perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id upaya .../upaya...upaya meningkatkan pembelajaran lay up...
Post on 24-Aug-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA
SISWA KELAS X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
DARPITO DWI SASONGKO K4608007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Darpito Dwi Sasongko
Nim : K4608007
Jurusan/Program Studi : POK/Penjaskesrek
Menyatakan bahwa skripsi saaya berjudul “ UPAYA MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI
PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS
X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA ” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
Apabila pada kemudian hari terbit atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Darpito Dwi Sasongko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLABASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARANPADA SISWA
KELAS X TATA NIAGASMK KRISTEN 1 SURAKARTA
Oleh : DARPITO DWI SASONGKO
K4608007
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli2012
Pembimbing I
Drs. AgusMukholid,M.Pd NIP. 19640131 198903 1 001
Pembimbing II
SinggihHendarto, S.Pd,M.Pd NIP. 19720414 200604 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsiinitelahdipertahankan di hadapan Tim
PengujiSkripsiFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasSebelasMaret
SurakartadanditerimauntukmemenuhipersyaratanmendapatkangelarSarjanaPendid
ikan.
Pada hari : Jumat
Tanggal : 27 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agus Margono, M.Kes __________________
Sekretaris : Djoko Nugroho, S.Pd.,M.Or __________________
Anggota I : Drs. Agus Mukholid, M.Pd __________________
Anggota II : SinggihHendarto, S.Pd.,M.Pd __________________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n Dekan,
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660451 199103 1 0012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK Darpito Dwi Sasongko. UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN LAY UP TENGAH BOLA BASKET MELALUI PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X TATA NIAGA SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pembelajaran Lay Up tengah bola basket melalui pendekatan bermain bola melayang pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek data penelitian ini adalah siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 berjumlah 28 orang yang terdiri atas 25 siswa putri dan 3 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes penilaian pembelajaran Lay Up tengah bola basket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif dengan persentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: pembelajaran melalui penggunaan alat bantu belajar, dapat meningkatkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Dari hasil analisis, diperoleh peningkatan yang signifikan dari kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Hasil belajar Lay Up tengah bola basket pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 53,57% sama dengan 15 siswa dari kondisi awal yang sejumlah 7 siswa (24,99%). Pada siklus 2 terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 89,28% atau sebanyak 25 siswa. Kata Kunci: Pembelajaran lay up tengah, alat bantu pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Darpito Dwi Sasongko. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE BASKETBALL MIDDLE LAY UP LEARNING USING LEARNING TOOL IN THE X COMMERCE GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
This research aims to improve the Basketball middle lay up learning Using Learning Tool in the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012.
This study employed a Classroom Action Research (CAR) the subject of research data was the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012 consisting of 28 students: 25 females and 3 males. Techniques of collecting data used were observation and test of Basketball middle lay up learning assessment. Technique of analyzing data used was a descriptive one based on the quantitative analysis with percentage.
Based on the result of research, it could be concluded that: the learning through Learning Tool could improve the Basketball middle lay up learning in the X Commerce Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2011/2012. From the result of analysis, it could be found a significant improvement from prior condition, cycle 1 and cycle 2. The learning achievement of basketball middle lay up belonged to passing category was 53.57% in cycle 1 equaling to 15 students from 7 students (24.99%) in prior condition. In cycle 2 this figure increased to 89.28% or 25 students.
Key Word: Basketball middle lay up learning, learning tool
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
# Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali #
# Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja
keras #
# Seorang sahabat adalah orang yang menjawab apabila kita memanggil dan
sering menjawab sebelum kita panggil #
# Cintailah kekasihmu secara wajar, boleh jadi akan menjadi musuhmu dihari
lain. Bencilah orang yang kau benci secara wajar boleh jadi di lain hari akan
menjadi cintamu #
# Cara terbaik keluar dari suatu persoalan adalah dengan cara memecahkannya #
# Kalau hari ini kita menjadi penonton bersabarlah menjadi pemain esok #
# Cara menjadi di depan adalah dengan memulai sekarang. Jika memulai
sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui,
dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu.
(William Feather)#
#Keluarlah dari zona nyaman Anda, karena di luar telah menunggu pengalaman
yang siap digali. (Wolay Backpacker)#
#Kaca, porselen dan nama baik adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan
tak akan dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak.
(Benjamin Franklin)#
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, Kupersembahkan karya ini ini untuk :
v ”Bapak dan Ibuku Tersayang”
Terimakasih atas semua perhatian dan bimbinganya. Tak ada yang bisa aku
berikan, semoga ini bisa membuat bangga Bapak dan Ibu.
v ”Kakakku, Pekik Warnendya dan Fenti Hernawati”
Ayo kita buat bangga Bapak dan Ibu.
v ”Keluarga besar Karang Jambe dan Bancar
Keluarga cemara adalah keluarga Kita.
v ”Susan Timur Infantri”
Terimakasih telah menemani hari-hariku.
v ”Teman –teman Penjaskesrek JPOK UNS angkatan 2008”
Kejarlah cita-cita kalian walaupun harus berdarah-darah.
v ”Teman-teman Buffaloes Baseball-Softball Surakarta”
Tanpa semangat kalian, Aku tidak akan maju.Salam dua tanduk.
v ”Teman-teman Wolay Backpacker”
Indonesia itu indah kawan, Ayo kita jelajahi bersama.
v Ramagata (Persaudaraan Mahasiswa Purbalingga-Surakarta)
Pusakaning Perwira Ambangun Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak.Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Waluyo, S. Pd, M. Or selaku Ketua Program Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Agus Mukholid, M.Pd selaku pembimbing I dan Singgih Hendarto,
S.Pd,.M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Sri Santoso Sabarini S.Pd,.M.Pd, selaku pembimbing akademik yang telah
mengiringi perjalanan penulis selama menempuh kuliah di POK.
6. Teman-teman Penjaskesrek 2008.Kejar mimpi kalian walaupun harus
sampai berdarah-darah.
7. Teman-teman Buffaloes Baseball-Softball Surakarta.Salam dua tanduk.
8. Kepala SMK Kristen 1 Surakarta Drs. Siwi Widi Asmoro, M.Pd beserta
para jajarannya.
9. Guru Penjas SMK Kristen 1 Surakarta Susanto,BA terima kasih atas
bantuan Bapak,serta tak lupa siswa kelas X Tata Niaga yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .............................................................................................................. i
PERNYATAAN................................................................................................ ii
PENGAJUAN ................................................................................................... iii
PERSETUJUAN ............................................................................................... iv
PENGESAHAN ................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................ viii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 7
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
1. Pengertian Pembelajaran ........................................................... 7
2. Pendidikan Jasmani ................................................................... 18
3. Modifikasi Pembelajaran Penjas ............................................... 25
4. Alat Bantu Pembelajaran……………………………………… 24
5. Permainan Bola Basket ............................................................. 31
B. Kerangka Berfikir ............................................................................. 40
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Subjek Penelitian .............................................................................. 44
C. Sumber Data ..................................................................................... 44
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ................................................ 44
E. Uji Validitas Data ............................................................................. 45
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 46
G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 47
1. Rancangan Siklus I…………………………………………… . 48
a. Tahap Perencanaan………………………………………… 49
b. Pelaksanan Tindakan Siklus I……………………………… 49
c. Observasi……………………………………… .................. 49
d. Refleksi…………………………………………….. ........... 49
2. Rancangan Siklus II…………………………………………… 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tiap Siklus…………………………………………….. 52
1. Kondisi Awal (Pra Siklus)……………………………………. . 52
2. Siklus I………………………………………………………... . 54
a. Rencana Tindakan Siklus 1……………………………….. 55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………………………. 56
c. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus I………………….. 59
d. Analisis dan Tindakan Siklus I……………………………. 61
3. Siklus 2………………………………………………………... 63
a. Rencana Tindakan Siklus 1……………………………….. 63
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I……………………………. 64
c. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus I………………….. 66
d. Analisis dan Tindakan Siklus I…………………………….. 68
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………… 69
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan…………………………………………………………... 71
B. Implikasi………………………………………………………….. 71
C. Saran……………………………………………………………… 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. . 74
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Langkah Kaki Lay Up ...................................................................... 37
Gambar 2.Lay Up Dengan Menggiring Bola .................................................... 39
Gambar 3. Alur Kerangka Berfikir ................................................................... 42
Gambar 4. Alur Tahap Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................ 48
Gambar 5. Diagram Hasil Tes Siklus 1 ............................................................. 61
Gambar 6. Diagram Hasil Siklus 2.................................................................... 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan………...........................43
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ................................................. 45
Tabel 3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa ………………………… 50
Tabel 4. Deskripsi Kondisi Awal……………………………………………. 53
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 1)…………… 60
Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 2)……………. 67
Tabel 7.Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Pada Siklus 2…………………….. 69
Tabel 8. Pencapaian Aktivitas dan Pembelajaran Siswa…………………… 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Pertemuan Pertama ............................................................ 76
Lampiran 2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Pertemuan Kedua .............................................................. 84
Lampiran 3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1
Pertemuan Ketiga .............................................................. 95
Lampiran 4. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2
Pertemuan Pertama ............................................................ 106
Lampiran 5. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Pertemuan
Kedua ................................................................................. 117
Lampiran 6. Dukumentasi Penelitian .................................................... 128
Lampiran 7. Data Awal Lay Up Tengah Bola Basket………………… 131
Lampiran 8. Rekap Hasil Siklus I ……………………………...……. 132
Lampiran 9. Rekap Hasil Siklus 2……………………..……………… 133
Lampiran 10. Peningkatan Pembelajaran Lay Up Tengah Bola
Basket………………………………………………...…. 134
Lampiran 11. Hasil Tes Afektif…………………………………..……. 135
Lampiran 12. Hasil Tes Kognitif……………………………………….. 136
Lampiran 13. Hasil Tes Psikomotor Siklus I………………………….... 137
Lampiran 14. Hasil Tes Psikomotor Siklus 2………………………..…. 138
Lampiran 15. Surat Pengajuan Judul…………………………………… 139
Lampiran 16. Surat Validasi Proposal Skripsi………………………….. 140
Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi………………. 141
Lampiran 18. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian …………… 142
Lampiran 19. Suran Ijin Penelitian Disdikpora Surakarta……………… 143
Lampiran 20. Surat Permohonan Ijin Reserch ……………….………… 145
Lampiran 21. Surat Ijin Penelitian Sekolah ………………………..….. 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Jasmani (Penjas) merupakan suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan
emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui Penjas mencakup pengembangan
individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan Penjas tidak hanya pada aspek
jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu Penjas
juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Penjas diajarkan
dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahkan di
Perguruan Tinggi.
Penjas sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari
oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaanya pengajaran Penjas berjalan
belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran Penjas cenderung
konvensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru saja, dimana siswa
dituntut untuk mengikuti perintah dari guru. Pada hal orientasi pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan anak, serta isi dan urusan materi serta cara
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sebab
sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan
olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Jadi konsep dasar Penjas
dan model pengajaran Penjas yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang
hendak mengajar Penjas.
Materi pelajaran Penjas yang meliputi: pengalaman mempraktekan
ketrampilan dasar permainan dan olahraga disajikan untuk membantu siswa agar
memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan
secara aman, efisien ,efektif dan menyenangkan. Lewat program Penjas dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
individu. Sumbangan nyata dari Penjas adalah untuk mengembangkan
keterampilan gerak (psikomotor). Karena itu posisi Penjas menjadi unik, sebab
berpeluang lebih banyak daripada mata pelajaran lainnya untuk membina
keterampilan-keterampilan lain, hal inilah yang membuat sekaligus
mengungkapkan kelebihan Penjas dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran
lain lebih mementingkan pengembangan intelektual, maka melalui Penjas terbina
sekaligus aspek penalaran, sikap, dan keterampilan. Dalam pelaksanaan
pembelajaran Penjas, diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum
dalam kurikulum Penjas pada tiap-tiap sekolah. Salah satu cabang olahraga yang
diajarkan adalah Bola Basket. Bola Basket adalah salah satu materi pokok yang
wajib diajarkan dalam Penjas. Secara garis besar permainan bola basket dilakukan
dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni :
mengoper dan menangkap bola (pasing and catching) , menggiring bola
(dribbling), serta menembak Secara garis besar permainan Bola Basket dilakukan
dengan mempergunakan tiga unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni :
mengoper dan menangkap bola (pasing and catching), menggiring bola Secara
garis besar permainan Bola Basket dilakukan dengan mempergunakan tiga unsur
teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap bola
(pasing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak (shooting).
Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan
yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi. Misalnya,
dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti :
tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan
Secara garis besar permainan bola basket dilakukan dengan mempergunakan tiga
unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menangkap
bola (pasing and catching), menggiring bola (dribbling), serta menembak
(shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik
lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi.
Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara
seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya.Ketiga unsur teknik tadi berkembang
menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan Bola
Basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap
bola terdapat beberapa cara seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas
kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya.
(shooting). Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik
lanjutan yang memungkinkan permainan Bola Basket hidup dan bervariasi.
Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara
seperti : tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan
pantulan (bounce pass). Kemudian terdapat beberapa teknik gabungan seperti lay
up. lay up adalah usaha memasukkan bola ke ring atau keranjang basket dengan
dua langkah dan meloncat agar dapat meraih poin. Lay-up disebut juga dengan
tembakan melayang. Dimana teknik lay up juga dibagi menjadi tiga macam
diantaranya ada lay up kiri, lay up tengah dan lay up kanan. Berdasarkan ketiga
teknik lay up diatas penelitian ini akan mengkaji dan meneliti tentang lay up
tengah
Melalui pengamatan peneliti selama observasi terhadap guru Penjas di
SMK Kristen 1 Surakarta banyak siswa kelas X tahun ajaran 2011/2012 yang
belum maksimal dalam proses belajar terutama dalam melaksanakan lay up
tengah bola basket. Hal ini disebabkan ketika siswa mendapat materi lay up
tengah, guru cenderung mengajar secara konvensional. Hal tersebut menjadikan
pembelajaran pasif dan kaku sehingga siswa tidak begitu antusias terhadap
pelajarn penjas. Akibatnya hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal itu
dikarenakan guru Penjas hanya mengejar bagaimana materi pelajaran tersebut
dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan bagaimana pembelajaran itu
bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kesehariannya. Tercermin
dari saat pelajaran dimulai siswa langsung diambil nilai oleh guru Penjas,
sehingga hasilnya pun kurang maksimal.
Dalam hal ini untuk mengatasi menurunnya tingkat motivasi siswa dalam
pembelajaran penjas dapat digunakan pendekatan bermain. Pendekatan bermain
adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk
mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat memiliki kreativitas dan
inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran
berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga
siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya. Sesuai dengan karakteristik
siswa SMA dimana pada usia ini adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi
dewasa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu
kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling
mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis. Untuk itu
guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, menyenangkan
dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat, disamping itu juga
harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Dengan
pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa akan mudah menerima materi
pelajaran dan hasilnya juga akan optimal.Dari data awal yang diperoleh ketika
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), diperoleh data dari 28 jumlah siswa kelas X
Tata Niaga yang melakukan ujian lay up bola basket, hanya 7 siswa yang bisa
dikatakan lulus.Berikut data awal yang diperoleh peneliti ketika melaksanakan
Praktik Pengalaman Mengajar (PPL) . Dari data yang peneliti kumpulkan didapat
data awal dimana 7 dari jumlah siswa keseluruhan berjumlah 28 siswa saja yang
bisa dikatakan lulus atau jika di prosentase kelulusan hanya berjumlah 24,99%
saja.
Melihat permasalahan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa salah satu penyebab munculnya permasalahan dalam kaitannya dengan
hasil belajar siswa dalam melakukan lay up tengah bola basket yang kurang
optimal dalam pencapaian nilai ketuntasan minimal adalah perlu adanya
penggunaan media pembelajaran yang berbeda, bervariasi, kreatif, inovatif dan
menyenangkan serta pendekatan yang efektif bagi siswa namun dalam
penyajiannya di setiap proses belajar mengajar dengan tidak lupa selalu
melibatkan siswa agar berperan aktif, yang mana pada akhirnya diharapkan dapat
memacu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dengan menyadari arti pentingnya metode yang tepat dalam proses
pembelajaran bagi siswa, untuk itu penelitian ini mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Pembelajaran Lay Up Tengah Bola Basket
Melalui Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas X Tata Niaga
SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah penerapan Penggunaan Alat Bantu Pembelajaran dapat
meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata
Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk :
Meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket pada siswa kelas X
Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012, melalui
penggunaan alat bantu bembelajaran.
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dan dari hasil
penelitian manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa di Sekolah Subyek Penelitian
Melalui metode pembelajaran yang akan digunakan dapat meningkatkan
dan memacu siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran
disekolah.
2. Bagi Guru di Sekolah Subyek Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjas di SMK Kristen
1 Surakarta, bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
meningkatkan penguasaan teknik siswa, sehingga dapat mendukung
pencapaian hasil belajar secara maksimal.
3. Bagi Peneliti di Sekolah Subyek Penelitian
Peneliti mendapatkan fakta penggunaan metode pembelajaran yang tepat
dapat meningkatkan penguasaan teknik dan hasil belajar atau materi
dalam proses pembelajaran
4. Bagi Sekolah Subyek Penelitian
sebagai bahan masukan, saran, dan informasi terhadap sekolah, untuk
mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan kuantitas hasil belajar siswa maupun
lulusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta, bahwa “pembelajaran
sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti : Cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan” 1776 (dalam H.J Gino et al 1993 :
30)
Bila pengajar diartikan sebagai perbuatan pengajar tentunya ada
yang mengajar yaitu guru dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa.
Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan satu kesatuan dari dua
kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam
kegiatan belajar-mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan
sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang
optimal. Situasi yang memungkinkan terjadi kegiatan pembelajaran yang
optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan
bahan pengajaran ditem pat tertentu yang telah diatur dalam rangka
terciptanya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan menggunakan
metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan
belajar-mengajar, maka setaip proses dan hasilnya harus dievaluasi.
Menurut H.J Gino et al (1993) bahwa kegiatan belajar-mengajar
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen:
1) Siswa, adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;
2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelolah kegiatan belajar
mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peran lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegaitan belajar-mengajar yang efektif ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3) Tujuan yakni penyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah menikuti belajar-mengajar. Perubahan perilaku
tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif.
4) Isi pembelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep
yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
5) Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka untuk
mencapai tujuan;
6) Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang
digunakan untuk manyajikan informasi kepada para siswa agar mereka
dapat mancapai tujuan;
7) Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses
dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan
belajar-mengajar komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar
tersebut selain berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta
bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem (hlm. 30).
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat
proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur
serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar
sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai
usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga
berguna untuk mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan
pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan aspek yang sangat
penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai tujuan
intruksional. Untuk itu seorang guru harus memilih atau menentukan
pendekatan pembelajaran mana yang sesuai untuk pembelajaran yang tepat
dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran secara
efektif dalam kegiatan iteraksional. Pembelajaran yang tepat ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
berdasarkan analisis terhadap hal-hal tertentu. Dengan demikian kegiatan
pembelajaran dengan sendirinya harus memperhatikan fektor-faktor internal
dan eksternal yang merupakan faktor yang penting dalam menentukan
pembelajaran.
2. Ciri–ciri Pembelajaran
Proses pembelajaran dialamis epanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda.Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif
yang ditentukan( aspek kognitif ), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap
(aspek afektif), serta keterampilan ( aspek psikomotor) seseorang peserta
didik. Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja.Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya
interaksi antara guru dengan peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu.
Menurut H. J. Gino (1993) menyatakan, “Ciri-ciri pembelajaran
terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu (1)
motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar
dan (5) kondisi subyek belajar” (hlm. 36).
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri
pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar,
suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut
harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri
pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, bila ada seorang siswa,
misalnya tidak dapat berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka
perlu diselidiki, mungkin ia sakit, ada problem pribadi mungkin ia tidak
senang, dan sebagainya. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
upaya yang dapat menentukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong
siswa itu mau melakukan pekerjaan tersebut yang seharusnya dilakukan.
Dengan kata lain siswa itu perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi
pada dirinya, atau diberikan motivasi.
Menurut Aunurrahman mengemukakan (2010) “Motivasi dapat
bersifat internal dan external. Motivasi internal adalah dorongan dari
dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi eksternal
adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu” (hlm. 115).
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk
mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat
dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri
seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau
materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan
memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.
Dadang Sulaiman dalam H.J Gino et al (1993) menyatakan
bahwa “pemilihan materi belajar yang dilakukan dengan teliti serta
penggunaannya yang bijaksana, akan memberikan motivasi yang tinggi
kepada para siswa untuk merespon terhadap pengajaran” (hlm. 37).
Bahan pengajaran, yakni segala informasi yang berupa fakta,
prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu
diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk
menemukan atau memecahkannya, sehingga kelas menjadi hidup.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang
dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu
pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa.
Perlu ditambahkan bahwa informasi yang disampaikan melalui media,
harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu atau
gabungan alat indra siswa mampu dan dapat menerima isi pesan yang di
sampaikan. Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau
disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran
disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan
merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Adanya Komunikasi Dua arah (antara guru-siswa, siswa dengan
siswa) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang
secara hakiki setara, dan dapat berbuat bersama. Dengan adanya
komunikasi yang intim dan hangat tersebut menunjukkan suasana yang
gembira dan bebas, sehingga akan memperlancar jalannya proses belajar-
mengajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar. Moedjiono dan Moh. Dimiyati (1991) dalam H.J Gino (1993),
mengemukakan bahwa adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
Suasana belajar-mengajar yang dapat meningkatkan kegairahan dan
kegembiraan belajar akan terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan
berkesesuaian dengan karakteristik siswa. Adanya kegairahan
dankegembiraan belajar pada diri siswa, akan memaksimalkan keaktifan
siswa yang belajar (hlm. 39).
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Kondisi siswa memiliki sifat yang unik yang artinya, antara
anak satu dengan yang lainnya berbeda, tetapi juga memiliki kesamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi
yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa
yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam
proses belajar. Bahwa kondisi siswa dapat dipengaruhi oleh faktor dari
luar, yaitu segala sesuatu yang ada diluar diri siswa, termasuk situasi
belajar-mengajar yang diciptakan guru dan faktor dari dalam misalnya
motivasi. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan
dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih
berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar membawa sesuatu perubahan pada individu yang
belajar.Menurut S.Nasution dalam H.J Gino et al (1993) , bahwa Perubahan
akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga
dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,
penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi
seseorang (hlm. 51) .
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa.
Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam
proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara
singkat sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi Pembelajaran
Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil
belajar. Belajar dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang
dipelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada
ingatan. Dengan motivasi dimaksud usaha-usaha menyediakan kondisi-
kondisi sehingga anak itu mau, ingin melakukannya sesuatu. Di belakang
setiap perbuatan kita terdapat suatu motivasi yang mendorong kita
melakukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan bahwa
motivasi mempunyai kaitan erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajari
bidang studi tersebut (hlm. 43). Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianggap penting dalam kehidupan. Perubahan nilai-nilai yang
dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya.
Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan
dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
2) Keaktifan Pembelajaran
Dari semua unsur belajar, boleh dikatakan keaktifan
pembelajaraan prinsip terpenting karena belajar sendiri merupakan suatu
kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tak mungkin seseorang belajar.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam
bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari
siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) bahwa dalam setiap
proses belajar, siswa selalu menempatkan keaktifan-keaktifan itu
beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah berupa
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan
sebagainya. kita amaniti sampai kegiatan psikis yang susah diamati
berupa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain (hlm. 45).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam
bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari
siswa. Menurut S. Nasution (1988) yang dikutip H.J. Gino et al. (1993)
macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral
activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental
activities, emotional activities”(hlm.53).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut
tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris
terkandung keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam
setiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam keaktifan.
3) Keterlibatan Langsung Siswa
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri setiap siswa.
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-organ siswa
mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolahnya.
Kunci pengertian belajar adalah hasil pengalaman, sebab pengalaman-
pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan perubahan tingkah
laku siswa. Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1983 dalam H.J Gino
et al (1993) “peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah
laku pada diri siswa” (hlm. 53).
Belajar adalah tanggung jawab masing-masing siswa, sebab
belajar adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan
pengalaman yang didapat oleh orang lain. Oleh karena itu kualitas hasil
belajar berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lain, tergantung
pada pengalaman yang diperoleh dan kondisi serta kemampuan tiap-tiap
siswa. Dari kenyataan ini timbullah keyakinan bahwa tujuan pendidikan
hanya dapat dicapai apabila setiap siswa mandapatkan pengalaman
belajar sendiri sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang di miliki.
Maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan langsung siswa
dalam mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar dan perubahan tingkah lakunya.
4) Penggulangan Belajar
Menurut H.J Gino et al (1993) bahwa salah satu prinsip belajar
adalah ulangan dan latihan itu perlu dalam proses belajar, tetapi harus
didahului oleh pemahaman. Dengan ulangan-ulangan dan latihan-latihan
dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh pamahaman dalam
situasi-situasi yang bersama yang telah banyak dihadapi sebelumnya
(hlm. 54).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, meningat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam, mala daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-
pengulangan akan menjadi sempurna.
5) Sifat merangsang dan menantang dari materi yang dipelajari
Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat
merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung
banyak masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila
siswa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan
mendapatkan kepuasan
Menurut S. Nasution (1988) dalam H.J Gino et al (1993)
mengemukakan bahwa: manusia sanggup menghadapi dan memecahkan
suatu masalah dalam hatinya. Ini berkat bahasa karena itu manusia dapat
memperluas lapangan masalahnya di luar situasi yang konkrit, mengenai
waktu dan tempat. Karena itu manusia dapat memecahkan masalah
sebelum ia menghadapi secara konkrit. Dalam menghadapi masalah yang
pelik dapat diikutinya cara ilmiah (hlm. 55).
Dalam pendidikan kesanggupan untuk memecahakan soal harus
dipelajari oleh siswa. Kepada siswa harus diajarkan metode ilmiah, sebab
metode ini dapat digunakan untuk merangsang memecahkan masalah
yang pelik dalam pelajaran. Menggunakan metode ilmiah bererti
merangsang siawa untuk berpikir lebih sistematis, lebih logis, lebih
teratur dan lebih teliti.
6) Pemberian Balikan dan Penguatan Kepada Siswa
Pada umumnya pemberian balikan mempunyai pengaruh positif
dalam kehidupan siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki
tingkah laku dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingakah laku da usaha
belajar serta penampilan siswa yang baik, diberikan balikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan
terhadap tingkah laku dan pembelajaran siswa
Menurut Gage dan Berliner (1984) dalam Dimyatin dan
Mudjiono (2002) , bahwa “dorongan belajar itu tidak saja oleh
penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan.
Atau dangan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar” (hlm. 48).
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah
laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya
sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku
siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
7) Perbedaan individual
Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian,
dan sifat-sifatnya. Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri
yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar
menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan
cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat
pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang
diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan
kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang
optimal, maka guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan
dalam membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing individu.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sekolah kurang memperhatikan masalah perbedaan individual. Umumnya
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai
individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
4. Pendekatan Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru dihadapkan pada siswa. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasikan siswa
agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari
buku teks, dari kehidupan, sumber informasilain, atau kenyataan di sekitar
sekolah. Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut
diperkembangkan bersama dengan memperoleh pengalaman belajar sesuatu.
Dengan menghadapi siswa, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar,
peningkatan kemampuan siswa, dan proses memperoleh pengalaman, maka
guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu
prasyarat teknis untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang guru sudah
pernah bertindak belajar itu sendiri.
Menurut Dimyati dan Mudjiono mengemukakan pendekatan
pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam
pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang
pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat pengorganisasian,
posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan pemerolehan kemampuan
dalam pembelajaran (2002: 185).
Dalam pembelajaran pada siswa terjadi peningkatan kemampuan.
Semula siswa memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada
kegiatan belajar hal tertentu, siswa memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut
didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
masalah. Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan
mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan
metode pebelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motifasi belajar
siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.
5. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan
motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai-nilai
(sikap, mental, emosional, spiritual dan sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang
bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang
.Menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1994) bahwa“ Pendidikan
jasmani adalah metode pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih dan terus
dilakukan dengan sepenuhnya memperhatikan nilai-nilai di dalam pertumbuhan,
perkembangan dan kelakuan manusia” (hlm.5). Sedangkan menurut Cholik
Mutohir yang dikutip dalam Samsudin (2008) :
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila (hlm. 2).
Dan menurut Samsudin (2008) menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani
adalah proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan
emosi” (hlm. 2) . Sedangkan menurut Abdul Ghofur (1983) :
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. (hlm. 8-9) Dengan demikian dapat disimpulkan pendidikan jasamani adalah
merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan
direncanakan secara sistematik yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kualitas individu dari segala aspek kehidupan.
Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain,
dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan
terencana.Pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus
membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pendidikan
jasmani, guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi serta prasarana dan sarana
olahraga.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani mempunyai peranan penting untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.Adapun tujuan pendidikan
jasmani menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1994) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan badan. b. Meningkatkan kesegaran jasmani. c. Meningkatkan kehidupan yang sehat. d. Meningkatkan ketangkasan/keterampilan. e. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan. f. Menampilkan rasa sosial, kehidupan yang kreatif dan rekreatif. g. Meningkatkan budi pekerti luhur. (hlm .5 )
Sedangkan dalam Samsudin (2008) menyebutkan tentang beberapa
tujuan pendidikan jasmani, diantaranya:
1) Meletakan landasan kuat yang melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.
2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education)
6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain.
8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.
9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. (hlm.3) Sedangkan menurut Toho Cholik M. dan Rusli Lutan (2001)
pendidikan jasmani mempunyai beberapa tujuan diantaranya :
1) Perkembangan Pribadi a) Pertumbuhan fisik optimal b) Sehat fisik, mental dan sosial c) Kesegaran jasani optimal d) Cerdas e) Kreatif dan inovatif f) Terampil dalam gerak dan memecahkan masalah g) Jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab
2) Hubangan Antar Pribadi dan Lingkungan a) Hormat pada sesama b) Gotong royong c) Luwes (mudah menyesuaikan diri) d) Komunikatif dalam ide (konsep) dan pemikiran e) Etika (sopan santun) f) Menghargai kondisi lingkungan g) Melestarikan lingkungan yang sehat dan harmonis
3) Ketahanan Nasional Politik a) Cinta tanah air b) Demokrasi Pancasila c) Loyal pada Pancasila dan UUD 1945 Ekonomi a) Penguasaan teknologi dan informasi b) Etos kerja Sosial Budaya a) Tertib hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b) Kesetiakawanan sosial Budaya a) Menghargai karya orang lain b) Berfikir kritis c) Toleransi penerapan Iptek Hankam a) Kesiapan membela negara b) Partisipasi dalam Hankamrata (hlm. 30)
c. Fokus Program Pembelajaran Penjas di Sekolah Menengah Atas
Program pendidikan jasmani menekankan tentang pentingnya latihan
sebagai akibat meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani siswa.Siswa ingin
belajar berbagai tingkat ketrampilan dan berbagai cabang olahraga.Siswa juga
ingin berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat baginya dalam
memanfaatkan waktu luang.Pada tingkat usia ini anak ingin bermain secara
harmonis dengan orang lain sebagai tempat dimana siswa dapat belajar
menghargai siswa lain. Program pendidikan jasmani harus memberikan suatu
perubahan langkah dalam kegiatan akademik. Menurut Bucher yang dikutip
Samsudin (2008) program pendidikan jasmani pada sekolah lanjutan meliputi hal-
hal berikut:
1) Mencintai olahraga tim dan regu 2) Kegembiraan dan minat dalam kepalatihan olahraga 3) Pengelompokan ke dalam bagian-bagian tentang pokok bahasan
(subject matter) 4) Kelompok siswa yang berminat untuk bekerja dan beraktivitas 5) Kepuasaan yang diperoleh dalam melihat siswa mentransfer
keterampilan dari kelas pendidikan jasmani kegiatan di dalam sekolah (intramural)
6) Tantangan yang membimbing siswa untuk melewati periode yang canggung, transisional dari ketidak tenangan dan ketidaktentuan pada masa sekolah lanjutan pertama
7) Inspirasi yang diperoleh dari bekerja dengan staf dan kolega professional yang lain
8) Mencintai makin banyak permainan dan aktivitas dengan organisasi tinggi. (hlm. 8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Karakteristik Pembelajaran Penjas bagi Siswa Sekolah Menengah Atas
Setiap tingkatan sekolah pembelajaran Penjas mempunyai karakteristik
yang berbeda, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi mempunyai
karakterisitik tersendiri.Berikut karakteristik pembelajaran Penjas bagi siswa
sekolah menengah atas menurut Samsudin (2008) :
1) Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMA, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara indisipliner. Gerak manusia aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
2) Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi. Pendukung utama pendidikan jasmania dalamh ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga.
3) Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan yang esensial, factual dan aktual. Materi ini disampaikan dalam rangka memberikan kesempatan bagi siswa untuk tumbuh kembangkan secara proporsional, rasional, psikomotorik, kognitif, dan afektif. Agar pencapaian tujuan tersebut, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus menyenangkan, meng-gembirakan dan mencerdaskan siswa. (hlm. 107)
6. Modifikasi Pembelajaran Penjas Penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan
karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu, “Developmentally
Appropiate Practice”(DAP). Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus
memperhatikan perubahan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu
mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai
dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang belajar. Tugas ajar harus
mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik setiap
individu dan mampu mendorong ke arah perubahan yang lebih baik.
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para
guru agar pembelajaran mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
menuntunnya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial dapat memperlancar
siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan
membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak busa menjadi bisa, dari tingkat yang
tadinya rendak menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi. Cara-cara guru
memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktifitas pembelajaran yang
diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa
modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan, karakteristik
materi, kondisi lingkungan dan evaluasinya.
a. Modifikasi Kondisi Lingkungan Pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan
pembelajarannya. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di
bawah ini :
1. Peralatan
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas
dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang
dignakan untuk melakukan skill itu. Misalnya berat-ringannya, besar –
kecilnya, tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peralatan yang
digunakan.
2. Penataan ruang gerak dalam berlatih
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksita dan
kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam
berlatih. Misal Dribling, pas bawah atau lempar-tangkap di tempat,
bermain di ruang kecil atau besar.
3. Jumlah siswa yang terlibat
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat komfleksitas
dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah
jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar. Misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
belajar pas bawah sendiri, berpasangan, bertiga, berempat dan lain
seterusnya.
4. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh
terhadap penggunaan alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya. Bagi sekolah-sekolah yang sudah maju dan mampu, telah
menggunakan alat-alat tersebut sebagai alat bantu mengajar, sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Dengan kemajuan teknologi, perkembangan pendidikan di sekolah
semakin lama semakin mengalami perubahan dan mendorong berbagai usaha
perubahan. Pendidikan di sekolah-sekolah kita telah menunjukkan
perkembangan pesat pada bidang kurikulum, metodologi, peralatan dan
penilaian. Begitu juga, telah terjadi perubahan pada bidang administrasi,
organisasi, personil (SDM) dan supervisi pendidikan. Maka secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa perubahan yang terjadi merupakan
pembaharuan dalam sistem pendidikan yang menyangkut semua aspek dan
komponen yang ada.
Sekarang ini, pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi perubahan dan
pergeseran paradigma pendidikan. Perkembangan pesat di bidang teknologi
dan informasi mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang menembus batas-
batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan dan waktu.
Kemajuan dan peranan teknologi sudah sedemikian menonjol,
sehingga penggunaan alat, perlengkapan pendidikan, media pendidikan dan
pengajaran di sekolah-sekolah mulai disesuaikan dengan kemajuan.
Penggunaan alat bantu mengajar, alat-alat bantu peraga pendidikan, serta
dengan materi, metode, dan tingkat pembelajar (siswa) untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi penggunaan
berbagai jenis media,sebagai alat bantudalam proses pembelajaran. Maka
pengajar diharapkan dapat menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut
secara efektif dan efisien dalam pembelajan di kelas. Tapi di sisi lain,
pengajar juga diisyaratkan untuk dapat menggunakan berbagai alat-alat yang
murah, efektif, efisien, mampu dimiliki sekolah, baik yang dibuat sendiri oleh
pengajar, maupun alat-alat konvensional yang tersedia dan dimiliki sekolah,
serta tidak menolak kemungkinan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan kemajuan teknologi dalam pembelajaran.
Alat bantu adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyanpaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini lebih sering
disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan
sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran.
Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang
ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera.
Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima Sesutu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang
diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan
indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah
persepsi.
Seseorang atu masyarakat di dalam proses pendidikan dapat
memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat
bantu pembelajaran. Tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang
berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif.Setiap proses
belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsure antara lain
tujuan, bahan, metode, alat dan evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan
unsure yang tidak bias dipisahkan dari unsur lain yang berfungsi sebagai cara
atu teknik mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam
pencapaian jalan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
peranan yang penting sebab dengan adanya alat bantu ini dapat dengan
mudah dipahami oleh siswa. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang
disampaikan guru mudah dipahami siswa. Dalam proses belajar mengajar alat
bantu dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa
lebih efektif dan efisien.
b. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran
Menurut Soekidjo yandikutip oleh Agus Kristiyanto (2010)
Secara terperinci, manfaat alat peraga antara lain adalah :
1) Menimbukan minat sasaran pendidikan. 2) Mencapai sasaran yang lebih banyak. 3) Membantu mengatasi hambatan bahasa. 4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
kesehatan. 5) Membantu sasaran pendidikan untuk lebih banyak dan cepat. 6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain. 7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh
para pendidik pelaku pendidikan. 8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
(hlm. 129) Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang
diterima melalui indera.
Menurut penelitian para ahli indera, yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari
pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata. Sedangkan 13%
sampai 25% lainnya tersalurkan melalui indera yang lain. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian
dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
Mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik. Orang yang
melihat sesuatu yang memang diperlukan akan menimbulkan perhatiannya.
Dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian
baru baginya yang merupakan pendorong untuk melakukan atau memakai
sesuatu yang baru tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh yang berarti
didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan
untuk melupakan atau lupa. Untuk mengatasi hal tersebut, otak akn membantu
menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima oleh manusia
sehingga apa yamg diterima akan lebih lama tinggal atau disimpan di dalam
ingatan.
c. Fungsi Dan Nilai Alat Bantu (Peraga)
Menurut Nana Sudjana (2000) ada enam fungsi pokok dari alat peraga
atau alat bantu dalam proses belajar-mengajar. Keenam fungsi tersebut adalah:
1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif.
2) Penggunaan alat peraga atau alat bantu merupakan bagian yang integral dai keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat bantu merupakan salah satu unsure yang harus dukembangkan guru.
3) Alat peraga dalam pengajaran penggunanya integral dengan tujuan dan isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa pengguna alat peraga harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4) Penggunaan alat bantu dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siwa.
5) Penggunaan alat bantu dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menagkap pengertian yang diberikan guru.
6) Penggunaan alat bantu dalam pengajaran digunakan untuk mempertinggi mutu belajar-mengajar. Dengan perkataan lain menggunakan alat bantu, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Disamping enam fungsi diatas penggunaan alat bantu dalam proses
belajar-mengajar mempunyai nilai-nilai di bawah ini:
1) Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2) Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
3) Dengan pergaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantab.
4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.(hlm. 99)
d. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik
Suatu alat pembelajaran dapat dikatakan baik, apabila mempunyai
tujuan pendidikan untuk: mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat
dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku
atau kebiasaan yang baru. Selain itu, alat bantu harus efisien dalam
penggunaanya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan
tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Penempatan alat bantu perlu
diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh seluruh siswa.
Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi
pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar. Sedangkan yang
dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk
dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa menjadi lebih mudah dalam
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.
e. Penerapan Alat Bantu dalam Pengajaran
Menurut Nana Sudjana (2000) dalam menggunakan alat bantu guru
memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat bantu tersebut
dapat mencapai hasi yang baik. Prinsip-prinsi ini adalah:
1) Menentukan jenis alat bantu dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dulu alat bantu manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan.
2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek yang tepat, artinya perlu diperhitungkan apakan penggunaan alat bantu itu sesuai dengan tingkat kematangan atau kemampuan anak didik.
3) Menyajikan alat bantu dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat bantu pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada.
4) Menempatkan atau memperlihatkan alat bantu pada waktu, tempat, situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat bantu digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
proses mengajar terus menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan alat bantu. (hlm. 99)
f. Klasifikasi Alat Bantu Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ada tujuan hasil atau hasil yang ingin
dicapai. Untuk mencapai keinginan tersebut, diperlukan fasilitas. Karena
fasilitas berfungsi sebagai sarana penunjang untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran. Di lingkungan pendidikan dan di sekolah, dikenal
dengan prasarana dan sarana pendidikan, yang diperlukan dalam proses
pembelajaran baik yang bergerak ,aupun tidak bergerak, agar pencapaian
tujuan pembelajaran dapat berjalan lancer, teratur, efektif dan efisien. Alat-
alat sarana tersebut dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Prasarana pendidikan, yakni sesuatu yang ada sebelum adanya sarana,
seperti bangunan sekolah, tanah dan gedung, meja, kursi, lemari dan alat-
alat kantor tata usaha.
2) Sarana pendidikan, yakni alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, seperti alat-alat pelajaran, alat-alat peraga, dan media
pembelajaran, apabila ditinjau dari sudut fungsinya atau peranannya dalam
proses pembelajaran.
Dalam pembicaraan sehari-hari, biasanya alat pelajaran, alat-alat
peraga, dan media pembelajara sering dicampuradukkan satu sama lain.
Sebuah alat mungkin saja dapat disebut sebagai alat pelajaran dan
sekaligus juga dapat dikatakan sebagai alat peraga, dan sebaliknya. Suatu
benda lain pada suatu saat menjadi alat pelajaran, tetapi disaat lain juga
berubah menjadi alat peraga.
Sebenarnya pemisahan alat pelajaran, alat peraga dan media
pembelajaran sesungguhnya dapat terjadi sewaktu benda tersebut telah
masuk kedalam salah satu jenis yang berhubungan dengan sebagian besar
dari fungsi alat tersebut atau karena benda tersebut sudah berfungsi tetap.
Contoh papan tulis belum dapat dikatakan sebagai media, tetapi sebagai
alat pelajaran. Apabila papan tulis tersebut telah digunakan untuk
menyampaikan pesan atau bahan pelajaran atau papan tulis tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
fungsinya sendiri etlah menyampaikan pesan atau informasi yang dapat
dipahami oleh penerima pesan.
Jadi klasifikasi alat peraga, alat pelajaran dan media pembelajaran,
sangat perlu dilihat dari fungsinya, karena dapat memudahkan kita untuk
memahami apakah alat-alat tersebut porsinya hanya sebagai alat semata
atau fungsinya telah berubah digunakan untuk menyampaikan pesan atau
fungsi tetapnya untuk menyampaikan informasi yang dapat dipahami oleh
penerima pesan. Itulah yang disebut dengan media pembelajaran, maka
untuk lebih jelasnya, kita perlu mengenal dan mengkaji klasifikasi ketiga
alat tersebut, yang dikenal dan digunakan dalam proses pembelajaran di
kelas yaitu:
1) Alat pelajaran
Alat atau benda yang digunakan secara langsung oleh pengajar
maupun pembelajar dalam proses pembelajaran. Alat-alat yang
dikategorikan sebagai alat pelajaran adalah:
a) Buku-buku di perpustakaan, buku pegangan dan buku
pembelajaran
b) Alat peraga, digunakan pengajar pada saat mengajar
c) Alat praktik, di laboratorium, bengkel, dan lain-lain
d) Alat tulis menulis, papan tulis, pensil, dan lain-lain
Kemudian lat-alat tersebut dapat juga dibedakan menurut
beberapa cara, yaitu menurut yang menggunakan dibedakan menjadi alat
pelajaran bersama-sama dan alat pembelajaran individual. Alat pelajaran
bersama-sama sebagai contoh papan tulis, bola dan sebagainya. Sedangkan
alat pembelajaran Individu digunakan oleh masing-masing pembelajar
sebagai contoh buku pelajaran, buku tulis.
2) Alat peraga
Alat-alat yang digunakan pengajar untuk mempergakan atau
memperjelas materi pelajaran atau alat bantu pendidikan dan
pengajaran yang berupa perbuatan-perbuatan dan benda-benda yang
memudahkan member pengertian kepada pmbelajar dari perbuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang abstrak sampai kepada yang konkret. Bertitik tolak dari segi
fungsi alat-alat tersebut, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a) Alat perga langsung, yaitu pengajar menerangkan dengan
menunjuk benda-benda sesungguhnya. Benda-benda tersebut dapat
dibawa ke kelas atau pembelajar diajak ke lokasi di mana alat
tersebut berada.
b) Alat peraga tidak langsung, yaitu pengajar mengadakan
penggantian terhadap benda yang sesungguhnya (benda tiruan atau
miniatur).
c) Alat peraga atau peragaan, berupa perbuatan pengajar atau kegiatan
yang dilakukan pengajar. Contoh jika pengajar menerangkan
bagaimana orang senam, membaca dan sebagainya, maka
pengajara tidak perlu menggunakan alat peraga, tetapi pengajar
langsung memperagakan perbuatan tersebut dalam pe,belajaran di
dalam maupun di luar kelas.
3) Media pembelajaran
Sarana yang dapat digunakan untuk menampilkan atau
menyampaikan pelajaran yang dalam pengertian lebih luas disebut
dengan media pembelajaran. Secara umum ada tiga jenis media yang
perlu diketahui, yaitu media audio (dapat didengar), media visual
(dapat dilihat). Dan media audio-visual ( didengar dan dilihat).
5. Permainan Bola Basket
a. Sejarah Bola Basket
Bola basket diciptakan oleh Dr. Jemas A. Naismith di Amerika pada
tahun 1891. Gagasan yang mendorong untuk menciptakan permainan baru itu
disebabkan adanya kenyataan pada waktu itu bahwa keanggotaan dan
pengunjung kegiatan olahraga pada perkumpulan YMCA ( young Men’s
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Christian Association) semakin hari semakin sedikit bertambah merosot hal
itu disebabkan karena para anggotanya menjadi sedikit bosan dengan latihan-
latihan olahraga senam yang kaku latihan-latihannya. Juga kebutuhan yang
dirasakan dalam musim-musim dingin untuk tetap melakukan kegiatan
olahraga yang menarik, merupakan desakan yang semakin hari semakin
dirasakan Dr. Luther Gulick, pengawas kepala bagian olahraga pada Sekolah
Guru Pendidikan Jasmani YMCA dari Springfield, Masachusets menyadari
akan gejala-gejala kegiatan olahraga yang kurang baik itu, dan segera
menghubungi Dr. James A Naismith salah seorang rekan guru di Springfield
dan memberikan tugas padanya menyusun suatu kegiatan olahraga permainan
yang baru, yang dapat dimainkan di dalam ruangan tertutup diwaktu sore. Dr.
James A. Naismith menyambut tugas itu, dengan mulai menyusun suatu
gagasan permainan baru yang bentuknya akan dapat memenuhi syarat-syarat
yang dimintakanya.
Kemudian Dr. James A. Naismith mencoba dan menguji gubahan-
gubahan dari permainan-permainan football, baseball, lacrosse dan sepakbola,
terapi satupun tidak cocok dengan syarat dan tuntutannya, sebab di samping
sulit untuk di pelajari juga masih terlalu kasar untuk permainan di dalam
ruangan tertutup yang berlampu. Dari pengalaman eksperimen yang
dilakukan itu, timbullah inspirasi tentang bentuk dan gaya permainan yang
diidamkan itu. Bahwa permainan itu jelas harus dimainkan dengan bola yang
berbentuk bulat, tidak ada unsur menendang, tidak ada unsur membawa lari
bola, tanpa unsur menjegal dan harus menghilangkam gawang sebagai
sasaran tembakan, sebab hal yang terakhir ini akan merangsang terhadap
kepada unsur-unsur penggunaan kekuatan. Untuk menjinakan gerakan bola,
maka sebagai gantinya lari dengan bola seperti dalam football, maka
bergeraknya bola hanya dilakukan dengan mengoperkan atau mendribbel.
Untuk menjinakan tembakan ke arah sasaran sebagai puncak kegairahan,
maka gawang pun di ganti dengan sasaran yang sempit dan terletak diatas
para pemain. Sehingga dengan bentuk obyek sasaran yang demikian itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pengutamaan tembakan tidak dengan kekuatan, tetapi justru pada
ketepatannya.
b. Teknik Menembak (Shooting) Bola Basket
Menembak atau shooting merupakan bentuk keterampilan yang
memiliki unsur gerakan yang cukup kompleks. Dalam gerakan menembak
terdapat beberapa unsur gerakan yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Untuk memperoleh hasil tembakan yang baik unsur-unsur yang terlibat dalam
gerakan menembak dengan baik dan benar. Akros Abidin mengemukakan
hampir semua dalam permainan basket menembak (shooting) dengan
menggunakan 7 teknik dasar tembakan, yaitu: tembakan sat tengan, tembakan
bebas, tembakan sambil meloncat, tembakan tiga angka, tembakan mengkait,
lay-up, dan runner (1999: 59). Adapun mekanika dasar dari ketujuh tembakan
diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Tembakan Satu Tangan
Untuk melakukan tembakan satu tangan posisi tangan
dipertahankan agar tetap seimbang sampai bola terlepas dari tengan.
Sedangkan kekuatan dorongan bola tergantung pada jarak tembakan,
yaitu antara penembak dengan ring basket. Untuk tembakan jarak dekat
memerlukan kelentukan pergelangan tangan dan jari memberikan
dorongan yang lebih kuat, sedangkan pada tembakan jarak jauh
memerlukan tenaga atau dorongan dari kedua kaki, punggung dan bahu.
2) Tembakan Bebas
Untuk melakukan keberhasilan terhadap tembakan bebas
diperlukan keyakinan, dan teknik yang benar, seta kepercayaan diri. Saat
menerima bola posisis kaki tepat ditengah garis tembakan bebas, atur
posisi kaki untuk melakukan tembakan dan bola segaris dengan ring
basket bagian tengah. Siap dengan sikap berdiri seimbang dan
memantulkan bola terlebih dahulu beberapa kali ke lantai. Gunakan
posisi tengah yang rileks dan searah dengan jari tengah pada sumbu bola.
Kemudian kontrolah perataan siku, sambil atur nafas untuk rileks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Visualisasi sebelum menembak agar dapat membuahkan tembakan yang
mulus dan pusatkan perhatian pada sasaran. Langakah yang penting
sebelum mengawali tembakan bebas adalah menghilangkan semua
gangguan dan pikiran dan pusatkan perhatian pada ring basket.
3) Tembakan Meloncat
Pada gerakan tembakan melompat harus disertai dengan lompatan
dan kemudian pada puncak lompatan tembakan, bola harus sudah
dilepaskan melalui lengan, pergelangan, dan jari tangan dengan seluruh
tenaga, kemudian angkat bola secara serentak dengan kaki, punggung
dan bahu serentak ke atas. Tembakan melompat bola harus diangkat
tinggi dan menembak setelah melompat, agar hasil tembakan mendekati
ring.
4) Tembakan Tiga Angka
Pada umumnya tembakan tiga angka dilakukan sambil
melakukan gerakan lompatan, baik dilakukan dengan satu tangan
maupun dengan menggunakan dua tangan. Sebelum melakukan
tembakan ini biasanya lutut sedikit di tekuk dan siap untuk mendorong
kedua kaki ke atas dan setelah melompat tinggi lepaskan bola yang telah
dikendalikan oleh jari-jari tangan. Biasanya tembakan yang diawali
dengan lompatan,akan lebih menguntungkan karena akan sulit di block
lawan. Gerakan ini akan berhasil apabila penembak memiliki power yang
baik.
5) Tembakan Mengait
Tembakan mengait hanya dilakukan apabila penembak dekat
denga ring basket yang jarak antara 3 sampai 4 meter. Gerakan dari
tembakan mengait diawali mulai dari sikap seimbang dengan punggung
menghadap ke ring basket, kaki direntangkan selebar bahu dan lutuu
sedikit tertekuk. Pandangan sasaran melalui bahu pada arah tembakan,
dengan sudut 45 derajat terhadap papan ring basket. Ketepatan terbantu
dengan menggunakan papan ring untuk melunakan tembakan. Gunakan
kaki berlawanan dengan sisi yang menembak, menyingkir dari penjagaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
lawan. Ketika melangkah peganglah bola kembali dan lindungi dengan
kepala dan bahu. Lakukan pivot dengan memutar tubuh ke arah ring,
angkat lutut pada sisi yang menembak dan lompat pada kaki yang
melakukan pivot atau tumpuaannya. Tembakan mengait yang gagal
dianggap sebagai operan pada diri sendiri, lawan yang berusaha
menghalai tembakan mengait tidak akan berada di luar lingkaran, karena
ia akan tetap berusaha keras untuk menghalangi lawan.
6) Lay Up
Tembakan lay up dilakukan dekat dengan ring basket, setelah
menggiring bola. Untuk dapat melakukan lompatan yang tinggi dalam
gerakan lay up, maka dibutuhkan kecepatan pada tiga atau empat langkah
terakhri mendapat bola. Melangkah dengan kaki, langkah sebelum
melakukan lay up harus pendek sehingga dapat segera membungkuk lalu
mangangkat lutut melakukan gerakan lompatan. Angkat lutut sambil
menembak dan bola lurus keatas sambil melompat di antara teling dan
bahu. Arahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari lurus ke arah ring
basket, dengan sudut tengah dengan sentuhan halus. Lakukan gerakan
follow sthough dengan tetap mengangkat lengan dan lurus terentang pada
siku, telunjuk menunjukan lurus pada terget dan telapak tangan untuk
menembak menghadap kebawah.
7) Runner (lay up yang diperpanjang)
Tembakan lay up yang diperpanjang digunkan jauh dari ring
basket. Tembakan runner dilakukan dengan cara seperti lay up, kecuali
ancang-ancang melompat agak lebih jauh dari ring basket. Bila
menembak runner dilakukan pada irama yang teratur dan selesaikan
follaw through.
c. Lay Up
Tembakan lay up dilakukan dekat dengan ring basket, setelah
menggiring bola. Untuk dapat melakukan lompatan yang tinggi dalam
gerakan lay up, maka dibutuhkan kecepatan pada tiga atau empat langkah
terakhir mendapat bola. Melangkah dengan kaki, langkah sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
melakukan lay up harus pendek sehingga dapat segera membungkuk lalu
mangangkat lutut melakukan gerakan lompatan. Angkat lutut sambil
menembak dan bola lurus keatas sambil melompat di antara telinga dan
bahu. Arahkan lengan, pergelangan, dan jari-jari lurus ke arah ring
basket, dengan sudut tengah dengan sentuhan halus. Lakukan gerakan
follow through dengan tetap mengangkat lengan dan lurus terentang pada
siku, telunjuk menunjukan lurus pada terget dan telapak tangan untuk
menembak menghadap kebawah. Latihan lay up dapat dilakukan dengan
dua tahap yaitu :
1) Latihan langkah, pada latihan ini tidak menggunakan bola. Cara
melakukan latihan ini adalah sebagai berikut :
a) Menolak dengan salah satu kaki, misalnya dengan kaki kiri
b) Langkah kaki kanan, kemudian kaki kiri lagi
c) Lakukan berulang-ulang
d) Setelah lancar latihan tersebut
Lakukan teknik tersebut di atas dengan berlari
a) Untuk langkah pertama harus panjang, badan condong ke depan
dan ntuk melatih langkah pertama itu dapat dipergunakan
rintangan supaya dapat merasakan saat melayang.
b) Langkah kedua pendek dilanjutkan dengan melakukan tolakan ke
atas setinggi mungkin sambil meluruskan kanan ke atas.
c) Mendarat dengan ke dua kaki mengeper.
d) Lakukan berulang-ulang sampai gerakan itu benar-benar dikuasai
2) Latihan langkah dilanjutkan dengan tembakan lay up dengan
menggunakan bola. Cara ini dapat dilakukan gerakan sebagai berikut :
a) Berlari kemudian melangkah, pada waktu badan melayang ambil
bola dari tangan kawan yang telah disediakan.
b) Lakukan dua irama langkah, langkah yang terakhir pendek dan
langsung menolak ke atas setinggi-tingginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c) Lurus lengan yang memegang bola, lepaskan bola ke papan pantul
tepat pada garis yang tegak lurus di atas ring, pandangan ke papan
pantul.
d) Kalau bola tepat mengenai garis yang tegak lurus dengan tidak
terlalu keras, maka bola akan masuk ke keranjang.
e) Mendarat dengan dua kaki.
f) Lakukan berulang- ulang sampai bola dikuasai.
Tembakan lay up adalah jenis tembakan yang efektif, sebab
dilakukan pada jarak yang sedekat-dekatnya dengan ring basket. Hal ini
menguntungkan karena menembak dari jarak yang jauh dapat diperdekat
ke ring basket dengan melakukan lompat – langkah – lompat. Pada
lompatan terakhir ini pada posisi setinggi-tingginya mendekati ring
basket, diteruskan dengan memasukan bola. Pada posisi tersebut
tembakan dapat dilakukan dengan mudah. Tembakan ini dimulai dari
menangkap bola sambil melayang kemudian menumpu satu kaki
diteruskan melangkah kaki yang lain kedepan dilanjutkan menumpu satu
kaki dan melompat setinggi-tingginya atau sedekat-dekatnya dengan ring
basket. Biasanya tembakan ini dilakukan dari sampaing (kiri,kanan atau
tengah) ring basket dan bola dipantulkan lebih dulu ke papan. Cara ini
adalah yang paling mudah dilakukan, tinggal memperhitungkan sudut
pantulan bola dan kekuatan tangan melepas bola. Momen-momen ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Langkah kaki lay up
Sumber : Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50
Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Teknik tembakan lay up ada dua cara, yaitu :
1) Tembakan melalui operan kawan
Cara ini dilakukan melalui operan kawan secara tepat (bola
setinggi dada),siswa berusaha menjemput bola sambil melompat, dan
pada saat melayang inilah hendaknya penangkapan bola dilakukan.
Setelah itu menumpu kaki yang lain untuk melompat sambil membawa
bola untuk ditembak. Cara melatih tembakan lay up ini adalah tentukan
seorang pemain di bawah ring basket sambil memegang bola. Pemain
yang lain berderet di garis samping tengah lapangan . Satu dengan
menangkap bola dari teman (di bawah ring basket) dan diteruskan
dengan tembakan. Setelah menembak kemudian menggantikan pelempar
bola di bawah ring basket, dan pelempar pindah ke belakang sederet
pemain di dekat garis samping lapangan. Pemain urutan ke dua
melakukan lay up dan terus menggantikan sebagai pelempar. Begitu
seterusnya sehingga giliran latihan hampir sama bagi setiap pemain
lamanya latihan ini tergantung kepada pertimbangan guru sendiri.
2) Lay up dengan menggiring bola
Cara ini dilakukan dengan menggiring bola sendiri menuju ke
ring basket, setelah dekat ke ring basket kemudian melakukan tembakan
lay up tergantung pada perkiraan dan keterampilan masing-masing.
Penangkapan bola dilakukan dari pantulan bola dari lantai sambil
melayang (melompat), melangkah kemudian diteruskan dengan
melompat untuk menembak persis seperti tembakan lay up yang
dilakukan dengan bola dari teman. Bedanya hanyalah pada saat
menerima bola, yaitu dari teman dan dari diri sendiri disaat menggiring.
Tujuannya adalah sama, yaitu melekukan tembakan sedekat-dekatnya
pada basket. Cara melatihnya hampir sama dapat dilakukan dengan
formasi barisan, kemudian satu persatu menggiring bola dari tepi
lapangan menuju ke ring basket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Setelah sampai pada jarak tertentu dilakukan tembakan lay up.
Dibawah ini merupakan gambar gerakan lay up secara keseluruhan.
Gambar 2. Lay up dengan menggiring bola
Sumber : Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50 Kegiatan
Membangun Keterampilan Bola Basket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan
siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk
menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang
dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-
luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan
masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Permasalahan umum dalam pembelajaran Penjas adalah kurangnya
sarana atau peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang
berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Di sini
siswa berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan
mengaplikasikan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, proses pembelajaran
kurang mengoptimalkan penggunaan modifikasi pembelajaran serta pendekatan
yang efektif yang dapat memancing partisipasi siswa.
Penggunaan suatu model nyata yang dapat diamati dan dipegang secara
langsung oleh siswa memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan belajar. Model nyata yang dimaksud adalah alat bantu pembelajaran.
Penggunaan modifikasi pembelajaran memungkinkan siswa untuk lebih banyak
melakukan kegiatan seperti melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami
melalui modifikasi tesebut.
. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat
bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif.Setiap proses
belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsure antara lain tujuan,
bahan, metode, alat dan evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsure yang
tidak bias dipisahkan dari unsur lain yang berfungsi sebagai cara atu teknik
mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan. Dalam pencapaian jalan
tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sebab dengan adanya alat bantu ini dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang disampaikan guru mudah
dipahami siswa. Dalam proses belajar mengajar alat bantu dipergunakan dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini akan menggunakan beberapa alat
bantu yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Penggunaan alat
bantu dalam pelaksanaan tindakan tiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi
yang sedang dipelajari. Secara lebih rinci jenis-jenis alat bantu tersebut dijabarkan
dalam RPP tiap-tiap pertemuan.
Kurangnya kreatifitas guru yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa antara lain kurang kreatifnya guru Penjas di sekolah dalam membuat
dan mengembangkan alat bantu pembelajaran sederhana, guru miskin akan akan
model-model pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani
di sekolah dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang monoton, guru hanya
menggunakan metode ceramah dan metode tugas,karena mereka hanya mengejar
bagaimana materi pelajaran tersebut dapat selesai tepat waktu, tanpa memikirkan
bagaimana pembelajaran itu bermakna dan dapat diaplikasikan oleh siswa dalam
kesehariannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan pada gambar sebagai berikut:
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Menerapkan model pembelajaran lay up tengah bola basket melalui penggunaan alat bantu pembelajaran.
Melalui penggunaan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket siswa (siswa lebih bersemangat dan prestasi belajar meningkat)
Siklus II :upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui penggunaan alat bantu pembelajaran, target ketuntasan siswa dalam pembelajaran lay up tengah bola
Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran lay up tengah bola basket siswa.
- siswa kurang tertarik & cepat bosan dengan pelajaran lay up tengah bola basket
- hasil belajar lay up tengah bola basket rendah
Gambar 3.Kerangka Pemikiran
Guru belum memberikan penggunaan alat bantu pembelajaran masih menggunakan metode konvensional kepada siswa dalam melakukan lay up
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai
dengan bulan Juni 2012. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan Tahun 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi Masalah
c. Penentuan tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan Proposal
f. Pengajuan Izin Penelitian
2. Pelaksanaan
a. Seminar proposal
b. Pengumpulan Data Penelitian
3. Penyusunan laporan
a. Penulisan Laporan
b. Ujian skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK Kristen 1 Surakarta.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa
kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012, yang
berjumlah 28 siswa, yang terdiri dari 3 siswa laki laki dan 25 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai
berikut:
1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang lay up tengah bola basket
melalui penggunaan alat bantu pembelajaran pada kelas X Tata Niaga
SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
2. Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan
penggunaan alat bantu pembelajaran dalam pembelajaran lay up tengah
bola basket SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
D. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini diantaranya melalui
tes praktek, observasi lapangan. Teknik pengumpulan data dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari; tes dan observasi.
1. Tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar lay up
tengah bola basket yang dilakukan siswa.
2. Observasi: dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data
tentang aktivitas siswa selama mengikuti proses belajar mengajar saat
melalui pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajaran lay up
tengah bola basket.
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1
Siswa
Hasil belajar siswa
Afektif Skala sikap melalui
observasi lapangan
(sesuai dengan
rubrik penilaian
aspek afektif pada
RPP)
Kognitif Soal tes (sesuai
dengan rubrik
penilaian aspek
kognitif pada RPP)
Psikomotor Unjuk kerja praktik
yang meliputi
kemampuan teknik
lay up tengah bola
basket (sesuai
dengan rubrik
penilaan aspek
psikomotorik pada
RPP)
E. Uji Validitas Data
Cara untuk mengembangkan validitas data penelitian. Triangulasi
merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatandatadalam
penelitian. Triangulasi yang digunakan yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Triangulasi data
2. Triangulasi sumber
3. Triangulasi metode
Validitas data PTK ini menggunakan :
1. Triangulasi data yaitu data yang sama akan lebih mantap kebenarannya bila
digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Triangulasi sumber yaitu mengkroscekkan datayang diperoleh dengan
informan atau nara sumber yang lain baik dari siswa, guru lain atau pihak-
pihak lain (Kepala Sekolah, rekan guru guru, orang tua/wali murid).
3. Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data dengan metode yang berbeda
agar hasilnya lebih mantap (metode observasi, tes) sehingga didapat hasi yang
akurat mengenai subyek.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor Lexy yang dikutip J.
Moleong (2002) mendifinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati”(hlm. 3). Menurut Lexy J. Moleong
(2002) mengemukakan bahwa “ analisis data kualitatif adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, katagori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data (hlm. 103).
Dari rumusan tersebut di atas dapat ditarik garis bawah analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar penelitian, gambar, foto,
dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Analisis data dalam
hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode, dan
mengkatagorikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh
peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan
dalam setiap siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan
tindakan yang berlangsung secara terus menerus kepada subjek penelitian.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Agus Kristiyanto
(2010) yakni “langkah-langkah Penelitaian Tindakan Kelas pada prinsipnya
meliputi empat langkah pokok pada setiap siklus. Keempat langkah tersebut
meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi
(hlm. 53). Penjelasan mengenai prosedur penelitian tindakan tersebut dipaparkan
memalui penjelasan sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planing) adalah sebuah langkah paling awal. Langkah untuk
merencanakan tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan.
2. Penerapan Tindakan (Action) adalah tahap untuk melaksanakan hal-hal
yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan.
3. Observasi (Observation) adalah tahap mengamati kejadian yang ada pada
saat pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi (Reflection) adalah suatu bentuk perenungan yang sangat
mendalam dan lengkap atas apa yang telah terjadi, sehingga dapat
digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya.
Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas merupakan rancangan
tindakan dalam satu siklus penelitian. Pada siklus berikutnya rancangan program
penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada
siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian tercapai. Adapun
tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diterangkan melalui
gambar sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas
a. Rancangan Siklus 1
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario
pembelajaran yang terdiri dari :
a) Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan mengacu
pada tindakan yang diterapkan dalam PTK, yaitu pembelajaran lay
up tengah bola basket.
b) Menyusun instrumen tes lay up tengah bola basket
c) Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran
d) Menyusun lembar observasi
Tahap I
Perencanaan
Tahap II
Pelaksanaan
Tahap III
Pengamatan
Tahap IV
Refleksi Siklus I
Tahap I
Perencanaan
Tahap II
Pelaksanaan
Tahap III
Pengamatan
Tahap IV
Refleksi
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
e) Menyiapkan lembar tes
f) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran
g) Menyiapkan tempat penelitian
h) Penetapan alokasi waktu pelaksanaan
i) Sosialisai kepada subyek
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario
pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :
a) Melakukan Pemanasan.
b) Melakukan teknik shooting khususnya lay up tengah bola basket.
c) Melakukan bentuk-bentuk gerakan pendekatan bermain yang telah
disiapkan oleh guru dan penelitian.
d) Melaksanakan penenangan/pendinginan
3) Tahap Observasi
Kegiatan obeservasi dilakukan bersama dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap
penerapan model pembelajaran langsung pendidikan jasmani model
penggunaan alat bantu pembelajaran yang diterapkan terhadap proses
pembelajaran lay up tengah bola basket.
4) Tahap Refleksi
Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interprestasi
sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja
yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari
pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus
berikutnya. Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada
tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 3. Idikator Pencapaian Hasil Belajar Siswa
Aspek yang diukur Prosentase
target capaian Cara Mengukur
Sikap siswa dalam
mengikuti pelaksanaan
materi lay up tengah bola
basket
70%
Melalui skala sikap sesuai
dengan pedoman rubrik
penilaian RPP
Pemahaman siswa
terhadap materi lay up
tengah bola basket
70%
Melalui tes kemampuan
kognitif siswa sesuai dengan
pedoman rubrik penilaian
RPP
Kemampuan lay up tengah
bola basket pada siswa
70%
Diamati melalui proses
pembelajaran dan unjuk kerja
praktik sesuai dengan
pedoman rubrik penilaian
RPP
Ketuntasan hasil belajar
siswa
70%
Diukur melalui ketuntasan
belajar siswa pada materi lay
up tengah bola basket melalui
hasil penjumlahan (aspek
afektif, kognitif dan
psikomotorik) sesuai dengan
KKM sekolah : 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Rancangan Siklus II
Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah
dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut
dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan
jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi
dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tiap Siklus
1. Kondisi Awal (Pra Siklus)
Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu
peneliti melakukan kegiatan survei awal dan pengambilan data awal dimana hal
itu digunakan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil
kegiatan survei awal dan pengambilan data pada tanggal 10 dan 22
Oktober 2011 ketika praktek pengalaman lapangan (PPL) sedang
berlangsung adalah sebagai berikut:
a. Siswa kelas X Tata Niaga tahun pelajaran 2011/2012, yang mengikuti materi
Lay Up tengah bola basket adalah 28 Siswa, yang terdiri atas 3 siswa putra
dan 25 siswa putri. Dilihat dari proses pembelajaran, dapat dikatakan proses
pembelajaran Lay Up tengah bola basket dalam kategori kurang berhasil.
b. Siswa kurang memiliki perhatian dan motivasi dalam pembelajaran Lay Up
tengah bola basket, sebab guru kurang memiliki metode mengajar yang tepat
dalam pembelajaran Lay Up tengah bola basket, dalam memberikan
pembelajaran bola basket khususnya Lay Up tengah bola basket. Seperti yang
diketahui Lay Up tengah bola basket memiliki 3 teknik yang mesti dikuasai
dalam pembelajarannya.
c. Dari hasil pengamatan peneliti, siswa putri lebih senang bergerombol dan
bercerita sendiri. Sedangkan siswa putra malah asik bermain sendiri, berlari-
larian di sisi lain lapangan.
d. Dari hasil pengamatan peneliti, ketika siswa melakukan gerakan Lay Up
tengah bola basket mereka seenaknya sendiri, tidak sesuai dengan instruksi
yang diberikan guru ketika memberi penjelasan di awal pembelajaran inti.
Selain itu, guru juga harus memberi koreksi yang sama pada setiap siswa yang
melakukan kesalahan yang sama, karena banyak siswa yang tidak
memperhatikan ketika guru mengoreksi siswa lain yang sedang melakukan.
Seharusnya siswa tidak mengulang kesalahan yang sama yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
e. siswa lain apabila mereka memperhatikan guru ketika memberi penjelasan
atau mengoreksi gerakan siswa.
f. Penggunaan metode yang kurang tepat sehingga siswa kurang sungguh-
sungguh dalam mengikuti pembelajaran, bisa dikatakan siswa mengalami
kebosanan dalam proses belajar pembelajaran tersebut.
g. Dilihat dari hasil penilaian peneliti dan guru pendidikan jasmani pada materi
Lay Up tengah bola basket, kelas X Tata Niaga yang bisa dikatakan lulus
dalam melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket hanya 7 siswa saja,
yang artinya hanya 24,99% saja dari 28 siswa. Dari hasil pengamatan,
kebanyakan dari siswa putra dan siswa putri yang aktif dan memperhatikan
guru yang lulus.
h. Guru kesulitan menemukan model dan media pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang monoton atau konvensional mengakibatkan motivasi
belajar siswa menurun, perhatian siswa pada pembelajaran pun kurang
sehingga akan berdampak pada rendahnya kemampuan dan hasil belajar Lay
Up tengah bola basket siswa.
Kondisi di atas dapat juga dilihat dari hasil penilaian guru pada materi
pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Berikut merupakan hasil observasi nilai
yang ditunjukkan sebelum diberi tindakan berupa pengunaan pembelajaran
pendekatan bermain dalam kegiatan belajar mengajar (pra siklus), dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Deskripsi Kondisi Awal
Aspek yang Diukur Kondisi Awal Siswa yang Tuntas Persentase ketuntasan
Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70) 7 24,99%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hanya 7 siswa saja yang mampu
melakukan rangkaian gerakan Lay Up tengah bola basket dengan baik atau
memperoleh nilai 70 atau 70 ke atas, artinya siswa tersebut tuntas dalam
pembelajaran Lay Up tengah bola basket. Untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran Lay Up tengah bola basket, maka
akan dilakukan tindakan berupa penggunaan pembelajaran pendekatan bermain
bola melayang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.
Dari hasil observasi awal, ada dua siklus yang diterapkan untuk
menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada
setiap siklus yang diterapkan masing-masing menggunakan pembelajaran
pendekatan bermain bola melayang yang sesuai dengan materi pembelajaran dan
juga menggunakan beberapa alat bantu yang tepat. Untuk mengetahui adanya
perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, maka evaluasi
dilakukan dengan cara melakukan observasi dan penilaian setiap tindakan
tersebut. Sehingga pengamatan (observasi) dan penilaian dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Dari hasil observasi dan penilaian tersebut
kemudian dilakukan analisa, evaluasi dan refleksi untuk merencanakan tindakan
selanjutnya. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan sebanyak 2 siklus, yang masing
masing siklus terdiri atas 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan
Tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi, (4) Analisis dan Refleksi.
2. Siklus 1
Berdasarkan data kondisi awal kemampuan dan hasil pembelajaran Lay
Up tengah bola basket siswa kelas X Tata Niaga tahun pelajaran 2011/2012, maka
persentase nilai ketuntasan perlu ditingkatkan dengan pembelajaran yang tepat
yaitu membuat siswa tertarik, tidak bosan, tidak cepat lelah dan mudah
melakukannya dengan cara menggunakan pendekatan bermain bola melayang.
Pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajarannya merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat menimbulkan ketertarikan, kemudahan sehingga rasa
senang muncul pada peserta didik. Pada siklus pertama pembelajaran Lay Up
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tengah bola basket menggunakan pendekatan bermain bola melayang.
Pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang pada siklus 1 dilakukan
selama 3 kali pertemuan.
A. Rencana Tindakan Siklus 1
Kegiatan perencanaan tindakan 1 peneliti dan guru penjas yang
bersangkutan (mitra kolaboratif) mendiskusikan rancangan tindakan yang
akan dilakukan dalam proses penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada
siklus 1 termuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 1.
Melalui RPP siklus 1 tersebut maka pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 3
kali pertemuan. Peneliti dan kolaborator merancang rencana pelaksanaan
tindakan siklus 1 sebagai berikut:
1) Peneliti bersama kolaborator merancang model pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan bermain bola melayang dan beberapa alat bantu
pembelajaran untuk mengoptimalkan kemampuan dan pembelajaran Lay
Up tengah bola basket.
2) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Lay Up tengah bola basket dimana pelaksanaannya menggunakan
pendekatan bermain bola melayang.
3) Peneliti dan guru menyiapkan beberapa alat bantu pembelajaran penjas
yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Lay Up
tengah bola basket dengan pendekatan bermain melayang.
4) Peneliti dan kolaborator menyusun instrument penelitian berupa tes dan
non tes serta lembar pengamatan (observasi) pembelajaran. Instrumen non
tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti
dan guru dengan mengamati aktivitas dan sikap siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik
penilaian siswa yang tercantum dalam RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Tindakan siklus 1 dilaksanakan tiga kali pertemuan, yakni pada jam
pelajaran penjas hari Jumat 13 April 2012 , 20 April 2012 dan 27 April 2012,
di lapangan basket SMK Kristen 1 Surakarta. Masing-masing pertemuan
dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus 1 ini
pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan guru kelas yang bersangkutan, dan
sekaligus melaksanakan observasi dan penilaian terhadap proses
pembelajaran.
Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan pertama pada
hari Jumat 13 April 2012 adalah mempraktekkan gerak dasar Lay Up tengah
bola basket melalui pendekatan bermain bola melayang. Selama tindakan 1
berlangsung, dilakukan juga pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan
gerakan siswa terkait dengan materi Lay Up tengah bola baket. Selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan dalam RPP adalah :
1) Siswa disiapkan, berdoa, presensi, memberi motivasi dan penjelasan
materi Lay Up tengah bola basket.
2) Pemanasan dengan permainan kompetisi bola kardus. Jumlah siswa dibagi
dua rata, dibariskan dua berbanjar ke belakang.Semua siswa dibekali
dengan 1 bola tenis.Di depan siswa terdepan terdapat rintangan berupa
hula hop dengan jumlah 2 dan satu kardus bekas.Cara permainan siswa
melakukan gerakan menyerupai Lay Up dengan melangkah masuk hula
hop kemudian melompat pada saat kardus terakhir.Pada saat kardus
terakhir terdapat masing – masing teman yang sudah membawa kardus
kosong diatas kepala, sehingga setelah salah sat siswa melompat pada
kardus terakhir langsung memasukkan bola yang dipegang kearah teman
yang di depannya membawa kardus kosong sebagai ring pengganti.Tim
yang menang adalah tim yang memasukkan bola paling banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Siswa melakukan latihan teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan
koordinasi yang baik. Tiap teknik tersebut diajarkan melalui per bagian
dengan berbagai pendekatan bermain bola melayang sesuai RPP.
4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket.
5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan
yang terjadi selama pembelajaran.
6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan ke dua Jumat
20 April 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan
ditambah level ketinggian serta jarak hula hop sebelum melewati kardus
bekas. Hal tersebut untuk menambah semangat dan antusiasme siswa. Setelah
pengulangan materi, siswa mencoba melakukan langkah ke dalam hula hup
serta melompatai kardus dan yang teakhir menyentuh bola yang sudah
tergantung di atasnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan
kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan
gerakan-gerakan setiap siswa untuk melihat proses pembelajaran siswa.
Urutan pelaksanaan tersebut :
1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi.
2) Siswa melakukan pemanasan permainan ular-ular.Siswa dibagi
dua.kemudian membuat satu berbanjar ke belakang dengan cara
memegang pundak teman yang ada di depannya menyerupai tubuh
ular.Cara bermain siswa terdepan berusaha memegang siswa paling ujung
dari tim lawan.
3) Siswa mengulang teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan
pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan RPP.
4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket.
5) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sejenak sambil diberikan evaluasi
tentang pembelajaran yang telah berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
6) Setelah selesai siswa kembali dievaluasi, sekaligus pendinginan dengan
duduk melemaskan kaki.
7) Siswa berdoa dan dibubarkan.
Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 1, pertemuan ke tiga Jumat
27 Mei 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan
ditambah level ketinggian bola serta jarak hula hop sebelum melewati kardus
bekas. Hal tersebut untuk menambah semangat dan antusiasme siswa. Setelah
pengulangan materi, siswa mencoba melakukan langkah ke dalam hula hup
serta melompati kardus dan yang teakhir menyentuh bola yang sudah
tergantung di atasnya. Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti dan
kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas dan
gerakan-gerakan setiap siswa untuk melihat proses pembelajaran siswa.
Urutan pelaksanaan tersebut :
1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi.
2) Siswa melakukan pemanasan permainan rintangan.Siswa dibagi dua,
kemudian dari dua tim itu dibagi lagi setengah berada di seberang.Untuk
rintangannya menggunakan masing-masing tim 2 kardus bekas. Cara
bermain dimulai dari barisan sebelah kanan lari melompati kardus yang
terdapat di depannya kemudian setelah melompati siswa bergantian
melompati kardus dengan teman satu tim yang ada di seberang dengan
cara tos.Yang menang adalah tim yang paling cepat melompati kardus.
Siswa mengulang teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan
pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan RPP.
3) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sejenak sambil diberikan evaluasi
tentang pembelajaran yang telah berlangsung.
4) Penilaian hasil belajar siswa akhir siklus 1 untuk melihat kemajuan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5) Setelah selesai siswa kembali dievaluasi, sekaligus pendinginan dengan
duduk melemaskan kaki.
6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
C. Observasi Tindakan Pada Akhir Siklus 1
Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi dan
penilaian terhadap aktivitas siswa. Observasi dilakukan dengan cara
pengamatan langsung terkait materi Lay Up tengah bola basket pada akhir
pembelajaran tiap siklus. Dari hasil observasi keterampilan teknik dasar Lay
Up tengah bola basket yang dilakukan siswa, masih banyak yang mengalami
kesulitan terutama pada teknik awalan dan saat melayang di udara sehingga
belum terlihat maksimal.
Dari hasil pengamatan guru bahwa pembelajaran siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Jasmani pokok bahasan Lay Up tengah bola basket setelah
menggunakan pendekatan bermain bola melayang selama pembelajaran ternyata
dari kondisi awal (pra siklus) pada akhir siklus I mengalami peningkatan.
Walaupun belum keseluruhan siswa, tetapi hal ini dirasa cukup, sebab target
sebesar 70% siswa kelas X Tata Niaga tuntas dalam pokok bahasan Lay Up
tengah bola basket, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 1)
Aspek yang Diukur
Kondisi Awal Akhir siklus 1 Siswa yang
Tuntas Persentase ketuntasan
Siswa yang Tuntas
Persentase ketuntasan
Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70)
7 24,99% 15 53,57%
Dari kondisi tersebut pada kenyataannya belum bisa dikatakan
berhasil, sebab hanya 15 siswa dari 28 siswa yang tuntas pada pembelajaran
ini. Tetapi mengingat yang terjadi saat pendekatan bermain diterapkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siklus 1, peneliti dan guru
kolaborator optimis akan lebih baik pada siklus 2.
Gambar 5. Hasil Tes Siklus 1
D. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus 1
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar yang diperoleh
siswa pada siklus pertama diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1) Keberhasilan guru/siswa:
Pertemuan pertama pada siklus 1 menunjukkan keaktifan dan
sikap siswa dari yang sangat kurang sehingga mempengaruhi nilai afektif
siswa. Hal ini disebabkan, siswa masih asing dengan peneliti, beberapa
siswa ada yang menyepelekan, bertingkah seenaknya sendiri. Kemudian
pada pertemuan kedua siklus 1 peneliti mengubah cara mengajar dengan
adanya aturan-aturan yang telah disepakati diakhir pertemuan pertama
seperti adanya reward dan punishment terhadap perilaku siswa. Sehingga
pada pertemuan kedua terjadi perubahan sikap yang ditunjukkan siswa.
Berdasarkan pada kondisi awal, siswa menunjukkan pembelajaran Lay Up
tengah bola basket yang cukup bagus dengan persentase siswa yang tuntas
7
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
53,57% atau 15 siswa dari kondsi awal 24,99% atau 7 siswa dari 28 siswa
kelas X Tata Niaga.
2) Kendala yang dihadapi guru/siswa:
Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putri yang belum
menguasai teknik dasar Lay Up tengah bola basket, kebanyakan dari siswi itu
masih malu-malu dalam melakukan gerakan dan merasa dirinya pendek.
Yang paling mencolok adalah teknik langkah dan saat melayang di udara,
kadang juga para siswa putra menggoda, sehingga saat melakukan gerakan
terkesan asal-asalan. Siswa putra yang cenderung menyepelekan peniliti, hal
itu terlihat dari merka yang suka bercanda dan main-main sendiri. Ketika
mendapat pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang terkadang
siswa kurang termotivasi dan menganggap tidak perlu.
3) Rencana Perbaikan:
Berdasarkan hasil pengamatan dan kendala-kendala dalam
pembelajaran siklus satu, maka perlu ada perbaikan-perbaikan pada siklus
berikutnya, antara lain adalah:
a) Memperbaiki manajemen waktu, alat dan siswa dengan baik.
b) Meningkatkan keaktifan siswa dengan cara menunjuk beberapa siswa
untuk memperagakan apa yang telah diajarkan. Dengan demikian siswa
dilatih untuk lebih berani dan mempunyai kemauan untuk berlatih.
c) Peneliti tetap harus memberikan pemahaman dan motivasi sistem
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan permainan.
d) Sebaiknya peneliti memberikan pemanasan permainan kompetisi antar
kelompok sehingga siswa semakin antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
e) Menggunakan permainan yang lebih menarik lagi tetapi tetap mengarah
pada teknik dasar Lay Up tengah bola basket.
f) Peneliti memberikan penjelasan lebih jelas dan mudah dipahami oleh
siswa dengan cara memberi contoh secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Siklus 2
Siklus 2 merupakan, tidak lanjut dari hasil analisis dan refleksi yang
dilakukan pada Siklus 1, dimana dalam pelaksanaan tindakan dalam Siklus 1,
rata–rata siswa menunjukan hasil yang kurang maksimal dan sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan Siklus 2 mengacu pada pelaksanaan
Siklus 1, karena merupakan perbaikan dari Siklus 1. Adapun tahapan yang
dilakuan pada Siklus 2 ini diantarannya:
A. Rencana Tindakan Siklus 2
Peneliti dan kolaborator yang bersangkutan mendiskusikan
perencanaan tindakan atau siklus 2 yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ini, seluruh rencana tindakan pada siklus 2, mengacu pada hasil
analisis dan refleksi tindakan 1 yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tindakan atau siklus 2. Peneliti dan kolaborator
merancang rencana pelaksanaan tindakan siklus 2 sebagai berikut:
1) Peneliti bersama kolaborator merancang pembelajaran Lay Up tengah
dengan alat bantu berupa bola yang digantung lebih banyak dari yang
sebelumnya hanya satu ditambah menjadi tiga buah dengan maksud untuk
mengoptimalkan atau memperbanyak kesempatan siswa mencoba
sehingga diharapkan pembelajaran bisa lebih aktif.
2) Peneliti dan kolaborator menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Lay Up tengah bola basket dimana pelaksanaannya menggunakan
alat bantu berupa hula hup warna – warni sebagai cek mark langkah kaki
untuk mempermudah siswa melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola
basket.
3) Peneliti dan kolaborator menyusun instrument penelitian berupa tes dan
non tes serta lembar pengamatan (observasi) pembelajaran. Instrumen non
tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung dan melalui formulir penilaian / rubrik
penilaian siswa yang tercantum dalam RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Tindakan siklus 2 dilaksanakan dua kali pertemuan, yakni pada jam
pelajaran penjas hari Rabu tanggal 4 Mei 2012 dan 11 Mei 2012, di lapangan
basket SMK Kristen 1 Surakarta. Masing-masing pertemuan dilaksanakan
selama 2 x 45 menit. Sesuai dengan RPP pada siklus 2, pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dan guru kelas yang bersangkutan, dan sekaligus
melaksanakan observasi dan penilaian terhadap proses pembelajaran.
Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 2, pertemuan pertama pada
hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 adalah mempraktekkan teknik dasar Lay Up
tengah bola basket melalui pendekatan bola melayang. Selama tindakan
siklus 2 berlangsung, dilakukan juga pengamatan dan penilaian terhadap
aktivitas dan gerakan siswa terkait dengan Lay Up tengah bola basket selama
proses pembelajaran berlangsung. Adapun urutan pelaksanaan tindakan yang
telah direncanakan dalam RPP adalah :
1) Siswa disiapkan, berdoa, presensi, memberi motivasi dan penjelasan
materi Lay Up tengah bola basket.
2) Pemanasan dengan gerakan dinamis statis, dilanjutkan dengan pemanasan
permainan isi. Di pojok-pojok lapangan disiapkan hula hup yang
didalamnya sudah diisi angka. Semua siswa bergandengan satu sama lain
membentuk sebuah lingkaran besar,kemudian semua siswa berputar searah
jarum jam sambil bernyanyi.Setelah bunyi peluit siswa berlomba lari
mengisi hula hup yang telah tersedia disesuaikan jumlah angka yang
tertera.
3) Siswa melakukan teknik dasar Lay Up tengah bola basket melalui
pendekatan bermain bola melayang sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat.
4) Siswa mencoba gerakan Lay Up sesungguhnya pada ring basket.
5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan
yang terjadi selama pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
Materi pada pelaksanaan tindakan siklus 2, pertemuan kedua Jumat
11 Mei 2012 adalah mengulangi materi pada pertemuan pertama, dengan
ditambahkan suasana kompetisi. Hal tersebut untuk menambah semangat,
kerjasama dan antusiasme siswa. Setelah pengulangan materi, siswa mencoba
melakukan latihan Lay up tengah bola basket Selama proses pembelajaran
berlangsung peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian
terhadap aktivitas dan gerakan-gerakan setiap siswa yang terkait materi Lay
Up tengah bola basket, urutan pelaksanaan tersebut :
1) Siswa dibariskan, berdoa, presensi dan memberi penjelasan materi.
2) Pemanasan permainan. Semua siswa bergandengan satu sama lain
membentuk sebuah lingkaran besar,kemudian semua siswa berputar searah
jarum jam sambil bernyanyi. Setelah bunyi peluit siswa diharuskan
mencari tempat pijakan lain selain tanah, satu tempat hanya boleh terisi 7
orang saja. Siswa melakukan teknik Lay Up tengah bola basket
menggunakan permainan bola melayang sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
3) Siswa dikumpulkan, untuk istirahat sambil mengerjakan soal bersangkutan
dengan materi pembelajaran.
4) Penilaian hasil belajar siswa akhir siklus 2 untuk melihat kemajuan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
5) Evaluasi pelaksanaan pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan-kesalahan
yang terjadi ketika siswa berlatih menggunakan alat sebenarnya.
6) Siswa berdoa dan dibubarkan.
C. Observasi Tindakan Siklus 2
Hasil pengamatan terhadap perubahan tindakan yang diberikan pada
siklus kedua ini ternyata mengalami perubahan yang cukup berarti bagi siswa
dalam memahami konsep latihan teknik dasar Lay Up tengah bola basket melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pendekatan bermain bola melayang. Dengan pemberian reward pada siswa yang
dapat mempraktekkan teknik Lay Up tengah bola basket dengan benar dapat
memacu siswa yang lain untuk berani tampil dan menampilkan gerakan terbaik
mereka sesuai yang telah diajarkan
Kesesuaian waktu yang telah ditulis dalam perencanaan pelajaran untuk
setiap aspek keterampilan membuat KBM lebih terarah dan terinstruktur dengan
baik, siswa pun dapat menerima pembelajaran dengan lebih baik. Pendekatan
pembelajaran yang sesuai membuat hampir seluruh siswa berada dalam keadaan
aktif selama pembelajaran berlangsung, peneliti telah berhasil membangkitkan
semangat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga penguasaan
keterampilan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok diperoleh secara maksimal.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan kolaborator selama
proses pembelajaran berlangsung menunjukkan perubahan aktivitas siswa ke
arah yang positif. Berikut perubahan yang ditunjukkan siswa selama siklus 2:
Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Observasi Sikap Siswa (Siklus 2)
Aspek yang
Diukur Kondisi Awal Akhir siklus 1 Akhir siklus 2
Siswa yang
Tuntas
Persentase ketuntasan
Siswa yang
Tuntas
Persentase ketuntasan
Siswa yang
Tuntas
Persentase ketuntasan
Ketuntasan hasil belajar siswa (KKM : 70)
7 siswa 24,99% 15 siswa 53,57% 25 siswa 89,28%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
D. Analisis dan Refleksi Tindakan 2
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar siswa yang
diperoleh pada siklus kedua ini guru dapat mengerti kekurangan-kekurangan
yang telah dialami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penggunaan
pembelajaran pendekatan bermain bola melayang dilaksanakan membuat siswa
termotivasi dan terkonsentrasi untuk bergerak sehingga penguasaan keterampilan
teknik dasar Lay Up tengan bola basket diperoleh secara maksimal.
Peneliti juga telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Siswa juga tidak cepat bosan
dengan meteri pembelajaran yang diberikan, guru telah mampu memancing
respon siswa terhadap stimulus yang diberikan, siswa sudah mampu melakukan
teknik dasar Lay Up tengah bola basket dengan baik, meskipun masih ada
beberapa siswa yang kurang baik dalam melakukan gerakan.
Dari deskripsi data terlihat bahwa hasil belajar siswa sudah cukup baik
dengan memperoleh ketuntasan hasil belajar dengan persentase 89,28 % atau 25
siswa, ini berarti secara klasikal proses belajar mengajar telah tuntas karena telah
melebihi indikator ketuntasan hasil belajar dari 70%, artinya keaktifan,
kemandirian dan kemampuan siswa sudah meningkat sesuai yang diharapkan
dan pembelajaran dinyatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Pada Siklus 2
pembelajaran dengan pendekatan bermain bola melayang yang diterapkan
oleh peneliti dan guru mampu mengatur kondisi kelas, sehingga proses
belajar mengajar serta transfer materi dapat berlangsung lebih maksimal, serta
penguatan materi yang dilakukan pada siklus 2 dapat terlaksana dengan baik,
melihat hasil yang diperoleh pada tindakan 2 maka Penelitian Tindakan Kelas
telah memenuhi target dari rencana target yang telah ditentukan. Dan dirasa
sudah optimal sesuai dengan yang diharapkan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa
kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012
dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dari siklus
satu ke siklus lainnya. Meskipun secara keseluruhan menunjukkan peningkatan
yang cukup baik, ada beberapa siswa yang menunjukkan penurunan hasil unjuk
kerja mereka. Perbandingan peningkatan kemampuan Lay Up tengah bola
basket siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran
2011/2012 dari kondisi awal ke siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
No. Interval
Nilai Kategori
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) Fixi
Persen-
tase
(%)
Keterangan
1. 65 – 69 Kurang
Sekali 3 67 201 10,7
Tidak
Tuntas
2. 70 – 74 Kurang 11 72 792 39,3 Tuntas
3. 75 – 78 Cukup 10 76,5 765 35,7 Tuntas
4. 79 – 83 Baik 3 81 243 10,7 Tuntas
5. 84 – 87 Baik
Sekali 0 85,5 0 0 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6. 88 - 92 Baik
Sekali 1 90 90 3,6 Tuntas
Jumlah 28 2091 100
Ketuntasan Klasikal = 25 : 28 x 100% = 89,286%
Pada kondisi awal diperoleh hasil ketuntasan belajar yang kurang
maksimal. Pada kondisi awal hanya 7 siswa (24,99%) yang mencapai kriteria
tuntas, sedangkan sisanya belum. Pada akhir tindakan siklus 1 (pertemuan
kedua) sejumlah 15 siswa (53,57%) mencapai kriteria tuntas. Pada akhir
siklus 2 (pertemuan kedua) terjadi peningkatan sejumlah 25 siswa (83,33%)
mencapai kriteria tuntas. Sampai akhir pertemuan terdapat 3 siswa (10,71%)
yang belum tuntas.
Melalui peningkatan yang terjadi sejak kondisi awal hingga
diberikan tindakan 1, dan 2 dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
dengan pendekatan bermain bola melayang dapat meningkatkan pembelajaran
Lay Up tengah bola basket siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Secara keseluruhan hasil capaian
aktivitas dan pembelajaran siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada materi Lay Up tengah bola basket
kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1 Surakarta dapat dilihat melalui pemaparan
tabel pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa berikut:
Aspek yang diukur
Persentase ketercapaian Cara mengukur
Kondisi awal
Siklus 1
Siklus 2
Ketuntasan hasil belajar siswa
24,99% 53,57% 89,28% Diukur melalui ketuntasan belajar siswa pada materi Lay Up tengah bola basket melalui hasil penjumlahan tiga aspek (aspek psikomotor, afektif dan kognitif) sesuai dengan KKM sekolah : 70
Tabel 8. Pencapaian Aktivitas dan Pembelajaran Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas X Tata Niaga SMK Kristen 1
Surakarta dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan,
yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi,
dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan
pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa:
Pembelajaran melalui pendekatan bermain bola melayang, dapat
meningkatkan pembelajaran Lay Up tengah bola basket pada siswa kelas X Tata
Niaga SMK Kristen 1 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan
yang signifikan dari siklus 1 dan siklus 2. Pembelajaran Lay Up tengah bola
basket pada siklus 1 dalam kategori tuntas adalah 53,57% jumlah tersebut sama
dengan 15 siswa dari kondisi awal sebesar 24,99% atau 7 siswa. Pada siklus 2
terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar
89,28%, sejumlah 25 siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa
keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta metode/ model pembelajaran
yang digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam
mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk
menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media serta
metode/ model pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa
belajar siswa sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru
dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di
lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan
materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan
prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat
dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif,
efektif, dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa melalui model
pembelajaran pendekatan bermain bola melayang dalam pembelajaran Lay Up
tengah bola basket dapat meningkatkan pembelajaran siswa (baik proses maupun
hasil), sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi
guru yang ingin menggunakan media pengajaran dengan model pembelajaran
pendekatan bermain. Bagi guru bidang studi Penjas, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran
Penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran Lay Up
tengah bola basket yang efektif dan menarik yang membuat siswa lebih aktif serta
menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran Penjas yang pada awalnya
membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Apalagi bagi guru
yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model
pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuannya tersebut
dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah dalam upaya meningkatkan
kinerja sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif.
Pemberian tindakan dari siklus 1 dan siklus 2 memberikan deskripsi
bahwa terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi
pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan
tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat
dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
maupun hasil) dan peningkatan pembelajaran siswa. Dari segi proses
pembelajaran Penjas, penerapan model pembelajaran melalui pendekatan bermain
bola melayang ini dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa
dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjas yang nantinya dapat bermanfaat
untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mengembangkan kerjasama,
mengembangkan skill dan mengembangkan sikap kompetitif yang kesemuanya ini
sangat penting dalam pendidikan jasmani.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya pada guru Penjas SMK Kristen 1 Surakarta, sebagai berikut:
1. Guru hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
2. Guru hendaknya memberikan pembelajaran kepada siswa dengan permainan
yang sederhana tetapi tetap mengandung unsur materi yang diberikan, agar
siswa tidak terlalu jenuh dan minat mengikuti pembelajaran dengan baik.
3. Guru hendaknya memberikan alat bantu pembelajaran yang sederhana, efisien,
efektif, dan tidak memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya yang
dapat dilihat atau dipegang langsung oleh siswa, karena dapat memotivasi
siswa untuk selalu mencoba dan mengulangi secara terus menerus.
4. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru
hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan,
saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.
5. Sekolah hendaknya berusaha menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan belajar mengajar Penjas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rohim. (2010). Olahraga Bola Basket. Semarang : CV. Aneka Ilmu.
Andang, S. & Yoyok, B. (1999/2000). Prinsip-Prinsip Pengembangan Dan Modifikasi Cabang Olahraga. Disdikbud-Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah.
Andang, S. & Rusli, L. (1999/2000). Perencaan Pembelajaran Penjaskes. Disdikbud-Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah.
Agus Margono. (2010). Permainan Bolabasket. Surakarta : UNS Press.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. (1991/1992). Pendidikan jasmani dan kesehatan. Jakarta : Depdikbud. Derjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Akros Abidin. (1999). Bola Basket Kembar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perseda.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta.
Danny Kosasih. (2008). Fundamental Basketball First Step To Win. Semarang : Karangturi Media. Yayasan Pendidikan Nasional Karangturi.
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Hal Wissel. (1994). Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran Teknik dan Taktik. Ahli bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Perseda.
H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. (1993). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press.
Keven A. Prusak. (2007). Permainan Bola Basket 50 Kegiatan Membangun Keterampilan Bola Basket. Penerjemah. Arif Furqon. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Lexy J. Moleong. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Saifuddin Azwar. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Jakarta : Litera.
Toho Cholik & Rusli Lutan. (2001). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung : CV. Maulana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related