crude fish oil (cfo) pada pakan terhadap …repository.unair.ac.id/56719/2/kkc kk pk bp 63-16 mah...
Post on 13-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
SKRIPSI
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH
DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL
KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
MASHITA VIVI MAHARGYANI
SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
SKRIPSI
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL), HIGH
DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) DAN KOLESTEROL
KEPITING BAKAU (Scylla serrata)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Oleh:
MASHITA VIVI MAHARGYANI
NIM. 141211132024
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Agustono, Ir., M.Kes. Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP
NIP. 19570630 198601 1 001 NIP. 19620926 19803 1 004
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
SKRIPSI
PEMANFAATAN CRUDE FISH OIL (CFO) PADA PAKAN TERHADAP
KANDUNGAN KOLESTEROL, LOW DENSITY LIPOPROTEIN
(LDL), DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL)
KEPITING BAKAU (Scylla serrata
Oleh:
MASHITA VIVI MAHARGYANI
NIM. 141211132024
Telah diujikan pada
Tanggal : 2 Agustus 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Dr. Mirni Lamid., drh. MP
Anggota : Muhammad Arief, Ir., M.Kes
Annur Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si
Agustono, Ir., M.Kes.
Dr. M. Anam Al Arif, drh. MP
Surabaya, 10 Agustus 2016
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Dekan,
Dr. Mirni Lamid., drh. MP
NIP. 19620116 199203 3 001
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
RINGKASAN
MASHITA VIVI MAHARGYANI. Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada
Pakan Terhadap Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
lipoprotein (HDL) dan Kolesterol Kepiting Bakau (Scylla serrata). Dosen
Pembimbing Utama Agustono, Ir., M.Kes.. dan Dosen Pembimbing Serta Dr.
M. Anam Al Arif, drh., MP
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Kepiting bakau memiliki kandungan
kolesterol yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi para konsumen untuk
mengkomsumsi produk yang kurang baik bagi kesehatannya. Crude Fish Oil
merupakan minyak limbah pengolahan ikan lemuru yang diperoleh dari daerah
Muncar yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi. Kandungan
asam lemak tak jenuh yang terkandung di dalam CFO dianggap dapat
menurunkan kandungan LDL dan kolesterol serta meningkatkan kandungan HDL.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian CFO pada pakan
ikan rucah terhadap kandungan LDL, HDL dan kolesterol kepiting bakau (Scylla
serrata). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Pada
penelitian ini jumlah dosis CFO yang ditambahkan dalam pakan ikan rucah
adalah: perlakuan A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). Parameter yang
diamati adalah kandungan LDL, HDL dan kolesterol pada daging kepiting bakau.
Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CFO pada pakan ikan
rucah selama 33 hari pemeliharaan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(P<0,05) terhadap kandungan LDL, HDL dan kolesterol kepiting bakau.
Kandungan LDL mengalami peningkatan mulai dosis 2 – 8 %, kandungan HDL
mengalami peningkatan mulai dosis 4 - 8 % dan kandungan kolesterol mengalami
penurunan pada dosis 4 %.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
SUMMARY
MASHITA VIVI MAHARGYANI. Utilization Of Crude Fish Oil (CPO) On
Feed To Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL)
Cholesterol Content Of Mud Crab (Scylla Serrata). Main Academic Advisor
Agustono, Ir., M.Kes.. and Academic Advisor Dr. M. Anam Al Arif, drh., MP
Mud crab (Scylla serrata) is one of high economic value commodity. Mud
crabs has relatively high cholesterol content, that affecting the consumers to
consume unhealthy products. Crude Fish Oil are fish lemuru processing oil waste
obtained from Muncar areas that contain high unsaturated fatty acids. Unsaturated
fatty acids contained in the CFO considered to reduce the content of LDL and
cholesterol as well as to increase HDL content.
This research purposed to know gives effect of CFO on trash fish feed to
LDL, HDL and cholesterol content of mud crab (Scylla serrata). The method used
was experimentally using completely randomized design (CRD) with five
treatments and four replications. In this research the number of CFOs are added in
trash fish feed are: treatment A (0 %), B (2 %), C (4 %), D (6 %), E (8 %). The
parameters measured were the content of LDL, HDL and cholesterol in mud crab
meat. Data analysis used variant analysis (ANOVA) followed by Duncan's
Multiple Range Test.
The results showed that the addition of CFO on trash fish feed for 33 days
of maintenance gives a significantly different effect (P <0.05) to mud crab LDL,
HDL and cholesterol content. The content of LDL increased start from dose 2 % -
8 %. Increased HDL in treatment 4 – 8 %. A decreased of cholesterol content in
treatment 4 %.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi tentang Pemanfaatan Crude Fish Oil (CFO) Pada Pakan Terhadap
Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL)
Dan Kolesterol Kepiting Bakau (S. serrata). Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih belum sempurna
sehingga masukan dan saran diharapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
Skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini
bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi
mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan
teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.
Surabaya, Agustus 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Surabaya.
2. Muhammad Arief, Ir., M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan
motivasi dalam bidang akademik dan non akademik.
3. Agustono, Ir., M.Kes selaku Dosen Pembimbing utama dan Dr. M. Anam
Al Arif, drh. MP selaku Dosen Pembimbing serta yang telah memberikan
arahan, masukan serta bimbingan sejak penyusunan usulan hingga
penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, Muhammad Arief, Ir., M.Kes. dan Annur
Ahadi Abdillah, S.Pi., M.Si. , selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan skripsi ini.
5. Mama, Adik dan Ayah yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
materiil dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan
penyelesaian skripsi ini.
7. Tim penelitian scylla Kemala, Catherine, Hadijah dan Tomi yang telah
bekerja sama dalam kesuksesan penelitian ini.
8. Rizky yang telah bersedia mengantar jemput selama penelitian di UB
Malang serta Yusrina, Anissa, Aning, Kenny, dan Devy yang memberikan
tempat tinggal selama saya melakukan pengujian di UB Malang.
9. Mbak mami, Fajar dan Mia yang membantu dalam penyusunan skripsi ini
serta teman-teman Barracuda yang telah menemani, memberi semangat,
membantu selama 4 tahun ini.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. iv
SUMMARY .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata) ....................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau .............................. 5
2.1.2 Pakan dan Kebiasaan Makan Kepiting Bakau ......................... 6
2.2 Kolesterol ......................................................................................... 7
2.3 Lemak ................................................................................................ 8
2.3.1 Metabolisme Lemak ................................................................. 8
2.4 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru ................................................. 12
2.5 Mekanisme Penurunan Kolesterol Kepiting ..................................... 13
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 16
3.2 Hipotesis ........................................................................................... 19
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu ............................................................................. 20
4.2 Materi Penelitian ............................................................................... 20
4.2.1 Peralatan Penelitian .................................................................. 20
4.2.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 20
4.3 Metode Penelitian ............................................................................. 21
4.3.1 Prosedur Kerja ........................................................................ 21
A. Persiapan Alat dan Bahan ................................................... 21
B. Pakan Kepiting Bakau ......................................................... 22
4.3.2 Rancangan Penelitian ............................................................... 22
4.3.3 Variabel Penelitian .................................................................. 23
A. Variabel Penelitian .............................................................. 23
B. Deskripsi Variabel .............................................................. 24
C. Parameter Pendukung ......................................................... 24
4.3.4 Analisis Data ............................................................................. 25
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ................................................................................................. 27
5.1.1 Kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) .......................... 27
5.1.2 Kandungan High Density Lipoprotein (HDL) ....................... 27
5.1.3 Kandungan Kolesterol ............................................................. 28
5.2 Pembahasan ....................................................................................... 30
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 36
6.2 Saran .................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................... 42
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO) ........................... 12
2. Rata-rata kandungan LDL dsaging kepiting bakau ................................ 27
3. Rata-rata kandungan HDL dsaging kepiting bakau ................................. 29
4. Rata-rata kandungan kolesterol kepiting bakau ..................................... 30
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi kepiting bakau (Scylla serrata) ................................................ 6
2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol ....................................................... 9
3. Jalur metabolisme endogen kolesterol ...................................................... 10
4. Jalur reverse cholesterol transport.............................................................. 11
5. Diagram Kerangka Konseptual .................................................................. 18
6. Diagram alir penelitian ............................................................................... 26
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil pengujian kolesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), High Density
lipoprotein (HDL) daging kepiting bakau (S. serrata) dan ikan kuniran
(Upeneus sulphureus Cuvier) ...................................................................... 42
2. Hasil analisis proksimat ikan kuniran (Upeneus sulphureus Cuvier) dan
daging kepiting bakau (S. serrata) .............................................................. 45
3. Analisis statistik data kandungan Low Density Lipoprotein (LDL)
kepiting bakau (S. serrata) .......................................................................... 47
4. Analisis statistik data kandungan High Density Lipoprotein (HDL)
kepiting bakau (S. serrata) .......................................................................... 48
5. Analisis statistik data kandungan kolesterol kepiting bakau (S. serrata) .... 49
6. Data kualitas air ........................................................................................... 50
7. Dokumentasi penelitian .............................................................................. 52
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepiting bakau merupakan salah satu sumberdaya hayati perairan bernilai
ekonomi tinggi, serta merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang
potensial untuk di budidayakan. Jenis biota ini telah dibudidayakan secara
komersial di beberapa negara tropis (Sadinar dkk., 2013). Kepiting bakau telah
dikenal baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya
yang lezat dan bernilai gizi tinggi yakni mengandung berbagai nutrisi penting
seperti mineral dan asam lemak omega-3 (Catacutan, 2002).
Aslamsyah dan Yushinta (2010) menyatakan bahwa kepiting bakau
mempunyai kandungan gizi yaitu abu 30%, protein 37,63%, lemak 6,34%, serat
kasar 10,8%, BETN 14,36%, glukosa 10,58 mg/100 ml dan glikogen otot 11,42
mg/g. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang
tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syafiq (2008) kepiting bakau
mempunyai kandungan kolesterol sebesar 76 mg/100g. Ambang batas konsumsi
kolesterol manusia normal sekitar 300 mg/hari (Pramudya dkk., 2013).
Kolesterol sangat dikuatirkan karena dapat menyebabkan ateroklerosis
bila dikonsumsi secara berlebih oleh manusia (Rusmana dkk., 2008). Menurunkan
kolesterol dapat dilakukan dengan pengurangan konsumsi asam lemak jenuh,
pengurangan konsumsi kolesterol dan peningkatan konsumsi asam lemak tak
jenuh (Winarno, 1984 dalam Rusmana dkk., 2008). Hasil penelitian Agustono dkk
(2015) menunjukkan penurunan kandungan kolesterol pada daging vaname
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
(Litopenaeus vannamei) yaitu sebesar 135,22 mg/100 g dan 133,51 mg/100 g pada
penambahan Crude Fish Oil (CFO) sebesar 6% dan 8% pada pakan.
Crude Fish Oil (CFO) adalah minyak ikan kasar yang memliki kandungan
lemak kasar sebesar 55,8791%, asam lemak omega-3 yang tinggi
Eicosapentaenoic Acid (EPA) sebesar 10,7173%, dan Docosahexaenoic Acid
(DHA) sebesar 7,0108% (Lokapirnasari, 2013). Asam lemak omega-3 dalam
bentuk EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid) saat
digunakan pada dosis 3-4 g/hari ditemukan telah memberikan efek terhadap
penurunan trigliserida (TG) (Syarif, 2011). Omega-3 dapat menurunkan kadar
lipida (kolesterol) dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat
pembentukan protein dan trigliserida dalam Very Low Density Lipoprotein
(VLDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL) sehingga VLDL dan LDL dalam
serum darah menjadi rendah (Manurung, 2009).
Penelitian tentang penggunaan CFO untuk menurunkan kolesterol pada
bidang perikanan belum banyak dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian CFO pada pakan terhadap penurunan kandungan
kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata). Penambahan Crude Fish Oil (CFO)
diharapkan dapat menurunkan kandungan LDL dan meningkatkan kandungan
HDL dan kandungan kolesterol pada kepiting bakau.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
1.2 Perumusan masalah
1. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh
terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada
kepiting bakau (S. serrata)?
2. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh
terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada
kepiting bakau (S. serrata)?
3. Apakah pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan berpengaruh
terhadap kandungan kolesterol pada kepiting bakau (S. serrata) ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan
terhadap penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) pada
kepiting bakau (S. serrata).
2. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan
terhadap peningkatan kandungan High Density Lipoprotein (HDL) pada
kepiting bakau (S. serrata).
3. Mengetahui pengaruh pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan
terhadap peningkatan kandungan kolesterol pada kepiting bakau (S.
serrata).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh
pemberian Crude Fish Oil (CFO) pada pakan terhadap penurunan kandungan Low
Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kandungan High Density Lipoprotein
(HDL) dan penurunan kolesterol total, pada kepiting bakau (S. serrata). Hasil
penelitian ini diharapkan bisa diterapkan dalam budidaya kepiting bakau dengan
tujuan menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan, sehingga permintaan
akan komoditas kepiting bakau yang aman bagi kesehatan dapat terus meningkat.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepiting Bakau (Scylla serrata)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Klasifikasi kepiting bakau (Scylla serrata) menurut Keenan (1999) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraorder : Branchyura
Superfamily : Portunoidea
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata
Menurut Monoarfa (2014), secara umum morfologi kepiting bakau dapat
dikenali dengan ciri sebagai berikut: Seluruh tubuhnya tertutup oleh cangkang,
terdapat 6 buah duri diantara sepasang mata, 9 duri disamping kiri dan kanan
mata, mempunyai sepasang capit, pada kepiting jantan dewasa cheliped (kaki
yang mencapit) dapat mencapai ukuran 2 kali panjang karapas, mempunyai 3 kaki
jalan, mempunyai sepasang kaki renang dengan bentuk pipih, kepiting jantan
mempunyai abdomen yang berbentuk agak lancip menyerupai segi tiga sama kaki,
sedangkan pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar, S. serrata
dapat dibedakan dengan jenis lainnya, karena mempunyai ukuran paling besar.
Kepiting bakau (S. serrata) mempunyai duri pada karapas diantara dua mata
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
tinggi yang rata dan agak tumpul dengan tepian yang cenderung cekung dan
membulat (Wijaya dkk, 2010).
Gambar 1. Morfologi kepiting bakau (Balai Uji Standar Karantina Ikan, 2011).
2.1.2 Pakan dan Kebiasaan Makan Kepiting Bakau
Kepiting bakau di alam menempati habitat kawasan mangrove dan
memakan akar-akarnya (pneumathphore) (Herlinah dkk, 2010). Menurut Cholik
(2005), kepiting bakau adalah hewan air pemakan detritus yang cenderung bersifat
pemakan daging (karnivora). Selama pemeliharaan di tambak, kepiting bakau
(Scylla spp.) diberikan pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput
(Iskandar, 2002).
Analisa proksimat ikan rucah kuniran dalam bobot kering, yaitu: kadar air
79,12%, protein 70,05%, lemak 6,50%, kadar abu 0,07%, serat kasar 18,68%, dan
BETN 4,70% (Fauzi dkk., 2008). Sejalan dengan pendapat Kuntiyo (2004),
menjelaskan bahwa dalam pertumbuhan kepiting membutuhkan protein lebih
banyak dari pada hewan darat dan kebutuhan protein bagi kepiting tergantung dari
jenis, umur, reproduksi, dan lingkungan hidupnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pakan segar merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Kebutuhan nutrien kepiting meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
dan air. Kisaran kebutuhan nutrien dalam pakan kepiting adalah protein 34-54%,
lemak 4,8-10,8%, serat 2,1-4,3%, BETN 18,7-42,5%, dan abu 0,6-22,0%
(Anderson et al. 2004).
Porsi pakan yang lebih banyak pada sore hari sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena kepiting adalah hewan nokturnal (yang beraktivitas dan
mencari makan pada malam hari) (Sagala dkk, 2013). Menurut Fujaya (2006),
pada keadaan cukup pakan, ikan akan mengkonsumsi pakan hingga memenuhi
kebutuhan energinya, energi tersebut pertama digunakan untuk metabolisme basal
(maintenance) selanjutnya energi digunakan untuk aktivitas, produksi, dan
pertumbuhan.
2.2 Kolesterol
Kolesterol adalah lipida struktural (pembentuk struktur sel) yang berfungsi
sebagai komponen yang dibutuhkan dalam kebanyakan sel tubuh. Kolesterol
diproduksi di dalam hati sekitar 80% dan selebihnya diperoleh dari makanan yang
kaya kandungan kolesterol (Silalahi, 2006). Kolesterol terdapat dalam jaringan,
terutama otak, sumsum tulang belakang, hati dan empedu. Hati membuat
kolesterol sangat banyak, sekitar ¾ gram sehari, dari berbagai sumber termasuk
asetat, suatu garam organik yang terbentuk pada metabolisme normal, kolesterol
diet dan asam empedu yang diserap kembali oleh usus halus (Tjay dan Rahardja,
2002).
Kolesterol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk
membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk
kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
kolesterol ester. Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang
ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna
penting karena menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti
kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray dkk., 2009).
Menurut Sheen (2000), bahwa kebutuhan kolesterol pada juvenil kepiting
bakau (Scylla serrata) sebesar 0,51% dan pada stadia larva (megalopa) kepiting
bakau (Scylla serrata) membutuhkan kolesterol sebesar 0,80% (Holme, 2008).
2.3 Lemak
Lemak adalah suatu ester trigliserida (TG) dari gliserol dengan 3 asam
lemak terikat rantai utamanya. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari
dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan
dalam sel-sel lemak sebagai cadangan makanan (Guyton dan Hall, 2007). Lemak
yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur
lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah (Tuminah, 2009).
2.3.1 Metabolisme Lemak
Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma
darah. Lemak yang berada di plasma darah, akan berikatan dengan protein
spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan
antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein disebut
lipoprotein. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein
dibedakan menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low
Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL) (Adam, 2009).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme lipoprotein
yaitu jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen dan jalur reverse
cholesterol transport atau jalur balik kolesterol (Wahyudi, 2009).
a. Jalur Metabolisme Eksogen
Pada jalur metabolisme eksogen, trigliserida dan kolesterol dari makanan
yang masuk kedalam usus dan dicerna. Di dalam usus juga terdapat kolesterol
yang berasal dari hati dan diekskresikan bersama dengan empedu ke usus halus.
Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit
mukosa usus halus. Di dalam mukosa usus halus, trigliserida diserap dalam bentuk
asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Seteah
melewati mukosa usus halus, asam lemak diubah kembali menjadi trigliserida dan
kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini
bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein
yang disebut kilomikron (Wahyudi, 2009). Skema jalur eksogen kolesterol dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd, 2001).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
b. Jalur Metabolisme Endogen
Hati memiliki kemampuan mensintesis kolesterol dan trigliserida. Kedua
produk ini disekresikan ke dalam sirklasi darah dalam bentuk lipoprotein Very
Low Density Lipoprotein (VLDL). Trigliserida di VLDL akan dihidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga VLDL berubah menjadi Intermmediate
Density Lipoprotein (IDL). IDL sebagian kembali ke hati dan sebagian lainnya
akan dihidrolisis kembali ke LPL sehingga berubah menjadi Low Density
Lipoprotein (LDL). LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung
kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya
seperti kalenjar adrenal, testis, dan ovarium yang memiliki reseptor untuk
kolesterol LDL. Sebagain lainnya akan dioksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa. Konsentrasi
kolesterol LDL yang banyak dalam plasma darah, akan mengalami oksidasi dan
ditangkap oleh sel makrofag (Kwiterovich, 2000). Skema jalur endogen kolesterol
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Jalur metabolisme endogen kolesterol (Kwiterovich, 2000).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
c. Jalur Reverse Cholesterol Transport
Jalur Reverse Cholesterol Transport berkaitan dengan metabolisme
kolesterol HDL. HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol yang
mengandung apolipoprotein (apo) A, C, E, dan E dan disebut HDL nascent. HDL
nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan
mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk
mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag (Adam, 2009).
Kolesterol yang telah diambil HDL akan diesterifikasikan oleh enzim
lecthin cholesterol acyltransferase (LCAT) menjadi kolesterol ester. Kolesterol
ester ini kemudian di transport dalam dua jalur. Pertama, jalur ke hati dan
ditangkap oleh reseptor kolesterol HDL. Jalur kedua, kolesterol ester dalam HDL
akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan
cholesterol ester transfer protein (CETP) (Kwiterovich, 2000). Skema jalur Jalur
reverse cholesterol transport dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Jalur reverse cholesterol transport (Kwiterovich, 2000).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
2.4 Crude Fish Oil (CFO) Ikan Lemuru
Minyak ikan yang sangat berpotensial di Indonesia adalah minyak ikan
lemuru. Minyak ikan lemuru merupakan hasil sampingan pembuatan tepung ikan
dan pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Produksi ikan lemuru di
Indonesia rata-rata mencapai ±15,84% pertahun dari produksi total semua jenis
ikam. Muncar sebagai daerah penangkapan utama ikan lemuru, produksi rata-rata
pertahun ±81,37% dari total ikan lemuru di Jawa Timur. Kandungan lemak atau
minyak dari lemuru sekitar 4,5-11,8% (Bandie, 1982 dalam Rusmana dkk, 2008).
Tabel 1. Kandungan Asam Lemak pada Crude Fish Oil (CFO).
NO Macam Analisis Hasil Analisis
Asam-asam Lemak (%)
1. Lauric acid (C12:0) 0,890 %
2. Myristic acid (C14:0) 4,937%
3. Pentadecanoid acid (C15:0) 0,258%
4. Palmitoleic acid (C16:1) 3,685%
5. Palmitic acid (C16:0) 35,047%
6. Margaric acid (C17:0) 0,296%
7. Linoleic acid (C18:2) 6.886%
8. Oleic acid (C18:1) 30,570%
9. Octadecenoic acid 1,466%
10. Stearic acid (C18:0) 6,171%
11. Eicosatetraenoic acid (C20:4) 0,379%
12. Eicosapentaenoic acid (C20:5) 3,622%
13. Eicosenoic acid - 11(C20:1) 0,905%
14. Eicosanoic acid (C20:0) 0,363%
15. Docosahexaenoic acid (C22:6) 3,556%
16. Docosenoic acid (C22:0) 0,969%
(Sumber : Hasil analisis ULP Farmasi, 2016)
Crude Fish Oil (CFO) menurut Rasyid (2003) adalah minyak ikan yang
didapatkan dari hasil ekstraksi dan belum dimurnikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Rasyid (2003) bahwa tahapan pertama unutuk menghasilkan minyak ikan yaitu
proses pengukusan pada temperatur 95° C dilanjutkan dengan pemisahan fase cair
dan fase padat kemudian dilakukan proses pemurnian.
Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani dan mengandung asam
lemak omega-3 dalam jumlah banyak (Agustono dkk, 2015). Hasil analisis yang
telah dilakukan di Unit Layanan Pengujian Faklutas Farmasi, Universitas
Airlangga (2016), Crude Fish Oil (CFO) memiliki kandungan 16 asam lemak
yang dapat dilihat pada tabel 1.
2.5 Mekanisme Penurunan Kolesterol Kepiting
Crustacea memiliki kemampuan metabolisme untuk mengubah beberapa
sterol menjadi kolesterol (Lovell, 1998). Crustacea tidak mampu mensintesis
sterol secara de novo, namun dapat melakukan biosintesis kolesterol dari sterol
lain seperti β-sitosterol, brassicarterol, ergosterol dan campesterol, dengan
demikian kandungan sterol pada crutacea bergantung pada pakan (Teshima and
Kanazawa in Sheen, 2000).
Asam lemak omega-3 sebagai bagian dari PUFA yang berasal dari minyak
ikan mempunyai kemampuan menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol darah
serta meningkatkan ekskresinya (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Pada jalur endogen
trigliserida ditransportasikan dalam bentuk lipoprotein yang bernama Very Low
Density Lipoprotein (VLDL). Trigliserida di luar hati dan berada di dalam
jaringan akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian
dimetabolisasi oleh hati menjadi kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)
(Graha, 2010).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Penurunan kolesterol melalui penambahan Crude Fish Oil (CFO) dapat
terjadi melalui peningkatan pengambilan partikel LDL dari proses sirkulasi oleh
liver (Rustan and Drevon, 2005). High Density Lipoprotein (HDL) membawa
kolesterol yang sudah tidak digunakan oleh sel menuju liver untuk diperbaiki atau
diekskresikan (Colpo, 2005).
Menurut pengujian yang telah dilakukan di Unit Layanan Pegujian,
Fakultas Farmasi (2016) CFO juga mengandung oleic acid yaitu sebesar
30,570%. Asam oleat merupakan asam lemak golongan MUFA. Asam lemak ini
mempunyai struktur 18:1 dengan rumus molekul CH3(CH2)7C=C(CH2)7COOH,
dan merupakan golongan omega-9 karena memiliki ikatan ganda pada posisi 9
dari ujung rantai (Mayes, 2003).
Keberadaan letak ikatan rangkap dalam struktur kimiawi asam lemak
mengakibatkan adanya perbedaan konfigurasi bentuk cis dan trans. Bila ikatan
rangkapnya terletak pada sisi yang sama dengan gugus hidrogen maka disebut
sebagai konfigurasi cis, sedangkan bila ikatan rangkapnya terletak disisi yang
berlawanan maka disebut sebagai konfigurasi trans (Nawwar, 1996). Asam lemak
oleat dalam daging buah alpukat adalah didominasi oleh konfigurasi cis.
Konfigurasi trans ternyata justru memberikan ri siko terjadinya penyakit jantung
koroner. Konfigurasi cis lebih memiliki kemampuan protektif terhadap penyakit
degenaratif dibanding lemak trans. Hal ini karena konfigurasi cis dapat
menghambat absorbsi kolesterol dalam intestinum dan strukturnya lebih stabil
sehingga tidak mudah dioksidasi. Oksidasi asam lemak dapat menyebabkan
kerusakan seluluer seperti lipoprotein plasma , sehingga dapat menyebabkan LDL
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
teroksidasi yang dapat mengakibatkan pembentukan plak aterosklerosis
(Halliwell,1994).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kepiting bakau termasuk satu diantara komoditas perikanan bernilai
ekonomi penting di wilayah Indo-Pasifik. Kepiting bakau dikenal sebagai salah
satu sumber pangan yang memiliki nilai gizi cukup tinggi yakni mengandung
berbagai nutrien penting dan potensial untuk dibudidayakan (Saputra dkk, 2013).
Permintaan akan komoditas kepiting yang terus meningkat, baik di pasaran dalam
maupun luar negeri, sehingga menjadikan organisme ini termasuk salah satu
komoditas andalan untuk ekspor mendampingi komoditas udang windu (Bulanin
dan Rusdi 2007).
Bagian tubuh kepiting yang bisa dimakan mengandung 65,72% protein,
7,5% mineral, dan lemak 10,52. Bahkan, kandungan protein telurnya lebih tinggi
yaitu 88,55%, mineral 3,2% dan lemak 8,16% (Soim 1994). Menurut Karim
(2005) bahwa kepiting memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Syafiq (2008), kepiting bakau mempunyai kandungan
kolesterol sebesar 76 mg/100g.
Ambang batas konsumsi kolesterol manusia normal sekitar 300 mg/hari
(Pramudya dkk, 2013). Kepiting konsumsi dengan ukuran antara 250-300 gram
mengandung kolesterol sebesar 154-185 mg per ekor, sehingga dengan
mengkonsumsi 2 ekor kepiting saja sudah melewati ambang batas konsumsi
kolesterol manusia normal. Asam lemak dan kolestrol adalah senyawa esensial
yang mempunyai fungsi besar dalam tubuh, namun dibalik itu bermacam-macam
penyakit dapat ditimbulkan oleh kedua senyawa tersebut. Perlu diupayakan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
penurunan kandungan asam lemak jenuh dan peningkatan kandungan asam lemak
tidak jenuh, khususnya asam lemak Omega-3 dan Omega-6 tanpa mengurangi
kualitas (Sastrodihardjo, 1998).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agustono dkk (2015),
menunjukkan terjadinya penurunan kolesterol pada udang melalui penambahan
minyak ikan pada ransum pakan. Minyak ikan merupakan sumber lemak hewani
dan mengandung asam lemak omega-3 dalam jumlah yang banyak. Asam lemak
Omega-3 dan Omega-6 tidak dapat disintesis oleh tubuh, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhannya harus disediakan melalui bahan pakan, sehingga upaya
untuk memenuhi target tersebut adalah melalui penambahan bahan pakan yang
mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, seperti minyak ikan lemuru ke
dalam ransum pakan (Sastrodihardjo, 1998).
Salah satu sumber asam lemak omega-3 adalah minyak ikan kasar atau
Crude Fish Oil. Hasil analisis yang telah dilakukan di ULP (2016) kandungan
asam lemak esensial pada CFO tinggi yaitu sebesar 51,69% yang terdiri dari
berbagai jenis asam lemak tak jenuh. Berkaitan dengan masalah ini, omega-3 dan
asam lemak essensial lain dapat menurunkan kadar lipida (kolesterol) tersebut
dalam serum darah, yaitu dengan jalan menghambat pembentukan protein dan
trigliserida dalam VLDL/LDL sehingga VLDL/LDL dan kolesterol serum darah
menjadi rendah pula serta meningkatkan kandungan HDL p (Freeman dan Junge,
2015).
Penambahan Crude Fish Oil (CFO) diharapkan dapat menurunkan
kolesterol pada kepiting bakau. Dihasilkannya produk kepiting bakau yang rendah
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
kolesterol membuat konsumen tidak akan kuatir lagi dalam mengkonsumsi
kepiting bakau. Kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 5. Diagram Kerangka Konseptual
Kepiting bakau
(S. serrata)
Permintaan kepiting bakau
yang meningkat
Kandungan kolesterol
kepiting bakau yang tinggi
Penurunan kolesterol melalui
pakan
Asam lemak Tak Jenuh
Menghambat sintesis Very
Low Density Lipoprotein
(VLDL)
Menghambat sintesis Low Density
Lipoprotein (LDL)
Asam Lemak Jenuh
Penambahan Crude Fish Oil
(CFO)
Kandungan kolesterol berkurang
Meningkatkan High Density
Lipoprotein (HDL)
Low Density Lipoprotein (LDL) menurun
Menghambat absorbsi
kolesterol dalam intestinum
Asam Oleat Omega-3
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang dapat diambil pada penelitian ini adalah :
1. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada
penurunan kandungan Low Density Lipoprotein (LDL) kepiting bakau (S.
serrata)
2. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada
peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) kandungan kepiting bakau (S.
serrata)
3. Dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO) yang berbeda berpengaruh pada
penurunan kandungan kolesterol kepiting bakau (S. serrata)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Maret hingga 28 April 2016 di
Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga,
Surabaya. Analisis proksimat bahan baku pakan dan daging kepiting dilakukan di
Laboratorium Pakan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.
Analisis kandungan asam lemak dilakukan di Unit Layanan Pengujian Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. Analisis kandungan LDL, HDL, VLDL,
dan kolesterol total dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran,
Universitas Brawijaya, Malang.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi 60 buah akuarium,
selang penyipon, aerator, selang aerasi, 60 buah batu aerasi, tandon, bak plastik,
gelas ukur, timbangan digital, pH meter, termometer, DO meter dan amonia test
kit, mikropetrida, biosense kit, chopper, baki, pisau, telenan, dan sendok.
4.2.2 Bahan Penelitian
A. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah kepiting bakau (Scylla
serrata) dengan ukuran 50-75 gram per ekor sebanyak 60 ekor didapatkan dari
pengepul di daerah Keputih, Surabaya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
B. Media pemeliharaan
Media pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air payau
dengan volume empat liter pada akuarium yang berukuran 25x20x30 cm³
C. Bahan pakan
Pakan yang akan digunakan dalam penelitian adalah ikan rucah jenis ikan
kuniran yang di campur dengan crude fish oil dan tepung tapioka.
4.3 Metode Penelitian
4.3.1 Prosedur Kerja
A. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan penelitian dengan membersihkan peralatan yang akan
digunakan. Air payau yang akan digunakan sebelumnya dilakukan penandonan
dengan pemberian aerasi agar meningkatkan oksigen terlarut dan menghilangkan
bahan kimia yang tidak diiginkan. Peralatan yang digunakan berupa akuarium
pemeliharaan, tong plastik dan baskom dicuci menggunakan sabun dibilas dan
dikeringkan. Akuarium yang sudah kering diisi dengan air payau pada setiap
akuariumnya. Setelah dilakukan pengkondisian air akuarium maka dilakukan
aerasi selama 1x24 jam untuk meningkatkan oksigen terlarut dan menghilangkan
bahan kimia yang tidak diinginkan yang masih ada didalam akuarium. Kepiting
bakau yang sudah disiapkan dimasukkan kedalam akuarium dan dipuasakan
selama satu hari untuk menghilangkan pengaruh pakan yang diberikan
sebelumnya. Selanjutnya dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu agar kepiting
bakau dapat beradaptasi dengan lingkungan dan pakan yang baru.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
B. Pakan Kepiting Bakau
Pakan yang digunakan dalam peneletian ini adalah ikan rucah. Ikan rucah
yang digunakan sebagai pakan untuk kepiting adalah jenis ikan kuniran yang
diambil bagian badannya yang dihaluskan menggunakan chopper. Selanjutnya
ditambahkan Crude Fish Oil dan binder berupa tepung tapioka dengan dosis
sesuai dengan perlakuan ke dalam pakan ikan rucah. Pakan ikan rucah yang telah
ditambahkan Crude Fish Oil dan tepung tapioka tersebut dioven dengan suhu 50°
C selama 1 jam sebelum diberikan pada kepiting bakau.
4.3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL) sebab dalam penelitian ini hanya memliki satu sumber
keragaman yaitu dosis pemberian Crude Fish Oil (CFO). Rancangan acak lengkap
memiliki satu sumber keragaman yaitu perlakuan disamping pengaruh acak,
sehingga hasil perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh
perlakuan dan pengaruh acak saja (Kusriningrum, 2012). Penelitian ini
menggunakan 5 macam perlakuan dengan 4 ulangan pada setiap perlakuan.
Perlakuan yang dilakukan adalah:
Perlakuan A: Ikan rucah + 1% tepung tapioka
Perlakuan B: Ikan rucah + 2 % Crude Fish Oil. + 1% tepung tapioka
Perlakuan C: Ikan rucah + 4 % Crude Fish Oil + 1% tepung tapioka
Perlakuan D: Ikan rucah + 6 % Crude Fish Oil + 1% tepung tapioka
Perlakuan E: Ikan rucah + 8 % Crude Fish Oil + 1% tepung tapioka
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Penetepan dosis didasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Agustono dkk (2015) yang menujukkan terjadinya penurunan kadar kolesterol
pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dari 188,26 mg/100 g (kontrol atau
0% minyak ikan) menjadi 133,51 mg/100 g (penambahan CFO 8%)
Denah penempatan tiap perlakuan dan ulangan penelitian setelah
dilakukan pengacakan dapat dilihat pada Gambar 4.
B1 C2 E2 D1
A4 B2 C3 E1
D3 A1 B4 B3
E3 D2 A3 C1
C4 E4 D4 A1
Gambar 4. Denah Pengacakan Perlakuan
Kepiting bakau dipelihara dalam akuarium dengan ukuran 25x20x30 cm
sebanyak 1 ekor selama 32 hari. Pemberian pakan ikan rucah dilakukan dua kali
sehari dengan dosis 5% dari berat tubuh kepiting setiap hari. Hal ini sependapat
dengan hasil penelitian Hartono (2014) bahwa pemberian pakan ikan rucah
dengan dosis 5% dari berat tubuh kepiting memberikan pertumbuhan kepiting
yang optimal. Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan pada pagi hari untuk
membersihkan pakan yang tersisa dan kotoran-kotoran yang ada.
4.3.3 Variabel Penelitian
A. Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu dosis Crude Fish Oil dalam pakan
yaitu 0 %, 2%, 4%, 6% dan 8%.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
2. Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu kandungan kolesterol, LDL dan
HDL dalam daging kepiting bakau.
3. Variabel kendali pada penelitian ini yaitu jenis kepiting bakau, umur kepiting
bakau, ukuran akuarium, dan salinitas.
B. Deskripsi Variabel
Pengambilan sampel berasal dari 4 ulangan dalam 1 perlakuan. Kepiting
bakau yang telah dipelihara selama 30 hari, dibunuh terlebih dahulu dengan cara
menusuk bagian abdomen menggunakan pisau. Kepiting yang telah mati
selanjutnya diambil seluruh daging yang ada di seluruh tubuhnya. Daging kepiting
yang telah terkumpul dihaluskan terlebih dahulu. Daging yang telah dihaluskan
selanjutnya ditimbang sebanyak 2 gram. Sampel yang telah ditimbang selanjutnya
dimasukkan kedalam botol schoot dan dipacking dalam sterofoam yang telah
berisi air cooler dan es batu. Sampel yang telah dipacking, siap untuk dilakukan
pengiriman untuk dilakukan uji kolesterol. Pengujian kolesterol total, LDL, dan
HDL menggunakan mikropetrida dengan biosense kit. Pengujian kolesterol
dilakukan di laboratorium Ilmu Faal, Universitas Brawijaya, Malang.
C. Parameter pendukung
Parameter pendukung pada penelitian ini adalah suhu, salinitas, kandungan
oksigen dan pH. Pengukuran suhu dilakukan dengan mengunakan termometer,
sedangkan salinitas diukur menggunakan refraktometer. Kandungan oksigen
diukur menggunakan test kit, pH, amoniak. Pengukuran parameter suhu dan
salinitas diukur setiap hari sedangkan pengukuran pH dan DO dilakukan empat
hari sekali.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
4.3.4 Analisis Data
Analisis statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan, jika terdapat hasil yang
signifikan maka perhitungan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan
(Duncan’s Multiple Range Test) (Kusriningrum, 2012). Diagram alir penelitian
dapat di lihat pada Gambar 5.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Gambar 6. Bagan Diagram Alir Penelitian
Persiapan Media
Kepiting
bakau
Penambahan Crude Fish
Oil pada pakan
Ikan rucah dan
Crude Fish Oil
Air Analisis
proksimat
P0
Pakan ikan
rucah + 1%
tepung
tapioka
(kontrol)
P1
Pakan ikan rucah
+ CFO 2 % + 1%
tepung tapioka
P2
Pakan ikan rucah
+ CFO 4 % + 1%
tepung tapioka
P3
Pakan ikan rucah
+ CFO 6 % +1%
tepung tapioka
P4
Pakan ikan rucah
+ CFO 8 % +1%
tepung tapioka
Parameter Utama :
Kandungan Kolesterol, LDL, dan HDL pada
kepiting
Kualitas air
(Suhu, pH,
DO, Amonia)
Analisis Data
Pemeliharaan kepiting bakau selama 32 hari
Pengambilan sampel daging kepiting pada
akhir masa pemeliharaan
Kesimpulan
Analisis kandungan
kolesterol, HDL dan
LDL daging kepiting
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Low Density Lipoprotein (LDL)
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kandungan LDL kepiting bakau
bekisar antara 68,6225 – 88,04 mg/dL. Data rata-rata kandungan LDL kepiting
bakau terdapat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Rata-rata kandungan LDL kepiting bakau
Perlakuan Low Density Lipoprotein (mg/dL) ± SD
A
B
C
D
E
68,6225a ± 3,09759
87,5300c ± 5,805868
88,0400c ± 2,50569
75,5725b ± 4,6879
72,4950ab ± 1,61474
Keterangan: A = CFO 0%, B = CFO 2%, C = CFO 4%, D = CFO 6%, E = CFO
8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
Kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan tidak ditambahkan CFO
atau perlakuan A memiliki kandungan LDL sebesar 68,6225 mg/dL, sedangkan
kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan ditambahkan CFO pada perlakuan
B (CFO 2%) sebesar 87,5300 mg/dL, perlakuan C (CFO 4%) 88,040mg/dL,
perlakuan D (CFO 6%) 75,5725 mg/dL, perlakuan E (CFO 8%) 72,4950 mg/dL.
Kandungan LDL tertinggi pada daging kepiting bakau dicapai pada perlakuan C
(CFO 4%), sedangkan kandungan LDL terendah dicapai pada perlakuan A (CFO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
0%). Hasil analisis kandungan LDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Hasil penghitungan Analysis of Varion (ANOVA) menunjukkan adanya
pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kandungan LDL
daging kepiting bakau. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa
pada perlakuan A memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan percobaan.
Kandungan LDL tertinggi didapat pada perlakuan C akan tetapi tidak terdapat
perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan perlakuan B. Kandungan LDL terendah
terdapat pada perlakuan A namun tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan
perlakuan E. Perlakuan E tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan
D. Hasil penghitungan ANOVA kandungan LDL pada daging kepiting bakau (S.
serrata) dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.2 High Density Liporotein (HDL)
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kandungan HDL kepiting bakau
bekisar antara 105,7075 – 149,355 mg/dL. Data rata-rata kandungan HDL
terdapat pada tabel 5.2. Kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan tidak
ditambahkan CFO atau perlakuan A memiliki kandungan HDL sebesar 105,7075
mg/dL, sedangkan kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan ditambahkan
CFO pada perlakuan B (CFO 2%) sebesar 109,5650 mg/dL, perlakuan C (CFO
4%) 145,0150 mg/dL, perlakuan D (CFO 6%) 149,3550 mg/dL, perlakuan E
(CFO 8%) 137,2200 mg/dL. Kandungan HDL tertinggi pada daging kepiting
bakau dicapai pada perlakuan D (CFO 6%), sedangkan kandungan HDL terendah
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
dicapai pada perlakuan A (Kontrol, CFO 0%). Hasil analisis kandungan HDL
pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 5.2 Rata-rata kandungan HDL kepiting bakau
Perlakuan High Density Lipoprotein (mg/dL) ± SD
A
B
C
D
E
105,7075a ± 9,91353
109,5650a ± 10,10754
145,0150b ± 6,97646
149,3550b ± 4,25386
137,2200b ± 6,35307
Keterangan: A = CFO 0%, B = CFO 2%, C = CFO 4%, D = CFO 6%, E = CFO
8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Hasil penghitungan Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan
adanya pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap peningkatan kandungan
HDL daging kepiting bakau. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan
bahwa pada perlakuan A dan B tidak memiliki perbedaan yang nyata antar
perlakuan percobaan. Kandungan kolesterol tertinggi didapat pada perlakuan D
akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan perlakuan C dan
E, yang berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Hasil penghitungan ANOVA
kandungan HDL pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada
Lampiran 4.
5.1.3 Kolesterol
Dari hasil penelitian didapatkan nilai kandungan kolesterol kepiting bakau
bekisar antara 114,425 – 194,5026 mg/dL. Data rata-rata kandungan kolesterol
kepiting bakau terdapat pada tabel 5.3.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Tabel 5.3 Rata-rata kandungan kolesterol kepiting bakau
Perlakuan Kolesterol (mg/dL) ± SD Transformasi (√y) ± SD
A
B
C
D
E
194,5026b ± 1,65397
182,28b ± 1,52174
114,425a ± 1,20515
149,175ab ± 1,42999
147,900ab ± 1,11358
13,8728b ± 1,65397
13,4366b ± 1,52174
10,6458a ± 1,20515
12,1508ab ± 1,42999
12,3075ab ± 1,11358
Keterangan: A = CFO 0%, B = CFO 2%, C = CFO 4%, D = CFO 6%, E = CFO
8%, dan SD = standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
Kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan tidak ditambahkan CFO
atau perlakuan A memiliki kandungan kolesterol sebesar 194,5025 mg/dL,
sedangkan kepiting yang diberi pakan ikan rucah dengan ditambahkan CFO pada
perlakuan B (CFO 2%) sebesar 182,2800 mg/dL, perlakuan C (CFO 4%)
114,4250 mg/dL, perlakuan D (CFO 6%) 149,1750 mg/dL, perlakuan E (CFO
8%) 147,900 mg/dL. Kandungan kolesterol tertinggi pada daging kepiting bakau
dicapai pada perlakuan A (kontrol, CFO 0%), sedangkan kandungan kolesterol
terendah dicapai pada perlakuan C (CFO 4%). Hasil analisis kandungan kolesterol
pada daging kepiting bakau (S. serrata) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil penghitungan Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan adanya
pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan kolesterol daging
kepiting bakau. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan menunjukkan bahwa pada
perlakuan A, B, D, dan E tidak memiliki perbedaan yang nyata antar perlakuan
percobaan. Kandungan kolesterol terendah didapat pada perlakuan C akan tetapi
tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05) dengan perlakuan D dan E. Hasil
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
penghitungan ANOVA kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau (S.
serrata) dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Low Density Lipoprotein (LDL)
Low density lipoprotein merupakan jenis lipoprotein yang dibentuk
melalui jalur endogen dan mempunyai fungsi membawa kolesterol dari hati ke sel
(Pusparini, 2006). Low density lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas
rendah, dan dapat dioksidasi dan diserap oleh reseptor penyapu (scavenger) pada
makrofag. Jalur ini berperan dalam aterosklerosis (Marks, 2000).
Berdasarkan perhitungan data dapat dilihat bahwa kandungan LDL pada
daging kepiting bakau yang telah diberi perlakuan dengan penambahan CFO tidak
mengalami penurunan dibandingkan dengan perlakuan kontrol atau tanpa adanya
penambahan CFO pada pakan. Hal ini sependapat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rusmana dkk. (2008), kandungan omega-3 yang terdapat dalam
minyak ikan lemuru dalam dosis 0%, 3%, dan 6% tidak mampu menghambat
proses sintesa VLDL dan LDL.
Crude Fish Oil yang digunakan dalam penelitian mengandung asam lemak
tak jenuh yang tinggi. Namun, CFO yang merupakan minyak limbah pengolahan
ikan lemuru yang diperoleh dari daerah Muncar (Jawa Timur) juga memiliki
kandungan asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam CFO
diduga dapat menyebabkan meningkatnya kandungan LDL pada daging kepiting
bakau. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardlaw (2002) dalam Siregar dkk.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
(2012), konsumsi asam lemak jenuh memberikan pengaruh yang negatif yaitu
dapat menaikkan kadar LDL namun tidak mempengaruhi kadar HDL.
Meningkatnya kandungan LDL pada kepiting bakau masih dalam
jangkauan yang normal jika dikonsumsi oleh manusia. Batas normal kandungan
LDL plasma menurut National Institute of Heart (2005) adalah ≤ 100 mg/dL.
5.2.2 High Density Liporotein (HDL)
High Density Lipoprotein (HDL) disebut juga kolesterol baik. High
Density Lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang berfungsi membawa
kolesterol bebas dari jaringan dan diangkut kembali ke dalam hati untuk diubah
menjadi asam empedu (Murray dkk., 2009).
Pada penelitian ini, kandungan HDL pada kepiting bakau yang telah diberi
perlakuan mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil ANOVA menunjukkan
bahwa penambahan CFO pada pakan perlakuan menunjukkan perbedaan yang
nyata (p<0,05). Peningkatan kandungan HDL terdapat pada dosis pemberian CFO
4 % – 8 %.
Salah satu penyebab kandungan HDL pada daging kepiting perlakuan
mengalami peningkatan adalah asupan omega-3. Omega-3 diduga dapat
meningkatkan kandungan HDL. Hal ini sesuai dengan pendapat Drevon (2009)
bahwa beberapa gram PUFA omega-3 menyebabkan peningkatan konsentrasi
HDL kolesterol plasma. Transpor lipid plasma utama pada krustasea dilakukan
oleh HDL (Plascencia et al., 2000). Kadar HDL yang tinggi bersifat protektif
karena partikel HDL berperan mengeluarkan kolesterol dari jaringan dan
mengembalikan ke hati (Marks, 2000).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Peningkatan kandugan HDL pada daging kepiting bakau memberikan efek
yang baik jika dikonsumsi oleh manusia karena mengandung HDL yang tinggi.
Menurut National Institute of Heart (2005) kandungan HDL ≥ 60 mg/dL
mmberikan perlindungan terhadap penyakit jantung.
5.2.3 Kolesterol
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa kandungan kolesterol
pada daging kepiting bakau (S. serrata) menunjukkan adanya penurunan dengan
penambahan CFO pada pakan ikan rucah. Menurut Pramudya dkk. (2013), bahwa
kandungan kolesterol pada daging kepiting bakau dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah pakan, sedangkan faktor
internal meliputi genetik (umur dan jenis kelamin).
Kandungan kolesterol pada kepiting bakau tertinggi terdapat pada
perlakuan kontrol (A) sebesar 194,5025 mg/dL, hal ini dikarenakan pada
perlakuan A tanpa ditambahkan CFO sehingga tidak ada yang menghambat
sintesa kolesterol dari pakan. Hal ini sependapat dengan penelitian Douglas et al.
(1981), yang menyatakan bahwa kandungan kolesterol pada darah dan
hepatopankreas kepiting meningkat sesuai dengan peningkatan penambahan
kolesterol pada pakan. Penyebab terjadinya perubahan kandungan kolesterol dapat
terjadi akibat adanya proses penyerapan nutrisi pakan oleh kepiting bakau. Sel
mikrofili pada hepatopankreas menunjukkan fungsi sebagai tempat penyerapan
makanan (Ceccaldi, 1989).
Kandungan kolesterol perlakuan B (CFO 2%) tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol (CFO 0%), hal ini dikarenakan pada dosis 2% belum
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
mencukupi dalam dosis penurunan kandungan kolesterol. Hal ini sependapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustono dkk. (2015) bahwa penurunan
kandungan kolesterol dengan penambahan CFO pada pakan udang vaname terjadi
pada dosis 6 dan 8%.
Kandungan kolesterol paling rendah terjadi pada dosis penambahan CFO
sebesar 4%, hal ini dikarenakan omega 3 yang terdapat dalam CFO mampu
menghambat proses sintesa kolesterol. Piliang dan Djojosoebagio (2006),
menyatakan bahwa asam lemak omega-3 berperan dalam pengaturan metabolisme
kolesterol yang meliputi transport dan ekskresi kolesterol. Efek klinis dari asam
lemak omega-3 dalam menurunkan kadar kolesterol diduga disebabkan
pengaruhnya terhadap mekanisme produksi lipoprotein transport dalam hati yang
disekresikan ke dalam darah. Mayes (2003), juga menyatakan bahwa asam lemak
tak jenuh ganda (PUFA) cepat dimetabolisme oleh hati sehingga terjadi
peningkatan ekskresi dan stimulasi oksidasi kolesterol menjadi garam empedu
yang dapat menyebabkan kandungan kolesterol total darah menjadi berkurang
serta terjadi penurunan kadar kolesterol.
Pada uji berjarak Duncan didapatkan bahwa perlakuan D dan E tidak
berbeda nyata dengan perlakuan A. Hal ini disebabkan karena pada beberapa
kepiting pada perlakuan D dan E yang tidak mengkonsumsi pakan dengan
optimal, hal ini ditandai dengan jumlah sisa pakan pada perlakuan D dan E yang
banyak dan mengakibatkan pada beberapa kepiting tidak mampu menghambat
proses sintesa kolesterol dengan optimal. Hal ini diduga karena pada perlakuan D
dan E asupan lemak pada pakan tinggi. Lemak menghasilkan energi dua kali lebih
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak
yang dikonsumsi (Sartika, 2011).
Pada penelitian ini, peningkatan kandungan LDL tidak mempengaruhi
peningkatan kandungan kolesterol pada daging kepiting. Hal ini disebabkan
karena terjadi peningkatan yang lebih tinggi oleh kandungan HDL pada daging
kepiting. High density lipoprotein merupakan jenis lipoprotein yang mempunyai
fungsi membawa kolesterol dari sel ke hati (Pusparini, 2006). Kadar HDL yang
tinggi bersifat protektif karena partikel HDL berperan mengeluarkan kolesterol
dari jaringan dan mengembalikannya ke hati (Marks, 2000). Dengan demikian,
HDL dapat mengangkut kolesterol keluar jaringan tubuh dengan optimal dan
menyebabkan kandungan kolesterol menurun (Suripta dan Astuti, 2007).
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
a. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 2 % – 8 %
memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan kandungan LDL
kepiting bakau (S. serrata)
b. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 4 % – 8 %
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kandungan HDL kepiting
bakau (S. serrata)
c. Penambahan CFO pada pakan ikan rucah dengan dosis 4 % – 8 %
memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kandungan
kolesterol kepiting bakau (S. serrata)
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, Crude Fish Oil dapat digunakan sebagai
campuran pada pakan untuk menghasilkan kepiting yang rendah kolesterol,
namun disarankan untuk memprosesnya terlebih dahulu agar kandungan pengotor
berkurang sehingga dapat menghasilkan penurunan kandungan Low Density
Lipoprotein dan daya simpan minyak ikan yang lebih lama.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J. M. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Agustono., W. P. Lokapirnasari dan A. Riyadh. 2015. Pengaruh penambahan
crude fish oil (CFO) pada pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei)
terhadap kandungan kolesterol dan retensi lemak daging. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 7 (1) : 95-99.
Aslamsyah, S. dan Y. Fujaya. 2010. Stimulasi molting, pertumbuhan, dan
komposisi kimia tubuh kepiting bakau pada berbagai kadar karbohidrat-
lemak pakan buatan yang diperkaya dengan ekstrak bayam. Ilmu
Kelautan, XV (3) : 170-178.
Anderson A., P. Marther and Richardson. 2004. Nutrition of the mud crab Scylla
serrata (forskal). In Allan and D. Fielder (edition). Proceeding of Mud
Crab Aquaculture in Australia and Southeast Asia. Pp57-59.
Bulanin, U., dan R. Rusdi. 2010. Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap
pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting bakau (Scylla serrata
forskal) di laguna. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta.
Catacutan. M. R. 2002. Growth and body composition of juvenile mud crab.
Scylla paramamosain feed different dietary protein and lipid levels and
protein to energy ratio. Aquaculture 208 : 113–123
Ceccaldi, H. J. 1989. Anatomy and Physiology of Digestive Tract of Crustaceans
Decapods Reared in Aquaculture. Advances in Tropical Aquaculture.
Tahiti Feb 20 – March 4, pp. 243-259.
Cholik, F., A. G. Jagatraya., R. P. Poernomo dan A. Jauzi. 2005. Akuakultur
Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Victoria Kreasi Mandiri.
Jakarta. hal. 297-300.
Colpo, A. 2005. LDL cholesterol : “bad” cholesterol, or bad science?. journal of
american physicians and surgeons, 10(3) : 83-89.
Douglass, T. S., W. E. Connor and D. S. Lin. 1981. The Biosynthesis, Absorption,
and Origin of Cholesterol and Plant Sterols in The Florida Land Crab.
Journal of Lipids Researc, 22 : 961 – 970.
Drevon, C. A. 2009. Omega-3 Fatty Acid – Metabolism and Mechanisms of
action of essential fatty acids. Mollers. Norwegia.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Estiasih, T. dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Fauzi, I. A., I. Mokoginta dan D. Yaniharto. 2008. Pemeliharaan ikan kerapu
bebek (Cromileptes altivelis) yang diberi pakan pelet dan ikan rucah di
karamba jaring apung. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7 (I) : 65-70.
Fujaya, Y. 2009. Budidaya Kepiting Soka, suatu terobosan usaha perikanan.
Harian Fajar Makassar tanggal, 20 Agustus 2009.
Freeman, M.W., dan C. Junge. 2005. Kolesterol Rendah Jantung Sehat. PT
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Guyton A.C., dan Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Graha, K.C. 2010. Kolesterol. PT Elex Media Komputido. Jakarta.
Halliwell, B. 1994. Free radicals, antioxidants, and human disease : curiosity,
cause or consequence? Lancet 344: 721—724.
Hartono. 2014. Pengaruh pemberian kitosan dari limbah kepiting pada pakan ikan
rucah terhadap kandungan kolesterol dan pertumbuhan kepiting bakau
(Scylla serrata). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Hartoyo, B. 2005. Effect of fatty acid and fiber concentration in broiler ration to
cholesterol, HDL, and LDL blood serum. Animal Production, 7 (1) : 27-
33.
Herlinah., Sulaeman., dan A. Tenriulo. 2010. Pembesaran kepiting bakau (Scylla
serrata) di tambak dengan pemberian pakan berbeda. Balai riset
perikanan budidaya air payau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur : 169-174.
Holme, M. H. 2008. Towards devolopment of a formulated diet for mud crab
(Scylla serrata) larvae with emphasis on lipid nutrition. Thesis. James
Cook University. Australian. 165 pp.
Kanna, I. 2002. Budidaya Kepiting Bakau Pembesaraan dan Pembenihan.
Kanisus. Yogyakarta. hal. 15.
Keenan, C. P. 1999. The fourth species of scylla. Australian centre for
international agricultural research. Canberra.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Karim, M.Y. 2005. Kinerja pertumbuhan kepiting bakau betina (Scylla serrata
forsskal) pada berbagai salinitas media dan evaluasinya pada salinitas
optimum dengan kadar protein pakan berbeda. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. hal 30-37.
Kuntiyo, 2004. Pedoman Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata). Balai
Budidaya Air Payau Jepara. 29 hal.
Kusriningrum, R. S. 2012. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press.
Surabaya.
Kwiterovich. P. O. 2000. The metabolic pathways of high density lipoprotein, low
density lipoprotein, and triglycerides. Am J Cardiol 86 : 5-10.
Lokapirnasari, W. P. 2013. Potensi inokulan selulotik Enterobacter cloacea dan
minyak ikan untuk meningkatkan kualitas pakan serta implikasinya
terhadap penampilan produksi dan kualitas daging broiler. Disertasi
Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Airlangga.
Lovell, T. 1998. Nutrition and Feeding Of Fish: 2nd Edition. Springer Science
Business Media. New York.
Manurung, D. M. 2009. Komposisi kimia, asam lemak, dan kolesterol udang
ronggeng (Harpiosquilla raphidea) akibat perebusan. Departemen
Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor.
Marks, D. B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah Pendekatan Klinis.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Mayes, P. A. 2003. Sintesis pengangkutan dan ekskresi kolesterol. Dalam Murray,
R. K, D. K. Granner, P. A. Mayes, dan V. W. Rodwell. Tras. Andry
Hartono,. Biokimia Harper. ed. 24: 277. EGC. Jakarta: EGC.
Mudjiman, A. 1989. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta
Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2009. Biokimia Herper, edisi 27.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, hal 248-249.
Monoarfa, S. Rahayu. 2014. Analisis parameter dinamika populasi kepiting bakau
(Scylla serrata) di Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
National Institute of Heart. 2005. Your Guide To Lowering Your Cholesterol
With TLC. NIH Publication. pp 1 – 80.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Plascencia, G. Y., T. G. Galvan, F. V. Abores, dan M. G. Sanuelos. 2000.
Synthesis of hemolymph high density lipoprotein β-glucan binding
protein by Penaeus vanamei shrimp hepatopancreas. Mar. Biotechnol, 2 :
485-492.
Piliang, W. G, dan S. Djojosubagio. 2006. Fisiologi Nutrisi. UI Press. Jakarta.
Pusparini. 2006. Low Density Lipoprotein padat kecil sebagai factor resiko
ateroklerosis. Universa Medicina. Vol. 25 (1) : 22-32.
Pramudya, T. P., C. A. Suryono dan E. Supriyantini. 2013. Kandungan kolesterol
kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina pada lokasi yang
berbeda. Journal of Marine Research. 2 (1) : 48-53.
Rasyid, A. 2003. Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan. Bidang sumber Daya
Laut-Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
Rusmana, D., D. Natawihardja, dan Happali. 2008. Pengaruh pemberian ransum
mengandung minyak ikan lemuru dan vitamin e terhadap kadar lemak
dan kolesterol daging ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak. 8 (1) : 19-24.
Sadinar, B., I. Samidjan, dan D. Rachmawati. 2013. Pengaruh perbedaan dosis
pakan keong mas dan ikan rucah pada kepiting bakau.(scylla
paramamosain) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan dengan
sistem battery di Tambak Tugu, Semarang. Journal of Aquaculture
Management and Technology. 2 (4), Tahun 2013. hal 84-93.
.
Saputra, S., M. N. Ibrahim, dan Yusnaini. 2013. Sintasan dan pertumbuhan larva
kepiting bakau (Scylla paramamosein) zoea 2 sampai zoea 5 melalui
pemberian jenis bakteri probiotik yang berbeda. Jurnal Mina Laut
Indonesia. 3 (12) : 81-93.
Sartika, R. A. D. 2011. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak
trans terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2,
No. 4, Februari 2008. hal 154-160.
Sastrodihardjo, S., D. M. Suci, dan M. N. Cahyanto. 1998. Penggunaan minyak
ikan lemuru dan minyak kelapa sawit dalam ransum terhadap kandungan
asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam kuning telur ayam. Seminar
Nasional Peternakan dan Veterner 1998. hal 535 – 543.
Sagala, L. S. S., M. Idris, dan M. N. Ibrahim. 2013. Perbandingan pertumbuhan
kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan betina pada metode kurungan
dasar. Jurnal Mina Laut Indonesia. 03 (12) : 46-54.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Sheen, S. S. 2000. Dietary cholesterol requirement of juvenile mud crab (Scylla
serrata). Aquaculture 189 : 277-285.
Sheperd. J. 2001. The role of the exogenous pathway in hypercholesterolaemina.
European Heart J3 Supl E:2-5.
Soim, A. 1993. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya. Jakarta. 61 hal.
Suripta, H., P. Astuti. 2007. Pengaruh penggunaan minyak lemuru dan minyak
sawit dalam ransum terhadap rasio asam lemak omega-3 dan omega-6
dalam telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). Jurnal Indonesia
Tropic Agriculture. 32 (1) : 22-27.
Syafiq, A. 2008. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta. Elex Media
Komptindo. Diakses tanggal 25 November 2015.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media
Komputindo. Halaman 540-541.
Tuminah, S. 2009. Efek asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh "trans"
terhadap kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. XIX
: hal 813-820.
Wijaya, N. I., F. Yulianda, M. Boer, dan S. Juwana. 2010. Biologi populasi
kepiting bakau (Scylla serrata) di habitat mangrove taman naional kutai
kabupaten kutai timur. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 36 (3) :
443-461.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis kandungan kolesterol, High Density Lipoprotein, Low
Density Lipoprotein kepiting bakau dan ikan kuniran.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 2. Hasil analisis proksimat kepiting bakau (Scylla serrata) dan ikan
kuniran (Upeneus sulphureus Cuvier)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 3. Analisis statistik data kandungan Low Density Lipoprotein (LDL)
kepiting bakau (Scylla serrata)
Descriptives
LDL
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
KONTROL 4 68,6225 3,10128 1,55064 63,6877 73,5573
2% 4 87,5300 5,80886 2,90443 78,2868 96,7732
4% 4 88,0400 2,50364 1,25182 84,0562 92,0238
6% 4 75,5725 4,68079 2,34039 68,1243 83,0207
8% 4 72,4950 1,61783 ,80891 69,9207 75,0693
Total 20 78,4520 8,83001 1,97445 74,3194 82,5846
ANOVA
LDL
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1258,945 4 314,736 21,221 ,000
Within Groups 222,468 15 14,831
Total 1481,414 19
LDL
Duncana
TREAT N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
KONTROL 4 68,6225
8% 4 72,4950 72,4950
6% 4 75,5725
2% 4 87,5300
4% 4 88,0400
Sig. ,175 ,276 ,854
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 4. Analisis statistik data kandungan High Density Lipoprotein (HDL)
kepiting bakau (Scylla serrata)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 5. Analisis statistik data kandungan kolesterol kepiting bakau (Scylla
serrata)
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 6. Data kualitas air selama penelitian
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Rata – rata data kualitas air
DATA KUALITAS AIR
PERLAKUAN SALINITAS Ph SUHU DO AMONIAK
A 15-21 7,5-8,5 28-29 4 0,09-0,27
B 16-19 7,5-8 28-29 4 0.09
C 16-21 8-8,5 28-29 4 0,09-0,27
D 15-20 8-8,5 28-29 4 0,09-0,27
E 16-21 8-9,0 28-29 4 0,09-0,27
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
SKRIPSI PEMANFAATAN CRUDE FISH ... MASHITA VIVI M
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian.
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan : (a) Kepiting Bakau, (b) Elisa reader, (c) Tempat
pemeliharaan, (d) Ikan kuniran
top related