cerpen "anak pengamen jalanan"
Post on 30-Dec-2014
276 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SEMANGAT
ANAK PENGAMEN JALANAN
2 | P a g e
SEMANGAt ANAK PENGAMEN JALANAN
Hujan baru saja reda, di pinggiran jalan yang cukup lebar, ditambah suara desingan
kendaraan-kendaraan yang melintasi jalan itu, sekelompok anak pengamen berusia sekitar
15 tahun, yaitu Tori, Pardi, dan Mila. Mereka menyambangi setiap kendaraan umum untuk
mengamen demi mendapat uang agar dapat membantu bibi mereka. Itulah kegiatan
keseharian mereka. Menandungkan lagu-lagu yang mereka sukai pada orang-orang itu.
“Nih.. sana-sana pergi. Dasar pengamen! Ganggu aja!”, bentak salahsatu
penumpang pada mereka bertiga
Sering sekali mereka diacuhkan dan banyak orang-orang yang tidak menyukai
setiap kedatangan pengamen. Mereka menganggap para pengamen hanya memuakkan
mereka. Tetapi disamping itu, banyak juga orang-orang yang ikhlas dan baik
mendengarkan mereka.
Tori, Pardi, dan Mila adalah anak-anak yang ditinggalkan orang tua kandung
mereka sejak baru dilahirkan, tak ada yang tahu orang tua ketiga anak tersebut siapa.
Sejak kecil mereka diasuh oleh seseorang tetangganya yang baik hati bernama bi iyul.
Sebelumnya, Bi Iyul tinggal sendirian karena suami dan anaknya telah meninggal,
olehkarena kesendiriannya itulah ada sedikit rasa hatinya untuk merawat anak-anak
tersebut. Walaupun Bi Iyul orang yang tidak mampu, tetapi ia dengan tulus mau
menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Padahal bi iyul hanya bekerja
sebagai pemulung barang rongsok yang berpenghasilan tak tentu. Keadaan itu membuat
Tori, Pardi dan Mila tidak ingin menyusahkan Bi Iyul terlalu banyak. Yaitu dengan mereka
bekerja sebagai pengamen, setidaknya dapat meringankan beban bi iyul dari pendapatan
mereka mengamen.
3 | P a g e
Tidak seperti anak lainnya, Walaupun tidak bersekolah, Tori, Pardi, dan Mila,
mereka sering mempelajari sendiri lewat buku-buku bekas yang didapatkan dari tempat
rongsok. Selain itu mereka juga kompak dalam berlatih music dari alat-alat sederhana dan
bernyanyi.
Hari itu, Tori, Pardi, dan Mila tidak biasanaya mendapat penghasilan dari
mengamen sedikit. Dan uang itu hanya bisa dibelikan 2 buah nasi bungkus dengan harga
Rp. 1500 perbungkus, makanan untuk sarapan malam yang biasa mereka beli setiap hari di
warung nasi pak joko. Tidak seperti hari-hari kemarin yang bisa dibelikan 4 bungkus
bahkan ada uang sisa yang bisa ditabung oleh mereka. Namun kini, Nasi bungkus itu akan
diberikan satu bungkus untuk bi iyul dan satu lagi untuk mereka bertiga. mereka akan
memakan satu bungkus diwarung nasi pak joko dibagi menjadi tiga, agar bi iyul memakan
yang tinggal satu bungkus itu.
“Ayo bagian ini untuk kalian berdua, dan yang separo ini bagianku”, kata tori sambil
membagi nasi untuk kedua temannya lebih banyak daripada dirinya.
“Kenapa bagianmu lebih sedikit dari kita tor?” sanggah Mila
“Iya tor.. sini , biar aku tambahin”, sambung Pardi
“Gak usah, aku masih kenyang kok, sudah, kalian makan saja bagian kalian ya”,
jawab Tori.
Walaupun begitu, sebenarnya tori sangat lapar, namun ia lebih mengkasihani lagi
temannya itu.
Setelah Tori selesai makan, tori duduk diteras depan warung nasi tersebut.
Dilihatnya beberapa anak yang baru pulang sekolah dengan tas yang digendongnya. Pulang
berombongan setelah mencari ilmu bersama teman-teman sebayanya. Munculah rasa iri
kepada anak anak yang bersekolah itu,sedangkan ia tidak mendapatkan pendidikan
4 | P a g e
selayaknya anak-anak lain. Tori dan temannya bertiga hanya seorang anak buangan oleh
orang tua kandung mereka, yang mereka sendiri tidak pernah mengenalnya. Rasa hati
yang membara ketika mengingat tentang ketidakjelasan orangtua kandung mereka. Tak
ada rasa kerinduan hatinya pada sang ibu. Hanya kekesalan yang menyelimutinya.
“Tor,tor, kok melamun gitu? Ada apa tori? Kamu ada masalah ya? Ayo cerita..” kata
Mila.
“Oh,oh, ga ada apa-apa kok mila, Cuma agak ngantuk nih..hahaha”, balas Tori
“Ah tori.. ya sudah kita lanjut mengamen lagi yuk. Setelah yang ini kita langsung
pulang”, ucap Pardi.
“Ayo, lanjut..” senyum Tori pada temannya,”semangat..”
Diperjalanan pardi mengeluhkan sesuatu.
“Aku ingin kalau kita ngamen, tapi membuat orang-orang yang lain terhibur. Tidak
menjenuhkan mereka.” Ucap Pardi
“bener juga.. disamping kita nyari uang, kita menghibur mereka. Kan dulu kita
selalu nyajiin lagu biasa aja. Pengamen-pengamen lain juga nyajiinya biasa aja”, sambung
Mila
“Bener-bener. Kali ini kita harus buat beda ya.. kita harus jadi orang kreatif. Tapi
yang pasti kita harus cari idenya dulu”, ucap Tori
“Aku siap..”jawab Mila
Tori, Pardi dan Mila pun mengkreasikan lagu mereka, dan tanpa tanggung-tanggung
membuat alat musik serupa gendang,gitar,kecrekan,dan lainya hanya dari alat-alat bekas.
5 | P a g e
Setelah beberapa lama mereka berlatih, merekapun siap mengamen dengan
kreativitas mereka.
“Semoga setiap orang yang mendengar kita akan selalu terhibur ya”, harap Tori
kepada temannya
“Iya tor, kita kan sudah berlatih dengan sungguh-sungguh. Aku yakin, pasti orang-
orang tidak akan bosan, karena kita nampilin ngamen yang lebih beda”, jawab Tori
“Gimana kalo kita bikin grup band aja, kaya di TV?”, ucap Mila
“Hah, grup band? Lucu tuh kayanya. Lalu namanya apa?”, sambung Pardi
“ Gimana kalo nama grup band-nya, penga.. panga.. pangaband?”, sambung Tori
“Artinya pengamen yang nge-band”, ucap Pardi
“Ha..ha..ha...”, mereka bertiga tertawa.
“Jadi, kita ngamen dimana nih dengan atribut yang cukup banyak ini?”, Tanya Pardi
“Sepertinya kita sementara ini mengamen di tempat agak luas yang menjadi tempat
berkumpul orang-orang banyak, seperti alun-alun. Setuju?”, ucap Tori.
“Setujuuuu”, jawab Pardi dan Mila
Merekapun mengamen dengan versi terbaru mereka dan membuat orang orang
menjadi terhibur, tidak lagi menjenuhkan, tidak ada lagi bentakan, tidak ada lagi cacian dan
pengacuhan.
Sebaliknnya, mereka ditunggu orang-orang itu.
Mereka adalah anak-anak dengan potensi yang besar,anak yang dibanggakan,
bukan oleh orang tua kandung mereka, tetapi oleh bibi yang mengasuh mereka sejak kecil.
top related