perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id analisis alokasi ... · di kota surakarta ika ayu murti...
Post on 24-Feb-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU
DI KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Disusun Oleh:
IKA AYU MURTI
NIM F3408050
PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAK
ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU
DI KOTA SURAKARTA
IKA AYU MURTI
F3408050
The allocation of profit-sharing fund of cigarette duty (DBHCHT) is the first time to be carried out in the history of relationship between the central and local governments. With the development of the tobacco industry in the city of Surakarta, local governments have the potential to increase the revenue the city of Surakarta. This relates to the allocation of DBHCHT from the central government. DBHCHT one of the great potential in improving revenue of Surakarta city, seen from the growing level of allocation. DBHCHT is a state income from cigarette duty produced in Indonesia which is distributed to CHT-producer provinces at about 2% to finance the quality improvement of the raw material, the industrial and social environment development, the socialization of regulation on duty, and/or the eradication of illegal duty-imposed goods DBHCHT Surakarta allocated to the city through several stages will be undertaken by local government to the Governor and approved by the Finance Minister, then funds are allocated to each Local Government Unit. Based on the result of research is to be able to know the allocation DBHCHT in Surakarta as a means of regional income, and how the acquisition of those funds that will be used by local governments in financing activities in the city of Surakarta and find out how the allocation to each local government unit related and whether the allocation is well targeted and appropriate. Key word : analysis of allocation DBH CHT in the city Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU
DI KOTA SURAKARTA
IKA AYU MURTI
F3408050
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) merupakan pertama kalinya membawa sejarah hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dengan berkembangnya industri rokok di Kota Surakarta, pemerintah daerah memiliki potensi untuk meningkatkan PAD kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan adanya pengalokasian DBH CHT dari pemerintah pusat. DBH CHT salah satu potensi besar dalam peningkatan PAD kota Surakarta, dilihat dari tingkat pengalokasian yang terus bertambah.
DBHCHT merupakan penerimaan Negara dari cukai tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil CHT sebesar 2% untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal;
DBHCHT dialokasikan ke kota Surakrta melalui beberapa tahapan yang di lakukan oleh pemerintah daerah kepada Gubernur dan disetujui oleh Menteri Keuangan, kemudian dana tersebut dialokasikan ke setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Penulisan ini bertujuan untuk dapat mengetahui alokasi DBHCHT di kota Surakarta sebagai sarana pemasukan daerah, dan cara perolehan dana tersebut di kota Surakarta serta mengetahui berapa alokasi DBHCHT ke setiap SKPD terkait dan pengalokasian tersebut apakah sudah tepat sasaran dan tepat guna. Kata kunci: Analisis Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN MOTTO
“Do what you can, with what you have, where you are”
(Theodore Roosevelt)
“Selama aku mampu aku akan berusaha mewujudkan semua impian
dan harapan ‘tuk menjadi kenyataan”
(Maliq n D’essentials)
“Aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa”
(Bebasan jawi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT atas kuasa dan karunia-Nya
Bapak, Ibu, dan adik keluargaku tersayang
Bephi dan Nana untuk pengalaman ini
Teman-teman D3 pajak ortax angkatan 2008
Semua orang yang mengenalku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Adapun tugas akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam mencapai derajat Ahli Madya pada Program Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Tugas Akhir berjudul
“Analisis Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kota Surakarta”.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh bantuan, dorongan
dan keterlibatan beberapa pihak baik moril maupun materiil, Untuk itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, dengan kuasa-Nya maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
2. Untuk Bapak Ibu tersayang, Bagus adikku dan semua keluarga tercinta yang
selalu memberikan doa, dorongan, perhatian hingga saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak. selaku Ketua Program DIII
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Sri Suranta, SE, M.Si, Ak, BKP. selaku Ketua Prodi DIII Perpajakan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Ibu Christiyaningsih Budiwati, SE, M.Si Ak. selaku Pembimbing Akademik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Ibu Sri Murni, SE, M.Si, Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir yang berkenan
membantu dalam memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
8. Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing Magang.
9. Ibu Dra. Sri Wahyuni, MM. selaku kabid Perindustrian Disperindag Surakarta
10. Ibu CH. Dwi Puspandari, SE, MM. selaku pembimbing dan motivator atas
penulisan karya tulis dengan tema dana bagi hasil cukai tembakau.
11. Seluruh staff pengajar dan pegawai Universitas Sebelas Maret Surakarta serta
Disperindag kota Surakarta dalam pelaksanaan Kegiatan Magang Mahasiswa.
12. Rendra Bephi (moen-moen neh yuh beph, mugo sakteruse kabeh lancar,
langgeng, sukses beph amiiiin, uyuuwuyu ^^, huuumffff), Ndug Nana Cipluk
(angel terpisahkan ndug persis cupatkai gumo’ong enem semester iki Hahaha,
makasih chucky-bar gaji pertamamu ndug hihi), Ima Rusty (kelingan ma
setiap ketemu mesti ngomong ”Ayo konsul ma, bab piro we ma?” Hahaha),
coppaja 2008, ortax 2008, dan teman-teman lain untuk semua pengalaman ini.
13. Komputer, Flashdisk, Printer, Hape wuelik-ku (istirahatlah tenang le huhuhu)
14. Si Ireng AD6802TB yang puaaling setia mengantar jemput, dan menunggu di
parkiran Pak Man (maaf reng, kartumu parkir rung sido dijupuk huhuhu).
15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
ABSTRAK…………………………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... v
MOTTO…………………………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. . xiii
DAFTAR ARTI DAN LAMBANG………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Organisasi……………………………………….. 1
B. Latar Balakang……………………………………………………… 12
C. Perumusan Masalah.………………………………………………… 16
D. Tujuan Penelitian……………………………………………..….…. 17
E. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak……………………………………………….. 18
2. Pengertian Cukai………………………………………………. 18
3. Dasar Hukum………………………………………………….. 19
4. Barang Kena Cukai……………………………………………. 19
5. Tarif Cukai…………………………………………………….. 21
6. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau………………………. 22
7. Pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau………. 27
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Mekanisme alokasi DBH CHT untuk Kota Surakarta………... 31
2. Alokasi DBHCHT yang diterima Kota Surakarta………….… 33
BAB III TEMUAN
A. Kelebihan………………………………………………………….. 45
B. Kelemahan………………………………………………………... 46
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….... 47
B. Saran……………………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surakarta………………………. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
I.1 Jabatan Organisasi DiSPERINDAG………………....... 4
II.1 Peranan Penerimaan terhadap Pendapatan Daerah
tahun anggaran 2008-2010……………………………. 33
II.2 Anggaran dan Realisasi DBH CHT tahun 2008-2010
Kota Surakarta………………………………………… 35
II.3 Penggunaan DBH CHT tahun anggaran 2008
Kota Surakarta…............................................................ 36
II.4 Penggunaan DBHCHT tahun anggaran 2009
Kota Surakarta…..……………………………………… 38
II.5 Penggunaan DBHCHT tahun anggaran 2010
Kota Surakarta………………………………………...... 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ARTI DAN LAMBANG
AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan
BAPPEDA : Badan Pengawas Daerah
BKC : Barang Kena Cukai
BLH : Badan Lingkungan Hidup
DBHCHT : Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
DINKES : Dinas Kesehatan
DINSOSNAKER : Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
DISKOMINFO : Dinas Komunikasi dan Informasi
DISPERINDAG : Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
DISPORA : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
DJPK : Direktorat Jenderal Perimbangan Dan Keuangan
DPPKA : Dinas Pendapatan Pengelolaaan Keuangan dan Aset
HAKI : Hak Atas Kekayaan Intelektual
IHT : Industri Hasil Tembakau
IKM : Industri Kecil Menengah
NPPBKC : Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
SILPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
SKPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah
TAPD : Tim Penganggaran Pemerintah Daerah
UKM : Usaha Kecil Menengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir
Lampiran 2. Tanda Terima Kuliah Magang Kerja
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian untuk Tugas Akhir
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Kegiatan Magang
Lampiran 5. Lembar Penilaian Kegiatan Magang
Lampiran 4. Jawaban data kuisioner IHT Surakarta
Lampiran 5. Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2008-2010 Pemkot Surakarta
Lampiran 6. Laporan Penggunaan DBH CHT 2008-2010 kota Surakarta
Lampiran 7. Salinan Peraturan menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009
Lampiran 8. Salinan Peraturan menteri Keuangan No.84/PMK.07/2008
Lampiran 9. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
1. Sejarah dan Perkembangan DISPERINDAG Kota Surakarta
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta berdiri pada
tahun 1950, yang pada saat itu bernama Kantor Pengadaan dan Penyaluran
di bawah Departemen Perekonomian Umum yang menangani masalah
bidang industri, bidang perdagangan dan bidang koperasi. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta yang mula-mula tugasnya
mengurus tentang pemberian izin pendirian perusahaan dan usaha dagang,
tetapi setelah berjalan 5 (lima) tahun yakni 1955 berganti nama menjadi
Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi.
Tahun 1957 Departemen Perekonomian Umum dihapuskan dan
diganti menjadi Departemen Perdagangan Luar Negeri. Pada tahun 1971
Kantor Industri Perdagangan dan Koperasi berubah menjadi Kantor
Departemen Perdagangan yang tidak berpengaruh pada Kantor
Perdagangan dan Koperasi yang selokasi dengan Kantor Perindustrian
yang letaknya, di Jalan Yosodipuro 150 Surakarta.
Baru kemudian pada tahun 1980 kantor dijadikan satu yang
tempatnya di Jalan Slamet Riyadi 320 Surakarta yang mula-mula
merupakan kantor Tera. Pada tanggal 22 September 1980 oleh Bapak
Kardjono Wiryo diresmikan pembukaannya, namun ruang lingkupnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
lebih sempit dari pada kantor yang dulu. Sebab hanya meliputi daerah
Kotamadya saja. Kemudian dipersempit lagi dengan didirikannya kantor-
kantor perdagangan di beberapa daerah Eks-Karesidenan. Surakarta seperti
kantor perdagangan di Sragen, Klaten dan Sukoharjo.
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI Nomor : 814 / MPP / Kep / 4 / 1996 tanggal 16 April
1996, kemudian berganti nama menjadi Departemen Perindustrian dan
perdagangan. Pada surat keputusan tersebut berisi tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya
Surakarta yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya
Surakarta.
Pada waktu otonomi daerah digulirkan pada tahun 2000, Kantor
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surakarta
mengalami perubahan dan perkembangan dengan berganti nama menjadi
menjadi Dinas Perindustran Perdagangan dan Penanaman Modal
Kotamadya Surakarta yaitu berdasarkan Keputusan Walikota Surakarta
Nomor 6 Tahun 2001, yang berisi tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang termuat dalam Lembaran
Daerah Kota Surakarta tahun 2001 Nomor 14 Seri D.12.
Kemudian mengalami perubahan dan perkembangan lagi dengan
berrganti nama menjadi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Surakarta yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta.
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi DISPERINDAG Kota Surakarta
a. Kedudukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah di bidang perindustrian dan perdagangan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
b. Tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian tugas umum pemerintah Kota
Surakarta pada bidang perindustian dan perdagangan dalam rangka
pengembangan perekonomian di daenah Kota Surakarta.
c. Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta
1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
2) Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi pelaporan.
3) Penyelenggaraan bimbingan terhadap perindustrian
4) Pembinaan dan pengembangan pengusaha industri menengah, besar,
kecil dan pengendalian pencemaran
5) Penyelenggarian perlindungan terhadap konsumen
6) Penyelenggaraan sosialisasi
7) Pembinaan jabatan fungsional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Visi, dan Misi DISPERINDAG Kota Surakarta
a. Visi :
Terwujudnya Kota Solo sebagai kota perdagangan dan industri yang
maju dan berwawasan budaya.
b. Misi :
1) Terciptanya kesempatan berusaha di sektor perdagangan dan
industri yang berwawasan lingkungan dan budaya.
2) Meningkatkan kelancaran distribusi barang dan jasa perdagangan
dalam negeri dan perdagangan luar negeri.
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Surakarta adalah sebagai berikut :
Tabel I.1 JABATAN ORGANISASI
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
No Jabatan Nama NIP 1. Kepala Dinas Drs. Slamet, Msi. 1960811 198103 1 010 2. Sekretaris Ariani Indriastuti, S.H. 19601212 198603 2 016 3. Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Tri Lestari, S.Teks. 19631211 199303 2 005 4. Kasubag Umum dan Kepegawaian Mastuti, SH. 19610805 198303 2 014 5. Kasubag Keuangan Endang Onto Siam, SE. 19580403 198303 2 008 6. Kabid Perindustrian Dra. Sri wahyuni, MM. 19580628 198503 2 004 7. Kasi Industri Kecil Dra. Sapti Maini Nurbaiti 19620507 198803 2 003 8. Kasi Industri Menengah dan Besar CH. Dwi Puspandari, SE, MM. 19610331 199003 2 002 9. Kabid Perdagangan Eko Prajudhy N.A, SE, MM. 19621015 198303 1 014 10. Kasi Perdagangan Luar Negeri Dra. Endang Kurnia M, S.Sos. 19701030 199703 2 004 11. Kasi Perdagangan Dalam Negeri Dra. Corina Endang Puji A. 19640303 199203 2 008 12. Kabid Pengawasan dan Perlindungan Konsumen Dra. Sri Redjiki Ida S, MM. 19630522 198703 2 009 13. Kasi Pengawasan Sulastri, MM. 19630205 198303 2 012 14. Kasi Perlindungan Konsumen Joko Wiwoho, SH. 19630101 198509 1 001
Sumber: DISPERINDAG Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gambar I.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA
Sumber : DISPERINDAG Surakarta
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Walikota Surakarta No.21 Tahun
2008 tentang pedoman Uraian Tugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan
kota Surakarta.
a. Uraian Tugas Kepala Dinas Peindustrian dan Perdagangan
Kepala Dinas memiliki tugas pokok melaksanakan administrasi urusan
pemerintahan di bidang perindustrian dan perdagangan.
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
Ka Sub Bag. Umum
Kepegawaian
Ka Sub Bag. Perencanaan Evaluasi dan
Ka Sub Bag. Keuangan
Ka. Bidang Perdagangan
Kasi Perdagangan Luar Negeri
Kasi Perdagangan Dalam Negeri
Ka Bidang Pengawasan dan
Perlindungan Konsumen
Ka Seksi Pengawasan
Ka. Seksi Perlindungan
Konsumen
Ka Bidang Perindustrian
Ka. Seksi Industri Kecil
Ka. Seksi Industri Menengah
Dan Besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Uraian Tugas Seketariat
sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas
secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang
perencanaan, evaluasi, dan pelaporan, keuangan, umum, dan
kepegawaian. Untuk melaksanakan tugasnya secretariat mempunyai
fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan,
evaluasi dan pelaporan.
2) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan
pengkoordinasian penyelenggara tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi, dan pelaksanaan dibidang keuangan.
3) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggara tugas secara terpadu, pelayanan
administrasi dan pelaksanaan dibidang umum dan kepegawaian.
Bagian sekretariat terdiri dari :
1) Subbagian perncanaan, evaluasi, dan pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara
terpadu di bidang perencanaan evaluasi dan pelaporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian
penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan
pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi : pengelolahan
keuangan, verifikasi, pembekuan dan akuntansi di lingkungan
dinas.
3) Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,
pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan
kepegawaian, meliputi : pengelolahan administrasi dan
pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi :
pengelolahan administrasi, kepegawaian, hukum, humas,
organisasi dan tata laksana, ketatausahaan, rumah tangga, dan
perlengkapan di lingkungan dinas.
c. Uraian Tugas Bidang Perindustrian
Bidang Perindustrian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
industry kecil dan industry menengah dan industry besar. Untuk
melaksnakan tugasnya di bidang perindustrian mempunyai fungsi :
1) Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis dibidang industry
menengah, besar dan kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Menyelenggarakan pameran dan promosi di bidang industry,
menyelenggarakan pembinaan dan pendampingan keterampilan
industry, mengelolah magang dan ahli teknologi
3) Menyelenggarakan penyelenggaraan mutu atau kualitas hasil
industry sesuai dengan Standart Nasional Industri (SNI), ISO 9000
dan Gugus Kendali Mutu (GKM)
4) Menyelengarakan pelatihan keterampilan teknik industry meliputi :
Achievement Motivation Traning (AMT), Creation and formation
of entrepreneur (CEFE)dan kewirausahaan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
tugas dan fungsinya.
Bidang Perindustrian terdiri dari :
1) Seksi Industri Kecil
Industri Kecil mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dim pelaksanaan di bidang
perindustrian kecil. Yaitu meliputi pembinaan dan pengembangan
industri kccil.
2) Seksi Industri Menengah dan Besar
Industri Menengah dan Besar mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaaan dan
pelaksanaan di bidang industri menengah dan besar. Yaitu meliputi
pembinaan dan pengembangan industri menengah dan besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
d. Uraian Tugas Bidang Perdagangan
Sub Dinas Perdagangan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan
bidang perdagangan luar negeri, perdagangan dalam negeri serta
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Untuk
menjalankan tugasnya, Sub Dinas Perdagangan mempunyai fungsi :
1) Melaksanakan pembinaan teknis pengembangan ekspor daerah
dan perdagangan luar negeri, melaksanakan pembinaan, koordinasi
dan pengawasan pendaftaran perusahaan, pemantauan, penyediaan
dan penyaluran barang dan jasa serta bimbingan usaha dan
promosi.
2) Melaksanakan penyelesaian proses perijinan perdagangan,
rekomendasi perijinan perdagangan dalam dan luar negeri serta
pengelolahan dokumen penyerta barang ekspor (Certificate Of
Origin), melaksanakan pembinaan tertib niaga, menyelenggarakan
pendataan, kinerja ekspor dan impor perusahaan.
Bidang Perdagangan terdiri dari :
1) Seksi Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas memberikan
bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan perdagangan
dalam negeri mempunyai fungsi :
a) Mendata jumlah, jenis dan harga di bidang perdagangan dalam
negeri khususnya bahan pokok, barang penting, dan barang
umum lainnya, menyusun dan melaksanakan program
pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Memfasilitasi program kemitraan perdagangan dan
pembentukan asosiasi perdagangan.
2) Seksi Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas memberikan
bimbingan teknis dan pembinaan pengembangan perdagangan luar
negeri. Untuk melaksanakan tugasnya, Seksi PerdaganganLuar
Negeri mempunyai fungsi :
a) Mendata jumlah dan jenis perdagangan luar negeri, menyusun
dan melaksanakan program pembinaan dan pengembangan
perdagangan luar negeri, memfasilitasi program kemitraan
antar eksportir dengan industry dagang kecil dan menengah.
b) Melaksanakan pembinaan teknis perdagangan internasional,
menyusun teknis pembinaan dan pengembangan ekspor impor,
melaksanakan penerbitan dokumen pengantar barang ekspor
(Certificate Of Origin).
e. Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen
Bidang Pengawasan dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan
pelaksanaan di bidang pengawasan dan perlindungan konsumen.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bidang Pengawasan dan
Perlindungan Konsumen mempunyai fungsi :
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di bidang pengawasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di bidang perlindungan konsumen.
3) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pengawasan dan Perlindungan terdiri dari :
1) Seksi pengawasan mempunyai tugaas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengawasan, meliputi : pengawasan kelayakan dan kualitas produk
kemasan.
2) Seksi Perlindungan Konsumen mempunyai tugas menyusun
rencana dan melaksanakan program bimbingan usaha dan
perlindungan konsumen. Untuk melaksanakan tugasnya, seksi
perlindungan dan pengawasan konsumen mempunyai fungsi :
a) Melaksanakan penyelesaian perijinan dan penelitian lapangan
dalam rangka penerbitan rekomendasi Surat Ijin Usaha
Perdagangan (SIUP) minuman beralkohol, perdagangan
berjangka, perdagangan berjenjang (multilevel marketing) dan
ijin pasar modern, melaksanakan pendaftaran perusahaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Meyusun bahan dan melaksanakan pembinaan bidang
perlidungan konsumen serta penggunaan alat ukur takar
timbangan dan perlengkapannya, melaksanakan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelayakan dan kualitas produk yang dikemas dalam rangka
perlindungan konsumen.
f. Uraian Tugas Kelompok Fungsional, terdiri dari :
1) Prana Komputer
2) Arsiparis
3) Penguji Mutu Barang
4) Statistik
5) Penyuluh Industri
Uraian Tugas Kelompok Jabatan Fungsional mengikuti pedoman
uraian tugas sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
B. LATAR BELAKANG
Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia.
Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan
rokok (hasil tembakau). Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai
tinggi, sehingga bagi beberapa negara termasuk Indonesia berperan dalam
perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu sumber devisa, sumber
penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan
lapangan kerja masyarakat (Muchjidin Rachmat dan Sri Nuryanti). Tembakau
adalah jenis komoditi yang dikenakan cukai oleh negara. Pemungutan cukai
tembakau tersebut dilakukan dengan cara yang legal, didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Industri Hasil Tembakau (IHT) secara umum merupakan penyumbang
cukai terbesar di berbagai negara penghasil tembakau di dunia, juga bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Indonesia. Cukai IHT menyumbang Rp 54,4 triliun pada tahun 2009, dana
yang begitu besar ini jauh lebih tinggi dari penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan serta pajak jenis lainnya di luar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (N. Natasya Sirait, 2009). Indonesia menyumbang 2,1%
dari persediaan daun tembakau di seluruh dunia (http://www.naikkan-
hargarokok.com). Hampir seluruh produksi daun tembakau digunakan untuk
produksi rokok domestik dan produk-produk tembakau lainnya. Penerimaan
negara melalui IHT diterima dengan cara menerapkan cukai terhadap IHT
yang dihasilkan setiap perusahaan. IHT berkontribusi bagi penerimaan negara
melalui cukai. Pemungutan cukai tembakau sekarang ini memperlihatkan
peningkatan rata-rata 13,64% dari Rp 29 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp
49 triliun pada tahun 2008 (Wisnu Hendratmo, 2009). Cukai hasil tembakau
tersebut menyumbang Rp 50,2 triliun yang merupakan jumlah penerimaan
cukai pada tahun 2008 (Anton Aprianto, 2008). Pada tahun 2009 penerimaan
negara dari cukai mencapai Rp 54,4 triliun serta pada tahun 2010 ini telah
melampui target yang ditargetkan sebesar Rp 55,9 triliun (Majalah Warta
Ekonomi, 2009). Berdasarkan gambaran tersebut, maka pada dasarnya
penerimaan cukai dari IHT berupa rokok memiliki potensi yang cukup besar
dalam meningkatkan peranannya sebagai salah satu sumber dana
pembangunan. tembakau juga memegang peranan yang cukup penting.
Meskipun mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan pada tahun 2008,
namun secara keseluruhan nilai ekspor tembakau menunjukkan tren yang terus
meningkat. Secara rata-rata nilai ekspor tembakau mencatat pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sebesar 9,2% dalam lima tahun terakhir, dengan rata-rata nilai ekspor
mencapai sebesar US$. 65,7 juta dalam kurun waktu tahun 2004 – tahun 2008
(N. Natasya Sirait 2009). Salah satu obyek yang dapat menjadi sumber
penerimaan daerah adalah cukai rokok. Dengan berkembangnya industri rokok
di Kota Surakarta, pemerintah daerah memiliki potensi yang cukup besar
untuk meningkatkan pendapatan kota Surakarta. Hal ini berkaitan dengan
mengenai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT).
Pada tahun 2010, DBH CHT digunakan untuk pembinaan kemampuan dan
keterampilan kerja masyarakat di lingkungan IHT dan daerah penghasil bahan
IHT, peningkatan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan bagi tenaga
kerja IHT. Kebijakan DBH CHT dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan
tersebut, diperkirakan sebanyak 2% dari penerimaan cukai tembakau, akan
dibagikan kepada lima provinsi penghasil cukai tembakau, yaitu Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sumatera Utara.
Namun harus diingat bahwa instrumen kebijakan “cukai” akan sangat
menentukan terhadap perkembangan IHT. Hal ini didasarkan pada fungsinya
yang berbanding terbalik dengan pengembangan IHT. Semakin tinggi tarif
cukai ditetapkan, maka akan semakin besar pula beban yang dipikul IHT.
Bidang administrasi perekonomian sekretaris daerah kota Surakarta
mencatat penganggaran alokasi DBH CHT di tahun pertama Kota Surakarta
pada tahun 2008 sebesar Rp1.158.259.124,- (Satu Milyard seratus lima puluh
delapan juta dua ratus lima puluh Sembilan seratus dua puluh empat Rupiah)
namun realisasi penggunaan DBH CHT Satuan Kerja Pemerintah Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(SKPD) Kota Surakarta tahun 2008 sebesar Rp257.940.125,- (Dua Ratus Lima
Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Ribu Seratus Dua Puluh Lima
Rupiah) sehingga jumlah alokasi DBH CHT tahun 2008 yang belum
digunakan sebesar Rp900.318.999,- (Sembilan Ratus juta tiga ratus delapan
belas ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan rupiah). Penganggaran
tahun kedua DBH CHT di kota Surakarta pada tahun 2009 sebesar
Rp2.764.989.068,- (Dua Milyard Tujuh Ratus Enam Puluh Empat Juta
Sembilan Ratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Enam Puluh Delapan rupiah)
ditambah dengan sisa tahun 2008 sebesar Rp900.318.999,- (Sembilan Ratus
juta tiga ratus delapan belas ribu Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan
rupiah) maka besar anggaran DBH CHT yang belum digunakan hingga tahun
2009 sebesar Rp3.665.308.067,- (Tiga Milyard enam ratus enam puluh lima
juta tiga ratus delapan ribu enam puluh tujuh Rupiah) dan realisasi anggaran
tahun 2009 sebesar Rp3.120.821.175,- (Tiga Milyard Seratus Dua Puluh Juta
Delapan Ratus Dua Puluh Satu Ribu Seratus Tujuh Puluh Lima Rupiah) dari
Rencana Anggaran Kegiatan untuk 11 (sebelas) SKPD sebesar
Rp3.329.480.609,- (Tiga Milyard Tiga Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Empat
Ratus Delapan Puluh Ribu Enam Ratus Sembilan Rupiah). Penganggaran
tahun ketiga DBH CHT di kota Surakarta pada tahun 2010 menurun, hanya
sebesar Rp2.913.664.000,- (Dua Milyard Sembilan Ratus Tiga Belas Juta
Enam Ratus Enam Puluh Empat Ribu Rupiah) dan realisasinya sebesar
Rp2.520.380.500,- (Dua Milyard Lima Ratus Dua Puluh Juta Tiga Ratus
Delapan Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah). Penggunaan sisa realisasi anggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DBHCHT tergantung kebijakan daerah masing-masing sesuai ketetapan
Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. DBH CHT merupakan
salah satu potensi besar dalam peningkatan pendapatan kota Surakarta, dilihat
dari tingkat pengalokasian yang terus bertambah.
Kebijakan DBH CHT di kota Surakarta merupakan salah satu bentuk
kontribusi IHT dalam peningkatan pendapatan kota Surakarta yang
pengalokasiannya dapat digunakan dalam mendanai kegiatan peningkatan
kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri, pembinaan sosial,
sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di kota
Surakarta. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis
mengambil judul “ANALISIS ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI
HASIL TEMBAKAU DI KOTA SURAKARTA“
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang melatarbelakangi penelitian,
maka penulis mengambil masalah sebagai berikut:
1. Apakah mekanisme alokasi DBH CHT untuk kota Surakarta sesuai dengan
PMK No.20/PMK.07/2009?
2. Berapakah alokasi DBHCHT yang diterima kota Surakarta berdasarkan
PMK No.20/PMK.07/2009 ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
D. TUJUAN PENELITIAN
Penulisan tugas akhir bertujuan untuk :
1. Mengetahui mekanisme DBH CHT di kota Surakarta sebagai sarana
pemasukan daerah, serta cara perolehan dana tersebut yang nantinya
digunakan oleh setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah.
2. Menganalisis berapa alokasi DBHCHT ke setiap SKPD terkait dan
pengalokasian tersebut apakah sudah tepat sasaran dan tepat guna.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Memberi masukan atas kebijakan pemerintah daerah yang mampu
menciptakan kestabilan, keterprediksian, dan keadilan bagi seluruh
anggota masyarakat termasuk IHT sebagai salah satu sumber penghasil
pendapatan kota Surakarta
2. Menciptakan hubungan baik antara instansi pemerintahan dengan
pihak Program Diploma III Perpajakan Sebelas Maret Surakarta
3. Merupakan tambahan referensi bacaan dan bahan pertimbangan bagi
penelitian lanjutan terkait dengan DBH CHT di kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
UU No. 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara
terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang tidak mendapatkan imbalan langsung untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mardiasmo (2009)
mendefinisikan fungsi pajak yang terdiri dari 2, yaitu:
a. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi Mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk
mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi.
2. Pengertian Cukai
Cukai menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1995 adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-
barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam undang-undang. Barang-barang tertentu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mempunyai sifat atau karakteristik adalah barang yang konsumsinya
perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup
atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan
dan keseimbangan
3. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.07/2008
tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan
Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau.
b. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009 tentang
pedoman pengelolaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di
Provinsi Jawa Tengah
4. Barang Kena Cukai
a. Etil alcohol
Yang dimaksud dengan "etil alkohol atau etanol" adalah barang
cair, jernih, dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik
dengan rumus kimia C2H5OH, yang diperoleh baik secara
peragian dan/atau penyulingan maupun secara sintesa kimiawi
b. Minuman yang mengandung Etil Alkohol
Yang dimaksud dengan "minuman yang mengandung etil alkohol"
adalah semua barang cair yang lazim disebut minuman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengandung etil alkohol yang dihasilkan dengan cara peragian,
penyulingan, atau cara lainnya, antara lain bir, shandy, anggur,
gin, whisky, dan yang sejenis. Yang dimaksud dengan "konsentrat
yang mengandung etil alkohol" adalah bahan yang mengandung
etil alkohol yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan
penolong dalam pembuatan minuman yang mengandung etil
alkohol.
c. Hasil Tembakau Sigaret
Yang dimaksud dengan "sigaret" adalah hasil tembakau yang
dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan
cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan
pengganti,atau bahan pembantu yang digunakan dalam
pembuatannya.
Hasil Tembakau merupakan salah satu barang yang dikenakan
BKC (Barang Kena Cukai). Setiap orang yang akan menjalankan
kegiatan sebagai pengusaha pabrik hasil tembakau wajib memiliki izin
berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC).
Industri Hasil Tembakau (IHT) adalah industri yang menghasilkan,
atau mendistribusikan atau memasarkan atau menjual produk yang
dihasilkan dari pengolahan tembakau. Cukai hasil tembakau yang
dibuat di Indonesia dibagihasilkan kepada daerah karena barang kena
cukai berupa hasil tembakau memiliki sifat atau karakteristik yang
konsumsinya perlu dikendalikan dan diawasi serta memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dampak negatif bagi masyarakat dan mengoptimalkan upaya
penerimaan negara dari cukai.
5. Tarif Cukai
Untuk penetapan harga dasar dan tarif cukai hasil tembakau
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43/PMK.04/2005, pada peraturan ini dilakukan pembagian jenis-jenis
hasil tembakau, penggolongan pengusaha pabrik hasil tembakau, nilai
tarif cukai dan batasan harga jual eceran hasil tembakau buatan dalam
negeri dan luar negeri, batasan harga jual eceran dan tarif cukai hasil
tembakau yang diimpor maupun tidak. Peraturan ini diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.04/2006 pada tahun
2006, diubah kembali pada tahun 2007 dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007.
Pada tahun 2008 dikeluarkan peraturan baru yang mengatur
tentang tarif cukai hasil tembakau dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 203/PMK.011/2008 dan diubah kembali pada tahun 2009
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009.
Perubahan yang dilakukan berulang-ulang ini dimaksudkan untuk
mengikuti perubahan perekonomian negara mengikuti inflasi dan
kenaikan harga yang terjadi. Hal-hal yang diubah adalah mengenai
tarif dasarnya. Mengenai pengaturan DBH CHT diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 tentang
Penggunaan DBH CHT dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
DBH CHT. Tata urutan pelaksanaan pembagian DBH CHT ke daerah
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010
tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke
Daerah. Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai
berdasarkan tarif paling tinggi:
1) Untuk yang dibuat di Indonesia:
a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual pabrik; atau
b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
2) Untuk yang diimpor:
a. 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau;
b. 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
6. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau
Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah
Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia
dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2%
(dua persen). DBH CHT merupakan salah satu kebijakan pemerintah
dalam pengembangan pembangunan di Indonesia atas pemungutan
cukai dari Industri Hasil Tembakau (IHT). DBH CHT digunakan
untuk mendanai:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a. Peningkatan kualitas bahan baku
Peningkatan proses produksi industri hasil tembakau berupa bahan
mentah dengan bantuan sarana dan prasarana produksi, bantuan
modal kerja, demo intensifikasi tembakau sebagai bahan baku
utama dan cengkeh sebagai bahan baku tambahan dalam proses
pembuatan rokok. Peningkatan kualitas bahan baku industri hasil
tembakau, meliputi:
1) Standardisasi kualitas bahan baku;
2) Pembudidayaan bahan baku dengan kadar nikotin rendah;
3) Pengembangan sarana laboratorium uji dan pengembangan
metode pengujian;
4) Penanganan panen dan pascapanen bahan baku; dan/atau
5) Penguatan kelembagaan kelompok petani bahan baku untuk
industri hasil tembakau.
b. Pembinaan Industri
Kegiatan dalam rangka perbaikan kualitas produk IHT sejak dari
bahan mentah hingga barang siap dipasarkan, termasuk penyediaan
data yang menyajikan informasi yang memuat tentan IHT,
kebutuhan bahan baku IHT, daerah penghasil bahan baku IHT,
jumlah tenaga kerja, jenis IHT yang diproduksi, total produksi IHT
periode tertentu, dan potensi pemakaian cukai. Pembinaan industri
hasil tembakau, meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Pendataan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau
(registrasi mesin/peralatan mesin) dan memberikan tanda
khusus;
2) Penerapan ketentuan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI);
3) Pembentukan kawasan industri hasil tembakau;
4) Pemetaan IHT berupa kegiatan pengumpulan data yang
berkaitan dengan industri hasil tembakau di suatu daerah,
meliputi :
5) Asal daerah bahan baku (tembakau dan cengkih).
6) Kemitraan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan usaha besar
dalam pengadaan bahan baku;
7) Penguatan kelembagaan asosiasi industri hasil tembakau;
8) Pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar tar dan
nikotin rendah melalui penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP).
c. Pembinaan lingkungan sosial
Merupakan tanggung jawab sosial yang dilakukan untuk
membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
lingkungan, membantu permodalan Usaha Kecil Menengah
(UKM) atau Industri Kecil Menengah (IKM). Pembinaan
lingkungan sosial, meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di
lingkungan IHT dan/atau daerah penghasil bahan baku IHT;
2) Penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau yang
mengacu kepada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL);
3) Penetapan kawasan tanpa asap rokok dan pengadaan
tempat khusus untuk merokok di tempat umum; dan/ atau
4) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan
fasilitas perawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak
asap rokok
d. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai
Proses pengenalan dan pemahaman tentang penggunaan pita cukai
rokok, pentingnya pendapatan dari cukai rokok untuk
pembangunan, dampak penggunaan pita cukai rokok illegal.
e. Pemberantasan barang kena cukai illegal
Kegiatan yang bertujuan untuk meminimalisir peredaran rokok
illegal, meningkatkan penggunaan cukai rokok resmi dan
memberikan efek jera kepada pelaku. Pemberantasan barang kena
cukai ilegal, meliputi:
1) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukai
palsu di peredaran atau tempat penjualan eceran;
2) Pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pita
cukai di peredaran atau tempat penjualan eceran; dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3) Pengumpulan informasi barang kena cukai berupa etil alkohol
dan minuman mengandung etil alkohol yang ilegal di peredaran
atau tempat penjualan eceran.
4) Apabila dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan informasi
ditemukan indikasi adanya hasil tembakau yang dilekati pita
cukai palsu, hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai, atau
etil alkohol dan minuman mengandung etil alcohol yang ilegal
di peredaran atau tempat penjualan eceran, walikota
menyampaikan informasi secara tertulis kepada DJBC.
Dana bagi hasil cukai merupakan bagian kapasitas fiskal yang
perhitungannya disesuaikan dengan formula Dana Alokasi Umum
(DAU) yang setiap tahun ditetapkan dalam pembahasan RAPBN.
Pembagian, pengelolaan, dan penggunaan pembagian dana bagi hasil
cukai hasil tembakau kepada kabupaten/kota penyumbang cukai hasil
tembakau dihitung berdasarkan kontribusi penerimaan cukai hasil
tembakau pada kabupaten/kota tersebut sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan No.20/PMK.07/2009. Pembagian DBH CHT untuk
masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota diatur oleh gubernur
dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dan penetapan oleh
Menteri Keuangan, dengan komposisi :
a. 30 % untuk provinsi penghasil
b. 40% untuk kabupaten/kota daerah penghasil
c. 30% untuk kabupaten/kota lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas
penggunaan anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan
Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang
cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal yang berasal
dari DBH CHT yang dibuat di Indonesia. Apabila hasil pemantauan
dan evaluasi anggaran peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan
Industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang
cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai illegal dari dana bagi
hasil cukai hasil tembakau mengidikasikan adanya penyimpangan
pelaksanaan akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundagan
yang belaku. Atas penyalahgunaan alokasi tersebut dapat diberikan
sanksi penangguhan hingga penghentian penyaluran DBH CHT serta
apabila dalam pelaksanaan pengalokasian ke setiap SKPD terdapat sisa
alokasi, Penganggaran Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
DBH CHT dianggarkan kembali dalam APBD Tahun Anggaran
berikutnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
7. Pengalokasian DBH CHT
Pengalokasian DBH CHT melalui mekanisme sebagai berikut :
a. Penetapan Alokasi DBH CHT
Penetapan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang
dialokasikan kepada provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Besaran alokasi DBH CHT per tahun ditetapkan dalam UU
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan
pembagian alokasi DBH CHT per provinsi;
3) Gubernur menetapkan pembagian untuk provinsi, kabupaten,
dan kota di wilayahnya masing-masing dengan komposisi :
30% untuk provinsi, 40% untuk kabupaten/kota penghasil, dan
30% kabupaten/kota lainnya;
4) Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas pembagian
alokasi yang ditetapkan Gubernur dengan Peraturan Menteri
Keuangan
b. Penyaluran DBH CHT
Penyaluran DBH CHT dari pusat yang dialokasikan kepada
provinsi hingga ke kota Surakarta dengan penjelasan sebagai
berikut :
1) Penyaluran dilaksanakan secara triwulanan
2) Penyaluran dilaksanakan dengan cara memindahbukukan dari
rekening kas umum negara ke masing-masing rekening kas
umum daerah
3) Penyaluran triwulan I sampai dengan III dihitung dari
penetapan alokasi sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4) Penyaluran triwulan I dilaksanakan pada bulan Maret sebesar
20%, triwulan II dilaksanakan pada bulan Juni sebesar 30% dan
triwulan III dilaksanakan pada bulan September sebesar 30%
5) Penyaluran triwulan IV sebesar selisih antara penetapan alokasi
definitif dengan dana yang telah disalurkan pada triwulan I
sampai dengan III
6) Penyaluran triwulan I dilakukan setelah Direktorat Jenderal
Perimbangan dan Keuangan (DJPK) menerima laporan
konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan kegiatan DBH
CHT semester II tahun anggaran sebelumnya dari gubernur dan
laporan konsolidasi rancangan program kegiatan dan anggaran
DBH CHT
7) Penyaluran triwulan III dilakukan setelah DJPK menerima
laporan konsolidasi penggunaan dana atas pelaksanaan
kegiatan DBH CHT semester I tahun berjalan dari gubernur
8) Dalam hal laporan konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan
DBH CHT sebagaimana dimaksud pada angka 6 dan 7 tidak
menunjukan adanya realisasi penggunaan, maka penyaluran
DBH CHT ditunda sampai dengan disampaikannya laporan
konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT
c. Pelaporan DBH CHT
Pelaporan DBH CHT atas alokasi dana ke tiap kota, dapat dirinci
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1) Awal tahun gubernur menyampaikan laporan konsolidasi
rancangan program kegiatan dan anggaran DBH CHT dari
masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;
2) Tanggal 20 Juli gubernur menyampaikan laporan konsolidasi
penggunaan dana atas kegiatan DBH CHT semester I dari
masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota;
3) Tanggal 20 Desember gubernur menyampaikan laporan
konsolidasi penggunaan dana atas kegiatan DBHCHT semester
II dari masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berkembangnya industri rokok di Kota Surakarta, pemerintah daerah
memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan kualitas kota
Surakarta. Hal ini berkaitan dengan adanya DBH CHT sebagai salah satu
sumber dana pemasukan kota Surakarta dalam bentuk dana bagi hasil
pajak/bukan pajak melalui dana perimbangan. Dilihat dari tingkat
pengalokasian yang terus bertambah, DBH CHT memiliki potensi dalam
peningkatan pendapatan kota Surakarta.
DBH CHT dialokasikan ke kota Surakarta melalui provinsi sesuai
dengan ketetapan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.9 tahun 2009 dan
PMK No.20/PMK.07/2009, Dana alokasi DBH CHT tersebut nantinya
akan dikelola dan dialokasikan ke setiap SKPD terkait oleh Walikota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
1. Mekanisme Alokasi DBH CHT untuk kota Surakarta
Dana Alokasi DBHCHT yang dikelola oleh gubernur disalurkan
kepada kota Surakarta sesuai dengan besar kontribusinya dalam
penyetoran cukai tembakau. Dana alokasi DBH CHT diterima oleh
kota Surakata setiap tiga bulan, Walikota Surakarta penerima DBH
CHT membuat laporan alokasi penggunaan dana atas pelaksanaaan
kegiatan peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan
industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan
pemberantasan barang kena cukai ilegal setiap enam bulan kepada
Gubernur.
Untuk penyaluran dana atas DBH CHT, Walikota Surakarta
membuat dan menyampaikan rancangan program kegiatan serta
penganggaran DBH CHT kepada Gubernur sebelum tahun anggaran
berjalan. Penganggaran dana tersebut diperoleh dari PMK (Peraturan
Menteri Keuangan) atas alokasi definitif ataupun alokasi Indikatif
DBH CHT oleh Menteri Keuangan sebelum tahun anggaran, PMK
yang diberikan kemudian digunakan sebagi pedoman oleh TAPD (Tim
Penganggaran Pemerintah Daerah) kota Surakarta untuk rencana
pengganggaran dan pengalokasian dana ke setiap SKPD.
Gubernur menyampaikan laporan konsolidasi rancangan program
kegiatan dan anggaran DBH CHT dari masing-masing kota kepada
Menteri Keuangan, Menteri Keuangan memberikan persetujuan atas
pembagian alokasi DBH CHT yang ditetapkan oleh Gubernur, dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
alokasi DBHCHT akan disalurkan melalui Gubernur kepada kota
Surakarta. Dana alokasi DBH CHT ditransfer dari kas umun negara ke
kas umum daerah.
Setelah mengevaluasi pelaksanaan ketentuan penggunaan DBH
CHT pada tahun anggaran, Walikota menyampaikan laporan atas
penggunaaan DBH CHT. Walikota menyampaikan laporan atas
penggunaaan DBH CHT untuk semester pertama sebelum tanggal 20
Juli dan untuk semester kedua sebelum tanggal 10 Desember setiap
tahun anggaran.
Penggunaan DBH CHT atas alokasi dana disalurkan kota Surakarta
kepada setiap SKPD dan penggunaannya digunakan untuk kegiatan
peningkatan kualitas bahan baku tembakau, pembinaan industri,
pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan
barang kena cukai illegal. Kota Surakarta tidak melaksanakan kegiatan
peningkatan kualitas bahan baku karena kota Surakarta bukan sebagai
penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan baku
yang digunakan tiga IHT di Surakarta yaitu PT. Minapadi Makmur, PT
Djitoe dan PT. Kerbau masih dipasok dari Kudus, Boyolali,
Temanggung, Nganjuk, Purwokerto, Semarang dan kota penghasil
tembakau lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Alokasi DBH CHT yang diterima kota Surakarta berdasarkan
PMK No.20/PMK.07/2009
Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, DBH CHT
mempunyai peranan yang sangat penting dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja (APBD) khususnya dalam penerimaan daerah yang
senantiasa mengalami peningkatan maupun penurunan dari tahun ke
tahun. DBH CHT dianggarkan pertama kali di Kota Surakarta pada
tahun 2008 hingga memasuki tahun ke empat pada tahun 2011 ini.
Dalam tabel berikut dapat dijelaskan besar peranan DBH CHT
terhadap Pendapatan daerah Kota Surakarta.
Tabel II.1 Peranan Penerimaan DBH CHT terhadap Pendapatan Daerah
Tahun anggaran 2008 - 2010 ( dalam miliar rupiah )
t.a Penerimaan DBHCHT
Jumlah BHP/BHBP
Jumlah dana Perimbangan
Pendapatan Daerah
Peranan (%)
2008 1.158,2 61.481,6 513.400,4 717.583,4 0,0016 2009 3.329,4 74.088,7 548.324,5 692.871,2 0,0048 2010 2.913,6 81.243,1 609.809,7 817.108,8 0,0035
Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Tahun 2008 merupakan tahun pertama penganggaran DBH CHT di
kota Surakarta sebesar Rp1.158.259.124,- dari total pendapatan kota
Surakarta sebanyak Rp717.583.491.821,- DBH CHT menyumbang
peranan 0,0017% Pada tahun kedua penganggaran peranan tersebut
mengalami peningkatan menjadi 0,0048% dengan nilai nominal DBH
CHT sebesar Rp3.329.480.000,- dari total penerimaan daerah
Rp692.871.252.526,-. Tahun Ketiga penganggaran DBH CHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menurun menjadi 0,0035% sebesar Rp2.913.664.000,- dari Pendapatan
Surakarta Rp817.108.827.816,-.
Penurunan penerimaan alokasi dana DBH CHT disebabkan adanya
kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang ditetapkan dalam PMK
No.181/PMK.011/2009 serta pembatasan dalam perolehan pita cukai
bagi setiap IHT untuk menjalankan proses pengolahan tembakau
menjadi hasil tembakau (rokok). IHT tersebut memproduksi rokok
namun pita cukai dibatasi penggunaannya dan berbeda jenis pita cukai
antara satu IHT dengan IHT lainnya. Tahun 2010 IHT dituntut untuk
menargetkan hasil produksinya dan membeli pita cukai tersebut sesuai
dengan target produksi rokok. Apabila dalam proses pengolahan rokok
pita cukai sudah habis dan rokok yang diproduksi melebihi pita cukai
yang dibeli maka rokok tersebut tidak diijinkan beredar, karena rokok
tersebut illegal tanpa adanya pita cukai yang melekat. Pita Cukai hanya
dapat diperoleh setelah masa tertentu sesuai dengan peraturan kantor
cukai setempat.
Kebijakan pembatasan cukai tersebut dilaksanakan guna menekan
penggunaan rokok illegal dan dampak rokok pada masyarakat umum,
dan berbanding terbalik dengan penerimaan Negara atas cukai yang
disetor oleh IHT karena semakin terbatasnya pita cukai maka semakin
sedikit jumlah cukai yang dibayarkan kepada Negara.
Pengalokasian DBH CHT selama tiga tahun terakhir mengalami
kenaikan dan penurunan tergantung kebijakan yang ditetapkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
provinsi dan menteri keuangan sebagai pusat kebijakan. Anggaran dan
realisasi penerimaan DBH CHT dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel II.2 Anggaran dan Realisasi DBH CHT 2008-2010
Kota Surakarta t.a ANGGARAN REALISASI SISA KENAIKAN
(PENURUNAN) REALISASI
(%) 2008 1.158.259.124 257.940.125 900.318.999 - 22.27 2009 3.329.480.000 3.120.821.175 208.658.825 2.171.220.876 93.73 2010 2.913.664.000 2.520.380.500 393.283.500 (415.816.000) 86.50 Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, Tahun 2008 masih mengalami
kesulitan terbukti hanya 22,27% realisasi dari anggaran yang
dianggarkan. SILPA tahun 2008 dianggarkan kembali pada tahun
2009, sehingga jumlah anggaran pada tahun 2009 menjadi
Rp3.329.480.000,- dan terealisasi sebesar Rp3.120.821.175,- atau
sebesar 93,73 %. Pada tahun 2010 dana yang dianggarkan menurun
disebabkan oleh kenaikan tarif cukai hasil tembakau serta pembatasan
perolehan pita cukai bagi IHT, anggaran dana tersebut menjadi
Rp2.913.664.000,- dan terealisasi sebesar 86,50% atau sebesar
Rp2.520.380.500,-. SILPA tahun 2009 dan tahun 2010 dianggarkan
kembali pada tahun 2011 dan masih berjalan dalam proses alokasi
a. Alokasi DBH CHT tahun 2008 Kota Surakarta
Penggunaan alokasi dana DBH CHT disalurkan kepada setiap
SKPD sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan dan
penggunaannya untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau,
pembinaan industri, pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai
dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Penggunaan alokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
DBH CHT di kota Surakarta hingga ke SKPD pelaksana pada
tahun 2008 dapat dilihat dalam penjelasan berikut :
Tabel II.3 Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2008
Kota Surakarta
Program Anggaran Realisasi Sisa Pencapaian Kinerja (%)
SKPD
Sosialisasi ketentuan di
Bidang Cukai
100.000.000 100.000.000 0 100,00 Hukum HAM 208.647.499 28.750.000 179.897.499 13,78 Disperindag 474.611.625 74.611.625 400.000.000 15,72 Diskominfo 783.259.124 203.361.625 579.897.499 25,96
Pemberantasan
BKC illegal
Total
375.000.000
1.158.259.124
54.578.500
257.940.125
320.421.500
900.318.999
14,55
22,27
Satpol PP
Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Data diatas menjelaskan, Bagian Hukum dan HAM
menggunakan dana atas alokasi DBHCHT untuk Fasilitasi
sosialisai Perundang-undangan di bidang cukai pencapaian kinerja
sebesar 100% atau sebesar Rp100.000.000,-. Dinas Perindustrian
dan Perdagangan digunakan dalam penyediaan sarana informasi
yang dapat diakses masyarakat keterkaitannya dengan informasi
yang diberikan kepada IHT sebagai penghasil cukai hasil
tembakau, terealisasi sebesar 13,78% dengan nominal
Rp28.750.000,- dana tersebut digunakan untuk pengadaan
peralatan pelengkap sarana program inkubasi teknologi solo
technopark. Dinas Komunikasi dan Informatika menganggarkan
dana tersebut untuk Jasa cetak buku sosialisasi aturan cukai dan
pembuatan video cukai terealisasi sebesar Rp74.611.625,- dari
anggaran Rp474.611.625,- atau terealisasi sebesar 15,72%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kerjasama pengembangan kemampuan aparat Polisi Pamong Praja
dengan TNI/POLRI dan kejaksaan dianggarkan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja dengan dana DBH CHT Rp54.578.500,- dan tersisa
Rp320.421.500,- atau terealisasi sebesar 14,55% dari anggaran.
Dari seluruh program dan kegiatan SKPD tahun 2008 tersisa
Rp900.318.999,- dari total anggaran sebesar Rp1.158.259.124,-
Dana SILPA DBH CHT 2008 dianggarkan kembali dalam APBD
Tahun Anggaran 2009 untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
b. Alokasi DBH CHT tahun 2009 Kota Surakarta
Pada tahun 2009 atau tahun kedua penganggaran, DBH CHT
mengalami peningkatan sebesar Rp2.171.220.876,- menjadi
Rp3.329.480.000 dan dialokasikan ke 12 (dua belas) Satuan Kerja
Pemerintah Dareah (SKPD) pelaksana kota Surakarta. Dalam
Program peningkatan kualitas bahan baku kota Surakarta tidak
menjalankan kegiatan tersebut karena kota Surakarta bukan sebagai
penghasil bahan baku pengadaan bahan industri tembakau. Bahan
baku yang digunakan di solo masih dikirim dari Kudus,
Temanggung dan kota penghasil tembakau lainnya.
Berikut akan dijelaskan dalam tabel alokasi penggunaan
DBHCHT pada tahun 2009 oleh 12 (dua belas) Satuan Kerja
Pemerintah Dareah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel II.4 Penggunaan DBH CHT Tahun Anggaran 2009
Kota Surakarta
PROGRAM ANGGARAN REALISASI SISA Pencapaian Kinerja (%)
SKPD
Peningkatan
Kualitas Bahan Baku
0 0 0 0
Pembinaan Industri
100.000.000 93.165.000 6.835.000 93.17 Disperindag 100.000.000 93.830.000 6.170.000 93.83 Disperindag 100.000.000 97.390.000 2.610.000 97.39 Dinsosnaker 300.000.000 284.385.400 15.614.600 94.80
Pembinaan Lingkungan
Sosial
2.362.500.000 2.244.375.000 118.125.000 95.00 DPPKA 75.000.000 73.769.900 1.230.100 98.36 Bappeda 70.000.000 69.193.000 807.000 98.85 Dinkes
160.000.000 105.375.000 54.625.000 65.86 Dinkes 12.000.000 2.899.000 9.101.000 24.16 Dinkes 60.000.000 55.451.500 4.548.500 92.42 BLH
2.739.500.000 2.551.063.400 188.436.600 93.12
Sosialisasi
Ketentuan di Bidang Cukai
30.000.000 30.000.000 0 100.00 Adm. Pem 30.000.000 30.000.000 0 100.00 Hukum HAM 25.000.000 24.545.000 455.000 98.18 Diskominfo 30.000.000 30.000.000 0 100.00 Dispora
124.980.000 124.827.375 152.625 99.88 Adm. Eko 239.980.000 239.372.375 607.625 99.75
Pemberantasan
BKC ilegal 50.000.000 46.000.000 4.000.000 92.00 Satpol PP
Total 3329.480.000 3.120.821.175 208.658.825 93.73 Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Data tabel menunjukkan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
menggunakan anggaran dana tersebut pendataan IHT di kota
Surakarta yaitu PT. Kerbau, PT. Mina Padi dan PT Kerbau serta
bantuan dan latihan klaster industri dana yang dibutuhkan sebesar
Rp186.995.000,- untuk pembiayan dua kegiatan tersebut atau
sebesar 93,5% pencapaian kinerja dari Rp200.000.000,- yang
dianggarkan. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
melakukan pelatihan kerja dan terealisasi sebesar Rp97.390.000,-
atau sebesar 97,39% dari anggaran Rp100.000.000,- , kedua SKPD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka
program Pembinaan Industri dengan total realisasi
Rp284.395.000,- dengan pencapaian kinerja 93,12% dari anggaran
Rp300.000.000,-
Program Pembinaan lingkungan Sosial dilakukan oleh empat
SKPD dengan pencapaian kinerja sebesar 93,13% dan biaya
Rp2.551.063.000,- dari Rp2.739.500,- anggaran. Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset mengalokasikan dana DBHCHT
untuk Hibah penguatan ekonomi masyarakat dengan penggunaan
dana sebesar Rp2.244.375.000,- dari anggaran Rp2.362.500.000,-
atau pencapaian kinerja sebesar 95%. Badan Pengawas Daerah
melakukan perencanaan atas dana alokasi DBHCHT untuk tahun
berikutnya memerlukan dana sebesar Rp73.769.900,- atau 98,36%
dari anggaran Rp75.000.000,-. Pembuatan smoking area,
pengadaan alat bantu uji paru-paru, pemeriksaan kesehatan kerja
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan pengeluaran
Rp177.467.000,- dari anggaran Rp242.000.000,- atau 62,95%
pencapaian kinerja. Pelatihan composting oleh Badan Lingkungan
Hidup dalam program pembinaan sosial atas dampak negatif
adanya industri tembakau tercapai 92,42% kinerjanya dengan biaya
Rp55.451.000,- dari Rp60.000.000,- anggaran.
Sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilakukan dengan cara
sosialisasi aparatur, masyarakat dan pelajar oleh Bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
administrasi Pemerintahan, Bagian Hukum HAM serta Dinas
Pendidikan dan Olahraga telah terealisasi 100% dengan anggaran
Rp90.000.000,- Dinas Komunikasi dan Informasi telah melakukan
pengembangan komunikasi, informasi, dan media massa dalam
sosialisasi cukai dengan biaya Rp24.545.000,- dari anggaran
Rp25.000.000, Bagian Administrasi Perekonomian menggunakan
dana sebesar Rp124.827.375,- dari Rp124.980.000,- untuk
kesekretariatan. Program ini telah melakukan pencapaian kinerja
sebesar 9,75% dari anggaran Rp239.980.000,- dengan total
pengeluaran dari lima SKPD sebesar Rp239.372.375,-
Program Pemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal dilakukan
oleh Satuan pamong Praja. Pemberantasan cukai illegal oleh satuan
pamong praja bertujuan untuk meningkatkan keamanan lingkungan
adanya cukai illegal, termasuk rokok tanpa pita cukai tercapai 92%
pencapaian kinerja dengan pengeluaran sebesar Rp46.000.000,-
dari anggaran Rp50.000.000,-
c. Alokasi DBH CHT tahun 2010 Kota Surakarta
Tahun Ketiga penganggaran yaitu tahun 2010 mengalami
penurunan jumlah alokasi DBHCHT sebesar Rp415.816.000,-
Sehingga anggaran DBHCHT menjadi Rp2.913.664.000,-
Penurunan tersebut disebabkan karena adanya kenaikan tarif cukai
hasil tembakau yang sesuai PMK No.181/PMK.011/2009 serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pembatasan perolehan pita cukai bagi IHT untuk menjalankan
proses pengolahan tembakau menjadi hasil tembakau.
Kebijakan pembatasan cukai tersebut dilaksanakan guna
menekan penggunaan rokok illegal dan dampak rokok pada
masyarakat umum, dan berbanding terbalik dengan penerimaan
Negara atas cukai yang disetor oleh IHT karena semakin
terbatasnya pita cukai maka semakin sedikit jumlah cukai yang
dibayarkan kepada Negara.
Tarif cukai yang naik menjadi beban bagi IHT karena dengan
bertambahnya tarif tersebut IHT harus dapat merencanakan hasil
produksi untuk proses produksi ke depan. Dari hasil wawancara
penulis dengan pemilik IHT di Surakarta yaitu PT. Kerbau, PT.
Minapadi Makmur dan PT. Djitoe, pemilik IHT tidak berani
mengambil resiko dengan membeli stock pita cukai berlebihan
karena belum tentu penjualan pada tahun tersebut sama besarnya
dengan pita cukai yang dibeli. Begitu pun sebaliknya, apabila IHT
membeli pita cukai dibawah produksi rokok, rokok tersebut tidak
dapat diedarkan atau dijual karena tidak dilekati pita cukai,
sedangkan untuk memperoleh pita cukai hanya pada masa tertentu
sesuai dengan peraturan kantor cukai setempat dan pita cukai
antara IHT satu dengan IHT lain berbeda (brand/merk pita cukai
berbeda-beda).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
IHT belum dapat menempatkan kedua kebijakan baru tersebut
yaitu pembatasan pita cukai dan kenaikan tarif cukai karena faktor
resiko yang akan ditanggung dan efisiensi dana yang dikeluarkan
atas cukai yang disetor terhadap pembelian pita cukai. Berikut akan
disajikan tabel penggunaan DBHCHT tahun 2010 di kota Surakarta
yang dianggarkan dan dilaksanakan oleh 10 (sepuluh) Satuan Kerja
Pemerintah Daerah.
Tabel II.5 Penggunaan DBH CHT TahunAnggaran 2010
Kota Surakarta
PROGRAM ANGGARAN REALISASI SISA Pencapaian Kinerja (%)
SKPD
Peningkatan Kualitas
Bahan Baku
0 0 0 0
Pembinaan Industri
50.000.000 93.165.000 2.057.000 95.89 Disperindag 50.000.000 93.830.000 11.631.000 76.74 Dinsosnaker
1.447.200.000 97.390.000 277.000.000 80.86 DPPKA 131.464.000 129.085.500 2.378.500 98.19 Bag. Eko
1.678.664.000
1.385.597.500 293.066.500 82.54
Pembinaan Lingkungan
Sosial
600.000.000 563.997.300 3.002.700 94.00 Dinkes 75.000.000 74.764.000 236.000 99.69 Dinkes 50.000.000 9.539.500 40.460.500 19.08 Dinkes 60.000.000 55.800.000 4.200.000 93.00 BLH 75.000.000 70.624.700 4.375.300 94.17 Bapeda
860.000.000
774.725.500 85.274.500 90.08
Sosialisasi
Ketentuan di Bidang Cukai
75.000.000 73.572.000 1.428.000 98.10 Diskominfo 150.000.000 139.465.000 10.535.000 92.98 Hukum HAM 150.000.000 147.020.000 2.979.500 98.01 Bag. Eko 375.000.000
360.057.000 14.942.500 96.60
Pemberantasan BKC ilegal
0 0 0 0
Total 2.913.664.000 2.520.380.500 393.283.500 86.50 Sumber : Administrasi Perekonomian kota Surakarta
Dari data tabel dijelaskan, Program peningkatan kualitas bahan
baku masih belum dilakukan oleh kota Surakarta karena kota
Surakarta belum menjadi kota penghasil bahan baku pengadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
bahan industri tembakau. Pemberantasan barang Kena Cukai
illegal tidak dianggarkan pada tahun ini karena proses pengolahan
hasil tembakau oleh IHT di kota Surakarta telah sesuai dengan
ketetapan dan peraturan daerah.
Program Pembinaan Industri dilakukan oleh Dinas
Perindustrian Perdagangan dengan fasilitasi pengembangan
incubator tehnologi dan bisnis, dana yang dianggarkan sebesar
Rp50.000.000,- dan terealisasi Rp47.943.000,- atau 95,89%
pencapaian kinerja. Rekuitmen pelatihan tenaga kerja dilaksanakan
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan biaya
Rp38.369.000,- dan pecapaian kerja 76,74% dari anggaran
Rp50.000.000,-, Penguatan ekonomi masyarakat dilakukan
kembali oleh DPPKA dengan pencapaian kerja 80,86% dari
anggaran Rp1.447.200.000,- dan terealisasi Rp1.170.200.000,-.
Pengembangan klaster bisnis dilakukan oleh Bagian perekonomian
dengan anggaran Rp131.464.000,- dan pengeluaran biaya yang
digunakan sebesar Rp129.085.500,- atau 98,19% pencapaian
kinerja. Program Pembinaan Industri membutuhkan dana
Rp1.385.597.500,- dari anggaran Rp1.678.664.000,- dan masih
tersisa Rp293.066.500,-
Pembinaan lingkungan sosial memerlukan dana
Rp774.725.500,- dan tersisa Rp85.274.500,- dari anggaran
Rp860.000.000,- dilakukan oleh Dinas kesehatan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pengadaan mobil klinik, pembuatan smoking area, dan bantuan
pengobatan dengan biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp138.300.800,- dari Rp725.000.000,- anggaran. Badan
Lingkungan hidup melakukan pelatihan dan supervisi composting
dengan pencapaian kinerja 93% dari anggaran Rp60.000.000,-
serta kajian perokok aktif/pasif di kawasan bisnis oleh Badan
Pengawas Daerah dengan dana Rp70.624.700,- atau 94,17% dari
Rp75.000.000,- anggaran.
Program sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilakukan
oleh 3 (tiga) SKPD dengan biaya Rp360.057.500,- tersisa
Rp14.942.500,- dari anggaran Rp375.000.000,- Penyusunan
raperda cukai dilaksanakan Bagian Hukum HAM dengan
pencapaian kinerja 92,98% dari anggaran Rp150.000.000,- atau
terealisasi Rp139.465.000,- Monitoring evaluasi penggunaan
DBHCHT dianggarkan kepada SKPD pelaksana Bagian
perekonomian dengan anggaran Rp150.000.000,- dan terealisasi
98,01% pencapaian kinerja atau Rp147.020.500,-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB III
TEMUAN
Setelah penulis melakukan penelitian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penerimaan dari DBH CHT, penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan
kelemahan yang ditemukan terkait dengan hal tersebut. Adapun kelebihan dan
kelemahan yang ditemukan penulis adalah sebagai berikut:
A. KELEBIHAN
1) Kota Surakarta melakukan alokasi DBH CHT menggunakan
mekanisme seperti dalam ketetapan PMK No.20/PMK.07/2009. Dana
tersebut digunakan untuk kegiatan pembinaan industri, pembinaan sosial,
sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai ilegal di
kota Surakarta. Dana dimanfaatkan oleh SKPD pelaksana dengan rata-rata
pencapaian kinerja yang baik yakni sebesar 93,73% pada tahun kedua
penganggaran tahun 2009 serta 86,50% pada tahun ketiga penganggaran
tahun 2010.
2) Pemerintah kota Surakarta telah menjalankan program pengembangan
inkubator teknologi dan bisnis dalam kegiatan pembinaan industri, sebagai
arahan untuk pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja dalam rangka
alih profesi tenaga kerja industri tembakau akibat dampak kenaikan tarif
cukai, serta pembuatan smoking area sebagai dampak negatif industri
tembakau di kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. KELEMAHAN
1) Penggunaan alokasi DBH CHT dalam program kegiatan pembinaan
industri di Kota Surakarta belum sepenuhnya dinikmati oleh beberapa
industri, termasuk industri hasil tembakau di kota Surakarta. Pemerintah
kota Surakarta belum menganggarkan sebagian dananya untuk keperluan
pengembangan industri tembakau melalui SKPD pelaksana, dalam hal ini
adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
2) Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi dan Bisnis ditujukan untuk
tenaga kerja dan anggota keluarga IHT kota Surakarta sebagai alih profesi
tenaga kerja industri tembakau terhadap terbatasnya kesempatan kerja di
indusri rokok kecil (golongan III) karena kebijakan kenaikan tarif cukai,
namun pada pelaksanaannya program Fasilitasi Pengembangan Inkubator
dan Bisnis terkendala, karena tenaga kerja IHT cenderung lebih banyak
berasal dari luar Surakarta.
3) Pemerintah kota Surakarta belum menindak tegas pengguna rokok
(perokok aktif) di tempat umum, hal ini menunjukkan bahwa pembuatan
smoking area belum sepenuhnya disosialisasikan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya
yang berhubungan dengan alokasi DBHCHT di kota Surakarta, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Mekanisme yang dilakukan kota Surakarta dalam pengalokasian DBH
CHT di Kota Surakarta telah sesuai dengan PMK No.20/PMK.07/2009,
dana tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan pembinaan industri,
pembinaan sosial, sosialisasi di bidang cukai dan pemberantasan barang
kena cukai ilegal di kota Surakarta.
2) Alokasi dana DBH CHT yang diterima kota Surakarta pada tahun 2008
sebesar Rp1.158.259.124,- tahun kedua penganggaran yaitu tahun 2009,
dana yang diterima sebesar Rp3.329.480.000,- SILPA yang tersisa pada
tahun 2008 sebesar Rp900.318.999,- diakumulasikan kembali di tahun
anggaran 2009. DBH CHT yang diterima pada tahun 2010 adalah
Rp2.913.664.000,- SILPA anggaran tahun 2009 dan tahun 2010, masing-
masing sebesar Rp 208.658.825,- dan Rp393.283.500,- dianggarkan
kembali pada tahun 2011 dan masih dalam proses pelaksanaan.
Pengalokasian dana DBH CHT ke setiap SKPD kota Surakarta sudah tepat
sasaran dan tepat guna dilihat dari pencapaian kinerja SKPD yang baik
dalam program kinerja tiap tahun anggaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. SARAN
Meninjau dari kendala-kendala yang masih dialami oleh Pemerintah Kota
Surakarta terkait dengan alokasi DBH CHT di kota Surakarta, penulis
berusaha memberikan masukan ataupun saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Surakarta agar lebih memperhatikan nasib IHT kota
Surakarta, karena IHT kota Surakarta termasuk Industri Rokok Kecil dan
merupakan bagian dalam prioritas bantuan peralatan yang diberikan
kepada IKM (Industri Kecil Menengah) oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Bantuan Peralatan yang sederhana melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan sebagai SKPD (Satuan Kerja Pemerintah
Daerah) pelaksana di bidang perindustrian sangat diperlukan agar tercipta
hubungan timbal balik yang baik antara pemerintah kota sebagai penerima
alokasi DBH CHT atas cukai tembakau yang disetorkan oleh IHT kota
Surakarta.
2. Memberikan penyuluhan dan pelatihan khusus secara rutin melalui SKPD
pemerintah kota Surakarta yaitu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
secara langsung kepada tenaga kerja IHT, tanpa terpaku pada program
Fasilitasi Pengembangan Inkubator Teknologi Bisnis dan tanpa batasan
kependudukan.
3. Pemerintah kota diharapkan membuat dan mensosialisasikan Perda yang
mengatur secara spesifisik perokok aktif diperkenankan merokok dan
sanksi apabila Perda tersebut dilanggar.
top related