buletin 44
Post on 10-Jul-2015
165 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 1/33
PENYELESAIAN SENGKETA WTO
DAN INDONESIA
Oleh: Freddy Josep Pelawi1
A. PENDAHULUAN
Sistem Penyelesaian SengketaWorld Trade Organization (WTO)/ Dispute Settlement Understanding
(DSU) adalah tulang punggung darirejim perdagangan multilateral saatini. Sistem ini diciptakan oleh para Negara anggota WTO pada saatUruguay Round dengan harapanuntuk menciptakan suatu sistem yang
kuat dan dapat mengikat semua pihak dalam rangka menyelesaikansengketa perdagangan dalam kerang-ka WTO. Dengan sistem penye-lesaian sengketa ini juga diharapkanagar negara anggota dapat mematuhi peraturan-peraturan yang disepakatidalam WTO Agreement . Sistem penyelesaian sengketa ini juga dinilaisebagai kontribusi unik dari WTOterhadap kestabilan perekonomianglobal. Sistem penyelesaian sengketaWTO dibentuk sebagai pembaruandari sistem penyelesaian sengketaGeneral Agreement on Tariff and
Trade (GATT) yang sebelumnyaada. Dengan sistem penyelesaiansengketa WTO diharapkan akandiperoleh kestabilan dan perkiraan peraturan perdagangan internasionalyang berpihak pada kegiatan bisnis, petani, pekerja dan konsumen dariseluruh dunia.
Sistem penyelesaian sengketaWTO memainkan peran pentingdalam mengklarifikasi dan penegak-
1 Staf Advokasi Tuduhan Dumping, DirektoratPengamanan Perdagangan, Ditjen KerjasamaPerdagangan Internasional, DepartemenPerdagangan Republik Indonesia.
an kewajiban anggota dalam WTO Agreement . Penyelesaian sengketamemang bukan kegiatan utamadalam kinerja organisasi WTO,namun penyelesaian sengketa adalah
bagian yang sangat penting dalamkenyataan kinerja organisasi. Pe-nyelesaian sengketa WTO jugamenjadi perangkat penting dalammanajemen negara anggota WTOdan kaitannya dengan hubunganekonomi yang luas.
Perdagangan bebas dewasa inimenuntut semua pihak untuk me-mahami persetujuan perdaganganinternasional dengan segala impli-
kasinya terhadap perkembanganekonomi nasional secara menye-luruh. Persetujuan-persetujuan yangada dalam kerangka WTO bertujuanuntuk menciptakan sistem per-dagangan dunia yang mengatur masalah-masalah perdagangan agar lebih bersaing secara terbuka, fair
dan sehat. Hal tersebut tampak dalam prinsip-prinsip yang dianut olehWTO yaitu prinsip Non-
discrimination, Transparency, Sta-bility and predictability of trade
regulations, Use of tariffs as
instruments of protection dan Elimination of unfair competition.Terkait dengan prinsip predictability
of trade regulations,2 dalam prinsipini dikemukakan bahwa pemerintahsuatu negara yang menjadi anggotadari WTO dapat melakukan peng-aturan yang akan membatasi atau
mengatur mengenai bidang per-dagangannya sendiri apabila terdapathal-hal khusus ( special cir-
cumstances). Hal-hal khusus tersebutantara lain apabila dalam menegak-
2 Lihathttp://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 2/33
kan “ fair competition”, suatu negaraterpaksa perlu membuat suatu ke- bijakan berupa peraturan atau tin-dakan ( state action) mencegah ter- jadinya tindakan subsidi, dumping
dan pengenaan safeguard. Indonesia telah meratifikasi Per-
setujuan Pembentukan WTO melaluiUndang - Undang No. 7 Tahun 1994.Dengan ratifikasi tersebut, makanegara-negara anggota WTO, dalamhal ini juga Indonesia, harus me-nyesuaikan peraturan nasionalnyadengan ketentuan - ketentuan yangada dalam persetujuan-persetujuanWTO.
Indonesia sebagai negara ang-gota WTO juga memiliki ke-wenangan untuk malakukan tuduhananti dumping berupa pengenaan beamasuk anti dumping, tuduhan anti -subsidi dalam hal ini yaitu pe-ngenaan bea masuk imbalan dantindakan safeguard berupa pengena-an tarif, kuota atau keduanya.
B. PENYELESAIAN SENGKETAWTO
Sengketa dapat muncul ketikasuatu negara menetapkan suatu ke- bijakan perdagangan tertentu yang bertentangan dengan komitmennyadi WTO atau mengambil kebijakankemudian merugikan negara lain.Selain negara yang paling dirugikanoleh kebijakan tersebut, negara ke-tiga yang tertarik pada kasus tersebut
dapat mengemukakan keinginannyauntuk menjadi pihak ketiga danmendapatkan hak-hak tertentu sela-ma berlangsungnya proses penye-lesaian sengketa.
2. Prinsip Penyelesaian Sengketa
Negara - negara anggotaWTO telah sepakat bahwa jikaada negara anggota yang me-langgar peraturan perdaganganWTO, negara-negara anggota ter-
sebut akan menggunakan sistem penyelesaian multilateral dari- pada melakukan aksi sepihak. Ini berarti negara-negara tersebutharus mematuhi prosedur yangtelah disepakati danmenghormati putusan yangdiambil.
Meskipun banyak prosedur WTO yang mirip dengan proses pengadilan, negara-negara ang-
gota yang bersengketa tetap di-harapkan untuk melakukan pe-rundingan dan menyelesaikanmasalah mereka sendiri sebelumterbentuknya panel. Oleh karenaitu, tahap pertama yang dilakuk-an adalah konsultasi antar peme-rintah yang terlibat dalam suatukasus. Bahkan sekiranya kasustersebut melangkah ke kasus berikutnya, konsultasi dan me-
diasi tetap dimungkinkan.
Persetujuan DSU juga me-nutup kemungkinan suatu negarayang kalah dalam kasus tertentuuntuk menghalang-halangi putus-an. Di bawah ketentuan GATT,suatu putusan disahkan ber-dasarkan konsensus, yang berartitidak ada keputusan jika terdapatkeberatan dari suatu negara. Di bawah ketentuan WTO, putusansecara otomatis disahkan kecualiada konsensus untuk menolak hasil putusan, dengan mekanismeini maka negara yang inginmenolak suatu hasil putusanharus melobi seluruh anggotaWTO lainnya untuk mem- batalkan keputusan panel ter-
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 3/33
masuk anggota WTO yang men- jadi lawan dalam kasus tersebut.Jadi penyelesaian sengketa WTOmengandung prinsip - prinsip:adil, cepat, efektif dan saling
menguntungkan.3
3. Proses Penyelesaian Sengketa
a. DSB dan Panel
Penyelesaian sengketamenjadi tanggung jawabBadan Penyelesaian Sengketa(Dispute Settlement Body/DSB) yang merupakan pen- jelmaan dari Dewan Umum(General Council/GC). DSB
adalah satu-satunya badanyang memiliki otoritas mem- bentuk Panel yang terdiri dari para ahli yang bertugasmenelaah kasus. DSB dapat juga menerima atau menolak keputusan Panel atau ke- putusan pada tingkat banding.DSB tersebut memonitor pelaksanaan putusan-putusandan rekomendasi serta me-miliki kekuasaan/wewenanguntuk mengesahkan retaliasi jika suatu negara tidak me-matuhi suatu putusan.
a. Banding
Tiap pihak yang ber-sengketa dapat mengajukan banding atas putusan panel.Kadang-kadang kedua belah pihak sama-sama mengaju-kan banding. Namun banding
harus didasarkan pada suatu peraturan tertentu sepertiinterpretasi legal atas suatuketentuan/pasal dalam suatu persetujuan WTO. Banding
3 Lihat Article 3: General Provision dari Annex2: Understanding On Rules And Procedures
Governing The Settlement Of Disputes – WTO
tidak dilakukan untuk meng-uji kembali bukti-bukti yangada atau bukti-bukti yangmuncul, melainkan untuk me-neliti argumentasi yang di-
kemukakan oleh Panel se- belumya.Tiap upaya banding di-
teliti oleh tiga dari tujuhanggota tetap Badan Banding(Appelate Body/AB) yangditetapkan oleh DSB dan berasal dari anggota WTOyang mewakili kalangan luas.Anggota AB memiliki masakerja 4 (empat) tahun.
Mereka harus berasal dariindividu-individu yang me-miliki reputasi dalam bidanghukum dan perdaganganinternasional, dan lepas darikepentingan negara manapun
Keputusan pada tingkat banding dapat menunda, me-ngubah ataupun memutar- balikan temuan-temuan dan putusan hukum dari panel.
Biasanya banding membutuh-kan waktu tidak lebih dari 60hari, dan batas maksimumnya90 hari. DSB harus menerimaataupun menolak laporan banding tersebut dalam jangka waktu tidak lebih dari30 hari dimana penolakanhanya dimungkinkan melaluikonsensus.
C. PENYELESAIAN SENGKETA
SETELAH REKOMENDASI
ATAU KEPUTUSAN DISPUTE
SETTLEMENT BODY /DSB
Jika suatu negara telah me-langgar aturan WTO dengan me-netapkan aturan yang tidak konsisten
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 4/33
dengan WTO, maka negara tersebutharus segera mengoreksi kesalahan-nya dengan menyelaraskanaturannya dengan aturan WTO. Jikanegara tersebut masih melanggar
aturan WTO, maka harus membayar kompensasi atau dikenai “retaliasi”.Biasanya kompensasi/retaliasi di-terapkan dalam bentuk konsesi atauakses pasar.
Walaupun suatu kasus sudahdiputuskan, masih banyak hal yangharus dilakukan sebelum sanksi perdagangan diterapkan. Dalamtahap ini yang penting adalah ter-gugat harus menyelaraskan ke-
bijakannya dengan rekomendasi ataukeputusan DSB. Persetujuan WTOmengenai penyelesaian sengketamenetapkan bahwa “tindakan yangcepat dalam hal mematuhi re-komendasi atau putusan DSB sangat penting untuk menjamin bahwa putusan penyelesaian tersebut efektif dan menguntungkan seluruh anggotaWTO.
Negara yang kalah sengketaharus mengikuti rekomendasi yangdisebutkan dalam laporan Panel(panel report) atau laporan banding(appelate Body report).
Secara prinsipil, sanksi diterap-kan pada bidang yang sama dengan bidang yang disengketakan. Jikasanksi tersebut tidak dapat di-laksanakan atau tidak efektif, makasanksi dapat diterapkan dalam sektor
yang lain, dalam satu persetujuanyang sama. Selanjutnya, sekiranyamasih juga belum dilaksanakan atau belum efektif, dan jika keadaannyacukup serius, tindakan dapat diambildi bawah persetujuan WTO lain.Maksudnya adalah untuk mem- perkecil kesempatan merambatnya
tindakan tersebut ke dalam bidang- bidang yang tidak ada hubungannyadengan bidang tersebut, sekaligusagar menjamin agar tindakantersebut efektif.
Dalam setiap kasus, DSB meng-awasi pelaksanaan putusan yangtelah disahkan. Kasus-kasus yangmasih dalam proses tetap menjadiagenda DSB sampai berhasil di-selesaikan.
D. PENGALAMAN INDONESIA
Indonesia pernah menjadi ne-gara yang digugat oleh negara
anggota WTO lainnya, yaitu Jepang,Uni Eropa dan Amerika Serikat.Pada saat itu permasalahannya ada-lah kebijakan Indonesia dalam pro-gram Mobil Nasional yang dianggaptelah memberikan kemudahan bagiindustri mobil nasional merupakan bentuk diskriminasi dan dengan de-mikian telah melanggar ketentuanWTO yang terkait dan PersetujuanTrade Related Investment Measures
(TRIMs). Dalam tahap DSB, Panelmemutuskan agar Indonesia menye-suaikan peraturannya agar selarasdengan peraturan WTO.
Indonesia juga memiliki penga-laman menjadi pihak ketiga (third party) bersama dengan beberapaanggota WTO dalam sengketa antaraUni Eropa menghadapi Argentina(tergugat) dimana dalam kasus iniArgentina dianggap melakukan dis-
kriminasi dengan menetapkan tin-dakan safeguard berupa pembatasanimpor produk alas kaki (footwear)yang berasal dari beberapa negaraanggota WTO4, termasuk Indonesia.
4 Lihat diantaranya dokumenG/TBT/N/ARG/111 dihttp://docsonline.wto.org/GEN_searchResult.asp
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 5/33
Indonesia yang merupakan eksportir utama produk alas kaki ke Argentinamerasa dirugikan karena dikenakantambah-an bea masuk (specific duty)sedang-kan negara-negara Mercosur
(Brazil, Uruguay, Paraguay) tidak dikenakan tindakan safeguard .Argentina akhirnya melakukan pe-nyesuaian aturannya mengenai safe-
guard .
Di samping itu, Indonesia ber-sama-sama dengan beberapa anggotaWTO lainnya yaitu Canada, Mexico,Jepang, Brasil, India, Thailand,Chile, Korea Selatan dan EuropeanUnion menggugat Amerika Serikat
dalam kasus US - Continued Dumping and Subsidy Offset Act of
2000” (US – CDSOA)5. Dalam kasustersebut Indonesia bersama dengannegara lainnya menganggap kebijak-an yang diterapkan Amerika Serikatdalam US – CDSOA bertentangandengan prinsip-prinsip yang dise- pakati dalam Agreement WTO ten-tang anti dumping ( Anti Dumping
Agreement /AD Agreement) dan anti
subsidi (Subsidy and Countervailing Measures Agreement /ASCM Agree-
ment ). Kasus ini kemudian dibawake sidang Panel pada tahun 2001.
Dalam keputusannya Panel me-rekomendasikan kepada DSB untuk meminta AS agar menyesuaikan peraturannya dengan persetujuan- persetujuan WTO dengan caramencabut kebijakan US – CDSOA.Terhadap keputusan Panel tersebut,AS mengajukan banding ke Appelate Body. Dalam keputusannya di tahun2003, Appelate Body juga me-rekomendasikan AS agar melakukan penyesuaian dengan mengadakan
5 Lihat diantaranya dokumen WT/DSB/M/221 didi http://docsonline.wto.org/
perubahan kebijakan terkait denganUS – CDSOA atau yang juga dikenaldengan Byrd Amendment agar konsisten dengan ketentuan WTO.Hal ini dilakukan karena Appelate
Body juga memutuskan bahwa Byrd Amendment tidak konsisten dengan persetujuan-persetujuan WTO.
E. REKOMENDASI DSB DAN
DAMPAKNYA BAGI
INDONESIA
1. Kasus Indonesia – Amerika
Serikat
Merujuk pada kasus US –
CDSOA di atas, dimana Indo-nesia menjadi penggugat ter-hadap kebijakan Amerika Serikatyang tidak konsisten terhadapkesepakatan WTO, Indonesiaikut dalam proses pembentukansejarah bahwa negara anggotaWTO memiliki posisi yang samadalam menaati peraturan yangtelah disepakati bersama olehnegara-negara anggota. Indonesia
secara langsung juga mengalamidampak dari pemberlakukankebijakan USCDSOA tersebut.Lantas mahkluk apakah US – CDSOA tersebut? Sebelum di- bahas lebih lanjut mengenaikaitan antara US – CDSOAdengan Indonesia, akan dijelas-kan sekilas tentang US – CDSOA ini.
US – CDSOA merupakan peraturan Amerika Serikat yangmembagikan hasil pungutan dari bea masuk anti – dumping dan bea masuk imbalan (counter-
vailing duty) terhadap barangimpor yang dikumpulkan Peme-rintah Amerika Serikat kepadaindustri domestiknya yang di-
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 6/33
rugikan oleh tindakan dumpingdan atau subsidi oleh negara lainterhadap barang impor ke AStersebut. Hal ini menunjukkankaitan erat antara kebijakan
pemerintah dengan kepentingan perusahaan dalam industri do-mestik Amerika Serikat. AmerikaSerikat berpendapat bahwa WTOtidak mengatur bagaimana suatunegara harus menggunakan ins-trumen bea masuk anti dumpingdan anti subsidi, karenanyaAmerika Serikat merasa bebasuntuk menerapkan peraturanuntuk membagi-bagikan hasil
pungutan bea masuk tersebutkepada industri domestiknyayang menjadi korban tindakandumping dan atau pemberiansubsidi barang impor yang masuk ke pasar Amerika Serikat.
Dari sisi negara lain ter-utama negara yang melakukankegiatan ekspor produknya ke pasar Amerika Serikat, kebijakanAmerika Serikat ini dapat di-
gunakan secara berlebihan olehkalangan industri domestik Amerika Serikat untuk meng-klaim kerugian berat (injury) atasmasuknya barang impor yang berharga murah dan kemudianmenuduh barang impor murahtersebut akibat tindakan dumpingyang dilakukan perusahaan peng-ekspor dan atau subsidi yangdilakukan negara lain kepada
perusahaan eksportirnya. Ter-lebih lagi disadari oleh negara-negara penggugat dalam kasusini, bahwa Amerika Serikat telahmemiliki ketentuan mengenaidumping dan subsidi jauh se- belum WTO dibentuk, yaituTariff Act 1930 (Tariff Act).
Sejak tahun 1995, yaitu setelahWTO dibentuk hingga kini,memang banyak diadakan pe-nyesuaian dari Tariff Act tersebutagar selaras dengan ketentuan
WTO.Contoh perubahan tersebut
misalnya dalam penerapan pe-ngenaan bea masuk anti dumpingdan bea masuk imbalan (counter-
vailing duty) setelah diberlaku-kannya ketentuan WTO, Tariff Act menyesuaikan aturannyadengan memberikan kesempatanreview 5 (lima) tahunan ( sunset review) bagi perusahaan
eksportir dan negara yangdikenakan bea masuk tersebut6. Namun demi-kian, masih banyak interpretasi Tariff Act yangmemanfaatkan lubang-lubanghukum dalam Ke-tentuan WTOdan kesepakatan-kesepakatannyayang menuai protes dari negaraanggota lain-nya. Salah satunyaadalah me-ngenai US - CDSOAini. Dalam ketentuan Tariff Act
1930, yang juga selaras denganketentuan WTO dalam AD Agreement , untuk menuduh perusahaan negara lainmelakukan praktek dumping,maka harus ada peng-aduan dariindustri domestik AS, dimanadalam ketentuan WTO harusmemenuhi kuorum tertentu.Dalam ketentuan Tariff Act dan peraturan pelaksanaannya, pe-
menuhan kuorum tersebut dapatdipenuhi dengan memasukkan juga serikat pekerja sebagai bagian dari industri domestik.Dalam ketentuan AD Agreement
WTO, serikat pekerja tidak diperkenankan menjadi bagian
6Lihat http://ia.ita.doc.gov/sunset/index.html
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 7/33
dari industri domestik. Hal-halyang berbenturan seperti inilahyang banyak sekali ditemukan diantara Tariff Act dan ketentuan-ketentuan WTO.
Terlebih lagi ketika diber-lakukannya US – CDSOA yang juga sebagai peraturan pelaksanadari Tariff Act , makin me-nguatkan posisi industri domestik Amerika Serikat untuk meminta perlindungan lebih kepada peme-rintahnya berkenaan dengan per-saingan dari barang impor darinegara lain.
Indonesia dalam hal ini telahmengalami beberapa kali pe-ngenaan bea masuk baik dumping maupun subsidi olehAmerika Serikat. Dalam kurunwaktu 1995 hingga 2007 tercatatkurang lebih 8 (delapan) produk dari Indonesia yang dikenakan bea masuk baik anti dumpingmaupun imbalan dalam daftar International Trade Adminis-trative, Department of Commer-
ce7 dan USDOC mengenakan beamasuk imbalan dan anti dumpingdalam jumlah yang irasional bagi pengusaha untuk melakukanakses ke pasar Amerika Serikat.Pada saat tulisan ini ditulis,Amerika Serikat melalui USDOC juga tengah mengadakan inves-tigasi tuduhan dumping dansubsidi terhadap produk kertas glossy untuk majalah. Dalammelaksanakan investigasi ini jugatidak terlepas dari tuntutan dariindustri domestik AmerikaSerikat yang merasa terancam
7 Lihathttp://web.ita.doc.gov/ia/webapotrack.nsf/f892b99f06d85bac852569df00718b6e?OpenView&Star t=11.6.1&Count=30&ExpandView
akan persaingan dari barangimpor kertas glossy yang berasaldari Indonesia, China dan Korea.
Diharapkan dengan dise-laraskan atau dicabutnya US -
CDSOA akan memberikantahap-an baru bagi Indonesiakhususnya pengusaha eksportir barang ke Amerika Serikat untuk dapat memberikan kontribusidevisa lebih baik lagi untuk perkem-bangan perekonomianIndonesia.
2. Kasus Indonesia – Korea
Indonesia dalam mengguna-
kan mekanisme penyelesaiansengketa di WTO juga pernahmenjadi penggugat utama dalamkasus dengan Korea Selatan(Korea) berkenaan dengan pe-nerapan bea masuk anti dumpingoleh Korea terhadap produk certain paper asal Indonesiayang diimpor oleh importir Korea. Melalui proses konsultasiyang dimulai pada tanggal 7 Juli
2004, Indonesia meminta Koreadalam hal ini Korean Trade
Commis-sion (KTC) untuk mencabut bea tambahan antidumping karena Indonesiamemandang tindakan tersebuttidak sesuai dengan aturan antidumping yang berlaku sesuaidengan ketentuan WTO.
Proses konsultasi yang ter- jadi secara bilateral Indonesia– Korea ternyata tidak berhasilmencapai kesepakatan. Indonesiakemudian mengajukan sengketaini kepada DSB – WTO danmeminta dibentuknya Panel un-tuk meneliti kasus anti dumpingtersebut. Pada tanggal 28 Okto- ber 2005, Tim Panel
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 8/33
memutuskan bahwa penerapan bea anti dumping oleh Koreaterhadap produk certain paper
asal Indonesia tidak sesuaidengan ketentuan-ketentuan yang
ada da-lam AD Agreement WTO8. Korea disarankan olehPanel untuk merevisi aturannyadan melakukan perhitungankembali bea masuk anti dumpingyang dikenakan ke perusahaankertas asal Indonesia. Hal inimenunjuk-kan kemenanganIndonesia da-lam kasus ini.
Kasus ini belum selesai, danIndonesia tetap terus berusaha di
forum WTO untuk memaksaKorea melaksanakan rekomen-dasi Panel WTO. Dalam ke-tentuan DSB Korea diberikanwaktu untuk melaksanakan re-komendasi panel dan dalam halini Korea telah melewati bataswaktu yang ditentukan dalammenjalankan rekomendasi Panel.
F. PENYELESAIAN SENGKETA
WTO : UPAYA TAK KENAL
LELAH
Berdasarkan ketentuan DSB bilasuatu negara tidak melaksanakankeputusan DSB, dalam hal ini adalah Appelate Body DSB, dalam jangkawaktu tertentu (reasonable period of
time/RPT ) maka negara-negara peng-gugat dimungkinkan untuk melak-sanakan tindakan yang berupa per-
mintaan kompensasi kepadaAmerika Serikat atas kebijakan US – CDSOA kepada negara-negara penggugat ter-sebut.
Apabila kompensasi tersebut tidak diberikan oleh Amerika Serikat
8 Lihat dokumen WT/DS312 dihttp://docsonline.wto.org/
dalam jangka waktu yang telahditentukan, maka negara-negara yangdirugikan dan menjadi pihak dalamgugatan kasus ini, dapat melakukantindakan pembalasan atau retaliasi.
Dalam kasus Indonesia – Korea, juga telah terlihat perkembangankasus yang menunjukkan Korea belum mau melaksanakan rekomen-dasi Panel WTO sesuai denganharapan Indonesia. Hal ini me-mungkinkan Indonesia untuk mela-kukan tindakan pembalasan. Namunhal ini perlu pengkajian lebih lanjutdan juga persiapan matang dari pihak Indonesia.
Retaliasi dalam praktek pelak-sanaannya sangat rumit dan baru beberapa negara maju sepertiAmerika Serikat dan Uni Eropa sajayang sudah berhasil melaksana-kannya. Indonesia sebagai negara berkembang dan ingin memajukan perekonomiannya, khususnya dalamhal ini di bidang perdagangan, ten-tunya tidak ingin menyerah begitusaja terhadap proses yang rumit dan panjang dalam penyelesaiansengketa di WTO. KeberhasilanIndonesia dalam proses penyelesaiansengketa ini akan memberikanstigma positif terhadap posisiIndonesia dalam ma-salah penyelesaian sengketa per-daganganinternasional.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 9/33
Negosiasi untuk Mengamankan
Kepentingan Nasional
di Bidang Perdagangan
( Bagian ke – 2 )
Oleh: Sulistyo Widayanto
D. Putaran Perundingan Doha
Sejak terbentuknya WTO, telahada lima kali Konferensi TingkatMenteri (KTM) sebagai forum pengambil kebijakan tertinggi dalamWTO. KTM WTO diselenggarakansetiap dua tahun diawali oleh pe-nyelenggaraan di Singapura tahun1996, kedua, di Jenewa tahun 1998,
ketiga, di Seattle tahun 1999 dankeempat, di Doha, Qatar tahun 2001.KTM kelima diselenggarakan diCancun, Mexico tahun 2003 dankeenam dilaksanakan di Hong Kongtahun 2005.
KTM di Doha yang dihadiri 142negara ini menghasilkan dokumenutama berupa Deklarasi Doha telahmenandai diluncurkannya putaran perundingan baru mengenai per-
dagangan jasa, produk pertanian,tarif industri, lingkungan, isu-isuimplementasi, Hak Atas KekayaanIntelektual (HAKI), penyelesaiansengketa dan peraturan WTO.Deklarasi Doha memberikan mandatkepada para anggota WTO untuk melakukan negosiasi di berbagai bi-dang, termasuk isu-isu yang ber-kaitan dengan pelaksanaan persetuju-an yang ada. Perundingan di-
laksanakan di Komite PerundinganPerdagangan (Trade Negotiations
Committee/TNC ) dan badan-badan di bawahnya ( subsidiaries body).Selebihnya, dilakukan melalui program kerja yang dilaksanakanoleh Councils dan Committees yangada di WTO.
Keputusan-keputusan yang telahdihasilkan KTM IV ini dikenal puladengan sebutan "Agenda Pem- bangunan Doha" ( Doha Develop-
ment Agenda) mengingat di dalam-
nya termuat isu-isu pembangunanyang menjadi kepentingan negara-negara berkembang terbelakang(least-developed countries/LDCs),seperti: kerangka kerja kegiatan bantuan teknik WTO, program kerjaLDCs, dan program kerja untuk mengintegrasikan secara penuhnegara kecil ke dalam WTO.
Mengenai "perlakuan khususdan berbeda" ( special and
differential treatment ), Deklarasitersebut telah mencatat proposalnegara berkembang untuk me-rundingkan Persetujuan mengenaiPer-lakuan Khusus dan Berbeda( Framework Agreement of Special and Differential Treatment /S&D),namun tidak mengusulkan suatutindakan konkret mengenai isutersebut. Para menteri setuju bahwamasalah S&D ini akan ditinjau
kembali agar lebih efektif dan opera-sional.
1. Isu-Isu Yang Disetujui Untuk
Dirundingkan Lebih Lanjut
Deklarasi Doha mencanangkansegera dimulainya perundinganlebih lanjut mengenai beberapa bidang spesifik, seperti jasa, pertanian, tarif produk industri,lingkungan hidup, impelementa-si, HAKI, penyempurnaan DSMdan aturan-aturan WTO (WTO Rules).
2. Isu-isu Implementasi
Negara-negara berkembang te-lah terus-menerus menekannegara-negara maju untuk mem- bahas masalah ketidakseimbang-
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 10/33
an yang muncul dari persetujuanPutaran Uruguay. Negara ber-kembang seringkali memper-masalahkan berbagai pasal dalam berbagai persetujuan WTO yang
dianggap merugikan maupunkurang jelas sehingga menyulit-kan negara berkembang dalammengimplementasikan komit-mennya di WTO. Mengingat per-setujuan-persetujuan merupakanhasil perundingan pada masaPutaran Uruguay di mana belumdisadari dampak pelaksanaannyamaka diusulkan untuk meng-klarifikasi atau memperbaiki
beberapa pasal persetujuan WTOdalam perundingan lebih lanjut.
Isu - isu implementasi yangdimuat dalam Decision on
Implementation-Related Issues
and Concerns dan menyangkutkepentingan negara berkembangantara lain:a. Pertanian
Dibahas antara lain mengenaihimbauan agar anggota WTO
menghindari sedapat mung-kin tindakan yang memper-tanyakan notifikasi negara berkembang dalam programsubsidi yang diperbolehkandalam kategori green box.Ditekankan perlunya me-lanjutkan program kerja me-ngenai tariff-rate quota, ban-tuan pangan, serta bantuanteknik dan keuangan.
b. Sanitary and Phytosanitary(SPS) Measures
Pembahasan diarahkan untuk mengklarifikasi istilah longer timeframe for compliance
pada pasal 10.2. PersetujuanSPS dengan memberikan jangka waktu yang lebih lama
bagi negara berkembang un-tuk menyelaraskan aturannyadengan tindakan SPS yang baru. Ditekankan pula pen-tingnya partisipasi negara
berkembang dalam organisa-si-organisasi internasionalmengenai standar.
c. Tekstil dan Pakaian
Para anggota mencatat pen-tingnya upaya untuk: mengu-rangi restriksi quota danmempercepat integrasi pro-duk-produk tekstil ke WTO,memberi pertimbangan lebihdahulu sebelum memulai
investigasi anti-dumping,memberitahukan perubahandalam rules of origin, sertameningkatkan growth on
growth provision satu tahaplebih cepat.
d. Hambatan Teknis Per-dagangan (Technical
Barrier to Trade/ TBT)
Dimungkinkan untuk menun-da penerapan aturan baruTBT selama 6 bulan, me-ningkatkan partisipasi nega-ra-negara berkembang dalamorganisasi-organisasi inter-nasional mengenai standar.
e. Anti-Dumping
Disepakati untuk menelitisecara hati-hati permintaanuntuk investigasi anti-dumping terhadap produk
yang sama dari negara yangsama (tidak memulai kasusanti dumping dalam 1 tahunapabila ternyata ada temuannegatif untuk produk yangsama dari negara yang sama).Hal ini untuk menghindariterjadinya trade harrasment
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 11/33
di mana industri di negaratertentu berulang kali me-maksakan dilakukannyainvestigasi dumping meski- pun tuduhan dumping ter-
sebut tidak terbukti (merupa-kan upaya untuk mematikansaingan).
f. Custom Valuation
Disetujui untuk mencatat permintaan perpanjanganmasa transisi PersetujuanCustom Valuation, memper-timbangkan kondisi khususnegara terbelakang, mening-katkan kerjasama di antara
otoritas bea cukai untuk menghindari penipuan.
g. Rules of Origin
Diupayakan mengharmoni-sasi persyaratan asal barangyang diharapkan akan me-ningkatkan arus perdagangan.
h. Subsidies and Counter-
vailing Measures
Disepakati untuk mengklari-
fikasi annex VII(b) dariPersetujuan Subsidies and
Countervailing Measures
(SCM) di mana negara-negara yang tercantum dalamannex VII (b) tersebut tetapdapat memberikan subsidiselama GNP perkapitanya be-lum melewati US$ 1.000selama tiga tahun berturut-turut.
i. Trade-Related Aspects of
Intellectual Property
(TRIPs )TRIPs Council diminta untuk mempelajari lebih lanjutcakupan dan modalitas untuk complaints. Di samping ituditekankan pentingnya alih
teknologi yang harus di-lakukan negara maju sesuaikomitmennya di bawah pasal66.2 Persetujuan TRIPs.
j. Special and Differential
(S&D) Treatment Para anggota sepakat untuk mencari jalan agar S&D inidapat lebih efektif dan dapatdiubah menjadi lebih me-ngikat (mandatory).
E. Deklarasi Hong Kong dan
Partisipasi Indonesia
KTM ke enam WTO telahdiseleng-garakan pada tanggal 13-18
Desember 2005 di Hong Kong.Tujuan penyeleng-garaan KTM iniadalah untuk mencapai kesepakatanAgenda Pembangunan Doha yangdijadwalkan berakhir pada bulanDesember tahun 2006. KTM VIWTO telah berhasil menyepakatiProgram Kerja Doha yang dituang-kan dalam Ministerial Declaration.
Deklarasi Menteri tersebut secaraumum telah menghasilkan kemajuan
yang berarti, namun negara-negaraanggota, termasuk Indonesia masih perlu bekerja lebih keras untuk menyelesaikan perundingan lanjutandi semua isu guna mencapai tujuanAgenda Pembangunan Doha. Pokok- pokok hasil kesepakatan dimak-sudadalah sebagai berikut:
1) Bidang Pertanian
a. Pilar Perundingan.
Perundingan di bidang per-tanian mencakup 3 (tiga) pilar utama, yaitu subsididomestik termasuk de
minimis; subsidi ekspor ter-masuk food aid , State
Trading Enterprises; danakses pasar termasuk Special
Products (SP) dan Special
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 12/33
Safeguard Mechanism(SSM).
b. Subsidi Ekspor.
Dalam isu subsidi ekspor,Indonesia menerima di-
cantumkannya batas akhir penurunan subsidi ekspor sampai dengan tahun 2013,walaupun Indonesia dankelompok negara yang ter-gabung dalam G-20 meng-inginkan agar subsidi ekspor tersebut dihapuskan padatahun 2010. Disepakati puladalam Deklarasi Menteritersebut bahwa realisasi
penghapusan ekspor secarasubstansial harus dilakukan pada akhir paruh pertama periode implementasi.Dengan demikian dapatdiartikan bahwa meskipunditetapkan batas akhir tahun2013, namun realisasi peng-hapusan subsidi pertanian dinegara maju tetap sesuaidengan permintaan negara
berkembang yaitu tahun2010. Hal ini merupakankompromi yang tetap me-menangkan kepentingannegara-negara berkembangtermasuk Indonesia.
c. Special Products/SP dan
Special Safeguard
Mechanism/SSM.
Dalam isu SP dan SSM,Indonesia sebagai koor-dinator G-33 telah berhasilmemasukkan konsep dimak-sud dalam Deklarasi Menteri.Ditegaskan dalam Deklarasitersebut bahwa negara ber-kembang diberikan fleksi- bilitas untuk menentukansendiri jumlah komoditi SP
dengan berpatokan padakriteria ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan. Halitu berarti produk-produk
yang termasuk dalam SPtidak diikutkan dalam pro-gram penurunan tarif. Negara berkembang juga berhak menggunakan mekanismeSSM yang didasarkan padaindikator volume impor danharga produk (volume trigger
and price trigger ) yang penjabarannya akan ditindak-lanjuti setelah pertemuan
Hong Kong. Indonesia pada bulan Maret 2007 menjadituan rumah KonperensiTingkat Menteri G-33. Per-undingan mengenai G-33hingga saat ini sudah sangatmaju pesat meskipun masihmemerlukan adanya kon-tribusi nyata dari paraanggota mengenai prosentase penurunan tarif dan indikator
penentuan SP diantara paraanggota G-33 itu sendiri9.
1) Bidang Akses Pasar Non
Pertanian ( Non Agriculture
Market Access-NAMA)
9 Presiden RI membuka Pertemuan TingkatMenteri G-33 dan dihadiri juga oleh 130delegasi termasuk diantaranya para Menteri danPerwakilan dari 29 negara anggota G-33.Pertemuan juga dihadiri oleh Menteri dari Brazil
yang merupakan koordinator G-20, Jepang yangmewakili G-10, European Commissioner for Trade dan Direktur Jenderal WTO. Lihat press
release Presiden RI membuka G− 33 Ministerial
Meeting ,dalam website Ditjen KerjasamaPerdagangan Internasional DepartemenPerdaganganhttp://ditjenkpi.depdag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_detail&news_content_id=531&detail=true
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 13/33
a. Di bidang NAMA perundingandifokuskan pada pembahasanmengenai formula penurunantarif termasuk prinsip less than
full reciprocity; fleksibilitas
/Special and Differential Treatment (S&D treatment); dantreatment of unbound tariff . Disamping itu juga perundinganmembahas isu pengurangan tarif sektoral, cakupan produk non pertanian, serta hambatan nontarif.
b. Dalam formula penurunan tarif,Deklarasi Menteri telah mene-tapkan Swiss Formula dengan
koefisien lebih dari satu (Swiss Formula with coefficients). For-mula ini memungkinkan negarayang memiliki tarif tinggi meng-alami penurunan tarif terbesar.Hasil ini telah sejalan dengan posisi Indonesia yang pada prin-sipnya menginginkan besarankoefisien yang berbeda dalam pe-nurunan tarif antara negara ber-kembang dan negara maju.
Deklarasi juga menyepakati un-tuk mempertimbangkan kebutu-han dan kepentingan negara ber-kembang dengan cara perbedaan perlakuan penurunan komitmen(less than full reciprocity). Hasiltersebut merupakan posisi yangsenantiasa diperjuangkan olehIndonesia.
c. Mengenai fleksibilitas dan
unbound tariff , telah diakui pen-tingnya konsep S & D Treatment
dan prinsip less than full reciprocity dalam komitmen pe-nurunan tariff termasuk didalam-nya fleksibiltas untuk negara ber-kembang sebagai bagian yangtidak terpisahkan dari modalitas.
Dengan masuknya fleksibilitasdalam teks Deklarasi berartinegara berkembang mendapatkan jangka waktu implementasi pe-nurunan tarif yang lebih lama,
pengecualian produk tertentu dariformula penurunan tarif, dan pemberlakuan status unbound
untuk sejumlah produk tertentu(besaran persentase akan dirun-dingkan kemudian).
d. Berkaitan dengan penghapusantarif sektoral, Indonesia dapatmenerima penghapusan tarif sektoral yang bersifat tidak me-ngikat. Hal ini sesuai dengan
keinginan Indonesia yang me-nolak gagasan penghapusan tarif sektoral secara wajib. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut efekti-fitas dalam perluasan akses pasar secara global maupun manfaat-nya terhadap pengembangan in-dustri nasional. Disepakati bahwa penetapan modalitas harusse-lesai paling lambat tanggal 30April 2006 dan jadwal penyam-
paian draft komprehensif ber-dasarkan modalitas paling lambattanggal 31 Juli 2006.
3) Bidang Perdagangan Jasa
a. Prinsip perundingan
Pada dasarnya DeklarasiMenteri bersifat lebih fleksi- bel karena liberalisasi tetapakan dilakukan secara pro-gresif berdasarkan pada ting-kat pembangunan nasionalnegara anggota WTO. ParaMenteri juga menyepakati bahwa dalam melakukanliberalisasi perundingan akandilanjutkan berdasarkan: (a)negotiating guide-lines and
procedures tanggal 28 Maret2001, (b) modalitas S&D
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 14/33
treatment tanggal 3September 2003, dan (c) schedulling guide-lines
tanggal 23 Maret 2001.
b. Rules and Emergency
Safeguard Measures.Kemajuan lain yang terdapatdalam Deklarasi Menteriadalah telah diakomodasinyakepenti-ngan ekspor negara berkembang yaitu negaramaju diminta untuk me-ningkatkan komitmennyauntuk kategori Penyedia JasaKontrak (Contractual Services Suppliers) bagi jasa
profesional dan jasa-jasalainnya tanpa melalui in-vestasi. Hal ini akan me-mudahkan negara ber-kembang untuk akses pasar tenaga kerja di luar negerikhususnya di negara maju.Deklarasi Menteri juga telahmengakomodasi kepentinganIndonesia untuk penyelesaian perundingan bidang Rules
dan Emergency Safeguard Measures untuk perdagangan jasa.
1) Bidang TRIPs/HAKI
Deklarasi Menteri telahmengakomodasi usulan negara berkembang untuk perluasancakupan produk indikasi geo-grafis (Geographical Indication Products- products yangmemiliki ciri khas dari suatuwilayah) yang sejalan dengankebi-jakan otonomi daerah dalamrangka meningkatkan akses pasar produk khas daerah. Selain itu,dalam hubungannya dengan penyelesaian sengketa selamamasa transisi, Deklarasi Menterimenyepakati bahwa sebelum
selesai ditetapkannya modalitas penyelesaian sengketa, tidak akan ada negara berkembangyang dapat diajukan ke badan penyelesaian sengketa-WTO apa-
bila terjadi pelanggaran HAKI.Selain hal-hal tersebut di atas para Menteri juga sepakat untuk melanjutkan perundingan untuk transfer teknologi atas Per-setujuan TRIPs yang akan sejalandengan kebijakan pemerintahdalam rangka penguasaanteknologi.
5) Bidang TRIPs dan Public
HealthDeklarasi Menteri telah me-nyepakati untuk melakukanamandemen pasal 31 TRIPsAgreement dalam rangka mem- permudah negara berkembangdan negara kurang berkembanguntuk mengakses obat-obatandengan harga murah. Dengandemikian negara berkembang,termasuk Indonesia, diperboleh-
kan melakukan ekspor apabilatelah memiliki kapasitas untuk produksi obat-obatan untuk tujuan ekspor.
6) Bidang Trade Facilitation
Dalam rangka kelancaranarus barang di pelabuhan dan di pabean untuk tujuan ekspor danimpor telah disepakati dalamDeklarasi Menteri untuk melaku-kan perundingan lanjutan guna
membahas elemen-elemen trade facilitation seperti: single
window, single document, na-
tional focal point, border coor-dination, appeal procedures,
esta-blishment code of conduct
bagi staf kepabeanan,multilateral mechanism for the
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 15/33
exchange and handling of infor-mation, technical assistance dancapacity building untuk pem- bangunan infrastruktur kepabean-an dan kepelabuhanan.
7) Bidang RulesDeklarasi Menteri memuat
ke-sepakatan untuk meneruskan perundingan penyempurnaan per-aturan anti-dumping/anti subsidiserta pengaturan subsidi per-ikanan dan kerjasama perda-gangan regional. Untuk isu anti-dumping dan anti subsidi, ke-sepakatan ini telah mengakomo-dir kepentingan Indonesia yang
kha-watir akan penggunaaninstrumen anti-dumping dan anti-subsidi yang berlebih-lebihan bahkan cenderung ke arahhambatan perdagangan non-tarif.Sementara untuk isu subsidi perikanan, Deklarasi telah me-muat concern Indonesia yaitumengenai pelarangan bentuk subsidi perikanan yang me-nyebabkan over capacity dan
over-fishing serta pemberlakuanketentuan S&D treatment karenasektor perikanan Indonesiamerupakan salah satu sektor penting bagi ketahanan pangandan kelestarian sumber dayahayati laut. Sedangkan usulanIndonesia mengenai pember-dayaan masyarakat nelayan pesisir akan terus diperjuangkan pada pe-rundingan lanjutan.
8) Bidang Perdagangan dan
Lingkungan, Isu Pembangunan
dan S&D Treatment
i. Multilateral Environmental Agreements (MEAs)Deklarasi Menteri memuatkesepakatan untuk meng-intensifkan perundingan guna
memenuhi mandat AgendaPembangunan Doha. ParaMenteri juga mengakuikemajuan yang dicapai ang-gota dalam penyampaian
submisi mengenai keterkaitanantara ketentuan WTO yangada dan kewajiban perda-gangan spesifik sebagaimanadiatur dalam Multilateral
Environmental Agreements
(MEAs) serta kemajuan da-lam mengembangkan prose-dur pertukaran informasiantara Sekretariat MEAs danKomite WTO yang relevan.
Hal ini sesuai dengan posisiIndonesia yang mendukung pembentukan prosedur untuk melaksanakan pertukaraninformasi secara reguler daninformal. Namun demikian,Indonesia tetap berpandangan bahwa sekiranya terdapatupaya untuk memformalkanmekanisme ini maka pem- bahasannya harus menjadi
bagian dari pembahasan pe-nyempurnaan mekanismekerja Komite Perdagangandan Lingkungan secarakeseluruhan.
j. Isu S&D Treatment.
Deklarasi Menteri menegas-kan kembali bahwa ketentuanS&D merupakan bagian yangintegral dari seluruh Per- janjian WTO dan sepakat
untuk membuatnya menjadilebih precise, efektif danoperasional. Hal ini telahsejalan dengan landasan po-sisi Indonesia untuk isu ini.Indonesia juga telah mem- berikan dukungan pada pro- posal S&D Treatment yang
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 16/33
disampaikan oleh negara-negara kurang ber-kembang( Least Developed Countries-
LDCs) dan pada akhir pertemuan para Menteri
sepakat untuk menerapkanakses pasar yang bebas beamasuk dan bebas kuota bagikomoditas yang ber-asal darinegara LDCs pada tahun2008.
1) Isu Komoditas
Deklarasi Menteri telahmengakui bahwa komoditi per-tanian dan perkebunan merupa-kan kepentingan ekspor negara
berkembang, namun kepentingannegara berkembang ini selaluterganggu oleh faktor fluktuasiharga. Oleh karena itu, DeklarasiMenteri ini memberikan mandatkepada Komite Perdagangan danPembangunan untuk meng-efektifkan kerjasamanya denganorganisasi internasional lainnyadalam mengambil langkah-lang-kah yang diperlukan untuk pen-
stabilan harga produk pertaniandan perkebunan.
Dalam kesempatan per-temuan KTM VI, Menteri Per-dagangan, Mari Elka Pangestu,memimpin pertemuan hariankelompok G-33 yang ber-anggotakan 45 (empat puluhlima) negara berkembang10 serta
10 Negara yang tergabung dalam kelompok G-33
adalah: Antigua dan Barbuda, Barbados, Belize,Benin, Botswana, China, Cote d’Ivoire, Congo,Cuba, Dominican Republic, El Salvador,Grenada, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras,India, Indonesia, Jamaica, Kenya, Korea,Madagascar, Mauritius, Mongolia, Mozambique, Nicaragua, Nigeria, Pakisatan, Panama, thePhilippines, Peru, saint Kitts, Saint Lucia, SaintVincent and the Grenadines, Senegal, Sri Lanka,Suriname, Tanzania, Trinidad and Tobago,
menghasilkan Komunike Ber-sama pada tanggal 13 Desember 2005. Selain menghadiri per-temuan utama sebagai KetuaDELRI, Menteri Per-dagangan
juga melakukan beberapa per-temuan dengan kelompok negaraanggota G-20 dan G-90 yangterdiri atas negara berkembangAsia, Afrika dan Amerika Latin.Di sela-sela jadwal padat per-temuan KTM, Menteri Perda-gangan juga berkesempatanuntuk mengadakan konpe-rensi pers dan memberikan briefingkhusus tentang posisi Indonesia
kepada wartawan asing dandalam negeri, serta melakukan beberapa pertemuan bilateraldengan negara-negara Inggeris,Iran, dan Pakistan.
Menteri Perdagangan RI juga berpartisipasi aktif dalam per-temuan Chairman’s Consultative
Group (CCG), atau yang dikenaldengan pertemuan “Green
Room.” Pertemuan ini melibat-
kan 26 negara yang dianggapmewakili 149 negara ang-gotadengan berbagai kepentingan di berbagai sektor atau issues yangdirundingkan. Dalam pertemuanini isu-isu pokok dibahas dan di-rundingkan setiap malam se- panjang pertemuan berlangsung, bahkan dalam beberapa kesem- patan pertemuan ini berlangsunghingga pagi keesokan harinya.
Diundangnya Indonesia kedalam pertemuan “Green Room”
ini merupakan cermin pengakuannegara-negara penting anggotaWTO bahwa Indonesia ikutmemainkan peranan kunci dalam
Turkey, Uganda, Venezuela, Zambia, danZimbabwe.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 17/33
membentuk format perdaganganmultilateral di masa datang.
A. Penutup
Berdasar uraian di atas, terdapat
tiga keadaan menarik yang perlumendapat perhatian kita semua.Pertama adalah tumbuhnya minat banyak kalangan di dalam negerimengenai perkembangan sistem perdagangan internasional. Hal inimerupakan pertanda positif akansemakin kuatnya posisi rundingIndonesia dengan munculnya ke-terlibatan pemikiran strategis apabilakalangan akademisi dapat memberi
kontribusi mengenai berbagai issuedalam sistem perdagangan inter-nasional.
Kedua adalah fakta masihterbatasnya pemahaman masyarakat, pejabat pemerintah di daerah dantermasuk kalangan akademik atassistem perdagangan internasional.Keadaan ini menjadi penyebab tidak optimalnya pemanfaatan peluangdan ketentuan perdagangan WTOsebagai sarana meningkatkan ke-sejahteraan bangsa. Peran aktif para pemerhati WTO sangat diperlukanter-utama untuk mempercepat danmemperluas sosialisasi hasil per-undingan dan pemahaman mengenaiimplementasi sistem perdaganganinternasional terutama sebagai pe-nyedia informasi tertulis. Sebagai-mana kita ketahui bahwa literatur berbahasa Indonesia mengenaiWTO, AFTA, maupun APEC masihsangat terbatas.
Ketiga adalah fakta masihterbatasnya keterlibatan kalanganmasyarakat di luar pemerintahsebagai penyedia pemikiranalternative atau mitra dialog
Pemerintah di dalam menghadapi pe-undingan perdagangan inter-nasional baik secara bilateral,regional, maupun multilateral. Ke-terbatasan ini perlu segera di atasi
melalui upaya mempercepat pe-ningkatan wawasan dan reposisikedudukan kalangan akademik menjadi partner pemerintah dalammenanggapi perubahan internasionaldi bidang perdagangan.
Sebagai penutup kita semua perlu saling mengingatkan bahwaIndonesia telah meratifikasiKetentuan WTO melalui Undang-undang No. 7 tahun 1994. Adanya
ratifikasi tersebut merupakan per-nyataan bahwa Ketentuan dan IsiPersetujuan WTO menjadi bagiandari peraturan perundangan nasional.Sudah saatnya, kita memanfaatkanseoptimal mungkin ketentuan WTOsebagai instrumen peraturan per-dagangan nasional. Oleh sebab itu,diskusi UNDIP berthema Per-kembangan WTO dan Kepentingan Nasional Indonesia akan menjadi
langkah awal yang baik untuk mengamankan dan memajukan kese- jahteraan bangsa melalui sarana per-dagangan internasional.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 18/33
DAMPAK IMPLEMENTASI
PERJANJIAN ASEAN-CHINA FTA
(FREE TRADE AREA) TERHADAP
EKSPOR-IMPOR INDONESIA-
CHINA
(Bagian ke-2)
Oleh: Siti Tri Joelyartini
Manfaat, Tantangan dan Ancaman
Perjanjian ASEAN-China FTA bagi
Indonesia
Bagi Indonesia dengan menanda-tangani perjanjian yang telah disepakatidiharapkan tercipta peluang ekspor yangsemakin meningkat dengan tingkat tarif
relatif rendah dan jumlah penduduk China sebesar 1,4 milyar (2004), GDPsebesar US$ 1100 (US$M), prediksiGDP/kapita US$ 3.000 (2020); me-ningkatnya kepastian bagi produk ung-gulan Indonesia dalam memanfaatkan peluang pasar China; disamping ter- jadinya dynamic effect dari integasiekonomi dengan meningkatnya investasidi Indonesia; konsumen juga mendapat-kan barang sesuai yang diinginkan
dengan harga relatif murah. Namundemikian Indonesia juga menghadapitantangan dengan menghadapi pesaingdari ASEAN yang lebih efisien sepertiVietnam yang relatif efisien dalam labor
intensive dibandingkan dengan Indo-nesia. Sehingga Indonesia harus dapatmeningkatkan efisiensi agar produk-tifitas meningkat, menciptakan ilkimusaha yang kondusif sehingga dayasaing Indonesia meningkat, antara lain
dilakukan melalui penghapusan ekonomi biaya tinggi, termasuk penyederhanaan perijinan; memperluas akses pasar;meningkatkan kemampuan dalam pe-nguasaan teknologi informasi dan ko-munikasi, termasuk promosi pemasaran.
Sedangkan ancaman yang dihadapiantara lain yaitu sektor pertanian China
semakin efisien dan produk industrinyayang capital intensive dengan produk industri yang bernilai tambah sebagaisalah satu dampak masuknya FDI/MNC( Foreign Direct Investment/Multinatio-
nal Corporation) ke China sehingga bukan tidak mungkin produk Indonesiatergusur produk China.
Dampak Implementasi Perjanjian
ASEAN-China FTA terhadap Ekspor-
Impor Indonesia
Apabila diamati perdaganganASEAN-China selama tahun 2000 ter- jadi defisit bagi ASEAN sebesar 3,9US$ milyar. Ada harapan bagi ASEAN
dengan FTA dapat meningkatkan total perdagangan dengan mempertimbangkanmasing-masing daya saing produknyasehingga dapat memperluas pasar keChina. Pada awal implementasi ACFTAtahun 2004, total perdagangan ASEAN-China semakin besar yaitu 81,8 US$milyar meningkat sebesar 153,3% dari32,3 US$ milyar tahun 2000 dengankondisi masih terjadi defisit bagiASEAN senilai 4,6 US$ milyar.Selanjutnya total perdagangan ASEAN-China semakin meningkat tahun 2005menjadi 113,4 US$ milyar dengan kon-disi tetap defisit bagi ASEAN sebesar 8,87 US$ milyar. (Tabel 4).
Keadaan sebaliknya terjadi dalam perdagangan Indonesia-China yangmenunjukkan surplus perdagangan bagiIndonesia. Dapat dilihat juga bahwa total perdagangan Indonesia yang selalumeningkat selama periode 2000-2005,
sementara trend nya selama lima tahunterakhir (2001-2005) 31,64% dengannilai sebesar 12,6 US$ milyar dankontribusi ekspor non migas senilai 3,95US$ milyar atau 31,66% dari total perdagangan pada tahun 2005. Sehinggadapat dikatakan secara umum komoditiekspor non migas Indonesia cukup dapat
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 19/33
bersaing dengan negara ASEAN dalammenembus pasar China.
Tabel 4.NERACA PERDAGANGAN ASEAN-CHINA, INDONESIA–CHINA
TAHUN 2000-2005
(US$ MILYAR)URAIAN 2000 2004 2005 PERUB (%)
ASEAN-CHINA:
TOTAL PERDAGANGAN32,8 81,8 113,4 38,6
EKSPOR 14,7 38,6 52,3 35,5
IMPOR 18,1 43,2 61,1 41,4
NERACAPERDAGANGAN - 3,4 - 4,6 - 8,8
INDONESIA-CHINA:
TOTAL PERDAGANGAN4,8 8,7. 12,6 44,8
EKSPOR 2,8 4,.6 6,7 45,6
IMPOR 2,0 4,1 5,8 41,5
NERACA PERDAGANGAN 0,8 0,5 0,9
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Pusdata Dep. Perdagangan) dan Sekretariat ASEAN.
Produk EHP
Apabila melihat perkembanganekspor utamanya produk EHP dalamkerangka ASEAN-China FTA selama
tahun 2002-2005 menunjukkan per-kembangan nilai yang semakin me-ningkat yaitu menjadi sebesar 314,8 jutaUS$ pada tahun 2005 atau meningkat21 % dibandingkan tahun sebelumnya.Pada periode selanjutnya ekspornya jugameningkat 38,2% dari 250,8 juta US$selama Januari-Okt 2005 menjadi 346,7 juta US$ pada periode yang sama 2006.Sementara dari keseluruhan produk– produk dalam EHP beberapa produk
yang melonjak nilai ekspornya secarasignifikan antara lain yaitu:
- Cassava/Maniok (HS 071410)mening-kat 39,4 % dibandingkantahun 2004 nilainya menjadi 19,750 juta US$ periode 2005;
- Palm Kernel (HS 151321) naik sebesar 71,1% dibandingkan tahun
2004 ni-lainya menjadi 83,4 jutaUS$ periode 2005;
- Shrimps and prawns (HS 030613)meningkat 21,6 % dibandingkan
tahun 2004 nilainya menjadi 15,4 juta US$ periode 2005;
- Soap (HS 340120) meningkat 154% dibandingkan tahun 2004 nilainyamenjadi 11,5 juta US$ periode 2005.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa dengan implementasi ACFTAmenguntungkan bagi Indonesia terutama bagi ekspor produk EHP. Namundemikian apabila dilihat nilai impornyaselama lima tahun terakhir semakinmeningkat hingga menjadi 181, 4 jutaUS$ tahun 2005 walau dibandingkantahun sebelumnya menurun 3,1 %.Selanjutnya apabila diperhatikan impor Indonesia menunjukkan pergerakan yangmeningkat yaitu pada Januari-Oktober 2006 melewati angka impor tahun 2005atau menjadi 241, 2 juta US$. Tetapi
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 20/33
kondisi ini tidak perlu dikhawatirkanmengingat Indonesia masih mengalamisurplus dalam perdagangan produk EHPsebesar 105,5 juta US$ selama Januari-Oktober 2006.
Sebagai gambaran, beberapa impor produk EHP Indonesia yang cukup besar adalah:
- Garlic, fresh or chilled (HS 070320)meningkat impor Indonesia sebesar 21,6% menjadi 63,9 juta US$ tahun2005 dibandingkan tahunsebelumnya.
- Apples, fresh (HS 080810) naik 21,7% dibandingkan tahun
sebelumnya atau menjadi 42,7 jutaUS$ tahun 2005.
- Pears and quinces, fresh (HS080820), nilai impor Indonesia tahun2005 sebesar 30,5 juta US$ atau naik 20,8% dibandingkan tahun 2004.
- Mandarins (including tangerines andsatsumas); clementines, wilkings andsimilar citrus hybrids, fresh or dried(HS 080520), impornya naik menjadi
17,0 juta US$ tahun 2005 ataumengalami peningkatan sebesar 23,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Produk Normal Track
Seperti disebutkan sebelumnya,implementasi program penurunan ber-tahap dan penghapusan tarif bea masuk produk-produk yang tercakup dalam Normal Track berlaku efektif mulaitanggal 20 Juli 2005, dengan cakupan
produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke China diantaranya produk Coal (HS 2701); Polycarboxylic acids(HS 2917); Wood (HS 4409); Copper wire (HS 7408). Idealnya untuk melihatdampak implementasi ACFTA dalam jangka pendek paling tidak dapat dilihatdari perkembangan ekspor produk
Normal Track Juli 2005-Juli 2006. Namun karena keterbatasan data disinihanya dapat dilihat nilai ekspor Jan-Oktober 2005 sebesar 5.120.939.151US$ yang meningkat menjadi sebesar
6.536.518.599 US$ pada periode yangsama tahun 2006. Untuk mengkajisejauhmana dampak implementasi pro-duk yang tercakup dalam Normal Track perlu dilakukan pengkajian mendalamkarena berbagai variabel banyak ber- pengaruh terhadap ekspor Indonesiatermasuk pemanfaatan SKA form E.
Namun dengan melihat perkemba-ngan realisasi pemanfaatan SKA Form Emenunjukkan lonjakan peningkatan yang
sangat signifikan yaitu dari 435 tahun2005 menjadi 2.452 SKA tahun 2006atau meningkat 463,7%. Ini merupakanindikator bahwa para eksportir meman-faatkan peluang preferensi yang di-sepakati antara Indonesia dan Chinadalam kerangka ASEAN-China FTAyang diharapkan dapat menggenjotekspor Indonesia ditengah kekhawatiranderasnya penetrasi pasar produk Chinake Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dengan perkembangan yang kurangmenggembirakan dari neraca perdaga-ngan non migas Indonesia-China yangmengalami defisit sebesar 591.507,7ribu US$dimana impor non migasIndonesia sebesar 4.551.270,3 ribu US$ pada tahun 2005.
Sensitive Track
Saat ini belum dapat dilihat dam- paknya karena ekspor-impor yang terjadiantara Indonesia-China untuk produk inimenggunakan skema MFN tariff. Pro-duk andalan Indonesia yang oleh Chinadimasukkan dalam Sensitive dan HighlySensitive antara lain Palm Oil danturunannya (HS 1511); Karet Alam (HS4001); Plywood, vennered panels (HS4412). Sebaliknya, Indonesia juga
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 21/33
memasukkan produk-produk unggulanEkspor China ke Indonesia antara lainBarang Jadi Kulit; tas, dompet; Alaskaki: Sepatu sport, Casual, Kulit; Kaca-mata; Alat Musik; Tiup, petik, gesek;
Mainan: Boneka; Alat Olah Raga; AlatTulis; Besi dan Baja; Spare part; Alatangkut; Glokasida dan Alkaloid Nabati;Senyawa Organik; Antibiotik; Kaca;Barang-barang Plastik; Produk Per-tanian, seperti Beras, Gula, Jagung danKedelai; Produk Industri Tekstil dan produk Tekstil (ITPT); Produk Otomotif; Produk Ceramic Tableware.
Pada pembahasan sebelumnya telahdisinggung bahwa Indonesia telah
sedemikian rupa menyusun posisi untuk mempersiapkan daya saing terhadap produk dalam negeri, namun masihsering ada pihak-pihak yang menyudut-kan pemerintah Indonesia bahwa akibatliberalisasi ASEAN-China FTA,Indonesia kebanjiran produk buatanChina, baik berupa produk tekstil,mainan anak-anak, sepatu, alas kaki, dan produk lainnya. Padahal apabila dicer-mati dengan melihat cakupan produk
dalam Sensitive Track sesungguhnya produk-produk tersebut masuk didalam-nya, yang baru akan diimplementasikan penurunan tarifnya mulai tahun 2012.Jadi tidak benar bahwa produk buatanChina tersebut membanjiri Indonesiadikarenakan FTA ASEAN-China tetapi produk-produk tersebut masuk keIndonesia melalui jalur di luar skematersebut dengan kata lain via per-dagangan biasa.
Perkembangan dan Permasalahan
dalam Implementasi Perjanjian
ASEAN-China FTA
Dalam mengimplementasi kesepa-katan ASEAN-China untuk produk- produk yang tercakup EHP tersebut
menghadapi beberapa permasalahan dan perkembangan sebagai berikut:
Stearic Acid. Pada awalnyaIndonesia tidak memasukkan produk tersebut kedalam daftar produk-produk
yang tercakup dalam EHP sehinggauntuk ekspor ke China dikenakan tariff sebesar 16%. Padahal ekspor produk inicukup besar ke China sekitar 60% daritotal produksi atau sekitar 700.000 ton.Sementara Malaysia yang merupakan pesaing utama Indonesia memperoleh preferensi penuruan tariff sebesar 10%.Akibatnya agar tetap bersaing denganMalaysia eksportir Indonesia menurun-kan harga 6% atau sekitar US$ 30 per
ton dari harga normal sekitar US$ 500 per ton. Seharusnya hal ini tidak perluterjadi apabila ada koordinasi yang lebih baik antara institusi terkait dan asosiasiindustri dimaksud. Disamping itu dalammenyampaikan posisi Indonesia diper-lukan kemampuan analisa secarakomprehensif terhadap produk-produk ekspor ke negara tujuan termasuk pesaing Indonesia ke negara tersebut.Hal ini dapat dilakukan dengan me-
nganalis perkembangan ekspor-impor Indonesia dengan dunia dan sejauhmanadaya saingnya, juga koordinasi dengan pelaku bisnis untuk mengetahui apayang diharapkan dengan kerjasamaASEAN-China FTA. Namun demikianakhirnya China setuju produk SteaticAcid masuk dalam cakupan produk EHP
Kakao. Semula Indonesia hanyamemasukkan Bubuk Kakao (HS1806.10.00.00) dalam cakupan produk EHP. Indonesia berkeinginan untuk memasukkan produk Kakao lainnyayaitu cocoa powder not containing addedsugar (HS 1803.20.000 : cocoa cake; HS1804.00.000 : cocoa butter; HS1805.00.000 : cocoa powder; HS1803.10.000 : cocoa liquor) yangakhirnya disepakati dengan China
12
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 22/33
menawarkan konsesi tariff bebas beamasuk (0%) atas produk cocoa powder
Indonesia ke China atau turun dari 15%.yang berlaku saat itu. Sebagai kom- pensasinya China mengusulkan agar
Indonesia dapat memberikan preferensitarif (0%) untuk produk chili powder
(HS 0904.20.10.00) , atau turun dari 5%yang berlaku saat itu. Dengan ke-sepakatan tersebut Indonesia berpeluanguntuk meningkatkan ekspor produk kakao olahan dimaksud ke China me-ngingat pasar China yang sangat besar.,walau Malaysia yang merupakan pesaingutama produk kakao Indonesia telahlama menikmati bea masuk 0% ke RRC
untuk produk kakao olahan. SementaraChina merupakan salah satu pasar terbesar Cacao Indonesia dimana ekspor Indonesia hingga pertengahan tahun2006 mencapai $506 juta.
Buah-buahan . Indonesia dan Chinaakan mendiskusikan non tariff barrier
sehubungan dengan ditolaknya ekspor tiga komoditi buah-buahan Indonesia keChina yaitu banana, longan dan mangga.Padahal dalam EHP sudah disepakati
bahwa ketiga komoditi tersebut me-rupakan komoditi EHP. Ditolaknya ke-tiga komoditi tersebut karena tidak memenuhi standar kesehatan produk tersebut ke China. Indonesia mengusul-kan untuk dibicarakan pada tingkatMenteri. Apabila dilihat data ekspor,tahun 2005 ekspor buah Indonesiamencapai US$ 2.7 juta ke Chinasementara impornya US$ 100,9 juta.
Kesimpulan
Secara umum implementasi ASEAN-China FTA memberikan dampak terhadap ekspor Indonesia yang mening-kat terutama produk yang tercakupdalam EHP. Dengan segala konseku-ensinya dalam implementasi ASEAN-China FTA untuk meningkatkan akses
pasar, Indonesia menghadapi baik peluang, tantangan maupun ancaman.Saran
- Dalam rangka meningkatkan akses pasar, Pemerintah Indonesia harus
turut secara aktif dalam perundinganuntuk menyelesaikan permasalahanimplementasi perjanjian ASEAN-China.
- Pemerintah Indonesia perlu mem- berikan iklim usaha yang kondusif untuk membantu dunia usaha men-ciptakan produk yang efisien sehing-ga menghasilkan produk dengan biaya yang murah.
-Perlu memperhatikan rantai tataniaga dari produksi hingga pe-ngiriman barang di pelabuhan me-lalui pemangkasan birokrasi yangtidak efisien serta melakukan koor-dinasi dengan Pemerintah Daerahdengan lebih erat sehingga adakesamaan antara peraturan Pusat danDaerah juga koordinasi yang lebihintensif dengan pihak-pihak yangterkait dengan produksi dan ekspor.
-Menghadapi implementasi ASEAN-China FTA diperlukan koordinasilebih erat antara pemerintah/instansiterkait selaku sektor pembina dengan pelaku usaha untuk mendorong ke-giatan produksi mereka dalam meng-hasilkan produk yang memiiliki dayasaing.
- Menciptakan iklim investasi yangmenarik, aman dan dengan kepastian
hukum yang terjamin untuk menarik investor dari China dan ASEAN.
- Melakukan sosialisasi secara terusmenerus terhadap perkembangan ha-sil perundingan kerjasama ACFTA.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 23/33
DAFTAR PUSTAKA
-------Badan Pusat Statistik (Data diolahDepartemen Perdagangan). Data Ekspor Impor Tahun 2002-2005.
-----------.Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor. Direktorat JenderalPerdagangan Luar Negeri. DepartemenPerdagangan. Data Realisasi SKA Per IPSKA Tahun 2005-2006.
Salvatore, Dominic. InternationalEconomics. 2004. Eight Edition. JohnWiley & Sons, Inc. the United States of America.
Tambunan, Tulus. Is ASEAN StillRelevant in The Era of The ASEAN-China FTA? Paper Dipersiapkan untuk the Asia-Pacific Economic Association(APEA) Second Conference, Seattle,USA, July 29-30, 2006, KadinIndonesia-Jetro.
Djiwandono, Soedrajat. 2006. Pasar Bebas ASEAN-Cina. HarianRepublika.
----------Laporan-laporan PertemuanKerjasama Perdagangan ASEAN Tahun
2002-2006. Sekretariat ASEAN.Jakarta.
Purwoko, Chamdan. FTA ASEAN-China, Awal Kebangkrutan IndustriOleokimia. Analisa Manufaktur. Jumat,13 Agustus 2004.
Tarmidi, Lepi T. Indonesia Meng-hadapi Tantangan Baru Arus GlobalisasiMakalah untuk Seminar Akademik Ekonomi III, FEUI, Jakarta. 6-7
Desember 2006.----------.Beberapa Harian Ibukota. 2006.Jakarta.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 24/33
PERAN HAK KEKAYAAN
INTELEKTUAL ( HKI )
BAGI KEMAKMURAN
BERSAMA
Oleh: Muhammad Haris
Sejauh mana hubungan Hak Kekaya-an Intelektual dalam meningkatkankemakmuran? Pertanyaan sederhana ini pada kenyataannya tidak mudah diterima bagi masyarakat Indonesia. Polarisasikepentingan antara aparat penegak hukum, tujuan komersial dan keberadaanHKI itu sendiri justru melahirkan pertanyaan baru: Sejauhmana hubungan
HKI dalam meningkatkan kemakmuransecara feodalistik? Meningkatkan ke-makmuran untuk kepentingan pribadiadalah bentuk pendapatan seperti zamanfeodal.
Dalam lingkungan masyarakat ma- jemuk dan budaya kekeluargaan yangcukup kuat di Indonesia, perlu wawasanglobal untuk memberikan gambaran bahwa HKI bukan lagi pencarian ke-untungan pribadi.. Pribadi atau Kelom-
pok yang secara legal mendapat per-lindungan HKI bukan berarti akanmenguras orang lain yang menggunakankaryanya. Dalam hal ini, seiring denganEra Reformasi, WTO 2020, perlu pan-dangan baru atau Paradigma HKI bagimasyarakat Indonesia guna memandangIntelectual Property Rights ( IPR ) seba-gai bagian dari Budaya, Pembangunan Nasional dan kesejahteraan bersama.
Gambaran Umum
Sejak 1 Januari 2000 Indonesia ter-ikat untuk melaksanakan ketentuan Hak Kekayaan Intelektual ( HKI). Dalam halini Indonesia juga telah menyesuaikanUndang-undang di bidang HKI, yakniUndang-undang tentang Hak Cipta,Undang-undang tentang Hak Paten dan
Undang-undang tentang Merek. Peru- bahan ketiga undang-undang tersebutdituangkan dalam Undang-undang No.12, Undang-undang No. 13 dan Undang-undang No. 14 Tahun 1997.
Menurut A. Zen Umar, SH. LLM , HKIadalah Hak Kekayaan Intelektual yangtimbul atau lahir karena kemampuanintelektual manusia, misalnya daya cipta,karsa, rasa dan temuan pengetahuan, se-ni, sastra ataupun teknologi. Sedangkanarti penting dari HKI adalah :
a. Sebagai suatu system, HKI berfungsisebagai sarana pemberian hak ke- pada pihak-pihak yang telah meme-
nuhi persyaratan dan memberikan perlindungan bagi para pemeganghak tersebut.
b. HKI adalah alat pendukung per-tumbuhan ekonomi sebab denganadanya perlindungan terhadap HKIakan membangkitkan motivasimanusia untuk menghasilkan karyaintelektual.
Dalam perkembangannya HKI tidak lagimencakup bidang-bidang tradisionalseperti Hak Cipta, Paten, dan Merek,tetapi juga bidang-bidang kontemporer seperti Desain Industri ( IndustrialDesign) Desain tata letak Sirkuit Ter- padu ( Integrated Circuit), dan Rahasiadagang ( Trade Secret ). Hal ini se-suai dengan Ratifikasi ConventionEstablishing the World TradeOrganization ( Konvensi WTO ) yangdidalamnya memuat pula tentang TradeRelated spect of Intelectual PropertyRights ( Persetujuan TRIPS).
Implementasi HKI : Tantangan danPeluang
Sesuai dengan arti penting HKI pada poin b di atas, maka pemerintah dankomponen yang terkait lainnya hendak-nya dapat mengaktifkan keberadaan HKI
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 25/33
di Indonesia sebagai bagian dari upaya pembangunan nasional. Kekayaan Inte-lektual yang dimiliki oleh bangsaIndonesia merupakan modal dasar untuk bangkit dari krisis yang berkelanjutan ini
Tetapi tidak semua masyarakatIndonesia dan aparat penegak hukummenyadari pentingnya HKI, terutamalemahnya penegakan hukum di Indo-nesia yang tercinta ini. Atas dasar ituoleh United Stated Trade Representative(USTR ), Indonesia dalam hal ini dapatdikenakan sanksi ancaman pemberlaku-an Special 301 ( US Trade Act) yaitu berupa retalisasi perdagangan. Apabilahal ini benar-benar terjadi di Indonesia,
maka akan melumpuhkan dunia usaha produk yang bersangkutan. AkibatnyaSektor Industri terkena dampaknya danakan mengalami kebangkrutan karena produk Indonesia akan dinilai sangatrendah, hal ini tentunya berpengaruh bagi Neraca Pembayaran yang negatif dan surplus bagi impor yang dapatmenyengsarakan devisa negara.
Dari segi sosiologi, masyarakatIndonesia tidak sepenuhnya menerima
HKI, secara filosofis HKI dianggapmerupakan refleksi masyarakat yangindividualistik. Di sebagian masyarakatmasih beranggapan bahwa hasil karyaseseorang sudah sepantasnya dinikmatioleh masyarakat luas.
Sebenarnya ada beberapa unsur yangterlupakan bahwa HKI dapat membantu pembangunan nasional, meningkatkan pendapatan, mengurangi kemiskinan,menambah tenaga kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi dinamis dankompetitif. Beberapa peluang yangsebenarnya dapat ditangkap olehmasyarakat dengan adanya HKI itusendiri antara lain, 1) Meningkatkankinerja dalam menghasilkan karya yanglebih inovatif . Di Indonesia, untuk satu jenis produk songket Palembang saja,
ada 100 lebih jenis desain, 150 lebih jenis motif, dan 50 lebih teknik tenunkhas, 2) Meningkatnya daya saing.Dengan adanya masing-masing pihak akan berupaya untuk menjual produknya
dan diterima oleh pasar, 3) Mening-katkan pendapatan (Income). Selainmemperoleh pendapatan dari penjualan produknya, mereka juga akan mem- peroleh royalty. Pendapatan yang tinggisecara tidak langsung nantinya akanmenumbuhkan semangat berusaha pihak lain dan berupa program bantuan sosial bagi masyarakat di sekitarnya. 4)Meningkatkan investasi (Investment).Tumbuhnya kreativitas, daya saing, dan
jaminan HKI akan mendorong pihak luar untuk menanamkam investasinya. Tinggiinvestasi tentunya akan berkolerasi positif bagi peningkatan kesejahteraanmasyarakat sekitar, karena akanmendorong tumbuhnya industri sejenisdan mengurangi pengangguran.
Keempat hal di atas merupakan peluang HKI yang hendaknya dapat di-akomodasi oleh pemerintah gunamengembangkan sikap global dan cara
pandang HKI baru, yaitu bagaimanamensosialisasi HKI. Langkah yang harusdigarisbawahi adalah perlunya rekonsep-sialisasi HKI baru yang disesuaikandengan kultur budaya bangsa kita.
Rekonsepsialisasi HKI = Paradigma
baru HKI
Beberapa penambahan tentang pengertian HKI yang ada sekarang bah-wa HKI hendaknya memperhatikan
kekayaan budaya leluhur yang telah adasejak dulu. Sebagai contoh, objek Boro- budur, dapat digunakan untuk berbagaimacam desain produk. Karena itu perluinisiatif pemerintah untuk memberi jaminan HKI bagi peninggalan budayalainnya dan perlindungan hukum bagimasyarakat Indonesia yang memanfaat-
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 26/33
kannya. Karena sesuai dengan tu- juannya, maka HKI terhadap pening-galan budaya adalah untuk mening-katkan pendapatan negara. Pendapatanyang diperoleh negara ini digunakan
sebagai modal penyangga pembangunannasional, khususnya pembangunankarya-karya intelektual lainnya.Tumbuhnya karya-karya baru akanmendorong kesejahteraan masyarakatsekitar, karena secara tidak langsungmereka akan terlibat dalam proses kewi-rausahawan yang saling menguntungkan.
Contoh kongkrit agar jaminan HKIdapat meningkatkan pendapatan masya-rakat setempat adalah paten tempe. Paten
tempe yang dimiliki oleh suatukelompok usaha ekonomi rakyat, akanmemperoleh pendapatan tembahan dariekspansi core business (usaha dasar)yang dikembangkan oleh pihak asing.Haki juga akan mendorong melahirkanragam tempe yang lebih maju, dan berimplikasi bagi keuntungan usaha dankesejahteraan pekerjanya. Model umumkonsep HKI yang mendorong pertum- buhan ekonomi dalam hal ini mening-
katkan kesejahteraan masyarakat.
Secara garis besar bahwa HKI me-nampung didalamnya kekayaan inte-lektual pribadi seperti karya ilmiyah perorangan, produk dan kekayaan inte-lektual daerah, didalamnya mencakupciri khas yang dimiliki daerah tersebutseperti ukiran Jepara, bordiran SumateraBarat (Silungkang), Batik Solo, KainSongket Palembang serta kekayaannasional seperti objek candi, situs purbakala. Ketiga kekayaan intelektualitu akan terakomodir dalam wadah HKIdan selanjutnya setelah adanya jaminanhukum dan iklim usaha yang dinamisakan mendorong kesejahteraan masya-rakat yang terlibat di dalamnya. Karenakomponen itu merupakan faktor pentingdalam menciptakan cara pandang HKI
yang dianggap masyarakat kurang berkenan dengan citra penegakan hukumsecara keseluruhan yang sampai saat inimasih mengecewakan. Dan seiringdengan pemberdayaan kekayaan inte-
lektual itu dapat mencapai tujuannya,yaitu kemakmuran rakyat,maka penulismengajukan empat paradigma HKI.
• Pertama.
Adanya Undang-undang tentangOtonomi Daerah dan kemampuan pemerintah dalam pembangunannasional, khususnya pembagian pendapatan yang adil , memberikan peluang besar bagi HKI berperan
dalam roda pembangunan. HKIakan memberikan kemudahan disetiap daerah agar kekayaan inte-lektual yang dimiliki daerah dapatdidaftarkan melalui Kantor WilayahDepartemen Hukum dan HAM ditiap Provinsi. Sebagai contoh: Pene-muan jenis apel hasil bioteknologi diMalang akan meningkatkan penda- patan daerah Malang sehingga pembangunan dan upaya pengen-
tasan kemiskinan di Malang akanmeningkat, mendorong kinerja petaniapel untuk menanam dan menjualapel, mendorong pedagang eceranapel untuk menjual apelnya, dan begitu seterusnya, sehingga satu penemuan baru akan berdampak luas bagi seluruh komponen masyarakatdi kota Malang. Pendapatan yangdiperoleh atas HKI digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.Pemerintah Pusat pun menjamin perkembangan HKI daerah dengan bagian dana JPS bidang kesejah-teraan rakyat.
• Kedua
Hal ini berkaitan erat dengan system pendidikan yang selama ini bersifatgeneral. Perlu dilakukan perubahan
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 27/33
kurikulum yang mengarah padaspesialisasi. Ini penting karena hanyadengan spesialisasi orang bisamenghasilkan kreasi-kreasi dalam bidang tertentu. Karya yang dihasil-
kan tak harus original, melainkan bagaimana dari hasil penemuanorang lain kita kemudian menghasil-kan karya yang lebih inovatif lagi.Sebagai contoh, penemuan turunantempe di Jepang merupakan hasil pe-nelitian tempe asli Indonesia. Karenaitu perlu mempersiapkan sarana dan prasarana serta yang dapat mendo-rong tumbuhnya karya-karya baru.
• Ketiga
Dalam hubungannya dengan penca- paian kesejahteraan tadi, maka pendekatan domestik adalahmemberi gambaran secara regionalatau disesuaikan dengan budayasetempat bahwa HKI tidak semata-mata mencari keuntungan pribadi.Tiap daerah di Indonesia memilikikeunikan dalam kekayaan intelek-tual, misalnya hubungan antara HKI
dan kesejahteraan di Bandung.Sebagai contoh, penemuan bibit padiunggul, secara HKI memang meng-untungkan bagi si penemu, tapi jugaakan memberikan dampak ekonomisyang berharga bagi para petani, penjual; beras, dan pelaku pasar lainnya. Dan strategi terakhir HKI baru dalam kaitannya dengan pencapaian kesejahteraan rakyat.
• Keempat
Adalah bagaimana agar tujuanmancapai kesejahteraan itu tidak mengganggu karya-karya intelektualyang sudah ada, maksudnya agar adaaturan main yang jelas agar upaya pemanfaatan karya intelektualdengan HKI tidak menjurus pada
monopoli. Karena itu perlu diran-cang komunikasi bisnis HKI yaitu :a) Mobilisator, Selain karya yang
dimanfaatkan itu dapat mendo-rong berkembangnya karya-karya
baru, juga dapat memobilisasikarya-karya lain yang beradadalam lini produk tanpa ber-maksud menguasai seluruhnya.Contoh penemuan bibit padiunggul, hendaknya pribadi ataukelompok yang menemukantidak menghimpun diri gunamenguasai HKI untuk jenis pupuk, mesin, atau obat hama,karena jika itu terjadi akan
muncul monopoli. b) Stabilisator, Pemanfaatan karya-karya intelektual untuk mencapaikesejahteraan pada intinyaadalah untuk stabilisasi usaha.HKI yang memberi jaminan bagikarya pribadi, daerah, dan na-sional akan mendorong pe-menuhan kebutuhan daerah.Mempercepat alih teknologi danmendorong investasi di tiap
daerah, sehingga tidak muncul perasaan tertinggal atau tidak adildalam proses pembangunan.
Kesimpulan
Berdasarkan hal di atas maka per-wujudan dari paradigma baru HKI dalammencapai kesejahteraan adalah kerjasama yang saling menguntungkan antar semua pihak. Memulai cara pandangan
baru berwawasan global terhadap HKIakan memberikan dampak sosialekonomi yang positif, dan merupakanlangkah lanjut untuk mengurangi unsur-unsur minus dari pelaksanaan HKI diIndonesia. Upaya-upaya untuk mencapaikesejahteraan itu tidak lagi dipandangsebagai feodal demi keuntungan pribadi
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 28/33
dan iklim usaha atas HKI bukanlahtujuan menciptakan usaha pribadi,daerah, dan bangsa.
Sumber Penulisan:
1. Undang-undang Nomor 12Tahun 1997 tentang Hak Cipta
2. Undang-Undang Nomor 13Tahun 1997 tentang Paten.
3. Undang-undang Nomor 14tentang Merek.
4. A.Zen Umar, SH, LLM pada National Seminar on theDevelopment and Current Issues
of the World Trade Organizationon TRIP Agreement di Bandungtanggal 1-2 Juli 2002
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 29/33
HUBUNGAN PERDAGANGAN
INDONESIA-KANADA.
Oleh: Bagian Evalap
A. TRADE POLICY
Indonesia - A Window of Opportunity Re-open
Pada tanggal 20 Maret 2007,Trade Commissioner Kedutaan Besar Kanada di Jakarta, Ross Miller telahmengundang anggota Canada -Indonesia Business Council (C-IBC) pada acara pemaparan tentang"Indonesia - A Window of Oppor-tunity Re-open". Informasi ini di-sampaikan oleh KJRI Torontokepada KBRI Ottawa melalui bra fax No. BB-45, Tor/I 11/2007.
Presentasi ini adalah sebagaiupaya outreach (penyebaran infor-masi) mengenai: Panama, restruk-turisasi strategi Kedubes Kanada didalam memberdayakan sektur usahaKanada dengan cara match-makingdengan pcluang usaha di Indonesia.Kedua, melakukan identifikasi sektor usaha Kanada yang ingin membukausaha baru atau melebarkan sayap-nya di Indonesia. Ketiga, menyam- paikan fokus pengembangan sektoraldi tingkat usaha bidang infrastruktur, pertambangan mineral, minyak dangas bumi.
Dalam presentasinya. RossMiller menyebutkan bahwa situasi diIndonesia telah mengalami perubah-an. Dikatakannya, bahwa jikadibandingkan dengan kondisi tahun1998 yaitu ketika ditutupnya operasi beberapa bank/sektor keuangan(Canada di Indonesia, maka saat inisudah ada perubahan yang membawaangin segar bagi pengembanganusaha kalangan bisnis Kanada.
Jika disimak dari angka ForeignDirect Investment (FDI) Kanada di
Indonesia yang kini mencapai nilaisebesar 3 milyar dollar Kanada(nomor 3 setelah Jepang danHongkong), ditambah potensi marketIndonesia dengan penduduk 245 juta
di tahun 2010. kekuatan daya belidan kedekatan dengan pusat tenagakerja maupun raw material, yang bersangkutan menenggarai bahwaIndonesia merupakan prospek yangmengetengahkan banyak peluangusaha perdagangan, industri manu-faktur dan jasa keuangan yang berpotensi untuk dikembangkan.
Proses reformasi dan demokra-tisasi di Indonesia juga telah berjalan
dengan cukup lancer dan menyi-ratkan adanya keinginan peme-rintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono untuk lebih menggalak-kan upaya penegakan hukum, pemberantasan korupsi. ko!usi dannepotisme yang dipandang sebagaisuatu kemajuan proses inforniasiyang cukup signifikan. Menyikapirating korupsi. dikutip data bahwaIndonesia berada pada urutan ke !30
dengan rating 2,4/10; China danIndia pada urutan ke 70 denganrating 3,3/10; dan Kanada padaurutan ke 14 dengan ratine 8,5/10.
Menyimak proses yang telah bergulir di Indonesia, Ross Miller nienggarisbawahi bahwa kini meru- pakan saat yang tepat bagi sektor usaha swasta Kanada untuk kembalimenengok Indonesia sebagai lahankesempatan untuk mengembangkan
bisnis. Disampaikan pula bahwaCIDA Inc masih melanjutkan pen-danaan berupa program empowering bagi Small & Medium Enterprises(SMEs) Indonesia, khususnya di bidang infrastruktur. Sementara itu perusahaan besar Kanada bidangeksplorasi sumber daya mineral dan
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 30/33
pengeboran minyak-gas bumi jugamenawarkan kesempatan untuk sub-kontrak kepada pihak swasta nasio-nal maupun Kanada yang berminat.
Pengamatan
Langkah outreach yang dilaku-kan Kanada semacam ini kiranya perlu ditindaklanjuti oleh pejabatfungsi ekonomi perwakilan denganaksi serupa di tanah air. Upayaoutreach yang dilakukan oleh pejabatfungsi ekonomi perwakilan di tanahair selain merupakan wahana untuk penyampaian informasi berupa pelu-ang usaha di wilayah kerja, pengum-
pulan data intelijen bisnis dansekaligus juga dapat membuka peluang match-making antara sektor swasta Indonesia dengan pihak Kanada.
Penekanan di bidang infrastruk-tur dan pertambangan dalam re-strukturisasi strategi misi perwakilanKanada di luar negeri, khususnya diIndonesia perlu disambut positif dengan adanya realisasi tender pro-yek sebagaimana telah ditawarkandalam Enfrastructure Summit-I.Selain menguntungkan jika dilihatdari masih. adanya skemaempowering terhadap SMEs melalui pendanaan CIDA Inc., peluang ini juga bisa dimanfaatkan oleh sektor usaha swasta Indonesia yang berminat untuk menggalang kerja-sama berupa usaha patungan dengan pihak Kanada. Dengan demikian,FDI Kanada di Indonesia akan bertambah dan pada gilirannya akanmenjadi pemicu bagi kinerjaekonomi untuk kembali normal.
Penilaian WTO atas Kebijak-
sanaan Kanada
WTO memuji usaha yangdilakukan Kanada terhadap akses
pasar dan hubungan multilateralnya,namun bersikap kritis terhadap proteksi yang dilakukannya di be- berapa sektor. Laporan empattahunan yang dilakukan oleh WTO
terhadap kcbijakan dagang Kanadamemberikan penilaian positif terha-dap usaha-usaha ekonomi Kanada,namun mengkritik tersendatnya pertumbuhan produktivitas, suplaimanajemen pada bidang pertaniandan pembatasan investasi asing pada beberapa sektor.
Kanada dipuji karena kebijakan perdagangannya yang terbuka dan berorientasi keluar, serta pengaruh
fleksibilitas ekonominya yang ber- peran dalam mengatasi beberapakejutan-kejutan ekonomi yang di-hadapi negara ini, termasuk me-ningkatnya harga minyak dansemakin kuatnya dolar Kanada.Kanada juga dipuji karena usaha-usahanya untuk meningkatkan akses pasar ekspor bagi negara-negarakurang berkembang, tarif yangrendah pada sebagian besar komodi-
ti, dan usaha yang berkelanjutanuntuk meningkatkan perjanjiandagang multilateral dibandingkandengan bilateral.
Kanada juga menggunakanalasan anti dumping sebanyak 46 kali pada akhir Juni 2006. menurun dari91 kali pada tahun 2003, sesuatuyang dianggap positif. Narnun pertumbuhan produktivitas Kanadadianggap relatif lambat, dan Kanada
juga masih menerapkan beberapa pembatasan dan proteksi utamanyadalam bidang pertanian, investasiasing dalam telekomunikasi, audiovisual, transportasi udara dan laut
Menteri Perdagangan KanadaDavid Emerson menilai laporanWTO tersebut pada umumnya sangat
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 31/33
positif bagi Kanada, dan menekan-kan bahwa hal-hal yang digaris- bawahi pada laporan tersebut sedangdan akan dibahas dalam lingkarannegosiasi Doha. Walaupun peme-
rintah Kanada menerapkan proteksi pada tarif impor produk pertanian,{Canada sendiri ingin mengakhirimonopoli penjualan terigu dangandum yang sekarang diberikankepada Badan Gandum Kanada(Canadian Wheat Board).
B. PERDAGANGAN ANTARA
KANADA DENGAN DUNIA
Perdagangan Kanada dengan
dunia dalam rentang waktu tahun2002 - 2006 menunjukkan trenkenaikan sebesar 12.26%. Pada tahun2006, total perdagangan Kanadatercatat 737,26 miliar US$.
Total impor menunjukkan trenkenaikan sebesar 12,48%, sedangkantotal ekspor sebesar 12,06%. Namundemikian, angka total ekspor selalulebih besar dari total impor yangmengakibatkan neraca perdagangan
Kanada dengan dunia selalu surplus pada lima tahun terakhir.Total perdagangan Kanada pada
Januari 2007 tercatat 59,42 miliar US$, naik 1,71% dibandingkan bulanyang sama tahun sebelumnya. Perban-dingan antara total impor dan ekspor pada bulan Januari menunjukkan perubahan total impor yang lebih besar (3,18%) dibandingkan denganekspor (0,5%), yang mengakibatkanneraca perdagangan Kanada pada
Januari 2007 lebih rendah daripadatahun sebelumnya.Total ekspor Kanada pada
tahun 2006 tercatat 387,54 miliar US$, dan menunjukkan trenkenaikan sebesar 12,06%. Lima besar negara yang menjadi tujuanekspor Kanada adalah (berdasar urutan tahun 2006) : Amerika
Serikat, Inggris, Jepang, Cina danMeksiko. Inggris merupakan negaratujuan ekspor kedua pada tahun 2006,naik dari urutan ketiga pada tahun2005. Jepang turun ke urutan ketigasetelah sebelumnya merupa-kannegara di urutan kedua. AmerikaSerikat merupakan negara tujuanekspor terbesar Kanada (81,26%dari tota! ekspor), di mana pada tahun2006 bemilai 316,3 miliar US$.
Total ekspor Kanada padaJanuari 2007 menunjukkan kenaikanhanya sebesar 0,5% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelum-nya. Kecilnya kenaikan ekspor ini bisa dilihal merupakan kontribusi
dari menurunnya ekspor migasKanada, yang merupakan ¼ dariekspor Kanada dan kecilnya pertum- buhan ekspor sektor non migas.Walaupun ada 6 produk ekspor baru(Light-Vessels - HS 8905. Zinc - HS 7901. Acyclic Alcohols - HS 2905.Cyclic Hydrocarbons - HS 2902.Copper Ores - HS 2603. dan Taps,Cocks, Valves Etc For Pipes - HS 8481) pada tahun 2007, namun tiga produk ekspor terbesar Kanada
(pangsa pasar total 14,62%)mengalami penurunan.Total impor Kanada pada tahun
2006 tercatat 349,72 miliar US$,dan menunjukkan tren kenaikansebesar 12,48%. Lima besar negaraasal impor Kanada pada tahun 2006adalah Amerika Serikat, Cina,Meksiko, Jepang dan Jerman.Meksiko menggeser kcdudukanJepang di tempat ketiga setelah padatahun 2005 berada di urutan 4, Jerman
masuk ke lima besar menggantikanInggris yang bergeser ke urutan 6.Amerika Serikat merupakan negaraasal impor terbesar Kanada. dengannilai impor sebesar 191,91 miliar US$ pada tahun 2006. yang merupakan54,88% dari keseluruhan impor Kanada.
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 32/33
Total impor Kanada padaJanuari 2007 menunjukkankenaikan 3,18% dibandingkan bulanyang sama tahun sebelumnya.Kenaikan ini sebagian besar dikon-tribusikan oleh kenaikan impor nonmigas Kanada (91.4% dari ke-seluruhan impor). Dari 50 produk impor utama non migas Kanada. 34 produk mengalami kenaikan impor.Ada 7 produk impor baru pada tahun2007, empat diantaranya mengalamikenaikan lebih dari 100%, berturut-turut dari kenaikan terbesar yaitu Low value import Transaction &Confidejtti (HS 9901). Print Machlad Ink-Jet Much Ancil T Print Pt
Nesoi (HS 8443). Prepared Anrecor-ded Media (No Film) For Sound Etc(HS 8523), Human Blood, Animal Blood. Antisera. Vaccines Etc (HS 3002).
C. PERDAGANGAN ANTARA
KANADA DENGAN INDONESIA
Total perdagangan antara Kanadadengan Indonesia menunjukkan peningkatan pada lima tahun terakhir
dengan tren kenaikan 14,14%.Total perdagangan kedua negara pada tahun 2006 tercatat 1.54 miliar US$.
Total ekspor dan impor Kanadadengan Indonesia juga menunjukkankenaikan dalam lima tahun terakhir.Pada tahun 2006, total ekspor Kanada ke Indonesia bernilai 700.2 juta US$ dengan tren kenaikan24,06%. Total impor Kanada dari
Indonesia pada tahun 2006 tercatat835,32 juta US$ dengan trenkenaikan 8,21% Tren kenaikanekspor yang lebih besar dari importtersebut, terutama disebabkan olehkenaikan impor lebih dari 100%untuk produk Nickel inwrought (HS7502} dan Parts of Balloons,Aircraft, Space Craft Etc (HS 8803)
Dalam lima tahun terakhir,neraca perdagangan antara Kanadadengan Indonesia menunjukkan sur- plus di pihak Indonesia, namun adakecendrungan surplus ini semakin
berkurang. Pada tahun 2006, Kanadamengalami minus sebesar 135,12 juta US$, dengan tren penguranganminus sebesar 126,66%. Total perda-gangan Kanada dengan Indonesia pada bulan Januari 2007 tercatat109,27 juta US$, penurunan 7,43%dari bulan yang sama tahunsebelumnya. Ekspor Kanada pada periode ini sebesar 40.3 juta US$,turun 20.54% dari tahun sebelumnya,
dan impor tercatat 68,96 juta US$,naik 2,46%. Neraca perdagangan pada Januari 2007 tercatat minus28,66 juta US$ di pihak Kanada.
Dari 50 produk impor non migasutama Kanada dari dunia, Indonesiamenjadi negara asal impor pada 48 produk Dari 50 komoditi impor nonmigas utama Kanada, posisiIndonesia sebagian besar berada diatas posisi 10. Posisi tertinggi
Indonesia sebagai negara asalimpor Kanada adalah pada urutan
ke-9 untuk produk furniture (HS
9403), di mana produk ini berada pada posisi ke-24 dalam keseluruhan produk impor Kanada. Dan 50 produk ekspor non migas utamaKanada ke dunia, Indonesia menjadinegara tujuan ekspor Kanada untuk 43 produk. Indonesia menjadi negaraurutan ke-2 sebagai tujuan ekspor
Kanada untuk produk wheat andmeslin (HS1001), dan ke-5 untuk zinc (HS 7901).
Ada 26 produk dimana posisiIndonesia sebagai negara asal impor menduduki posisi di bawah 10 besar.Indonesia merupakan sumber utamauntuk produk natural rubber (HS
5/10/2018 Buletin 44 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/buletin-44 33/33
4001) bagi Kanada. Indonesia meru- pakan sumber kedua untuk produk- produk yarn (HS 5509), cocoa beans(HS 1801) dan fatty acid (HS 3823).Posisi Indonesia untuk produk palm
oil (HS 15II) adalah pada posisi 3, di bawah Malaysia dan AmerikaSerikat. Impor Kanada terhadapTerlihat bahwa Indonesia menjadinegara asal impor hanya pada 37 produk. Posisi Indonesia sebagian
besar berada pada posisi 10 ke atas,kecuali untuk produk worked ivory(HS 9601), dimana Indonesiamerupakan negara asal impor ke-8.
Lima besar teratas negara asal impor untuk produk ini adalah Filipina,Cina, India, Amerika Serikat danThailand.(Sumber: Atase PerdaganganOttawa)
top related