critical review - cikampek-paimanan
Post on 28-Nov-2015
50 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Critical Review : Danial. 2012. “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek-Palimanan” Jawa
Barat.
Oleh :
Tadaki Santoso Hasegawa
No. Mahasiswa :
NRP. 3609100061
Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Dewasa ini telah banyak terjadi perubahan pada kondisi perkotaan dari waktu ke waktu.
Terjadi banyak pergerakan, baik barang, manusia, dan kendaraan, yang mengarah pada
permintaan dan penyediaan kebutuhan prasarana jalan. Di lingkup regional, penyediaan
infrastruktur prasarana jalan merupakan hal yang sangat krusial mengingat perkembangan sebuah
wilayah ditentukan oleh struktur ruang, yang terbentuk oleh jaringan jalan, yang merupakan
integrasi antarwilayah. Jaringan jalan tersebut direncanakan dan dibangun untuk memenuhi
permintaan masyarakat yang menuntut cepat jadi. Namun apakah pembangunan jaringan jalan
memang demikian? Apakah pembangunan jaringan jalan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat? Danial dalam artikelnya yang berjudul “Ground Breaking Jalan Tol Cikampek-
Palimanan” cukup yakin dapat menunjukkan bahwa pembangunan jaringan jalan tidak
sepenuhnya berjalan seperti hal tersebut.
Dalam artikelnya, berdasarkan progress proyek pembangunan jalan tol Cikampek-
Palimanan yang dilakukan oleh PT. Lintas Marga Sedaya sebagai pemegang konsesi (sah pada
tahun 2007) ruas tol jalan sepanjang 116,7 km selama 35 tahun di Jawa Barat ini, Danial
berpendapat bahwa membangun jalan tol saat ini rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi para
investornya. Karena, begitu dilakukan ground breaking atau launching tidak segera dibangun
fisiknya, padahal telah ditargetkan pembangunan tersebut akan selesai pada Juni 2015
(poskotanews.com, 2013). Bisa saja persoalan tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan investor
pada kondisi capaian pra-pembangunannya, seperti belum siapnya pembebasan lahan, faktor
administrasi, dan/atau faktor finansial yang tersedia. Hal ini dibuktikan dengan kondisi yang
berlangsung sekarang, dua atau tiga bulan bahkan lebih lama bagi pekerjaan fisiknya belum juga
dimulai. Selain itu, pelaksanaan pembangunan tol Cikampek-Palimanan tersebut dihentikan
sementara akibat proses perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat setempat sehingga hasil
perencanaan dianggap dapat merugikan masyarakat mengingat perencanaan sistem irigasi dan
drainase masih belum jelas sehingga dapat berdampak buruk pada lahan pertanian masyarakat
setempat yang menjadi tulang punggung daerah (jpnn.com, 2013).
1
Pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan ini direncanakan akan dilaksanakan melalui 6
tahapan dengan kerjasama dari beberapa investor lokal dari Kabupaten Purwakarta, Subang,
Majalengka, Indramayu, dan Cirebon (Investor Daily, 2013).
Gambar 1. Tol Cikampek-Palimanan yang Diajukan
Sebagai bagian terpenting dari Jalan Tol Trans Jawa, pembangunan Jalan Tol Cikampek-
Palimanan menghabiskan dana investasi sebesar 12,56 triliyun rupiah yang berasal dari modal
sendiri dan pinjaman sindikasi perbankan terpimpin oleh Bank Mandiri dan BCA. Menurut Danial,
kenaikan biaya tanah yang berlebihan dan berlarut-larutnya pelaksanaan pengadaan tanah dapat
menurunkan kelayakan investasi jalan tol sehingga mengakibatkan pembangunan jalan tol
tertunda atau bahkan tidak terbangun. Untuk mengatasi hal tersebut, menurut Menteri Pekerjaan
Umum, Ir. Djoko Kirmanto, ia akan mengajak Gubernur Jawa Barat beserta jajarannya untuk
mempercepat penyediaan lahan hingga tepat waktu dan tepat biaya. Meski demikian, hal tersebut
kontradiktif terhadap kondisi pembangunannya saat ini. Hal ini terbukti bermasalah semenjak
Danial menerbitkan tulisan ini hingga kini pada tahun 2013, berdasarkan informasi dari Indonesia
Finance Today (Sediaswati, 2013), bahwa kendala pembebasan lahan yang terjadi di jalan rencana
pembangunan tol Cikampek baru tuntas kini. Padahal dari tuntutan bank sebesar 100%
pembebasan lahan untuk pencairan dana pinjaman bank, hanya tinggal sekitar 5% lahan yang
belum dibebaskan sejak tahun 2012 (Wikipedia, 2013).
2
Perencanaan pembangunan Tol Cikampek-Palimanan di Jawa Barat tersebut dapat
dilaksanakan karena telah lolos proses legalisasi melalui pendekatan terhadap lingkungan, dampak
sosial, dan resiko , dalam bentuk AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). Selain itu, untuk
mengamankan pendanaan proyek tersebut, telah diperoleh ESHIA (Environmental, Social, and
Health Impact Assessment) untuk memenuhi kebutuhan Performance Standards and the Equator
Principles dari International Finance Corporations (IFC). Sebagai pendukung, jalan tol yang telah
diajukan tersebut berada di bawah kontrak pembangunan dan pengoperasian antara Badan
Peraturan Jalan Tol (BPJT), Departemen Pekerjaan Umum, dan PT. Lintas Marga Sedaya (LMS),
dimana LMS merupakan pemilik utama dan pelaksana proyek (Executive Summary of Cikampek-
Palimanan Toll Road Project, 2011) dengan komposisi pemegang saham PLUS Expressway Berhard
dan PT. Bhaskara Utama Sedaya.
Dari beberapa penjelasan diatas, ditemukan sebuah ringkasan pembahasan dalam sebuah
poin penting :
1. Perencanaan pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan telah melalui proses legalisasi
AMDAL (Nasional) dan ESHIA (Internasional) dan didukung oleh sebuah kontrak investor
utama sekaligus pelaksana pembangunan oleh PT. Lintas Marga Sedaya dibawah Departemen
Pekerjaan Umum dan badan bentukan pemerintah, Badan Peraturan Jalan Tol (BPJT) dengan
masa konsesi selama 35 tahun lamanya.
2. Pembangunan jalan tol tersebut dibiayai oleh investor lokal dan investor utama PT. LMS,
dengan komposisi pemegang saham PLUS Expressway Berhard dan PT. Bhaskara Utama
Sedaya, melalui dana pribadi dan pinjaman dari Bank Mandiri dan Bank BCA, hingga dana
mencapai lebih dari 12 triliyun, tepatnya 12,56 triliyun.
3. Pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan dilangsungkan dalam 6 tahap dan melalui 5
kabupaten di Jawa Barat, dari Barat ke Timur, yakni Purwakarta, Subang, Majalengka,
Indramayu, dan Cirebon.
4. Berbagai permasalahan muncul sebelum pelaksanaan pembangunan fisik akibat dari
terlambatnya proses pembebasan lahan sebagai prasyarat dari bank yang berdampak pada
keterlambatan pencairan dana pinjaman dari bank-bank terkait. Selain pembangunan fisik,
dari aspek perencanaan, diketahui bahwa masyarakat setempat tidak terlibat dalam
penyusunan perencanaan sehingga meresahkan masyarakat.
Pendapat dari Danial menarik dan tepat prediksi. Dia menemukan bakal permasalahan
akan keterlambatan pembangunan yang terjadi saat ini di masa lampau. Hal ini menegaskan
bahwa pembangunan akan selalu menghadapi dinamika pembebasan lahan yang ‘memakan’
3
waktu dan biaya bila tidak segera terlaksana. Secara khusus, apa yang disampaikannya fokus
kepada proses pembangunan jalan tol tersebut. Selain itu, tulisannya cukup mudah dimengerti
karena menggunakan penyampaian pesan yang sering digunakan sehari-hari.
Namun masih terdapat beberapa permasalahan pada laporan Danial. Penjelasannya
mengenai pembangunan tersebut masih kurang terstruktur. Paragraf-paragraf masih merupakan
segmentasi poin-poin catatan, kurang seperti khasnya penjelasan dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang naratif dan critical review yang sistematis. Meski penyampaiannya tegas dan informatif,
tetapi segmentasi tersebut menimbulkan kesan kurang sistematis untuk dibaca.
Jaringan jalan merupakan barang publik dengan sifat non-eksklusif dan non-rival, artinya
barang tersebut tidak akan habis digunakan tanpa harus membayar untuk menikmati manfaat
suatu barang dan tidak dapat dimiliki perseorangan sehingga dapat digunakan bersama-sama.
Selain itu, bentuk permasalahan yang sedang dihadapi merupakan hubungan eksternalitas
disekonomis (kerugian yang diderita pelaku ekonomi) antara investor pembangunan tol tersebut
dengan petani daerah setempat. Alhasil, dapat terjadi konsekuensi berupa inefisiensi pasar dan
munculnya pemanfaat luar.
Sebagai penyelesaian, permasalahan yang telah disebutkan pada beberapa paragraf
sebelumnya, dapat digunakan beberapa solusi sebagai hasil dari evaluasi terkait pembiayaan
pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan tersebut di atas. Seperti yang telah dijanjikan oleh
Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Djoko Kirmanto, bahwa ia akan mengajak Gubernur Jawa Barat
beserta jajarannya untuk mempercepat penyediaan lahan hingga tepat waktu dan tepat biaya
sehingga perlu memperkuat kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara dengan memperkuat isi
komitmen, pemberian insentif dan disinsentif, dan memperkuat peraturan dan sanksi bagi
keterlambatan pembangunan guna memperkuat pengendalian bagi penyimpangan yang mungkin
terjadi.
Selain itu, perlu memperkuat Partnership Publik-Privat (3P) untuk memperoleh akses,
kualitas, bidan keahlian, pengelolaan sumberdaya, manajemen, perluasan skup dan skala,
kepemilikan program, dan optimasi perlengkapan, yang lebih baik sebelum dan selama
pelaksanaan pembangunan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki tingkat efisiensi, seperti yang
telah dilakukan oleh Negara Amerika Serikat. Selain itu, pendekatan ini dapat memperbaiki
kemungkinan diterimanya proyek oleh masyarakat, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan
antarpelaku ekonomi yang tengah terjadi saat ini dalam proyek pembangunan jalan tol Cikampek-
Palimanan tersebut.
4
top related