cara kerja ilmuwan
Post on 12-Aug-2015
300 Views
Preview:
TRANSCRIPT
CARA KERJA ILMUWAN
Perkembangan peradaban manusia selalu dihiasi oleh berbagai aktivitas manusia
dalam mencari dan menemukan jawaban terhadap berbagai fenomena yang terjadi di
jagat raya ini, baik fenomena alam fisik, alam hayati, termasuk fenomena manusia
sebagai individu, insan sosial, politik, ekonomi, maupun sebagai insan Tuhan, salah
satu bentuk aktivitas itu adalah proses mencari keajegan fenomena-fenomena alam
maupun manusia berdasarkan logika rasional dan empirikal. Aktivitas demikian itu
merupakan proses pencarian dan pengembangan ilmu yang dilakukan para ilmuwan
(scientist). Dalam konteks ini ilmuwan dapat disebut sebagai seorang yang
mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas
baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu.
1. Hakikat Pengetahuan
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu (Admojo,
1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge.
Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi
setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan
ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
bangunannya dari dalam.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang
pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
Sedangkan, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun,
baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah
informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme
tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan
lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis,
konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar
atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya, ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan
tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. (Blog Enas76)
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi
dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini
bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia
yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin
organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen
organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal
budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan
pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan
didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa ilmu (science) berbeda dengan pengetahuan.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia, disamping
pengetahuan lainnya yaitu seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah
kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut memperkaya
kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya
pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi
berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan
tersebut disusun, ketiga landasan ini saling berkaitan, jadi ontologi ilmu terkait
dengan epistemologi ilmu dan epistemilogi ilmu berkaitan dengan aksiologi ilmu
dan seterusnya. Jadi, kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal
ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. (Suriasumantri, 105)
Apabila kita bertanya : “ apakah yang akan terjadi sesudah mati?” Maka
pertanyaan tersebut tidak kita ajukan kepada ilmu melainkan kepada agama. Sebab
ilmu membatasi diri pada objek kajian yang berada dalam lingkup pengalaman
empirik manusia, sedangkan masalah hidup sesudah mati merupakan sesuatu yang
bersifat transendental (gaib) yang merupakan objek kajian agama. Demikian pula
seandainya ada pertanyaan lagu “nina bobo” apa yang harus kita perdengarkan
agar anak dapat tidur terlelap. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh ilmu
atau agama, melainkan oleh seni. Dengan demikian setiap pengetahuan memiliki
bidang kajian masing-masing. Ilmu melakukan kajian terhadap alam sebagaimana
adanya (dassein) dan terbatas pada lingkup pengalaman empirik manusia.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan
yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari dan menawarkan berbagai
kemudahan kepada manusia. Seni disisi lain dari pengetahuan mencoba
mengungkapkan objek penelaahannya itu pada bidang estetika (keindahan),
sedangkan agama merupakan jenis pengetahuan manusia yang mengkaji bidang
transendental.
Gambar 1. Jenis-jenis Pengetahuan menurut bidang kajiannya masing-masing
2. Kemampuan Manusia Mengembangkan Pengetahuan
Terdapat dua hal utama mengapa manusia dapat mengembangkan
pengetahuannya. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi
tersebut. Seekor beruk bisa saja mengkomunikasikan informasi kepada
kelompoknya bahwa ada segerombolan gorila datang menyerang, namun bagaimana
PENGETAHUAN
ILMU Mengkaji bidang empirik
SENI Mengkaji bidang estetika
Mengkaji bidang transdental
AGAMA
pun berkembang bahasanya, dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada beruk-
beruk lainnya, jalan pikiran analitis mengenai gejala tersebut. Kedua, yang
menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap,
adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara
garis besar cara berpikir seperti itu disebut penalaran. Binatang mampu berpikir
namun tidak mampu berpikir nalar. Perbedaan utama antara seorang Professor
nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir di play group nya
terletak pada kemampuannya dalam menalar. Instink binatang jauh lebih peka dari
instink seorang insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang
aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala
tersebut, mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkannya, apa yang
dapat dilakukan untuk mencegah semua terjadi.
3. Metode Ilmiah
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang terdiri dari kata hodos
yang berarti jalan, arah atau cara, dan prefiks meta yang berarti menuju, melalui,
sesudah. Sehingga methodos berarti penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah. Metode
juga bisa dikatakan sebagai proses atau prosedur yang sistematis menurut prinsip
atau teknik-teknik ilmiah yang digunakan dalam suatu disiplin untuk mencapai suatu
maksud atau tujuan (Kebung,2011). Metode ilmiah merupakan prosedur atau
langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah (Komara,2011).
Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa
yang dinamakan metode ilmiah.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan
pengetahuan. Suriasumantri (2011) berpendapat bahwa ,metode ilmiah merupakan
ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan
yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang
diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan
cara berfikir induktif dalam mengembangkan tubuh pengetahuannya. Berpikir deduktif
memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten
dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan
kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun
argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan dari pengetahuan yang telah
ada. Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat
rasionalisme yang bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai
penjelasan terhadap suatu objek pemikiran tertentu. Meskipun argumentasi secara
rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
namun dimungkinkan pula pilihan yang berbeda dari sejumlah premis ilmiah yang
tersedia yang dipergunakan dalam penyusunan argumentasi. Oleh sebab itu maka
diperlukan cara berpikir induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi.
Metode ilmiah ini pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan baik
yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Bila pun terdapat
perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekedar
terletak pada aspek-aspek tekniknya dan bukan pada struktur berpikir atau aspek
metodologinya. Misal, teknik pengamatan bintang-bintang di langit akan berbeda
dengan teknik pengamatan anak di taman kanak-kanak yang sedang belajar. Metode
ilmiah ini tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak termasuk ke dalam
kelompok ilmu. Matematika dan bahasa tidak mempergunakan metode ilmiah dalam
menyusun pengetahuannya, sebab matematika bukanlah ilmu, melainkan
pengetahuan yang merupakan sarana berpikir ilmiah. Demikian juga dengan bidang
sastra yang termasuk kepada humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode
ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya (Suriasumantri,1993).
Mengenai metode ini kita menemukan banyak pendapat. Ditilik dari cara
memperoleh kebenaran metode ilmiah berbeda dari metode-metode lainnya, seperti
metode tenasiti, metode otoritas dan metode a priori. Metode tenasiti dianggap
sebagai yang paling miskin, yang mengajar orang agar bertahan pada pendiriannya,
pada apa yang ia yakini. Dengan ini orang akan memperoleh ketenangan dan
keamanan. Namun metode ini akan mengumpulkan orang dan orang tidak dilatih
untuk berpikir dan bertanya tentang pendapat atau keyakinannya.
Pada metode otoritas kebenaran datang dari institusi yang memiliki kewenangan
atas suatu kelompok tertentu manusia. Metode ini sungguh menghalangi daya kreasi
dan berpikir sendiri, dan melarang setiap penelitian pribadi. Institusi menuntut
ketaatan hidup. Namun justru disini lebih mudah muncul perlawanan.
Dalam metode a priori setiap orang dapat menerima pandangan apapun jika itu
cocok dengan pikirannya tanpa perlu dibuktikan dengan fakta empiris yang dapat
diamati. Metode ini kelihatan lebih baik walaupun gagal menjelaskan fakta empiris
dengan tepat. Namun dalam metode ini setiap orang mulai mengajukan pertanyaan,
menemukan jawabannya sendiri, kendati jawabannya tidak mendasar.
T.H Huxley dalam bukunya yang berjudul The method of Scientific
Investigation, science: Method and Meaning mengemukakan bahwa metode ilmiah
merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran. Sedangkan kita tahu bahwa
beripikir itu merupakan kegiatan mental yang mampu menghasilkan pengetahuan.
Oleh karena itu dengan menggunakan mekanisme demikian diharapkan pengetahuan
yang dihasilkan nanti memiliki karakteristik tertentu sebagaimana yang diisyaratkan
sebagai pengetahuan ilmiah yakni memiliki sifat rasional dan teruji pada dunia
empirik. Dalam hal ini maka metode ilmiah merupakan cara berpikir gabungan
antara deduktif dan induktif.
Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapinya
agar dia mengerti mengenai hakikat permasalahan itu dan dengan demikian maka ia
dapat memecahkannya. Dalam hal ini maka pertama-tama ilmu menyadari bahwa
masalah yang dihadapinya adalah masalah konkret yang terdapat dalam dunia fisik
yang nyata. Secara ontologis maka ilmu membatasi masalah yang terdapat dalam
ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. (Suriasumantri, 121)
Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya
pada dunia yang nyata pula. Kata Einstein ilmu dimulai dengan fakta, dan diakhiri
dengan fakta pula, apa pun juga teori yang menjembatani antara keduanya. Teori
yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia
empirik yang diabstraksikan secara intelektual. Artinya, teori itu merupakan
penjelasan yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan
betapapun meyakinkan, tetap harus didukung oleh fakta empirik untuk dinyatakan
benar. Disinilah pendekatan rasional (deduktif) digabungkan dengan pendekatan
empirik (induktif) dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah.
Tahapan Metode Ilmiah
Garis besar tahapan-tahapan dalam metode ilmiah (Komara,2011) yaitu:
a) Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
b) Menyusun kerangka pokiran (logical construct)
c) Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah)
d) Menguji hipotesis secara empirik
e) Melakukan pembahasan
f) Menyimpulkan.
Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-langkah
berikutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian
menyangkut dua hal, yaitu metode dan hal teknis penelitian. Namun, secara implisit
metode dan teknik melarut di dalamnya..
Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah, yaitu menetapkan masalah
penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya. Menyatakan
objek penelitian masih saja belum spesifik, baru menyatakan pada ruang lingkup
mana penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau menyatakan
masalah yang spesifik dilakukan dengan menyatakan pertanyaan penelitian, yaitu
pertanyaan yang belum dapat memberikan penjelasan yang memuaskan berdasarkan
teori atau hukum yang ada.
Menyusun kerangka pemikiran yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut
kerangka yang logis. Hal ini tidak lain dari menduduk perkarakan masalah yang
diteliti (diidentifikasi) dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menangkap,
menerangkan, serta menunjukkan perspektif terhadap masalah itu. Upaya ditujukan
untuk menjawab atau menerangkan pertanyaan penelitian yang diidentifikasi. Cara
berpikir (nalar) ke arah memperoleh jawaban terhadap masalah yang diidentifikasi
ialah dengan penalaran deduktif. Sebagaimana telah dijelaskan, cara penalaran
deduktif adalah cara penalaran yang berangkat dari hal yang umum (general) kepada
hal-hal yang khusus (spesifik). Hal yang umum ialah teori, dalil, hukum, sedangkan
hal yang bersifat khusus tidak lain adalah masalah yang diidentifikasi.
Merumuskan hipotesis, bahwa hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari
penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti
membentuk poposisi yang sesuai dengan kemungkinan serta tingkat kebenarannya.
Bentuk-bentuk proposisi menurut tingkat keeratan hubungannya (linkage) serta nilai
informasinya (informative value). Jika dikaji kembali kalimat proposisi, baik berupa
teori maupun hipotesis, ternyata kalimat itu mengandung tiga komponen, yaitu
antiseden, konsekuen dan dependensi. Dua kelompok yang pertama merupakan
bagian dari kalimat proposisi, sedangkan komponen dependensi merupakan sifat
hubungan dari antiseden dan konsekuen merupakan linkage dalam proposisi itu.
Dependensi mengandung arti bahwa hubungan antara antiseden dan konsekuen
merupakan hubungan sebab-akibat yang benar. Konsekuen tergantung pada
kenebaran antiseden. Antiseden yang tidak benar menyebabkan konsekuen yang
tidak benar (tidak dependen).
Beberapa syarat logika yang harus terkandung dalam hipotesis antara lain: (1)
dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipotesis; (2)
mengandung sesuatu yang mungkin;(3) dapat mencari hubungan kausal dengan
argumentasi yang tepat dan;(4) dapat diuji baik kebenaran maupun kesalahannya.
Macam-macam hipotesis yang sering dijumpai yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis
argumentasi, hipotesis kerja, dan hipotesis nol. Hipotesis deskriptif merupakan
hipotesis lukisan, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how) benda-
benda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis argumentasi
yaitu hipotesis penjelasan, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa (why)
benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis ini
merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu
pernyataan menjadi kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan lainnya (antiseden).
Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang meramalkan atau menjelaskan akibat-
akibat dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan
suatu ramalan bahwa jika suatu variabel berubah maka variabel tertentu akan
berubah pula. Hipotesis nol yakni hipotesis statistik, bertujuan memeriksa
ketidakbenaran suatu dalil atau teori, yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-
bukti yang sah. Karena hipotesis ini mempergunakan perangkat statistik atau
matematik maka disebut hipotesis statistik. Melalui prosedur ini maka kita membuat
dugaan dengan hati-hati, bahwa menurut pendapat kita tidak ada hubungan yang
berarti atau perbedaan yang signifikan , dan selanjutnya kita mencoba memastikan
ketidakmungkinan hipotesis ini. Jika ternyata hipotesis ini ditolak maka pekerjaan
kita pindah ke hipotesis kerja. Oleh karena itu hipotesis nol disebut kebalikan dari
hipotesis kerja.
Menguji hipotesis ialah membandingkan atau menyesuaikan segala yang
terkadung dalam hipotesis dengan data empirik. Perbandingan atau penyesuaian itu
pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam ini
suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan kata lain, suatu
sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat, atau mungkin pula suatu akibat
ditimbulkan oleh beberapa penyebab. Menurut John Stuart Mills, cara sederhana
untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat adalah dengan
membandingkan berbagai peristiwa dalam suatu fenomena.
Membahas dan menyimpulkan sudah termasuk pekerjaan interpretasi terhadap
hal-hal yang ditemukan dalam penelitian. Dalam interpretasi, pikiran kita diarahkan
pada dua titik pandang. Pertama, kerangka pikiran yang telah disusun, bahkan ini
harus merupakan frame of work pembahsan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan
ke depan, yaitu mengaitkan pada variabel-variabel dari topik aktual. Pembahasan
tidak lain adalah mencocokan deduksi dalam kerangka pikiran dengan induksi dari
empirik (hasil pengujian hipotesis), atau pula kepda induksi yang diperoleh orang
lain (hasil penelitian orang lain) yang relevan.
Hasil pembahasan tidak lain adalah kesimpulan. Kesimpulan penelitian adalah
penemuan dari hasil interprestasi dan pembahasan. Penemuan dari interpretasi dan
pembahasan harus merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian sebagai
masalah, atau sebagai bukti dari penerimaan hipotesis yang diajukan. Dengan kata
DitolakDiterima PengujianHipotesis
PerumusanHipotesis
PenyusunanKerangkaberpikir
KhasanahPengetahuan
ilmiah
PerumusanMasalah
lain penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima (Suriasumantri,1993).
Skema Metode Ilmiah (Suriasumantri,1993)
Secara faktual tidak ada satu pun dari pola-pola penjelasan tersebut mampu
menjelaskan secara keseluruhan suatu kajian keilmuan dan oleh sebab itu
dipergunakan pola yang berbeda untuk menjelaskan masalah yang berbeda pula.
TEORI
Menurut Braithwaite sebagaimana dikutip Wallance (1990: 85) teori merupakan
suatu sistem deduktif dari seperangkat proporsi menurut prinsip-prinsip logis. Teori
memberikan penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari sebuah disiplin
keilmuan. Misalnya dalam sosiologi dikenal teori-teori perubahan sosial, dalam
ekonomi dikenal teori mekanika Newton dan teori relativitasinstein yang hanya
menjelaskan satu sektor tertentu dari disiplin masing-masing. Teori merupakan salah
satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep/konstruk,
defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu
fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.
(http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori/)
HUKUM
Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan
antara dua variabel atau lebih dalam suatu hubungan sebab-akibat (kausalitas). Posisi
hukum berada dalam sebuah teori. Dalam teori mikro, umpamanya, mengenai adanya
hukum permintaan dan penawaran, yang berbunyi sebagai berikut: “jika permintaan
naik sedangkan penawaran tetap maka harga akan baik, bila penawaran naik
sedangkan permintaan tetap maka harga akan turun.”
Pernyataan yang berupa hubungan sebab-akibat atau hubungan kausalitas ini
memungkinkan kita untuk meramalkan sesuatu yang akan terjadi sebagai akibat dari
sesuatu sebab. Jika kita menyimak hukum permintaan dan penawaran tadi kita dapat
meramalkan apa yang akan terjadi terhadap gabah ketika panen raya tiba, dan akan
turun sebab penawaran bertambah sedangkan permintaan umumnya tetap, sebaliknya
pada musim paceklik harga gabah akan naik, sebab umumnya penawaran berkurang
sedangkan permintaan tetap.
PRINSIP
Disamping hukum dalam sebuah teori keilmuan juga dikenal ada kategori
pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang
berlaku secara umum bagi sekelompok gejala tertentu, yang mampu menjelaskan
kejadian yang terjadi. Contoh prinsip, misalnya dalam ekonomi dikenal prinsip
ekonomi dan dalam fisika dikenal prinsip kekekalan energi. Sebuah prinsip mampu
menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam lapangan keilmuan. Misalnya
dengan prinsip ekonomi, yakni mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan
pengorbanan sekecil-kecilnya, kita dapat menjelaskan pengertian efisiensi dan dapat
mengembangkan berbagai teknik untuk meningkatkan efisiensi, seperti analisis
sistem dan riset operasional.
Prinsip merupakan petunjuk arah layaknya kompas. Sebagai petunjuk arah, kita
bisa berpegangan pada prinsip - prinsip yang telah disusun dalam menjalani hidup
tanpa harus kebingunan arah karena prinsip bisa memberikan arah dan tjuan yang
jelas pada setiap kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah
seorang pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip pasti
akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_prinsip_info2118.html
POSTULAT
Postulat adalah pernyataan yang diterima tanpa pembuktian dan dapat digunakan
sebagai premis pada deduksi
• Ada yang menyamakan postulat dengan aksioma sehingga mereka dapat
dipertukarkan
• Ada yang berpendapat bahwa ada harapan bahwa pada suatu saat postulat
dapat dibuktikan
Contoh Postulat
Postulat Geometri
Dengan mistar dan jangka,
1.dapat dilukis garis lurus dari suatu titik ke titik lain
2.dapat dihasilkan garis lurus terhingga dengan sebarang panjang
3.dapat dilukis lingkaran dengan sebarang titik sebagai pusat dan jari-jari
sebarang panjang
Postulat Ekivalensi Massa
1.Hukum lembam Newton menggunakan massa lembam, m G = ma
2.Hulum gravitasi Newton menggunakan massa gravitasi, m dan M
3.Postulat: massa lembam m = massa gravitasi m (dapat diterangkan oleh
Einstein)
http://dohkamtis.blogspot.com/2011/10/postulat-dan-premis_31.html
Untuk memahami kedudukan postulat sebenarnya tidak begitu sulit.
Secara filsafati postulat merupakan titik mula dalam menyusun argumentasi.
Seperti kita ingin mengelilingi sebuah lingkaran maka kita harus mulai dari
sebuah titik dalam lingkaran tersebut, dan postulat adalah ibarat titik dalam
lingkaran tersebut yang eksistensinya kita tetapkan secara sembarang.
ASUMSI
Asumsi merupakan kebalikan dari postulat. Bila postulat dalam
mengajukan argumentasinya tidak memerlukan bukti tentang kebenarannya,
sedangkan asumsi harus ditetapkan dalam sebuah argumentasi ilmiah, untuk
memahami eksistensi asumsi dapat mengambil contoh cara orang mengemudi
mobil di jalan tol Jakarta-Cikampek pada pagi buta. Sekiranya orang
beranggapan bahwa keadaan jalan pada waktu pagi buta adalah aman
disebabkan jarangnya kendaraan yang lalu lalang, maka kemungkinan besar
orang itu akan mengendarai mobilnya kurang hati-hati, toh asumsinya bahwa
jalanan aman bukan? Sebaliknya mungkin juga terdapat orang lain yang
mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut pendapatnya justru mengemudikan
mobil pada waktu pagi buta di jalan tol Jakarta-Cikampek sangat tidak aman
disebabkan banyak sopir yang melakukan perjalanan jauh menuju Jakarta telah
mengalami kelelahan sehingga mengemidikan kendaraannya sembrono. Oleh
karena itu ia akan sangat berhati-hati ketika melewati jalan tol Jakarta-Cikampek
tersebut, sebab asumsinya jalanan rawan kecelakaan.
Agar tidak memilih cara yang keliru, maka asumsi yang kita pegang
kebenarannya harus dibuktikan. Mengambil kasus mengemudikan mobil lewat
jalan tol Jakarta-Cikampek, ternyata asumsi yang kedua benar sebab secara
faktual ruas jalan tersebut sangat rawan kecelakaan terutama jika mengemudikan
kendaraan pada pagi buta. Beberapa media massa kerapkali menurunkan berita
terjadinya kecelakaan di jalan tol Jakarta-Cikampek yang diakibatkan oleh
kelalaian sopir akibat mengalami kelelahan.
Daftar Pustaka
Kebung, K.(2011). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya
Komara,E. (2011). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama
Mulyadi, D. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. Makalah Tugas Mata Kuliah
Pengajaran Biologi Sekolah Lanjut. Program Studi Pendidikan IPA. SPs UPI. Tidak
dipublikasi.
Suriasumantri,J.(1993). Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori
http://carapedia.com/pengertian_definisi_prinsip_info2118.html
http://dohkamtis.blogspot.com/2011/10/postulat-dan-premis_31.html, diunduh tanggal
29 november 2012
top related