budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Post on 18-Jan-2017
71 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH
”BUDIDAYA TANAMAN KALE (Brasicca oleraceae var. Acephala)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kapita Selekta Hortikultura
Dosen Pengampu :
Yanyan Mulyaningsih, SP., MP
Oleh :
Ekal Kurniawan
A.1411129
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”BUDIDAYA TANAMAN KALE (Brasicca oleraceae var. Acephala).
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Slekta
Hortikultura.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui secara mendalam
mengenai berbudidaya tanaman kale (Brasicca oleraceae var. Acephala) secara
hidroponik. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yanyan
Mulyaningsih, SP., MP. Selaku dosen mata kuliah Kapita Slekta Hortikultura
yang memberikan bimbingan mengenai pembuatan makalah, serta pihak-pihak
terkait yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam makalah ini karena
keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga dengan makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan kepada setiap
pembaca umumnya.
ii
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Tujuan ................................................................................................... 2
II TINJAUN PUSTAKA ...................................................................................... 3
1.1. Asal Usul Tanaman Kale ....................................................................... 3
1.2. Klasifikasi Tanaman Kale ...................................................................... 3
1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kale ............................................................... 3
1.4. Kandungan Gizi Tanaman Kale ............................................................. 3
1.5. Hama Penyakit....................................................................................... 4
1.6. Hidroponik ............................................................................................ 5
III PEMBAHASAN ............................................................................................. 7
3.1. Persiapan Lahan dan Media Tanam............................................................ 7
3.2. Penyemaian ............................................................................................... 8
3.3. Penanaman ................................................................................................ 9
3.4. Pemeliharaan ........................................................................................... 10
3.5. Panen dan Pascapanen ............................................................................. 14
3.6. Pemasaran ............................................................................................... 15
3.7. Kehilangan Hasil ..................................................................................... 16
IV PENUTUP .................................................................................................... 17
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.2. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kale atau borecole (Brasicca oleraceae var. Acephala) merupakan jenis
sayur kelas dunia yang mengandung nilai nutrisi tinggi. Kale berasal dari
golongan Brasicca, layaknya kubis, brokoli dan kailan. Kata kale sendiri
berasal dari bahasa Belanda yang artinya kubis petani. Sepintas, tampilan kale
mirip dengan brokoli dan kubis. Perbedaannya, daun sejati kale tidak
berbentuk kepala. Warna daunnya hijau atau ungu kebiruan. Jenis kale dapat
dibedakan berdasarkan jenis daunnya, yaitu kale keriting dan kale left (Roni
Arifin 2016).
Kale dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah atau salad. Sementara itu,
jika kale dimasak atau dikonsumsi dalam bentuk matang, kandungan
sulforaphane biasanya akan berkurang. Kale sangat cocok diolah menjadi
smoothies, juice dan makanan diet. Kandungan karbohidrat dalam kale rata-
rata sekitar 10,14 g/100 g. seperti yang ditemukan dalam data biografi
Polandia jumlah rentang karbohidrat dari 1,8-6,1 g/ 100 gram dalam sayuran.
(Skąpski and Dąbrowska 1994, Kunachowicz et al. 2005)
Berdasarkan pengalaman penulis, permintaan konsumen terhadap kale
pada awal tahun 2016 sangat tinggi sangat tinggi dan diprediksi masih akan
berlanjut hingga beberapa tahun mendatang. Karena itu, tidak ada salahnya
apabila pebisnis hidroponik pemula dapat membudidayakan sayuran ini.
Hidroponik sistem budidaya tanpa menggunakan tanah. Beberapa alasan
yang melatarbelakangi diantaranya adalah tanah diantaranya adalah tanah
yang kurang subur dan tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan
menggunakan media (substrat) sebagai penyedia larutan nutrisi (Subiyanto
2012)
Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa
menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti
dengan arang sekam/pasir. Karena media yang digunakan bukan tanah, nutrisi
2
yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti media tanah yang
memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan. Hidroponik
memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi tidak
perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen.
Media tanam dalam sistem hidroponik berfungsi sebagai penopang tubuh
tanaman, penampung larutan hara, pemegang air dan memiliki aerasi
(Nelson,1978). Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam dapat
berupa arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat moss) dan serbuk
sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik adalah salah
satu media tanam yang ringan dan poros adalah arang sekam (BBPP
Lembang 2010).
1.2. Tujuan
Untuk mempelajari teknik budidaya anaman Kale (Brasicca oleraceae
var.acephala)
3
II TINJAUN PUSTAKA
1.1. Asal Usul Tanaman Kale
Kale adalah tanaman kubis-kubisan yang berasal dari Mediterania timur
atau Asia. Bentuk liar tanaman kale telah didistribusikan secara luas dari
tempat asal mereka dan ditemukan di pantai Eropa Utara dan Inggris.
Rupanya, semua bentuk utama kale yang kita kenal sekarang telah dikenal
selama 2.000 tahun yang lalu. Kale juga dikenal sebagai keluarga kubis-
kubisan yang kaya vitamin A dan C.
1.2. Klasifikasi Tanaman Kale
Menurut Budi Samadi (2013) kailan adalah jenis tanaman sayuran daun,
dalam dunia tumbuhan, kailan diklasifikasikan sebagai sebagai berikut :
Divisi : Sphermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada didalam buah)
Kelas : Dicotyledone (biji berkeping dua atau biji belah)
Famili (suku) : Cruciferae (cabbage)
Genus (marga) : Brasicca
Spesies (jenis) : Brasicca oleraceae var.acephala
1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kale
Tanaman kale baik tumbuh di daerah dengan sinar matahari penuh. Ph
tanah yang dikehendaki untuk tanaman kale yaitu sekitar 6 – 7. Jika tanahnya
terlalu asam maka harus ditambahkan dengan kapur. Tanaman dengan
pertumbuhan daun yang bagus maka diperlukan kandungan nitrogen yang
tinggi. Tanaman kale lebih menyukai suhu dengan temperatur yang dingin.
Cuaca yang dingin akan membuat rasa kale lebih manis. Tanaman kale
tumbuh di daerah dataran tinggi (Monica van Wensveen, 2009)
1.4. Kandungan Gizi Tanaman Kale
Di dalam tamanan kale banyak terkandung zat-zat gizi yang bermanfaat
untuk tubuh, diantaranya:
4
a. Betakaroten
Kale mengandung betakaroten , yang berfungsi seperti vitamin A
dalam tubuh. Sebagai tambahan kale menjadi antioksidan, beta karoten
yang membantu mencegah masalah mata, gangguan kulit, dan
meningkatkan imunitas.
b. Vitamin K
Didalam kale vitamin K diperlukan untuk pembekuan darah dan
juga mengaktifkan metabolisme tulang dan jaringan lainnya.
c. Lutein
Lutein memiliki manfaat yang signifikan terutama untuk mata yang
berfungsi melindungi dari radikal bebas yang berbahaya dan
meningkatkan pigmen makula.
d. Kalsium
Kalsium banyak ditemukan dalam family kubis terutama kale.
Kalsium bertindak sebagai sinyal untuk proses seluler dan merupakan
mineral penting untuk tulang.
1.5. Hama Penyakit
a. Hama Ulat Grayak (spodoptera Litura F/ Prodenia Litura F)
Hama ini merupakan larva dari ngengat (kupu-kupu) yang
berwarna abu-abu. Ngengat dapat menghasilkan telur sampai 2.000 butir.
Biasanya ngengat meletakkan telurnya dibagian bawah daun secara
berkelompok. Ulat menyerang daun dengan memakan bagian efidermis
dan jaringan hingga habis daunnya. Setelah itu ulat akan pindah ke daun
lain atau ke tanaman lain. Gejala yang tampak adalah daun berlubang-
lubang. Pemberantasan secara mekanis dengan memangkas daun yang
telah tertempeli telur dan secara kimia dengan menyemprot insektisida
(Budi Samadi, 2013).
b. Ulat Grayak (Spodoptera Litura).
Ulat grayak menyerang daun tanaman. Daun tanaman yang
terserang menjadi berlubang-lubang, mulai dari tepi daun permukaan atas
hingga bagian bawah. Serangan dewasa berupa kupu-kupu berwarna agak
5
gelap dengan garis agak putih pada sayap depannya (Hesti Dwi
Setyaningrum dkk, 2011).
c. Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell)
Ulat crop kubis dapat dijumpai di bagian bawah daun kubis-
kubisan. Bagian tanaman yang diserang adalah daun. Daun yang diserang
akan bercak putih. Bercak tersebut merupakan efidermis permukaan atas
daun yang tersisa (tidak ikut dimakan ulat). Bercak putih itu kemudian
berlubang setelah lapisan efedermis mengering.
1.6. Hidroponik
Budidaya hidroponik adalah cara bercocok tanam pada larutan hara,
dengan atau tanpa menggunakan media padat seperti penopang tanaman.
Menurut Murali et al. (2011) ada beberapa metode dalam hidroponik,
diantaranya:
1. Metode Kultur Air, yaitu metode menumbuhkan tanaman dengan air
(larutan hara). Air sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti
stoples atau lubang kaca.
2. Metode Kultur Agregat, yaitu metode hidroponik yang menggunakan
media padat seperti pasir, kerikil, pecahan genteng yang sudah
disterilkan. Hara diberikan dalam bentuk larutan.
3. Nutrient Flow Technique (NFT), yaitu metode hidroponik yang
menggunakan hara yang bersirkulasi terus menerus. Larutan hara akan
membasahi akar tanaman.
4. Pasang surut (Ebb and Flow) sistem pasang surut bekerja dengan
membanjiri nampan pertumbuhan dengan larutan nutrisi beberapa
waktu dan mengeringkannya dengan mengembalikan larutan ke tendon
penampung.
5. Aeroponik (Aeroponic) sistem ini menggunkan teknologi yang tinggi.
Akar tanaman menggantung di udara dan dikabuti dengan larutan
nutrisi. Pengabutan biasanya dilakukan setiap beberapa menit. Akar
6
tanaman yang menggantung di udara menyebabkan akar cepat
mongering jika proses pengabutan terganggu.
Larutan nutrisi untuk hidroponik dari kedua kelompok, yaitu larutan
stok A yang terdiri dari unsure makro (unsure kalsium yang dominan) dan
larutan stok B yang terdiri dari unsur mikro (sulfat dan fosfat) (Susila 2002).
Menurut sumarni dan Rosliani (2005) kelebihan dan kekurangan
sistem hidroponik yaitu :
Kelebihan dari penggunaan budidaya hidroponik yaitu penggunaan
lahan lebih efisien, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, kualitas dan
kuantitas produksi lebih tinggi dan bersih, penggunaan pupuk dan air lebih
efisien, pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Sedangkan kekurangan dari budidaya hidroponik yaitu membutuhkan
biaya investasi yang besar, hanya khusus tanaman tertentu, pada kultur
substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media
tanah sehingga akan menyebabkan kelayuan yang cepat tanaman.
7
III PEMBAHASAN
3.1. Persiapan Lahan dan Media Tanam
Kegiatan awal yang dilakukan pada budidaya tanaman kale adalah
persiapan lahan dan media tanam. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya
kale adalah 128 m2
yang terbagi kedalam 2 meja penanaman. Persiapan lahan
yang dilakukan yaitu dengan membersihkan gulma pada meja penanaman
yang akan ditanami tanaman kale dan paralon dibersihkan dengan
menggunakan lap atau karung bekas yang telah dibasahi dengan air.
Persiapan media tanam yang dilakukan adalah rockwoll dipotong dengan
ukuran 25 cm x 4 cm. Setelah selesai dipotong rockwoll di simpan di tray
sebagai wadah media tanam, kemudian rockwoll di rendam beberapa menit
didalam air.
Sebagai wadah tanam, tempat media digunakan tray atau nampan plastik
dengan tinggi minimal 5 cm sehingga dapat diisi media tanam setebal 4 cm.
Bila tinggi tray kurang dari 5 cm, media tanam akan semakin tipis. Perlu pula
disadari bahwa akar anak semai sering sangat panjang sehingga memerlukan
media semai yang cukup tebal. Tray atau nampan plastik diisi arang sekam
sebagai media tanam setebal 4 cm ( Ir. Yos Sutiyoso, 2006)
(a) (b)
Gambar. 1 (a) Pembersihan Paralon (b) Rockwoll yang telah dipotong
8
3.2. Penyemaian
Kegiatan persemaian dilakukan setiap pagi hari pada greenhouse
persemaian. Benih diletakkan kedalam rockwoll basah yang telah dilubangi
dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Setelah penyemaian selesai benih di simpan di
atas rak-rak bambu untuk proses persemaian. Proses penyimpanan benih ada
2 perlakuan yaitu N1 dan N2. N1 adalah proses penyimpanan benih setelah
benih disemai, waktu penyimpanan selama 2 - 4 hari ditutup dengan
menggunakan plastik sampai muncul kecambah. Setelah muncul kecambah
benih dipindahkan ke meja persemaian N2. Pada N2 benih yang ditutup
kemudian di buka plastiknya dan benih mulai mendapat perlakuan
penyiraman sebanyak 2 kali sehari sampai benih di penyimpanan N2 berumur
2 minggu .
(a) (b)
Gambar. 2 (a) Penyemaian Kale (b) Penyimpanan Benih N1
Gambar. 3 Penyimpanan Benih N2
9
3.3. Penanaman
Penanaman kale dilakukan ketika kale berumur 2 minggu setelah kale
dipindahkan dari penyimpanan N2. Kale dipisahkan dari benih N2 lalu
disimpan pada tray untuk ditanam. Kale dimasukkan kedalam lubang paralon
dengan tiap lubangnya hanya 1 bibit kale. Apabila terlalu banyak tanaman
dalam satu lubang maka akan terjadi persaingan antar tanaman, sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Lubang tanam berdiameter 3 cm
dengan jarak antar lubang adalah 20 cm x 20 cm. Tanaman yang ditanam
dengan tingkat populasi yang tepat, dengan konsumsi air dan cahaya sesuai
kebutuhan akan menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang
maksimal.
(a) (b)
Gambar 4 (a) Pemisahan Benih N2 (b) Kale yang siap ditanam
Gambar 5 Penanaman Kale
10
3.4. Pemeliharaan
Selama proses produksi, pemeliharaan tanaman sangatlah penting
dilakukan. Meski proses produksi dilakukan di dalam greenhouse namun
tidak menutup kemungkinan bahan tanaman diserang OPT (organisme
pengganggu tanaman). Proses pemeliharaan meliputi kegiatan pembuatan dan
pengisian larutan nutrisi, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan
penyakit.
Pembuatan dan pengisian larutan nutrisi A B Mix biasanya berpatokan
pada paralon yang sudah di ukur. Untuk Pembuatan nutrisi dibuat dua macam
pekatan stok A dan stok B yang masing-masing dilarutkan dalam 3 strip air
yang diukur menggunakan paralon. Setelah masing-masing kedua pekatan di
larutkan dengan air kedua pekatan diaduk sampai benar-benar tercampur.
Nama Garam Pupuk Unsur Utama
Natrium (sodium) nitrat (NaNO3)
Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Kalium (potasium) nitrat (KNO3)
Kalium nitrat (Ca(NO3)2)
Superfosfat (CaH4(PO4)2-H2O)
Amonium fosfat (NH4)2HPO4
Kalium sulfat (K2SO4)
Muriate/Kalium klorida
Magnesium sulfat (MgSO47H2O)
Garam Epsom
Kudada rock fosfat (CaHPO4)
Bone meal
Nicifos
Manurin
Planttabs
Kalsium sulfat (CaSO4)
Besi sulfat (FeSO4)
Magnesium Krorida (MgCl2)
Seng sulfat (CuSO4)
Tepung asam borat (H3BO3)
Asam molibdat (H2Mo4)
Kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4)
Triple superfospat (CaH4(PO4)2H2O)
Mangan klorida(MnCl2)
Nitrogen (N)
Nitrogen (N)
Nitrogen (N), kalium (K)
Nitrogen (N), kalsium (Ca)
Fosfat (P), kalsium (Ca)
Nitrogen (N), fosfat (P)
Kalium (K), belerang (S)
Kalium (K)
Magnesium (Mg), sulfur (S)
Magnesium (Mg)
Fosfat (P), kalsium (Ca)
Nitrogen (N), fosfat (P)
Nitrogen (N), fosfat (P)
Nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K)
Nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K)
Kalsium (Ca), sulfur (S)
Besi (Fe)
Magnesium (Mg)
Cuprum (Cu)
Borium (B)
11
Sumber : Formula larutan nutrisi 2008
Tabel.1Garam Pupuk Yang Dibutuhkan Dalam Pembuatan Larutan Nutrisi Untuk
Tanaman Hidroponik
Dalam pembuatan pupuk hidroponik, baik untuk sayuran daun, batang dan
daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan
tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat
dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat
dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsure Ca dan
S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi
Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion
fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca
dan Fe tidak dapat diserap oleh akar (Sutiyoso, 2009).
(a) (b)
Gambar. 6 (a) Penampung Nutrisi (b) Nutrisi A B Mix
12
Gambar.7 Larutan stok pekat
Pengisian larutan nutrisi A B Mix disesuaikn dengan berapa sisa strip air
yang ada di bak nutrisi. Untuk pengisian nutrisi dengan 1 strip air
ditambahkan dengan 1500 ml nutrisi A dan B.
Gambar. 8 Paralon yang telah diukur
13
(a) (b)
Gambar. 9 (a) Pengukuran Nurtisi (ml) (b) Pencampuran nutrisi A B Mix
Kegiatan penyiangan gulma diperusahaan ini dilakukan pada umur satu
minggu, penyiangan dilakukan dengan cara membuangi rumput atau gulma
disekitar tanaman biasanya dilakukan dengan menggunakan kored dan arit.
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu dilahan tetapi
penyiangan juga dilakukan ketika persiapan penanaman.
(a) (b)
Gambar. 10 (a) Penyiangan Gulma (b) Lahan yang telah dibersihkan
Pengendalian terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara manual
dan menggunakan pestisida nabati. Pengendalian cara manual dilakukan
dengan membuang tanaman yang terkena hama dan membuang tanaman yang
kering akibat cahaya matahari. Pengendalian menggunakan pestisida nabati
dilakukan dengan menyemprotkan bahan-bahan yang sudah dibuat secara
14
alami dari berbagai tumbuhan yang ada di kebun tersebut. Kontrol dilakukan
secara berkala, pengontrolan ini dilakukan dengan teliti dan teratur sehingga
hama penyakit dapat dengan cepat diketahui sehingga tidak menular kepada
tanaman lain.
Gambar 11 Alat penyemprotan hama
3.5. Panen dan Pascapanen
Kegiatan pemanenan di lahan dilakukan pada hari Minggu-Jum’at dengan
jam yang disesuaikan dengan pemesanan. Kriteria umur panen kale
diperusahaan itu selain akar pada tanaman tidak boleh terlepas, umur, bobot
dan waktu pemanenan juga harus diperhatikan. Umur panen tanaman kale di
lahan yaitu ketika kale hampir berumur 8 minggu dengan tinggi maksimal 45-
50 cm.
Cara pemanenan dilakukan dengan manual yaitu tanaman langsung
dicabut dengan tangan pada bagian pangkal batang secara hati-hati agar
batang sayuran tidak patah dan daun tidak sobek. Sayuran yang telah dipanen
diletakkan dalam container, kemudian setelah panen selesai keranjang
tersebut dibawa ke ruang pengemasan dengan diangkut dengan menggunakan
mobil pengangkutan bersamaan dengan sayuran lain yang dipanen.
Kegiatan pascapanen yang dilakukan pada tanaman kale yaitu sortasi/
perompesan, penimbangan, pengemasan. Sortasi yaitu kegiatan pemilihan dan
pemisahan tanaman sayuran yang bermutu baik dengan sayuran yang kurang
baik atau rusak. Spesifikasi sayuran yang dapat dijual yaitu sayuran yang
bersih, segar dan tidak terkena hama penyakit. Seleksi dilakukan dengan
15
membuang daun yang kuning, robek dan daun yang berlubang akibat
serangan hama penyakit. Tanaman kale yang sudah disortasi tidak mengalami
proses pencucian karena sayuran yang ditanam dengan media air tidak akan
ada tanah yang menempel kecuali sayuran-sayuran tertentu.
Gambar 12 Perompesan Kale
Setelah dilakukan sortasi sayuran ditimbang dengan berat masing-masing
250 gram. Setelah penimbangan selesai, kale dikemas dengan menggunakan
plastik yang diberi logo perusahaan dan logo sayuran hidroponik. Kale
dikemas dengan ukuran 25 cm x 45 cm. Kale yang sudah selesai dikemas lalu
ditata rapi dalam container untuk didistribusikan. Pendistribusian dilakukan
pada pagi hari.
(a) (b)
Gambar. 13 (a) Penimbangan Kale (b) Pengemasan Kale
3.6. Pemasaran
Kegiatan pemasaran dilakukan keesokan harinya setelah pengemasan.
Sayuran didistribusikan ke beberapa supermarket. Sayuran hidroponik dijual
16
di pasar modern karena membidik target pasar kalangan menengah ke atas.
Pada kalangan tersebut, sayuran hidroponik dapat dijual dengan harga yang
tinggi. Harga yang tinggi dikarenakan tingginya kualitas dari sayuran
hidroponik.
3.7. Kehilangan Hasil
Kehilangan hasil yang dialami perusahaan ini setiap kali panen berbeda
setiap harinya. Banyaknya kehilangan hasil disebabkan oleh sayuran yang
patah, serangan hama dan penyakit.
a. Sayuran Patah
Pemanenan yang kurang hati-hati dan terburu-buru menyebabkan sayuran
patah, sehingga harus dibuang karena tidak layak jual. Banyaknya sayuran
yang patah dapat dikurangi dengan pemanenan yang lebih hati-hati.
b. Serangan Hama dan Penyakit
Sayuran yang rusak akibat serangan hama penyakit harus dibuang untuk
menghindari penolakan konsumen karena konsumen lebih menyukai
sayuran segar yang tidak rusak akibat terserang hama dan penyakit.
Pembuangan sayuran yang terserang juga bertujuan untuk menghindari
penularan terhadap sayuran yang lain. Biasanya sampah sayuran yang
dibuang digunakan untuk bahan-bahan pembuatan kompos.
17
IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kale atau borecole (Brasicca oleraceae var. Acephala) merupakan jenis
sayur kelas dunia yang mengandung nilai nutrisi tinggi. Kale berasal dari
golongan Brasicca, layaknya kubis, brokoli dan kailan. Kata kale sendiri
berasal dari bahasa Belanda yang artinya kubis petani. Sepintas, tampilan kale
mirip dengan brokoli dan kubis. Perbedaannya, daun sejati kale tidak
berbentuk kepala. Warna daunnya hijau atau ungu kebiruan. Jenis kale dapat
dibedakan berdasarkan jenis daunnya, yaitu kale keriting dan kale left (Roni
Arifin 2016).
Produksi kale dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, suhu,
serangan hama dan penyakit serta kultur teknis (penggunaan ukuran bibit
yang beragam).
.
4.2. Saran
1. Kebersihan lahan lebih ditingkatkan agar hama dan penyakit yang
menyerang berkurang, selain itu lahan juga akan terlihat lebih bersih.
2. Perusahaan harus dapat mempertahankan kualitas agar sayuran
hidroponik dapat terus dijual dengan harga yang tinggi (premium). Selain
itu, produktivitas yang tinggi juga harus dipertahankan untuk dapat
memperoleh keuntungan sehingga usaha dapat terus berjalan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Roni A. 2016. Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Jakarta: Agromedia
[Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang]. http://www.bbpp.info [25 November
2012]
Monica van. 2009 Wensveen Canberra Organic Growers Society.
www.cogs.asn.au
Dwi, Hesti, Setyaningrum dan Saparinto C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di
Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya
KALE Ingredient of the Month Presented by ACFEF Chef & Child Foundation
and Clemson University, 12 JANUARY
Murali MR. Soundaria M. Maheswari V. Santhakumari P. Gobal V. 2011.
International Journal of Pharma and Bio Sciences “Hydroponics”. Novel
Alternative for Geoponik Cultivation of Medicinal Plants and Food Crops.
Vol 2/issue 2/April-Juni hal 4.
Budi S. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik.
Jakarta: Pustaka Mina.
Soekartawi. 2006. Analisis UsahaTani. Jakarta: UI Press.
Subiyanto. 2012. Proses Pengembangan Iptek Hidroponik Dalam Budidaya
Tanaman Semusim. Direktorat Teknologi Pertanian (BPP. Teknologi).
Sumarni N, Rosliani N. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem
Hidroponik. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yos S. 2006. Hidroponik Rakit Apung. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yos S. 2009. Hidroponik Ala Yos. Jakarta: Penebar Swadaya
top related