pengamen bab xvi
DESCRIPTION
catatan pengamen pak hengki idrisTRANSCRIPT
BAB XVI
KEPEMIMPINAN KELOMPOK DAN TIM KERJA DALAM
ORGANISASI
Kepemimpinan telah kita bahas pada bab XVI yang merupakan fungsi
keempat dari fungsi manajemen.
Sekarang kita lihat istilah kelompok kerja dan tim kerja. Kelompok kerja
dan tim kerja bukanlah hal yang sama atau ada perbedaan.
Kelompok kerja (Work Group) adalah kelompok yang berinteraksi
terutama untuk membagi informasi dan membuat berbagai keputusan untuk
membantu setiap anggota yang bekerja di dalam area tanggung jawabnya. Jadi,
kelompok kerja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi.
Sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh kelompok kerja, dan kelompok
berevolusi baik di dalam maupun di luar batas-batas struktur normal organisasi.
Jadi, kelompok kerja jika didefinisikan adalah minimal dua orang atau lebih yang
berinteraksi secara teratur untuk meraih satu maksud dan tujuan bersama.
Kelompok kerja terdiri dari kelompok formal dan kelompok informal.
Kelompok formal (formal group) adalah kelompok-kelompok yang
terlibat struktur organisasi, dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukkan
penugasan kerja. Dalam kelompok formal, kepemimpinan yang harus dianut oleh
seseorang ditetapkan dan diarahkan menuju tujuan organisasi. Lima anggota yang
terdiri dari pilot, co-pilot, mekanik dan dua pramugari pada sebuah pesawat
terbang adalah suatu contoh dari sebuah kelompok formal. Sebaliknya, kelompok
informal (informal group) adalah kelompok yang tidak terstruktur secara formal
maupun organisatoris. Kelompok-kelompok ini terbentuk secara alami dalam
lingkungan kerja yang timbul sebagai reaksi terhadap kebutuhan akan hubungan
sosial. Lima orang karyawan dari sebuah perusahaan yang datang dan pulang ked
an dari kantor secara bersama-sama setiap hari adalah suatu contoh dari sebuah
kelompok informal.
Kelompok yang ditentukan oleh organisasi dapat diklasifikasikan seperti
kelompok komando, kelompok tugas yang merupakan kelompok formal,
1 | P a g e
sedangkan kelompok yang tidak ditentukan oleh organisasi dapat diklasifikasikan
seperti kelompok kepentingan, kelompok persahabatan yang merupakan
kelompok informal.
Kelompok Komando (command group) ditentukan oleh grafik organisasi.
Kelompok tersebut terdiri dari individu-individu salesman yang melapor secara
langsung kepada supervisor. Lima supervisor membentuk sebuah kelompok
komando yang secara periodik bergilir melapor kepada manager marketing.
Kelompok tugas (task group) juga ditentukan secara organisasional, mewakili
mereka yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan,
tetapi batasan-batasan sebuah kelompok tugas tidak terbatas secara hirarki
pada atasan langsungnya. Kelompok tersebut dapat mengabaikan hubungan-
hubungan komando. Misalnya: jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi
sehingga menyebabkan kerusakan di lingkungan organisasi. Untuk
menanggulangi hal itu, maka dibentuklah Task Group untuk bekerja, meneliti
dan mengambil tindakan-tindakan untuk segera memperbaiki, maka akan
dibutuhkan komunikasi dan koordinasi antara bagian-bagian yang ad didalam
organisasi seperti manajer produksi, manajer teknik, manajer pemeliharaan
gedung dan lingkungan dengan penanggulangan bencana alam. Formasi
seperti itu harus membentuk sebuah kelompok tugas.
Kelompok kepentingan (interest group). Para karyawan yang berkumpul
bersama-sama untuk memperjuangkan tuntutannya kepada pimpinan
organisasi, atau mendukung seorang rekan yang telah dipecat.
Kelompok persahabatan (friendship group) dari kelompok kepentingan
seringkali berkembang karena anggota-anggotanya secara individual
mempunyai satu atau lebih karakteristik yang sama. Kita namakan formasi ini
dengan formasi persahabatan.
Kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan ini disebut kelompok
informal. Kelompok informal memberikan pelayanan yang sangat penting dan
memuaskan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial anggotanya. Oleh karena
interaksi yang ditimbulkan oleh rasa kebersamaan, kedekatan tempat kerja
atau interaksi tugas, membawa dampak bahwa para pekerja seringkali
2 | P a g e
melakukan hal-hal bersama-sama seperti: liburan bersama, berangkat dan
pulang kerja bersama, makan siang bersama dan saling mengunjungi keluarga
masing-masing. Kita harus memahami jenis-jenis interaksi diantara individu
ini, meskipun secara informal mempengaruhi organisasi tempat mereka
bekerja bersama-sama.
Tidak terapat alasan apapun mengapa seorang individu bergabung dalam
kelompok, karena sebagian besar orang menjadi anggota beberapa kelompok
disebabkan mereka merasakan kelompok tersebut memberikan manfaat yang
berbeda untuk anggota-anggota mereka.
Kalau kita perhatikan mengapa orang-orang bergabung dalam suatu
kelompok? Jawabannya kita lihat kembali motivasi yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow.
Gambar XVI.1
Hierarki Kebutuhan A. Maslow
Tahap-tahap Perkembangan Kelompok
Tahap perkembangan kelompok cenderung melewati lima tahap khusus
perkembangan. Pimpinan harus memahami bahwa anggota-anggota kelompok
memerlukan waktu untuk mengenal satu sama lain (forming), menerima satu sama
3 | P a g e
lain (storming), membangun struktur kelompok (norming), merasa aman
(performing) dan pembuaran (adjourning).
Gambar XVI.2
Tahap Perkembangan Kelompok
Tahap I. Perkembangan Kelompok (forming). Anggota-anggota
kelompok mencoba mengenal satu sama lain dan mulai menguji perilaku-perilaku
interpersonal mana yang diterima dan mana yang tidak diterima oleh anggota-
anggota lain. Pada titik ini, para anggota sangat bergantung satu sama lain demi
mencari tahu perilaku-perilaku apa yang dapat diterima oleh anggota-anggota lain.
Aturan-aturan dasar kelompok terbentuk dan struktur sementara dari kelompok
muncul.
Tahap 2. Biasanya muncul dengan lamban, adalah menerima satu sama
lain (storming). Selama tahap ini, kelompok masih kurang terpadu dan pola
interaksi tidak berimbang. Pada saat yang sama, sejumlah anggota dari kelompok
mulai menonjolkan diri mereka agar diakui sebagai pemimpin kelompok atau
paling tidak untuk memainkan peran penting dalam menentukan agenda
kelompok.
Tahap 3. Membangun struktur kelompok (norming), biasanya muncul
dengan semburan aktivitas. Selama tahap ini, tiap anggota mulai mengakui dan
menerima perannya serta memahami peran anggota-anggota lain. Para anggota-
anggota juga mulai menerima satu sama lain dan rasa persatuan mulai terbangun.
Pada tahap ini bias saja terjadi kemunduran sementara ke tahap sebelumnya.
Tahap 4. Pada tahap ini yaitu merasa aman (performing) berjalan secara
lambat. Kelompok mulai sungguh-sungguh berfokus pada masalah yang sedang
dihadapi. Para anggota menjalankan peran yang telah mereka terima, interaksi dan
4 | P a g e
upaya-upaya kelompok diarahkan pada pencapaian tujuan. Struktur dasar dari
kelompok ini tidak lagi menjadi persoalan tetapi telah menjadi mekanisme dalam
meraih tujuan kelompok.
Tahap 5. Pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk membubarkannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas utama pada kelompok, sebagai gantinya, perhatian diarahkan
untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam
tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang-senang dalam
pencapaian kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira,
bersenang-senang dalam pencapaian kelompok tersebut, lainnya mungkin merasa
tertekan atas kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama
kehidupan kelompok kerja tersebut.
Kebanyakan orang yang menginterpretasikan model lama tahap tersebut
berasumsi bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok
tersebut bergerak melalui empat tahap pertama. Meskipun asumsi ini mungkin
secara umum benar, apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih
kompleks dari yang dikenal dari liam tahap ini.
Dibawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk
kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat berharap untuk dapat menemukan
situasi dimana kelompok-kelompok dalam tahap kedua berpenampilan lebih baik
dibandingkan mereka yang berada pada tahap ketiga dan keempat. Dengan cara
serupa, kelompok-kelompok tidak selalu berproses dengan jelas dari satu tahap ke
tahap selanjutnya. Kadang-kadang, pada kenyataannya, beberapa tahap berjalan
pada waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap
sebelumnya. Jadi pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak
mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat
atau bahwa tahap keempat selalu yang paling diinginkan.
Ciri-ciri yang menyangkut kelompok:
Kelompok kerja bukan merupakan sekumpulan orang-orang, yang tidak
terorganisir. Dengan semakin dewasa dan setelah melalui empat tahap dari lima
5 | P a g e
tahap yang ada, ada beberapa ciri-ciri yang menyangkut kelompok seperti : Peran,
Norma, Status, Ukuran dan Kepemimpinan Informal.
PERAN.
- Peran adalah bagian yang dimainkan seorang individu dalam membantu
kelompok meraih tujuannya.
Tiap orang didalam kelompok memiliki peran (role) yang harus dimainkan
dalam membantu kelompok meraih tujuan-tujuannya. Sejumlah orang adalah
pemimpin, beberapa melakukan pekerjaan, beberapa berinteraksi dengan
kelompok-kelompok lainnya dan sebagainya, misalnya seorang bisa
mengambil peran spesialis tugas (berkonsentrasi pada penyelesaian tugas
kelompok) atau peran social emosional (menyediakan dukungan sosial dan
emosional kepada anggota kelompok lainnya). Sejumlah kecil anggota,
biasanya pemimpin, menjalankan kedua peran tadi, beberapa anggota yang
lain mungkin tidak menjalankan keduanya sama sekali.
Gambar XVI.3
Perkembangan Peran
Peran dalam sebuah kelompok secara umum berkembang melewati tahap-
tahap peran. Dua tahap pertama dari perkembangan peran adalah proses
kelompok karena anggota kelompok memberitahu pada orang-orang yang
bersangkutan tentang apa yang diharapkan dari mereka. Dua tahap berikutnya
adalah proses perorangan karena anggota-anggota baru dari kelompok
merasakan dan menampilkan peran mereka.
Kebingungan peran (role ambiquity) muncul jika peran yang dikirim tidak
dimengerti dengan jelas. Jika seorang pemimpin meminta bawahannya untuk
6 | P a g e
Peran yang diharapkan
Peran yang Dikirim
Peran yang Dirasakan
Peran yang Ditampilkan
membuat sebuah tugas tetapi tidak memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh tugas tersebut, maka bawahan akan mengalami kebingungan
atas perannya dalam membuat tugas. Bawahan tidak tahu tugas itu harus
dibuat seperti bentuk apa, kapan harus diselesaikan dan harus disampaikan
kepada siapa.
Dalam lingkungan kerja, munculnya kebingungan membuat tugas bisa
ditimbulkan oleh deskripsi kerja yang tidak jelas, instruksi yang kabur dari
atasan atau petunjuk yang tidak jelas dari rekan kerjanya. Dalam hal ini,
seorang bawahan tidak tahu apa yang semestinya dilakukan. Kebingungan
peran bisa menjadi masalah yang cukup serius baik bagi individu yang harus
menghadapinya maupun bagi organisasi yang mengharapkan bawahan
tersebut menyelesaikan pekerjaannya.
Benturan peran, muncul saat peran-peran dan isyarat-isyarat yang
membentuk peran yang dikirim telah jelas tetapi saling berbenturan atau
tumpang tindih. Salah satu bentuk benturan peran yang umum adalah benturan
antar peran, benturan antara satu peran dengan peran yang lain. Sebagai
contoh: seorang mahasiswa ingin mengikuti berbagai keterampilan seperti
kursus bahasa Inggris, komputer akan tetapi orang tua membatasi uang untuk
kegiatan kursus-kursus tersebut.
- Peran berlebihan adalah terjadi saat ekspektasi terhadap peran melampaui
kapabilitas orang itu. Jika seorang atas memberikan beberapa tugas penting
sekaligus menambah beban kerja rutin karyawan tersebut mengakibatkan
karyawan tersebut mempunyai peran berlebihan, dan pada akhirnya perkiraan
karyawan tersebut dapat menyelesaikan perannya dengan baik ternyata tidak,
hal ini mengakibatkan ekspektasinya yang diharapkan tidak tercapai karena
overload.
NORMA
Norma adalah standar-standar perilaku yang diterima kelompok untuk
anggota-anggotanya. Sebagian besar kelompok memiliki norma-norma yang
mengatur diskusi-diskusi diantara mereka.
7 | P a g e
Norma memberitahu mereka apa yang harus dan tidak harus dilakukan
didalam keadaan-keadaan tertentu. Norma dari sebuah kelompok tidak selalu
sama dengan kelompok lain. Misalnya norma dari satu kelompok barangkali
adalah bertindak sahabat dan penuh kehangatan dengan pemimpinnya, sedangkan
kelompok lain mungkin ingin menjaga jarak. Beberapa perbedaan norma ini
umumnya disebabkan oleh kompromi kelompok. Dalam sejumlah kasus, terdapat
beberapa variasi norma didalam sebuah sekelompok, seperti anggota kelompok
yunior diberi tugas-tugas yang kurang menyenangkan seperti disuruh untuk
mengambil data atau mencari data atau mengantarkan surat ke bagian lain
diorganisasi itu. Pekerjaan ini sementara oleh kelompok lain dianggap sepele. Ada
empat faktor yang mempengaruhi kedisiplinan terhadap norma. Faktor pertama
dan sangat penting adalah yang berkaitan dengan kelompok mungkin mencoba
membangun tingkat kedisiplinan yang tinggi dari anggota-anggotanya disbanding
kelompok-kelompok lain. Faktor kedua motivasi awal yang mendorong perilaku
bias mempengaruhi kedisiplinan. Faktor ketiga, ciri-ciri seseorang menentukan
kecenderungan orang tersebut untuk patuh. Faktor keempat yaitu situasional
seperti ukuran kelompok dan kebulatan suara mempengaruhi kedisiplinan
terhadap norma.
Gambar XVI.4
Empat Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Terhadap Norma
8 | P a g e
STATUS
Status adalah sebuah definisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial
yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok orang lain.
Meskipun telah banyak usaha, kita hanya mendapatkan sedikit kemajuan
menuju sebuah masyarakat tanpa status kelas. Status adalah faktor penting dalam
memahami perilaku manusia karena hal ini adalah sebuah motivasi signifikan dan
memiliki konsekuensi. Konsekuensi perilaku besar ketika seseorang menerima
perbedaan antara apa yang mereka percaya sebagai status dan apa yang dirasakan
orang lain.
Apa yang menentukan status? Yang menentukan status adalah perbedaan
dalam ciri-ciri status menciptakan hirarki-hirarki dalam kelompok.
Status cenderung diperoleh dari salah satu dari tiga sumber yaitu, pertama:
pengaruh kekuasaan seseorang atas orang lain. Kedua: kemampuan seseorang
untuk berkontribusi terhadap tujuan sebuah kelompok. Ketiga; ciri-ciri pribadi
seorang individu. Jadi seseorang yang dapat mengendalikan hasil sebuah
kelompok melalui kekuasaan mereka cenderung dianggap berstatus tinggi, atau
orang yang mempunyai kontribusi penting terhadap keberhasilan kelompok juga
cenderung memiliki status tinggi.
UKURAN
Seberapa besar atau kecil sebuah kelompok mempengaruhi aktivitas
kelompok secara keseluruhan? Jawaban atas pertanyaan ini pastinya ya, tetapi
pengaruhnya bergantung pada variabel yang anda lihat. Sebagai contoh bukti yang
ada mengindikasikan bahwa kelompok yang lebih kecil lebih cepat dalam
menyelesaikan tugas daripada kelompok yang lebih besar dan orang-orang bekerja
lebih baik dalam kelompok yang lebih kecil, tetapi jika terjadi masalah maka
kelompok besar lebih mendapatkan nilai dibandingkan dengan kelompok lebih
kecil. Alasannya karena kelompok besar yang terdiri dari beberapa puluh orang
dengan latar belakang pengetahuan dan jaringannya kemungkinan lebih cepat
menyelesaikan masalah disbanding dengan kelompok yang lebih kecil.
9 | P a g e
Akan tetapi didalam pekerjaan kelompok ukuran besar seharusnya dapat
menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi, namun kenyataan kelompok
ukuran besar yang bekerja secara kolektif biasanya masing-masing orang hanya
memberikan kontribusinya sebagian saja dari kemampuannya, sehingga secara
logika ukuran kelompok besar seharusnya dapat menghasilkan produktivitas lebih
besar, ternyata tidak demikian, sebaliknya ukuran kelompok kecil yang terdiri dari
beberapa orang saja dalam hitungan jari dapat menghasilkan produktivitas yang
cukup tinggi, karena mereka yang bekerja secara kolektif pada kelompok ukuran
kecil merasa merekalah yang bertanggung jawab langsung terhadap hasil kerja,
sehingga masing-masing orang memberikan kontribusi kemampuannya dengan
sepenuhnya apa yang mereka miliki sehingga menghasilkan produktivitas yang
tinggi.
Kepemimpinan Informal
Kepemimpinan informal adalah perorangan yang terlihat dalam aktivitas-
aktivitas kepemimpinan tetapi hak untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut
tidak diakui secara formal oleh organisasi atau kelompok. Sebagian besar group
fungsional memiliki pemimpin formal yaitu seorang yang ditunjuk oleh
organisasi, walaupun seorang pemimpin telah ditunjuk oleh organisasi sebagai
pemimpin formal akan tetapi tidak sedikit muncul pemimpin informal bias saja ia
juga sebagai pemimpin formal. Jadi seorang pemimpin informal mampu
menjalankan kedua peran tersebut yaitu dia sebagai pemimpin formal dan
sekaligus juga sebagai pemimpin informal. Sementara pemimpin formal
kemungkinan saja bukan sebagai pemimpin informal jadi dia hanya mampu
menjalankan pemimpin formal tetapi tidak sebagai pemimpin informal.
Pertanyaannya apakah pemimpin informal dibutuhkan?
Dalam prakteknya pemimpin informal sangat berkuasa dibandingkan
dengan pemimpin formal, karena pemimpin informal kekuatan mereka berasal
dari kekuasaan referen dan keahlian dimana kepemimpinan tersebut didapatkan
karena ia mempunyai karisma dan keahlian dimana bawahannya bersedia untuk
10 | P a g e
melakukan apa yang diperintahkan karena bawahannya sangat mengaguminya dan
percaya karena keahliannya.
Seorang pemimpin informal jika ia mau bekerja untuk kepentingan
organisasi mereka bisa menjadi asset yang sangat bernilai, tetapi apabila ia
bekerja bertentangan dengan tujuan organisasi mereka bisa menimbulkan
kesulitan besar. Pemimpin semacam itu bisa menurunkan norma kinerja,
memancing pemogokan, atau melakukan hal-hal lain yang mengganggu
efektivitas organisasi.
KERJA TIM DALAM ORGANISASI
Kerja Tim (team work) adalah kinerja yang dilakukan secara kolektif dan positif
dari orang per orang secara mutual dan saling melengkapi.
Gambar XVI.5
Kerja Tim Dalam Organisasi
Dari definisi di atas, akhir-akhir ini banyak organisasi yang tertarik untuk
membentuk Kerja Tim untuk menangani berbagai masalah yang muncul akhir-
akhir ini.
Bentuk-bentuk Kerja Tim
Bentuk-bentuk Kerja Tim sangat bervariasi tergantung maksud dan tujuan bentuk
kerja tim tersebut dibentuk. Bentuk-bentuk Kerja Tim dapat berupa:
11 | P a g e
pengembangan produk, pemecahan masalah, sebagian dari suatu rekayasa ulang,
penyelesaian masalah, mengelola diri sendiri, lintas fungsional atau bagi sejumlah
kegiatan lain yang berkaitan dengan pekerjaan.
Mengapa Perlu Menggunakan Kerja Tim?
Tidak ada alasan yang spesifik mengapa perlu menggunakan Kerja Tim, namun
akhir-akhir ini Kerja Tim menjadi popular, banyak organisasi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan membentuk Tim. Dengan
membentuk kerja Tim diharapkan:
(1) Menciptakan Esprit de Corps (semangat korps). Anggota-anggota Tim
berharap dan menuntut banyak antara satu terhadap yang lain. Dengan
keadaan tersebut, mereka mempermudah kerja sama dan memperbaiki
semangat kerja karyawan. Oleh karena itu norma-norma tim cenderung
mendorong anggota untuk menjadi yang terbaik dan sekaligus menciptakan
suatu iklim yang meningkatkan kepuasan kerja.
(2) Mendorong manajemen mengambil langkah strategi. Dengan menggunakan
kerja tim untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada didalam organisasi,
memberikan kesempatan pada para manajer mengambil langkah-langkah
strategi dalam menyusun perencanaan jangka panjang.
(3) Adanya fleksibilitas kerja. Dengan menggunakan kerja tim, maka tugas-tugas
manajer secara vertikal kebawah yang biasanya dilakukan, dialihkan kepada
kerja tim memungkinkan organisasi itu mendapatkan fleksibilitas yang lebih
besar, karena seringkali anggota-anggota tim malah lebih banyak mengetahui
tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan ketimbang para
manajer itu sendiri, karena anggota kerja tim lebih dekat dengan masalah-
masalah tadi, dan dalam pengambilan keputusan yang memerlukan masukan
dari berbagai sudut pandang yang berbeda, kerja tim inilah yang lebih
fleksibel dan dapat cepat memberikan solusi karena mereka mempunyai
informasi-informasi yang dapat diakses.
(4) Heterogen latar belakang anggota kerja tim. Anggota kerja tim yang terdiri
dari individu-individu heterogen, latar belakang dan pengalamannya sering
12 | P a g e
melihat segala sesuatu yang tidak dilihat oleh anggota tim yang latar
belakangnya homogen. Oleh karena itu, pemanfaatan anggota kerja tim yang
beraneka ragam dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan keputusan-
keputusan lebih daripada yang dapat muncul, seandainya orang-perorang
secara sendirian yang membuat keputusan.
(5) Produktivitas kerja. Akhirnya anggota-anggota dengan latar belakang
heterogen bergabung dalam kerja tim akan menghasilkan produktivitas kerja
yang tinggi daripada mereka bekerja sendiri-sendiri dibawah pengawasan
vertikal dari manajer yang bersangkutan dalam organisasi.
Bagaimana Menghasilkan Kerja Tim yang Efektif?
Kerja tim tidak selalu dijamin memberikan produktivitas yang positif dan
maksimal. Kerja tim juga dapat gagal dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh
karena itu, kita perlu perhatikan beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar dapat
menghasilkan kerja tim yang efektif. Prinsip-prinsip kerja tim yang efektif adalah:
(1) Tujuan kerja tim yang jelas
Setiap anggota kerja tim harus mengerti dan memahami tujuan kerja tim
dengan jelas seperti: tahu apa yang diharapkan bisa mereka capai, apa yang
diharapkan dari mereka sebagai individu terhadap tujuan yang ingin dicapai,
dan memahami bagaimana mereka akan bekerja sama untuk mencapai tujuan-
tujuan yang efektif.
(2) Keterampilan yang relevan dengan kerja tim
Kerja tim yang efektif adalah didukung oleh individu-individu yang
mempunyai keterampilan yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya
dalam kerja tim untuk mencapai tujuan yang efektif. Anggota kerja tim
dituntut disamping mempunyai keterampilan teknis, ia juga harus juga
memiliki keterampilan antar pribadi (pergaulan).
(3) Saling percaya diantara anggota kerja tim
Kerja tim yang efektif harus berdasarkan saling percaya diantara anggota. Tiap
anggota kerja tim percaya dan yakin integritas, watak, dan kemampuan satu
sama lain. Iklim saling percaya ini sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan
13 | P a g e
manajemen dan budaya organisasi itu. Organisasi yang menghargai
keterbukaan, kejujuran, dan proses kerjasama dan mendorong keterlibatan
karyawan serta otonomi karyawan cenderung menciptakan budaya organisasi
yang penuh kepercayaan.
(4) Komitmen kuat
Kerja tim yang efektif para anggotanya menampilkan dedikasi dan loyalitas
yang hebat terhadap kerja timnya. Mereka rela melakukan apa saja yang harus
dilakukan untuk menolong berhasilnya kerja tim mereka. Loyalitas dan
dedikasi ini sebagai komitmen yang kuat. Oleh karena itu komitmen kuat
diartikan adanya dedikasi pada tujuan-tujuan kerja tim tadi dan kerelaan untuk
meluangkan sejumlah besar energy guna mencapainya.
(5) Komunikasi yang baik
Dengan adanya komunikasi yang baik dengan sendirinya kerja tim akan
efektif, karena setiap anggota mampu menyampaikan pesan-pesan satu sama
yang lain dalam suatu bentuk yang gampang dan dimengerti dengan jelas. Ini
menyangkut pesan tertulis maupun lisan. Komunikasi yang baik juga diartikan
sebagai umpan balik antara anggota tim dengan para manajer. Umpan balik
membantu para anggota tim untuk mengkoreksi kesalah-pahaman.
(6) Keterampilan negosiasi
Tim yang efektif seharusnya bersifat fleksibel dan terus menerus membuat
penyesuaian. Dengan adanya fleksibilitas ini mendorong anggota-anggota
kerja tim untuk dapat menumbuhkan keterampilan negosiasi yang menuntut
para anggota tim untuk menghadapi dan berdamai pada saat terjadi perbedaan-
perbedaan pemikiran dan ide.
(7) Kepemimpinan yang efektif
Pemimpin yang efektif harus memotivasi suatu tim untuk mengikuti mereka
menempuh situasi yang paling sulit dengan memperjelas tujuan. Pemimpin
memperlihatkan bahwa perubahan itu mungkin dapat mengatasi kelambatan
dan mereka menanamkan rasa percaya diri pada para anggota tim untuk
menyadari potnesi mereka secara lebih baik. Kepemimpinan kerja tim yang
efektif mulai mengambil alih peran pelatih dan fasilitator, mereka menolong
14 | P a g e
membimbing dan mendukung tim itu, tetapi mereka tidak mengendalikannya.
Pengendalian tetap berada pada manajer organisasi.
(8) Dukungan internal dan eksternal kerja tim yang efektif
Sebuah kerja tim yang efektif dibutuhkan dukungan secara internal. Tim harus
diberikan peralatan yang memadai dan keleluasaan dalam melatih para
anggotanya sebagaimana mestinya, sebuah dukungan internal yaitu suatu
program intensif yang mengakui dan memberi imbalan kegiatan. Kegiatan tim
dan sistem sumber daya manusia yang mendukung infrastruktur yang tepat
harus menopang para anggota dan memperkuat perilaku yang menjurus pada
tingkat kinerja yang tinggi. Secara eksternal, manajemen harus memberi kerja
tim itu sumber daya yang dibutuhkan untuk merampungkan tugas tersebut.
Gambar XVI.6
Kerja Tim yang Efektif
Bagaimana Mengelola Kerja Tim Agar Efektif?
Untuk mengelola kerja tim dibutuhkan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian.
15 | P a g e
Perencanaan
Penentuan tujuan kerja tim merupakan bagian penting dalam proses
perencanaan. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan bagi kerja tim dan
memilih berbagai cara atau kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan
hanya benar-benar realistis bagi kerja tim dan memiliki batas waktu dalam
pencapaiannya. Dengan adanya perencanaan kerja tim akan dapat mencapai
tujuan kerja tim yang efektif.
Salah satu cara menentukan tujuan kerja tim yang efektif adalah dengan
menyuruh masing-masing anggota tim menulis tujuan atau sasaran timnya
untuk dicapai, kemudian mengumpulkan dan menganalisis pernyataan-
pernyataan mereka untuk mencari ketepatan dan konsistensi. Seandainya ada
kesalah-pahaman mengenai tujuan atau sasaran tim dapat dilakukan untuk
menjelaskan hal-hal itu.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dan dapat diidentifikasi
pada kerja tim atas dasar keterikatan yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama kerja tim.
Dikoordinasikan dengan sadar mengandung arti kerja tim sebagai satu tim
yang terdiri dari individu-individu dari suatu kerja tim tidak timbul secara
spontan, melainkan diatur lebih dahulu. Oleh karena pengorganisasian
merupakan kesatuan sosial, maka pola interaksi para anggota kerja tim harus
ditata sedemikian rupa, sehingga bisa mencapai efisiensi dan menjamin
penyelesaian tugas-tugas kerja tim yang penting.
Pengorganisasian tugas-tugas yang mencakup mengelola sebuah kerja tim
termasuk menjelaskan wewenang dan masalah-masalah structural. Salah satu
pertanyaan kunci bagi setiap tim adalah seberapa banyak wewenang yang
dimiliki oleh sebuah tim?
Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai sebuah proses berfokus pada apa yang sebetulnya
dilakukan pemimpin. Kepemimpinan adalah penggunaan pengaruh tanpa
16 | P a g e
paksaan (referent power). Para anggota kerja tim mungkin menyukai dan
memandang seseorang sebagai pemimpin, karena orang itu terlihat seperti
mereka dari segi kepribadian, latar belakang atau sikap.
Dalam situasi kerja tim para anggota mungkin memilih untuk meniru
seorang pemimpin kerja tim yang memiliki kekuasaan referen. Kekuasaan
referen juga bisa berbentuk karisma, atribut tidak terwujud dari pemimpin
yang mengilhami kesetiaan dan antusiasme. Jadi seorang ketua kerja tim
mungkin memiliki kekuasaan referen, tetapi kekuasaan cenderung terkait
dengan kepemimpinan. Memimpin sebuah kerja tim lazimnya menuntut orang
untuk memiliki pengetahuan teknis yang cukup agar anggota-anggota kerja
tim dapat memahami tugas-tugas tim itu dan mempunyai keterampilan-
keterampilan antara pribadi yang kuat agar anggota-anggota dapat
memudahkan keikutsertaan masing-masing, mendorong kinerja luar biasa,
menyelesaikan konflik-konflik, dan mendapatkan kesepakatan mengenai
masalah-masalah penting. Menghadapi dinamika manusiawi tim tersebut
seringkali merupakan bagian paling sulit dalam mengelola kerja tim.
Pengendalian
Pengendalian adalah proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi tercapai. Fungsi pengendalian memungkinkan para pemimpin kerja
tim memonitor efektivitas aktivitas perencanaan, pengorganisasian, dan
kepemimpinan mereka. Salah satu peran esensial dari proses pengendalian
adalah melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Fungsi pengendalian melibatkan pelaksanaan berbagai metode yang
memberikan jawaban atas tiga pertanyaan dasar. Apa hasil-hasil yang
diharapkan dan direncanakan? Tindakan korektif apa yang tepat dari pihak
yang diberikan wewenang? Fungsi pengendalian berhubungan erat dengan
perencanaan. Perencanaan yang efektif akan gagal total jika tidak dilengkapi
dengan sistem pengendalian yang baik.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan,
pengorganisasian, maka perlu dilakukan evaluasi pengendalian. Sewaktu
organisasi-organisasi mulai lebih banyak menggunakan tim, sistem penilaian
17 | P a g e
karyawan dan sistem imbalan mereka harus diubah untuk mencerminkan ini.
Jenis-jenis perubahan macam apakah yang boleh kita harapkan? Kriteria kinerja
harus memodifikasi guna menggabungkan perilaku-perilaku kerja tim dalam
penilaian anggota kerja tim. Bukan saja kinerja individu yang harus dievaluasi,
melainkan juga faktor yang menunjukkan seberapa baik individu dalam konteks
timnyapun harus dipertimbangkan pula.
18 | P a g e