cerpen ervina

3
Pengalaman Pertama Aku melangkah diatas karpet merah yang indah dengan iringan tepuk tangan serta sorakan penonton yang membuatku semakin gugup seakan tak percaya bahwa aku bisa berada di sini. Saat kakiku menaiki anak tangga, semakin riuh sorakan penonton memenuhi aula Universitas Stisipol. Kini, aku sudah berdiri diatas panggung, dapat kulihat ibuku yang berada di bangku penonton menatapku dengan bangga sekaligus tersenyum manis kearahku. Seketika, ingatanku melayang ke masa lalu, Jauh sebelum aku berdiri disini, bahkan bisa dibilang alasan mengapa aku berada disini. Aku masih ingat hari itu, hari dimana temanku—Thea, mengajakku untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah di Universitas Stisipol. Awalnya aku enggan mengikuti lomba itu, mengingat aku sangat malas melakukan hal seperti itu, ceritaku saja tak pernah kulanjutkan karena terlalu malas apalagi mengetik sesuatu dengan pemikiran ‘ilmiah’ seperti ini. Ugh.. Tidak! “Vin, ayo ikut.. kita ikut sama-sama” Ajak gadis penggemar Harry Potter itu kepadaku. Aku hanya bisa menghela nafas panjang sebelum mengiyakan ajakannya, ini sudah keberapa kalinya sahabatku ini mengajakku ikut lomba itu, sudahlah kuikuti saja, kalah atau menang bukan masalah, lagipula aku tak berniat mengikuti lomba itu. Besoknya saat istirahat Thea mengajakku ke kantor guru untuk menemui ibu Arindra, meminta saran mengenai penulisan karya ilmiah dari beliau, mengingat kami masih terlalu awam mengenai

Upload: tiara-anggraini

Post on 05-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

blaaaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: cerpen ervina

Pengalaman Pertama

Aku melangkah diatas karpet merah yang indah dengan iringan tepuk tangan serta

sorakan penonton yang membuatku semakin gugup seakan tak percaya bahwa aku bisa berada di

sini. Saat kakiku menaiki anak tangga, semakin riuh sorakan penonton memenuhi aula

Universitas Stisipol. Kini, aku sudah berdiri diatas panggung, dapat kulihat ibuku yang berada di

bangku penonton menatapku dengan bangga sekaligus tersenyum manis kearahku. Seketika,

ingatanku melayang ke masa lalu, Jauh sebelum aku berdiri disini, bahkan bisa dibilang alasan

mengapa aku berada disini.

Aku masih ingat hari itu, hari dimana temanku—Thea, mengajakku untuk mengikuti

lomba karya tulis ilmiah di Universitas Stisipol. Awalnya aku enggan mengikuti lomba itu,

mengingat aku sangat malas melakukan hal seperti itu, ceritaku saja tak pernah kulanjutkan

karena terlalu malas apalagi mengetik sesuatu dengan pemikiran ‘ilmiah’ seperti ini. Ugh..

Tidak!

“Vin, ayo ikut.. kita ikut sama-sama” Ajak gadis penggemar Harry Potter itu kepadaku.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang sebelum mengiyakan ajakannya, ini sudah keberapa

kalinya sahabatku ini mengajakku ikut lomba itu, sudahlah kuikuti saja, kalah atau menang

bukan masalah, lagipula aku tak berniat mengikuti lomba itu.

Besoknya saat istirahat Thea mengajakku ke kantor guru untuk menemui ibu Arindra,

meminta saran mengenai penulisan karya ilmiah dari beliau, mengingat kami masih terlalu awam

mengenai perlombaan ini. Awalnya, aku ingin membahas Gending Sriwiyaja, tetapi kakak

kelasku juga ingin membahas itu, jadi mau tak mau aku harus menggantinya. Kepalaku pusing

saat harus mencari bahasan yang lain, sedikit mengeluh karena tak kunjung menemukan bahasan

yang pas, hingga akhirnya bu Arindra menyarankanku untuk membahas mengenai Dul Muluk.

Dul Muluk? Apa itu? Oh astaga, bagaimana mungkin aku membahas Dul Muluk, sementara

telingaku merasa asing mendengat kata itu. Akhirnya, kucari mengenai Dul Muluk di internet

dan baru kuketahui bahwa Dul Muluk adalah teater tradisional khas Sumatera Selatan, seketika

perasaanku berubah menjadi tak karuan, merasa bersalah sekaligus kecewa pada diriku sendiri.

Aku tinggal di Palembang selama 15 tahun namun, aku baru mengetahui kebudayaan daerahku

Page 2: cerpen ervina

sendiri, sungguh memalukan. Belum sempat merasa puas, tiba-tiba permasalahan lain muncul.

Bagaimana cara membuat karya tulis ilmiah?

Astaga, aku sama sekali tak tau bentuk karya tulis itu apalagi membuatnya. Bu Arindra

mengajakku bersama Thea ke perpustakaan sekolah, akhirnya kami membuat karya tulis ilmiah

bersama. Ralat— maksudku hanya Thea yang membuatnya bukan aku. Selama 1 jam yang

kulakukan hanyalah menatap layar laptop tanpa melakukan apapun, akhirnya ibu Arindra

menyarankanku untuk mewawancarai salah satu guru di sekolah, Pak Yayan. Kebetulan, Pak

Yayan berada tak jauh dari tempatku duduk, sehingga aku segera berjalan kearahnya dan

melakukan wawancara singkat. Dari beliau-lah, aku mendapatkan informasi mengenai Dul

Muluk yang tak kudapatkan di internet, aku sangat bersyukur pada saat itu. Apalagi, saat aku

bingung membuat latar belakang, kak Liani bersama kak Nilam membantuku membuat latar

belakang. Aku benar-benar berterima kasih pada mereka.

Selama 1 minggu aku mencari informasi dan membuat karya tulis ilmiah pertamaku dan

akhirnya disinilah aku berdiri. Piala besar berwarna keemasan beserta sertifikat berada di

genggamanku, sorakan serta tepuk tangan memenuhi aula Universitas Stisipol, alhamudlillah aku

menjadi juara 3. Terima kasih semuanya, aku tak akan pernah melupakan pengalaman itu.