documentbj
Post on 15-Feb-2015
69 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara
massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi
rapat jenis tidak memiliki satuan.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon
farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian
dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot
jenis maka percobaan ini dilakukan.
I.2 Tujuan Praktikum
Menentukan kerpatan Bulk, kerapatan Mampat, dan kerapatn sejati dari asam
borat dan menentukan bobot jenis dari sirup (Marjan Melon), alkohol 70%, gliserin,
dan minyak dan dengan menggunakan piknometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Rapat jenis (specific
gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu
(biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o, 4o,4o). Untuk bidang farmasi biasanya
25o/25o (Anonim, 2008).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250 terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,
dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 250C (Ditjen POM,1995 ; 1030).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah
diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau
udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai
standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Hermann J.Roth, 1988).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu
40C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel H.C, 1989 ; 65).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu,
dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)
(Martin, A., 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi;
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat
lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, A.,
1993).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis
yaitu : (Lachman, 1994 ; 77)
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi
termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan
relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk
pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan
farmasi (R. Voigt, 1994 ; 464-465).
Metode penentuan untuk cairan (R. Voigt, 1994 ; 466) :
Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes
yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung
pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan
dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-
Westphal adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala
(timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung
gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H.,
1985).
II.2 Uraian Bahan
1 Asam Borat(FI III ; 49)
Nama Resmi : Acidum Boricum
Nama Lain : Asam Borat
RM/BM : H3BO3 / 61,83
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik
mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak
berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian
manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian
air mendidih. Dalam 16 bagian etanol (95%)
P dan dalam 5 bagian gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
2 Air suling (FI III ; 96)
Nama Resmi : Aqua destillata
Nama Lain : Aquadest
RM / BM : H2O / 18,02
Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan uji
3 Minyak kelapa(FI III;456)
Nama Resmi : Oleum Cocos
Nama Lain : Minyak kelapa
Bobot jenis : 0,845 – 0,905 g/ml
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning
pucat; bau khas, tidak tengik
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada
suhu 600C; sangat mudah larut dalam
kloroform P dan juga mudah larut dalam
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan : sebagai sampel
4 Alkohol (FI III ; 65)
Nama Resmi : Aethanolum
Nama Lain : Etanol, etil alkohol
BM/RM : 46, 07 / C2H6O
Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan
pelarut. Menghasilkan bau yang khas dan
rasa terbakar pada lidah
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan
dari api
Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas
ukur.
5 Gliserin (FI III ; 271)
Nama Resmi : Glycerolum
Nama Lain : Giserol, Gliserin
RM/BM : C3H8O3 / 92,10
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak
berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa
hangat. Hidroskopik. Jika disimpan
beberapa pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu
mencapai lebih kurang 20o.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan
etanol (95%) P; praktistidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam
minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
6 Sirop (FI III ; 31 )
Nama resmi : Sirupi
Sinonim : Sirop
RM/BM : C12H22O11 /
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat
sejuk.
7 Parafin Cair (FI III ;
474)
Nama Resmi : Paraffinum Liquidum
Nama Lain : Parafin Cair
Bobot jenis : 0,870 – 0,890 g/ml
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak
berfluoresensi; hampir tidak berbau;
hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P; larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya.
Kegunaan : Laksativum
II.3 Prosedur Kerja
Analitik (bobot b gram). Menentukan Bj menggunakan Piknometer
- Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air
dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest, bilas dengan pelarut
alkohol pekat.
- Piknometer panaskan pada suhu 100o C selama 1 jam, kemudian
masukkan kedalam eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca
analitik ( bobot a gram).
- Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga penuh.
- Seluruh piknometer mencapai derajat 20 derajat menggunakan
thermometer.
- Setelah suhu mencapai tepat 25 derajat segera piknometer ditutup dan
lap dengan kain bersih. Biarkan pada suhu kamar dan timbang secara
teliti menggunakan neraca
- Hitung bobot jenis = (b-a) gram/volume ml.
BAB III
CARA KERJA
III.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
Piknometer 25 ml
Gelas ukur 50 ml
Gelas kimia 25 ml
Erlenmeyer 100 ml
Timbangan analitik
Corong
Batang pengaduk
Pipet tetes
Sendok tanduk
Lap kasar
Bahan yang digunakan
Asam borat
Parafin cair
Minyak kelapa
Gliserin
Alkohol 70%
Sirup (Marjan Melon)
Aquadest
Kertas timbang
Aluminium foil
III.2 Langkah Percobaan
III.2.1 Menentukan Kerapatan Bulk
Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas
ukur 50 ml.
Ukur volume zat padat
Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut:
Kerapatan Bulk=Bobot zat padat ( g )Volume Bulk (mL )
III.2.2 Menentukan Kerapatan Mampat
Timbang zat padat sebanyak 10 gram.
Masukkan ke dalam gelas ukur.
Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
Ukur volume yang terbentuk
Hitung kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan berikut:
Kerapatan Mampat=Bobot zat padat ( g )
Volume Mampat (mL )
III.2.3 Menentukan Kerapatan Sejati
Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1).
Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya.
Timbang piknometer yang berisi zat padat beserta tutupnya (W3).
Isikan parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer yang berisi zat
padat, kocok-kocok dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung
udara di dalamnya.
Timbang piknometer yang berisi zat padat dan parafin cair beserta
tutupnya (W4).
Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada
gelembung di dalamnya.
Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2).
Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan berikut:
ρPadatan=(W 3−W 1)
(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)
III.2.4 Menentukan Bobot Jenis Cairan
Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar
piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).
Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan
yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat
pengukuran air suling, dan ditimbang (W3).
Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan berikut:
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil dan Perhitungan
a. Pengukuran Kerapatan Zat
Kerapatan Bulk
Bobot zat (g) 10 g
Volume Bulk (ml) 13 ml
Kerapatan Bulk (g/ml) 0, 7692 g/ml
Perhitungan :
Kerapatan Bulk=Bobo t zat padat ( g )Volume Bulk (mL )
=1013
=0 , 7692 g /mL
Kerapatan Mampat
Bobot zat (g) 10 g
Volume Mampat (ml) 11 ml
Kerapatan Mampat (g/ml) 0, 9090 g/ml
Perhitungan :
Kerapatan Mampat=Bobot zat pada t (g )Volume Bulk (mL )
=1011
=0 , 9090 g/mL
Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (g) / W1 32, 6643 g
Bobot piknometer + zat cair (g) / W2 53, 6261 g
Bobot piknometer + zat padat (g) / W3 41, 5140 g
Bobot jenis zat padat + cair (g/ml) / W4 57, 3702 g
Perhitungan :
ρPadatan=(W 3−W 1)
(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)
¿(41,5140−32,6643)
(53,6261−32,6643 )−(57,3702−41,5140)
¿8,8497
20,9618−15,8562
¿8,84975,1056
¿1,733 g/ml
Bobot Jenis Cairan
No. SampelBerat Piknometer
Kosong (g)
Berat Piknometer +
sampel (g)
1. Air suling 32,7211 57,6036
2. Alkohol 70% 28,30 51,282
3. Gliserin 15,621 47,272
4. Minyak Kelapa 9,630 32,953
5. Sirup (Marjan Melon) 32,7211 66,5178
Perhitungan :
1. Alkohol 70%
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
¿51,282−28,30
52,4639−28,30
¿22,982
24,1639
¿0,951 g/ml
2. Gliserin
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
¿47,272−15,621
41,1948−15,621
¿31,651
25,5738
¿1,2376 g/ml
3. Minyak Kelapa
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
¿32,953−9,63035,121−9,630
¿23,32325,491
¿0,9149 g/ml
4. Sirup (Marjan Melon)
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
¿66,5178−32,721157,6036−32,7211
¿33,796724,8825
¿1,358 g/ml
IV.2 Pembahasan
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan rapat
jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu
(dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25º/25º). Berat jenis didefenisikan
sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat
itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus.
Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan
relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni
bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis merupakan bilangan murni
tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan
dengan menggunakan rumus yang cocok.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut
suatu zat.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu piknometer. Piknometer
digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk
erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan
dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk
mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk
menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan
tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil
penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot
jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik
seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa
yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang
ada di dalam piknometer itu sendiri.
Piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong.
Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan
aquadest, sebagai pembanding nantinya dengan sampel yang lain (alkohol 70%,
gliserin, minyak kelapa, dan sirup). Pengisiannya harus melalui bagian dinding
dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses
pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Kemudian piknometer
yang berisi sampel ditimbang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya
dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan
suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot
molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini
dapat dilihat dari rumus :
V = k x d x t
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi
semakin besar viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Setelah melakukan percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk alkohol 70% adalah
0,951 g/ml, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,2376 g/ml, bobot jenis untuk minyak kelapa
adalah 0,9149 g/ml dan bobot jenis sirup (Marjan Melon) adalah 1,358 g/ml. Untuk percobaan
penentuan kerapatan diperoleh hasil, yaitu untuk kerapatan Bulk adalah 0,7692 g/ml , untuk
kerapatan Mampat adalah 0,9090 g/ml, dan untuk kerapatan sejati adalah 1,733 g/ml. Terdapat
penyimpangan dalam percobaan ini. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah karena
penyimpangannya itu sendiri masih relatif kecil sehingga dapat diabaikan.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot
jenisnya
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik air
dalam piknometer setelah dipanaskan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil
sebagai berikut :
1. Pada percobaan kerapatan Bulk dengan sampel asam borat didapatkan
kerapatannya adalah 0,7962 g/ml.
2. Pada percobaan kerapatan mampat yang juga menggunakan sampel asam
borat kerapatan yang didapatkan adalah 0,9090 g/ml.
3. Pada percobaan kerapatan sejati digunakan parafin cair dan asam borat,
kerapatan sejati yang didapatkan adalah 57,3702 g/ml.
4. Pada percobaan bobot jenis untuk beberapa cairan hasil yang diperoleh adalah
bobo jenis alkohol 70% adalah 0,951 g/ml, bobot jenis, gliserin adalah 1,2376
g/ml, bobot jenis minyak kelapa adalah 0,9149 g/ml, dan bobot jenis sirup
adalah 1,358 g/ml.
IV.2 Saran
Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue atau
kain, jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak
yang terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan
menambah berat piknometer.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UNHAS: Makassar.
Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press:
Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II edisi II. UI Press: Jakarta.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada
University Press: Jogjakarta.
Petrucci, R. H., 1985, General Chemistry, Principles and Application, 4th Ed., Collier
Mac Inc., New York.
Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis Farmasi”, UGM-Press,
Yogyakarta, 466-468
Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi V, UGM-Press,
Yogyakarta, 65
top related