cerpen ervina
Post on 05-Jan-2016
10 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pengalaman Pertama
Aku melangkah diatas karpet merah yang indah dengan iringan tepuk tangan serta
sorakan penonton yang membuatku semakin gugup seakan tak percaya bahwa aku bisa berada di
sini. Saat kakiku menaiki anak tangga, semakin riuh sorakan penonton memenuhi aula
Universitas Stisipol. Kini, aku sudah berdiri diatas panggung, dapat kulihat ibuku yang berada di
bangku penonton menatapku dengan bangga sekaligus tersenyum manis kearahku. Seketika,
ingatanku melayang ke masa lalu, Jauh sebelum aku berdiri disini, bahkan bisa dibilang alasan
mengapa aku berada disini.
Aku masih ingat hari itu, hari dimana temanku—Thea, mengajakku untuk mengikuti
lomba karya tulis ilmiah di Universitas Stisipol. Awalnya aku enggan mengikuti lomba itu,
mengingat aku sangat malas melakukan hal seperti itu, ceritaku saja tak pernah kulanjutkan
karena terlalu malas apalagi mengetik sesuatu dengan pemikiran ‘ilmiah’ seperti ini. Ugh..
Tidak!
“Vin, ayo ikut.. kita ikut sama-sama” Ajak gadis penggemar Harry Potter itu kepadaku.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang sebelum mengiyakan ajakannya, ini sudah keberapa
kalinya sahabatku ini mengajakku ikut lomba itu, sudahlah kuikuti saja, kalah atau menang
bukan masalah, lagipula aku tak berniat mengikuti lomba itu.
Besoknya saat istirahat Thea mengajakku ke kantor guru untuk menemui ibu Arindra,
meminta saran mengenai penulisan karya ilmiah dari beliau, mengingat kami masih terlalu awam
mengenai perlombaan ini. Awalnya, aku ingin membahas Gending Sriwiyaja, tetapi kakak
kelasku juga ingin membahas itu, jadi mau tak mau aku harus menggantinya. Kepalaku pusing
saat harus mencari bahasan yang lain, sedikit mengeluh karena tak kunjung menemukan bahasan
yang pas, hingga akhirnya bu Arindra menyarankanku untuk membahas mengenai Dul Muluk.
Dul Muluk? Apa itu? Oh astaga, bagaimana mungkin aku membahas Dul Muluk, sementara
telingaku merasa asing mendengat kata itu. Akhirnya, kucari mengenai Dul Muluk di internet
dan baru kuketahui bahwa Dul Muluk adalah teater tradisional khas Sumatera Selatan, seketika
perasaanku berubah menjadi tak karuan, merasa bersalah sekaligus kecewa pada diriku sendiri.
Aku tinggal di Palembang selama 15 tahun namun, aku baru mengetahui kebudayaan daerahku
sendiri, sungguh memalukan. Belum sempat merasa puas, tiba-tiba permasalahan lain muncul.
Bagaimana cara membuat karya tulis ilmiah?
Astaga, aku sama sekali tak tau bentuk karya tulis itu apalagi membuatnya. Bu Arindra
mengajakku bersama Thea ke perpustakaan sekolah, akhirnya kami membuat karya tulis ilmiah
bersama. Ralat— maksudku hanya Thea yang membuatnya bukan aku. Selama 1 jam yang
kulakukan hanyalah menatap layar laptop tanpa melakukan apapun, akhirnya ibu Arindra
menyarankanku untuk mewawancarai salah satu guru di sekolah, Pak Yayan. Kebetulan, Pak
Yayan berada tak jauh dari tempatku duduk, sehingga aku segera berjalan kearahnya dan
melakukan wawancara singkat. Dari beliau-lah, aku mendapatkan informasi mengenai Dul
Muluk yang tak kudapatkan di internet, aku sangat bersyukur pada saat itu. Apalagi, saat aku
bingung membuat latar belakang, kak Liani bersama kak Nilam membantuku membuat latar
belakang. Aku benar-benar berterima kasih pada mereka.
Selama 1 minggu aku mencari informasi dan membuat karya tulis ilmiah pertamaku dan
akhirnya disinilah aku berdiri. Piala besar berwarna keemasan beserta sertifikat berada di
genggamanku, sorakan serta tepuk tangan memenuhi aula Universitas Stisipol, alhamudlillah aku
menjadi juara 3. Terima kasih semuanya, aku tak akan pernah melupakan pengalaman itu.
top related