bedah buku kwn
Post on 19-Jul-2015
118 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Judul Buku :
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi
Penulis :
o Prof. Dr. H. Kaelan, M.S
o Drs. H Achmad Zubaidi, M.Si
Penerbit : Paradigma
Kota Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2013
Halaman : 208 halaman
IDENTITAS BUKU
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan kewarganegaraan (a.k.a civic education, citizenship education,
atau democracy education) adalah mata kuliah yang berperan dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan
berkeadaban. Pendidikan kewarganegaraan juga merupakan salah satu mata
kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi selain mata kuliah
Pendidikan Agama dan Bahasa Indonesia.
Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan
kepribadian, paradigma pendidikan kewarganegaraan berubah menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Pancasila, yaitu berlandaskan filsafat
Pancasila, mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan
makna pendidikan pendahuluan bela negara.
Tujuan pendidikan kewarganenagaraan dirumuskan dalam visi, misi dan
kompetensi sebagai berikut.
Visi :
merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan
program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya
sebagai manusia seutuhnya.
Misi :
membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta
tanah air dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Kompetensi :
mahasiswa menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban, serta menjadi warganegara yang memiliki daya
saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Dapat disimpulkan tujuan
utama pendidikan
kewarganegaraan adalah
untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran
bernegara, serta membentuk
sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan
kebudayaan dan filsafat
bangsa Pancasila.
Setiap warga negara dituntut
untuk dapat berguna bagi
negara dan bangsanya serta
mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan
masa depannya, maka
diperlukan penguasaan ipteks
yang berlandaskan nilai
keagamaan, moral,
kemanusiaan dan budaya
bangsa.
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,
metode, sistem, dan bersifat universal. Objek pembahasannya pun harus jelas,
baik objek material (bidang sasaran yang dikaji oleh suatu cabang ilmu)
maupun objek formalnya (sudut pandang yang dipilih untuk membahas objek
material). Objek material pendidikan kewarganegaraan adalah segala hal yang
berkaitan dengan warga negara yang meliputi wawasan, sikap, dan perilaku
dalam kesatuan bangsa dan negara. Objek formalnya mencakup dua segi,
yaitu segi hubungan antara warga negara dan negara dan segi pembelaan
negara.
Secara lebih rinci, objek (substansi) kajian
pendidikan kewarganegaraan mencakup :
• Filsafat Pancasila
• Identitas Nasional
• Negara dan Konstitusi
• Demokrasi Indonesia
• Rule of Law dan HAM
• Hak dan Kewajiban Warga Negara serta
Negara
• Geopolitik Indonesia
• Geostrategi Indonesia
Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat
antardisipliner karena ilmu Kewarganegaraan diambil dari berbagai disiplin
ilmu. Upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari
ilmu politik, ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu administrasi negara,
ilmu ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa, dan ilmu budaya.
Landasan hukum pendidikan kewarganegaraan ini adalah UUD 1945 (Pembukaan
UUD 1945 alinea kedua dan keempat, Pasal 27 ayat 1, Pasal 30 ayat 1, Pasal 31
ayat 1), Tap MPR No. II/MPR/1999 tentang GBHN, UU No. 20 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik
Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988), UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional , SK Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/DIKTI/Kep/2006, dll.
BAB II FILSAFAT PANCASILA
Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa
Yunani “philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah”
atau “kebijaksanaan” atau “wisdom”. Jadi secara harfiah istilah filsafat
adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan. Keseluruhan arti filsafat
yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua macam yaitu:
Filsafat sebagai produk
Filsafat sebagai suatu proses
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dasar filsafat negara pancaasila
adalah merupakan satu kesatuan yang bersifat majemuk tunggal.
Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri. Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas dan khusus yang
tidak terdapat pada sistem filsafat lainnya.
Kalau dilihat dari intinya, urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian
tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari
sila-sila dimukanya. Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan
pula dalam hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam
rangka hubungan hierarkhis piramidal. Tiap-tiap sila mengandung empat
sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya
adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini
juga disebut sebagai dasar antropologis.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia
dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat,
bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi
masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
hidup dan kehidupan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam
negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara
objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita
hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18
Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri
negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal
menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan
adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini didasarkan pada
suatu realitas bahwa kausa materialis atau asal nilai-nilai Pancasila adalah
bangsa Indonesia sendiri.
Konsekuensinya selama bangsa Indonesia memiliki kehendak bersama
untuk membangun bangsa diatas dasar filosofis nilai-nilai pancasila,
seharusnya segala kebijakan dalam Negara terutama dalam melakukan
suatu pembaharuan-pembaharuan dalam Negara dijiwai dari pancasila.
BAB III IDENTITAS NASIONAL
Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Istilah “identitas nasional” secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Berdasarkan pengertiannya, maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri,
serta karakter dari bangsa tersebut.
Pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa adalah
keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang
membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu
bangsa tidak dapat dipisahkan dengan pengertian “Peoples Character”,
“National Character” atau “National Identity”. Kepribadian bangsa Indonesia
sebagai suatu idenitas nasional secara historis berkembang dan menemukan jati
dirinya setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia
meliputi (1) faktor objektif, yang meliputi faktor geografis,
ekologis dan demografis, (2) faktor subjektif, yaitu faktor
historis, sosial, politik dan kebudayaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Pancasila sebelum dirumuskan secara formal yuridis dalam UUD
1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada
dalam bangsa Indonesia, sehingga materi pancasila yang berupa
nilai-nilai tersebut berasal dari bangsa Indonesia sendiri.
BAB IV DEMOKRASI INDONESIA
Peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah
tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan. Pertama, hampir semua
negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang
fundamental sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO
pada awal 1950-an. Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara
esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata
demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda.
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,
demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti sistem
presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan, sistem parlementer yang meletakkan pemerintahan dipimpin
oleh perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan
dan bukan kepala negara, sebab kepala negaranya bisa diduduki oleh raja atau
presiden yang hanya menjadi simbol kedaulatan dan persatuan, dan sistem
referendum yang meletakkan pemerintahan sebagai bagian (badan pekerja)
dari parlemen. Di beberapa negara ada yang menggunakan sistem campuran
antara presidensial dengan parlementer, yang antara lain dapat dilihat dari sistem
ketatanegaraan di Perancis atau di Indonesia berdasar UUD 1945.
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani,
"demos" berarti rakyat dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep
dasar demokrasi berarti "rakyat berkuasa" (government of rule by the
people). Ada pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan
sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan
untuk rakyat. Hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah
demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati
secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu sama.
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia
berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendirI
atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara
dan hukum di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara
abad ke-4 sebelum masehi sampai abad 6 masehi. Ada sesuatu yang penting
berkenaan dengan demokrasi pada abad pertengahan itu, yakni lahirnya
dokumen Magna Charta (piagam besar), sesuatu piagam yang berisi semacam
perjanjian antara beberapa bangsawan dan Raja Jhon di Inggris. Ranaissance
adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan budaya
Yunani Kuno. Massa renaissance adala masa ketika orang mematahkan semua
ikatan yang ada dan menggantikan dengan kebebasan bertindak yang seluas-
luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan. Selain renaissance,
peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali "demokrasi" yang
sebelumnya tenggelam dalam abad pertengahan adalah terjadinya Reformasi,
yakni revolusi agama.
Selain sistem presidensial dan parlementer, ada beberapa sistem demokrasi
lain yang mendasarkan pada prinsip filosofi negara.
Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam
sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam
pelaksanaan demokrasi.
Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis.
Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal menghasilkan kesenjangan
kelas yang semakin lebar dalam masyarakat dan akhirnya kapitalislah yang
menguasai negara.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
i. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
ii. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
iii. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
iv. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi
Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal, yaitu pemerintah dari
rakyat (government of the people), pemerintahan oleh
rakyat (government by people), dan pemerintahan untuk
rakyat (government for people).
Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945• Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)
o Dalam bidang Politik & Konstitusional, menegakkan kembali asas-asas negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara.
o Dalam bidang Ekonomi, kehidupan yang layak bagi semua warga negara. • Munas III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)
o Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip pengakuan dan perlindungan HAM yang mengandung persamaan dalam politik , hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
o Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan/kekuatan lain apapun.
o Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. • Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)Persoalan HAM harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk mencapai kesetimbangan yang wajar diantara 3 hal : Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan kewibawaan, Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya perlunya untuk membina suatu "rapidlyexpandingeconomy" (pengenmbangan
ekonomi secara cepat).
Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945:
• Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen 2002
• Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen 2002
Adapun rincian struktural ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan demokrasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :
• Konsep Kekuasaan
• Konsep Pengambilan Keputusan
• Konsep Pengawasan
• Konsep Partisipasi
BAB V NEGARA DAN KONSTITUSI
Secara historis pengertian negara berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat itu. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh
berbagai filsuf serta para sarjana tentang negara (Nicollo Machiavelli, Thomas
Hobbes, John Locke, Rousseau, Roger H. Soltau, Harold J. Lasky, Mc. Iver, Miriam
Budiardjo), dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-unsur yang
mutlak harus ada yaitu meliputi wilayah, rakyat, dan pemerintahan.
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem
institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu
pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok konstitusionalisme adalah
kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara mayoritas
rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
Amandemen terhadap UUD 1945
dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak
tahun 1999, dimana amandemen pertama
dilakukan dengan memberikan tambahan
dan perubahan terhadap pasal 9 UUD
1945. Kemudian amandemen kedua
dilakukan pada tahun 2000, amandemen
ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan
disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi
dua macam yaitu, hukum dasar
tertulis dan hukum dasar tidak
tertulis. Yang tertulis contohnya
adalah UUD 1945, sedangkan yang
tidak tertulis contohnya adalah
konvensi.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai
berikut :
• Rumusannya jelas
• Bersifat singkat dan supel
• Memuat norma-norma, aturan-
aturan serta ketentuan-ketentuan
yang dapat dan harus dilaksanakan
secara konstitusional
• Peraturan hukum positif yang tinggi
Convensi ini mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut:
• Merupakan kebiasaan yang berulang
kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
• Tidak bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar dan berjalan sejajar.
• Diterima oleh semua rakyat.
• Bersifat sebagai pelengkap, sehingga
memungkinkan sebagai aturan-
aturan dasar yang tidak terdapat
dalam Undang-Undang Dasar.
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara
hukum, Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan
berdasarkan atas kekuasaan. Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :
Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan
kebudayaan.
Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan
lain dan tidak memihak.
Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya
dapat dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam
melaksanakannya.
VI RULE OF LAW DAN HAM
Hak asasi manusia sebagai gagasan paradigma serta kerangka konseptual tidak
lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of
Human Right 10 desember 1948 namun melalui proses yang cukup panjang
dalam sejarah peradaban manusia.
Awal perkembanga HAM dimulai tatkala ditanda tangani Magna Charta oleh
Raja Jhon Lackland. Kemudia juga penandatanganan Petition of Right pada
tahun 1928 oleh Raja Charles 1. Setelah itu baru diikuti oleh deklarasi negara-
negara seperti negara Asean pada Bangkok Declaration, African Charter on
Human and People Rights, dan Cairo Declaration on Human Right in Islam.
Pengertian rule of law dan Negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan.
Ada sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian Negara hukun
dan rule of law itu hampir dikatakan sama, namun terdapat pula
sementara pakar menjelaskan bahwa meskipun antara Negara hukum dan
rule of law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki
penekanan masing-masing.
Negara yang mengnut system rule of law harus memiliki prinsip-prinsip
yang jelas, terutama dalam hubungannya merealisasikan rule of law itu
sendiri. Terdapat tiga unsur yang fundamental (1) supremasi aturan-aturan
hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang (2) kedudukan yang
sama di muka hukum (3) terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-
undang serta keputusan-keputusan pengadilan. Konsep Negara hukum dan
rule of law adalah suatu relitas dari cita cita sebuah Negara bangsa
termasuk Negara Indonesia.
HAM sebenarnya tidak dapat diganggu gugat dari pandangan filosofi
tentang hakikat manusia yang melatarbelakanginya. Berdasarkan
pada tujuan Negara sebagaimana terkandung dalam pembukaan
UUD 1945, negara Indonesia menjamin dan melindungi HAM para
warganya, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya
baik jasmaniah maupun rohaniah antara lain berkaitan dengan hak-
hak asasi bidang sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, dan agama.
Adapun rincian HAM dalam pasal-pasal UUD 1945 terdapat dalam
BAB X tentang Hak Asasi Manusia dari pasal 28A – 28J.
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Usaha pembelaan
negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan hak
dan kewajibannya. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) usaha bela
negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara.
BAB VII GEOPOLITIK INDONESIA
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-
peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional
yang di dorong aspirasi nasional geografik suatu Negara, yang
apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung
atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara.
Geopolitik bertumpu pada geografi sosial, mengenai situasi,
kondisi dan segala sesuatu yang di anggap relevan dengan
karakteristik geografi suatu Negara.
Manusia melaksanakan tugas dan kegiatan bergerak dalam dua bidang,
yaitu universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis
bersifat transenden dan idealistik, misalnya dalam bentuk aspirasi
bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa. Sedangkan
bidang sosial politis bersifat imanen dan realistis yang bersifat lebih
nyata dan dapat di rasakan, misalnya aturan hukum atau perundangan
yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai produk
politik. Bangsa Indonesia perluu prinsip dasar agar tidak terombang-
ambing memperjuangkan kepentingan nasional, yaitu wawasan
nusantara. Wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang
diri dan lingkungannya yang di jabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa
itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai
tujuan nasional. Sedangkan wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang
bangsa Indonesia.
Faktor-faktor yang memperngaruhi wawasan nusantara antanya
adalah wilayah/geografi (asas kepulauan/archipelagic principle;
kepulauan Indonesia; konsepsi wilayah lautan; karakteristik wilayah
nusantara seperti batas astronomi, geografi, dan luas wilayah),
geopolitik dan geostrategi, serta perkembangan wilayah Indonesia dan
dasar hukumnya.
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang di dasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia juga menolak paham
realisme, karena semua manusia mempunyai martabat yang sama, dan
semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan
politik. Sebagai contoh pertimbangan geostrategis Indonesia adalah
kenyataan posisi silang Indonesia dalam geografi, demografi, ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam.
Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga kompunen, yaitu
wujud wilayah (lautan dan daratan); tata inti organisasi
yang didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan
kedaulatan Negara, kekuasaan pemerintahan, sistem
pemerintahan dan sistem perwakilan; tata kelengkapan organisasi
berupa kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus
dimilki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan
dan organisasi masyarakat kalangan pers serta seluruh apatur
negara.
Implementasi wawasan nusantara ada sebagai pancaran falsafah
Pancasila (menjadi pedoman dalam upaya mewujudkan kesatuan
aspek kehidupan nasional), perwujudan dalam pembangunan
nasional, penerapannya di berbagai bidang (bidang wilayah,
pembangunan sarana dan prasarana komunikasi transportasi, sosial
budaya), serta hubungannya dengan ketahanan nasional.
Tata laku wawasan nusantara mencakup dua segi, batiniah dan lahiriah.
Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap
mental bangsa yang memiliki kekuatan batin. Tata laku lahiriah
merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan
karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan.
BAB VIII GEOSTRATEGI INDONESIA
Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan didalam upaya mewujudkan cita-cita proklamasi dan
tujuan nasional. Geostrategi Indonesia adalah merupakan strategi
dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia untuk
menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana-sarana dalam mencapai
tujuan nasional bangsa Indonesia. Geostrategi Indonesia memberi
arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan
dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman, dan
sejahtera.
Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung
Karno pada tanggal 16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah
menerima defile Angkatan Perang (militer) dalam rangka kunjungan
kerja ke daerah Sumatra yang belum atau tidak diduduki Belanda.
Namun sayangnya gagasan beliau kurang atau tidak dikembangkan oleh
para pejabat bawahan karena seperti kita ketahui wilayah NKRI
diduduki oleh Belanda pada akhir Desember 1948. Setelah pengakuan
kemerdekaan pada tahun 1950 garis besar pembangunan politik kita
adalah “nation and character building”, yang sebenarnya merupakan
pembangunan jiwa bangsa.
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan
ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara
dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan. Tantangan adalah merupakan suatu usaha yang bersifat
menggugah kemampuan, adapun ancaman adalah suatu usaha untuk
mengubah atau merombak kebijaksanaan atau keadaan secara
konsepsional dari sudut kriminal maupun politis. Adapun hambatan adalah
suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang bersifat
konseptual yang berasal dari dalam sendiri. Apabila hal hal tersebut berasal
dari luar maka dapat disebut sebagai kategori gangguan.
Ketahanan nasional bidang politik meliputi beberapa unsur, yaitu
menempatkan secara proporsional kedaulatan rakyat di dalam kehidupan
negara, memfungsikan lembaga—lembaga negara sesuai ketentuan konstitusi,
menegakkan keadilan sosial dan keadilan hukum, menciptakan situasi
kondusif dalam memelihara budaya politik, meningkatkan budaya politik
dalam arti luas, memberi kesempatan pada saluran politik untuk
memperjuangkan aspirasinya secara proporsional, melaksanakan pemilu
dengan asas luberjurdil, melaksanakan sosial kontrol yang bertanggung jawab
kepada jalannya pemerintahan negara, mengupayakan pertahanan dan
keamanan nasional, mengupayakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Ketahanan nasional pada aspek ketahanan dan keamanan diantaranya
hankam harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela negara;
bangsa Indonesia cinta damai, tapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatan; pembangunan kekuatan dan kemampuan hankam untuk
kelancaran pembangunan nasional; potensi nasional dan hasil
pembangunan harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan; TNI
berpedoman pada Sapta Marga; dan kesadaran serta ketaatan masyarakat
terhadap hukum harus terus ditingkatkan.
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial budaya
bangsa yang mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial
budaya masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahtera dalam
kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal
penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
PENDAPAT MENGENAI BUKU
Buku “Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi” ini
banyak sekali menggunakan referensi buku sehingga materi yang disajikannya
cukup lengkap. Pembahasannya pun secara umum menggunakan kata-kata
yang mudah dimengerti. Namun banyak sekali pengulangan materi di
beberapa bagian dan penggunaan kalimat yang sedikit bertele-tele. Di
beberapa bagian juga masih terdapat beberapa kata-kata sulit yang tidak
dijelaskan secara kongkrit pengertiannya. Akan lebih baik bila buku ini
menyajikan glosarium atau pengertian dari kumpulan kata-kata sulit tersebut.
TERIMA KASIH
top related