budidaya kelapa sawit
Post on 24-Nov-2015
207 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
BUDI DAYA KELAPA SAWIT
Oleh
SUDIRMAN YAHYA
SUWARTO
Dosen Fakultas Pertanian IPB
Bahan Kuliah
-
TIU: Setelah mengikuti kuliah
ini mahasiswa dapat
menjelaskan prinsip dan
teknis budidaya kelapa sawit
-
Pokok Bahasan:
Studi Kesesuaian Lahan
Penyediaan Bahan Tanaman
Persiapan Areal dan Penanaman
Pemeliharaan TBM
Pemeliharan TM
Panen
-
Studi Kesesuaian Lahan
Sebelum suatu lahan dibuka utk suatu
perkebunan terlebih dahulu dilakukan studi kesesuaian lahan (tanah dan iklim) berdasarkan syarat-syarat lingkungan tumbuh tanaman kelapa sawit (Tabel 1).
Tingkat kesesuaian atau kelas tanah menentukan tingkat penerapan teknik budidaya, biaya produksi dan proyeksi hasil (Tabel 2 dan 3)
-
Tabel 1. Kesesuaian Iklim untuk Kelapa Sawit
Uraian Norma Keterangan
Suhu kisaran;
rata-rata
optimum
18 32 0 C;24 28 0 C
Tumbuh baik dengan selang
suhu tersebut. Di atas atau di
bawah selang suhu tersebut,
produktivitas akan lebih rendah
karena rendahnya proses
asimilasi, gagalnya
perkembangan bunga dan
pematangan buah
Kelembaban
relatif (RH)
> 75 % Kelembaban udara yang rendah
memperlambat pertumbuhan
dan pembentukan bunga,sedang
pada kelembaban yang tinggi,
tanaman rawan terhadap
serangan penyakit
-
Uraian Norma Keterangan
Rata-rata
Curah
Hujan
Tahunan
(dengan
penyebaran
merata)
2.000 2.500 mm Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan sangat
penting karena berhubungan
dengan sifat tanaman yang
berbuah sepanjang tahun.
Fluktuasi curah hujan secara
langsung berkorelasi erat
dengan fluktuasi hasil dari
bulan ke bulan
Intensitas
Cahaya
5 7 jam/hari Kawasan dengan curah hujan yang terlalu tinggi, akan
mengurangi intensitas cahaya,
sehingga produktivitas kelapa
sawit akan rendah.
-
Tabel 2. Kriteria Lahan Untuk Budidaya Kelapa Sawit
menurut Kelasnya (Berdasarkan Sifat Fisik Tanah dan Iklim)
Iklim & Sifat
Fisik Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(Kelas I)
Sedang
(Kelas II)
Kurang
Baik
(Kelas III)
Tidak Baik
(Kelas IV)
Tinggi (m
dpl)
25 200 200 300 300 400 400
Topografi Datar berombak
Bergelom
bang
Berbukit Curam
Lereng (%) 0 15 16 25 25 36 > 36
-
Iklim & Sifat
Fisik Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(Kelas I)
Sedang
(Kelas II)
Kurang Baik
(Kelas III)
Tidak Baik
(Kelas IV)
Solum (cm) > 80 80 60 80 < 60
Dalam Air (cm) > 80 60 80 50 60 40 50
Tekstur Lempung
+ liat
Lempung
+ pasir
Pasir +
lempung
+ liat
Pasir
-
Iklim & Sifat
Fisik Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(Kelas I)
Sedang
(Kelas II)
Kurang
Baik
(Kelas III)
Tidak Baik
(Kelas IV)
Organik
(cm)
5 10 5 10 5 10 < 5
Batuan Dalam Dalam Dalam Menghambat pertumbuhan
akar
Erosi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit
-
Iklim & Sifat
Fisik Tanah
Kriteria Lahan
Baik
(Kelas I)
Sedang
(Kelas
II)
Kurang
Baik
(Kelas III)
Tidak Baik
(Kelas IV)
Drainase Baik Baik Agak baik Agak baik
Banjir Tidak ada Tidak
ada
Tidak ada Sedikit
Pasang Surut Tidak ada Tidak
ada
Tidak ada Sedikit
-
Tabel 3. Standar Jumlah dan Bobot Tandan DxP
Pusat Penelitian Marihat Menurut Umur dan Kelas
Lahan
Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
3 21 3 9 16 3 7 14 3 6 14 2 5
4 20 6 17 20 5 15 20 5 13 19 4 10
5 48 8 21 18 7 19 18 6 16 17 6 14
6 17 10 25 17 9 22 17 8 19 16 7 16
7 16 12 28 16 11 25 16 10 23 15 9 19
8 15 14 30 15 13 27 15 12 25 14 11 22
9 13 16 30 13 15 27 13 13 25 12 13 22
-
Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan Dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
10 12 18 30 11 17 27 11 16 25 10 15 22
11 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
12 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
13 10 20 30 10 19 27 10 17 25 9 17 22
14 8 23 27 8 22 25 8 20 23 8 18 21
15 8 23 27 8 22 25 8 20 23 8 18 21
16 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20
17 7 26 25 7 24 24 7 22 22 7 20 20
18 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19
-
Umur
(tahun)
Klasifikasi Lahan dan Produksi
I II III IV
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
T R
B
T
T
B
S
18 6 28 24 6 26 22 6 23 20 6 22 19
20 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18
21 5 30 22 5 29 21 5 27 19 5 25 18
22 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16
23 5 31 20 5 27 19 5 24 17 5 22 16
24 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15
25 4 35 18 4 30 17 4 28 16 4 26 15
Rata-
rata
9 20 24 9 18 22 9 16 20 9 15 18
-
Keterangan :
T = Jumlah tandan/pokok/tahun
RBT = Rata-rata bobot satu tandan
TBS = Tandan Buah Segar (ton/ha/ tahun)
Sumber : PPKS, Medan (1997).
-
PENYEDIAAN BAHAN TANAMAN
Kriteria bibit kelapa sawit
Kriteria bibit yang baik meliputi:
Kualitas : Germinated Seed (GS) atau kecambah bersertifikat yang dikeluarkan lembaga yang dipilih pemerintah yaitu Pusat Penelitian Marihat, BPP Medan dan PT. Socfindo Indonesia karena menyediakan bibit siap salur yang superior.
Hati-hati terhadap penjualan bibit yang tidak jelas asal-usulnya atau bersertifikat palsu atau bibit sapuan dari kebun produksi.
-
Kriteria bibit kelapa sawit
Kuantitas : Pemesanan bibit harus dilakukan 1 tahun dari penanaman karena mengantisipasi permintaan yang banyak dari semua kebun.
Produsen bibit bersertifikat menerima pemesanan dalam partai besar, biasanya dalam jumlah ratusan ribu untuk areal yang luas. Bagi perkebunan rakyat permintaan sebaiknya secara berkelompok atau melalui koperasi.
-
Varietas hibrida hasil perbanyakan secara generatif. Dura x Pisifera atau
Tenera
Sejak tahun 1990 telah mulai diuji lapangan 16 klon sebagai varietas hasil
perbanyakan secara vegetatif (melalui
kultur jaringan).
-
Saat ini terdapat 26 persilangan DXP alternatif bibit hasil pengembangan teknologi pembibitan yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara komersial; 12 jenis diantaranya tertera pada Tabel 2. Pengembangan varietas unggul baik secara generatif maupun secara vegetatif telah mulai digunakan teknik bioteknologi (kultur jaringan).
Produsen bibit lainnya : Sinarmas Group, Asian Agri Group, Sampoerna Group dll.
-
Tabel 5. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit
UnggulVarietas Umum Panen
(Bulan)
TBS
(ton/ha/Th)
OER (%) CPO
(ton/ha/Th)
PKO
(ton/ha/Th)
SP 1 30 23 25 23 26 5,8 6,5 0,49
SP 2 30 24 27 23 25 6,2 6,7 0,51
Dolok
Sinumbah
30 23 24 23 25 5,5 6,7 0,56
Bah Jambi 30 22 24 23 26 5,8 6,7
Marihat 30 24 25 23 2 5 6,2 6,4 0,54
RISPA 30 24 27 23 26 5,3 5,5 0,54
La Me 30 27 23 26 5,3 5,9 0,60
Yangambi 30 25 28 23 26 5,3 5,5 0,62
SOCFIN 24 28,8 28,7 7,8 1,10
Bah Was 26 30 25 30 23 26 6,2 7,8 -
LONSUM - 27,5 27,8 4,124,3 6,7 -
AMI 24 27,07 > 25 9,7 -
Keterangan : OER : Oil Extraction Rate
Sumber : PPKS, PT. SOCFIN dan PT. LONSUM (2000)
-
Produsen2006 2007
Potensi Realisasi*) Potensi Ekspektasi *)
PPKS 40.000.000 27.000.000 40.000.000 40.000.000
PT Socfindo 40.000.000 37.000.000 36.000.000 33.000.000
PT LONSUM 14.000.000 13.000.000 15.000.000 12.000.000
PT BSM 17.000.000 10.000.000 17.000.000 17.000.000
PT Dami Mas 12.000.000 4.000.000 20.000.000 8.000.000
PT TYE 6.000.000 4.000.000 7.000.000 5.000.000
PT TS 2.000.000 0 2.000.000 1.000.000
ASD 0 1.700.000 0 ??
PNG 0 0 0 ??
MALAYSIA 0 1.600.000 0 ??
TOTAL 131.000.000 98.300.000 137.000.000 116.000.000
Sumber: FKPB-KS, Nov 2006
-
DAMI MAS
SOCFINDO LM & YA
BAH LIAS
SRIWIJAYA 1
SRIWIJAYA 2
SRIWIJAYA 3
SRIWIJAYA 4
SRIWIJAYA 5
TOPAZ 1
TOPAZ 2
TOPAZ 3
TOPAZ 4
BAH JAMBI
AVROS
D SINUMBAH
SP-1
SP-2
YANGAMBI
MARIHATLAME
TANIA SELATAN 1-3
-
PEMBIBITAN
Seleksi Lokasi Pembibitan:
Beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh calon lahan antara lain :
1. Dekat dengan sumber air dan bebas dari banjir.
2. Datar sampai agak bergelombang.
3. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau
4. Tanahnya cukup top soil, subur dan gembur.
5. Letaknya berdekatan dengan sumber tenaga kerja.
6. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman.
7. Saluran air
-
Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery) dan
Pembibitan Utama (Main Nursery)
Pembibitan Pendahuluan (Pre Nursery)Petakan bedengan pesemaian/pembibitan pendahuluan berukuran 8 m x 11,2 m, dalam satu satuan naungan terdapat 4 6 petakan. Setiap petakan memuat 1 000 bibit(kecambah).
Kecambah ditanam dalam kantong plastik berukuran 14 cm x 22 cm dengan tebal 0,1 mm. Sebelum kecambah ditanam kantong plastik tersebut dilubangi dengan diameter 0,5 cm sebanyak 12 lubang.
-
Tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah berasal dari lapisan atas (top
soil).
Tanah tersebut terlebih dahulu disaring dengan saringan kurang lebih 1 cm.
Satu hari sebelum waktu penanaman, kantong plastik yang telah berisi tanah
disiram agar pada waktu penanaman dapat
dipadatkan.
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penjarangan naungan.
# Penyiraman dilakukan dua kali satu hari jika
tidak ada hujan.
# Pemupukan dengan menggunakan urea atau
pupuk majemuk dengan dosis 2 g/liter air.
# Setelah bibit berumur 2,5 3 bulan naungan perlu dihilangkan, agar bibit dapat beradaptasi.
# Demikian pula seleksi di persemaianpendahuluan
dimulai saat tanaman berumur 2,5 3 bulan.
-
Pembibitan Utama (Main Nursery)
Pekerjaan yang perlu segera dipersiapkan di pembibitan utama adalah penyediaan air untuk penyiraman, pemasangan pipa saluran air 2 3 bulan sebelum bibit dipindahkan ke pembibitan utama. Jarak tanam di pembibitan utama 85 cm x 85 cm x 85 cm, sistem segitiga sama sisi.
Kantong plastik yang digunakan berukuran 40 cm x 50 cm dengan tebal 0,2 mm, dibuat lubang perforasi berdiameter 0,5 cm dengan jarak 5 cm x 10 cm. Tanah yang digunakan berasal dari lapisan tanah atas.
-
Persiapan Penanaman dan Menanam
Ukuran dan mutu polybag
Polybag yang digunakan berwarna hitam, dengan ukuran 50 cm x 40 cm dengan ketebalan 0,2 mm.
Mutu plastik untuk polybag harus yang baik, sehingga sampai dengan 12 bulan di lapangan polybag masih cukup kuat, tidak pecah untuk menahan perlakuan-perlakuan selama pemindahan bibit ke lapangan.
-
Membuat lubang polybag
Jumlah lubang pada setiap polybag 36 buah dengan diameter 0,3 cm
Lubang tersusun dibuat sebagai berikut:
- Setiap polybag terdiri atas 3 baris lubang yang per baris terdiri 6 lubang.
- Jarak antar baris 10 cm dan paling bawah diambil 5 cm dari tepi bawah sehingga bila polybag dibuka dan diisi tanah, lubang terbawah menjadi lubang di dasar polybag.
- Jarak lubang dalam barisan 5 cm.
- Lubang pertama dan terakhir 5 cm dari tepi plastik.
-
Penanaman dalam kantung plastik caranya dengan membuat lubang tanam sebesar kantung plastik di pesemaian pendahuluan dengan menggunakan alat ponjo.
Kantung plastik kecil diiris dengan silet pada kedua belah sisinya , dijaga agar bulatan tanah tidak pecah. Bibit beserta tanah yang dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dan ditempatkan pada posisi yang baik.
-
Pemeliharaan tanaman di Main Nursery
Penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit serta seleksi bibit.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) jika curah hujan kurang dari 10 mm.
Penyiangan dilakukan terhadap gulma di dalam kantong plastik dan di petakan pembibitan. Pada saat
penyiangan sekaligus dilakukan penggemburan tanah.
Rotasi penyiangan dilakukan dua minggu sekali.
-
Pemupukan bibit di pembibitan utama dilakukan dua minggu setelah pemindahan dari persemaian pendahuluan.
Pemberian pupuk selang dua minggu, caranya pupuk ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah dalam kantong plastik, pupuk jangan sampai mengenai leher batang bibit.
Rekomendasi pemupukan di pembibitan utama disajikan pada Tabel 6.
-
Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan dan
Pembibitan Utama K S
Umur
(minggu)Dosis (gram/pohon) Total
CampuranUrea
(N)
RP
(P)
MOP
(K)
Kieserite
(Mg)
18, 20 1,82 1,36 1,36 0,46 5,0
22, 24, 28 3,64 2,73 2,73 0,90 10,0
30, 32, 34, 36 5,45 4,09 4,09 1,37 15,0
38, 40, 42, 44 7,27 5,45 5,45 1,83 20,0
46, 48 10,91 8,17 8,17 2,75 30,0
-
Perhitungan Kebutuhan Bahan Tanaman.
1. kerapatan tanaman di lapang untuk 1 ha = 136 pohon/ha
2. sulaman 10 % sehingga jumlah bibit diperlukan 150 pohon/ha
3. jumlah bibit afkir di main nursery sekitar 20 %(serangan hama/penyakit, tumbuh kurang baik dan rusak dalam pengangkutan)
4. seleksi awal pre nursery diperkirakan 15%
5. dalam 1 ha main nursery (pembibitan utama) menghasilkan bibit 16.400 bibit. Jumlah ini diperkirakan cukup untuk 100 ha penanaman di lapangan.
6. Pengelolaan pembibitan secara berkelompok lebih menghemat lahan dan biaya pemeliharaan daripada dilakukan sendiri-sendiri per petani.
-
Seleksi bibit
Untuk mendapatkan bibit yang baik dan mengurangi biaya pemeliharaan di pembibitan
utama.
Bibit yang diafkir (dibuang) adalah bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan
batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari
pelepah tua, bibit tumbuh lemah, terserang
penyakit dengan intensitas berat, bentuk anak
daun tidak sempurna.
Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 8 bulan dan pada saat dipindahkan ke lapangan.
-
PERSIAPAN AREAL DAN PENANAMAN
Kegiatan terdiri atas :
A.MERINTIS DAN MENGUKUR,
B.PEMBUKAAN AREAL,
C.PEMBERANTASAN ALANG-ALANG,
D.PENANAMAN PENUTUP TANAH,
E.PENGAJIRAN,
F.PEMBUATAN PETAKAN,
G.PEMBUATAN LUBANG TANAM.
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, biasanya
dilakukan pembuatan jalan (MR dan CR) dan sarana
penunjang lainnya.
-
A. MERINTIS DAN MENGUKUR
Kegiatan survei di lapangan untuk
mengetahui :
bentuk areal, batas-batas areal, topografi
tanah, jenis vegetasi dan keadaan
lapangan lainnya sebagai pedoman perencanaan kegiatan selanjutnya dalam
bentuk peta yang lebih terinci daripada
peta dasarnya.
-
B. PEMBUKAAN AREAL
1. Tebas-babat : Kegiatan pertama
pembukaan areal adalah tebas-babat
semak belukar dan pepohonan yang
berdiameter < 5 cm, bertujuan
membersihkan areal sehingga tahap
kegiatan selanjutnya dapat dilakukan
dengan lebih mudah
-
2. penebangan pepohonan dengan gergaji mesin (chain-shaw), gergaji tangan dan kapak.
3. Pemotongan batang dan perancahan dahan dan ranting
4. Perumpukan dahan dan ranting yang telah kering
5. Pembongkaran tunggul pohon jika perlu dan mungkin
6. Metode tanpa bakar : perumpukan dan bongkar tunggul secara mekanisasi (alat-alat berat dozer dan excavator).
-
C. PEMBERANTASAN ALANG-ALANG
Areal yang terbuka merangsang pertumbuhan alang-alang yang cepat perlu pengendalian alang-alang sedini mungkin.
secara kimiawi dengan menggunakan herbisida secara mekanis dengan menggunakan bajak
dan garu.
Dowpon-M dan Roundup merupakan contoh herbisida yang sering digunakan. Selang antar aplikasi masing-masing tiga minggu. Biasanya pada aplikasi terakhir, penyemprotan dilakukan secara spot.
-
D. PENANAMAN PENUTUP TANAH
Untuk mencegah erosi permukaan serta pertumbuhan alang-alang. Pada keadaan demikian perlu dilakukan penanaman tanaman penutup tanah (LCC).
Penanaman penutup tanah (benih dengan dosis 14 kg/ha):
4 kg Pureria javanica (PJ),
6 kg Calopogonium mucunoides (CM)
4 kg Centrosema pubescent (CP)
-
Penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem larikan
1. dengan mencangkul dangkal sedalam mata garu
( 5 - 10 cm)
2. Benih ditabur dalam larikan tersebut, kemudian
ditimbun kembali.
Pemeliharaan tanaman penutup tanah:
1. pemupukan dan
2. pemurnian tanaman penutup tanah dengan cara
membersihkan dari gulma yang dilakukan secara
manual. Pemurnian dilakukan secara intensif terutama
pada saat tanaman penutup tanah belum menutup
sempurna.
-
E. PENGAJIRAN
Untuk mendapatkan pertanaman yang teratur, sebelum penanaman bibit di
lapangan dilakukan pengajiran. Hal ini
berguna dalam menentukan di mana bibit
akan ditanam serta di mana jalan dan
sarana lainnya akan dibuat
Jarak tanam, jarak antar baris dan kerapatan tanaman per ha pada Tabel 7.
-
Tabel 7. Kerapatan Tanaman pd Sistem
Tanam Segi Tiga Sama Sisi
Jarak tanam (m) Jarak antar baris
(m)
Kerapatan
tanaman/ha
8.8 x 8.8 x 8.8 7.62 150
9.0 x 9.0 x 9.0 7.79 143
9.2 x 9.2 x9.2 7.97 136
9.5 x 9.5 x 9.5 8.23 128
10.0 x 10.0 x10.0 8.67 116
-
F. PEMBUATAN PETAKAN
Pada areal yang merupakan tebing-tebing yang cukup terjal, untuk mengurangi erosi, dibuat sistem teras :
teras individu dan teras bersambung.
-Teras individu berbentuk tapal kuda dengan panjang 4 m dan lebar 3 m dengan ujung berbentuk setengah lingkaran (Gambar 3). -Teras bersambung umunya dibuat dengan mengikuti garis kontur denga jarak antar kontur sekitar 2 m.
-
Teras individu merupakan petakan di mana bibit akan ditanam.
Petakan dibuat dengan jalan mencangkul (menggali tanah sebelah
atas ajir dan ditimbunkan ke bagian
bawahnya, sehingga dapat terbentuk
tanah yang datar (Gambar 4).
-
G. PEMBUATAN LUBANG TANAM
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat pada ajir-ajir
Lubang tanam berukuran
60 cm x 60 cm x 60 cm pada segitiga atas
40 cm x 40 cm x 40 cm pada bagian dasarnya
kedalaman 60 cm.
-
H. PENANAMAN BIBIT
1. Seminggu sebelum tanam dilakukan
pemutusan akar-akar bibit yang keluar dari
kantung plastik.
2. Dasar kantung plastik dan salah satu pinggirnya
ditoreh dengan pisau atau silet.
3. Dimasukkan bersama-sama ke dalam lubang
tanam. Setelah berada di lubang tanam,
kantung plastik dilepaskan secara hati-hati dan
dikeluarkan dari lubang tanam.
-
4. Penimbunan secara bertahap, sub soil
kemudian top soil. Tanah di sekitar bibit
dipadatkan dengan cara menginjak-injak
dengan hati-hati. Leher akar diusahakan tepat
berada pada permukaan tanah
5. Pada saat penanaman dilakukan pemupukan
dengan pupuk Rock Phosphate (RP)
sebanyak 500 gram/lubang tanam. Setengah
bagian dimasukkan ke dasar lubang dan
sisanya dicampur dengan top soil.
-
PEMELIHARAAN
Sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian HPT, pengendalian gulma,
kastrasi, penunasan, pemanfaatan limbah
-
PEMUPUKAN
Strategi pemupukan: Tepat jenis (memilih kombinasi jenis pupuk
berdasarkan komposisi unsur hara utama & tambahan; memilh berdasarkan sifat kelarutan dan sifat tanahnya).
Tepat waktu & frekuensi (ditentukan oleh iklim/ CH, sifat fisik tanah, logistik pupuk, adanya sifat sinergis & antagonis antar unsur hara
Tepat cara (ditentukan berdasarkan jenis pupuk, umur tanaman, jenis tanah)
Tepat dosis (pd TBM vs TM; diagnosis visual dan secara kimia, yakni analisis tanah, analisis daun )
- Pemanfaatan limbah sbg penyedia hara.
-
PEMUPUKAN
Penetapan dosis: TBM berdasarkan analisis tanah dan umur tan.(utk
meningkatkan pertumbuhan vegetatif)
TM berdasarkan analisis daun (utk produksi buah)
Jenis pupuk tunggal, majemuk, slow release; organik (terutama limbah) & anorganik
- Cara melalui tanah (tebar, larikan), melalui daun, ketiak pelepah, akar (infus)
- Penentuan waktu dan frekuensi menurut iklim (c.hujan), tanah, pengadaan pupuk, sifat sinergis & antagonis antar unsur hara
-
Cara pemupukan :
1.Penyebaran secara merata pada lingkar luar dan dalam batang (lihat gambar)
2.Penempatan pupuk pd jalur lingkaran
3.Penempatan pupuk pd larikan (lubang memanjang) mengelilingi pokok dan pupuk dibenamkan dalam larikan yg ditimbun lg dg tanah
4.Pemupukan melalui daun
5.Pemupukan melalui ketiak pelepah (pupuk Borate, pada daun ke-9 spi ke-17 )
6.Pemupukan melalui infus akar (unsur mikro).
-
: pohon kelapa sawit : pohon kelapa sawit
: daerah penyebaran pupuk N : daerah penyebaran P, K, Mg
Gambar : Penyebaran pupuk N, P, K, dan Mg pada piringan KS
TM
Jari-jari
Piringan
0.50 m
1.00 m
2.75 m
-
Faktor Biotik : Hama, Penyakit dan Gulma
Jenis Hama, Tingkat Kepentingan dan Kemudahan Diatasi
Hama yang umumnya menyerang tanaman kelapa sawit adalah serangga. Tabel 8 berikut ini merupakan jenis hama yang umum menyerang kelapa sawit dan cara menanggulanginya.
Berbagai jenis hama tersebut dapat dengan cepat tersebar dari suatu areal kebun ke areal lainnya. Keadaan yang demikian menghendaki adanya upaya pengendalian hama secara berkelompok dari petani-petani sehamparan.
-
Tabel 8. Jenis Hama dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Hama Cara Menanggulanginya
1 Serangga (kumbang malam,
kutu daun, belalang
dan ulat api) pada tahap
pembibitan
Menggunakan
insektisida
dengan sangat hati-
hati karena bibit peka
terhadap bahan-bahan
kimia
2 Mammalia, seperti landak
(Porcupine), gajah, babi
dan tikus pada tanaman muda
dan pohon dewasa
Dengan pestisida,
mekanis, biologis
(burung hantu utk tikus)
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
-
Jenis Penyakit, Tingkat Kepentingan
Penyakit, patogen penyebab, gejala dan cara menanggulangi disajikan pada Tabel 9
-
Tabel 9. Jenis Penyakit dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Penyakit Gejala Cara Menanggulangi-
nya
1 Anthracnose Daun membusuk, berwarna
kelabu dan sangat rapuh
Fungisida
2 Helminthosporium Bercak pada daun Fungisida
3 Phytopthora Daun berwarna kecoklatan Fungisida
4 Rhizotonia sp. Dan
Phytium
sp.
Warna daun berubah menjadi
coklat kemerahan seperti
terbakar dan akar busuk
Fungisida
5 Botiodiplodia sp.,
Glomaerella
singulata,
Melacoiem elaedis
(Anthracnose)
Menyerap daun (bercak daun
hijau)
Fungisida
6 Culvularia sp.,
Helminthosporium
sp.
Bercak daun/black spot Fungisida
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
-
Jenis Gulma Dominan dan
Pengendaliannya
Gulma yang biasa sukar diatasi pada
tanaman kelapa sawit umumnya adalah
alang-alang dan pakis-pakisan. Jenis-
jenis gulma dan cara
menanggulanginya selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 10.
-
Tabel 10. Jenis Gulma Dominan dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Gulma Cara Menanggulanginya
1. Alang-alang, cynodon,
cyperus dan beberapa
jenis rumput-rumputan
(berdaun sempit)
Secara manual dengan babat
tangan dan kored dan
secara kimia dengan
herbisida.
Jenis herbisida yang
digunakan
disesuaikan dengan kelompok
disesuaikan dengan kelompok
spesies pada areal yang
sangat luas.
2. Mikania micrantha,
Eupathorium odoratum,
Boreraria alata (berdaun
lebar)
3. Paku-pakuan
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
-
Tabel 11. Perkembangan Bunga Betina
dan Tandan Kelapa Sawit
Umur Setelah
Seludang
Terbuka
Keadaan Bunga/Tandan Daging Buah
10 hari Bunga anthesis Belum ada
1 bulan Buah kecil terbentuk
pada tandan
Putih kehijauan
lunak berair
2 bulan Tandan muda Putih kehijauan
3 bulan Tandan muda Kuning kehijauan
4 bulan Tandan mentah Kuning kemerahan
5 bulan Hampir masak Kuning kemerahan
Sumber : PTPN VII (1993)
-
Kastrasi : Membuang bunga
Keuntungan kastrasi pada tanaman kelapa sawit antara lain :
1. Merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghemat penggunaan unsur hara dan air.
2. Menyeragamkan pembungaan.
3. Menciptakan kondisi tanaman yang bersih sehingga dapat mengurangi serangan penyakit busuk buah.
Kastrasi masih dilakukan sampai sekitar 6 bln sebelum panen pertama
-
Tabel 12. Bobot Tandan Rata-rata
Menurut Umur Tanaman
Umur (tahun) Bobot Tandan (kg)
4 4 5
5 6 7
6 7 8 9
8 9 10 11
10 12 15
11 13 17
14 15 18
16 17 20
18 19 22
20 21 25
22 23 22
24 25 20
Sumber : PTPN. VII (1993)
-
Tabel 13. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menurut
Umur Tanaman dalam Kondisi Kebun Percobaan
Balit Marihat
Umur Di
Lapangan
(Tahun)
Produksi
TBS
(ton/ha/
Thn)
Rendemen
Minyak
Sawit (%)
Produksi
Minyak
Sawit
(kg/ha/Thn)
Minyak Inti
Sawit
Rende
men
(%)
4 8 15 1.280 2,5 200
5 15 18 2.700 3,0 450
6 17 19 3.230 3,5 595
7 18 21 3.780 3,5 630
8 20 22 4.400 2,5 700
9 21 23 4.830 3,5 735
10 23 23 5.290 2,5 805
-
Umur Di
Lapangan
(Tahun)
Produksi
TBS
(ton/ha/
Thn)
Rendemen
Minyak
Sawit (%)
Produksi
Minyak
Sawit
(kg/ha/Thn)
Minyak Inti Sawit
Rende
men
(%)
11 25 23 5.750 3,5 875
12 26 23 5.980 3,5 910
13 30 23 6.900 3,5 1.050
14 30 23 6.900 3,5 1.050
15 30 23 6.900 3,5 1.050
16 30 23 6.900 3,5 1.050
17 29 23 6.670 3,5 1.015
-
Umur Di
Lapangan
(Tahun)
Produksi
TBS
(ton/ha/
Thn)
Rendemen
Minyak
Sawit (%)
Produksi
Minyak
Sawit
(kg/ha/Thn)
Minyak Inti Sawit
Rende
men
(%)
18 28 23 6.440 3,5 980
19 28 23 6.440 3,5 980
20 25 23 5.750 3,5 875
21 23 23 5.290 3,5 805
22 20 23 4.600 3,5 700
23 18 23 3.760 3,5 630
24 18 23 3.680 3,5 560
25 18 23 3.680 3,5 560
Sumber : PTPN. VII (1993)
-
Beberapa gejala visual tanaman yang tumbuh tidak
normal di lapangan dan perlu disulam antara lain
1. Pertumbuhan pelepah daun berputar (twisted frond).
2. Tanaman memperlihatkan gejala bercak oranye (orange spotting).
3. Helaian daun melengkung berputar ke bawah, sebagian daunnya membusuk.
4. Susunan anak daun pada pelepah sempit memanjang (narrow leaves).
5. Susunan anak daun sangat rapat seperti sirip ikan.
6. Pohon kerdil atau kurus akibat terserang penyakit.
7. Tanaman bertunas atau bercabang (Viviparous).
8. Anak daun keriting-kusut (Wrinckled).
-
Penunasan dilakukan
dengan tujuan :1. Sanitasi tanaman untuk mencegah serangan
cendawan Marasmius sp, tikus dan tumbuhnya pakis.
2. Menghindari tersangkutnya brondolan.
3. Memudahkan pengamatan terhadap buah matang.
4. Memperlancar proses penyerbukan alami.
5. Merangsang pembungaan dan perkembangan buah.
6. Memudahkan pelaksanaan panen.
-
Tabel 14. Rotasi dan Tingkat Penunasan
Kelapa Sawit di Kebun Kertajaya
Umur
Tanaman
Tingkat Penunasan Rotasi Daun yang
ditinggal
15 bl 2 th 15 cm di atas tanah 6 bl Maks.
2 3 th 2 lingkaran pelepah di bawah tandan terbawah
6 bl Maks.
3 5 th 2 lingkaran pelepah di bawah tandan terbawah
8 bl Maks.
5 10 th 2 lingkaran pelepah di bawah tandan terbawah
8 bl Maks.
10 th 2 lingkaran pelepah di
bawah tandan terbawah
8 bl Maks.
-
Tabel 15. Tingkat Kematangan Buah
pada Tanaman Kelapa Sawit
Fraksi Jumlah Berondolan Yang Lepas Derajat Kematangan
00 Buah yang masih berwarna hitam *) dan belum
ada yang memberondol
Sangat mentah
0 Buah sudah berwarna merah/orange dan buah
luar sudah memberondol 1 sampai 12,5 %
Mentah
1 Buah luar sudah memberondol 12,5 sampai 25
%
Hampir matang
2 Buah luar sudah memberondol 25 sampai 50 % Matang
3 Buah luar sudah memberondol 50 sampai 70 % Matang
4 Buah luar sudah memberondol 75 sampai 100 % Lewat matang
5 Bagian dalam buah sudah ikut memberondol Lewat matang
Sumber : Pedoman Teknis No. 40 tahun 1984, PPM Medan
-
PANEN
Persiapan panen
Organisasi panen
Kriteria matang panen
Kerapatan panen
Rotasi panen
Kapasitas panen
Premi panen
Pengawasan panen
-
Pemanenan kelapa sawit
Memotong tandan buah masak, memungut brondolan serta mengangkut
buah dan brondolon ke tempat
pengumpulan hasil (TPH)
Buah dan brondolan yg terkumpul di TPH diangkut ke pabrik untuk diolah
-
Persiapan panen
Persiapan kondisi areal
1. Mutasi TBM ke TM
2. Perbaikan jalan dan jembatan
3. Pemangkasan daun dan buah pasir
4. Pembersihan piringan, pasar tikus dan rintis malang/tengah; satu pasar/jalan tikus/pikul selebar 1 m searah dgn arah barisan tanaman utara-selatan utk setiap 2 barisan tanaman.
5. Pemasangan titian panen
6. Pembuatan TPH (3 m x 5 m utk areal 2 ha)
7. Pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda utk areal berbukit
-
Persiapan panen
Penyediaan tenaga kerja
Kebutuhan tenaga panen harus mengacu pada kebutuhan tenaga pd saat panen puncak
Peralatan kerja berbeda berdasarkan tinggi tanaman:
Alat potong TBS (dodos kecil dan besar, pisau & bambu egrek, batu asah, kapak)
Alat bongkar muat (gancu, tojok)
Alat angkut TBS ke TPH (angkong, keranjang, goni, pikulan)
-
Kebutuhan tenaga pemanen dan faktor-faktor penentu:
T = A x C x D x E
B
T = tenaga pemanen (HK)
A = luas kapel (ha); luas kebun yang harus dipanen tiap
hari (tergantung luas kebun dan rotasi)
B = kapasitas panen (kg/orang/hari)
C = kerapatan panen (%)
D = Rata-rata bobot tandan (kg)
E = tanaman per ha
Kapasitas panen tergantung kepada kerapatan panen
dan keadaan lahan (topografi) tempat panen
-
Organisasi panen
Jumlah tenaga potong buah per mandoran 20 25 org. Jumlah mandoran per afdeling 1 000 ha, maks tiga mandoran.
Mandor panen menentukan hanca setiap pemanen (jika sistem hanca tetap)
Sistem penghancaan panen ada tiga:(1) hanca giring murni, (2) hanca giring tetap per mandoran, (3) hanca tetap
Hanca: areal panen yang hrs dipanen oleh pemanen
-
Kriteria Panen
Suatu areal dpt dipanen jika:
60% dr seluruh pokok yg hidup dlm areal sdh mencapai matang panen
Sebagian buah sdh membrondol secara alamiah, dan
Bobot tandan rata-rata sdh mencapai 3 kg
-
Kriteria mutu buah dan potong buah
Kualitas potong buah dan kualitas buah kualitas pekerjaan panen, pengawasan, pemeriksaan hasil panen
Buah dikatakan masak jika terdapat dua brondolon yg lepas per kg TBS
Kriteria matang panen pd Tabel 16; hubungan tingkat kematangan dan mutu
buah pada Tabel 17
-
Tabel 16. Tingkat kematangan buah pada tan. KS
Fraksi brondolan lepas Derajat kematangan
00 Buah masih berwarna hitam, belum ada yg
membrondol
Sangat
mentah
0 Buah sdh merah/jingga dan buah luar sdh
membrondol 1 12.5 %Mentah
1 Buah luar sdh membrondol 12.5 - 25 % Hampir
matang
2 Buah luar sdh membrondol 25 50 % Matang
3 Buah luar sdh membrondol 50 75 % Matang
4 Buah luar sdh membrondol 75 100 % Lewat matang
5 Buah bagian dalam buah sdh ikut
membrondol
Lewat
matang
Sumber : Pedoman Teknis No.40, 1984, PPM Medan
-
Tabel 17. Hubungan Fraksi Buah dengan Kadar
Minyak dan Asam Lemak Bebasnya
Fraksi Kadar Minyak Rata-rata (%) Kadar ALB Rata-rata
(%)
0 10,0 1,6
1 21,4 1,7
2 22,1 1,8
3 22,2 2,1
4 22,2 2,6
5 21,9 3,8
Sumber : Pedoman Teknis No. 40 Tahun 1984, PPM Medan
-
Kerapatan panen
Kerapatan panen : perkiraan jumlah pohon yg dapat dipanen dr seluruh pohon yg ada dalam
blok, dihitung secara acak dari sejumlah pohon
tertentu dalam blok tsb
Pekerjaan tsb disebut taksasi produksi
Pohon yg dpt dipanen, dg kriteria 2 brondolan per kg tandan buah sdh jatuh ke tanah, diamati
utk semua pohon contoh.
Taksasi produksi penyediaan TK dan angkutan buah
-
Rotasi panen
Rotasi panen : selang waktu antara satu panen dan panen berikutnya dalam satu kapel panen
tertentu.
Kapel : luasan areal yg dipanen dalam sekali panen oleh bbrp pemanen. Setiap afdeling
biasanya dibagi menjadi bbrp kapel yg panen, yg
jumlahnya sesuai dengan jumlah hari panen dalam
satu rotasi panen.
Contoh rotasi 3/7 3 kapel, masing2 dipanen seminggu sekali.
Tergantung pada kelimpahan buah
-
Sistem panen
Dua sistem panen yg dipakai : sistem giring penuh dan sistem hanca tetap.
Pengertian :
gawangan ruang yg berada di antara dua baris tanaman dan
hanca : luasan areal yg dipanen oleh seorang pemanen dalam sekali panen
Pada`sistem hanca tetap, pemanen diberi hanca dg luasan tertentu dan tidak berpindah-pindah utk
panen berikutnya.
-
Pelaksanaan panen dan pengumpulan hasil
Lazimnya pemikul buah adalah pemanen yg memotong tandan buah
Untuk memudahkan potong buah pelepah daun di bawah buah dipotong terlebih
dahulu (songgo satu atau songgo dua)
Semua brondolan dikumpulkan
Buah dan brondolan diangkut ke TPH,
Selanjutnya buah dan brondolan diangkut ke pabrik utk diolah
-
Premi panen
Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan melebihi
target yang harus dipanen oleh seorang
pemanen
Bertujuan meningkatkan mutu hasil panendan pendapatan karyawan sesuai dengan
jumlah dan mutu hasil yang diperoleh.
-
Pengawasan panen
Beberapa hal yg perlu mendapat perhatian:
1. Terdapatnya tandan matang yg tdk dipanen
2. Terpotongnya tandan mentah
3. Pemungutan brondolan
4. Terdapatnya TBS panenan dg tangkai panjang
5. Tandan busuk atau tandan kosong agar tdk dikirim ke pabrik
6. Panenan sedikit mungkin terkontaminasi tanah
7. Pemotongan dan pengaturan daun
8. Koordinasi yg baik dengan petugas transpor TBS
-
PENGOLAHAN HASIL
Buah menjadi CPO (crude palm oil) atau minyak sawit dan PKO (palm kernel oil)
atau minyak inti sawit
top related