dampak pemberian vitamin b1, b6, b12 ...proses metabolisme homosistein, sehingga kekurangan vitamin...
Post on 23-Oct-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL
TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA
DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kiki Amelia
NIM : 158114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN B1, B6, B12 PARENTERAL
TERHADAP PROPORSI HIPERHOMOSISTEINEMIA
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RS BETHESDA
DAN PANTI RAPIH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kiki Amelia
NIM : 158114009
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Sekalipun aku dapat berkata-kata
dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku sama dengan gong yang berkumandang
dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat
dan aku mengetahui segala rahasia
dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna
untuk memindahkan gunung,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
aku sama sekali tidak berguna.”
1 Korintus 13 : 1-2
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dan menuntun setiap
langkah hidupku;
Keluargaku yang selalu mendukung dalam segala hal;
Teman-teman dan sahabat-sahabat seperjuanganku;
Serta almamater tercinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala
berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian Vitamin B1,
B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal
Kronik RS Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yustina Sri Hartini, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.
2. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes., Sp.S., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan,
wawasan, dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. dan Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK.,
selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.
4. Kepala Rumah Sakit Bethesda yang memberikan ijin kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian dan pengambilan data.
5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Thiara, Egi, Yosua, Juli) yang telah
berjuang bersama, saling membantu, dan memberikan semangat.
8. Sahabat Farmasi 2015 yang telah bersama-sama berproses dan berbagi suka
dan duka di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
9. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
INTISARI ............................................................................................................. xiii
ABSTRACT ......................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 4
Desain Penelitian .............................................................................................. 4
Subjek Penelitian .............................................................................................. 4
Pengumpulan Data ............................................................................................ 5
Analisis Statistik ............................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 6
Data Dasar dan Karakteristik Subjek ................................................................ 6
Deskripsi Data Kadar Homosistein................................................................. 12
Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia ... 12
KESIMPULAN ...................................................................................................... 15
SARAN .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16
LAMPIRAN ........................................................................................................... 19
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik subjek ............................................................................... 6
Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi ............................................................. 8
Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes .............................................................. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia ............................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................ 19
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data.................................... 20
Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit ..................... 21
Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel .............................. 22
Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien ..................................... 23
Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1 .................................. 36
Lampiran 7. Definisi Operasional ........................................................................ 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
INTISARI
Penyakit ginjal kronis adalah kondisi ireversibel penurunan fungsi ginjal
dengan laju filtrasi kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2
minimal 3 bulan.
Homosistein merupakan produk antara yang berasal dari metionin dan akhirnya
diubah menjadi sistein. Rute utama pembersihan homosistein plasma adalah
melalui ginjal, sehingga kadar homosistein pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis biasanya meningkat. Hiperhomosisteinemia menyebabkan peningkatan
resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. Vitamin B berperan besar terhadap
proses metabolisme homosistein, sehingga kekurangan vitamin ini berkaitan
dengan terjadinya hiperhomosisteinemia.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur dampak pemberian vitamin B1,
B6, B12 parenteral terhadap proporsi hiperhomosisteinemia pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih
Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan desain one group pretest-posttest
menggunakan data sekunder rekam medis hasil lab. Data didapatkan dari 117
pasien dengan metode consecutive sampling. Analisis data secara statistik
dilakukan menggunakan program SPSS berlisensi dengan uji McNemar’s chi
square.
Dari hasil penelitian terdapat penurunan proporsi hiperhomosisteinemia
yang bermakna setelah dilakukan pemberian vitamin B selama 2 minggu
(70,94%; p=0,000) dan selama 4 minggu (66,38%; p=0,000). Kesimpulannya
pemberian vitamin B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4
minggu dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada
pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
Kata kunci: gagal ginjal kronis; hiperhomosisteinemia; vitamin B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
ABSTRACT
Chronic kidney disease is a condition of irreversible decrease in kidney
function with less than 60 ml / minute / 1.73 m2 filtration rate for at least 3 months.
Homocysteine is an intermediate product derived from methionine and eventually
converted to cysteine. The main cleaning route of plasma homocysteine is through
the kidney, so the total homocysteine levels in patients with chronic kidney disease
usually increase. Hyperhomocysteinemia can increase the risk of cardiovascular
disease. Vitamin B plays a big role in the process of homocysteine metabolism, so
deficiency of this vitamin is related to the occurrence of hyperhomocysteinemia.
The aim of this study was to measure the effect of parenteral
administration of vitamin B1, B6, B12 on the proportion of hyperhomocysteinemia
in patients with chronic kidney disease on hemodialysis at Bethesda and Panti
Rapih Hospital Yogyakarta. The study was performed with one group
pretest-posttest design using secondary data obtained from medical records of lab
results. Data were obtained from 117 patients with consecutive sampling method.
Data analysis was statistically carried out using licensed SPSS with McNemar's chi
square test.
There was a significant decrease in the proportion of
hyperhomocysteinemia after administration of vitamin B for 2 weeks (70,94%;
p=0,000) and 4 weeks (66,38%; p=0,000). In conclusion, the administration of
vitamin B1, B6, and B12 within 2 weeks and 4 weeks can significantly reduce the
proportion of hyperhomocysteinemia in patients with chronic renal failure
undergoing hemodialysis.
Keywords: chronic renal failure; hyperhomocysteinemia; vitamin B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai penurunan fungsi
ginjal, dapat dilihat dari GFR (Glomerulus Filtration Rate) yang berada di bawah
nilai normal, yaitu kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 dalam jangka waktu paling
tidak 3 bulan. Orang-orang penderita CKD memiliki kualitas hidup terkait
kesehatan yang lebih rendah dari pada populasi umum, yang berujung pada
meningkatnya insiden mortalitas pada penderita CKD (Webster et al, 2017).
Rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis secara global mencapai 13,4%
(Hill et al, 2016). Penelitian di Indonesia oleh Kemenkes RI (2013) menunjukkan
bahwa dari keseluruhan provinsi, rata-rata prevalensi penyakit ginjal kronis pada
individu yang berumur lebih dari 15 tahun adalah sebesar 0,2%. Besar prevalensi
khususnya untuk provinsi DI Yogyakarta sendiri adalah 0,3%.
Penderita penyakit ginjal kronis menunjukkan banyak kelainan dalam
metabolisme protein dan asam amino, yang mana hal tersebut dapat
mempengaruhi kadar homosistein di dalam plasma. Homosistein merupakan hasil
demetilasi dari asam amino metionin. Proses metabolisme homosistein banyak
dilakukan pada ginjal, sehingga apabila terjadi gangguan pada fungsi ginjal,
metabolisme homosistein akan berkurang dan konsentrasinya dalam darah
menjadi meningkat (Makowski, 2015).
Chao et al (2014) melakukan penelitian yang melibatkan sebanyak 1.581
pasien yang direkrut dari pusat pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit di
Taiwan antara tahun 2006 dan 2008, kemudian dibuat 2 kelompok berdasarkan
tingkat serum homosistein di atas dan di bawah 12,24 μmol/l. Perkiraan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dihitung dan GFR yang berada di bawah 60
ml/menit/1,73 m2
termasuk CKD. Hasilnya, odd ratio (95% interval kepercayaan)
penderita CKD adalah 5,76 dibandingkan dengan subjek dengan kadar
homosistein serum yang normal, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan kadar
serum homosistein berkaitan dengan kejadian CKD dan berhubungan negatif
dengan GFR.
Metabolisme homosistein terjadi melalui dua jalur remetilasi dan satu
jalur trans-sulfurasi. Jalur remetilasi bertanggung jawab terhadap konversi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
homosistein menjadi metionin, sedangkan jalur trans-sulfurasi bertanggung jawab
terhadap konversi homosistein menjadi sistein. Jalur-jalur ini membutuhkan
vitamin B6, B12, dan folat yang akan bertindak sebagai koenzim (Venancio et al,
2010). Vitamin B12 berperan sebagai kofaktor pada proses remetilasi dan vitamin
B6 sebagai kofaktor pada proses trans-sulfurasi dalam metabolisme homosistein,
sehingga kekurangan vitamin B6 dan B12 berkaitan dengan terjadinya
peningkatan konsentrasi Hcy dalam darah (Basheer et al, 2016).
Homosistein pada kadar tinggi mempertinggi resiko penyakit vaskuler,
termasuk disfungsi endotelium, proliferasi sel otot polos, dan remodelling
kardiovaskuler. Auto-oksidasi Hcy ke homocystine menghasilkan produksi
hidrogen peroksida (H2O2) serta radikal bebas berbasis oksigen (superoksida (O2-)
dan radikal hidroksil (OH-)), sehingga menginduksi cedera dan disfungsi sel
endotel melalui stres oksidatif, yang dianggap sebagai langkah pertama terjadinya
atherogenesis (Debreceni & Debreceni, 2014).
Penelitian Sahu et al (2015) melibatkan sebanyak 200 pasien dengan 100
orang adalah pasien penyakit kardiovaskular yang terbukti secara angiografi dan
100 orang tidak menderita penyakit kardiovaskular. Tingkat homosistein pasien
diukur dan didapatkan hasil kadar homosistein meningkat secara signifikan pada
kelompok yang sakit dibandingkan dengan kontrol. Sensitivitas, spesifisitas, dan
akurasi homosistein sebagai ukuran prediksi resiko penyakit kardiovaskuler
sangat tinggi, dengan nilai prediksi positif 89% dan odd ratio 39,48 bila
dibandingkan dengan faktor risiko lain.
Homosistein diukur dengan menggunakan pemeriksaan ARCHITECT
Homocysteine. ARCHITECT Homocysteine merupakan pemeriksaan
immunoassay untuk menentukan total homosistein pada serum atau plasma
manusia secara kuantitatif dengan teknologi CMIA (Chemiluminescent
Microparticle Immunoassay). Homosistein dalam bentuk terikat atau dimer
direduksi oleh dithiothreitol (DTT) menjadi homosistein bebas, yang kemudian
diubah menjadi S-adenosyl homocysteine (SAH) dengan bantuan enzim
rekombinan S-adenosil homocysteine hydrolase (rSAHHase). SAH berkompetisi
dengan konjugat S-adenosyl cysteine berlabel acridinium untuk berikatan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
mikropartikel antibodi monoklonal Anti-S-adenosyl-L-homocysteine. Setelah
melalui proses pencucian dan pemisahan magnetik, ditambahkan larutan
pre-trigger dan trigger untuk menghasilkan chemilumiscence yang diukur dalam
Relative Light Units (RLUs), kemudian RLUs dideteksi dengan ARCHITECT
iSystem optics. Terdapat hubungan indirek antara kadar homosistein dalam sampel
dengan RLUs yang terdeteksi (Abbott, 2017).
Hiperhomosisteinemia didefinisikan sebagai tingginya kadar homosistein
dalam darah secara abnormal (di atas 15 μmol/L). Konsentrasi total homosistein
dalam plasma manusia sehat dalam kondisi puasa berkisar antara 5 hingga 15
μmol/L. Konsentrasi antara 16-30 μmol/L diklasifikasikan sebagai
hiperhomosisteinemia moderat, konsentrasi 31-100 μmol/L termasuk
hiperhomosisteinemia intermediet, dan nilai di atas 100 μmol/L diklasifikasikan
sebagai hiperhomosisteinemia berat (Ganguly & Alam, 2015).
Penelitian Saposnik et al (2009) dilakukan pada 5522 partisipan yang
dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Kelompok perlakuan
mendapatkan terapi asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12. Pada kelompok
perlakuan ditemukan penurunan rata-rata konsentrasi homosistein sebanyak 2,2
μmol/L, sedangkan pada kelompok plasebo meningkat 0,8 μmol/L. Angka
insidensi stroke pada kelompok perlakuan juga ditemukan lebih rendah dari pada
kelompok plasebo, sehingga disimpulkan bahwa penurunan homosistein dengan
asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat menurunkan resiko terjadinya
stroke secara keseluruhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dampak pemberian
vitamin B1, B6, B12 secara parenteral terhadap proporsi kejadian
hiperhomosisteinemia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan tambahan bagi
para klinisi untuk melakukan pemberian terapi vitamin B1, B6, dan B12 kepada
pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis sehingga dapat menurunkan
hiperhomosisteinemia yang diderita pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pra-eksperimental dengan desain one
group pretest-posttest (Surahman dkk, 2016). Pada desain penelitian ini tidak
digunakan kelompok kontrol. Satu kelompok pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis diberi perlakuan, yaitu pemberian 2 ml vitamin B1, B6,
dan B12 parenteral sebanyak dua kali seminggu setelah hemodialisis. Pengukuran
kadar homosistein dilakukan pada visit I sebelum pemberian vitamin B (pretest),
kemudian pada visit 2 pada minggu kedua setelah pemberian vitamin B, dan visit
3 pada minggu keempat setelah pemberian vitamin B (posttest). Penelitian ini
menggunakan taraf kepercayaan 95% dan power studi 80%.
Subjek Penelitian
Penentuan besar ukuran minimal sampel diperlukan untuk mendapatkan
sampel yang representatif. Cara perhitungan besar sampel untuk perbandingan
proporsi satu kelompok ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut:
n =
)1()1(
)1(
22/1
2
ppNZ
d
pNpDEFF
Keterangan:
n = besar sampel;
DEFF = desain efek;
N = besar populasi;
p = hasil frekuensi yang diperkirakan dari populasi;
d = batas kepercayaan (dalam persen);
Z1-α = nilai dalam tabel Z untuk nilai α tertentu (ditentukan oleh peneliti
yaitu α = 0,05 = 5%);
(Sullivan, 2019).
Ukuran sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini dihitung
dengan bantuan kalkulator ukuran sampel dari halaman web
https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm menggunakan data proporsi
penurunan hiperhomosisteinemia setelah pemberian vitamin B merujuk dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
penelitian yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian Chiu et al (2009) dalam
Amini et al (2015), didapatkan proporsi penurunan hiperhomosisteinemia setelah
perlakuan adalah 29,3% dari sejumlah 75 pasien, kemudian dimasukkan sebagai
input data pada kalkulator penghitung ukuran sampel. Dari hasil perhitungan
kalkulator, persyaratan sampel minimum yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 61 subjek untuk taraf kepercayaan 95%.
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
nonprobability sampling dengan tipe consecutive sampling, yaitu dengan cara
mengambil semua subjek tersedia yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
yang sudah ditetapkan (Sharma, 2014). Subjek penelitian ini adalah pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah
Sakit Panti Rapih, Yogyakarta dengan memperhatikan beberapa kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi antara lain meliputi jenis kelamin laki-laki atau
perempuan, usia >18 tahun (dewasa), memiliki gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis rutin, yaitu dua kali per minggu, dan tidak menggunakan suplemen
vitamin B rutin sebelumnya. Sedangkan kriteria eksklusi adalah subjek yang tidak
bersedia bergabung dalam penelitian, subjek yang memiliki hipersensitivitas
terhadap vitamin B, berpartisipasi dalam uji klinis yang lain, dan kehamilan atau
rencana untuk hamil selama penelitian berlangsung.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder profil pasien
(seperti nomor rekam medis, nama, usia, dan jenis kelamin), diagnosis penyakit
lain (hipertensi dan diabetes melitus), konsumsi obat lain (anti-hipertensi,
anti-diabetes, dan asam folat), serta kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3 yang
diambil melalui rekam medis hasil laboratorium pasien gagal ginjal kronis yang
menjalani hemodialisis dan telah mendapatkan terapi vitamin B1, B6, dan B12
secara parenteral selama 4 minggu di Rumah Sakit Bethesda dan Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta.
Analisis Statistik
Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat karakteristik subjek dan
deskripsi data kadar homosistein pada visit 1, 2, dan 3, kemudian dilanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
analisis statistik secara komputerisasi menggunakan bantuan software SPSS untuk
melihat pengaruh penggunaan vitamin B terhadap kejadian hiperhomosisteinemia
subjek dalam bentuk proporsi dengan analisis McNemar’s. Hasil analisis data
yang diperoleh kemudian dibahas dalam bentuk uraian dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Dasar dan Karakteristik Subjek
Penelitian ini melibatkan sebanyak 117 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada waktu sebelum
dilakukan pemberian vitamin B (visit 1) dan pada minggu kedua setelah
pemberian vitamin B (visit 2) diambil dari keseluruhan 117 subjek tersebut. Pada
minggu keempat setelah pemberian vitamin B (visit 3), terdapat 1 orang yang
tidak berhasil mengikuti penelitian hingga selesai, sehingga jumlah subjek yang
dapat diteliti pada visit 3 berkurang menjadi 116 orang.
Tabel I. Karakteristik subjek
Karakteristik Kategori
Jumlah
Subjek
(n=117)
Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 76 64,96%
Perempuan 41 35,04%
Usia
-
7
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 41 subjek dengan persentase 35,04%.
Berarti mayoritas penderita gagal ginjal kronis dalam penelitian ini didominasi
oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan data dari Kemenkes RI (2017)
yang menyatakan bahwa prevalensi penyakit gagal ginjal kronis secara
keseluruhan di Indonesia pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari pada perempuan
(0,2%). Jenis kelamin laki-laki beresiko mengalami gagal ginjal kronik dua kali
lipat lebih besar dibandingkan perempuan, kemungkinan disebabkan karena
perempuan lebih menjaga pola hidup sehat dari pada laki-laki (Pranandari dan
Supadmi, 2015).
Apabila dilihat dari pembagian rentang usia, subjek penelitian dapat
dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya adalah usia 45-59 tahun (usia
paruh baya), 60-74 tahun (lanjut usia), 75-89 tahun (usia tua), dan lebih dari 90
tahun (sangat tua) (Kam dan Power, 2015). Terdapat 33 subjek (28,205%) yang
termasuk dalam golongan usia
-
8
Penyakit hipertensi berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronis, di mana
tekanan darah yang tinggi secara berkelanjutan lama-kelamaan akan dapat
menyempitkan dan merusak arteri di sekitar ginjal. Arteri yang rusak tidak dapat
mengalirkan darah secara maksimal ke jaringan ginjal, sehingga dapat
menyebabkan atau memperburuk progresivitas gagal ginjal (AHA, 2019).
Sebaliknya, penurunan laju filtrasi glomerulus akan mengaktifkan sistem saraf
simpatis dan/atau RAAS sehingga menghasilkan hipertensi yang tidak terkontrol
(Cheng et al, 2016) Selain itu di sisi lain, diabetes dapat memicu terjadinya
komplikasi secara mikrovaskuler yang dapat menyebabkan nefropati dan dapat
berlanjut menjadi gagal ginjal (WHO, 2019).
Tabel II. Konsumsi Obat Anti-hipertensi
Obat Anti-hipertensi Jumlah Subjek Persentase
Jenis Obat Golongan Jenis
Obat Golongan
Jenis
Obat Golongan
Amlodipine Calcium
channel
blocker
(CCB)
60
68
51,28%
58,12% Diltiazem 7 5,98%
Nifedipine 3 2,56%
Irbesartan Angiotensin
receptor
blocker
(ARB)
45
51
38,46%
43,59% Candesartan 5 4,27%
Valsartan 1 0,85%
Furosemide
Diuretik
47
49
40,17%
41,88% Spironolactone 2 1,71%
Hidrochlorothiazid 1 0,85%
Clonidine Agonis α2
adrenergik 16 16 13,68% 13,68%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Untuk gambaran pemakaian obat-obatan lain yang digunakan oleh subjek
pada penelitian ini, terdapat beberapa golongan dan jenis obat anti-hipertensi
seperti calcium channel blocker (CCB), angiotensin receptor blocker (ARB),
diuretik, dan agonis α2 adrenergik. Calcium channel blocker (CCB) terdiri dari
Amlodipine yang dikonsumsi oleh 60 subjek (51,28%), Diltiazem sebanyak 7
subjek (5,98%), dan Nifedipine sebanyak 3 subjek (2,56%). Total subjek yang
mendapatkan obat anti-hipertensi golongan CCB adalah sebanyak 68 orang
(58,12%), dengan adanya 2 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat
dalam golongan CCB (1 orang mengkonsumsi Amlodipine dan Nifedipine serta 1
orang lagi mengkonsumsi Amlodipine dan Diltiazem). Kemudian terdapat
golongan angiotensin receptor blocker (ARB) yang terdiri dari Irbesartan yang
dikonsumsi oleh 45 subjek (38,46%), Candesartan sebanyak 5 subjek (4,27%),
dan Valsartan sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan obat
anti-hipertensi golongan ARB adalah sebanyak 51 orang (43,59%). Selanjutnya
adalah golongan diuretik yang terdiri dari Furosemide yang dikonsumsi oleh 47
subjek (40,17%), Spironolactone sebanyak 2 subjek (1,71%), dan
Hidrochlorothiazide sebanyak 1 subjek (0,85%). Total subjek yang mendapatkan
obat anti-hipertensi golongan diuretik adalah 49 orang (41,88%), di mana terdapat
1 orang yang mengkonsumsi lebih dari satu jenis obat dalam golongan diuretik
(Furosemide dan Spironolactone). Sementara Clonidine merupakan obat
anti-hipertensi golongan agonis α2 adrenergik yang dikonsumsi oleh sebanyak 16
orang subjek (13,68%).
Strategi pengendalian tekanan darah telah menjadi metode yang
disarankan untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi kerusakan ginjal.
Dalam 10 tahun terakhir, pedoman di beberapa negara seperti Amerika, Eropa,
dan Jepang telah mengedepankan dan merevisi beberapa rekomendasi kontrol
tekanan darah untuk proteksi ginjal. Pedoman-pedoman ini merekomendasikan
penggunaan terapi kombinasi termasuk ACEI/ARB dengan CCB dan ACEI/ARB
dengan diuretik (Cheng et al, 2016).
Dari studi yang dilakukan oleh Liu et al, 2017, pemberian ACEI atau
ARB dapat mengurangi hilangnya fungsi ginjal, terutama untuk pasien dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
dialisis peritoneal. Perbandingan secara tidak langsung menunjukkan bahwa
pengobatan dengan ARB diperkirakan dapat mengurangi angka kejadian
kardiovaskular (seperti gagal jantung) pada pasien hemodialisis, sedangkan tidak
dengan ACEI.
Anti-hipertensi golongan agonis simpatis sistem saraf pusat (seperti
metildopa, guanabenz, guanfacine, dan clonidine) lebih jarang digunakan untuk
mengontrol tekanan darah karena tingginya tingkat efek samping yang merugikan
pasien. Efek samping ini termasuk mulut kering, disfungsi ereksi, kelelahan, dan
hipertensi rebound. Clonidine merupakan agonis simpatis utama yang masih
digunakan dalam populasi hemodialisis, terutama pada pasien dengan hipertensi
yang sulit terkontrol dan pasien dengan hipertensi yang signifikan selama
hemodialisis. Beberapa nefrologis menyatakan bahwa patch clonidine dapat
ditoleransi dengan baik dan efektif, sehingga frekuensi penggunaan dosis
clonidine secara oral dapat diturunkan (Inrig, 2010).
Tabel III. Konsumsi Obat Anti-diabetes
Obat Anti-diabetes Jumlah Pasien
Persentase
Jenis Obat Golongan Jenis
Obat Golongan
Jenis
Obat Golongan
Insulin - 10 10 8,54% 8,54%
Acarbose α-glukosidase
inhibitor 5 5 4,27% 4,27%
Gliquidone
Sulfonilurea
7
10
5,98%
8,54%
Glimepiride 3 2,56%
Untuk obat anti-diabetes terdapat 3 golongan yang digunakan, yaitu
insulin, α-glukosidase inhibitor, dan sulfonilurea. Terdapat 10 orang (8,54%) yang
menggunakan insulin, 5 orang (4,27%) yang menggunakan α-glukosidase
inhibitor (acarbose), dan 10 orang (8,54%) yang menggunakan sulfonilurea
(gliquidone 7 orang (5,98%) dan glimepiride 3 orang (2,56%)).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
Diabetes merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang menjadi
penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas bagi pasien yang menjalani
hemodialisis. Meskipun telah banyak kemajuan di bidang pengobatan dan terapi
pengganti ginjal, laju mortalitas para pasien hemodialisis masih tergolong tinggi,
yaitu sebanyak 10% dari tahun pertama dilakukannya dialisis. Pasien dengan
diabetes memiliki kesempatan bertahan hidup kurang lebih hanya separuh dari
pasien-pasien lain yang tidak mengidap diabetes (JBDS-IP, 2016).
Beberapa bidang terkait perawatan diabetes pada pasien hemodialisis
masih kurang dipahami, termasuk target kontrol gula darah dan algoritma terapi
untuk mencapai target tersebut. Manajemen farmakologi diabetes bagi pasien
dengan gagal ginjal stadium akhir terbatasi oleh sedikitnya jumlah terapi yang
dapat dipilih. Seringkali, insulin digunakan sebagai satu-satunya opsi terapi yang
tersedia, dan walaupun selama penggunaan insulin dapat dilakukan manajemen
gula darah secara hati-hati, pasien tetap beresiko mengalami hipoglikemia dan
variabilitas glikemik individu (JBDS-IP, 2016).
Selain anti-hipertensi dan anti-diabetes, terapi lain yang banyak
digunakan oleh subjek dalam penelitian ini adalah asam folat. Dari 117 orang
terdapat 102 orang (87,18%) yang menggunakan asam folat. Asam folat
merupakan bentuk sintetis dari vitamin B9 yang berperan penting dalam proses
konversi dari homosistein menjadi metionin. Pasien gagal ginjal kronis
membutuhkan terapi asam folat karena kekurangan asam folat akan menyebabkan
penurunan konversi homosistein, sehingga kadar homosistein di dalam darah
meningkat dan meningkatkan juga resiko penyakit kardiovaskuler pada pasien
tersebut (Cianciolo et al, 2017).
Terapi hanya dengan asam folat saja tetap masih tidak cukup untuk
menurunkan hiperhomosisteinemia yang diderita oleh pasien gagal ginjal kronik
pada penelitian ini, karena dapat dilihat dari baseline kadar homosistein pada visit
1 yang tetap tinggi sebelum pemberian intervensi, sehingga tetap perlu diberikan
terapi tambahan untuk menurunkan hiperhomosisteinemia yang dialami pasien,
yaitu terapi vitamin B1, B6, dan B12 parenteral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
Deskripsi Data Kadar Homosistein
Kadar rata-rata hemoglobin yang didapatkan pada visit 1 adalah 23,34 ±
8,56 μmol/L, dengan rentang kadar sebesar 40,58 μmol/L (6,43 μmol/L - 47,01
μmol/L). Pada visit 2 didapatkan rata-rata kadar homosistein menurun sebanyak
48,84% menjadi 11,94 μmol/L (± 3,77 μmol/L), dengan rentang kadarnya sebesar
17,89 μmol/L (3,94 μmol/L - 21,83 μmol/L). Untuk visit 3 rata-rata kadar
homosisteinnya sedikit meningkat dibanding visit 2 (2,01%) namun masih jauh
lebih rendah dari pada visit 1 (47,81%), yaitu sebesar 12,18 μmol/L ± 4,41
μmol/L. Rentang kadarnya adalah sebesar 22,39 μmol/L (2,83 μmol/L - 25,22
μmol/L.
Pengaruh Pemberian Vitamin B terhadap Proporsi Hiperhomosisteinemia
Analisis McNemar’s dilakukan dengan SPSS untuk melihat apakah
pemberian vitamin B dapat menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia setelah
pemberian 2 minggu (perbandingan visit 1 dan visit 2) serta setelah pemberian 4
minggu (perbandingan visit 1 dan visit 3). Data dibuat dalam bentuk dikotomus
yaitu dilambangkan dengan 2 kode yang berbeda, misalnya kode angka 0 dan 1
(Adedokun and Burgess, 2012). Pada penelitian ini, pasien yang mengalami
hiperhomosisteinemia (kadar homosistein >15 μmol/L) dilambangkan dengan
kode angka 1, sedangkan pasien yang tidak hiperhomosisteinemia dilambangkan
dengan kode angka 0.
Gambar 1. Grafik penurunan proporsi hiperhomosisteinemia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Hasil keluaran analisis McNemar’s yaitu crosstab visit 1 dan 2, crosstab
visit 1 dan 3, serta nilai signifikansi. Dari hasil crosstab visit 1 ke visit 2,
mayoritas subjek (83 dari 117 orang atau 70,94%) mengalami perubahan dari
hiperhomosisteinemia menjadi tidak hiperhomosisteinemia. Sisanya, 13 orang
tidak mengalami hiperhomosisteinemia dan 21 orang tetap mengalami
hiperhomosisteinemia pada visit 2. Dari visit 1 ke visit 3, jumlah orang yang
mengalami perubahan dari hiperhomosisteinemia menjadi tidak
hiperhomosisteinemia yaitu 77 orang dari 116 orang (66,38%). 13 orang masih
tidak mengalami hiperhomosisteinemia. Hingga visit 3 terdapat 26 orang yang
tetap mengalami hiperhomosisteinemia.
Data menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tetap mengalami
hiperhomosisteinemia dari visit 2 ke visit 3 bertambah (sebanyak 5 orang). Hal ini
dapat terjadi karena menurut penelitian Amin et al, 2016, profil homosistein
pasien dapat meningkat secara signifikan pada tahap terakhir penyakit ginjal
kronis meskipun sebelumnya telah menurun. Walapun begitu tetap terdapat
perubahan yang bermakna untuk pemberian vitamin B dilihat dari nilai
signifikansi hasil analisis McNemar’s yaitu 0,000 baik setelah pemberian selama 2
minggu (visit 1 dan visit 2) maupun 4 minggu (visit 1 dan 3). Hasil yang
bermakna dapat dilihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 (Adedokun
and Burgess, 2012).
Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin
B1, B6, dan B12 dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat
menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Tayebi et al, 2016 yang menginvestigasi efek pemberian suplemen vitamin B12
terhadap kadar homosistein serum pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Setelah 8 minggu, median kadar homosistein pada pasien yang diberikan
intervensi berupa vitamin B12 intravena sebanyak dua kali seminggu berkurang
secara signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol yang tidak mendapat
intervensi apapun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Pasien yang menderita penyakit ginjal kronis memiliki prevalensi tinggi
untuk mengalami defisiensi vitamin B12. Defisiensi vitamin B12 diasosiasikan
dengan terjadinya beberapa penyakit, contohnya anemia serta kelainan-kelainan
neurologis seperti timbulnya gejala kesemutan, mati rasa, kehilangan
keseimbangan, dan tubuh terasa lemah (Patil et al, 2016). Selain itu, defisiensi
vitamin B12 juga dapat menyebabkan terjadinya hiperhomosisteinemia karena
terganggunya transferensi radikal metil 5-MTHF dalam jalur remetilasi
homosistein melalui metionin sintase (Venancio et al, 2010).
Hiperhomosisteinemia juga dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin
yang lain seperti vitamin B6. Kurangnya vitamin B6 akan menghambat konversi
homosistein menjadi sistein oleh enzim CBS (cystathionine beta synthase) dan
γ-cystathionase yang diaktivasi oleh vitamin B6 di dalam jalur trans-sulfurasi.
Kondisi ini akan mendukung terjadinya akumulasi homosistein intraseluler, yang
kemudian akan berpindah menuju kompartemen ekstraseluler, dan pada akhirnya
menyebabkan peningkatan konsentrasi homosistein yang tersirkulasi dalam
peredaran darah. Proses ini akan dapat mencegah toksisitas intraseluler, akan
tetapi di sisi lain dapat membahayakan sistem vaskuler karena adanya kelebihan
homosistein tersebut (Venancio et al, 2010). Oleh karena itu, dapat diberikan
terapi tambahan vitamin B untuk mencegah komplikasi yang dapat terjadi karena
kekurangan vitamin ini.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dapat dipantaunya lama
waktu pasien menjalani hemodialisa sebelum penelitian berlangsung. Selain itu
penelitian ini hanya berfokus pada komorbiditas hipertensi dan diabetes serta obat
anti-hipertensi, anti-diabetes, dan asam folat, sehingga tidak semua jenis
obat-obatan lain yang dikonsumsi dan komorbiditas yang dialami pasien dibahas
di dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian vitamin B1, B6, dan
B12 parenteral dalam jangka waktu 2 minggu maupun 4 minggu dapat
menurunkan proporsi hiperhomosisteinemia secara bermakna pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
SARAN
Vitamin B1, B6, dan B12 parenteral dapat dipertimbangkan
penggunaannya oleh para klinisi sebagai terapi tambahan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi penyerta yang kerap kali terjadi pada pasien dengan gagal
ginjal kronis yang menjalani hemodialisa, yaitu hiperhomosisteinemia. Saran
untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih
panjang, sekaligus menganalisis komorbiditas selain hipertensi dan diabetes
melitus serta obat-obatan lain yang dikonsumsi selain anti-hipertensi,
anti-diabetes, dan asam folat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, 2017, ARCHITECT Homocysteine [Package Insert], Abbott Laboratories,
Illinois, p. 1.
Adedokun, O. A., and Burgess, W. D., 2012. Analysis of Paired Dichotomous
Data: A Gentle Introduction to the McNemar Test in SPSS, Journal of
MultiDisciplinary Evaluation, 8 (17): 125-131.
AHA, 2019. How High Blood Pressure Can Lead to Kidney Damage or Failure,
https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/health-threats
-from-high-blood-pressure/how-high-blood-pressure-can-lead-to-kidney-
damage-or-failure, diakses pada 17 April 2019.
Aisara, S., Azmi, S., dan Yanni, M., 2018. Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 7 (1): 42.
Alexander, N., Matsushita, K., Sang, Y., Ballew, S., Mahmoodi, B. K., Astor, B.
C., & Coresh, J., 2015. Kidney measures with diabetes and hypertension
on cardiovascular disease: the Atherosclerosis Risk in Communities
Study. American journal of nephrology, 41(4-5), 409–417.
Amin, H.K., El-Sayed, M.I.K. and Leheta, O.F., 2016, Homocysteine as a
predictive biomarker in early diagnosis of renal failure susceptibility and
prognostic diagnosis for end stages renal disease. Renal failure, 38(8),
pp. 1267-1275.
Amini, M., Khosravi, M., Baradaran, H. R., & Atlasi, R. 2015. Vitamin B12
supplementation in end stage renal diseases: a systematic
review. Medical journal of the Islamic Republic of Iran, 29, 167.
Basheer, M.P., Soopy, K., Pradeep Kumar, K.M., Sreekumaran, E. and
Ramakrishna, T., 2016. Vitamin B complex and homocysteine status and
Cognitive impairment in the elderly among Indian population. Journal of
Neuroscience and Behavioral Health, 8(4), pp.20-26.
CDC, 2019, Chronic Kidney Disease (CKD) Surveillance System,
https://nccd.cdc.gov/CKD/FactorsOfInterest.aspx?type=Age, diakses
pada 27 April 2019.
Chao, M.C., Hu, S.L., Hsu, H.S., Davidson, L.E., Lin, C.H., Li, C.I., Liu, C.S., Li,
T.C., Lin, C.C. and Lin, W.Y., 2014, Serum homosistein level is
positively associated with chronic kidney disease in a Taiwan Chinese
population, Journal of nephrology, 27(3): 299-305.
Cheng, Y., Huang, R., Kim, S., Zhao, Y., Li, Y., & Fu, P., 2016, Renoprotective
effects of renin-angiotensin system inhibitor combined with calcium
channel blocker or diuretic in hypertensive patients: A
PRISMA-compliant meta-analysis. Medicine, 95(28), e4167.
Cianciolo, G., De Pascalis, A., Di Lullo, L., Ronco, C., Zannini, C. and La
Manna, G., 2017. Folic acid and homocysteine in chronic kidney disease
and cardiovascular disease progression: which comes first. Cardiorenal
medicine, 7(4), pp.255-266.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
Debreceni, B., & Debreceni, L., 2014, The Role of Homocysteine-Lowering
B-Vitamins in the Primary Prevention of Cardiovascular Disease,
Cardiovascular Therapeutics, 32 (3): 130-138.
Ganguly, P., & Alam, S. F., 2015, Role of homocysteine in the development of
cardiovascular disease. Nutrition Journal, 14, 6.
http://doi.org/10.1186/1475-2891-14-6
Hill, N. R., Fatoba, S. T., Oke, J. L., Hirst, J. A., O’Callaghan, C. A., Lasserson,
D. S., dan Hobbs, F. D. R., 2016, Global Prevalence of Chronic Kidney
Disease - A Systematic Review and Meta-Analysis, PLoS ONE, 11 (7):
1.
Inrig J., 2010, Antihypertensive agents in hemodialysis patients: a current
perspective. Seminars in dialysis, 23(3), 290–297.
JBDS-IP, 2016, Management of adults with diabetes on the haemodialysis unit,
UK: Joint British Diabetes Societies for inpatient care, p. 17, 39.
Kam, P. and Power, I., 2015. Principles of Physiology for the Anaesthetist, New
York: CRC Press, p. 433.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, hal. 95.
Kemenkes RI, 2017. InfoDATIN: Situasi Penyakit Ginjal Kronis, Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI, hal. 3.
Liu, Y., Ma, X., Zheng, J., Jia, J., & Yan, T., 2017, Effects of
angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor
blockers on cardiovascular events and residual renal function in dialysis
patients: a meta-analysis of randomised controlled trials. BMC
nephrology, 18(1), 206.
Makowski, G. S., 2015, Advances in Clinical Chemistry, Vol. 72, Burlington:
Academic Press, pp. 78-80.
Patil, R.G., Bhosle, D.G. and Malik, R.A., 2016, Vitamin B12 deficiency in
chronic kidney disease. IOSR J Dent Med Sci, 15(9): 22-25.
Pranandari, S. dan Supadmi, W., 2015, Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronik di Unit
Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo, Majalah Farmaseutik, 11 (2):
316-320.
Sahu, A., Gupta, T., Kavishwar, A. and Singh, R.K., 2015, Cardiovascular
diseases risk prediction by homocysteine in comparison to other markers:
a study from Madhya Pradesh, Journal of the Association of Physicians
of India, 63: 37-40.
Saposnik, G., Ray, J.G., Sheridan, P., McQueen, M., Lonn, E. and HOPE 2
Investigators, 2009. Homocysteine-lowering therapy and stroke risk,
severity, and disability: additional findings from the HOPE 2 trial.
Stroke, 40(4), pp.1365-1372.
Sharma, S., 2014, Nursing Research and Statistics, Reed Elsevier India Private
Limited, India, p. 224.
Sullivan, K.M., 2019, Sample Size for a Proportion or Descriptive Study,
https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm, diakses pada 17
Januari 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Surahman, Rachmat, M., dan Supardi, S., 2016, Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi: Metodologi Penelitian, Kemenkes RI, Jakarta, hal. 79.
Tayebi, A., Biniaz, V., Savari, S., Ebadi, A., Shermeh, M.S., Einollahi, B. and
Rahimi, A., 2016. Effect of Vitamin B 12 supplementation on serum
homocysteine in patients undergoing hemodialysis: A randomized
controlled trial. Saudi Journal of Kidney Diseases and
Transplantation, 27(2), p.256.
Venancio, L.D.S., Burini, R.C. and Yoshida, W.B., 2010. Dietary treatment of
hyperhomocysteinemia in peripheral arterial disease. Jornal Vascular
Brasileiro, 9(1): 28-41.
Webster, A. C., Nagler, E. V., Morton, R. L., dan Masson, P., 2017. Chronic
Kidney Disease. The Lancet, 389 (10075): 1238.
WHO, 2019. Diabetes Programme,
https://www.who.int/diabetes/action_online/basics/en/index3.html,
diakses pada 18 April 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
Lampiran 3. Sertifikat Clinical Epidemiology & Biostatistics Unit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Lampiran 4. Perhitungan Kalkulator Estimasi Besar Sampel
https://www.openepi.com/SampleSize/SSPropor.htm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Lampiran 5. Data Dasar dan Kadar Homosistein Pasien
No. No. RM Inisial Usia
(tahun)
Jenis
Kelamin
Penyakit Lain Riwayat Pengobatan
Kadar Homosistein
(μmol/L)
Visit
1
Visit
2
Visit
3 HTN DM
1. 0114923 S 59 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)
Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.) 45,95 14,13 10,95
2. 01993714 GM 59 L + +
Anemolat 1 mg (2x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Acarbose 50 mg (2x sehari)
Candesartan 8 mg (1x sehari)
25,78 12,91 9,18
3. 02014614 P 47 L + -
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
22,84 7,06 10,03
4. 01095869 AP 60 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 22,36 10,29 10,63
5. 01043905 BTP 56 L + -
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
30,73 9,91 10,89
6. 01161683 S 49 P + +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 5 mg (1x sehari)
Levemir (Insulin) 14 IU (1x sehari)
12,97 6,68 6,06
7. 02055659 S 45 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 27,56 13,53 7,39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
8. 01167759 DW 47 L + +
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 5 mg (1x sehari)
Acarbose 50 mg (1x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
30,29 10,59 10,59
9. 00654676 AC 49 L + +
Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Clonidine 150 mg (2x sehari)
24,31 12,7 14,83
10. 01046262 DL 54 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 20,79 9,03 10,01
11. 02022646 S 48 P - -
Acidum Folicum 5 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
33,23 13,68 15,76
12. 01971847 W 57 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
46,59 19,51 20,62
13. 01173230 N 48 L + +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Glimepiride 1 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)
40,9 19 22,69
14. 02001588 T 69 L + -
Anemolat 1 mg (3x sehari p.o.)
Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
34,32 11,14 10,75
15. 0202915 RA 26 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 20,52 8,17 7,37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral
Furosemid 40 mg (1x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
16. 00662790 FR 30 L + - Anemolat 1 mg (1x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 22,97 8,89 10,1
17. 01146006 ES 38 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 25,28 8,58 9,86
18. 01050144 VPTJ 49 L + + Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral 24,18 15,47 14,58
19. 02014275 R 39 L + -
Folic Acid 5 mg (3x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral
40,76 14,75 17,42
20. 01942565 S 41 L + -
Folic Acid 1 mg (3x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari oral)
Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral
21,27 6,67 4,84
21. 02061667 K 50 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 19,23 8,87 6,41
22. 02063274 J 59 P - -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral
Furosemid 40 mg (1x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral
24,49 6,08 6
23. 01938508 KAR 65 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral
Acarbose 50 mg (1x sehari) oral
32,57 14,46 17,8
24. 01090866 BI 59 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
17,66 5,72 8,51
25. 0103891 SI 66 L + - Anemolat 1 mg (3x sehari)
Candesartan 8 mg (1x sehari) 14,01 8 6,92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
26. 0201123 PS 59 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 39,88 16,53 21,31
27. 00156228 EEP 55 P + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 30,92 9,96 8,52
28. 01134839 G 47 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Candesartan 16 mg (1x sehari)
23,76 8,79 7,7
29. 01984186 R 54 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Lantus solostar (Insulin) 12 IU (1x
sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari)
18,2 8,13 9,57
30. 01132605 M 54 P + - Anemolat 1 mg (3x sehari)
Furosemid 40 mg (2x sehari) 15,71 8,05 7,1
31. 00455253 SW 64 P - - Folavit 400 mcg (3x sehari) 16,56 9,83 7,8
32. 010926338 IS 49 L + +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
44,87 15,57 14,91
33. 00150000 BHS 65 L + - - 17,21 14,8 9,83
34. 019943523 S 49 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 23,87 9,95 11,26
35. 00998942 YDR 56 L + -
Anemolat 1 mg (2x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40mg (1x sehari)
16,57 9,91 9,48
36. 01117311 W 59 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Gliquidon 15mg (1x sehari)
19,68 12,42 11,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Candesartan 16mg (1x sehari)
37. 01042474 KR 53 P - +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Glurenorm (Gliquidone) 30mg (1x
sehari)
16,43 8,11 9,43
38. 02056549 MNS 42 L + - Anemolat 1 mg (2x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari) 21,29 9,07 8,69
39. 00602535 AM 47 P + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari) 28,85 10,71 13,6
40. 02042528 R 52 P + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Glimepiride 2 mg (1x sehari)
Adalat Oros (nifedipine) 30 mg (1x
sehari)
Clonidine 150mg (2x sehari)
Furosemid 40 mg (2x sehari p.o.)
16,39 8,75 8,56
41. 01711396 WS 62 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Lasix (furosemide) 40 mg (3x sehari) 17,25 20,72 12,25
42. 01155915 S 55 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
32,39 10,6 10,78
43. 02047347 MML 28 P + - Anemolat 1 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 18,49 10,42 11,75
44. 00979889 HS 62 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Acarbose 50 mg (1x sehari)
34,28 15,51 17,28
45. 02061809 DAHP 49 L + + Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari) 25,41 14,18 9,07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Levemir (Insulin) 20 IU (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
46. 00675134 TM 53 P + - Acidum Folicum 1 mg (1x sehari) 22,27 9,84 9,72
47. 01991130 SM 43 P + -
Acidum Folicum 1 mg (1x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
26,11 8,8 7,73
48. 00573128 YK 27 L + -
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
21,05 12,75 12,11
49. 01105917 HS 40 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Clonidine 150 mg (2x sehari)
22,27 9,94 9,61
50. 02013538 S 65 P + +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
26,5 11,82 10,71
51. 02014042 S 65 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Nifedipine 10 mg (saat dibutuhkan)
Spironolactone 25 mg (1x sehari)
21,77 10,74 10,85
52. 00695343 S 63 L + -
Acidum Folicum 400 mcg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Lasix (furosemide) 40 mg (1x sehari)
20,31 16,29 15,26
53. 01963216 S 64 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Glimepiride 2 mg (1x sehari)
23,58 13,99 15,69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
54. 02023270 EB 30 L + - Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 29,75 15,89 18,03
55. 01119082 SY 51 P + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
21,96 8,74 8,47
56. 02025522 R 56 L + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
23,14 17,62 13,39
57. 02008826 EC 38 P + -
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
6,43 4,33 2,83
58. 01082005 ABS 40 L + -
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
Spironolaktone 25 mg (1x sehari)
Candesartan 8mg (1x sehari)
18,72 13,02 13,94
59. 00475093 EM 61 L + -
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
15,95 9,05 7,94
60. 00155785 BS 60 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 18,56 13,36 15,62
61. 01901503 WN 39 L + + Anemolat 1 mg (3x sehari) 12,77 9,37 9,87
62. 01906346 ML 61 P - - Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.) 24,2 7,64 10,12
63. 02003808 AP 44 L + + Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 25,44 11,19 11,42
64. 01016672 AS 57 P + +
Acidum Folicum 1 mg (3x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
Glurenorm (Gliquidone) 30 mg
24,1 10,32 13,68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
65. 02009535 S 65 P + + Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.) 19,17 12,76 14,87
66. 01129152 DJ 52 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
35,72 17,3 12,78
67. 450445
KY 38 L + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
Clonidin 0,15 mg (2x sehari)
Diltiazem 200 mg (1x sehari)
14,5 9,67 8,5
68. 1011241 RJ 54 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (tiap malam)
Gliquidon 30 mg (1/2 tab tiap pagi)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
Diltiazem 200 mg (tiap pagi)
19,63 12,82 15,46
69. 947713 M 65 L + -
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
17,66 9,64 9,79
70. 450206 BS 64 L + - - 26,1 18,56 25,22
71. 928745 H 61 L + -
Folic Acid 1000 mikrogram (2xsehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
18,52 10,83 11,7
72. 897982 M 58 P + -
Folic Acid 1000 mikrogram (3x
sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
16,49 9,8 11,66
73. 180982 WR 64 L + - Clonidine 0,15 mg (2x sehari) 20,43 12,76 14,57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Diltiazem Hcl 100 mg (1x sehari)
74. 240897 TG 66 P + +
(not
ongoing)
Folic acid 1 mg (3x sehari)
Diltiazem 200 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
18,28 8,7 8,97
75. 528129 TA 51 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Clonidine 0,15 mg (1x sehari) 18,61 15,19 15,45
76. 359674 HD 38 P - -
Folic Acid 1000 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Coaprovel (Irbesartan dan
Hidrochlorthiazide) 300 mg/12,5 (1x
sehari)
26,1 14,05 15,29
77. 571874 SYB 82 L - -
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi hari)
24,15 14,54 13,5
78. 887575 RTH 43 P + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Clonidine 0,15 mg (2x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
20,74 17,33 24,72
79. 923490 HP 56 L + - - 16,21 9,22 10,03
80. 876676 SP 39 L +
(not
ongoing) - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 27,87 13,62 18,17
81. 632196 NK 59 P + +
Folic Acid 1000 mg (2x sehari p.o.)
Amlodipine 5 mg (1x sehari p.o.)
Insulin 14 IU (tiap pagi)
23,13 11,97 12,12
82. 864971 MU 61 P - - - 28,75 21,83 19,05
83. 996572 AE 27 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Diltiazem 100 mg (2x sehari) 10,08 3,94 5,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
84. 810126 RW 27 L + +
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Insulin novomix 30 IU (2x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
18,16 9,83 11,53
85. 301169 ES 64 L + +
Anemolat 1 mg (3x sehari)
Clonidin 0,15 mg mg 3x sehari
Acarbose 50 mg 3x sehari
Gliquidone 30 mg 3x sehari
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Nifedipine 30 mg tiap pagi
22,46 10,21 10
86. 074193 RV 59 L + -
Folic Acid 1000 mikrogram (1xsehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
17,12 10,76 10,41
87. 306130 IN 46 P + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Aprovel (Irbesartan) 150 mg (1x
sehari)
Lasix (Furosemide) 40 mg (tiap pagi)
14,53 10,88 9,66
88. 127269 P 59 P + +
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Insulin 16 UI (tiap malam)
Clonidin 0,15 mg (3x sehari)
22,27 14,79 15,11
89. 948718 S 61 L - - Folic Acid 1000 mg (1x sehari) 26,5 14,2 16,61
90 078990 RM 60 P + +
(not
ongoing)
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari) 26,91 17,99 21,22
91. 255741 HU 51 L + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Furosemide 40 mg (1x sehari)
17,93 11,19 11,04
92. 304533 RT 68 P - + Folic Acid 1 mg (1x sehari) 19,96 11,37 10,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
(not
ongoing)
93. 248797 PH 63 P - + Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Insulin 10 IU (3x sehari subkutan) 30,87 18,1 19,1
94. 979048 I 51 L + -
Folic Acid 1000 mikrogram (3x
sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi p.o.)
18,77 12,2 13,1
95. 112680 WH 32 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 25,23 13,96 -
96. 856483 L 36 L - - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 20,27 11,04 11,49
97. 858928 W 37 L + -
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari p.o.)
Clonidin 0,15 mg (1x sehari)
25,86 9,61 10,17
98. 298418 PS 67 L + + - 47,01 21,28 22,5
99. 8422994 SHI 66 P +
(not ongoing)
- Folic Acid 1 mg (2x sehari) 16,98 12,97 12,86
100. 80440 ID 30 P + - Folic Acid 1 mg (3x sehari) 16,29 11,42 12,82
101. 1053053 YY 70 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Furosemid 40 mg (2x sehari) 38,98 13,85 13,57
102. 393400
S 61 L - +
Folic Acid 1 mg (1x sehari)
Amlodipine 5 mg (tiap pagi)
Insulin 12 IU (3x sehari)
Furosemide 40 mg (2x sehari)
13,19 14,25 13,19
103. 559146 HR 74 L + +
Folic Acid 1 mg (1x sehari)
Amlodipine 5 mg (1x sehari)
Gliquidon 30 mg 1/2 tab (1x sehari)
8,88 5,16 5,02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
104. 931419 LAM 43 L + +
Folic Acid 1 mg (2x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 150 mg (1x sehari)
Insulin 6 IU (2x sehari subkutan)
20,81 8,5 9,38
105. 684613 S 57 P + +
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Clonidine 0,15 mg (3x sehari)
Gliquidon 10 mg (3x sehari p.o.)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
15,21 10,48 10,99
106. 080835 YU 67 L - +
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Insulin 12 IU (1x sehari)
Furosemid 40 mg (tiap pagi)
17,31 9,36 8,9
107. 991699 ABD 19 P + -
Folic Acid 1 mg (3x sehari)
Irbesartan 300 mg (1x sehari)
Furosemid 40 mg (1x sehari p.o.)
Clonidine 0,15 mg (1x sehari)
Amlodipine 10 mg (1x sehari)
15,83 6,88 6,9
108. 973789
R 58 L + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (300 mg setiap pagi
oral)
Furosemide 40 mg (1x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (setiap sore) oral
13,14 8,34 11,43
109. 693198
AT 32 L + -
Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral
Clonidine 0,15 mg (2x sehari) oral
Irbesartan 150 mg (1x sehari) oral
8 14,21 13,95
110. 1037533 M 51 P + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral
Irbesartan 150 mg (setiap pagi) oral 13,12 10,15 7,73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
111. 8782325 TS 53 P + -
Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral
Irbesartan 300 mg (1x sehari) oral
Diltiazem HCl 200 mg (1x sehari oral)
13,69 8,68 9,46
112. 210565 BS 38 L + - Folic Acid 1 mg (2x sehari) oral
Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral 23,64 11,37 12,09
113. 894470 SAD 43 P - - Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 38,12 19,95 17,96
114. 866110 MKO
V 35 L + -
Folic Acid 1 mg (1x sehai) oral
Amlodipine 5 mg (1x sehari) oral
Diltiazem 100 mg (1x sehari) oral
Clonidin 0,15 mg (3x sehari) oral
17,32 14,45 14,38
115. 964796 W 57 L + - Amlodipine 10 mg (1x sehari) oral
Clonidin 0,15 mg (1x sehari) oral 42,04 14,77 14,42
116. 1036671 DS 27 L - - Valsartan 160 mg (1x sehari) oral
Furosemid 40 mg (tiap pagi) oral 46,24 21,46 24,21
117. 134720 NS 36 L - - - 31,88 16,06 17,02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Lampiran 6. Input data SPSS dalam Kode Angka 0 dan 1
Visit 1 Visit 2 Visit 3
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
0 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 1
1 1 1
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 0
1 0 1
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 1
Visit 1 Visit 2 Visit 3
1 0 0
0 0 0
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 0
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 0
1 0 0
Visit 1 Visit 2 Visit 3
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 1
1 1 1
1 0 0
1 1 0
0 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 1
0 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 0
0 0 0
1 0 1
1 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
Visit 1 Visit 2 Visit 3
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 1
1 0 0
1 1 1
1 0 0
1 0 1
1 0 0
1 1 1
0 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
0 0 0
1 0 1
1 0 1
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 0
Visit 1 Visit 2 Visit 3
1 0 -
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 0 0
0 0 0
0 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
1 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 0 0
1 1 1
1 0 0
1 0 0
1 1 1
1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
Lampiran 7. Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Skala
Proporsi
hiperhomosisteinemia
Data hiperhomosisteinemia (> 15
μmol/L) dalam bentuk proporsi
diperiksa dengan metode
ARCHITECT Homocysteine,
didapat dari rekam medis
Kontinyu
Vitamin B1, B6, dan
B12 parenteral
Vitamin B1, B6, dan B12 dua kali
seminggu setelah hemodialisis
Nominal
Gagal ginjal kronis Berdasarkan diagnosis dokter,
sudah mengalami hemodialisis
Nominal
Usia Usia yang tercatat di rekam medis Kontinyu
Jenis kelamin Jenis kelamin pasien dilihat dari
catatan rekam medis.
Nominal
Hipertensi
(komorbiditas)
Pasien menderita hipertensi
(tekanan darah > 140/90 atau
mengonsumsi obat anti-HT dilihat
dari catatan rekam medis)
Nominal
Diabetes melitus
(komorbiditas)
Pasien menderita diabetes melitus
(GDP > 110, GD2PP >125, atau
mengonsumsi obat anti-DM
dilihat dari catatan rekam medis)
Nominal
Obat-obatan lain
(anti-hipertensi,
anti-diabetes, asam
folat)
Obat anti-hipertensi, anti-diabetes,
dan asam folat yang dikonsumsi
pasien dari catatan rekam medis
Nominal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis naskah skripsi yang berjudul “Dampak Pemberian
Vitamin B1, B6, B12 Parenteral terhadap Proporsi
Hiperhomosisteinemia Pasien Gagal Ginjal Kronik RS
Bethesda dan Panti Rapih Yogyakarta” bernama lengkap
Kiki Amelia, lahir di Surakarta, 11 Oktober 1997,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan
Edy Setiyanto dan Lida Kaswary. Penulis menempuh
pendidikan formal di SD Kristen Widya Wacana II
Jamsaren (2003-2009), SMP Pangudi Luhur Bintang Laut
Surakarta (2009-2012), dan SMK Analis Kesehatan Nasional Surakarta (2012-2015).
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma pada tahun 2015. Selama masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti
kegiatan Kampanye Informasi Obat (KIO) sebagai volunteer dan menjadi Asisten
Dosen Kimia Organik pada tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related