detektor radiasi dan dosis serap
Post on 03-Jul-2015
321 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Detektor Radiasi dan Dosis Serap
Mukhlis Akhadi
Awal perkenalan umat manusia dengan radiasi pengion dimulai ketika Wilhelm C. Roentgen
(1845 – 1923), fisikawan berkebangsaan Jerman, pada tahun 1895 menemukan sejenis sinar aneh
yang selanjutnya diberi nama sinar-X.
Selang satu tahun dari penemuan sinar-X tersebut, fisikawan Perancis Antonie Henry Becquerel
menemukan unsur Uranium (U) yang dapat memancarkan radiasi secara spontan. Untuk
selanjutnya bahan yang memiliki sifat seperti itu disebut bahan radioaktif.
Dua tahun kemudian, pasangan suami-istri ahli kimia berkebangsaan Perancis Marie Curie dan
Piere Curie menemukan unsur Polonium (Po) dan Radium (Ra) yang memperlihatkan gejala
yang sama seperti Uranium.
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X dan gamma
dengan dosis berlebihan segera teramati tidak lama setelah penemuan kedua jenis radiasi
tersebut. Marie Curie meninggal pada tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit
tersebut besar kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan
bahan-bahan radioaktif. Meskipun demikian, upaya perlindungan terhadap bahaya radiasi pada
saat itu belum mendapatkan perhatian yang serius.
Studi intensif efek radiasi terhadap jaringan tubuh manusia terus dilakukan oleh para ahli biologi
radiasi (radiobiologi), hingga akhirnya secara pasti diketahui bahwa radiasi tersebut dapat
menimbulkan kerusakan somatik berupa kerusakan sel-sel jaringan tubuh dan kerusakan genetik
berupa mutasi sel-sel reproduksi. Dengan demikian manusiapun menyadari bahwa radiasi dapat
memberikan ancaman terhadap kesehatan manusia yang perlu diwaspadai. Resiko kerusakan
somatik dalam bentuk munculnya penyakit kanker dialami langsung oleh orang yang sel
somatiknya terkena penyinaran. Sedang resiko dari kerusakan genetik tidak dialami oleh yang
bersangkutan, melainkan keturunan orang tersebut mempunyai peluang untuk menderita cacat
genetis.
Studi epidemilogi efek biologi dari radiasi pengion yang telah dilakukan melibatkan tidak kurang
dari dua juta orang dewasa dan anak-anak. Studi tersebut dilakukan terhadap mereka baik yang
menerima paparan radiasi dari alam di atas normal, para korban bom atom di Hiroshima dan
Nagasaki, para korban kecelakaan fasilitas nuklir (PLTN Chernobyl misalnya) termasuk mereka
yang masih di dalam kandungan sewaktu terjadi kecelakaan, serta para pekerja radiasi dan
penduduk di sekitar suatu instalasi nuklir.
Hormesis Radiasi
Data epidemilogi mengenai efek radiasi dosis rendah sebagai penyebab timbulnya kanker dan
kerusakan genetik masih minim. Di lain pihak beberapa pakar biologi radiasi dapat menunjukkan
bukti-bukti tentang adanya efek merangsang (stimulatif) akibat paparan radiasi dosis rendah
yang disebut hormesis. Fenomena hormesis ini sebenarnya sudah lama dikenal dalam ilmu obat-
obatan (farmakologi). Dalam hal ini hormesis mengandung pengertian bahwa suatu zat yang
dalam jumlah banyak bersifat racun tetapi dalam jumlah sedikit bersifat sebagai perangsang
kehidupan. Obat-obatan para prinsipnya tersebut dari bahan-bahan kimia yang bersifat racun
bagi tubuh, namun dengan pengaturan dosis yang tepat, obat-obatan justru bermanfaat bagi
tubuh. Bertitik tolak dari pengertian ini maka hormesis radiasi mengandung pengertian bahwa
radiasi dosis rendah bersifat mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kehidupan.
Hipotesa tentang adanya hormesis radiasi muncul setelah dilakukan penelitian terhadap
organisme ber-sel tunggal hingga tumbuh-tumbuhan dan binatang bersel banyak seperti
serangga, ikan dan mamalia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa paparan radiasi dosis
rendah memberikan efek perbaikan terhadap binatang maupun tumbuhan percobaan dalam
bentuk tingkat kesuburan, kesehatan, peningkatan umur rata-rata binatang percobaan,
kemampuan penyembuhan luka, kerentanan terhadap penyakit. Ketahanan terhadap infeksi dan
lain-lain.
Sementara data-data tentang adanya hormesis pada binatang percobaan cukup banyak, hormesis
radiasi terutama bagi manusia hingga kini masih menjadi ajang perdebatan bagi para pakar
biologi radiasi. Hal ini disebabkan belum lengkapnya data yang mendukung kesimpulan ke arah
sana. Meskipun demikian, data-data epidemiologi yang telah terkumpul hingga saat ini cukup
menunjukkan bahwa hormesis dapat juga terjadi pada manusia. Data epidemiologi tersebut
berupa data dari korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki dan penduduk yang tinggal pada
daerah dengan radiasi latar alamiah lebih tinggi dibandingkan dengan radiasi latar alamiah
normal, seperti penduduk di Propinsi Guangdong (RRC) dan Pantai Kerala (India).
Para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang selamat hingga kini masih terus
dipantau dan menjadi obyek penelitian oleh para ahli. Dari data yang dikumpulkan selama 24
tahun sejak tahun 1958 hingga 1982 menunjukkan bahwa sejumlah korban yang diperkirakan
menerima radiasi dengan dosis antara 0,12 – 0,36 Sievert justru tercatat tingkat kematiannya
akibat leukemia paling minim dibandingkan penduduk lain yang tidak menerima paparan radiasi
pada saat terjadi ledakan bom atom.
Dari Cina juga dilaporkan status kesehatan lebih dari 20.000 penduduk di kota Yangjang,
propinsi Guangdong. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa radiasi latar di daerah itu ternyata
tiga kali lebih tinggi dibandingkan radiasi latar daerah-daerah lainnya. Data mengenai status
kesehatan penduduk yang menempati daerah tersebut turun temurun dikumpulkan dari tahun
1972 – 1975 dan dibandingkan dengan status kesehatan penduduk daerah lain yang radiasi
latar alamiahnya normal. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa frekwensi ditemukannya
kanker ternyata lebih rendah pada penduduk di daerah radiasi latar tinggi dibandingkan dengan
penduduk di daerah dengan radiasi latar rendah. Demikian halnya dengan data yang terkumpul
dari Pantai Kerala di India. Lebih dari 130.000 penduduk tinggal di daerah ini dengan radiasi
latar alamiah 3 hingga 10 kali di atas normal. Namun harapan hidup penduduk di Kerala ternyata
10 – 15 tahun lebih panjang dari pada harapan hidup rata-rata penduduk India. Dari beberapa
data epidemiologi yang berhasil dikumpulkan inilah beberapa pakar radiobiologi menduga
adanya hormesis radiasi pada manusia.
Dengan ditemukannya fenomena hormesis ini maka saat ini ada dua anggapan yang saling
bertolak belakang tentang efek radiasi dosis rendah. Anggapan pertama mengatakan bahwa
sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan sel
sehingga memberikan peluang timbulnya kanker maupun kerusakan genetik. Anggapan pertama
ini tetap dipegang teguh oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP).
Bahkan data-data tentang adanya hormesis radiasi yang ditemukan oleh ICRP sendiri hanya
dianggapan sebagai penyimpangan dan tidak pernah dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.
Anggapan kedua mengatakan bahwa radiasi dosis rendah justru dapat memberikan efek yang
menguntungkan bagi kehidupan. Anggapan ini didasarkan pada dugaan bahwa makhluk hidup
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi pada suatu lingkungan yang dosis radiasinya lebih
tinggi dari radiasi latar alamiah. Paparan radiasi tersebut mampu merangsang fungsi-fungsi sel
dalam mengurangi kerusakan akibat paparan radiasi berikutnya, jadi ada semacam proses
imunisasi yang terjadi pada sel, dlam hal ini kerusakan sel akibat paparan radiasi akan diimbangi
bukan hanya dalam bentuk perbaikan kembali sel yang rusak melainkan juga ketahanan sel
terhadap kerusakan akibat paparan radiasi berikutnya.
Jika dugaan adanya efek hormesis dari paparan radiasi dosis rendah terhadap tubuh manusia
benar adanya, maka penerimaan radiasi dosis rendah oleh tubuh manusia tidak perlu dicemaskan,
misal dosis yang diterima karena seseorang bekerja dengan radiasi atau berada di medan radiasi.
Hasil akhir dari paparan radiasi dosis rendah ini justru menguntungkan. Artinya, radiasi pengion
ternyata tidak selalu menimbulkan efek biologi negatif bagi organisme. Namun untuk
meyakinkan kebenaran fenomena hormesis itu masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan
menyeluruh sehingga diperoleh data-data pendukung baru yang dapat memperkuat dugaan itu.
* Mukhlis Akhadi, Ahli Peneliti Utama Pada Pusat Teknologi Keselamatan Metrologi Radiasi-
BATAN
RADIASI ALAM
Sudi Ariyanto
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua menyatakan bahwa radiasi adalah pemancaran dan
perambatan gelombang yang membawa tenaga melalui ruang atau antara, misal pemancaran dan
perambatan gelombang elektromagnetik, gelombang bunyi; gelombang lenting; penyinaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa radiasi bukan hanya radiasi nuklir, tetapi juga radiasi
lain seperti gelombang radio, gelombang televisi, pancaran sinar matahari, dll.
Banyak orang beranggapan bahwa radiasi hanya terkait dengan reaktor nuklir atau bom nuklir.
Yang tidak banyak diketahui sesungguhnya adalah bahwa alam ini juga merupakan pemancar
radiasi, bahkan merupakan sumber radiasi satu-satunya bagi orang yang tidak bekerja dengan
reaktor nuklir, atau tidak terkena radiasi dari tindakan medis. Dalam hal radiasi nuklir,
ketidakstabilan atom atau inti atomlah yang menyebabkan terjadinya pancaran radiasinya.
Radiasi yang dipancarkan alam dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu radiasi kosmis,
radiasi terestrial, dan radiasi internal. Radiasi kosmik beradal dari sumber radiasi yang berada
pada benda langit dalam tata surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (sinar kosmis); dan
sumber radiasi yang berasal dari unsur radioaktif di dalam kerak bumi yang terbentuk sejak
terjadinya bumi.Radiasi internal adalah radiasi yang diterima oleh manusia dari dalam tubuh
manusia sendiri, dalam hal ini sumber radiasi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan,
minuman atau udara.
Radiasi kosmis
Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi menghasilkan tritium,
berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari guyuran radiasi ini meskipun
jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggian.
Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih
banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi
akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit lapisan udara yang dapat
bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima
radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Orang yang bepergian dengan
pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.
Di bawah ini adalah data yang diperoleh oleh satu badan internasional di bawah PBB yang
meneliti masalah efek radiasi (UNSCEAR). Laju dosis diberikan dalam mikrosievert per jam, di
mana 1 mikro sama dengan sepersejuta.
Ketinggian, (m) Laju dosis (mikrosievert/jam)
0 (permukaan
laut) 0,03
2000 0,1
4000 0,2
12000 5
20000 13
Misalnya ada seseorang bepergian dari Jakarta ke Yogyakarta menggunakan pesawat terbang
dengan waktu tempuh kira-kira 1 jam dengan ketinggian jelajah sekitar 12000 m, maka orang itu
akan memperoleh radiasi kosmis sebesar 5 mikrosievert. Batas dosis masyarakat umum adalah 5
milisievert per tahun atau 2,4 mikrosievert per jam. Jadi orang itu telah menerima radiasi lebih
dari 2 kali nilai batas. Meskipun demikian, orang ini belum tentu akan menderita kanker akibat
tambahan radiasi ini.
Radiasi terestrial
Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah Kalium-40, Rubidium-87, unsur
turunan dari Uranium-238 dan turunan Thorium-232. Besarnya radiasi dari kerak bumi ini
berbeda-beda karena konsentrasi unsur-unsur di tiap lokasi berbeda, tetapi biasanya tidak terlalu
berbeda jauh. Penelitian di Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan
bahwa kira-kira 95 persen populasi tinggal di daerah dengan tingkat radiasi rerata dari bumi
antara 0,3-0,6 milisievert per tahun (bandingkan: nilai batas dosis pekerja radiasi adalah 50
milisievert per tahun, untuk masyarakat umum 5 milisievert per tahun). Sekitar tiga persen
populasi dunia menerima dosis 1 milisievert per tahun atau lebih.
Ada beberapa tempat di dunia ini yang memiliki tingkat radiasi dari kerak bumi yang sangat
tinggi tetapi tingkat insiden orang terkena kanker rendah.
Tempat Penduduk (1985) Laju dosis keterangan
Pocos de Caldas,
Brazil
Bukit, tak
berpenghuni
~ 250
mSv/tahun -
Guarapari, Brazil Kota kecil, 12.000
orang
15 ~ 175
mSv/tahun
tiap musim panas didatangi
30.000 pelancong
Kerala & Tamil
Nadu, India ~70.000 orang
3,8 ~ 17
mSv/tahun -
Ramsar, Iran ~ Tak tercatat ~ 400
mSv/tahun -
Menurut perhitungan UNSCEAR, penduduk bumi menerima radiasi dari kerak bumi ini kira-kira
350 mikorosievert per tahun.
Radiasi internal
Manusia juga menerima pancaran radiasi dari dalam tubuhnya sendiri. Unsur radioaktif ini
kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang
diminum ataupun makanan. Unsur yang meradiasi manusia dari dalam ini kebanyakan berupa
tritium, Carbon-14, Kalium-40, Timah Hitam (Pb-210) dan Polonium-210. Radiasi internal ini
umumnya merupakan 11% total radiasi yang diterima seseorang.
Penduduk di tempat paling utara di bumi menerima radiasi internal dari Polonium-210 kira-kira
35 kali nilai rata-rata dari daging kijang yang mereka makan. Penduduk di daerah Australia Barat
yang kaya dengan uranium menerima radiasi internal kira-kira 75 kali nilai rata-rata dari daging
domba, kangguru dan offal yang mereka konsumsi.
Seseorang yang ada di dalam gedung atau rumah dapat menerima radiasi dari sumber yang ada
dalam bahan bangunan. Sumber radiasi yang terutama di sini adalah radon yang merupakan gas
turunan peluruhan Uranium-238 dan Thorium-232. Yang berbahaya dari gas radon ini adalah
anak turunannya yang akhirnya menjadi timah hitam yang stabil. Di daerah yang beriklim
dingin, konsentrasi radon di dalam rumah bisa lebih tinggi daripada di luar, akan tetapi di daerah
tropis konsentrasi di dalam maupun di luar bisa sama (karena kondisi rumah yang terbuka).
Radiasi yang diterima dari radon ini kira-kira 50% dari total radiasi yang diterima dari alam.
Radiasi dari tindakan medis
Radiasi dari tindakan medis merupakan radiasi yang berasal dari sumber buatan manusia, jadi
sesungguhnya bukan merupakan radiasi dari alam. Radiasi dari tindakan medis ini dituliskan di
sini sebagai pembanding.
Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat pemeriksaan (diagnosis) maupun
penyembuhan (terapi). Pesawat sinar-X atau Roentgen merupakan alat diagnosis yang paling
banyak dikenal dan dosis radiasi yang diterima dari roentgen ini merupakan dosis tunggal
(sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan manusia. Dalam sekali penyinaran sinar-X
ke dada, seseorang dapat menerima dosis radiasi total sejumlah 35-90 hari jumlah radiasi yang
diterima dari alam. Penyinaran sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-kira
3 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk penyembuhan kanker
nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari yang diterima dari alam.
Meskipun dosis radiasi yang diterima dari kedokteran ini cukup tinggi, orang masih mau
menerimanya karena nilai manfaatnya jauh lebih besar daripada iesikonya.
Radiasi dari reaktor nuklir
Banyak orang beranggapan bahwa tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir akan
menyebabkan terkena radiasi yang tinggi. Meskipun di dalam reaktor terdapat banyak sekali
unsur radioaktif, tetapi sistem keselamatan reaktor membuat jumlah lepasan radiasi ke
lingkungan sangat kecil. Dalam kondisi normal, seseorang yang tinggal di radius 1-6 km dari
reaktor menerima radiasi tambahan tak lebih daripada 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini jauh
lebih kecil daripada yang diterima dari alam (kira-kira 2 milisievert per tahun) atau 1/400 nilai
radiasi dari alam.
Radiasi yang dipancarakan dari PLTN sesungguhnya lebih kecail daripada radiasi dari
pembangkit listrik berbahan bakar batubara maupun minyak. Radiasi yang diterima orang per
orang di sekitar PLT Batubara bisa 3 kali lebih tinggi daripada yang diterima dari PLTN.
Tanggal 26 April 1986, 22 tahun lalu, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4 PLTN
Chernobyl. Peristiwa ini menggemparkan dunia karena mengingatkan kembali pada ledakan bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, saat berkecamuk Perang Dunia II yang menewaskan
sekitar 220.000 orang.Trauma Hiroshima dan Nagasaki belum hilang dari ingatan orang, muncul
kembali peristiwa Chernobyl yang termasuk kecelakaan terbesar pada PLTN selama kurang
lebih 60 tahun. Berbagai media cetak dan elektronik sejagat memberitakan tragedi itu secara
beragam baik yang bersifat normatif, emosional, ataupun bombastis.
Trauma yang melanda masyarakat di lokasi kejadian dan sekitarnya akibat peristiwa Chernobyl
menjadikan setiap tanggal 26 April pukul 01.23 lonceng berdentang-dentang di Ukraina.
Walaupun malam telah larut dan udara dingin, namun warga tetap terjaga. Mereka meletakkan
bunga dan lilin di monumen korban bencana Chernobyl.
Upacara yang sama digelar di Slavutych, Rusia, kota yang didirikan untuk menampung para
pekerja Reaktor Chernobyl. Upacara juga diperingati di negara tetangga Ukraina, yaitu Belarus,
yang ikut menderita akibat bencana Chernobyl.
Penyebab Kecelakaan
Reaktor Chernobyl jenis RBMK didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara Ukraina, sekitar 80
mil sebelah utara Kiev. Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada
1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk
tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Tipe PLTN Chernobyl dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan senjata
nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini tidak ada di negara-negara Barat,
seperti, AS dan Prancis, yang merupakan negara pioner PLTN di samping Uni Soviet (pada
waktu itu) sebagai pioner pertama.
Secara garis besar, bencana Chernobyl dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada 25 April 1986
reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan rutin. Selama pemadaman
berlangsung, teknisi akan melakukan tes untuk menentukan apakah pada kasus reaktor
kehilangan daya turbin dapat menghasilkan energi yang cukup untuk membuat sistem pendingin
tetap bekerja sampai generator kembali beroperasi.
Proses pemadaman dan tes dimulai pukul 01.00 pada 25 April. Untuk mendapatkan hasil akurat,
operator memilih mematikan beberapa sistem keselamatan, yang kemudian pilihan ini yang
membawa malapetaka. Pada pertengahan tes, pemadaman harus ditunda selama sembilan jam
akibat peningkatan permintaan daya di Kiev. Proses pemadaman dan tes dilanjutkan kembali
pada pukul 23.10 25 April. Pada pukul 01.00, 26 April, daya reaktor menurun tajam,
menyebabkan reaktor berada pada situasi yang membahayakan. Operator
berusaha mengompensasi rendahnya daya, tetapi reaktor menjadi tak terkendali. Jika sistem
keselamatan tetap aktif, operator dapat menangani masalah, namun mereka tidak dapat
melakukannya dan akhirnya reaktor meledak pada pukul 01.30.
Kecelakaan PLTN Chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut major accident,
sesuai dengan kriteria yang ditentukan INES (The International Nuclear Event Scale). Di
samping kesalahan operator yang mengoperasikannya di luar SOP (standard operation
procedure), PLTN Chernobyl juga tidak memenuhi standar desain sebagaimana yang ditentukan
oleh IAEA (International Atomic Energy Agency). PLTN Chernobyl tidak mempunyai
kungkungan reaktor sebagai salah satu persyaratan untuk menjamin keselamatan jika terjadi
kebocoran radiasi dari reaktor. Apabila PLTN Chernobyl memiliki kungkungan maka walaupun
terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar ke mana-mana, tetapi terlindung oleh
kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran tidak separah dibandingkan dengan tidak memiliki
kungkungan.
Secara perinci, kecelakaan itu disebabkan, pertama, desain reaktor, yakni tidak stabil pada daya
rendah - daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan
reaktor (containment). Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara.
Kedua, pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya delapan batang kendali
reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor tetap terkontrol. Sistem
pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa memberitahukan kepada petugas yang
bertanggung jawab terhadap operasi reaktor.
Ketiga, budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya keselamatan, tidak
mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui sebelum kecelakaan terjadi.
Penilaian atas berbagai kelemahan PLTN Chernobyl menghasilkan evaluasi internasional bahwa
jenis kecelakaan seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada jenis reaktor komersial lainnya.
Evaluasi ini ditetapkan demikian karena mungkin berdasarkan analisis jenis reaktor lain yang
memenuhi persyaratan keselamatan yang tinggi, termasuk budaya keselamatan yang dimiliki
para operator sangat tinggi.
Dampak Kecelakaan
Pada 2003, IAEA membentuk “Forum Chernobyl” bekerja sama dengan organisasi PBB lainnya,
seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, Bank Dunia dan ketiga pemerintahan
Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja untuk menjawab pertanyaan, “sejauh mana
dampak kecelakaan ini terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi kawasan
beserta penduduknya.” Laporan ini diberi nama “Cherno- byl Legacy”.
Diperkirakan semula dampak fisik akan begitu dahsyat. Artinya, akan menimbulkan korban jiwa
yang luar biasa banyaknya. Namun, ternyata data sampai dengan 2006, jumlah korban yang
meninggal 56 orang, di mana 28 orang (para likuidator terdiri dari staf PLTN, tenaga konstruksi,
dan pemadam kebakaran) meninggal pada 3 bulan pertama setelah kecelakaan, 19 orang
meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak lainnya meninggal karena kanker kelenjar gondok.
Sebanyak 350.000 likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah PLTN yang kena
bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di Belarusia, Ukraina, dan Rusia, yang terkena
kontaminasi zat radioaktif dan 100.000 di antaranya tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai
daerah strict control, ternyata mendapat radiasi seluruh badan sebanding dengan tingkat radiasi
alam, serta tidak ditemukan dampak terhadap kesuburan atau bentuk-bentuk anomali.
Di sisi lain, hasil studi dan penelitian terhadap likuidator menunjukkan bahwa “tidak ada korelasi
langsung antara kenaikan jumlah penderita kanker dan jumlah kematian per satuan waktu dengan
paparan radiasi Chernobyl.
Kemudian pada 1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang terobservasi di
Belarusia, Ukraina, dan Rusia pada anak-anak dan remaja 0-18 tahun ketika terjadi kecelakaan,
termasuk 3.000 orang yang berusia 0-14 tahun. Selama perawatan mereka yang kena kanker, di
Belarusia meninggal delapan anak dan di Rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.
Berdasarkan laporan “Chernobyl Lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman yang semula
mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan PLTN Chernobyl telah kembali ke
tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi kecelakaan. Dampak psikologis adalah yang paling
dahsyat, terutama trauma bagi mereka yang mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala
lainnya yang secara medis sulit dijelaskan.
Akibat kecelakaan itu, IAEA dan semua negara yang memiliki PLTN membangun konsensus
internasional untuk selalu menggalang dan memutakhirkan standar keselamatan. Di sisi lain,
pihak yang anti-PLTN telah menggunakan isu kecelakaan di Chernobyl sebagai bahan kampanye
untuk menolak kehadiran PLTN, termasuk di Indonesia, dengan berbagai informasi yang keliru
karena ketidaktahuan akan kebenaran informasi sebab terjadinya kecelakaan Chernobyl.
Belajar dari kecelakaan Chernobyl, IAEA telah menetapkan standar tambahan untuk
memperkuat syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan pengoperasian PLTN, antara
lain, perbaikan desain sampai pada generasi ke-4, aturan main dalam bentuk basic safety, dan
berbagai konvensi keselamatan.
sumber http://wahw33d.blogspot.com/2010/06/dampak-fatal-tragedi-nuklir-
chernobyl.html#ixzz0q0J0HzgX
You might also like:
Ledakan Dahsyat di Seberia Tahun 1908
10 Peristiwa Unik Dan Nyata Sepanjang Sejarah Sepakbola
Kamar Tidur Dengan Pemandangan Samudra
ngga PEDE dengan BIBIR TIPIS ? ini dia produk JEPANG : cara ...
sisi lain dan kebaikan jomblo
LinkWithin
Posted by Ahmad Najib at 11:17 AM
Comments :
Energi Nuklir, Pengertian dan Pemanfaatannya
Oleh: Bayu Sapta Hari
Energi Nuklir dan Manfaatnya untuk Kemanusiaan
Masalah energi merupakan salah satu isu penting yang sedang hangat dibicarakan. Semakin
berkurangnya sumber energi, penemuan sumber energi baru, pengembangan energi-energi
alternatif, dan dampak penggunaan energi minyak bumi terhadap lingkungan hidup menjadi
tema-tema yang menarik dan banyak didiskusikan. Pemanasan global yang diyakini sedang
terjadi dan akan memasuki tahap yang mengkhawatirkan disebut-sebut juga merupakan dampak
penggunaan energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini.
Dampak lingkungan dan semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi memaksa kita untuk
mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah satu alternatif sumber energi baru yang
potensial datang dari energi nuklir. Meski dampak dan bahaya yang ditimbulkan amat besar,
tidak dapat dipungkiri bahwa energi nuklir adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak
diperhitungkan.
Isu energi nuklir yang berkembang saat ini memang berkisar tentang penggunaan energi nuklir
dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang musibah hancurnya reaktor nuklir di
Chernobyl. Isu-isu ini telah membentuk bayangan buruk dan menakutkan tentang nuklir dan
pengembangannya. Padahal, pemanfaatan yang bijaksana, bertanggung jawab, dan terkendali
atas energi nuklir dapat meningkatkan taraf hidup sekaligus memberikan solusi atas masalah
kelangkaan energi.
Fisi Nuklir
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan
inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Di sini akan dibahas
salah satu mekanisme produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir.
Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat membelah menjadi dua
inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan
inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi fisi adalah uranium yang ditumbuk (atau menyerap) neutron
lambat.
Reaksi fisi uranium seperti di atas menghasilkan neutron selain dua buah inti atom yang lebih
ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium untuk membentuk
reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini terus terjadi dalam waktu yang sangat cepat membentuk
reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi yang besar dalam waktu
singkat. Mekanisme ini yang terjadi di dalam bom nuklir yang menghasilkan ledakan yang
dahsyat. Jadi, reaksi fisi dapat membentuk reaksi berantai tak terkendali yang memiliki potensi
daya ledak yang dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir.
Reaksi Fisi Berantai
Dibandingkan dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang dihasilkan melalui
reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna. Untuk itu, reaksi berantai yang
terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam sebuah
reaktor nuklir. Reaksi berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor yang
terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan listrik.
Reaksi Fisi Berantai Terkendali
Di dalam reaksi fisi yang terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu neutron saja
yang akan diserap untuk pembelahan inti berikutnya. Dengan mekanisme ini, diperoleh reaksi
berantai terkendali yang energi yang dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
berguna.
Reaktor Nuklir
Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang
berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali di dalam sebuah reaktor
nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan
bakar, moderator neutron, batang kendali, dan perisai beton.
Skema Reaktor Nuklir
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi nuklir. Bahan
yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. elemen bahan bakar dapat
berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras reaktor.
Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang cukup tinggi.
Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah neutron lambat sehingga
diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh
moderator neutron yang umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai
moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan
sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir dalam reaksi berantai
dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang terjadi terkendali dimana hanya
satu neutron saja yang diserap untuk memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat
menyerap neutron-neutron di dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering
digunakan sebagai batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron.
Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluar-masuk teras reaktor.
Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka
batang kendali dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar
tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di
bawah kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang
diizinkan.
Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat membahayakan
lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di sekeliling reaktor nuklir agar
radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor.
Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui
sangat efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan
perisai.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reaktor nuklir dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi listrik semacam ini
dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Skema Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air bertekanan (pressurized water reactor/PWR)
yang skemanya ditunjukkan dalam gambar. Energi yang dihasilkan di dalam reaktor nuklir
berupa kalor atau panas yang dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas
dialirkan keluar dari teras reaktor bersama air menuju alat penukar panas (heat exchanger). Di
sini uap panas dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan turbin
menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan dipompa kembali menuju reaktor. Uap air
dingin yang mengalir keluar setelah melewati turbin dipompa kembali ke dalam reaktor.
Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada suhu 300oC) tidak mendidih (air
mendidih pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam tekanan tinggi sebesar 160 atm.
Tidak heran jika reaktor ini dinamakan reaktor air bertekanan.
Bayu Sapta Hari adalah alumni fisika yang menekuni dunia pendidikan sebagai editor dan
penulis lepas. Berminat dalam bidang sains, teknologi, komputer, dan pendidikan. Saat ini
sedang mengembangkan pembelajaran fisika secara online melalui situs
http://aktifisika.wordpress.com.
Sumber: http://netsains.com/2009/04/energi-nuklir-pengertian-dan-pemanfaatannya/
Ditulis dalam Sains
Baru semalam saya menuliskan hal ini:
[Berita Horor] Gempa Jepang, Awas Nuklir Bocor!
Pada Awalnya pemerintah Jepang mengumungkan tidak adanya kebocoran pada reaktor nuklir
mereka. Namun kemudian muncul berita ada radiasi kecil yang bocor dari salah satu reaktor
tersebut setelah pendinginnya rusak akibat guncangan yang ditimbulkan gempa. Pemerintah
Jepang yang telah meninjau pembangkit listrik yang rusak tersebut di wilayah Fukushima
membenarkan informasi tersebut.
“Ada kemungkinan materi radioaktif
dari reaktor bocor tetapi jumlahnya sedikit dan diperkirakan tertiup angin ke arah laut,” kata
Sekretaris Kabinet Yukio Edano dalam jumpa pers, Jumat (11/3).
Pemerintah Jepang telah melakukan evakuasi sekitar 3.000 warga yang tinggal dalam radius 3,2
kilometer dari reaktor nuklir tersebut. Sementara kantor berita Kyodo menyatakan ada 20.000
orang yang dievakuasi. Lebih lanjut penduduk dalam radius 10 km diharapkan untuk
mengevakuasi diri sendiri.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan kemarin langsung mengumumkan keadaan darurat nuklir.
Langkah ini sesuai dengan hukum di Jepang, yakni pada saat sistem pendinginan reaktor nuklir
rusak, maka darurat nuklir harus diumumkan
Perkembangan terakhir diberitakan bahwa Reaktor nuklir 1 di Fukushima Daiichi akhirnya
meledak. Sebuah tayangan televisi yang disiarkan kantor berita lokal memperlihatkan adanya
asap yang keluar dari pembangkit milik perusahaan Tokyo Electric Power Corp (Tepco). Badan
Keamanan Nuklir Jepang belum dapat memberikan konfirmasi atas ledakan tersebut.
Akibat Akibat yang Mungkin Timbul.
Radiasi nuklir yang bocor, sangat berbahaya pada semua mahluk hidup. Efek dari radiasi ini
tidak hilang dalam jangka waktu yang lama. Melihat ke bencana Chernobyl, dampak kerusakan
ekosistem masih terjadi setelah 20 tahun dari masa kejadian.
Namun kerusakan yang terjadi juga tergantung dari besar kecilnya kebocoran yang terjadi. Kita
masih belum mengetahui sebesar apa ledakan yang terjadi di Reaktor Nuklir Jepang ini. Namun
10 km seperti yang diberitakan, menandakan dampak radiasi yang diperkirakan cukup luas.
Sekedar mengingat kembali peristiwa Chernobyl - Uni Sovyet.
“Chernobyl“, adalah kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada tanggal 26
April 1986 pukul 01:23:40 pagi (UTC+3), reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir Chernobyl yang terletak di Uni Soviet didekat Pripyat di Ukraina meledak. Akibatnya,
kebakaran dan radioaktif menyebar. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari kota ini.
Radiasi yang disebabkannya dilaporkan sampai ke Kanada. Jutaan manusia mati secara tidak
normal. Beberapa kota menjadi mati. Dan yang paling mengerikan, dampak dari readiasi nuklir
Chernobyl ini sampai saat ini belum benar benar bersih. Tingkat radiasi di kota ini masih dalam
keadaan kritis,yaitu pada 5,6 roentgen per second (R/s) (0.056 Grays per second, atau Gy/s).
Dua puluh tahun kemudian, para ahli menemukan burung yang tinggal dekat Chernobyl
memiliki volume otak 5 persen lebih kecil. “Karena terpapar radiasi dalam waktu yang lama,”
kata Timotius Mousseau dari University of South Carolina, yang bersama Anders Moller dari
Universitas Paris mengkoordinasikan penelitian di Chernobyl.
Data itu mereka peroleh pada 550 burung dari 48 spesies yang berbeda yang hidup di zona
berbahaya. Burung-burung tersebut umumnya berusia di bawah 1 tahun dan menyebabkan
sejumlah burung tidak hidup lebih lama. Penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal PLoS One.
Gabungan ilmuwan mancanegara ini memang mempelajari dampak radiasi terhadap ekologi di
wilayah kosong Chernobyl selama beberapa tahun terakhir. Tim dari Norwegia, Prancis, dan AS
ini menemukan bahwa jumlah mamalia di zona terlarang menurun, seperti juga pada serangga.
Ledakan reaktor di Chernobyl Ukraina pada 1986 merupakan kecelakaan terburuk dalam
sejarah nuklir. Ledakan yang meniup 2.000 ton tutup reaktor itu mengirimkan 400 kali
dampak radioaktif lebih besar dibandingkan bom Hiroshima. Ledakan itu mengirimkan 400
kali radioaktif lebih banyak dibandingkan bom Hiroshima.
Dampak bencana Chernobyl itu menunjukkan kerusakan pada ruang reaktor utama dan gedung
turbin di bagian dari fasilitas yang saat itu milik Uni Soviet. Ledakan itu mengkontaminasi lebih
dari 77.000 mil persegi atau 200.000 km persegi wilayah di Eropa. Kira-kira 600.000 orang
terkena radiasi dosis tinggi dan lebih dari 350.000 orang harus diungsikan dari daerah yang
terkontaminasi
====================
Semoga reaktor reaktor lain yang rusak di area tersebut tidak ikut meledak. Sangat mengerikan,
mengingat Asia adalah benua yang sangat padat penduduknya. Juga Jepang sebagai salah satu
negara dengan kepadatan penduduk paling tinggi di dunia.
top related