diagnosis epid perilaku leptospirosis

Post on 23-Oct-2015

21 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Cara mendiagnosis penyakit

TRANSCRIPT

NAMA : YUSRIANI

NIM : 210240032

EPIDEMIOLOGI

DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI PERILAKU

PENYAKIT LEPTOSPIROSIS

A. Pengertian

Leptospirosis termasuk penyakit menular zoonosis disebabkan oleh

Leptospira interogans, golongan spirochaeta yang dapat ditularkan dari

hewan ke manusia. Leptospirosis merupakan zoonosis yang paling tersebar

luas di dunia. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh

Adolf Weil dengan gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta

pembesaran hati dan limpa. Penyakit dengan gejala tersebut oleh Goldsmith

(1887) disebut sebagai “Weil’s Disease”. Pada tahun 1915 Inada berhasil

membuktikan bahwa Weil’s Disease disebabkan oleh bakteri Leptospira

icterohemorrhagiae. Sejak itu beberapa jenis leptospira dapat diisolasi

dengan baik dari manusia maupun hewan.

Infeksi pada manusia dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu kontak

dengan air, tanah, dan lumpur yang tercemar bakteri, kontak dengan organ,

darah, dan urin hewan yang terinfeksi, serta mengonsumsi makanan yang

terkontaminasi.

B. Diagnosis Epidemiologi Perilaku Penyakit Leptospirosis1. Membedakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh faktor perilaku

dan non perilaku.

a. Penyebab Perilaku

1) Kebersihan pribadi yang buruk

2) Kebiasaan mandi/mencuci di sungai

3) Berjalan tanpa alas kaki di luar rumah

4) Memelihara binatang

5) Keberadaan sampah dalam rumah

6) Kondisi TPS yang buruk

7) Tidak ada penyuluhan

b. Penyebab Non Perilaku

1) Cuaca, biasanya pada iklim tropis-basah (musim hujan)

2) Pekerjaan ( Peternak, petugas pemotong hewan, dll)

3) Jenis Kelamin, Laki-laki mempunyai resiko yang tinggi terpapar

penyakit leptospirosis

4) Makanan yang terkontaminasi

2. Mengembangkan faktor perilaku yang telah tersedia.

a. Faktor resiko yang dapat dicegah

1) Menjaga kebersihan pribadi dengan mandi secara teratur, dan

senantiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,

menggunakan alat pelindung diri saat kontak dengan hewan, serta

membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2) Tidak mandi/mencuci di sungai, karena sungai menjadi media

penularan penyakit leptospirosis

3) Menggunakan alas kaki jika berjalan di luar rumah

4) Tidak memelihara binatang atau menjaga kebersihan binatang

peliharaan.

5) Membiasakan membersihakan rumah dan lingkungan sekitar dari

sampah yang berserakah.

6) Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah yang dapat

menjadi tempat bersarangnya tikus pembawa leptospira.

7) Petugas kesehatan setempat senantiasa melakukan penyuluhan

kepada masyarakat mengenai penyakit leptospirosis.

b. Faktor resiko yang tidak dapat dicegah

1) Cuaca/iklim, letospirosis biasanya banyak terjadi pada musim

penghujan dimana terdapat genangan air yang terkontaminasi

dengan urin, tinja hewan pengerat seperti tikus yang terjangkit

virus letospira.

2) Pekerjaan, pekerja seperti peternak, pekerja pemotong daging,

dokter hewan, dll beresiko lebih tinggi terkena leptospirosis.

3) Jenis kelamin, Laki-laki mempunyai resiko yang tinggi terpapar

penyakit leptospirosis.

4) Makanan yang terkontaminasi oleh leptospira.

3. Tingkatan perilaku dalam terminologi kepentingan

Peringkat perilaku berdasarkan nilai Odd Ratio (OR) berdasarkan

penelitian “Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Leptospirosis (Studi Kasus di Kabupaten Demak)” oleh Agus Priyanto,

dkk.

No Faktor Resiko Perilaku Nilai OR

1. Kebersihan pribadi yang buruk 7,42

2. Kebiasaan mandi/mencuci di sungai 5,21

3. Berjalan tanpa alas kaki di luar rumah 4,66

4. Memelihara binatang 1,18

5. Keberadaan sampah dalam rumah 8,46

6. Kondisi TPS yang buruk 0,89

7. Tidak ada penyuluhan 4,95

4. Tingkatan perilaku dalam terminologi perubahan.

a. Masih dalam perkembangan : yaitu tidak ada penyuluhan, sehingga

dapat dicegah dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat.

b. Hanya terikat dangkal dengan pola budaya: dengan berkembangnya

teknologi dan pembangunan sehingga mengurangi lahan masyarakat

untuk memperoleh air bersih sehingga cenderung memilih untuk

mandi/mencuci di sungai.

c. Berhasil dirubah dalam program ini : kesadaran masyarakan akan

pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dengan memperhatikan

kebersihan pribadi dan lingkungan.

5. Memilih target perilaku

Penting Tidak Penting

Dapat Diubah

Program intervensi

1. Keberadaan sampah

dalam rumah

2. Kebersihan pribadi yang

buruk

3. Tidak ada penyuluhan

Untuk tujuan politik

1. Memelihara

Binatang

2. Berjalan tanpa alas

kaki di luar rumah

3. Kondisi TPS yang

buruk

Tidak Dapat

Diubah

Untuk inovatif

1. Pekerjaan

2. Jenis Kelamin

3. Makanan yang

terkontaminasi

Budaya

1. Cuaca/iklim

top related