disparitas sosio-religius komunitas jama’ah tabligh …
Post on 28-Oct-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DISPARITAS SOSIO-RELIGIUS KOMUNITAS JAMA’AH TABLIGH
(Studi Kasus Komunitas Jama’ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar).
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
HASBIAH JAMALUDDIN
105381100117
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
HASBIAH JAMALUDDIN. 2021. Disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah
tabligh (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Skripsi. Dibimbing oleh
Muhammad Nawir, pembimbing I dan Jamaluddin Arifin, pembimbing II
Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui. Disparitas Sosio-Religius
komunitas jama‟ah tabligh (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan
Warga di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskripsi kualitatif, yang
menggambarkan secara deskriptif mengenai disparitas Sosio-Religius komunitas
jama‟ah tabligh (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Penentuan
informan melalui Snowball Sampling. Adapun yang menjadi informan yaitu
masyarakat Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi dan teknik keabsahan data yaitu triangulasi sumber data.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Kelurahan Bontolebang
berpandangan terhadap disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh
(Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Mulai dari perkembangan
komunitas Jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang serta masyarakat
mengatakan dengan adanya komunitas jama‟ah tabligh ini membuat kami merasa
tidak nyaman dan kami merasa ketakutan karena kami menilai komunitas jama‟ah
tabligh ini penampilannya mirip dengan terorispada umumnya. Dari hasil
wawancara dengan masyarakat peneliti tidak menemukan data yang melandasi
ungkapan yang seperti di katakan oleh masyarakat dalam wawancara. Jadi
pandangan masyarakat terhadap disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah
tabligh (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). masih bersifat penafsiran
masyarakat saja.
Kata kunci: disparitas, Sosio-Religius, komunitas jama‟ah tabligh.
vii
ABSTRACT
HASBIAH JAMALUDDIN. 2021. Socio-Religious Disparity between the
tablighi jama‟ah community and residents in the Bontolebang sub-district,
Mamajang sub-district, Makassar city. Thesis. Supervised by Muhammad Nawir,
supervisor one and Jamaluddin Arifin, supervisor for two study programs of
sociology education, faculy of teacher training and education at the University
Muhammadiyah Makassar.
This study aims to determine. Socio-Religious Disparity of the Tablighi
Jama'ah Community (Case Study of the Tablighi Jama'ah Community with
Residents in Bontolebang Village, Mamajang District, Makassar City). The type
of research used is a qualitative descriptive type of research, which describes
descriptively the Socio-Religious disparity of the Tablighi Jama'ah community
(Case Study of the Tablighi Jama'ah Community with Residents in Bontolebang
Village, Mamajang District, Makassar City). Determination of informants through
Snowball Sampling. The informants are the people of Bontolebang Village,
Mamajang District, Makassar City. Data collection techniques used are
observation, interviews, documentation and data validity techniques, namely
triangulation of data sources.
The results showed that the people of Bontolebang Village had a view of
the Socio-Religious disparity of the Tabligh Jama'ah community (Case Study of
the Tablighi Jama'ah Community with Residents in Bontolebang Village,
Mamajang District, Makassar City). Starting from the development of the Jama'ah
Tabligh community in Bontolebang Village and the community said that the
existence of the Jama'ah Tabligh community made us feel uncomfortable and we
felt scared because we judged that the Jama'ah Tabligh community looked similar
to terrorists in general. From the results of interviews with the community, the
researchers did not find any data that underlies the expressions that were said by
the community in interviews. So the public's view of the Socio-Religious disparity
of the Tablighi Jama'ah community (Case Study of the Tablighi Jama'ah
Community with Residents in Bontolebang Village, Mamajang District, Makassar
City). It's still a matter of public interpretation.
Keywords: disparity, socio-religious, tabligh jama'ah community.
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Orang yang mampu belajar dari kesalahan adalah orang yang berani untuk
sukses.
Persembahanku:
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai kado terindah untuk ibunda
Syamyani tercinta dan orang yang selalu membantu saya dari suka dan duka
Agung Riono serta seluruh keluargaku yang senantiasa tak henti mengiringi dalam
doa saudara-saudaraku yang telah memberikan kasih sayang tak terbatas.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
walaupun dalam bentuk yang sederhana. Berbagai kendala dan tantangan yang
dihadapi dalam penyelesaian skripsi ini memberi hikmah yang bermanfaat bagi
diri penulis dan menuntut penulis untuk berbuat lebih baik dimasa yang akan
datang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh sehingga dalam penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat dan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada ayahanda ibunda
SYAMYANI yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh rasa
cinta dan kasih sayang tulus serta memberikan motivasi dan doa demi mencapai
keberhasilan penulis dalam menempuh cita-cita, serta orang yang selalu
membantu saya dari suka dan duka Agung Riono serta teman-temanku khususnya
kelas A pendidikan sosiologi dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu).
x
Dengan penuh kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
Ibunda Syamyani tercinta, yang telah mendidik dan membesarkan dan
memberikan pengorbanan mulia demi masa depan serta senantiasa berdoa yang
menjadi penerang langkah penulis dalam mencapai cita-cita.
Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
dan Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Bapak Dr. Muhammad Nawir, M.Pd. Pembimbing I dan Bapak Dr.
Jamaluddin Arifin, M.Pd. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Segenap dosen Jurusan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis sejak pertama
menjadi mahasiswa.
Orang yang selalu membantu saya dari suka dan duka Agung Riono serta
teman-temanku khususnya kelas A pendidikan sosiologi tersayang yang
senantiasa mendukung penulis dalam penyelesaian studi.
xi
Seluruh keluarga besarku atas bantuan dan doa restu kepada saya dan
segenap rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi khususnya
angkatan 2017 terima kasih atas keikhlasan dan kerjasama selama mengikuti
perkuliahan.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran
penyusunan skripsi ini, semoga bantuan dan dukungannya mendapat balasan
yang setimpal dari Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hanya Allah Rabbil Alamin yang dapat memberikan imbalan setimpal.
Semoga aktivitas kita senantiasa bernilai ibadah disisi-Nya, Amin.
Billaahi fiisabiililhaq fastabiqulkhaerat, wassalamu‟alaikum wr. wb.
Makassar, 23 Agustus 2021
HASBIAH JAMALUDDIN
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI ............................ iv
LEMBAR PERJANJIAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI ............................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Defenisi Operasional ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 9
A. Kajian Konsep ...................................................................................... 9
B. Kerangka Pikir ..................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 32
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 33
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 33
D. Informan Penelitian .............................................................................. 34
E. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 35
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 36
xiii
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
H. Teknik Analisi Data ............................................................................. 38
I. Teknik Keabsahan Data ....................................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 41
A. Sejarah Singkat Kelurahan Bontolebang ............................................. 41
B. Keadaan Geografis ............................................................................... 41
C. Kondisi Demografi Berdasarkan Mata Pencaharian ............................ 42
D. Tingkat Pendidikan .............................................................................. 44
E. Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi, dan Agama .................................... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 47
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 47
B. Pembahasan .......................................................................................... 59
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 73
A. Simpulan .............................................................................................. 73
B. Saran ..................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 78-94
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pesamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan ................................ 29
Tabel 4.1 klarifikasi kondisi demografi berdasarkan mata pencarian .............. 43
Tabel 4.2 klarifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin .................. 43
Tabel 4.3 jumlah fasilitas pendidikan .............................................................. 44
Tabel 4.4 jumlah masyarakat berdasarkan pendidikan .................................... 44
Tabel 4.5 ketersediaan sarana ibadah ............................................................... 46
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir.............................................................................. 32
Gambar 4.1 Gambar 4.1 Letak Kelurahan Bontolebang .................................. 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian terkait disparitas sosial telah banyak dikaji oleh para ahli
sosiologi dan ilmuan lain terkait dengan kajian disparitas sosio-religius juga telah
dikaji oleh kaum cendikia dan agamawan.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya
orang lain. Dalam menjalin sebuah kehidupan individu membentuk sebuah
kelompok di mana dalam sebuah kelompok menjalin sebuah komunikasi atau
sebuah interaksi dengan individu lainnya. Sebuah kelompok diikat oleh norma
dan memiliki tujuan yang sama.
Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi telah dilindunggi
dalam Undang-Undang Dasaar (UUD) 1945, pasal 28F bahwa “setiap orang
berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.
Sejak zaman Rasulullah Saw hingga hari ini, pada setiap masa dakwah
dan peyebaran agama dilaksanakan secara terus-menerus dengan mengikut
manhaj beliau. Para sahabat, para tabi‟tabi‟in, para „ulama, para hadits, para
fuqaha, para ahli kelam dan para shalihin telah mengembangkan dakwah Islam
2
pada zaman mereka, menurut kepandaian dan kemampuan mereka masing-
masing.
Komunitas Jama‟ah Tabligh adalah sebuah jama‟ah islamiyah yang
dakwahnya berpijak pada penyampaian tentang fadhail amal (keutamaan-
keutamaan ibadah) kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama‟ah ini
menekankan kepada setiap pengikutnya untuk menjauhi bentuk-bentuk kepartaian
dan juga masalah-masalah dalam perpolitikan.
Salah satu bentuk dakwah komunitas jama‟ah tabligh adalah melalui
ceramah, ceramah merupakan salah satu metode dakwah yang bertujuan untuk
memberikan nasihat dan petunjuk sementara audien bertindak sebagai pendengar.
Metode dakwah mereka termasuk dalam kategori dakwah al-qawliyyah (oral),
yaitu dakwah yang berbentuk ucapan atau lisan yang dapat didengar oleh mitra
dakwah (dakwah bi al-lisan).” Dalam menyampaikan dakwahnya mereka berpijak
kepada bentuk targhib (meningkatkan).
Mereka mempunyai gagasan yang sangat sederhana namun sangat
penting bagi kehidupan umat Islam, yaitu memindahkan kehidupan agama ke
dalam masjid untuk beberapa hari kemudian membawa kehidupan itu keluar
dalam kehidupan nyata.
Telah dipahami bahwa masyarakat dan agama saling pengaruh dan
mempengaruhi satu sama lain, hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa setiap
kelompok masyarakat memiliki karakteristik keagamaan yang berbeda, meskipun
mereka menganut agama yang sama. Fakta yang menarik untuk dikaji dalam hal
3
ini komunitas jama‟ah tabligh salah satunya bahwa keanggotaannya terdiri dari
berbagai lapisan sosial dan bahkan berbagai mazhab dan organisasi.
Allah SWT erfirman dalam Al-ura‟an surah Al-Maidah ayat 67:
إن لم تفعل فما بلغت بك سل بلغ ما أوزل إليك مه ر ا ٱلز أي ي
ل يعصمك مه ٱلىاس إن ٱلل ٱلل فزيه رسالتۥ ٱل ٱل ي
{٧٦}
Terjemahan: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.”
Komunitas Jama‟ah tabligh secara ketat berusaha melaksanakan ajaran
Islam secara kaffah dalam kehidupan mereka, dengan jalan menghidupkan
kembali amalan-amalan (tradisi) yang menurut persepsi mereka telah dicontohkan
oleh Rasulullah dan para ulama pada masa lampau. Ritual tetap menjadi suatu
topik yang penting, dalam kajian keagamaan, baik dimengerti sebagai simbol aksi
tertentu, dan suatu bentuk dari tingkah laku khusus, atau suatu praktek budaya
khusus tertentu. Ritual semakin dianggap memiliki peranan dalam membentuk
pribadi individu dan dunia sosial.
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama dapat
diartikan sama dengan hidup bersama dalam suatu tatanan pergauluan dan
keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan.
4
Masyarakat di Kota Makassar merupakan masyarakat multikultural dan
sebagian besar penduduknya beragama Islam salah satunya di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang. Masyarakat di kelurahan Bontolebang
mempunyai keyakinan agama yang sangat kuat sehingga mereka tidak begitu
percaya dengan apa yang disampaikan oleh seorang yang terkait dengan religius.
Kelurahan Bontolebang yang terdapat di kecamatan Mamajang terdapat
komunitas yang berfokus pada mengajak umat Islam sebagai mana di praktekkan
oleh Nabi selama hidup Nabi Muhammad SAW, khususnya dalam hal ritual,
pakaian, dan prilaku pribadi. Kelompok–kelompok tersebut bernama jama‟ah
tabligh.
Di kelurahan Bontolebang terdapat komunitas jama‟ah tabligh beberapa
di antaranya komunitas jama‟ah tabligh berasal dari keluran Bontolebang mereka
selalu melakukan dakwa dari rumah kerumah masyarakat.
Harapan komunitas Jama‟ah Tabligh menyampaikan dakwahnya pada
masyarakat agar masyarakat lebih menjalankan ajaran agama dengan baik, dan
sesuai syariat islam. Dalam melakukan dakwanya komunitas jama‟ah tabligh
sangat bersemangat untuk menyampaikan kepada masyarakat ajaran-ajaran yang
dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw. Komunitas Jama‟ah tabligh terus
melakukan dakwanya dari rumah kerumah masyarakat, agar lebih meyakinkan
masyarakat bahwa apa yang didakwakan oleh komunitas jama‟ah tabligh benar
dari ajaran dari Nabi Muhammad Saw.
5
Kenyataan menunjukkan bahwa komunitas jama‟ah tabligh di tengah-
tengah masyarakat kelurahan Bontolebang menyebabkan perbedaan pandangan
masyarakat, sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah
tabligh membawa sebuah dogma tentang agama sehingga masyarakat
berpandangan terhadap dogma yang akan di sampaikan oleh komunitas jama‟ah
tabligh akan menimbulkan sebuah konflik dan membawa sebuah aliran sesat. Dan
sebagian besar masyarakat menjadi takut dan menjauhi komunitas jama‟ah
tabligh. Sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah
tabligh adalah teroris karena masyarakat melihat dari media TV di mana terjadi di
Sulawesi Tengah ada komunitas yang sama persis komunitas jama‟ah tabligh
yang mebawa sebuah dogma. Komunitas tersebut berasal dari Sulawesi Tengah di
kenal dengan Komunitas Mujahidin yang di ketuai oleh Santoso.
Penulis memilih lokasi penelitian ini di Kelurahan Bontolebang
Kecamatan Mamajang Kota Makassar karena penulis melihat ada komunitas
jama‟ah tabligh di kelurahan tersebut sehingga penulis lebih mudah mendapatkan
informan.
Dari uraian di atas penulis tertarik melakukan sebuah penelitian yang
berjudul Disparitas Sosio-Religius (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh
Dengan warga di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar).
Alasan penulis tertarik melakukan penelitian tersebut karena penulis inggin
mengetahui bagaimana eksistensi komunitas jama‟ah tabligh dan bagaimana
bentuk disparitas komunitas jama‟ah tabligh dengan penduduk sekitar maupun
dampak disparitas komunitas jama,ah tabligh dengan penduduk sekitar.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
pokok penelitian ini adalah :
1. Bagaimana eksistensi disparitas Sosio-Religius komunitas Jama‟ah Tabligh
di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar ?
2. Bagaimana bentuk disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah Tabligh
dengan warga di Kelurahan Bontolebang ?
3. Bagaimana dampak disparitas Sosio-Religius terhadap komunitas jama‟ah
Tabligh dengan warga di Kelurahan Bontolebang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui eksistensi disparitas Sosio-Religius komunitas Jama‟ah
Tabligh di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui bentuk disparitas Sosio-Religius komunitas Jama‟ah
Tabligh dengan warga di Kelurahan Bontolebang.
3. Untuk mengetahui dampak disparitas Sosio-Religius terhadap komunitas
Jama‟ah tabligh dengan warga di Kelurahan Bontolebang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan bisa melengkapi khazana keilmuan serta dapat
menjelaskan permasalahan mengenai Disparitas Sosio–Religius (Studi Kasus
Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Penduduk Sekitar di Kelurahan Bontolebang
Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Sehingga memberikan sumbangsi pada
kajian ilmu sosiologi seperti sosiologi agama.
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat muslim penelitian ini di jadikan bahan referensi dan
pertimbangan mengenai disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh.
b. Bagi komunitas jama‟ah tabligh penelitian ini di jadikan bahan
pertimbangan sebelum melakukan dakwah.
c. Bagi lembaga terkait penelitian ini di harapkan Sebagai sumbangsi
pemikiran untuk di terapkan dalam lembaga agama
d. Bagi peneliti penelitian ini dapat di jadikan kajian dan referensiagi
akademisi untuk penelitian akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sehingga dapat melahirkan penelitian perluasan.
E. Defenisi Oprasional
1. Disparitas Sosial-Realigius adalah identifikasi masalah yang dilakukan
manusia sebagai jarak makhluk sosial yang memiliki perhatian pada
sekelilingnya. Sedangkan pengertian Sosio-Realigius adalah cabang ilmu yang
mempelajari peran, sejarah, perkembangan masyarakat. Dalam sosiologi agama
nilai kebenaran dan filsafat serta menjadikan agama sebagai alat kontrol untuk
bisa menjauhkan dari kejahatan.
2. Komunitas Jama‟ah Tabligh merupakan gerakan dakwah yang berpijak
pada penyampaian (tabligh) secara berjmaah dengan materi tentang keutamaan-
keutamaan ajaran islam kepada setiap orang yang ditemuinya. Serta berfokus
mengajak umat islam untuk kembali mempraktikkan islam sebagimana di pada
Zaman Nabi Muhammad Saw.
8
3. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem
tertentu, masyarakat saling berhubungan antara satu sama lain yang membentuk
suatu kesatuan.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Konsep Disparitas Sosial
a. Pengertian disparitas sosial
Kata disparitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
perbedaan atau jarak. Disparitas memiliki arti yang sama dengan ketimpangan
sosial dimana ketimpangan sosial diartikan sebagai kondisi ketidak seimbangan
atau jarak yang terjadi di tengah-tengan masyarakat yang disebabkan oleh adanya
perbedaan status sosial. Sebab ketimpangan sosial dapat dikatakan sebagai suatu
masalah sosial karena adanya ketidak adilan dalam memberikan kontribusi kepada
masyarakat dari berbagai aspek kehidupan.
Menurut Haughton, (2009) mendefenisikan disparitas sosial sebagai
bentuk ketidak adilan yang terjadi dalam proses pembangunan sedangkan menurut
Chaniago, (2009) ketimpangan sosial sebagai buah dari pembangunan yang
berfokus pada ekonomi dan melupakan aspek sosial.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian Disparitas
sosial adalah identifikasi masalah yang dilakukan manusia sebagai jarak makhluk
sosial yang memiliki perhatian pada sekelilingnya.
b. bentuk disparitas sosial yaitu:
1). ketimpangan pengembangan diri manusia.
2). ketimpangan antara Desa dan Kota.
3). ketimpangan antar wilayah dan sub wilayah.
10
4). ketimpangan antar golongan sosial ekonomi.
5). ketimpangan penyebaran aset.
6). ketimpangan antar sektor ekonomi.
c. Faktor-faktor penyebab ketimpangan sosial di bagi menjadi dua yaitu:
1). Faktor internal merupakan faktor-faktor dalam diri seseorang. Faktor ini
berupah rendahnya kualitas sumber daya manusia yang disebabkan oleh tingkat
pendidikan atau keterampilan yang rendah, kesehatan yang rendah serta adanya
hambatan budaya (budaya kemiskinan).
2). Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan
seseorang. Hal ini bisa berupa birokrasi atau kebijakan pemerintah yang
membatasi akses seseorang.
d. Dampak ketimpanganm sosial yaitu:
1). Dampak positif ketimpangan sosial dapat meminilisir mental individu
yang cepat puas supaya terdorong untuk mendistribusikan diri yang jauh lebih
baik. Mengajrkan mengenai tentang kehidupan yang sangat beragam supaya bisa
menerapkan kehidupan.
2). Dampak negatif sosial menjadi sebuah permasalahan kompleks yang dapat
berdampak negatif bagi masyarakat. Dampak ketimpangan sosial di masyarakat
bisa berupa kualitas pendidikan masyarakat yang semakin rendah, tingkat
kriminalitas semakin tinggi, kemiskinan, dan dekadensi moral.
11
2. Konsep Religiusitas
a. Pengertian Disparitas Religiusitas
Secara etimonologi kuno, religi berasal dari bahasa latin “religio” yang
akar katanya adalah “re” dan “ligare” yang mempunyai arti mengikat kembali.
Hal ini berarti dalam dalam religi terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban
yang harus dipenuhi dan mempunyai fungsi untuk mengikat diri seseorang dalam
hubungannya dengan sesama, alam dan tuhan.
Realigius berasal dari bahasa latin “ relegare” yang berarti mengikat
secara erat atau ikatan bersama. Religiusitas adalah sebuah ekspresi spritual
seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum, yang berlaku
dan ritual.
Menurut Jalaluddin, (2001:89) religiusitas merupakan suatu keadaan yang
ada dalam diri seseorangyang mendorong untuk bertingkahlaku sesuai dengan
ketaatan terhadap agama sedangkan menurut Fetzer, (1999) juga mendefenesikan
realigiusitas adalah sesuatu yang lebih menitik beratkan pada masalah perilaku,
sosial, dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama ataupun golongan.
Doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
Pengertian religiusitas adalah suatu sistem yang kompleks dari
kepercayaan keyakinan dan sikap-sikap dan upacara yang menghubungkan
individu dengan satu keberadaan atau kepada sesuatu yang bersifat ketuhanan.
Realigiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif, yang
menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama dan bukan sekedar
mengaku mempunyai agama. Realigiusitas meliputi pengetahuan agama,
12
keyakinan agam, pengalaman ritual agama, pengalaman agama, perilaku
(moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan. Dalam islam, religiusitas pada
garis besarnya tercermin dalam pengalaman akidah,syariah dan akhlak, atau
dengan ungkapan lain. Iman, islam, dan ihsan bila semua unsur itu telah dimiliki
oleh seseorang, maka dia itulah insan beragama yang sesungguhnya.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan religiusitas adalah suatu
hubungan manusia dengan Allah Swt. Yang membuat manusia memiliki ikatan
keyakianan yang harus di terapakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
memenuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
b. Dimensi-dimensi religiusitas menurut Djamaluddin menyebutkan ada 5
macam beragama yaitu :
1) Dimensi Keyakinan
Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui keberanan
doktrin-doktrin tersebut.
2) Dimensi Praktik Agama
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang di anutnya.
Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu: Ritual,
mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek
suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan ketaatan dan ritual
bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting.
13
3) Dimensi penghayatan
Dimensi ini berisi dan memperhatikan fakta bahwa semua agama
mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan
bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai
pengetahuan subjek dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan
terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural).
4) Dimensi pengetahuan Agama
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang
beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-
dasar keyakinan, kitab suci dan tradisi-tradisi.
5) Dimensi pengalaman dan konsekwensi, konsekwensi komitmen agama
berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan.
Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan
keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari kehari.
Berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada Glock dan Strar, yaitu dimensi
keyakinan, dimensi praktik agama ritual, dimensi penghayatan, dimensi
pengetahuan agama, dimensi pengalaman dan konsekwensi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ada dua yaitu:
1) Faktor internal
Perkembangan realigiusitas selain ditemukan oleh faktor ekstern juga
ditemukan oleh faktor intern seseorang. Seperti halnya aspek kejiwaan lainnya,
maka para ahli psikologi agama mengemukakan berbagai teori berdasarkan
pendekatan masing-masing. Tetapi, secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut
14
berpengaruh terhadap perkembangan religiusitas antara lain adalah faktor
hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang.
a) Faktor hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan cara langsung sebagai faktor
bawaanyang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk dari berbagai
unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, efektif dan konatif. Selain itu
Rasulullah juga menganjurkan untuk memilih pasangan hidup yang baik dalam
membina rumah tangga, sebab menurut beliau keturunan berpengaruh.
b) Tingkat usia
Berbagai penelitian psikologi agama menunjukka adanya hubungan
tingkat usia dengan kesadaran beragama, meskipun tingkat usia bukan satu-
satunya faktor penentu dalam kesadaran beragama seseorang. Yang jelas,
kenyataan ini dapat dilihat dari adanya perbedaan pemahaman agama pada tingkat
usia.
c) Kepribadian
Sebagian identitas diri (jati diri) seseorang yang sedikit banyaknya
menampilkan ciri-ciripembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi
normal, memang secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian.
Perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap aspek-aspek kejiwaan temasuk
kesadaran beragama.
d) Kondisi kejiwaan
Banyak kondisi kejiwaan yang tak wajar seperti schzoprenia, paranoia,
maniac, dan infantile autisme. Tetapi yang penting dicermati adalah hubungannya
15
dengan perkembangan kejiwaan agama. Sebab bagaimanapun seseorang yang
menginap schzopreniaakan mengisolasi diri dari kehidupan sosial serta
persepsinya tentang agama akan dipengaruhi oleh halusinasi.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam religiusitas dapat dilihat dari
lingkungan dimana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
a) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakansatuan sosial yang paling sederhana dalam
kehidupan manusia. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama kali yang
dikenal setiap individu.
b) Lingkungan institusional
Melalui kurikulum, yang berisi materi pengajaran, sikap dan
keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah dinilai
berperanpenting dalam menanamkan kebiasaan yang baik.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang
mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh
lebih besar dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif
maupun negatif.
3) Konsep Jama‟ah Tabligh
Mesjid Aisyah selalu ada kegiatan-kegiatan keagamaan. Apalagi setiap
kamis laki-laki berkumpul di mesjid Aisyah, mereka dengan khusyuk mengikuti
16
ceramah yang disampaikan seorang ustadz. Ada yang berpakaian koko,warna-
warni dan berkopiah haji putih. Ada pula yang berpakaian gamis, baju panjang
yang biasa dipakai orang Arab. Hampir semua mereka memanjangkan jenggot
dan mencukur kumis. Tapi mereka penuh dengan senyuman dan menyapa setiap
orang.
Begitu sampai di tempat dakwah, mereka menyebar keluar masuk di
lorong-lorong dan warung-warung sambil tetap berzikir kepada Allah Swt.
Dengan tenang mereka mengajak orang untuk mendengarkan ceramahnya. Usai
ceramah orang-orang di ajari cara berwudhu, tata cara sholat, dan membaca Al-
Fatihah serta ayat-ayat Al-Qur‟an. Sebelum tugas dakwah selesai, anggota
Jama‟ah Tabligh mengajak masyarakat setempat melakukan dakwah ketempat
lain. “kalian adalah sebaik-baiknya ummat yang di turunkan ketengah-tengah
masyarakat,” tertulis dalam Al-Qur‟an surat Ali Imran, ayat 110 yang dijadikan
pedoman mereka.
3. Pengertian komunitas jama’ah tabligh
a. Pengertian jama,ah tabligh
Komunitas jama‟ah tabligh berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti
kelompok-kelompok penyampaian. Jama‟ah tabligh adalah gerakan dakwah yang
bertujuan kembali keajaran Islam yang murni sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad Sallahu‟alaihi Wassallam.
Komunitas Jama‟ah tabligh merupakan gerakan dakwah yang berpijak
pada penyampaian (tabligh) secara berjmaah dengan materi tentang keutamaan-
keutamaan ajaran islam kepada setiap orang yang ditemuinya. Dalam hal ini umat
17
islam menjadi sasaran utama dakwah mereka, model dakwah semacam ini di
dasarkan pada alasan bahwa jika umat islam sudah menjalankan ajaran dan tradisi
islam secara benar dan baik, maka akan menjadikan seluruh dunia baik. Dengan
demikian umat di luar islam juga akan merasakan kebaikannya sehingga umat
islam akan menjadi teladan bagi umat lainnya. Meskipun sasaran utama dakwah
ini adalah umat islam, bukan berarti mengabaikan dakwah terhadap non-muslim
karena hal itu juga sangat penting setelah terlebih dahulu memenahi diri sendiri
dari dalam.
Dalam komunitas jama‟ah tabligh terdapat beberapa konsep pokok-
pokok ajaran, dan istilah-istilah yang sangat identik dengan komunitas ini. Dalam
hal ini, konsep-konsep tersebut akan dihubungkan dengan tahapan-tahapan dalam
teori Everett Rogers. Diantara istilah-istilah itu.
Istilah jama‟ah tabligh tidak sekedar bermakna pekumpulan, namun
istilah tersebut memiliki lima ciri utama, yatu sekelompok orang yang
mempunyai tujuan yang satu, kerja, semangat, hati dan kasih sayang.
b. Sejarah jama‟ah tabligh
Jama‟ah tabligh di dirikan oleh Syaikh Maulana Ilyas bin Syaikh
Muhammad Ismail AL- Kandahlawi AL-Hanafi di Negara India, tepatnya di Kota
Sahar Nufur. Beliau dilahirkan tahun 1303 H. Di lingkungan keluarga yang
mengikuti thariqat Al-Jitsytiyyah ash-Shufiyyah. Ia belajar pertama kali pada
kakeknya sendiri, Syeikh Muhammad Yahya, seorang guru madrasah di Kota
kelahirannya, kakeknya ini adalah seorang penganut madzhab Hanafi dan teman
dari seorang ulama.
18
Di Indonesia Jama‟ah tabligh mulai masuk pada tahun 1952, tetapi baru
berkembang pada tahun 1974 di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta Pusat pada
awal tahun 1990an, gerakan dakwah ini sudah tersebar di 27 Provinsi di
Indonesia. Dakwah dilakukan hingga kawasan transmigrasi dan ke penjara-
penjara. Anggota Jama‟ah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis
sampai tentara, sasaran utama pengembangan Jama‟ah Tabligh umumnya
kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik politik dan ada
minat terhadap sutisme.
c. Tujuan jama‟ah tabligh
Pada hakekatnya jama‟ah adalah jama‟ah yang memfokuskan diri dalam
masalah peningkatan iman dan amal sholeh, yaitu dengan cara bergerak mengajak
dan menyampaikan kepada manusia mengenai kepentingan iman dan amal soleh.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Syaihk Muhammad Ilyas sendiri sebagai orang
yang memulai menghidupkan usaha ini. Beliau berkata pergerakan kami ini
sebenarnya adalah pergerakan semata-mata untuk memperbaharui dan
menyempurnakan keimanan.
Mereka mempunyai gagasan yang sangat sederhana namun sangat
penting bagi kehidupan umat islam, yaitu memindahkan kehidupan agama
kedalam masjid untuk beberapa hari kemudian membawa kehidupan itu keluar
dalam kehidupan nyata.
d. Metode dakwah jama‟ah tabligh
Abdul Khalik Pirzada telah menerangkan tentang jama‟ah tabligh yang
telah ditunjukkan Allah kepada hamba-Nya Muhammad Ilyas dan Allah telah
19
memberikan beliau taufik untuk mengamalkannya, sehingga menghasilkan
kebaikan yang sangat banyak. Cara ini menampilkan metode pendidikan yang
baik dan bijak, yang tidak terdapat tandingannya dalam metode-metode
pendidikan (zaman ini). Bila diuraikan dengan lebih spesifi, metode yang sering
mereka sebut dengan cara-cara berdakwah dalam mencapai kesuksesan dalam
dakwahnya maka mereka juga menggunakan beberapa metode yaitu:
1) Metode uswah/teladan
2) Metode mengajak
3) Metode ceramah
4) Metode mudzakarah
5) Metode door to door
6) Metode tasykil
7) Metode mau‟izah/ pengajaran
8) Metode tabsyir
9) Metode inzar
10) Metode kisah-kisah
11) Metode nasehat
12) Metode pembiasaan
Selain berpijak pada metode yang di atas, Jama‟ah Tabligh ini juga selalu
mengkaji dan mengamalkan isi dari kitab Fadhail al-„amal yang ditulis oleh
Maulana Muhammad Zukaria. Kitab ini merupakan panduan wajib, bagi setiap
jama‟ah karena didalam kitab ini banyak memuat kisah-kisah para sahabat,
fadhilah shalat, fadhilah dzikir, fadhilah Qur‟an.
20
Abu Abdirahman menjelaskan ada beberapa prinsip dasar yang perlu
dipahami tentang dakwah islam.
a) Menyebarkan keselamatan
Motivasi berdakwah ialah mengajar manusia kejalan keselamatan. Setiap
dakwah yang hanya berkutat dengan masalah materi (ekonomi), politik,
pemikiran, fantisme, filsafat, teori-teori dan apa saja yang tidak ada kaitan nya
dengan kemasalahan hidup.
b) Berdakwah di atas ilmu yang nyata
Ini jelas seperti yang terdapat di dalam al-Qur‟an surat Yusuf ayat: 108
مه بصيزة اوا عل ا ال الله ذي سبيلي ادع قل
ما اوا مه المشزكيه ه الله سبح اتبعىي
Terjemah “katakanlah: inilah jalan (agama)ku, dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata,
Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musrik”.
(QS. Yusuf : 108).
c) Menempuh metode hikmah
Mengajak manusia kearah jalan keselamatan harus didasarkan atas
landasan ilmu yang jelas, kemudian ajakan itu juga harus di dasarkan atas
landasan ilmu yang jelas, kemudian ajakan itu juga harus ditempuh dengan cara-
cara yang lembut dan bijaksana, jika tidak menempuh cara-cara demikian,
tentunya manusia akan lari, lalu tujuan menyebarkan keselamatan semakin jauh
dari harapan
21
d) Tidak ada paksaan dalam agama
Sebesar apapun kecemburuan seorang da‟i kepada kebenaran dan
setinggi apapun kebencian terhadap penyimpangan, maka harus disadari bahwa
dalam agama ini tidak ada paksaan. Hal ini merupakan prinsip-prinsip besar yang
harus dipahami dengan penuh perhatian.
يه ل اكزاي ف ال مه الغ فمه يفز ق تبيه الز
بالطاغ ف يؤمه بالله ت ل اوفصا ث ة ال استمسك بالعز
ا عليم ل سمي الله
Terjemah: “tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas antara
(jalan) petunjuk dan (jalan) keselamatan.“(QS.Al-Baqarah :156).
e) Hidayah ada di tangan Allah
Sampainya seseorang kepada kebaikan dan taqwa, tidak lain karena
hidayah dan taufiq yang Allah limpahkan. di sini para da‟i hanya bertugas
menyampaikan, sedangkan persoalan hidayah sepenuhnya kembali ke pada Allah
Swt.
4. Kehidupan Sosial Budaya Urban
Urbanisasi selalu dikaitkan dengan kondisi ekonomi masyarakat daerah
asal dan juga daerah tujuan, padahal pada kenyataannya perubahan akibat arus
urbanisasi tidak hanya berpengaruh pada sosial ekonomi akan tetapi berpengaruh
juga terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
22
Perubahan disini mencakup perubahan yang biasa terjadi pada
masyarakat seperti perubahan kebiasaan, norma, adat istiadat dan bahkan
hubungan kekeluargaan di pedesaan maupun perkotaan. Perubahan sosial budaya
yang terjadi di perkotaan akibat tekanan urbanisasi terjadi karena adanya perilaku
modernisasi ialah perubahan kebiasaan yang bersifat tradisionl ke perilaku
bersifat modern.
Masyarakat di sibukkan dengan kegiatan dalam meningkatkan
perekonomian menyebabkan kegiatan sosial budaya sering kali terlupakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti kegiatan gotong royong, silaturahmi dengan
tetangga, tolong menolong dalam kegiatan acara-acara adat ataupun hari-hari
besar lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun kehidupan
masyarakat sudh bersifat modern terutama pada generasi muda, akan tetapi
kebudayaan tetap ada baik di lingkungan sekitar maupun didalam diri masyarakat
itu sendiri. Artinya ada sebagian besar masyarakat yang mengalami perubahan
secara statis dan dinamis. Masyarakat dinamis dan masyarakat statis memiliki
kemampuan untuk merubah dirinya sendiri, tidak ada masyarakat di dunia ini
secara sosial tidak mengalami perubahan (Soeprapto,2002).
Perpindahan penduduk dari suatu daerah pedesaan ke perkotaan akan
membawa perubahan pada berbagai aspek nilai-nilai budaya, seperti perubahan
nilai yang dianggap luhur bergeser menjadi nilai lumrah atau biasa, hal-hal yang
dianggap sakral (suci) menjadi tidak lagi Suci (Profan) dan hal-hal yang pada
awalnya dianggap tabu atau dianggap keramat menjadi suatu hal yang biasa
(Sumaadja,2003:56).
23
Perbedaan sistem nilai budaya masyarakat Desa dengan sistem nilai
budaya masyarakat Kota yang kontraks menimbulkan masalah sendiri bagi warga
masyarakat Desa yang berurbanisasi, seperti urbanisasi masyarakat Desa.
Masalah sosial budaya yang muncul akibat urbanisasi, urbanisasi banyak
terjadi di kota-kota besar, berpusatnya kegiatan ekonomi di kota-kota besar. Yang
menyebabkan banyak pihak tertarik untuk melakukan urbanisasi terutama
masyarakat kecil untuk memperbaiki ekonomi keluarga, meskipun harus
meninggalkan daerah kelahiran, rumah keluarga dan juga anak istri.
Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya anggapan masyarakat bahwa di
perkotaan untuk mendapatkan berbagai macam jenis fasilitas umum sangat mudah
seperti jaringan internet, kebutahan internet, kebutuhan hiburan, tempat berlibur
dan tersedianya alat transportasi umum yang akan mumudahkan masyarkat.
Cara mengatasi permasalahan sosial budaya urbanisasi, mengatasi
permasalahan sosial budaya dalam masyarakat bukanlah suatu hal yang mudah,
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi
permasalahan dan mengambil keputusan. Kebudayaan yang dimilikinya karena
kebudayaan yang ada dan bersifat positif harus dilestarikan, meskipun
perkembangan zaman menyebabkan kebudayaan mengalami penurunan. Tetapi
tidak sedikit masyarkat terus melestarikan kebudayaan yang ada meskipun hampir
terkalahkan oleh perkembangan zaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan :
a. Meningkatkan kesadaran dalam diri sendiri akan pentingnya kebudayaan
dalam kehidupan kita dan masyarakat, karena kebudayaan merupakan ciri
24
khas dan bahkan dari manca negara sehingga seseorang dapat memahami
bahwa kita berasal dari suku tertentu.
b. Mengadakan sosialisasi berkaitan dengan kebudayaan. Generasi muda dapat
berpartisipasi dalam kegiatan mensosialisasikan kebudayaan yang dimiliki
setiap Daerah. Dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan dalam masyarakat
seperti halnya gotong royong.
c. Menanamkan nilai-nilai sosial budaya kepada anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa dengan cara menerapkan dalam pembelajaran di sekolah.
Lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga tertentu berperan penting
dengan adanya hal tersebut kebudayaan dalam diri masyarakat.
5. Teori Interaksi Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, di
antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari interaksi sosial,
pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Hebert Mead. Menurut Mead
individu bertindak berdasarkan pemaknaan terhadap objek dan situasi sehingga
mereka menentukan dan menegoisasikan makna-makna tersebut. Ini terjadi secara
simbolis, menggunakan kata-kata dan bentuk ekspresi konvensional yang lain
(Scot:101).
Teori tersebut juga mengajak kita untuk lebih memperdalam sebuah
kajian mengenai pemaknaan interaksi yang digunakan dalam masyarakat. Dalam
menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik sudah jelas bahwa pendekatan
ini merupkan suatu teropong ilmiah untuk melihat sebuah interaksi dalam
25
masyarakat multietnik yang banayak mengguakan simbol-simbol dalam proses
interaksi dalam masyarakat tersebut.
Pokok pikiran interaksi simbolik ada tiga, yang pertama ialah bahwa
manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna yang dipunyai
sesuatu baginya. Dengan demikian tindakan (act) seseorang penganut Agama
Hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seorang
penganut agama Islam di Indonesia, karena bagi masing-masing orang tersebut
sapi itu mempunyai makna (meaning) berbeda.lebih dalam lagi sebuah kajian
mengenai pokok pemikiran teori interaksi simbolik, membuat kita memahami
bahwa dalam sebuah tindakan mempunyai makna yang berbeda dengan orang lain
yang juga memaknai sebuah makna dalam tindkan interaksi tersebut, seperti yang
dijelaskan pada proses pemaknaan penganut agama Hindu di India dan penganut
agama Islam di Indonesia terhadap seekor sapi. Ini menandakan bahwa ada
banyak makna yang terkandung dalam sebuah tindakan (act).
Pendekatan interaksi simbolik merupakan salah satu pendekatan yang
mengarah kepada interaksi yang menggunakan salah satu pendekatan yang
mengarah kepada interaksi yang mengunakan simbol-simbol dalam
berkomunikasi, baik itu melalui gerak, bahasa dan simpati, sehingga akan muncul
suatu respon terhadap ransangan yang datang dan membuat manusia melakukan
reaksi atau tindakan terhadap ransangan tersebut. Dalam pendekatan interaksi
simbolik akan lebih diperjelas melalui ulasan-ulasan yang lebih spesifik mengenai
makna simbol yang akan dibahas.
26
Dalam melalukan suatu interaksi, maka gerak, bahasa, dan rasa simpati
sangat menentukan, apalagi berinteraksi dalam masyarakat yang berbeda suku dan
kebudayaan. Modal utama dalam melakukan interaksi dalam masyarakat
multietnik adalah saling memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang
lain, sehingga kesalah pahaman yang nantinya akan menimbulkan konflik dapat
tertekan.
Bluner dalam (Upe, 2010:229), mengatakan pokok-pokok pendekatan
interaksi simbolik adalah dalam teori interaksi simbolik aktor yang dipandang
sebagai manusia yang semata-mata responsif, melainkan aktor senantiasa
menafsirkan dan mendefenisikan setiap tindakan orang lain. Dalam perspektif
interaksi simbolik, respon aktor baik secara langsung maupun tidak, selalu
didasarkan pada penilaian makna atas penggunaan simbol-simbol yang
menjembatani interaksi manusia.
Dengan demikian, menurut Blumer tindakan atau tanggapan aktor bukan
hanya sekesdar reaksi spontanitas belaka dari tindakan seseorang terhadap orang
lain, melainkan didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang
lain.
6. Penelitian Relevan
Penelitian terkait disparitas sosial telah banyak dikaji oleh para ahli
sosiologi dan ilmuan lain terkait dengan kajian disparitas sosio-religius juga telah
dikaji oleh kaum cendikia dan agamawan.
27
Penelitian yang di lakukan oleh Sari, (2015). Dengan Judul “Aktivitas
Dakwah Jama‟ah Tabligh, Investigasi Terhadap Program Khuruj Jama‟ah Tabligh
Di Masjid Al-Burahman Palembang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa aktivitas jama‟ah tabligh dalam berdakwa memiliki strategi khusus.
Penelitian yang dilakukan oleh Sonya, (2016) “ Etika Pada Istri Jama‟ah
Tabligh” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para istri jama‟ah tabligh akan
memiliki efikasi diri setelah melalui beberapa tahapan yaitu mendapatkan
dukungan sosial dari keluarga maupun kelompok sehingga informan mampu
memaknai khuruj dan ikhlas saat suami khuruj maka hak yang demikian akan
membentuk pribadi yang realigius.
Penelitian yang dilaukan oleh Nurahmi, (2019). “Kohesivitas Pada
Kelompok Jama‟ah Tabligh” Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada
kelompok ini tergolong tinggi di lihat dari empat dimensi kohesivitas, kohesivitas
kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah.
Berikut tabel pesaman dan perbedaan dari uraian penelitian relevan dengan ini
adalah:
NO Judul Penelitian
Terdahulu
Persamaan Perbedaan
1. Penelitian yang
dilakukan oleh
Sari,(2015)
dengan juduk
“Aktivitas
Dakwah Jama‟ah
Taligh Terhadap
Program Khuruj
Jama‟ah Taligh
Di Masjid Al-
Burahman
Pesamaan dari penelitian
terdahulu dan penelitian yang
saya lakukan itu memiliki
fokus yang sama yaitu pada
Jama‟ah Tabligh.
Perbedaan dari
penelitian saya dan
penelitian terdahulu
adalah penelitian saya
lebih berfokus pada
Disparitas Sosio-
Religius Komunitas
Jama‟ah Taligh (Studi
Kasus Komunitas
Jama‟ah Tabligh
Dengan Wargadi
28
Palembang”. Kelurahan Bontoleang
Kecamatan Mamajang
Kota Makassar
Sedangkan penelitian
terdahulu berfokus pada
Aktivitas Dakwah
Jama‟ah Tabligh
Investigasi Terhadap
Program Khuruj Jamaah
Tabligh Di Masjid Al-
Burahman Palembang.
2. Penelitian yang
dilakukan oleh
Sonya, (2016),
yang berjudul
“Etika Pada Istri
Jama‟ah
Tabligh.”
Kesamaan dari penelitian
terdahulu dan penelitian saya
yaitu memiliki fokus yang
sama yaitu pada jama‟ah
tabligh.
Perbedaan dari
penelitian saya dan
penelitian terdahulu
adalah penelitian saya
lebih berfokus pada
Disparitas Sosio-
Religius Komunitas
Jama‟ah Tabligh (Studi
Kasus Jama‟ah Tabligh
Dengan Warga Di
Kelurahan Bontolebang
Kecamatan Mamajang
Kota Makassar)
Sedangkan penelitian
terdahulu berfokus pada
Etika Pada Istri.
3. Penelitian yang
dilakukan oleh
Abdurrahman,
(2017). Dengan
judul pengaruh
“Metode Dakwah
Jama‟ah Tabligh
Terhadap
Peningkatan
Shalat Berjamaah
Anggotanya Di
Kasomberang,
Kabupaten
Gowa”.
Kesamaan dari penelitian
terdahulu dan penelitian yang
saya lakukan itu memiliki
fokus yang sama yaitu pada
Jama‟ah Tabligh.
Perbedaan dari
penelitian saya dan
penelitian terdahulu
adalah penelitian saya
lebih berfokus pada
Disparitas Sosio-
Religius Komunitas
Jama‟ah Tabligh (Studi
Kasus Komunitas
Jama‟ah Taligh Dengan
Warga Di Kelurahan
Bontolebang
Kecamatan Mamajang
Kota Makassar.
Sedangkan penelitian
terdahulu berfokus pada
Metode Dakwah
Jama‟ah Tabligh
29
Terhadap Peningkatan
Shalat Berjamaah
Anggotanya Di
Kasomberang,
Kabupaten Gowa.
B. Kerangka Pikir
Masyarkat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang berssifat kontinyu, dan terkait oleh suatu rasa
identitas bersama. Kontinitas merupakan kesatuan masyarakat yang mengandung
ciri interaksi antar warga, adat istiadat, memiliki identitas yang kuat yang
mengikat masyarakat.
Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup
bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan
keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, atau saling
berinteraksi. Hal dari interaksi tersebut akan menimbulkan sebuah pandangan atau
persepsi terhadap suatu yang merupakan hasil dan interaksi itu sendiri.
Di kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar itu
sendiri begitu banyak pandangan atau persepsi terhadap jama‟ah tabligh itu
sendiri. Bagi masyarakat awam Kota Makassar, jama‟ah tabligh di anggap sebagai
aliran, sebagai organisasi, bahkan jama‟ah tabligh di pandang sebagai suatu
ajaran yang sesat. Hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar terjebank pada wilayah
simbol.
Dalam teori interaksi simbolik, aktor tidak di pandang sebagai manusia
yang semata-mata responsif, melainkan aktor senantiasa menafsirkan dan
30
mendefenisikan setiap tindakan orang lain. Dalam prespektif interaksi simbolik,
respon aktor baik secara langsung maupun tidak, selalu didasarkan pada penilian
makna atas penggunaan simbol-simbol yang menjembatani interaksi manusia.
31
Gambar kerangka pikir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Piki
Disparditas Sosio-Realigius
Bentuk disparitas
sosio-realigius
komunitas jama’ah
tabligh
eksistensi sosio-
realigius komunitas
jama’ah tabligh
Dampak disparitas sosio-
realigius terhadap
komunitas jama’ah tabligh
Masyarakat
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hal ini merupakan
suatu cara untuk mencapai fakta sosial dalam suatu penenelitian dengan cara
menyelidiki secara mendalam sehingga dapat memperoleh problema sosial yang
sedang di amati.
Menurut Sugiyono, (2011), penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan filsafat atau positivisme digunakan untuk meneliti kondisi
obyek yang alamiah. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbell teknik pengumpulan dengan tri-angulai (gabungan),
analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna generalisasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi
yang dapat melukiskan dan menggungkapkan suatu atau gagasan dalam suatu
fenomena yang di alami. Pendekatan fenomenologi merupakan salah satu jenis
penelitian kualitatif yang di aplikasikan untuk menggungkapkan kesamaan makna
yang menjadi esensi dari suatu konsep atau fenomena yang secara sadar dan
individual di alami oleh sekelompok individu dalam hidupnya.
Menurut Alase, (2017), bahwa fenomenologi adalah sebuah metode
kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan
kemampuan sujektifitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian.
32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, tepatnya di Kecamatan
Mamajang, Kelurahan Bontolebang dan penelitian ini dilakukan kurang lebih 2
bulan lamanya di mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2021.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan penelitian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik
perhatian dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap Jama‟ah
Tabligh di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar
Ada beberapa hal yang menjadi titik fokus peneliti dalam melakukan
penelitian ini, yaitu:
4. Eksistensi disparitas Sosio-Religius komunitas Jama‟ah Tabligh di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar.
5. Bentuk disparitas Sosio-Religius komunitas Jama‟ah Tabligh dengan warga di
Kelurahan Bontolebang.
6. Dampak disparitas Sosio-Religius terhadap komunitas Jama‟ah dengan warga
di Kelurahan Bontolebang.
Fokus penelitian menurut Spradley dalam buku Sugiyono, (2013:286),
menyatakan bahwa fokus merupakan merupakan suatu dominan tunggal atau ada
beberapa dominan yang terkait dari situasi sosial. Dengan demikian penentuan
fokus penelitian dalam karya ilmiah di dasarkan pada tingkat informasi yang di
peroleh dari lapangan. Ada paun menrut Spradley dalam Prastowo (2014:137)
berpendapat bahwa ada 4 alternative untuk menetapkan fokus penelitian, yaitu
33
sebagai berikut: (1). Menetapkan fokus pada permasalahan yang di saran kan oleh
informan; (2). Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing
domain; (3). Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
mengembangkan iptek; (4). Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang
terkaitdenganteori-teori yang ada.
D. Informan Penelitian
Menurut Moleong, (2015:163), informan penelitian adalah seseorang
yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian dan merupakan orang-orang yang benar-benar mengetahui
permasalahan yang akan di teliti.
Menurut Andi, (2010:147), informan adalah orang yang dapat menguasai
dan memahami data, informasi, dan fakta dari suatu objek yang akan di teliti.
Dari penjelasan tersebut penulis memahami bahwa informan adalah
sesorang yang dapat memberikan informasi dan dapat menguasai, memahami data
dan informasi dari suatu permasalahan yang akan di teliti.
Informan penelitian merupakan seseorang yang memberikan informasi.
Adapu teknik yang digunakan adalah Snowball Sampling, yaitu teknik
pengambilan sample ini diminta teman-temannya untuk dijadikan informan
(Sugiyono, 2013:125). Begitu seterusnya sehingga sampel lebih banyak. Ibarat
bola salju yang mengelinding, semakin lama semakin banyak. Penelitian ini
dikatakan juga sebagai penelitian berantai bertujuan untuk memperoleh informasi
dari informasi pertama yang telah di tentukan kemudian dari informan tersebut
34
melangkah keinforman selanjutnya, artinya informan dipilih secara luas
berdasarkan tujuan penelitian ini adalah sample responden yang dipilih ahli
expert.
Adapun klasifikasi jenis informan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan kunci adalah para ahli yang sangat memahami dan dapat memberikan
penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan disparitas Sosio-Religius
komunitas Jama‟ah Tabligh dan tidak dibatasi dengan wilayah, informan yang
akan diwawancarai berjumlah tiga orang yaitu: akademisi satu orang yang
merupakan dosen Universitas Negeri Makassar yang dapat memberikan
pandangan terhadap komunitas jama‟ah tabligh dan dosen tersebut bertempat
tinggal di Kelurahan Bontolebang, imam mesjid satu orang dan pengurus
mesjid satu orang. (masing-masing warga Kelurahan Bontolebang.
2. Informan ahli adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang
diteliti informan yang akan diwawancarai berjumlah lima orang yaitu:
masyarakat dua orang, mahasiswa satu orang dan jama‟ah tabligh tiga orang.
3. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun
tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti informan yang akan
di wawancarai berjumlah dua orang, yaitu: wirausaha satu orang, ketua RT satu
orang.
E. Jenis dan Sumber Data
Menurut Sugiyono, (2015), jenis data yang di gunakan dalam penelitian
terbagi menjadi dua yaitu: data primer dan sekunder.
35
1. Data Primer
Menurut Sugiyono, (2016:225), data primer yaitu data yang di peroleh
langsung dari responden yang merupakan sumber utama dalam penelitian, data
yang di peroleh dari hasil obsevasi, wawancara dan dokumentasi yang telah di
tetapkan.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono, (2016:156), data sekunder adalah data yang di
peroleh dari perantara instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian
ini atau sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data
yang biasanya melewati perantara orang lain atau dokumen-dokumen seperti
buku-buku, artikel-artikel serta dokumentasi berupa rekaman suara dan berupa
foto sebagai bukti penelitian benar dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, (2014:92), menyatakan bahwa instrumen penelitian
adalah suatu alat yang di jadikan sebagai pengumpul data yang di gunakan
sebagai tolak ukur fenomena alam maupun sosial yang di amati. Dengan demikian
penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari data dan informasi yang
lengkap pada suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Karena peneliti
sendiri yang mengumpulkan data dengan cara bertanya, mendengar, mengamati,
meminta dan menulis. Peneliti dapat meminta bantuan orang lain dalam
menggumpulkan data, di sebut pewawancara. Dalam hal ini pewawancara sendiri
yang mengumpulkan data dengan cara bertanya, mendengar, mengamati, meminta
dan menulis.
36
Pada penelitian ini penulis sendiri sebagai instrumen (human instrumen).
Hal ini di dasarkan karena manusia yang memiliki sifat dinamis dan kemampuan
untuk mengamati, menilai, memutuskan dan menyimpulkan secara objektif.
Untuk memperoleh hasil yang baik dan valid serta memudahkan peneliti
makaperlu menggunakan alat bantu berupa:
1. Pedoman wawancara (daftar pertanyaan) berfungsi untuk membantu
mengetahui apa yang harus di tanyakan, dalam urutan seperti apa, bagaimana
mengajukan pertanyaan dan bagaimana mengajukan tindak lanjut.
2. Buku, pensil/pulpen berfungsi untuk mencatat hasil wawancara dari informan
agar lebih memudahkan peneliti mengumpulkan hasil wawancara.
3. Hendphone berfungsi untuk merekam suara dan mengambil gambar sebagai
dokumentasi.
4. Pedoman observasi berfungsi untuk menghasilkan data hasil observasi yang
lengkap, detail, sistematis dan menyeluruh.
G. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberpa teknik yang digunakan untuk menggumpulkan data, dalam
penelitian ini menggunakan metode, yaitu observasi, wawancara atau interview,
pengamatan dan dokumentasi.
1. Observasi
Menurut Sugiyono, (2010:203), bahwa teknik penggumpulan data
dengan cara observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan prilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.
37
Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
metode obsevasi secara langsung di Kota Makassar, dalam penelitian ini
menggunakan alat bantu berupa alat tulis dan kamera.
2. Wawancara
Menurut Moleong, (2005:186), bahwa wawancara adalah interaksi
dengan maksud tertentu. Interaksi itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono, (2010:329), bahwa dokumen adalah suatu catatan
peristiwa yang telah berlalu yang berbentuk sebuah tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang. Metode dokumentasi ini di lakukan dengan
cara menggumpulkan sebuah dokumen-dokumen atau foto-foto serta lampiran
yang berguna sebagai informasi dalam penelitian ini. Adapun alat bantu yang
digunakan pada dokumentasi adalah kamera.
H. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, (2010: 335), yang di maksud teknik analisis data
adalah proses pengumpulan data , dan menyusun secara sistematika data yang di
peroleh dari hasil wawancara, data yang di peroleh dari lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengornanisasiakan data kedalam kategori,
menjabarakan kedalam kelompkok-kelompok, melakukan sistensis, menyusun
kedalam suatu pola yang mana baik untuk di pelajarai. Dan membuat sebuah
kesimpulan sehingga mudah di pahami diri sendiri maupun orang lain.
38
Teknik analisi data yang di gunakan adalah data yang telah dikumpulkan
oleh peneliti dengan mengacu pada atauran atau metode penelitian yang
digunakan, seperti berikut:
I. Teknik Keabsahan Data
Menurut Moleong, (2010:330), triangulasi adalah salah satu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dan dapat
sebagai pengecekan suatu data dan sebagai perbandingan terhadap data itu.
1. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data adalah pengumpulan data dari beragam sumber
yang berbeda dengan menggunakan metode yang sama. Dalam hal ini peneliti
melakukan wawancara mendalam tentang Disparitas Sosio-Religius Komunitas
Jama‟ah Tabligh (Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar).
Laporan Hasil Reduksi Data
Tahap kejenuhan Data Demonstrasi tingkat kepercayaan dan
Keabsahan data
Transkip Data
Kategori Data Tema-tema Data Organisasi Data
Membaca Berulang-ulang Pengumpulan Data
39
2. Triangulasi Waktu
Maksud dari tringulasi waktu adalah dapat dilakukan dengan melakukan
pengecekan kembali terhadap data kepada sumber dan tetap menggunakan teknik
yang sama, namun dengan waktu atau situasi yang berbeda.
3. Triangulasi Teori
Maksud dari triangulasi ini adalah hasil atau kesimpulan dari penelitian
kualitatif berbentuk informasi. Berikutnya informasi tesebut akan di komparasi
dengan sudut pandang teori lain yang relevan untuk memperkecil dari penelitian.
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kelurahan Bontolebang
Kelurahan Bontolebang adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan
Mamajang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kelurahan Bontolebang
mulai ada dari hasil pemekaran Kelurahan Mamajang pada tahun 1987 dan
penamaan kelurahan Bontolebang terdiri dari dua makna kata yaitu Bonto dan
Lebang. Bonto artinya bukit sedangkan lebang artinya cantik/sejahtera. Kelurahan
Bontolebang ini salah satu Kelurahan yang bersih dan tertata. Menurut sejarah
pemberian nama Bontolebang dari hasil musyawarah tokoh masyarakat pada
waktu itu musyawarah tersebut memutuskan bahwa pemberian nama Bontolebang
dimaknai untuk mencapai impian yaitu daratan yang antik/elok yang memberikan
kesejahtraan bagi warganya.
B. Letak Geografis
Kelurahan Bontolebang adalah salah Satu Kelurahan di Kecamatan
Mamajang, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kelurahan Bontolebang
memiliki kode wilayah 73.71.02.1006 serta memiliki titik kordinat:
5009‟53.0‟‟S119
025‟20.6E. Dan luas wilayah: + 0,142 Km. dan memiliki kode
pos: 90133. Kelurahan Bontolebang memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis
memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C.
Kelurahan Bontolebang merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada
ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan
41
Kelurahan Bontolebang sering mengalami genangan air pada musim hujan,
terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.
Gambar 4.1 Letak Kelurahan Bontolebang
Kelurahan Bontolebang terletak di Jalan Landak Baru Inspeksi Kanal di
sebelah utara perbatasan dengan Kelurahan Mamajang, di sebelah selatan
perbatasan dengan Kelurahan Pabaeng-baeng, di sebelah timur perbatasan dengan
Kelurahan Banta-bantaeng, di sebelah barat perbatasan dengan Kelurahan Bonto
Biraeng.
C. Kondisi Demografi Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang merupakan
salah satu penduduk yang memiliki bermacam-macam perkerjaan dan memiliki
beban ekonomi yang berbeda untuk memenuhi beban kebutuhan hidupnya.
Penduduk Kelurahan Bontolebang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ada yang
berkerja sebagai pegawai negeri sipil, ada juga yang berkerja sebagai pedagang
serta berkerja sebagai buruh.
42
Tabel 4.1 klarifikasi kondisi demografi berdasarkan mata pencarian di
Kecamatan Mamajang, Kelurahan Bontolebang, Kota Makassar.
NO Pekerjaan Jumlah Persentase
1
2
3
Pegawai negeri sipil (PNS)
Pedagang
Buruh
656
3,020
1,000
10%
60%
20%
Jumlah 100
Sumber Kantor Kelurahan Bontolebang Tahun 2021.
Secara keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan Bontolebang Tahun
2021. Jumlah penduduk laki-laki 1.143 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan
3.543 jiwa. Untuk lebih jelas mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dan dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 klarifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kecamatan Mamajang, Kelurahan Bontolebang, Kota Makassar.
NO Jenis kelamin Jumlah jiwa
1 Laki-laki 1.143 jiwa
2 Perempuan 3.543 jiwa
Total 4.686 jiwa
Sumber Kantor Kelurahan Bontolebang Tahun 2021
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa di Kelurahan
Bontolebang memiliki jumlah penduduk sebesar 4.686 jiwa dengan perician yaitu
1.143 jiwa penduduk yang berjenis kelamin Laki-laki, dan 5.543 jiwa penduduk
yang berjenis kelamin perempuan.
43
D. Tingkat Pendidikan
Pada tahun ajaran 2020/2021 jumlah fasilitas pendidikan yang ada di
Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar sebanyak 4 buah
gedung sekolah. Kelurahan Bontolebang memiliki gedung TK sebanyak 2 sekolah
dengan 50 orang murid dan 10 orang guru. Di Kelurahan Bontolebang tidak
memiliki gedung SD/sederajat. Untuk tingkat SMP/sederajat sebanyak 1 sekolah
dan tidak memiliki SMA/sederajat. Serta memiliki SMK sebanyak 1.
Tabel 4.3 jumlah fasilitas pendidikan di Kelurahan Bontolebang,
Kecamatan Mamajang, Kota Makassar tahun ajaran 2020/2021.
Desa/Kelurahan TK SD
Negeri
SD
Swasta
SMP
Negeri
SMP
Swasta
SMA
Negeri
SMK
Swasta
Kelurahan
Bontolebang
2 - - - 1 - 1
Sumber Kantor Lurah Bontolebang Tahun 2021
Tabel 4.4 jumlah masyarakat berdasarkan pendidikan di Kelurahan
Bontolebang, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar tahun ajaran 2020/2021.
Desa/Kelurahan SD SMP SMA Diploma Sarjana
Kelurahan
Bontolebang
173 552 1.850 543 425
Sumber Kantor Lurah Bontolebang Tahun 2021
44
E. Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi, dan Agama
1. Kehidupan Sosial Budaya
Masyarakat Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang mempunyai
budaya dan adat istiada yang masih di lestarikan hingga saat ini yaitu Suru Maca
tradisi ini dilakukan sebelum memasuki bulan puasa.
Suru Maca yang berarti membaca doa secara bersama untuk dikirimkan
kepada leluhur yang telah lebih awal menghadap ilahi ini merupakan ritual turun-
temurun. Ritual menjelang bulan ramadan ini sudah dilakukan oleh nenek suku
Bugis Makassar yang sampai saat ini masih terus terjaga. Dalam ritual Suru Maca
tersebut di sediakan beragam macam masakan khas Bugis Makassar yang di
letakkan di atas terpal dan ada juga yang diletakkan di atas tempat tidur.
2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi warga Kelurahan Bontolebang merupakan
salah satu yang menunjang pertumbuhan ekonomi warga, dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi seseorang membutuhkan orang lain untuk melakukan kerja
sama agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertumbuhan ekonomi di Kelurahan Bontolebang dua tahun terahir
akhirnya mengalami penurunan pada angka minus 1,62% kondisi tersebut di
sebabkan karena adanya pandemi hingga akhir tahun 2020. Akhirnya terjadi
penurunan perekonomian pada skala nasional dan skala global yang berdampak
pada perekonomian Kelurahan Bontolebang. Beberapa sektor ekonomi mulai
mengalami peningkatan di awal tahun 2021 terutama di sektor perdagangan. Pada
45
tahun 2021 pertumbuhan ekonomi di perkirakan bergerak lebih cepat seiring masa
pemulihan ekonomi.
3. Kehidupan Keagamaan
Menurut data Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang, Kota
Makassar menunjukan bahwa mayoritas Agama Islam 95%. Kesadaran
masyarakat yang kuat akan pentingnya sholat lima waktu, sifat religius itu terlihat
dari keseharian masyarakat ketika waktu sholat tiba mereka terlihat semangat
melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam terutama bagi masyarakat yang
berdomisili di sekitar mesjid yang datang dengan berjalan kaki. Namun juga ada
yang sholat di mesjid yang jauh dari rumahnya dengan menggunakan sepedah
motor miliknya.
Pada setiap hari jumat masyarakat Kelurahan Bontolebang tidak pernah
meninggalkan sholat jumat walaupun tugas atau perkerjaan yang sementara
mereka kerjakan itu ada, masyarakat yang kerja dari pedagang, buruh dan
kantoran pada pukul 10.40 siang mereka sudah di rumah masing-masing. Jadi
sebelum azan berkumandang mereka sudah menuju ke mesjid menunggu sholat
jumat tiba. Mesjid yang biasanya sampai 3 baris sekarang penuh dengan jama‟ah
jumat dari anak-anak sampai orang tua hadir di mesjid. ( Lihat tabel 4.5 di bawah
ini).
Desa/Kelurahan Mesjid Gereja Pura Vihara
Kelurahan
Bontolebang
6 - - -
Sumber Kantor Lurah Bontolebang Tahun 2021
46
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Eksistensi Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama’ah Tabligh di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya
orang lain. Dalam menjalin sebuah kehidupan individu membentuk sebuah
kelompok di mana dalam sebuah kelompok menjalin sebuah komunikasi atau
sebuah interaksi dengan individu lainnya. Sebuah kelompok diikat oleh norma
dan memiliki tujuan yang sama.
Telah dipahami bahwa masyarakat dan agama saling pengaruh dan
mempengaruhi satu sama lain, hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa setiap
kelompok masyarakat memiliki karak teristik keagamaan yang berbeda, meskipun
mereka menganut agama yang sama. Fakta yang menarik untuk dikaji dalam hal
ini komunitas jama‟ah tabligh salah satunya bahwa keanggotaannya terdiri dari
berbagai lapisan sosial dan bahkan berbagai mazhab dan organisasi.
a. Perkembangan komunitas Jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang
Di Indonesia komuntas jama‟ah tabligh mulai masuk pada tahun 1952,
tetapi, baru berkembang pada tahun 1974 di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jakarta
Pusat pada awal tahun 1990an, gerakan dakwah ini sudah tersebar di 27 Provinsi
di Indonesia. Dakwah dilakukan hingga kawasan transmigrasi dan ke penjara-
penjara. Anggota jama‟ah tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis
47
sampai tentara, sasaran utama pengembangan komunitas jama‟ah tabligh
umumnya kalangan perkotaan terutama yang tidak menyukai aktivitas politik dan
ada minat terhadap sutisme.
Perkembangan komunitas jama‟ah tabligh semakin hari bertambah
banyak sampai di Kelurahan maupun di Pedesaan salah satunya di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar. jama‟ah tabligh di Kelurahan
Bontolebang sejak tahun 2005 hingga saat ini terus berkembang mereka datang
dari berbagai daerah dan ada juga warga sekitar yang menjadi jama‟ah tabligh,
warga sekitar awalanya melihat jama‟ah tabligh merasa tidak nyaman karena
jama‟ah tabligh ini selalu berjalan berkelompok serta memakai pakaian koko,
warna warni dan berkopiah haji putih. Ada pula yang berpakaian gamis, baju
panjang yang biasa dipakai orang Arab. Hampir semua mereka memanjangkan
jenggot dan mencukur kumis. mereka selalu tinggal di Mesjid. Dalam hal ini
masyarakat mulai mengenal jama‟ah tabligh melalui media televisi (TV) Seperti
yang diungkapkan oleh bapak DR (35 Tahun), selaku ketua RT saat
diwawancarai, bahwa:
“iya nak, saya mengetahui pertama kali Jama‟ah Tabligh itu dari media
televisi, kalau menurut saya jama‟ah tabligh itu membawa ajaran Islam
yang murni sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam.” (Hasil wawancara, 10/06/2021).
Hal serupa juga di kemukakan oleh bapak MA (32 Tahun), selaku akademisi,
bahwa:
“betul dek, saya mengetahui Jama‟ah Tabligh dari media sosial, kalau
pendapat saya jama‟ah tabligh itu mengajak kita semua melaksanakan
ibadah sesuai ajaran yang di bawakan oleh Nabi Muhammad
Sallahu‟alaihi Wassalam.” (Hasil wawancara, 15/06/2021).
48
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat
Kelurahan Bontolebang memiliki sumber berbeda dalam mengetahui jama‟ah
tabligh dan memiliki respon yang berbeda pada Jama‟ah Tabligh.
Salah satu bentuk dakwah komunitas jama‟ah tabligh adalah melalui
ceramah, ceramah merupakan salah satu metode dakwah yang bertujuan untuk
memberikan nasihat dan petunjuk sementara audien bertindak sebagai pendengar.
Metode dakwah mereka termasuk dalam kategori dakwah al-qawliyyah (oral),
yaitu dakwah yang berbentuk ucapan atau lisan yang dapat didengar oleh mitra
dakwah (dakwah bi al-lisan).” Dalam menyampaikan dakwahnya mereka berpijak
kepada bentuk targhib (meningkatkan).
Mereka mempunyai gagasan yang sangat sederhana namun sangat
penting bagi kehidupan umat Islam, yaitu memindahkan kehidupan agama ke
dalam masjid untuk beberapa hari kemudian membawa kehidupan itu keluar
dalam kehidupan nyata. Berbeda yang di katakan oleh salah satu masyarakat
Bontolebang, yaitu bapak RW (34 Tahun), bahwa:
“iye nak, kalau menurut saya komunitas jama‟ah tabligh itu membawa
dogma dan aliran sesat sehingga dapat membuat kita menjadi konflik
antar agama dan membuat kita sesat dalam menjalankan ibadah serta
tidak sesuai ajaran yang di bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam.” (Hasil wawancara, 17/06/2021).
Hal serupa juga di katakan oleh ibu SS (50 Tahun), seorang wirausaha juga warga
Bontolebang bahwa:
“iya dek, pendapat saya tentang komunitas jama‟ah tabligh sama halnya
teroris yang ada di daerah sulawesi tengah mereka cuman menggubah saja
nama kelompoknya menjadi komunitas jama‟ah tabligh.” (Hasil
wawancara, 20/06/2021).
49
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa komunitas jama‟ah tabligh
membawa sebuah dogma dan aliran sesat yang tidak sesuai ajaran yang di
bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Serta cara berpakaian
dan penampilanya mirip dengan teroris.
Komunitas jama‟ah tabligh merupakan gerakan sekelompok orang untuk
menyampaikan dakwahnya dengan cara mengajak langsung untuk mengutamakan
ajaran-ajaran Islam.
Begitu sampai di tempat dakwah, mereka menyebar keluar masuk di
lorong-lorong dan warung-warung sambil tetap berzikir kepada Allah Swt.
Dengan tenang mereka mengajak orang untuk mendengarkan ceramahnya. Usai
ceramah orang-orang di ajari cara berwudhu, tata cara sholat, dan membaca Al-
Fatihah serta ayat-ayat Al-Qur‟an. Sebelum tugas dakwah selesai, anggota
jama‟ah tabligh mengajak masyarakat setempat melakukan dakwah ketempat lain.
Berbeda seperti yang diungkapkan oleh bapak MF (37 Tahun), imam mesjid di
Kelurahan Bontolebang, bahwa:
“iye nak, seharusnya komunitas jama‟ah tabligh sebelum melakukan
dakwah di Kelurahan Bontolebang ini sebaiknya meminta izin kepada
Bapak Lurah sehingga kami sebagai masyarakat tidak ketakutan dan
tidak khawatir.” (Hasil wawancara, 22/06/2021).
Hal serupa juga di katakan mahasiswi berinisial, SR (22 Tahun), bahwa:
“iya, sebaiknya komunitas jama‟ah tabligh ini dalam menyampaikan
dakwah sebaiknya secara formal saja seperti pendakwa umunya dan tidak
harus juga tinggal di Mesjid serta berpakian gamis panjang, celana
cingkrang dan berjenggot panjang.” (Hasil wawancara, 25/06/2021).
Berdasarkan hasil uangkapan di atas bahwa komunitas jama‟ah tabligh
sebelum berdakwah sebaiknya meminta izin terlebih dahulu di Kelurahan
50
Bontolebang agar masyarakat yang akan menerima dakwa merasa nyaman dan
tidak merasa ketakutan.
b. Kegiatan yang dilakukan komunitas jama‟ah tabligh
Kegiatan yang dilakukan komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan
Bontolebang yaitu masalah peningkatan iman dan amal sholeh. Dengan cara
bergerak mengajak dan menyampaikan kepada manusia mengenai kepentingan
iman dan amal sholeh. Komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang
sering melakukan pengajian sekaligus diskusi pada saat sesudah sholat isya di
Mesjid aisyah, yang berisi permasalahan-permasalahan agama yang muncul
selama khuruj (dakwah dilakukan berpindah-pindah tempat) dan mereka selalu
berusaha agar semua umat manusia selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran Nabi
Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Komunitas jama‟ah tabligh mempunyai
gagasan yang sangat sederhana namun sangat penting bagi kehidupan umat islam,
yaitu memindahkan kehidupan agama kedalam masjid untuk beberapa hari
kemudian membawa kehidupan itu keluar dalam kehidupan nyata.
Keberadaan komunitas jama‟ah tabligh di tengah-tengah Kelurahan
Bontolebang membuat ketidak nyamanan warga karena setiap warga memiliki
pandangan yang berbeda terhadap komunitas jama‟ah tabligh. Seperti yang di
ungkapkan oleh salah satu masyarakat Bontolebang, yaitu bapak DG (30 Tahun),
bahwa:
“nah, sebenarnya dengan adanya komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan
Bontolebang ini kami merasa was-was dan kurang nyaman karena kami
takut komunitas jama‟ah tablihg ini membawa ajaran sesat.” (Hasil
wawancara, 17/06/2021).
51
Hal serupa juga di katakan oleh bapak DR (35 Tahun), selaku ketua RT saat
diwawancarai, bahwa:
“betul dek, keberadaan jama‟ah tabligh ini membuat kami risih karena
mereka tidak mengingat waktu dalam berdakwa dari rumah-kerumah
terkadang mereka menyampaikan dakwanya pada siang hari pada waktu
kami sedang istirahat.” (Hasil wawancara, 10/06/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa keberadaan komunitas
jama‟ah tabligh ini membuat warga merasa tidak nyaman dan risih serta jama‟ah
tabligh ini tidak menggingat waktu istirahat dalam menyampaikan dakwah kepada
warga.
Komunitas jama‟ah tabligh juga melakukan dakwahnya dari rumah-
kerumah dan mengajak warga mendengarkan isi ceramahnya, usai ceramah
mereka mengajarkan tata cara berwudhu yang benar dan tata cara sholat yang di
ajarkan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Mereka juga mengajak
warga untuk ikut berdakwah bersamanya. Seperti yang diungkapkan oleh salah
satu anggota jama‟ah tabligh yang berinisial, AR (41 Tahun), bahwa:
“betul dek, saya ingin mengajak secara langsung warga untuk
memindahkan kehidupan agama kedalam masjid untuk beberapa hari
kemudian sehingga membawa kehidupan itu keluar dalam kehidupan
nyata serta dapat meningkatkan iman dan amal sholeh.” (Hasil
wawancara, 28/06/2021).
Hal serupa juga di katakan salah satu jama‟ah tabligh berinisial, MH (45 Tahun),
bahwa:
“ iye dek, saya ingin semua warga senantiasa bisa beribadah sesuai
dengan ajaran yang di bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam. Dan saya ingin semua warga ketika beribadah sebaiknya di
Mesjid.” (Hasil wawancara, 30/06/2021).
52
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa komunitas jama‟ah tabligh
memiliki tujuan dalam berdakwah untuk mengajak warga sekitar meningkatkan
iman dan amal sholeh serta beribadah harus dilaksanakan di dalam Mesjid.
komunitas Jama‟ah Tabligh menyampaikan dakwahnya pada masyarakat
agar masyarakat lebih menjalankan ajaran agama dengan baik, dan sesuai syariat
islam. Dalam melakukan dakwanya komunitas jama‟ah tabligh sangat
bersemangat untuk menyampaikan kepada masyarakat ajaran-ajaran yang
dibawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Komunitas Jama‟ah
tabligh terus melakukan dakwahnya dari rumah kerumah masyarakat, agar lebih
meyakinkan masyarakat bahwa apa yang didakwakan oleh komunitas jama‟ah
tabligh benar dari ajaran dari Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Berbeda
yang diungkapkan oleh salah satu anggota jama‟ah tabligh yang berinisial, MH
(41 Tahun), bahwa:
“iya dek, yang menjadi kesulitan saya dalam berdakwah adalah warga
selalu menghindar dari saya terkadang ada warga yang menyuruh kami
pergi dan warga juga memiliki banyak alasan jika saya ingin berdakwa
kepada mereka.” (Hasil wawancara, 30/06/2021).
Hal serupa juga dikatakan oleh bapak DK (37 Tahun), selaku pengurus mesjid
bahwa:
“iye dek, setiap warga mempunyai pendapat berbeda mengenai jama‟ah
tabligh sehingga mereka merasa tidak nyaman dan merasa takut dengan
adanya Jama‟ah Tabligh ini di Kelurahan Bontolebang. Sehingga warga
menjauhi jama‟ah tabligh ketika berdakwah.” (Hasil wawancara,
05/07/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa yang menjadi kesulitan
komunitas jama‟ah tabligh dalam menyampaikan dakwahnya kepada warga
sekitar adalah warga memiliki pendapat berbeda terhadap komunitas jama‟ah
53
tabligh serta selalu menghindar dari komunitas jama‟ah tabligh terkadang ada
warga yang menyuruh mereka pergi.
2. Bentuk Disparitas Sosio-Religius komunitas Jama’ah Tabligh dengan
warga di Kelurahan Bontolebang
Aktivitas dakwah komunitas jama‟ah tabligh tidak selamanya di terima
oleh masyarakat bahkan di tolak. Masyarakat banyak timbul rasa kecurigaan
bahkan mengkritik kebiasaan dalam aktivitas komunitas jama‟ah tabligh.
a. Pandangan masyarakat yang menolak dakwah komunitas jama‟ah tabligh
komunitas jama‟ah tabligh di tengah-tengah masyarakat kelurahan
Bontolebang menyebabkan perbedaan pandangan masyarakat, sebagian besar
masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah tabligh membawa sebuah
dogma tentang agama sehingga masyarakat berpandangan terhadap dogma yang
akan di sampaikan oleh komunitas jama‟ah tabligh akan menimbulkan sebuah
konflik dan membawa sebuah aliran sesat. Dan sebagian besar masyarakat
menjadi takut dan menjauhi komunitas jama‟ah tabligh. Sebagian besar
masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah tabligh adalah teroris karena
masyarakat melihat dari media TV di mana terjadi di Sulawesi Tengah ada
komunitas yang sama persis komunitas jama‟ah tabligh yang mebawa sebuah
dogma. Komunitas tersebut berasal dari Sulawesi Tengah di kenal dengan
Komunitas Mujahidin yang di ketuai oleh Santoso. Seperti yang diungkapkan oleh
masyarakat Bontolebang, yaitu bapak RW (34 Tahun), bahwa:
“betul dek, kami takut dan segan untuk menerima jama‟ah tabligh ketika
ingin berdakwah dari rumah-kerumah karena saya lihat komunitas
54
jama‟ah tabligh ini penampilanya seperti teroris pada umunya. Sehingga
kami menjahui jama‟ah tabligh.” (Hasil wawancara, 17/06/2021).
Hal serupa juga di katakan oleh ibu SS (50 Tahun), seorang wirausaha juga warga
Bontolebang bahwa:
“iya dek, kami sebagai warga berusaha menjahui komunitas jama‟ah
tabligh ketika mereka berdakwah saya takut kalau mereka mempengaruhi
saya dan akhirnya akan menjerumus untuk konflik.” (Hasil wawancara,
20/06/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa bentuk disparitas komunitas
jama‟ah tabligh dengan warga karena warga merasa akan di pengaruhi oleh
jama‟ah tabligh untuk melakukan konflik.
b. Masyarakat tidak menolak dakwah komintas jama‟ah tabligh
Masyarakat di Kelurahan Bontolebang memiliki beraneka ragam
pandangan serta Masyarakat di Kota Makassar merupakan masyarakat
multikultural dan sebagian besar penduduknya beragama Islam salah satunya di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang. Masyarakat di kelurahan
Bontolebang mempunyai keyakinan agama yang sangat kuat sehingga mereka
tidak begitu percaya dengan apa yang disampaikan oleh seorang yang terkait
dengan religius.
Kelurahan Bontolebang yang terdapat di kecamatan Mamajang terdapat
komunitas yang berfokus pada mengajak umat Islam sebagai mana di praktekkan
oleh Nabi selama hidup Nabi Muhammad SAW, khususnya dalam hal ritual,
pakaian, dan prilaku pribadi. Kelompok-kelompok tersebut bernama jama‟ah
tabligh. Masyarakat Kelurahan Bontolebang dalam kesehariannya selalu
berkomunikasi satu sama lain dalam kelangsungan hidupnya akan tetapi dengan
55
adanya jama‟ah tabligh ini masyarakat membatasi komunikasinya kerena
masyaraka merasa tidak nyaman dengan adanya jama‟ah tabligh. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu SS (50 Tahun), seorang wirausaha juga warga Bontolebang
bahwa:
“ iye dek, dalam kehidupan sehari-hari saya sering berkomunikasi
dengan setiap orang yang ada di sekeliling saya tetapi berbeda dengan
jama‟ah tabligh saya merasa ada yang berbeda dengan jama‟ah tabligh,
dengan melihat cara berpenampilannya dengan cara mereka
membawakan dakwah.” (Hasil wawancara, 20/06/2021).
Berbeda dengan yang dikatakan oleh jama‟ah tabligh yang berinisial AR (41
Tahun), bahwa:
“jujur dalam berdakwah saya tidak ada niat selain mengajak masyarakat
kejalan lebih baik, tetapi masyarakat di Kelurahan Bontolebang selalu
menjahui saya pada saat berdakwah padahal niat saya baik kepadanya.”
(Hasil wawancara, 28/06/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa masyarakat menjahui
komunitas jama‟ah tabligh dengan warga karena warga merasa akan di pengaruhi
oleh jama‟ah tabligh dan melihat cara berpakaiannya.
3. Dampak Disparitas Sosio-Religius Terhadap Komunitas Jama’ah Tabligh
Dengan Warga di Kelurahan Bontolebang
Dalam hal ini dampak disparitas Sosio-Religius terhadap komunitas
jama‟ah tabligh terbagi menjadi dua dampak positif dan dampak negatif.
a. Dampak Positif
Komunitas jama‟ah tabligh mengajak masyarakat semua menghidupkan
kehidupan agama di dalam mesjid dan jama‟ah tabligh dalam dakwanhya
mengajarkan bagaimana tata cara sholat yang bernar sesuai dengan ajaran yang di
56
bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Komunitas Jama‟ah
tabligh terus melakukan dakwanya dari rumah kerumah masyarakat, agar lebih
meyakinkan masyarakat bahwa apa yang di dakwah kan oleh komunitas jama‟ah
tabligh benar dari ajaran dari Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Seperti
yang diungkapkan oleh bapak MA (32 Tahun), selaku akademisi, bahwa:
“iye nak, sebenarnya jama‟ah tabligh ini membawa suatu hal yang positif
di Kelurahan Bontolebang karena tujuan jama‟ah tabligh sangat baik dan
jama‟ah tabligh ini menggingatkan kepada kita semua bagaimana cara
beribadah sesuai ajaran Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam.”
(Hasil wawancara, 15/06/2021).
Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak MF (37 Tahun), imam mesjid di
Kelurahan Bontolebang, bahwa:
“betul dek, jama‟ah tabligh ini seharusnya kita dukung dalam berdakwah
bukan tambah kita jauhi, karena jama‟ah tabligh ini memiliki tujuan yang
baik pada kita semua.” (Hasil wawancara, 22/06/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa komunitas jama‟ah tabligh
ini membawa sebuah dampak positif seperti jama‟ah tabligh mengajarakan tata
cara sholat dengan benar pada warga.
b. Dampak Negatif
Keberadaan komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang ini
menjadi rasa kecurigaan dan rasa ketidak nyamanan bagi warga sekitar karena
komunitas jama‟ah tabligh ini dalam melakukan dakwahnya dari lorong ke lorong
rumah warga berjumlah 10 orang sehingga warga merasa takut dan curiga pada
komunitas jama‟ah tabligh. Di Kota Makassar ini baru-baru terjadi bom bunuh
diri yang penampilannya sama dengan komunitas jama‟ah tabligh sehingga
membuat masyarakat menjadi ketakutan saat melihat jamaah tabligh dan merasa
57
tidak nyaman oleh sebab itu masyarakat menjauhi komunitas jama‟ah tabligh.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat Bontolebang, yaitu bapak
RW (34 Tahun), bahwa:
“iye dek, komunitas jama‟ah tabligh ini menurut saya komunitas yang
berusaha memaksa seseorang agar ikut bersamanya dan mengikuti ajaran
yang di bawanya sementara manusia memiliki pemehaman berbeda.”
(Hasil wawancara, 17/06/2021).
Hal serupa juga di katakan oleh ibu SS (50 Tahun), seorang wirausaha juga warga
Bontolebang bahwa:
“iya nak, komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang ini
membuat warga merasa curiga dan merasa tidak nyaman dengan
komunitas jama‟ah tabligh, mereka dengan berjumlah 10 orang pada saat
melakukan dakwah dengan berpenapilan ciri hkas mereka membuat saya
merasa tidak nyaman di tambah baru-baru ini kasus bom bunuh diri di
Kota Makassar sama persis penampilanya seperti jama‟ah tabligh.”
(Hasil wawancara, 20/06/2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa komunitas jama‟ah tabligh
ini membawa sebuah dampak negatif di dalam masyarakat seperti mengajak
warga ikur berdawah bersamanya sementara semua orang mempunyai kesibukan
berbeda dan menibulkan rasa ketakutan warga melihat yang baru-baru terjadi
bom bunuh diri di Kota Makassar penampilanya mirip dengan komunitas jama‟ah
tabligh.
C. Pembahasan
1. Eksistensi Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama’ah Tabligh di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap masyarakat Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Mamajang, Kota
58
Makassar. terkait eksistensi disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh
di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar, Keberadaan
komunitas jama‟ah tabligh di tengah-tengah Kelurahan Bontolebang membuat
ketidak nyamanan warga karena setiap warga memiliki pandangan yang berbeda
terhadap jama‟ah tabligh. Seperti yang diungkapkan masyarakat bahwa
sebenarnya dengan adanya komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang
ini kami merasa was-was dan kurang nyaman karena kami takut komunitas
jama‟ah tablihg ini membawa ajaran sesat.
Keberadaan komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang
membuat masyarakat merasa kurang nyaman karena masyarakat disana
beranggapan bahwa komunitas jama‟ah tabligh membawakan sebuah aliran sesat
yang tidak sesuai dengan ajaran yang di bwakan oleh Nabi Muhammad
Sallahu‟alaihi Wassalam.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh George Hebert Mead bahwa
individu bertindak berdasarkan pemaknaan terhadap objek dan situasi sehingga
mereka menentukan dan menegoisasikan makna-makna tersebut artinya bahwa
dalam pandangan masyarakat terhadap keberadaan jama‟ah tabligh dan
penampilannya membuat masyarakat berpandangan bahwa jama‟ah tabligh itu
membawa ajaran sesat.
Jadi berdasarkan apa yang di amati peneliti tenyata yang dikatakan
masyarakat tidak sesuai yang terjadi di lapangan, fakta yang terjadi di lapangan
bahwa jama‟ah tabligh memakai pakaian khas yang sering dia gunakan adalah
59
cara berpakaian orang arab yang mirip dengan cara berpakaiannya Nabi
Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Sehingga tidak ada hubungannya antara
cara berpakaian dengan membawa ajaran sesat.
Salah satu bentuk dakwah komunitas jama‟ah tabligh adalah melalui
ceramah, ceramah merupakan salah satu metode dakwah yang bertujuan untuk
memberikan nasihat dan petunjuk sementara audien bertindak sebagai pendengar.
Metode dakwah mereka termasuk dalam kategori dakwah al-qawliyyah (oral),
yaitu dakwah yang berbentuk ucapan atau lisan yang dapat didengar oleh mitra
dakwah (dakwah bi al-lisan).” Dalam menyampaikan dakwahnya mereka berpijak
kepada bentuk targhib (meningkatkan).
Begitu sampai di tempat dakwah, mereka menyebar keluar masuk di
lorong-lorong dan warung-warung sambil tetap berzikir kepada Allah Swt.
Dengan tenang mereka mengajak orang untuk mendengarkan ceramahnya. Usai
ceramah orang-orang di ajari cara berwudhu, tata cara sholat, dan membaca Al-
Fatihah serta ayat-ayat Al-Qur‟an. Sebelum tugas dakwah selesai, anggota
jama‟ah tabligh mengajak masyarakat setempat melakukan dakwah ketempat lain.
Seperti yang di katakan dosen Universitas Negeri Makassar bahwa kalau pendapat
saya jama‟ah tabligh itu mengajak kita semua melaksanakan ibadah sesuai ajaran
yang di bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Jadi
berdasarkan yang diamati oleh peneliti bahwa memang betul yang dikatakan guru
tersebut bahwa apa yang di dakwahkan oleh jama‟ah tabligh sesuai ajaran yang di
bawakan oleh oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam seperti cara
60
berpakaian bagi perempuan harus menutup aurat dan selalu mengingatkan agar
melaksanakan sholat di Mesjid.
Dalam hal ini seperti yang di unggkapkan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh Scot bahwa ini terjadi secara
simbolis, menggunakan kata-kata dan bentuk ekspresi konvensional artinya
bahwa cara berpakaian yang di contohkan Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam sudah menjadi kewajiban sebagai umat muslim untuk memakainya.
Komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang sering melakukan
pengajian sekaligus diskusi pada saat sesudah sholat isya di Mesjid aisyah, yang
berisi permasalahan-permasalahan agama yang muncul selama khuruj (dakwah
dilakukan berpindah-pindah tempat) dan mereka selalu berusaha agar semua umat
manusia selalu menjalankan ibadah sesuai ajaran Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam. Komunitas jama‟ah tabligh mempunyai gagasan yang sangat
sederhana namun sangat penting bagi kehidupan umat islam, yaitu memindahkan
kehidupan agama kedalam masjid untuk beberapa hari kemudian membawa
kehidupan itu keluar dalam kehidupan nyata.
Berbeda yang diungkapkan oleh salah satu anggota jama‟ah tabligh
bahwa yang menjadi kesulitan saya dalam berdakwah adalah warga selalu
menghindar dari saya terkadang ada warga yang menyuruh kami pergi dan warga
juga memiliki banyak alasan jika saya ingin berdakwah kepada mereka.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh Bluner bahwa pokok-pokok
pendekatan dalam teori interaksi simbolik aktor yang di pandang sebagai manusia
61
yang semata-mata responsif, melainkan aktor senantiasa menafsirkan dan
mendefenisikan setiap tindakan orang lain artinya bahwa dalam proses dakwah
komunitas jama‟ah tabligh banyak warga berpandangan negatif bahwa komunitas
jama‟ah tabligh membawa sebuah ajaran sesat. Akan tetapi komunitas jama‟ah
tabligh terus berusaha menyampaikan dan mengajak demi kebaikan umat
manusia.
Jadi berdasarkan apa yang di amati peneliti tenyata yang dikatakan
anggota komunitas jama‟ah tabligh sesuai yang terjadi di lapangan, fakta yang
terjadi di lapangan bahwa masyarakat berusaha menjauh dari komunitas jama‟ah
tabligh pada saat komunitas jama‟ah tabligh memulai dakwahnya.
2. Bentuk disparitas Sosio-Religius komunitas Jama’ah Tabligh dengan
warga di Kelurahan Bontolebang
komunitas jama‟ah tabligh di tengah-tengah masyarakat kelurahan
Bontolebang menyebabkan perbedaan pandangan masyarakat, sebagian besar
masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah tabligh membawa sebuah
dogma tentang agama sehingga masyarakat berpandangan terhadap dogma yang
akan di sampaikan oleh komunitas jama‟ah tabligh akan menimbulkan sebuah
konflik dan membawa sebuah aliran sesat. Dan sebagian besar masyarakat
menjadi takut dan menjauhi komunitas jama‟ah tabligh. Sebagian besar
masyarakat berpandangan bahwa komunitas jama‟ah tabligh adalah teroris karena
masyarakat melihat dari media TV di mana terjadi di Sulawesi Tengah ada
komunitas yang sama persis komunitas jama‟ah tabligh yang mebawa sebuah
dogma. Komunitas tersebut berasal dari Sulawesi Tengah di kenal dengan
62
Komunitas Mujahidin yang di ketuai oleh Santoso. Seperti yang diungkapkan oleh
masyarakat bahwa kami takut dan segan untuk menerima jama‟ah tabligh ketika
ingin berdakwa dari rumah-kerumah karena saya lihat komunitas jama‟ah tabligh
ini penampilanya seperti teroris pada umunya. Sehingga kami menjahui jama‟ah
tabligh.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh George Hebert Mead bahwa
pendekatan ini merupakan suatu teropong ilmiah untuk melihat sebuah interaksi
dalam masyarakat multietnik yang banyak menggunakan simbol-simbol dalam
proses interaksi masyarakat. artinya bahwa komunitas jama‟ah tabligh cara
berpenampilannya dengan memakai gamis panjang dan kopia putih serta memakai
celana cingrang dan berjenggot panjang itu adalah teroris dan membawa ajaran
sesat akan tetapi cara pandang yang kurang tepat terhadap komunitas jama‟ah
tabligh.
Jadi berdasarkan yang diamati oleh peneliti yang dikatakan masyarakat
sesuai fakta di lapangan bahwa komunitas jama‟ah tabligh memakai pakaian
khasnya memakai baju gamis panjang dan celana cingkrang dan berjenggot
panjang. Akan tetapi cara pandang masyarakat kurang tetap mengenai komunitas
jama‟ah tabligh dengan penampilan komunitas jama‟ah tabligh tersebut bukan
berarti teroris.
Masyarakat di Kelurahan Bontolebang memiliki beraneka ragam
pandangan serta Masyarakat di Kota Makassar merupakan masyarakat
multikultural dan sebagian besar penduduknya beragama Islam salah satunya di
63
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang. Masyarakat di kelurahan
Bontolebang mempunyai keyakinan agama yang sangat kuat sehingga mereka
tidak begitu percaya dengan apa yang disampaikan oleh seorang yang terkait
dengan religius.
Masyarakat Kelurahan Bontolebang dalam kesehariannya selalu
berkomunikasi satu sama lain dalam kelangsungan hidupnya akan tetapi dengan
adanya jama‟ah tabligh ini masyarakat membatasi komunikasinya kerena
masyaraka merasa tidak nyaman dengan adanya jama‟ah tabligh. Seperti yang
diungkapkan oleh wirausaha bahwa dalam kehidupan sehari-hari saya sering
berkomunikasi dengan setiap orang yang ada di sekeliling saya tetapi berbeda
dengan jama‟ah tabligh saya merasa tidak nyaman dengan jama‟ah tabligh dengan
melihat cara berpenampilannya dengan cara mereka membawakan dakwa saya
merasa jama‟ah tabligh ini berusaha mempengaruhi saya dengan ajara yang
dibawakanya.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh Scot bahwa ini terjadi secara
simbolis, menggunakan kata-kata dan bentuk ekspresi konvensional artinya
bahwa masyarakat Kelurahan Bontolebang dalam sehari-harinya sangat ramah
dan selalu berkomunikasi dengan adanya kominitas jama‟ah tabligh ini mereka
jarang berkomunikasi dengan semua orang.
Jadi berdasarkan yang diamati oleh peneliti yang dikatakan wirausaha
sesuai fakta di lapangan bahwa masyarakat Kelurahan Bontolebang sangat ramah
dan sering berkomunikasi dengan semua orang dengan adanya komunitas jama‟ah
64
tabligh ini mereka agak segan untuk berkomunikasi pada semua orang karana
meraka beranggapan jangan sampai di antara semua warga di Kelurahan
Bontolebang ini ada anggota komunitas jama‟ah tabligh.
3. Dampak Disparitas Sosio-Religius Terhadap Komunitas Jama’ah Tabligh
Dengan Warga di Kelurahan Bontolebang
Komunitas jama‟ah tabligh mengajak masyarakat semua menghidupkan
kehidupan agama di dalam mesjid dan jama‟ah tabligh dalam dakwahnya
mengajarkan bagaimana tata cara sholat yang bernar sesuai dengan ajaran yang di
bawakan oleh Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Komunitas Jama‟ah
tabligh terus melakukan dakwanya dari rumah kerumah masyarakat, agar lebih
meyakinkan masyarakat bahwa apa yang di dakwah kan oleh komunitas jama‟ah
tabligh benar dari ajaran dari Nabi Muhammad Sallahu‟alaihi Wassalam. Seperti
yang diungkapkan oleh imam Mesjid bahwa jama‟ah tabligh ini seharusnya kita
dukung dalam berdakwah bukan tambah kita jauhi, karena jama‟ah tabligh ini
memiliki tujuan yang baik pada kita semua.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh George Hebert Mead bahwa
dalam melakukan interaksi dalam masyarakat multietnik sebaiknya saling
memahami kebiasaan ataupun kebudayaan dari orang lain, sehingga kesalah
pahaman yang nantinya dapat di atasi. artinya bahwa sebaiknya kita mendukung
komunitas jama‟ah tabligh untuk berdawah karena mereka peduli terhadap nasib
umat umat islam. Jadi berdasarkan yang diamati oleh peneliti yang dikatakan
65
tokoh agama tidak sesuai fakta di lapangan karena warga sekitar tidak setuju
dengan keberadaan jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang.
Keberadaan komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang ini
menjadi rasa kecurigaan dan rasa ketidak nyamanan bagi warga sekitar karena
komunitas jama‟ah tabligh ini dalam melakukan dakwanya dari lorong ke lorong
rumah warga berjumlah 10 orang sehingga warga merasa takut dan curiga pada
komunitas jama‟ah tabligh. Di Kota Makassar ini baru-baru terjadi bom bunuh
diri yang penampilannya sama dengan komunitas jama‟ah tabligh sehingga
membuat masyarakat menjadi ketakutan saat melihat jamaah tabligh dan merasa
tidak nyaman oleh sebab itu masyarakat menjauhi komunitas jama‟ah tabligh.
Seperti yang diungkapkan oleh wirausaha bahwa komunitas jama‟ah tabligh di
Kelurahan Bontolebang ini membuat warga merasa curiga dan merasa tidak
nyaman dengan komunitas jama‟ah tabligh, mereka dengan berjumlah 10 orang
pada saat melakukan dakwah dengan berpenapilan ciri hkas mereka membuat
saya merasa tidak nyaman di tambah baru-baru ini kasus bom bunuh diri di Kota
Makassar sama persis penampilanya seperti jama‟ah tabligh.
Dalam hal ini seperti yang di katakan di atas sangat berkaitan dengan
teori interaksi simbolik yang di kemukakan oleh George Hebert Mead bahwa
dalam melakukan suatu interaksi, maka gerak bahasa dan rasa simpati sangat
menentukan keberasilan sebuah interaksi artinya bahwa komunitas jama‟ah
tabligh memiliki cara bahasa yang dapat menyakinkan umat muslim bahwa
mereka membawakan sebuah ajaran yang di bwakan oleh Nabi Muhammad
Sallahu‟ alaihi Wassalam.
66
Jadi berdasarkan yang diamati oleh peneliti yang dikatakan wirausaha
sesuai fakta di lapangan masyarakat merasa tidak nyaman dengan keberadaanya
komunitas jama‟ah tabligh di tambah dengan baru-baru ini terjadi kasus bom
bunuh diri di Kota Makassar membuat masyarakat menjadi ketakutan.
Adapun yang merupakan pembaharuan penelitian ini dari penelitian
sebelumnya yang relevan dengan judul penelitian ini, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Penelitian yang di lakukan oleh Sari, (2015). Dengan Judul
“Aktivitas Dakwah Jama‟ah Tabligh, Investigasi Terhadap Program Khuruj
Jama‟ah Tabligh Di Masjid Al-Burahman Palembang”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas jama‟ah jabligh dan isu terhadap jama‟ah tabligh
meninggalkan anak istri. Sedangkan penelitian sekarang lebih fokus pada
Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama‟ah Tabligh (Studi Kasus Komunitas
Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang
Kota Makassar).
Penelitian yang dilakukan oleh Sonya, (2016) “ Etika Pada Istri Jama‟ah
Tabligh” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para istri jama‟ah tabligh akan
memiliki efikasi diri setelah melalui beberapa tahapan yaitu mendapatkan
dukungan sosial dari keluarga maupun kelompok sehingga informan mampu
memaknai khuruj dan ikhlas saat suami khuruj maka hak yang demikian akan
membentuk pribadi yang religius. Sedangkan penelitian sekarang lebih fokus pada
Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama‟ah Tabligh (Studi Kasus Komunitas
Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang
Kota Makassar).
67
Penelitian yang dilaukan oleh Nurahmi, (2019). “Kohesivitas Pada
Kelompok Jama‟ah Tabligh” Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada
kelompok ini tergolong tinggi di lihat dari empat dimensi kohesivitas, kohesivitas
kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah. Sedangkan penelitian
sekarang lebih fokus pada Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama‟ah Tabligh
(Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Dan waktu serta tempat
pelaksanaanya berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini
bisa di jadikan sebagai sumbangsi untuk mata kuliah sosiologi agama dan sebagai
referensi untuk penelitian yang akan datang terkait tentang komunitas jama‟ah
tabligh.
C. Interpretasi Hasil Penelitian
Tabel 5.1 interprestasi hasil wawancara penelitian
NO Nama
informan
Wawancara Teori Interpretasi
1. MA Hasil wawancara dengan
dosen Universitas Negeri
Makassar, mengatakan
bahwa “betul dek, saya
mengetahui komunitas
Jama‟ah Tabligh dari media
sosial, kalau pendapat saya
komunitas jama‟ah tabligh
itu mengajak kita semua
melaksanakan ibadah sesuai
ajaran yang di bawakan
oleh Nabi Muhammad
Sallahu‟alaihi Wassalam.”
Interaksi
Simbolik
Dalam hal ini maksud
dan tujuan komunitas
jama‟ah tabligh itu
sangat baik mengajak
umat muslim kejalan
lebih baik.
68
2. RW Hasil wawancara dengan
masyarakat mengatakan
bahwa “iye nak, kalau
menurut saya komunitas
jama‟ah tabligh itu
membawa dogma dan aliran
sesat sehingga dapat
membuat kita menjadi
konflik antar agama dan
membuat kita sesat dalam
menjalankan ibadah serta
tidak sesuai ajaran yang di
bawakan oleh Nabi
Muhammad Sallahu‟alaihi
Wassalam.”
Interaksi
Simbolik
Dalam proses dakwah
komunitas jama‟ah
tabligh mereka
mengajak bukan
mempengaruhi atau
mendogma ke ajaran
yang sesat melainkan
mengajak ke jalan
lebih baik.
3 MF Hasil wawancara dengan
tokoh agama mengatakan
bahwa “iye nak, seharusnya
komunitas jama‟ah tabligh
sebelum melakukan dakwah
di Kelurahan Bontolebang
ini sebaiknya meminta izin
kepada Bapak Lurah
sehingga kami sebagai
masyarakat tidak ketakutan
dan tidak khawatir.”
Interaksi
Simbolik
Dalam berdakwah
sebaiknya meminta
izin terlebih dahulu
kepada pemerintah
setempat untuk
memastikan bahwa
apa yang akan di
dakwahkan baik.
4. DR Hasil wawancara dengan
tokoh masyarakat
mengatakan bahwa “betul
dek, keberadaan jama‟ah
tabligh ini membuat kami
risih karena mereka tidak
mengingat waktu dalam
berdakwah dari rumah-
kerumah terkadang mereka
menyampaikan dakwahnya
pada siang hari pada waktu
kami sedang istirahat.”
Interaksi
Simbolik
Dalam hal ini
komunitas jama‟ah
tabligh sebaiknya
dalam berdakwah
tidak menyampaikan
dakwahnya di waktu
sesorang istirahat
karena dapat
menggangu waktu
istirahat.
69
5. SR
Hasil wawancara dengan
mahasiswa mengatakan
bahwa “iya, sebaiknya
komunitas jama‟ah tabligh
ini dalam menyampaikan
dakwah sebaiknya secara
formal saja seperti
pendakwah umunya dan
tidak harus juga tinggal di
Mesjid serta berpakian
gamis panjang, celana
cingkrang dan berjenggot
panjang.”
Interaksi
Simbolik
Dalam melaksanakan
dakwah sebaiknya
secara formar agar
lebih resmi dan
membuat masyarakat
tidak curiga.
6. AR Hasil wawancara dengan
anggota komunitas jama‟ah
tabligh mengatakan bahwa
“betul dek, saya ingin
mengajak secara langsung
warga untuk memindahkan
kehidupan agama kedalam
masjid untuk beberapa hari
kemudian sehingga
membawa kehidupan itu
keluar dalam kehidupan
nyata serta dapat
meningkatkan iman dan
amal sholeh.”
Interaksi
Simbolik
Dalam hal ini
komunitas jama‟ah
tabligh bertujuan
untuk mengajak
seluruh umat muslim
untuk beribadah di
dalam mesjid.
7. DK Hasil wawancara dengan
imam Mesjid mengatakan
bahwa “iye dek, setiap
warga mempunyai pendapat
berbeda mengenai jama‟ah
tabligh sehingga mereka
merasa tidak nyaman dan
merasa takut dengan adanya
tama‟ah tabligh ini di
Kelurahan Bontolebang.
Sehingga warga menjauhi
jama‟ah tabligh ketika
berdakwah.”
Interaksi
Simbolik
Dalam hal ini seluruh
masyarakat memiliki
pandangan berbeda
terhadap komunitas
jama‟ah tabligh
mereka berangapan
bahwa komunitas
jama‟ah tabligh
adalah teroris
sehingga mereka
menjauhi komunitas
jama‟ah tabligh saat
melakukan
dakwahnya.
70
8. SS
Hasil wawancara dengan
wirausaha mengatakan
bahwa “iya dek, kami
sebagai warga berusaha
menjahui komunitas
jama‟ah tabligh ketika
mereka berdakwa saya takut
kalau mereka
mempengaruhi saya dan
akhirnya akan menjerumus
untuk konflik.”
Interaksi
Simbolik
Dalam berdakwah
komunitas jama‟ah
tabligh tidak pernah
berusaha
mempengaruhi
masyarakat untuk
konflik melainkan
mengajak masyarakat
untuk beribadah di
Mesjid.
9. MH
Hasil wawancara dengan
salah satu anggota jama‟ah
tabligh mengatakan bahwa
“iya dek, yang menjadi
kesulitan saya dalam
berdakwah adalah warga
selalu menghindar dari saya
terkadang ada warga yang
menyuruh kami pergi dan
warga juga memiliki
banyak alasan jika saya
ingin berdakwa kepada
mereka.”
Interaksi
Simbolik
Dalam proses
berdakwah tidak
semudah yang kita
bayangkan karena
ada sebagaian
masyarakat yang
menghindari
komunitas jama‟ah
tabligh untuk
berdakwah.
10. DG “nah, sebenarnya dengan
adanya komunitas jama‟ah
tabligh di Kelurahan
Bontolebang ini kami
merasa was-was dan kurang
nyaman karena kami takut
komunitas jama‟ah tablihg
ini membawa ajaran sesat”
Interaksi
Simbolik
Dalam setiap
masyarakat memiliki
pandangan yang
berbeda terhadap
komunitas jama‟ah
tabligh karena
jama‟ah tabligh suatu
hal yang baru di
Kelurahan
Bontolebang.
71
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Kelurahan
Bontolebang dengan judul. Disparitas Sosio-Religius Komunitas Jama‟ah Tabligh
(Studi Kasus Komunitas Jama‟ah Tabligh Dengan Warga di Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar). Dapat di simpulkan:
Eksistensi disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota Makassar yaitu Komunitas
jama‟ah tabligh semakin hari bertambah banyak sampai di Kelurahan maupun di
Pedesaan salah satunya di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Mamajang Kota
Makassar. jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang sejak tahun 2005 hingga
saat ini terus berkembang mereka datang dari berbagai daerah dan ada juga warga
sekitar yang menjadi jama‟ah tabligh.
Bentuk disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh dengan
warga di Kelurahan Bontolebang yaitu Masyarakat Kelurahan Bontolebang
memiliki beraneka ragam pandangan ada yang menolak dan ada yang menerima
komunitas jama‟ah tabligh serta Masyarakat di kelurahan Bontolebang
mempunyai keyakinan agama yang sangat kuat sehingga mereka tidak begitu
percaya dengan apa yang disampaikan oleh seorang yang terkait dengan religius.
72
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan terjemahnya. 2018. Forum Pelayanan Al-Qur‟an. Banten:
Tangerang Selatan.
Alase, Abayomi, (2017). The interpretative phenomenological Analysis (IPA):A
Guide to a Good Qualitative Reseach Approach. International journal of
Education and Literacy studies, Vol. 5 No. 2, April 2017. DOI:
10.7575/aiac. Ijels.v.5n.2p.9.
Andi, (2010:147). Menuguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: DIVA press.
Abdurrahman, (2017). Metode Dakwah Jama‟ah Tabligh Terhadap Peningkatan
Shalat Berjamaah Anggotanya Di Kasomberang. Kabupaten Gowa.
Jember. Vol. 9 No. 1, April 2017.
`Chaniago, (2009). Ketimpangan Sosial. Bandung: POLBAN.
Creswell, J. W, (2016). Research Design Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif Dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fetzer, (1999). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Haughton, (2009). Ketimpangan Sosial. Jakarta: Alfabeta.
Jalaludin, (2001). Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Koentjaraningrat, (2009:115-118). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mallaweang, A. R., & Wahyuni, (2013). Pengantar Sosiologi Sebuah Studi
Tentang Dasar Dasar Sosiologi Pada Umumnya. Makassar: Gudarma
Ilmu.
Miles,B. Mathew dan Michael Huberman, (1992). Analisis Data Kualitatif Buku
sember Tentang metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Moleong, (2005:6). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
73
Moleong, (2015:163). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, (2010:330). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mustakim. (2010). Pradigma Prilaku Sosial Dengan Pendekatan Behavioritastik.
Ngawi.
Nursalam, Suardi & Syarifuddin (2016). Teori Sosiologi Klasik, Modern,
Posmodern, Saintifik, Hermeneutik, Kritis, evaluatif dan Integratif.
Yogyakarta: Writing Revolution.
Nurahmi, (2019). Kohesivitas pada kelompok jama‟ah tabligh. Vol. 9 No. 1, April
2019.
Prastowo, (2014:137). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yokyakarta: DIVA press.
Ritzer, George, 1996. Modern Socological Theory The Mc Gra-Wlill Companies,
New York. Jakarta.
Ralph Linton, (2013:22). Antropologi, Suatu Penyelidikan Tentang Manusia.
Bandung: Jerman.
Scott, (101). Financial Accounting Theory. Scond edition. Canada: Prentice Hall.
Soeprapto, (2002). Pengantar Pengantar Komunikasi. Yogyakarta: Agromedia
Pustaka.
Sonya, Zuleika, Eva, (2016). Etika Pada Istri Jama‟ah Tabligh. Palembang. Vol.
9 No. 1, April 2016.
Sari Novita, (2015). Aktivitas Dakwah Jama‟ah Tabligh Terhadap Program
Khuruj Jama‟ah Tabligh Di Masjid Al-Burahman. Palembang. Vol. 9 No.
1, April 2015.
Sumaadjan, (2003:56). Psikologi Pendidikan. Jakarta, Rajawali Pers.
Soekanto, (2006:22). Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grapindo
Persada).
Soekanto, (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers
Sugihartono, dkk, (2007:8). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
74
Sugiyono, (2009:15). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dam R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2010:203). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif , Kuantitatif. dan
R&D, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2014:92). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2016:225). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, (2004:98). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta. EGC.
Toha, (2003:154). Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Upe, Ambo, (2010). Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Walgito, (2004:70). Pengantar Psikologi Umum, Andi, Jakarta.
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Muhammad Arif S.Pd., M.Pd. (MA)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Dosen Universitas Negeri Makassar
2. Nama : Muhammad Furkon (MF)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Imam Mesjid
3. Nama : Daeng Romo (DR)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Ketua RT
4. Nama : Rahma wati (RW)
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
5. Nama : Siti Suhartini (SS)
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 50 Tahun
Pekerjaan : Wirausaha
6. Nama : Suci Ramadani (SR)
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
7. Nama : Abdul Rahman (AR)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 41 Tahun
Pekerjaan : Jama‟ah tabligh
8. Nama : Muhammad Husen (MH)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Jama‟ah tabligh
9. Nama : Daeng Kulle (DK)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 54 Tahun
Pekerjaan : Pengurus mesjid
10. Nama : Daeng Gasing (DG)
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Tukang batu
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAR
1. Apakah anda mengetahui komunitas jama‟ah tabligh?
2. Bagaimana pandangan anda terhadap komunitas jama‟ah tabligh?
3. Bagaimana pendapat anda yang seharusnya komunitas jama‟ah tabligh
lakukan sebelum berdakwah?
4. Bagaimana pandangan anda terhadap eksistensi disparitas Sosio-Religius
komunitas jama‟ah tabligh di Kelurahan Bontolebang?
5. Bagaimana pandangan anda terhadap bentuk disparitas Sosio-Religius
komunitas jama‟ah tabligh dengan warga di Kelurahan Bontolebang ?
6. Bagaimana dampak disparitas Sosio-Religius komunitas jama‟ah tabligh
dengan warga di Kelurahan Bontolebang?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KOMUNITAS JAMA’AH TABLIGH
1. Apakah tujuan anda menjadi komunitas jama‟ah tabligh?
2. Apa yang menjadi kesulitan anda dalam menyampaikan dakwah kepada
warga sekitar?
`
Gambar 1: Wawancara dengan dosen Universitas Negeri Makassar Pada Tanggal
15 Juni 2021.
Gambar 2: Wawancara dengan imam mesjid Pada Tangga 22 Juni 2021.
Gambar 3: Wawancara dengan ketua RT Pada Tanggal 10 Juni 2021.
Gambar 4: Wawancara dengan masyarakat Pada Tanggal 17 Juni 2021.
Gambar 5: Wawancara dengan Wirausaha Pada Tanggal 20 Juni 2021
Gambar 6: Wawancara dengan mahasiswi Pada Tanggal 25 Juni 2021.
Gambar 7: Wawancara dengan jama‟ah tabligh Pada Tanggal 28 Juni 2021.
Gambar 8: Wawancara dengan jama‟ah tabligh Pada Tanggal 30 Juni 2021
Gambar 9: Wawancara dengan pengurus mesjid Pada Tanggal 05 Juli 2021.
Gambar 10: mengamati diskusi serta pengajian komunitas jama‟ah tabligh Pada
Tanggal 28 Juni 2021.
top related