingat Allah SWT adalah lebih dari separuh (50,00%), siswa
yang sering mengingat Allah dalam sehari-hari yaitu (20,00%) yang
berarti sedikit sekali.
Dengan melihat pada fakta dan data tersebut dimana separuh
jumlah dari repsonden (siswa) yang dapat selalu berzikir (ingat) pada
Allah dan sedikit, serta sedikit sekali dari jumlah responden yang sering
dan kadang-kadang ingat pada Allah SWT dalam hidup sehari-hari, maka
merupakan tugas dan tanggung jawab guru, atau pendidikan akidah akhlak
untuk terus membimbing siswa kepada akidah (iman) yang mantap.
Di sisi lain, guru juga sebagai orang tua harus menambah ilmu dan
kreativitasnya untuk tercapainya tujuan pendidikan akidah akhlak. Tanpa
banyak menggali sumber ilmu pengetahuan, terutama yang bersumber dari
al-Quran dan Hadits, maka dapat dipastikan proses pembelajaran akan
mengalami kegagalan, yang akhirnya membuat gelap dunia pendidikan
Islam.
Tabel 4.28
Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. 2 Waktu - 0,00 %
b. 3 Waktu - 0,00 %
c. 4 Waktu 6 20,00 %
d. 5 Waktu 24 80,00 %
Jumlah 30 100 %
Maka berdasarkan pada tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagiaan besar siswa sudah melaksanakan shalat wajib lima waktu dalam
sehari semalam (80,00%), dan sedikit sekali dari siswa yang menjalankan
Cuma 4 waktu yang seharusnya 5 waktu dalam sehari semalam sekitar
55
(20,00%). Ini artinya bahwa pada umumnya para siswa tersebut telah
melaksanakan ibadah shalat wajib 5 waktu dalam sehari semalam, tanpa
harus dipaksa orang tua atau guru.
Tabel 4.29
Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ajaran Islam 27 90,00 %
b. Perintah teman - 0,00 %
c. Ajaran orangtua 3 10,00 %
d. Agama lain - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Dengan melihat pada data tabel di atas dapatlah kita lihat bahwa
hampir semua siswa telah mengerti dan memahami akan anjuran
bershadaqoh itu adalah anjuran yang diajarkan dalam ajaran Islam, supaya
para siswa memiliki sikap dan akhlak serta kepribadian sebagia orang
yang dermawan, yaitu (90,00%), dan mengenai jawaban siswa tentang
ajuran bershodaqoh itu hanyalah ajaran orang tua, yakni (10,00%).
Sehingga hampir semuanya mengerti dan memahami, tentang
ajaran Islam mengenai anjuran untuk bershodaqoh. Bagi siswa yang
sedikit sekali itu dalam “mengerti dan paham” kiranya perlu ditekankan
dan diberikan contoh teladan secara langsung baik dalam sosio drama
maupun bukti nyata dilapangan (nara sumber), seperti diajak dan
diperlihatkan, serta dipraktekkan mengisi pundi atau keropak-keropak
masjid dan sebagainya, atau juga dapat disertakan menjadi kepengurusan
organisasi bahti sosial di lingkungan tempat tinggalnya atau dilain tempat.
56
Tabel 4.30
Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Menolongnya 21 7,00 %
b. Mengacuhkan 3 10,00 %
c. Menghormati 6 20,00 %
d. Membebani - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan pada data tabel tersebut terlihat bahwa lebih separuh
siswa (70,00%) yang dapat memahami dan memiliki sikap untuk
menolong orang yang terkena musibah, sedikit sekali dari siswa yaitu
(20,00%) dan (10,00%) yang sekedar ikut berduka cita dan ada juga yang
tidak memiliki sikap positif atau masa bodoh saja.
Dapatlah disimpulkan bahwa para siswa lebih dari separuh
memiliki sikap empati, kepribadian dan akahlak yang luhur untuk ikut
menolong orang yang tertimpa musibah.
Dan bagi siswa yang belum memiliki akhlak dan kepribadian yang
baik perlu diberikan contoh dan pembiasaan praktek menolong orang,
melalui kegiatan langsung seperti, bhakti sosial yang dilaksanakan di
tempat-tempat perkumpulan atau organisasi kepemudaan dan sebagainya.
Hal ini berguna untuk memupuk semangat dan cinta sesama membangun
kesetiakawanan sosial.
Tabel 4. 31
Hormat kepada orang tua
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Menghindar - 0,00 %
b. Mendekati - 0,00 %
c. Menghormati 27 90,00%
d. Membebani 3 10,00%
Jumlah 30 100 %
57
Maka berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir
semua siswa, yaitu (90,00%), yang dapat memahami dan bersikap untuk
menghormati orang tua, sedangkan pada tabel juga terlihat, yaitu sekitar
(10,00%) siswa yang tidak dan kurang memahami dan bersikap
membebani, berarti hanya sedikit siswa yang belum memiliki sikap dan
kepribadian untuk selalu menghormati orang tua.
Maka dapat ditarik sebuah pengertian, pada hampir keseluruhan
siswa memiliki sikap dan kepribadian untuk menghormati (rasa segan dan
taat) pada orang tuanya.
Hal ini penting, mengingat penghormatan kepada orang tua
merupakan sebab keridhoan Allah, sebagaimana diketahui bahwa ridhonya
Allah terletak pada ridho kedua orang tua, marahnya Allah terletak juga
pada marahnya orang tua. Dengan demikian pembinaan terhadap akhlak
mulia sangat penting, karena akhlak mulia merupakan modal untuk
bergaul dengan siapa dan lapisan sosial mana saja.
Tabel 4. 32
Sikap berbakti kepada orang tua dan guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Ta’ati dan kerjakan 21 86,67 %
b. Memperhatikan dengan baik 9 13,33 %
c. Memarahi - 0,00 %
d. Masa bodoh - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Dengan melihat pada tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar
siswa (86,67%), memiliki sikap dan kepribadian yang menta’ati dan
mengerjakan (berbakti) terhadap kedua orang tua dan gurunya, sedangkan
hanya sedikit sekali, siswa yang hanya memperhatikan secara baik,
58
namun belum pada tingkat mengerjakan yaitu (13,33%) terhadap perintah
orang tua dan gurunya.
Oleh karena itu perlulah bagi guru maupun kepada orang tua untuk
lebih intens dan profesional dalam melatih dan membiasakan sikap, sifat
dan akhlak terpuji kepada siswa, sehingga akan terbentuk kepribadian
yang saleh. Pembiasaan ketaatan terhadap peraturan apapun, akan
menjadikan seseorang yang mendapat keamanan dan ketenangan. Sebab
tidak ada orang yang selamat karena melanggar aturan.
Mengenai berbakti kepada orang tua dan guru merupakan suatu
keharusaan dan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Guru adalah
pengganti orang tua di rumah, ketika orang tua sedang melakukan kegiatan
di luar rumah, atau memang orang tua bukan seorang pendidik
professional. Dengan kata lain, orang tua telah mempercayakan guru untuk
mendidik putra-putrinya.
Tabel 4. 33
Bergaul dengan sesama dan saling menyayangi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Membiarkan 6 20,00 %
b. Mengganggu - 0,00 %
c. Menyayangi 24 80,00 %
d. Menyakiti - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Dari data tabel terlihat bahwa sebagian besar siswa, (80,00%),
memiliki sikap bergaul yang saling menyayangi sesama teman sebaya, dan
ada sedikit sekali siswa yang hanya membiarkan atau acuh terhadap teman
sebanyanya (20,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya para siswa telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik
dalam bergaul dan telah memiliki rasa kasih sayang dalam pergaulannya.
59
Tabel 4. 34
Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca Al-Qur’an
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Biasa saja 2 6,67 %
b. Ibadah 26 86,67 %
c. Pribadi 2 6,67 %
d. Jama’ah - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Dari data tersebut dapatlah kita melihat bahwa sebagian besar
(86,67%), siswa telah dapat mengetahui dan memahami serta pandangan
hidupnya mengenai nilai-nilai membaca al-Qur’an itu adalah suatu ibadah.
Dan juga dapat terlihat sedikit sekali siswa, yaitu (6,67%) masih
menganggap bahwa membaca al-Qur’an itu biasa saja. Begitu juga yang
berpandangan bahwa membaca al-Qur’an itu bersifat pribadi saja (6,67)
tidak mereka anggap sebagai sebuah ibadah pada Allah SWT.
Tabel 4. 35
Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan
tugas-tugas dari guru
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Baik dan rapi 28 93,33 %
b. Biasa saja - 0,00 %
c. Baik dan selesai 2 6,67 %
d. Baik saja - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
60
Dari hasil data tabel di atas dapat terlihat bahwa hampir semua
(93,33%), siswa yang sudah memiliki dan kepribadian baik dan rapi
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dari guru-guru mereka. Di
dalam pengerjaan tugas-tugas tersebut. Tetapi ada juga siswa yang dapat
terlihat dari data tabel ada juga siswa yang dapat terlihat dari data tabel di
atas yaitu (6,67%) yang belum memiliki sikap dan kepribadian baik dan
rapi dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru mereka.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa telah
memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan rapi dalam mengerjakan
tugas-tugas dari gurunya.
Tabel 4. 36
Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan
dan kerapihan di rumah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Bersihkan dan rapikan 25 83,33 %
b. Dirapikan ibu 5 16,67 %
c. Biasa-biasa saja - 0,00 %
d. Tidak tertarik - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Dari data tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar (83,33%)
siswa yang telah memiliki sikap dan kepribadian dalam hal mengerjakan
kebersihan dan kerapihan di rumah, sementara terlihat juga sedikit sekali
(16,67%) siswa yang belum memiliki sikap dan kepribadian dalam hal
mengerjakan kebersihan dna kerapihan di rumah.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sebagai besar
(pada umumnya) siswa telah memiliki akhlak dan kepribadian yang baik,
dan hanya sedikit sekali siswa yang belum memiliki akhlak dan
kepribadian yang baik (terpuji).
61
Untuk itu perlu bagi guru, orang tua dan juga masyarkaat
menggiatkan dengan contoh teladan kepada para siswa agar mereka
terbiasa dengan akhlak dan kepribadian yang terpuji. Perlu diingat bahwa
kebiasaan dalam kerapihan yang ditekankan di rumah akan berimbas
terhadap kerapihan di manapun berada, dan kerapihan akan membentuk
sikap dan karakter seseorang. Kerapihan selalu menampakkan
kewibawaan dan kehormatan diri.
Tabel 4. 37
Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan
diantara temannya
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
a. Sangat senang - 0,00 %
b. Tidak senang 2 6,67 %
c. Mendamaikan 28 93,33 %
d. Tidak peduli - 0,00 %
Jumlah 30 100 %
Berdasarkan data tabel di atas bahwa dapat terlihat hampir semua
siswa (93,33%), memiliki sikap dan tindakan untuk mendamaikan siswa
(teman) mereka yang bertengkar (berselisih). Ini menunjukkan bahwa
mereka (hampir semua siswa). Telah memiliki sikap dan kepribadian
siswa (6,67%) yang masih belum mau untuk mendamaikan temannya yang
bertengkar, tetapi mereka juga tidak senang dengan adanya pertengkaran
tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pendidikan agama
Islam tentang sikap dan tindakan mendamaikan terhadap adanya
pertengkaran sudah dapat diamalkan oleh para siswa.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah data-data tersusun, maka penulis akan membahas kesimpulan
dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada pokok-pokok
permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi ini dari bab-bab terdahulu,
pada bab ini saya simpulkan sebagai berikut :
1. Keberhasilan sebuah lembaga sekolah tidak lepas dari kerjasama antar
guru, orangtua, pengelola sekolah serta lingkungan sekitar.
2. Pelajaran Akidah Akhlak merupakan pelajaran yang penting untuk
diajarkan kepada anak sejak usia sekolah dasar demi penanaman mental
dan perilaku anak.
3. Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu berkarakter dan guru
diharapkan memiliki keahlian dalam bidang masing-masing serta dengan
menjadikan guru sebagai contoh dalam berakhlak dan mengetahui
kerakter masing-masing.
4. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak menggunakan
metode dan pendekatan pengajaran yang beragam yang disesuaikan
dengan jenjang pendidikan anak yang lebih mudah diserap siswa yang
bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajarnya.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
saran sebagai berikut :
1. Kepada guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Hikmahagar menggunakan metode
mengajar yang bervariatif, inovatif dalam proses belajar mengajar
disekolah.
62
63
2. Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran Akidah Akhlak,
hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa.
Artinya perlu adanya berbagai strategi yang digunakan untuk
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar dengan harapan proses
belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan efektifitas dalam
kegiatan belajar, diharapkan nantinya dapat meningkatan motivasi dan
hasil belajar secara optimal.
3. Kepada guru Al-Hikmahagar lebih meningkatkan sumber daya manusia
(SDM) guna menambah wawasan yang dimilikinya yang bertujuan untuk
mencerdaskan anak didiknya untuk menjadi manusia yang berguna bagi
Agama dan bangsanya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Roli. et.al. Menjaga Akidah dan Akhlak, (Solo: Tiga
Serangkai,2005)
Abdurrahman, Al Imam Jalaludin bin Abu Bakar Alsayuti, Al-Jami’ Al-
Shagir, (Bandung: Al-Maarif : 1991)
Adiwinata, Rustana, Perencanaan Pengajaran, (Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam : 2000)
Al-Anshari,Sumaiyah Muhamad, Menuju Akhlak Mulia,(Jakarta:
Cendikia,2006)
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
, Islam dan Peranan Wanita, (Jakarta: Bulan Bintang,
1978)
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : PT. Syamil Cipta
Media)
, Garis-garis Besar Program Pengajaran(GBPP) Madrasah
Tsanawiyah, (Jakarta : 1998)
, Paket Panduan Guru Keluarga Sakinah, (Jakarta : 2004)
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998)
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002)
H. Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarata: Lembaga Pendidikan Umat,
2005)
Muhammad al Anshario, Menuju Akhlak Mulia, (Jakarta: Cendikiawan,
2006)
Nata, Abudin, Al-Quran dan Hadits, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996)
65
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UMG
Press)
Shaleh, A. Rahman, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Media)
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer,
(Jakarta: Modern English Press,1991)
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006)
Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta: CV Penerbit Jumanatul
Ali, 2005)
Nasution, S.Strategi Dalam Belajar, (Jakarta: Bina Aksara, 2002)
Dimiyati dan Mujiono, BelajardanPembelajaran, (Jakarta: PT Pineka
Cipta, 1999)
Winkel, WS. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi belajar, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1984)
ANGKET PENELITIAN
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Asal Sekolah :
1. Apakah anda pernah brbicara tidak sopan pada orang tua ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
2. Apakah anda pernah berbohong pada orang tua ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
3. Apakah anda menentang orang tua ketika ia menasehati ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
4. Apakah anda pernah membuat orang tua marah ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
5. Apakah anda membantu orang tua ketika orang tua mengalami kesulitan?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
6. Apakah anda menolak perintah orang tua ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
7. Apakah anda memperhatikan ketika guru menjelaskan pelajaran ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
8. Apakah guru anda pernah membanding-bandingkan siswa yang satu dengan
yang lain ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
9. Apakah anda menolak hukuman yang diberikan guru karena anda salah ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
10. Apakah anda menghormati guru ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
11. Apakah anda memberi salam ketika bertemu guru di jalan ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
12. Apakah anda suka membolos jika ada pelajaran yang tidak disukai ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
13. Apakah anda membalasnya jika disakiti teman ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
14. Apakah anda menolong teman jika ia mengalami kesulitan ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Selalu d. tidak pernah
15. Apakah sikap anda baik dan sopan pada semua teman dan guru ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
16. Apakah anda saling menghargai sesame teman ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
17. Bagaimana sikap anda jika teman anda dipukuli orang lain, apakah
membantunya?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
18. Apakah anda diam saja ketika menyontek ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
19. Apakah anda belajar bersama teman setiap hari ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
20. Apakah anda disiplin di sekolah ?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
top related