dasar keperawatan
Post on 28-Jan-2016
43 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. SISTEM SARAF PERIFER
Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Susunan sistem
saraf terdiri atas saraf-saraf cranial dan saraf-saraf spinal beserta ganglianya yang
menghubungkan otak dan medula spinalis dengan reseptor dan efektor. Pada diseksi saraf
cranial dan spinal terlihat sebagai tali yang berwarna putih keabu-abuan. Saraf perifer
terbentuk dari berkas-berkas serabut saraf (akson) yang disokong oleh jaringan areolar halus.
(Snell, 2006)
Secara fungsional sistem saraf perifer dibagi menjadi dua yaitu:
A. Saraf aferen (saraf sensorik), menyampaikan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang).
B. Saraf eferen (saraf motorik), menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
II. ALAT INDRA PADA MANUSIA
A. INDRA PENGLIHATAN (MATA)
1. Anatomi mata
Mata manusia secara keseluruhan berbentuk seperti bola sehingga sering disebut
bola mata. Media penglihatan terdiri dari kornea, aquous humor (terletak antara
kornea dan lensa), lensa dan vitrous humor yang merupakan sebagian dari keseluruhan
bola mata dan terletak di antara lensa dan retina.
a. Sklera (lapisan terluar) agak buram, makin ke depan semakin tembus pandang dan
membentuk kornea
b. Khoroid merupakan lapisan kedua yang banyak mengandung pembuluh darah
kecuali yang bagian depan. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi khoroid sebagai
penyedia makanan bagi bagian-bagian lain dari mata. Bagian depan khoroid tepat
dibelakang kornea bagian tengah sedikit terbuka disebut pupil. Sel-sel lapisan
khoroid yang berpigmen disebut iris atau selaput pelangi. Bagian inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan warna mata, seperti hitam, cokelat, biru, dan
hijau. Ukuran pupil dapat berubah secara refleks yang dikendalikan otot-otot
melingkar dalam iris. Perubahan ini erat kaitannya dengan intensitas cahaya. Bila
cahaya sangat terang, pupil mengecil karena mengalami kontraksi. Bila cahaya
redup, pupil melebar, mengalami delatasi.
c. Retina atau sering juga disebut sebagai selaput jala adalah makanisme persyarafan
utuk penglihatan. Merupakan lapisan yang terdalam, terdapat pembuluh darah
arteri (atau disebut juga sebagai pembuluh nadi fungsinya untuk membawa darah�
dari jantung keseluruh tubuh) dan vena (disebut juga sebagai pembuluh balik �
fungsinya untuk membawa darah dari seluruh tubuh ke jantung) yang mengatur
aliran darah pada mata. Pada bagian retina terdapat macula lutea atau fovea nasal
atau fovea centralis atau bintik kuning (bagian dari retina yang paling peka
terhadap cahaya) yang merupakan tempat penerima benda yang dilihat oleh mata,
karena di tempat ini terdapat sel batang (basilus) dan sel kerucut (conus) sebagai
reseptor penglihatan, sementara pada bagian superiornya terdapat bintik buta
(blind spot) yang tidak peka terhadap cahaya. Karena pada bagian ini tidak
terdapat sel batang atau sel kerucut. Sel batang merupakan sel yang dapat melihat
dengan cahaya kecil (remang-remang), atau pada malam hari. Sedangkan sel
kerucut untuk melihat pada siang hari serta warna.
Sel batang dan sel kerucut dipersyarafi oleh syaraf optik. Syaraf optik ini
merupakan syaraf penglihatan dan merupakan syaraf kranial ke II. Selain syaraf
optik, ada beberapa syaraf kranial lainnya yang membantu dalam pengoprasian
dan gerakan bola mata, yaitu: occulomotorik (syaraf kranial III), trockhlearis
(syaraf kranial IV). Ada syaraf trigerminal (syaraf kranial V) yang membantu
persyarafan di sekitar mata sampai pada bagian kepala atas ke belakang.
d. Alis
Merupakan dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya. Alis berfungsi untuk melindungi mata
dari sinar matahari.
e. Kelopak mata
Merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri atas jaringan
fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva. Jaringan di
bawah kulit tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih besar daripada
kelopak mata bawah, kelopak mata digerakan oleh otot levator palpebrae.
Kelopak-kelopak itu ditutup otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli.
Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari
debu dan cahaya.
f. Kornea
Merupakan bagian depan bola mata yang transparan dan bersambung dengan
sklera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan
yaitu, lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan
konjungtiva. Korne berfungsi sebagai jendela bening yang melindungi struktur
halus yang berda di belakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan pada
retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah.
g. Bilik Anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
h. Iris
Merupakan tirai berwarna yang terletak di depan lensa yang bersambungan
dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau oto
polos yaitu, kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok
yang lain melebarkan ukuran pupil. Iris berfungsi sebagai tirai yang melindungi
retina, serta mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
i. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah yang terdapat di
iris. Pupil berfungsi sebagai tempat cahaya masuk guna mencapai retina.
j. Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak di antara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior
yang diisi akueus humor.
k. Akueus humor
Cairan berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah
pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran
Schlem.
l. Lensa
Sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan-belakang) yang terdiri
atas beberapa lapisan yang merupakan organ fokus utama. Lensa terletak persis di
belakang iris. Lensa berfungsi untuk membiaskan berkas-berkas cahaya yang
terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina.
Membran yang dikenal sebagai ligamentum susupensorium terdapat di depan
maupun di belakang lensa, yang berfungsi mengaitkan lensa pada korpus siliare.
Jika ligamentum suspensorium mengendur, lensa akan mengkerut dan menebal,
sebaliknya jika ligamentum menegang, lensa menjadi gepeng. Dengan
menggunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat lebih atau agak kurang
dicembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau jauh. Hal ini disebut
akomodasi visual.
m. Vitreus humor
Cairan albumen yang berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Vitreus
humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik
2. Mekanisme melihat
Sebuah cahaya masuk ke mata melalui kornea. Setelah melewati kornea, mata
akan melewati aqueous humour yang berfungsi memberi makan kornea dan lensa.
Dari aqueous humour akan melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris. Setelah itu
dibiaskan oleh lensa. Lalu dari lensa akan diteruskan ke retina. Di retina terbentuk
bayangan yang bersifat nyata, terbalik, diperkecil. Agar mata kita melihatnya tidak
terbalik sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal melalui saraf optik. Lalu,
otak membalikkan bayangan yang terlihat di retina. Obyek terlihat sesuai aslinya.
3. Kelainan pada mata
a. Rabun jauh (miopi)
Apabila benda yang dilihat jatuh di depan fovea nasalis. Penyebabnya adalah
lensa mata terlalu cembung dan untuk mengatasi hal ini dapat diperbaiki dengan
menggunakan kacamata lensa cekung (negatif).
b. Rabun dekat (hipermetropi)
Apabila benda yang dilihat jatuh di belakang fovea nasalis. Penyebabnya
adalah lensa mata terlalu pipih dan hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan
kacamata lensa cembung (positif).
c. Buta warna (blind color)
Merupakan kelainan pada mata yang disebabkan karena ketidakmampuan
sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang
disebabkan karena faktor genetis. Kelainan genetik ini lebih sering dialami oleh
laki-laki dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan karena kelainan genetik
ini dibawa oleh kromosom X (kromosom pada perempuan XX, kromosom laki-
laki(XY).
Salah satu cara untuk mengetahui apakah orang tersebut menderita buta
warna atau tidak, dapat dilihat dengan uji Stilling Isihara.
Salah satu contoh kartu dalam uji Stilling Isihara
d. Rabun senja
Merupakan kelainan mata yang berupa ketidakmampuan mata untuk melihat
di senja hari yang disebabkan karena kekurangan vitamin A. Dan biasanya
bersifat sementara.
e. Mata merah
Terjadi karena mata kemasukan benda asing, sehingga menyebabkan mata
perih dan gatal. Mata merah yang tidak segera diobati akan mengakibatkan
kotoran yang menumpuk di sudut mata. Dalam kondisi yang lebih parah, kelopak
mata akan menjadi bengkak.
f. Katarak
Biasanya penyakit ini menyerang orang yang sudah lanjut usia. Pada mata
yang katarak tampak diselimuti lapisan putih. Sehingga si penderita kesulitan
untuk melihat. Penderita katarak ini bisa disembuhkan dengan cara operasi
pengangkatan lensa yang buram dan menggantinya dengan lensa buatan.
g. Glukoma
Yakni kelainan pada mata yang dapat dicirikan dengan rusaknya saraf optik.
Dimana fungsinya untuk membawa cahaya dari mata ke otak. Penyebab
kerusakan ini ialah karena kelebihan cairan yang mengisi bola mata.
h. Kebutaan
Merupakan kelainan atau penyakit mata yang menyebabkan mata tidak bisa
melihat sama sekali. Penyebab terjadinya kebutaan salah satunya adalah karena
glukoma dan katarak atau kelainan lain dari fisik manusia itu sendiri.
i. Astigmatisme
Dikenal juga dengan mata silinder. Yaitu gangguan pada mata yang
mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur, tidak jelas dan samar-samar. Silindris
ini disebabkan karena kornea mata tidak rata. Penyakit ini dapat diatasi dengan
kacamata silinder.
j. Mata juling
Juling merupakan kelainan mata akibat ketidakserasian atau tidak sinkron-
nya otot-otot mata. Bila penderitanya masih anak-anak, maka juling bisa diatasi
dengan cara operasi.
4. Ketajaman mata
Visus atau ketajaman penglihatan paling baik bila diuji dengan menggunakan
Snellen Chart atau biasa juga disebut Optotype Snellen. Untuk mengetahui visus
adalah dengan menggunakan suatu pecahan matematis yang menyatakan perbandingan
dua jarak, yang merupakan perbandingan ketajaman penglihatan seseorang dengan
ketajaman penglihatan orang normal. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan,
V = Visus
d = jarak antara optotype dengan subjek yang diperiksa
D = jarak sejauh mana huruf-huruf masih dapat dibaca mata normal
Berikut adalah gambar dari Optotype Snellen
V = d/D
B. INDRA PENGHIDU DAN PENGECAP
Penghidu dan pengecap secara umum diklasifikasikan sebagai indra visceral karena
kaitannya yang erat dengan fungsi saluran cerna. Secara fisiologis, keduanya berkaitan
satu sama lain. Aroma berbagai makanan sebagian besar merupakan kombinasi dari indra
penghidu dan pengecap. Dengan demikian, makanan dapat terasa berbeda apabila
seseorang mengalami flu yang menurunkan indra penghidu. Baik reseptor penghidu
maupun pengecapan adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul yang larut
dalam mukus di hidung dan dalam saliva di mulut. Namun, kedua indra ini secara
anatomi agak berbeda. Reseptor penghidu merupakan reseptor jauh (teleseptor); jaras
penghidu tidak memiliki pemancar di talamus. Jaras pengecapan berjalan melewati
batang otak ke thalamus dan berproyeksi ke girus postsentralis bersama dengan jaras
untuk sensibilitas raba dan tekanan dari mulut.
1. INDRA PENGHIDU
a. Anatomi hidung
1) Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian bagiannya dari atas ke bawah : �
a) Pangkal hidung (bridge)
b) Dorsum nasi
Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :
i. Bagian kaudal dorsum nasi.
Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari
batang hidung yang tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris.
Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit dengan
perikondrium pada kartilago alaris.
ii. Bagian kranial dorsum nasi.
Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari
batang hidung yang tersusun oleh os nasalis kanan & kiri dan prosesus
frontalis ossis maksila.
c) Puncak hidung
d) Ala nasi
e) Kolumela
Kedua lubang berbentuk elips disebut nares, dipisahkan satu sama lain
oleh sekat tulang rawan dan kulit yang disebut kolumela.
f) Lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan
M. Nasalis pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat�
melebar dan menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal
sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi.
Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
a) Superior : os frontal, os nasal, os maksila
b) Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris
mayor dan kartilago alaris minor
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi
fleksibel.
Perdarahan :
a) Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A.
Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).
b) A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A.
Maksilaris interna, cabang dari A. Karotis interna)
c) A. Angularis (cabang dari A. Fasialis)
Persarafan :
a) Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)
b) Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)
2) Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan
yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum nasi ini
berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan
fossa kranial media. Batas batas kavum nasi :�
Posterior : berhubungan dengan nasofaring
Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus sfenoidale
dan sebagian os vomer
Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal,
bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap. Bagian
ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan (dekstra
dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh kulit,
jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang terdiri
dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna =
kolumela.
Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os
etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari
tulang etmoid. Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang
terpisah. Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah resesus
sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid. Kadang kadang konka �nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian ini.
Perdarahan :
Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah
A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale
anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai
pleksus yang terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.�
Persarafan :
a) Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus
yaitu N. Etmoidalis anterior
b) Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion
pterigopalatinum masuk melalui foramen sfenopalatina kemudian
menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.
3) Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa
pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya
dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya
terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya�
lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa.�
Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena
diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini
dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang
penting. Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi
akan didorong ke arah nasofaring. Dengan demikian mukosa mempunyai daya
untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda asing
yang masuk ke dalam rongga hidung. Gangguan pada fungsi silia akan
menyebabkan banyak sekret terkumpul dan menimbulkan keluhan hidung
tersumbat. Gangguan gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan udara
yang berlebihan, radang, sekret kental dan obat obatan. �
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan
sepertiga bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu
dan tidak bersilia (pseudostratified columnar non ciliated epithelium).
Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel
reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
b. Fisiologi hidung
1) Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran
udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk
melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi.
Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke
belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
2) Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk
mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini
dilakukan dengan cara :
a) Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
b) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh
darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas,
sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu
udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.
3) Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan
bakteri dan dilakukan oleh :
a) Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b) Silia
c) Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut
lendir dan partikel partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks�
bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d) Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut
lysozime.
4) Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
5) Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan
hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar
suara sengau.
6) Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng)
dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun
untuk aliran udara.
7) Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.
c. Mekanisme mencium
Ketika ada bau akan masuk ke lubang hidung. Lalu dari lubang hidung masuk
ke epithelium olfaktori. Dari epithelium olfaktori menuju mukosa olfaktori lalu ke
saraf olfaktori. Serabut-serabut olfaktori berfungsi mendeteksi rangsang zat kimia
dalam bentuk gas di udara (kemoreseptor). Setelah itu akan menuju ke thalamus
dan hipotalamus. Lalu dari hipotalamus akan menuju ke otak.
1) Eksitasi pada sel olfaktori
Reseptor penghidu terletak pada superior nostril, yaitu pada septum
superior pada struktur yang disebut membran olfaktori. Bagian dari saraf
penghidu yang berkaitan langsung dengan odoran, molekul penghidu, yaitu
silia dari sel olfaktori. Sebelum dapat menempel dengan silia sel olfaktori,
odoran tersebut harus dapat larut dalam mukus yang melapisi silia tersebut.
Odoran yang hidrofilik dapat larut dalam mukus dan berikatan dengan reseptor
pada silia tersebut, yaitu pada protein reseptor pada membran silia sel olfaktori.
Pengikatan antara reseptor dengan odoran menyebabkan aktivasi dari protein
G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenil siklase dan mengaktifkan cAMP.
Pengaktifan cAMP ini membuka kanal Na+ sehingga terjadi influks natrium
dan menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini kemudian
menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditransmisikan hingga
sampai ke korteks serebri.
Pada keadaan istirahat, resting potential dari sel olfaktori yaitu sebesar -
55mV. Sedangkan, pada keadaan terdepolarisasi, membrane potential sel
olfaktori yaitu sebesar -30mV. Graded potential dari sel olfaktori menyebabkan
potensial aksi pada sel mitral dan tufted yang terdapat pada bulbus
olfaktorius. Pada membran mukus olfaktori, terdapat ujung saraf bebas dari
saraf trigeminus yang menimbulkan sinyal nyeri. Sinyal ini dirangsang oleh
odoran yang bersifat iritan, seperti peppermint, menthol, dan klorin.
Perangsangan ujung saraf bebas ini menyebabkan bersin, lakrimasi, inhibisi
pernapasan, dan refleks respons lain terhadap iritan hidung. Terdapat tiga
syarat dari odoran tersebut supaya dapat merangsang sel olfaktori, yaitu:
a) Bersifat larut dalam udara, sehingga odoran tersebut dapat terhirup
hidung
b) Bersifat larut air/hidrofilik, sehingga odoran tersebut dapat larut dalam
mukus dan berinteraksi dengan silia sel olfaktorius
c) Bersifat larut lemak/lipofilik, sehingga odoran tersebut dapat berikatan
dengan reseptor silia sel oflaktorius
Ambang rangsang dari sel olfaktori berbeda-beda terhadap masing-masing
tipe odoran. Beberapa odoran tersebut yaitu:
Penghidu pada manusia dapat mendeteksi berbagai jenis odoran yang
berbeda, namun sulit untuk dapat membedakan intensitas odoran yang berbeda.
Untuk dapat membedakan intensitas tersebut, perlu terdapat perbedaan
konsentrasi odoran sebesar 30%. Kemampuan penghidu untuk dapat
membedakan berbagai odoran yang berbeda diperankan oleh glomerulus yang
terdapat pada bulbus olfaktorius. Terdapat sekitar 1000 dari protein reseptor
untuk odoran yang berbeda, yang masing-masing reseptor tersebut terdapat
pada satu sel olfaktori. Terdapat sekitar 2 juta sel olfaktori yang masing-
masingnya berproyeksi pada dua dari 1800 glomeruli. Hal ini menyebabkan
adanya proyeksi yang berbeda-beda untuk setiap odoran.
d. Kelainan indra penghidu
1) Sinusitis
Merupakan penyakit akibat peradangan yang terjadi pada rongga
antara hidung, mata, dahi dan pipi atau yang disebut dengan rongga sinus.
Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain alergi yang
menimbulkan pilek terus menerus dan virus atau bakteri yang masuk dan
menginfeksi rongga sinus.
Penyakit sinusitis pada hidung paling sering terjadi pada orang yang
memiliki alergi, misalnya alergi terhadap debu, udara dingin atau alergi
terhadap sari bunga. Alergi memicu pilek, batuk atau gatal-gatal pada
penderitanya. Dalam kasus sinusitis, alergi biasanya menimbulkan sumbatan
pada hidung karena produksi ingus yang terus menerus.
Beberapa orang memiliki kebiasaan untuk tidak segera membuang
ingus, melainkan menariknya dalam-dalam agar ingus tidak keluar, tanpa
disadari cara tersebut justru akan membawa ingus dan kotoran atau bakteri di
dalamnya masuk ke dalam rongga sinus dan mengakibatkan peradangan.
Beberapa kegiatan seperti berenang, diving atau tekanan kabin pesawat udara
yang terus menerus juga dapat memicu munculnya sinusitis.
Apabila tidak ditangani, sinusitis bisa saja menjadi parah dan
menyebabkan penyakit sinusitis kronis. Bagaimana mengetahui apakah Anda
menderita sinusitis atau tidak? Kenali beberapa gejala umum munculnya
sinusitis seperti pilek dalam jangka waktu lama, nyeri pada bagian pipi, mata
atau dahi ketika menundukkan kepala dan lain sebagainya.
Pada beberapa orang gejala sinusitis dapat dikenali dari tersumbatnya
hidung secara terus menerus akibat produksi lendir ingus yang berlebihan.
Lendir yang diproduksi bisa saja berwarna bening, atau jika sudah terinfeksi
lender umumnya akan berwarna kuning kehijauan.
Dalam keadaan ini hidung mungkin mengalami gangguan penciuman
atau justru selalu merasa menghirup bau tak sedap saat bernafas. Bau tak
sedap itu berasal dari lendir yang terinfeksi. Nafas penderita menjadi bau dan
sulit, kemungkinan mengalami batuk-batuk serta rasa nyeri pada gigi dan lain
sebagainya.
Sinusitis tidak berlangsung begitu saja. Perlu waktu lama agar gejala
sinusitis dapat dikenali. Orang yang menderita sinusitis awalnya tidak akan
menyadari dirinya menderita penyakit tersebut hingga muncul gejala-gejala
yang telah disebutkan di atas. Untuk mengatasi penyakit sinusitis dan
pengobatannya biasanya dilakukan dengan cara operasi pengangkatan lender.
Beberapa orang yang mempercayai pengobatan tradisional memilih cara
gurah yang tradisional untuk mengobati sinusitis. Namun, operasi atau
pengobatan gurah sebenarnya tidak akan terlalu berhasil apabila tidak disertai
dengan penanganan penyebab atau pemicu sinusitis tersebut. Apabila sinusitis
disebabkan oleh alergi, maka pemicu alergi tersebut harus diatasi juga.
2) Deviated Septum
Lubang hidung dipisahkan oleh sebuah sekat yang disebut septum.
Normalnya, sekat ini akanmembagi secara rata besar lubang hidung
seseorang. Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi secara tidak rata dan
menyebabkan salah satu lubang hidung lebih besar. Pada kasus yang ringan
gejala tidak akan muncul, tapi pada tingkat yang lebih serius, ini dapat
mengganggu pernafasan dan diperlukannya tindakan operasi.
3) Rhinitis
Pembengkakan dan peradangan pada jaringan lendir inilah yang
disebut rhinitis. Rhinitis yang akut biasa disebabkan oleh virus sedangkan
pada yang ringan, ini bisa terjadi karena alergi. Gejalanya bisa berupa hidung
tersumbat, bersin, demam ringan, mata berair dan batuk. Penggunaan
humidifier bisa meringankan gejala rhinitis ini. Sedangkan pengobatan
lainnya adalah untuk mengatasi peradangan dan pemyumbatan.
4) Anosmia
Anosmia adalah gangguan pada indra penciuman yang mengakibatkan
penderita tidak dapat mencium bau sama sekali. Penyakit ini dapat terjadi
karena beberapa hal, misalnya cedera atau infeksi di dasar kepala, terlalu
banyak merokok, atau tumor otak bagian depan.
5) Hiposmia
Hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium bau.
Berbeda dengan penderita anosmia yang tidak dapat mencium bau sama
sekali, pada hiposmia penderita hanya kehilangan sensitifitas bau tertentu.
6) Angiofibroma Juvenil
Angiofibroma juvenil adalah tumor jinak pada nasofaring yang
mengandung pembuluh darah. Tumor ini sering ditemukan pada anak-anak
laki yang sedang mengalami masa puber.
7) Tumor laring
Tumor laring adalah tumor jinak pada pita suara (laring). Tumor
laring dapat dijumpai pada anak-anak di bawah 7 tahun dan pada dewasa usia
20 40 tahun. Gejala yang paling sering dijumpai adalah suara serak, sesak�
napas, dan batuk.
8) Salesma dan influenza
Influenza merupakan infeksi pada alat pernapasan yang disebabkan
oleh virus. Umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit leher, dan
kadang-kadang panas atau sakit pada persendian.
2. INDRA PENGECAP
Lidah mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan indra pengecap.
Lidah sebagian besar terdiri atas dua kelompok otot. Otot instrinsik lidah melakukan
semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian
sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat
mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-
langit dan gigi, dan akhirnya mendorongnya masuk faring.
Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf
masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi-
gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian atas
lidah.
Papil pengecap (taste buds), organ indra untuk pengecapan. Tiap-tiap papil
pengecap terbentuk oleh empat jenis sel, yaitu sel basal; sel tipe 1 dan 2, yang
merupakan sel sustentakular; dan sel tipe 3, yang merupakan sel reseptor gustatorik
yang membuat hubungan sinaps ke serabut saraf sensorik. Sel tipe 3 memiliki
mikrovilus yang berproyeksi ke pori pengecap, suatu lubang ke rongga mulut. Tiap-
tiap taste bud dipersarafi oleh sekitar 50 serabut saraf, dan sebaliknya, setiap serabut
saraf menerima masukan dari rata-rata lima papil pengecap. Sel basal berasal dari sel
epitel yang mengelilingi taste bud. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel reseptor baru,
dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti dengan waktu paruh sekitar 10 hari.
Apabila saraf sensorik dipotong, papil pengecap yang dipersarafinya akan mengalami
degenerasi dan akhirnya menghilang. Namun, apabila saraf mengalami regenerasi, sel
di sekitarnya akan tersusun membentuk papil pengecap baru, mungkin akibat
semacam efek induktif kimiawi yang berasal dari serabut yang mengalami regenerasi.
Papilla atau tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu:
a. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla
filiformis, banyak terdapat dibagian depan lidah.
b. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis,
banyak terdapat dibagian depan dan sisi lidah.
c. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata, tersusun
seperti huruf V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.
Serabut saraf sensorik dari papil pengecap di dua pertiga anterior lidah
berjalan di dalam cabang korda timpani nervus fasialis, dan serabut dari sepertiga
posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus glosofaringeus. Serabut dari
daerah lain selain lidah mencapai batang otak melalui nervus vagus. Di setiap sisi,
serabut pengecap yang mengandung myelin tetapi menghantarkan impuls relative
lambat di ketiga saraf tersebut menyatu di bagian gustatorik nucleus traktus
solitarius di medulla oblongata.
Ada lima pengecapan (rasa) dasar, yaitu manis, asam, pahit, asin, dan umami.
Rasa kelima, umami, baru-baru ini ditambahkan ke empat rasa klasik. Rasa ini dipicu
glutamate dan terutama oleh monosodium glutamate yang banyak digunakan dalam
makanan. Rasa ini seperti manis tetapi berbeda dengan rasa manis yang standar. Rasa
asin dipicu oleh NaCL. Reseptor utamanya adalah ENaC. Rasa asam dipicu oleh
proton. Reseptornya adalah ENaC dan HCN. Rasa umami dipicu oleh pengaktifan
reseptor glutamate metabopotik yang salah satu ujungnya terpotong, mGluR4 di taste
bud, dan agonisnya 5-ribonukleotida seperti IMP dan GMP di dalam makanan. Rasa
pahit ditimbulkan oleh senyawa yang tidak saling berkaitan. Rasa manis bekerja
melalui protein G gustducin.
a. Proses Pengecapan
Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut akan
merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap, rangsangan rasa ini
diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak menanggapi
rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis makanan atau
minuman.
b. Kelainan pada indra pengecapan:
1) Ageusia
Ini adalah kondisi langka dimana seseorang sama sekali tidak dapat
mengecap rasa makanan.
2) Hypogeusia
Gangguan yang menyebabkan penderitanya kurang atau tidak mampu
mengecap jenis rasa tertentu seperti rasa manis, asam, pedas, pahit, atau gurih.
3) Dysgeusia
Mulut yang selalu terasa tengik, asin, atau berasa logam mencirikan
kondisi ini. Dalam beberapa kasus, dysgeusia disertai dengan sensasi terbakar
di dalam mulut.
4) Sariawan
Sariawan atau oral candidosis terjadi sebab adanya infeksi jamur
candida albicans pada membran berlendir mulut. Sariawan ditandai dengan
munculnya homogen luka berupa kumpulan lapisan berwarna putih pada
dinding mulut dalam disertai radang berwarna merah pada mukosa mulut.
5) Geographic tongue
Merupakan peradangan pada lidah nan biasanya bersifat kronis dan
terjadi jika ada gangguan pada saluran cerna. Penyakit pada lidah ini
dinamakan geographic tounge sebab bercak pada lidah tampak seperti pulau-
pulau. Bagian pulau itu berwarna merah dan lebih licin. Pada kondisi lebih
yang lebih parah, daerah berbentuk pulau akan dikelilingi lapisan tebal
berwarna putih. Penyakit pada lidah ini dapat terjadi dampak alergi.
6) Peradangan pada lidah (Atrophic glossitis)
Atrophic glossitis ialah suatu penyakit pada lidah yang ditandai dengan
kondisi lidah yang kehilangan rasa sebab degenerasi ujung papil (bagian
menonjol pada selaput yang berlendir di bagian atas lidah).
Penderita yang mengalami penyakit pada lidah ini, lidahnya akan
tampak licin dan mengkilat, baik seluruh bagian lidah maupun hanya sebagian.
Penyakit ini sering kali timbul dampak kekurangan zat besi. Oleh sebab itu,
penyakit pada lidah ini banyak ditemukan pada penderita anemia.
7) Fissured tongue
Fissured tongue atau lidah retak-retak merupakan penyakit pada lidah
yang membuat lidah tampak seperti terbelah atau retak-retak. Garis retakan
yang muncul jumlahnya kadang hanya satu dan berada di tengah lidah. Namun
dapat juga bercabang-cabang. Kondisi ini tak terlalu membahayakan, tapi
sewaktu-waktu bisa menimbulkan perih dan nyeri di lidah.
8) Lidah berselaput (Coated tongue)
Penyakit pada lidah ini merupakan kondisi klinis pada dorsum lidah
tampak tertutup oleh suatu lapisan yang umumnya berwarna putih atau
mengikuti rona dari jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi. Selaput
lidah ini dapat terjadi pada orang yang mengalami penyakit kronis dan
sistemik, dehidrasi, dan penyakit infeksi.
C. INDRA PENDENGARAN (PHONORESEPTOR) DAN KESEIMBANGAN
Indera pendengar manusia adalah telinga, selain sebagai indera pendengar telinga
berfungsi sebagai alat keseimbangan. Telinga Disyarafi oleh Syaraf Kranial VII
(Oktavus), yang bercabang dua, yaitu:
1. Syaraf Auditoris untuk pendengaran
2. Syaraf Vestibularis untuk keseimbangan
Telinga dapat mendeteksi suara. Suara adalah energi vibrasi atau getaran yang
bergerak di udara, air atau media lain. Suara yang mampu didengar telinga manusia antar
20-20.00 Hertz. Vibrasi berjalan melalui udara sekitar 1,238 km/jam. Manusia
mempunyai kekuatan individu untuk mempersepsi suara. Persepsi terhadap suara keras
tersebut tergantung pada : Amplitudo, frekuensi, kualitas bunyi atau timbre berkaitan erat
dengan kompleksitas vibrasi.
Telinga hanya bertugas mendeteksi suara, sedangkan fungsi pengenalan dan
interpretasi diolah oleh sistem saraf pusat dan di otak. Suara akan memberikan
rangsangan ke telinga, lalu disampaikan ke otak melalui saraf yang menghubungkan dari
telinga ke otak (nervus vestibulokoklearis).
Selain mendeteksi suara, telinga juga berperan dalam keseimbangan dan posisi
tubuh kita. Telinga manusia memiliki dasar yang sama dengan telinga pada hewan
vertebrata, hanya ada perbedaan variasi sesuai fungsi dan spesiesnya. Pada species
vertebrata memiliki satu pasang telinga yang terletak simetris satu sama lainnya dan
terletak pada bagian yang berlawanan di kepala. Posisi ini berfungsi untuk menjaga
keseimbangan dan lokalisasi suara yang ada.
Ilmu kesehatan tentang telinga disebut Otologi. Otologi memelajari penyakit
telinga dengan bedah mikronya, baik untuk menyembuhkan penyakit tersebut,
merehabilitasi telinga maupun untuk tujuan kosmetik. Adapula ilmu yang memelajari
tentang pendengaran (Audiologi) dan keseimbangan (Vestibulologi).
1. Anatomi telinga
a. Telinga bagian luar
1) Daun telinga (Pinna auricularis, tunggal = Pinnae auriculares, jamak) tersusun
atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung paling bawah yaitu
cuping telinga tersusun dari lemak. Daun telinga berfungsi untuk menangkap
dan mengarahkan gelombang suara ke lorong telinga.
2) Lorong telinga (Eksternal auditory meatus) terdapat saluran yang terdiri dari
susunan tulang dan tulang rawan yang dilapisi dengan kulit tipis. Saluran ini
memiliki banyak kelenjar dan menghasilkan suatu zat yang disebut serumen dan
menjadi kotoran telinga berbentuk seperti lilin. Rambut juga tumbuh dibagian ini
terutama pada bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen.
3) Gendang telinga (Membrane Timpani atau ear drum) ini ada di ujung saluran
telinga. Bertugas meneruskan gelombang suara ke telinga dalam. Jika terjadi
peradangan pada bagian ini, maka akan terjadi penyakit yang disebut Otitis
eksterna.
Suara yang datang sebagai sumber getaran akan diterima oleh gendang telinga,
kemudian diteruskan atau disampaikan ke tulang pendengaran.
b. Telinga bagian tengah
Telinga pada bagian tengah merupakan suatu ruang di dalam tulang pelipis,
yang dilapisi jaringan mukosa.Di telinga bagian tengah ini terdapat tulang
pendengaran dan saluran Eustachius.
Tulang-tulang pendengaran terdiri atas tulang martil (Maleus), tulang landasan
(Inkus) dan tulang sanggurdi (Stapes). Ketiga tulang tersebut membentuk rangkaian
tulang yang melintang pada telinga tengah dan menyatu dengan Membrane timpani.
Membrane timpani berfungsi sebagai penerima gelombang suara. Setiap ada
gelombang suara yang memasuki lorong telinga akan mengenai Membrane timpani,
selanjutnya Membrane timpani akan menggelembung ke arah dalam menuju
telingatengah dan akan menyentuh tulang Maleus.
Tulang Maleus akan menggetarkan Tulang Inkus dan selanjutnya Tulang Inkus
akan menggetarkan Tulang Stapes (Sanggurdi atau Garputala). Kemudian, Tulang
Sanggurdi akan meneruskan gelombang suara tersebut ke telinga bagian dalam.
Saluran Eustachius adalah saluran yang berfungsi untuk menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Saluran ini menjada keseimbangan tekanan udara
pada telinga luar dengan telinga tengah.
c. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi menerima getaran suara atau bunyi yang
disampaikan oleh telinga bagian tengah. Telinga bagian dalam atau labirin terdiri atas
dua bagian yaitu, labirin tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat
serambi atau vestibulum, saluran gelung atau kanalis semisirkularis dan rumah siput
atau koklea.
Di dalam koklea inilah terdapat corti yang merupakan alat pendengaran.
Koklea atau rumah siput merupakan saluran spiral yang menyerupai rumah siput
tempat beradanya corti. Koklea terbagi atas tiga daerah, yaitu:
a. Skala Vestibuli terletak di bagian dorsal,
b. Skala Media terletak di bagian tengah, dan
c. Skala Timpani terletak di bagian ventral.
Antara skala satu dengan yang lain dipisahkan oleh labirin selaput (membran).
Labirin ini terdiri atas tiga membran berikut :
1. Membran vestibularis, yang memisahkan skala vestibuli dan skala media.
2. Membran tektorial, yang memisahkan skala media dan skala timpani.
3. Membran basilaris, yang memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.
Skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe.
Sedangkan skala media mengandung cairan endolimfe. Bagian dasar skala vestibuli
berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut
tingkap oval. Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui
tingkap bundar. Skala media terdapat diantara skala vestibuli dan skala timpani. Skala
media bagian bawah dibatasi oleh membran basilaris. Diatas membran basilaris terdapat
organ korti yang berisi ribuan sel rambut sebagai reseptor yang berfungsi mengubah
getaran suara menjadi impuls.. Reseptor tersebut berhubungan dengan serabut saraf
yang bergabung membentuk saraf pendengar (saraf auditori) dari saraf otak VIII.
Antara skala satu dengan yang lain dipisahkan oleh labirin selaput (membran).
Labirin ini terdiri atas tiga membran berikut :
a. Membran vestibularis, yang memisahkan skala vestibuli dan skala media.
b. Membran tektorial, yang memisahkan skala media dan skala timpani.
c. Membran basilaris, yang memisahkan skala timpani dan skala vestibuli.
Saluran pada Koklea berisi cairan dan permukaan dalamnya merupakan tempat
bermuaranya ujung saraf yang amat peka terhadap getaran yang ditimbulkan oleh
cairan. Semua ujung saraf membentuk saraf pendengaran yang menghubungkan koklea
dengan otak. Saluran gelung terdiri atas tiga saluran yang saling terkait, saluran ini
berperan untuk menjaga keseimbangan.
2. Indera Keseimbangan
Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terdapat di dalam telinga.
Indera keseimbangan letaknya dekat indera pendengaran, yaitu di bagian belakang
labirin dan terdiri dari urtikulus, sakulus, serta tiga kanalis semi-sirkularis.
a. Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran)
Suatu struktur yang terdiri atas 3 tulang setengah lingkaran, tersusun
menjadi satu kesatuan dengan posisi berlainan, yaitu ada yang horisontal,
vertikal atas dan vertikal belakang. Setiap kanalis berisi endolimfe, dan pada
setiap pangkalnya membesar disebut ampula, dan berisi reseptor keseimbangan
yang disebut cristae ampularis. Pada cristae ampularis terdapat cupulayang
berhubungan langsung dengan sel-sel reseptor keseimbangan. Kelembaman
endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis akan menyebabkan ia
bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah putaran/gerakan sehingga kita
dapat merasakan adanya perubahan posisi tubuh.
b. Sakulus dan utrikulus
Merupakan alat keseimbangan statis (statoreseptor) yaitu berfungsi
memberikan respons terhadap perubahan kedudukan tubuh, misalnya tegak,
miring, dan lain-lainnya. Pada dasar utrikulus terdapat makula (organ otolith).
Kedudukan otolith ini akan berubah bila posisi kepala berubah.
Dalam sakula dan utrikula terdapatsel-sel rambut yang sangat halus.
Pada sakula, sel-sel rambut tersebut tersusun secara vertical, sedangkan
pada utrikula tersusun secara horizontal. Ujung-ujung sel rambut terbenam
pada membrane seperti gel yang terdapa tserbuk (granula) protein-
kalsiumkarbonat yang disebut otolith. Fungsi otolith adalah untuk
meningkatkan sensasi gravitasi dan gerakan sehingga dapat kita rasakan.
Ketika kepala kita bergerak searah garis lurus, sel-sel rambut halus tersebut
juga akan bergerak sesuai arah gerakan gel membran otolith tersebut,
sedangkan gel membran otolith bergerak dipengaruhi oleh gravitasi juga.
Untuk lebih mudah memahaminya, coba bayangkan tanaman air dalam
akuarium yang bergerak-gerak mengikuti arah air yang bergerak. Nah, sel-sel
rambut yang bergerak mengalami proses kimia untuk mengirimkan pesan
keotak. Otak mengolah pesan tersebut kemudian membandingkannya
dengan input dari mata dan reseptor keseimbangan yang
lain. Utrikula mendeteksi adanya percepatan garis lurus yang mendatar, seperti
saat kita berjalan di jalan yang rata, sedangkan sakula mendeteksi adanya
percepatan garis lurus yang tegak, seperti saat kita sedang naik lift.
3. Proses Mendengar
Telinga dapat mendengar jika ada gelombang suara, gelombang suara akan
dikumpulkan oleh daun telinga, kemudian disalurkan ke saluran telinga luar.
Gelombang suara akan menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke dalam
telinga tengah melalui tulang-tulang pendengaran. Selanjutnya getaran diteruskan ke
telinga dalam melalui tingkap oval dan menggetarkan cairan perilimfe yang terdapat di
dalam skala vestibuli. Getaran cairan itu akan menggetarkan membran Reissner dan
cairan endolimfe dalam skala media, membran basilaris. Saat membran basilaris
bergetar akan menggerakkan sel-sel rambut dan ketika sel-sel rambut menyentuh
membran tektorial maka terjadi impuls yang akan dikirim ke saraf otak VIII lalu ke
korteks otak bagian pendengaran untuk diinterpretasikan.
D. INDRA PERABA
Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,
membungkus daging dan organ-organ yang ada didalamnya. Luas kulit pada manusia
rata-rata ±2 meter persegi dengan berat 10 kg jika di timbang dengan lemaknya atau 4 kg
jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16% dari berat badan manusia itu sendiri.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh
yang lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah,
begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam
kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor eksternal
maupun internal, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas disekitar kulit,
kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit,
penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam
metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologi kulit di berbagai daerah tubuh berbeda. Sifat sifat
anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak
mata, ketiak dan bagian lainnya yang merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada
fungsinya di masing-msing tempat. Kulit di daerah-daerah tersebut berbeda
ketebalannya , keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula
dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dlam lapisan kulit. Pada permukaan
kulit terlihat adanya alur-alur halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai
daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan,
telapak tangan, telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Kondisi kulit tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan usia,
ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga kusam dan
berkeriput. Keadaan ini mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan. Saat itu fungsi
kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering dibandingkan dengan
sebelumnya. Karena kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga
kolagen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kolagen kehilangan kelembaban dan
menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tidak mampu menopang
kulit dengan baik. Perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor
utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan
kelembaban dan elastisitas.
Organon Tactus merupakan alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon
Tactus meliputi kulit dan organ tambahan lainnya. Kulit sebagai indera peraba yang
mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan sakit.
1. Anatomi kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:
a. Epidermis (kulit ari)
Epidermis yaitu lapisan terluar kulit. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh
darah dan sel saraf. Ketebalan epidermis berbeda-eda pada berbagai bagian tubuh,
yang paling tebal berukuran 1 millimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan
yang paling tipis berukuran 0,1 millimeter yang terdapat pada kelopak mata, pipi,
dahi, dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada
lapisan dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan
dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler
dermis ke dalam epidermis.
Epidermis tersusun atas empat lapisan sel yaitu:
1) Stratum germinativum(stratum basale)
Merupakan lapiasan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris
sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis
dibawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan
metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Didalam lapisan
ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Didalam
lapisan ini terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau
melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
ciri-ciri :
a) Tempat dihasilkannya sel-sel baru
b) Kaya sel-sel yang aktif membelah
2) Stratum spinosum(lapisan bertaju)
Stratum spinosum disebut juga lapisan malphigi yang terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma yang berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan,
maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang
terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi
beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut
banyak(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit semakin besar
ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna
untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir
melanin. Sel-sel di bagian lapisan taju yang lebih dalam, banyak yang berada
pada salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai
susunan kimiawi yang khas ; inti-inti sel dalam bagian basal lapisan taju
mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.
3) Stratum granulosum(lapisan berbutir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung
butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut.
Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
Ciri-ciri :
a) Mengandung keratin yang menyebabkan kulit kering dan keras
b) Bergranula berupa melanin(pigmen warna kulit)
4) Stratum lucidum(lapisan barrier)
Terletak tepat dibawah lapisan korneum, dan dianggap sebagai
penyambung lapisan korneum dengan lapisan granulosum. Lapisan bening
terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis, dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat
jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari
lapisan lucidum. Keratinisasi adalah proses dimana sel-sel di epidermis
menjadi dewasa.
5) Stratum korneum (lapisan tanduk)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua
lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis
sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu protein yang
tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan
ini dikenal sebagai lapisan horny, karena terdiri dari milyaran sel pipih yang
mudah terlepas dan digantikan oleh sel baru setiap 4 minggu, karena usia
setiap sel biasanya hanya 28 hari.
Proses pembaharuan lapisan tanduk terus berlangsung, sehingga lapisan
ini memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Daya
elastisitas pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk
mencegah terjadinya penguapan air dari lapisan lapisan kulit yang lebih
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan ini
memiliki daya serap air yang cukup besar.
Ciri-ciri :
a) Kaya pori-pori
b) Banyak ditemukannya sel-sel mati
b. Dermis (kulit janggat)
Kulit janggat atau dermis merupakan tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh-
pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor
pili).
Kulit janggat atau dermis sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit
janggat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit janggat diperkirakan
antara 1-2 mm.
Penyusun utama dari lapisan dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri
dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Lapisan dermis
juga dibentuk oleh matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Sratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk
kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh
darah yang membawakan makanan dan oksigen, serta berhubungan dengan serabut
saraf.
Disebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak/lipid yang berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Keberadaan ujung saraf perasa dalam kulit janggat, memungkinkan dapat
membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki
fungsi tertentu, seperti saraf dengan mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,
panas, dan dingin.
Dipermukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang
disebut acid mantel atau sawar asam dengan Ph 5,5. Acid mantel merupakan
penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur,
bakteri, dan berbagai jasad renik lainnya dipermukaan kulit.
c. Subcutaneous
Didalam lapisan subcutaneous terdapat pembuluh darah, saraf cutaneus dan
jaringan otot adiposa (lemak).
Di dalam kulit terdapat berbagai macam organ yaitu:
a. Rambut, akar rambut tertanam dalam-dalam di lapisan dermis. Tiap helai
rambut terdiri dari akar dan batang yang tumbuh epidermis ke permukaan kulit. Akar
rambut terpancang dalam lubang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan
dari darah melalui bagian kembang yang disebut papila. Ada bagian kulit yang tidak
memiliki rambut yang disebut glabrous.
b. Kelenjar, terdiri dari:
1) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet
yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk
pori-pori keringat. Kelenjar keringat banyak terdapat dipermukaan telapak
tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur
suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Jenis-jenis kelenjar keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini meneksresi cairan jernih, yaitu
keringat yang mengandung 95-97% air dan mengandung beberapa mineral,
seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida, dan sampingan dari
metabolisme seluler. Terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan
dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlah kelenjar keringat ini di
seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam
waktu dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat
ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada
permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin, hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu,
pusar, daerah kelamin, dan daerah sekitar dubur (anogenital). Kelenjar
keringat ini menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-
putihan serta berbau khas pada setiap orang . sel kelenjar ini udah rusak dan
sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan ba. Muaranya berdekatan
dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar
keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan
yang di ekskresikan. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia aki baligh dan
aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
2) Kelenjar minyak
Terletak pada bagian atas kulit janggat berdekatan dengan kandung rambut.
Kelenjar ini terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara pada
kandung rambut (folike). Folikel rambut meneluarkan lemak yang meminyaki
kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar minyak membentuk sebum atau
urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar minyak
trdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian wajah.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya memiliki satu kelenjar minyak yang
bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar minyak
menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kuli kepala.
c. Panca indera, terdiri dari:
Inter Epithelia, jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ kulit,
termasuk didalmnya jaringan saraf.
Jaringan pengikat, mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan
memungkinkan makanan dari darah masuk ke sel. Jaringan pengikat ini juga
menyimpan lemak.
Kulit sebagai indra peraba mempunyai reseptor khusus yaitu:
(1) Tipe reseptor pada kulit, antara lain:
a) Thermoreseptor
Mendeteksi perubahan suhu atau peka terhadap perubahan suhu. Contohnya
adalah Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
b) Mekanoreseptor
Mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah,
mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendian
dan organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba
ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan)
c) Nosiseptor
Mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh adanya
kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya
berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk
tekanan).
(2) Nama Reseptor pada kulit:
Merkels Discus� , mendeteksi sentuhan orang lain yang tidak dikenal
Meissners Corpuscle� , mendeteksi sentuhan orang lain yang sudah dikenal
Korpuskulus ini terletak pada papila dermis, khusunya pada ujung jari,
bibir, dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tegak lurus
dengan permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya
sekitar 40 mikron. Pada bagian tengah korpuskulus terdapat setumpuk sel
gepeng yang tersusun transversal.
korpuskulus ruffini, mendeteksi panas
Ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai kapsula jaringan ikat ikat tipis yang mengandung ujung akhir
saraf yang mengelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor.
Korpuskulus ini terdiri dari serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir dari saraf ini tak bermielin.
korpuskulus krause, mendeteksi dingin
Ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna, pada
dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskulus ini berbentuk bundar
(sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Memiliki sebuah kapsula tebal
yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus ini, serat
bermielin kehilangan mielin dan cabangnya, tetapi tetap diselubungi dengan
sel schwan. Akhir sarafnya menggelembung sebagai gada.
korpuskulus paccini, mendeteksi tekanan
Ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari,
periosteum, mesenterium, tendon, ligamen, dan genetalia eksterna.
Bentuknya bundar atau lonjong, panjangnya 2 mm, dn diameternya 0,5-1
mm. Setiap korpuskulus ini disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar.
Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60
lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun
bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya.
korpuskulus free never ending, mendeteksi rasa sakit
Serat saraf berujung bebas ini serat saraf yang tidak bermielin.
Sistem Anterolateral membawa informasi tentang sentuhan, namun fungsi
utamanya adalah membawa rasa sakit dan temperatur.
2. Fungsi kulit
Kulit memiliki fungsi untuk melindungi bagian tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologi, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet.
3. Mekanisme nyeri pada kulit
Mekanisme nyeri (noxious stimulu) secara sederhana dimulai dari transduksi
stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik
kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak
bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls
listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas
nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat.
Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu
(panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang
dijalarkan ke system saraf pusat.
Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:
a. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya
stimulus mekanis terhadap nosiseptor.
b. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system
saraf ( neliola, et at, 2000 )
c. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.
4. Mekanisme pengeluaran keringat
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus (otak). Hipotalamus dapat
menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar
keringat. Jika hipotalamus mendapat rangsangan, misalnya berupa perubahan
suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf
simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air
garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke
permukaan kulit dalam bentuk keringat.
5. Kelainan pada Kulit
a. Jerawat (akne)
Jerawat disebabkan oleh tumbuhnya kotoran atau sel kulit mati yang
mengakibatkan folikel dan pertumbuhan sebum terhambat. Produksi miyak pada
kulit biasanya disalurkan melalui folikel rambut. Kotoran atau sel kulit mati yang
tidak dibersihkan akan menyumbat saluran ini hingga minyak yang keluar akan
menumpuk dan menjadi komedo. Jika terkena bakteri akne, komedo akan menjadi
jerawat.
Jerawat atau akne adalah suatu penyakit radang yang mengenai susunan
pilosebaseus yaitu kelenjar minyak dengan folikel rambutnya. Jerawat sering
dialami oleh anak-anak pada masa pubertas dan dianggap fisiologis karena
perubahan hormonal.
Jerawat timbul di daerah sebore yaitu daerah kulit yang mengandung lebih
banyak kelenjar minyak. Daerah sebore terdapat pada daerah hidung, pipi, dahi,
dan dagu serta di dada dan punggung.
Gejala timbulnya jerawat :
1) Peningkatan produksi sebum
2) Munculnya kondisi abnormal karena bakteri atau jamur sering kali
menimbukan rasa sakit
3) Terjadi penebalan jaringan
4) Peningkatan hormon estrogen.
Tahap-tahap terjadinya jerawat :
1) Pada kulit yang semula dalam kondisi normal, sering kali terjadi
penumpukan kotoran dan sel kulit mati karena kurangnya perawatan dan
pemeliharaan, khususnya kulit yang memiliki tingkat reproduksi minyak yang
tinggi. Akibatnya saluran kandung rambut (folikel) menjadi tersumbat.
2) Sel kulit mati dan kotoran yang menumpuk tersebut kemudian terkena bakeri
acne, maka timbulah jerawat.
3) Dalam waktu tertentu, jerawat yang tidak diobati akan mengalami
pembengkakan (membesar dan berwarna kemerahan), disebut dengan papule.
4) Bila peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke permukaan kulit
dalam bentuk nanah (pus), jerawat tersebut disebut pastules. Jerawat radang
terjadi akibat folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi
lemak yang padat, kemudian pecah, menyebabkan serbuan sel darah putih ke
area folikel sebasea, sehingga terjadilah reaksi radang. Jerawat radang
memiliki ciri berwarna merah, cepat membesar, berisi nanah(pus) dan terasa
nyeri.
5) Bila jerawat mengandung nanah, lemak dan cairan-cairan lain, berarti jerawat
sudah berada pada kondisi terparah, disebut cyst.
6) Bila cyst tidak terawat, maka jaringan kolagen akan mengalami kerusakan
sampai pada lapisan dermis sehingga kulit menjadi bopeng (scar).
b. Komedo
Komedo adalah nama ilmiah dari pori-pori yang tersumbat. Komedo
merupakan sumbatan lemak yang asalnya dari produksi lemak tubuh manusia.
Komedo sebagai bentuk permulaan jerawat yang berupa gumpalan sebum yang
tersumbat di dalam saluran pilosebaseus. Sebum adalah salah satu kelenjar minyak
yang di hasilkan kelenjar sebasea. Ketika sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak
yang berlebihan pada kulit tidak dibersihkan, maka sel-sel mati meumpuk di kulit,
minyak di permukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit, maka terjadilah
penyumbatan.
c. Siringoma atau siringokistoma
Tumor atau tumbuhan kulit jinak yang terjadi karena pelebaran saluran
kelenjar keringat. Kelainan ini sering dijumpai pada wanita usia dewasa di sekitar
mata yang mungkin meluas di sekitar dahi, pipi, dada, dan perut. Kelainan ini
berupa bintil-bintil kecil dengan diameter 2-3 mm dan mengkilat.
d. Kutil (verucca vulgaris)
Kutil adalah sejenis tumbuhan epidermal yang disebabkan oleh virus dan dapat
menular. Kutil banyak dijumpai pada anak-anak terutama pada jari-jari tangan,
lengan, tungkai dan kaki. Kutil mulai tumbuh kecil dan membesar dalam beberapa
minggu atau bulan. Permukaannnya tidak rata, warnanya coklat, kelabu atau
kehitam-hitaman. Kadangkala kutil tidak tumbuh ke luar permukaan kulit,
melainkan ke dalam.
e. Xanthoma
Xanthoma yaitu sejenis penyakit yang ditandai dengan terjadinya lempeng-
lempeng pipih atau benjolan berwarna kuning jingga. Penderita umumnya adalah
wanita yang terjadi karena timbunan sejenis zat lemak dalam sel-sel yang akan
membentuk seperti busa. Benjolan ini biasanya terletak di kelopak mata, tidak
terasa gatal atau sakit, dan bersifat familier (diturunkan) karena berhubungan
dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.
f. Keratosis seboroik
Keratosis seboroik berwujud sebagai tumbuhan epidermal jinak yang
disebabkan oleh penebalan lapisan tanduk, bentuknya sebesar kepala jarumpentul
sampai sebesar biji jagung atau lebih besar lagi. Kelainan ini berwarna coklat
sampai hitam, tidak menular, dan hanya timbul sedikit di atas permukaan kulit,
berbentuk pipih dengan permukaan yang licin ataupun kasar. Kelainan ini terjadi
pada usia 30 tahun keatas dan timbul di daerah sebore seperti pada kulit wajah,
kulit kepala, dada, dan punggung.
g. Melasma
Yaitu adanya bercak-bercak berwarna coklat kehitaman (hyperpigmentasi) di
kulit wajah seperti di daerah pipi, dahi, dan bibir atas. Melasma sering timbul
karena kehamilan, pil kontrasepsi, pemakaian kosmetik dan sinar matahari.
h. Lentigo
Sejenis naevus pigmentosus yang terlihat menyerupai ephilides, licin berwarna
coklat tua.
i. Vitiligo
Gangguan pigmentasi pada kulit yang ditandai dengan terjadinya bercak-
bercak putih karena kehilangan melanin. Kelainan ini terjadi secara turun temurun.
Bercak ini dapat berukuran besar maupun kecil, dan berbentuk bulat atau tidak
menentu tetapi bila bersatu bisa menjadi lebih besar.
j. Panu
Panu merupakan bentuk lain dari dermatofitosis yaitu bentuk infeksi jamur
dangkal yang disebabkan oleh fungus mallasezia furtur. Penyakit ini tampak
seperti bercak-bercak putih, kecoklat-coklatan atau kehitam-hitaman yang tersebar
diseluruh tubuh.
k. Kurap
Kurap merupakan dermatofitosis yang berupa infeksi kulit berbentuk bulat-
bulat besar dengan diameter 3-4 cm, pinggirnya meninggi, dan berwarna merah,
menimbulkan rasa gatal. Kurap bisa menular dan dapat dialami oleh anak-anak,
remaja, hingga dewasa baik perempuan maupun laki-laki.
l. Tinea pedis
Tinea pedis adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh jamur. Tinea pedis
menyerang bagian kaki terutama pada telapak kaki dan sela-sela jari kaki.
6. Kelainan pada kelenjar keringat
a. Biang keringat (miliaria)
Suatu kelainan kulit yang disebabkan oleh adanya retensi keringat akibat
tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat. Timbulnya biang keringat disebabkan
karena udara panas atau lembab. Penyumbatan pori-pori kelenjar keringat
disebabkan oleh bakteri-bakteri yang menimbulkan peradangan atau
pembengkakan, akibatnya kulit menjadi gatal. Biang keringat terdapat di daerah
dahi, leher, dada, dan punggung.
m. Hiperidrosis
Suatu keadaan keringat yang dihasilkan berlebih. Kelebihan keringat dapat
terjadi di seluruh badan atau hanya setempat misalnya di telapak tangan atau kaki.
Hiperdrosis dapat terjadi secara fisiologis, karena suatu penyakit dan faktor psikis.
n. Anidrosis
Suatu keadaan kulit tidak dapat berkeringat, yang disebabkan kelenjar keringat
tidak mampu berfungsi lagi karena suatu penyakit.
top related