diabetes mellitus-a periodontal perspective
Post on 24-Jul-2015
80 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Diabetes Mellitus-Perspektif periodontal
Dr. Aruna Balasundaram*, Dr. Deepa Ponnaiyan**, Dr. Harinath Parthasarathy
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan gangguan toleransi
glukosa dan metabolisme karbohidrat dan lemak. Insiden Diabetes mellitus meningkat pada
penduduk India dan diperkirakan oleh WHO sebanyak 37 juta penderita diabetes pada tahun
2025. Hal ini penting untuk seorang dokter gigi sebagaimana telah dibuktikan dari penelitian
klinis yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara diabetes dan penyakit periodontal.
Periodontitis juga disebut sebagai komplikasi keenam dari diabetes. Saat ini, artikel sedang
membahas kriteria diagnostik klinis dan implikasi periodontal dari diabetes dan hubungan antara
periodontitis dan diabetes mellitus.
Penanganan periodontal memiliki efek yang menguntungkan dalam kontrol kadar gula
darah. Jadi, pentingnya menjaga kesehatan periodontal pada pasien diabetes.
Kata Kunci: Diabetes, Prediabetik, Gangguan toleransi glukosa, Resistensi insulin.
PENDAHULUAN
Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi multifaktorial yang disebabkan oleh
sekelompok bakteri anaerobik pada permukaan gigi sebagai biofilm. Lipopolisakarida dan zat-
zat mikroba lainnya memperoleh akses ke jaringan ginggiva, memulai dan menyebabkan
inflamasi, peningkatan sitokin pro-inflamasi, yang menyebabkan kerusakan struktur gigi.
Perkembangan dan tingkat keparahan periodontitis bergantung pada bakteri dan respon imun
tubuh.
Beberapa faktor risiko berperan penting dalam perkembangan periodontitis seperti usia,
bakteri, penggunaan tembakau, faktor-faktor genetik, penyakit yang sudah ada, yang
mempengaruhi mekanisme respon tubuh. Gangguan sistemik dan kondisi tertentu mengubah
fisiologi jaringan tubuh, yang dapat mengganggu barier tubuh dan pertahanan terhadap infeksi
periodontal yang akhirnya mengakibatkan kerusakan yang lebih banyak.
Pada tahun 1900, William Hunter, seorang dokter Inggris memberikan teori “Fokus
infeksi” bahwa ada sarang infeksi, di bagian tubuh mana saja, seperti periodontitis, yang
mempengaruhi organ lainnya melalui aliran darah. Ilmu terbaru menunjukkan bahwa infeksi
periodontal dapat mempengaruhi kesehatan secara sistemik dengan manifestasi seperti penyakit
jantung koroner, strok, diabetes, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, gangguan
pernapasan.
Di antara berbagai penyakit hormonal, Diabetes mellitus adalah penyakit yang sangat
penting dari sudut pandang periodontal. Peningkatan prevalensi dan tingkat keparahan
periodontitits, sering terlihat pada pasien-pasien diabetes, terutama dengan kontrol metabolik
yang buruk menyebabkan periodontitis sebagai komplikasi keenam dari Diabetes mellitus.
Jumlah orang dengan diabetes mellitus tipe 2 meningkat di India karena peningkatan
populasi dengan obesitas yang sangat berhubungan dengan perubahan yang cepat dalam gaya
hidup kita seperti peningkatan konsumsi gula dan lemak.
Periodontitis pada umumnya dijumpai pada pasien diabetes. Periodontitis disebabkan
gangguan toleransi glukosa, keadaan prediabetik yang lebih berisiko tinggi untuk terjadinya
diabetes.
Selain itu, keberhasilan pengobatan memiliki peran yang bermanfaat dalam mengontrol
diabetes mellitus tipe 2, yang menunjukkan bahwa diabetes mellitus tidak hanya mempengaruhi
penyakit periodontal, tetapi penyakit periodontal secara timbal balik mempengaruhi penyakit
lainnya. Penanganan infeksi periodontal dipengaruhi kadar gula darah terkontrol yang juga
menurunkan kejadian komplikasi diabetes.
EPIDEMIOLOGI
Saat ini, World Health Organization (WHO) mengakui bahwa India memiliki jumlah
pasien diabetes tertinggi daripada negara lainnya (sekitar 35 juta orang). Hal ini diperkirakan
meningkat menjadi 57 juta orang pada tahun 2025. India adalah “Diabetic Capital of the World”.
Sejak tahun 1975, prevalensi diabetes mellitus meningkat pada penduduk desa di India.
Prevalensi meningkat dari 0,6% pada tahun 1975 dan menjadi 2,4% pada tahun 1995. Meskipun
kejadian diabetes dalam populasi Asia dikenal, studi epidemiologi telah dilakukan sejauh ini.
Terjadinya kematian pada penderita diabetes di India didominasi oleh infeksi dan gagal
ginjal, yang penyebabnya berbeda dari negara berkembang lainnya, di mana penyakit arteri
koroner dan penyakit serebrovaskular adalah penyebab utama kematian.
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas di negara-negara berkembang seperti India
dapat dihubungkan dengan kurangnya kesadaran dan akses perawatan medis di daerah pedesaan.
DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik yang terdiri dari sekumpulan gejala klinis
dan genetik heterogen yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa dalam darah.
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 2
Diabetes Gestational
Diabetes tipe lain
Kelainan genetik pada fungsi sel beta pankreas, kerja insulin.
Kelainan genetik pada kerja insulin
Penyakit pankreas atau luka
Infeksi (Cytomegalo virus, rubella)
Induksi obat (Glukokortikoid)
Kelainan endokrin
Sindrom genetik lain
DIABETES TIPE 1
Adalah Insulin Dependent Diabetes Mellitus, yang disebabkan oleh rusaknya beta sel
pankreas yang memproduksi insulin akibat autoimun atau virus yang terlibat dalam proses
destruksi, yang pada akhirnya mengakibatkan defisiensi insulin. Hal ini terjadi pada usia muda <
30 tahun, tubuh yang kurus, dan angka kejadian berkisar 10% dari semua kasus Diabetes
mellitus.
DIABETES TIPE 2
Adalah Non Insulin Dependent Diabetes mellitus yang disebabkan oleh resistensi insulin,
gangguan sekresi insulin, dan meningkatnya produksi glukosa di hati. Ini adalah tipe diabetes
paling umum, sekitar 90-95% dari semua kasus dengan onset dewasa muda. Pasien diabetes
ditangani dengan cara modifikasi diet, yang dikombinasikan dengan obat anti diabetes, meskipun
insulin dapat digunakan untuk mencapai kadar gula darah terkontrol.
DIABETES GESTATIONAL
Hal ini terjadi akibat intoleransi glukosa yang dimulai selama trimester ke-3 kehamilan.
Diabetes gestational dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya diabetes tipe II.
TANDA DAN GEJALA
Secara umum
Pada umumnya, tanda-tanda dan gejala hiperglikemia mencakup polyuria, polydypsia,
polyphagia disertai pruritis, kelemahan, dan kelelahan.
Oral
Mulut terbakar, penyembuhan luka yang lama, meningkatnya kejadian infeksi
Xerostomia, permukaan mukosa kering
Meningkatnya insiden kandidiasis oral dan karies gigi
Meningkatnya inflamasi ginggiva
Kecenderungan ginggiva membesar, polip ginggiva dan abses periodontal
Meningkatkan risiko keroposnya tulang alveolar
Diabetes mellitus tidak menyebabkan ginggivitis atau periodontitis, tetapi terjadi
perubahan respon jaringan periodontal melalui terganggunya respon tubuh, pelepasan sitokin,
pro-inflamasi yang berlebihan dan jaringan yang mendegradasi enzim-enzim.
KOMPLIKASI
Lima komplikasi “klasik”
Retinopati
Nefropati
Neuropati
Makrovaskular
o Serebrovaskular
o Kardiovaskular
o Vaskular perifer
Penyembuhan luka yang lama
Komplikasi keenam
Penyakit periodontal
KOMPLIKASI AKUT DIABETES MELLITUS
Hipoglikemia
Keatoasidosis diabetikum
Hiperosmolar hiperglikemik
Hipoglikemia
Keadaan emergensi yang kemungkinan terjadi di praktek dokter gigi adalah hipoglikemia
atau syok insulin yang dapat dihasilkan dengan latihan, stres, dosis insulin yang berlebihan.
Hipoglikemia berat adalah suatu keadaan yang mengancam kehidupan dan harus segera
ditangani. Tanda-tanda dan gejala hipoglikemia terjadi bila kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Tanda-tanda dan gejala hipoglikemia antara lain rasa kebingungan, hoyong, tremor,
agitasi, kecemasan, diaphoresis, pusing, takikardia, kejang, kehilangan kesadaran.
PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
Bila pasien sadar dan mampu makan dengan mulut, berikan 15-20 g karbohidrat
Jus buah (140-200ml) atau
3-4 sdt gula atau
Permen
Bila pasien mampu makan dengan mulut dan infus terpasang
30-40 ml dekstrosa 50% atau
1 mg glukagon
Bila pasien mampu makan dengan mulut dan infus tidak terpasang
Glukagon subkutaneus i.m.
Krisis Hiperglikemia
Hal ini jarang terjadi di praktek dokter gigi. Ketoasidosis diabetikum memiliki
karakteristik yang mirip dengan diabetes tak terkontrol. Pada pasien diabetes tipe II,
hiperglikemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan hiperosmolar diabetes non ketoasidosis,
di mana pada keduanya dapat terjadi kehilangan kesadaran bila penanganan tidak tepat. Mungkin
sulit untuk membedakan antara hipoglikemia dan hiperglikemia pada pasien diabetes yang
kehilangan kesadaran. Dalam kasus ini, penanganan harus dimulai dari hipoglikemia yang dapat
mengancam kehidupan.
Kriteria Diagnostik
Pada tahun 1998, WHO mengadopsi parameter diagnostik untuk diabetes yang dibuat
oleh American Diabetes Association. Ada tiga cara untuk mendiagnosis diabetes. Jika salah satu
kriteria ini ditemukan, harus dikonfirmasi pada hari yang berbeda.
Tabel 1 Kriteria diagnosis Diabetes mellitus berdasarkan American Diabetes Association,
Impaired Glucose Tolerance (IGT) and Impaired Fasting Glucose (IFG)
Normal Diabetes IGT IFG
KGD puasa (mg/dl) < 100 ≥ 126 100-125
KGD sewaktu
(mg/dl)
≥ 200 dengan gejala
diabetes
KGD 2 jam PP
(mg/dl) < 140 ≥ 200 ≥ 140 atau < 200
Gejala diabetes ditambah kadar glukosa darah sewaktu > 126 mg/dl (> 11,1 mmol/l).
“Sewaktu” didefinisikan sebagai setiap saat sepanjang hari tanpa memperhatikan waktu
terakhir makan. Gejala klasik diabetes termasuk polyuria, polyphagia, polydypsia dan
kehilangan berat badan
Kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl (> 7,0 mmol / l). “Puasa” didefinisikan sebagai tidak
adanya asupan kalori setidaknya selama 8 jam
KGD 2 jam PP > 200 mg/dl (> 11,1mmol/l) selama tes toleransi glukosa oral 75 gr. Tes yang
harus dilakukan dengan menggunakan beban glukosa setara dengan 75 gr glukosa yang
dilarutkan dalam air
Gangguan Toleransi Glukosa dan Gangguan Glukosa Puasa
Terdapat sebuah kelompok individu menengah di mana kadar glukosa antara normal dan
diabetes. IGT dan IFG dianggap sebagai prediabetik dan mereka memperkirakan perkembangan
Diabetes tipe II ke depan. American Diabetes Association telah membuat kriteria untuk diagnosis
Diabetes mellitus, gangguan toleransi glukosa, dan gangguan glukosa puasa.
top related