bahan bab 4
Post on 28-Jun-2015
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi: (1) deskripsi keterlaksanaan
pembelajaran (2) perolehan skor postes kemampuan kognitif (hasil belajar) dan kemamapuan
berpikir kritis siswa, (3) persentase pencapaian siswa dalam tes hasil belajar dan kemamampuan
berpikir kritis, (4) hasil pengujian hipotesis, dan (5) persepsi siswa terhadap penerapan model
pembelajaran paduan PS-Kooperatif Tipe STAD.
4.1 Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran
Pebelajaran pada hakekatnya bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan
kreatifitas pebelajar melalui berbagi interaksi dan pengalaman belajar di kelas. Kemajuan
belajar akan berkembang sesuai dengan kemampuan pebelajar. Selain itu peran guru dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif sangat berperan dalam menentukan proses
pembelajaran. Media belajar, seperti modul dan LKS dapat memudahkan siswa dalam
menangkap isi pesan pembelajaran. Berpegang pada teori konstruktivistik, berbagai pendekatan
pembelajaran yang bertumpu pada siswa layak dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik. Strategi yang dikembangkan juga akan sangat berpengaruh terhadap
kualitas proses pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan gambaran keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
dengan strategi/model pembelajaran problem solving, kooperatif tipe STAD, dan pembelajaran
paduan problem solving dan kooperatuf tipe STAD. 4.1.1 Kelas Poblem Solving
78
Pada pembelajaran dengan menggunakan model problem solving, guru memberikan
media pembelajaran berupa LKS yang diberikan satu minggu sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model problem solving ini
diseting secara individu, dalam arti siswa menyelesiakan tugas dan menjawab LKS secara
individu. Namun dalam melaksanakan praktikum di laboratorium guru membagi kelas dalam 8
kelompok konvensional.
Pada tahap pembelajaran dengan model problem solving, ada beberapa kegiatan yang
dilakukan yaitu:
(a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas kembali materi-
materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan memberi pertanyaan-
pertanyaan untuk mengingatkan kembali, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam basa.
(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran problem solving, dalam kegiatan ini
guru memberikan informasi mengenai proses/tahapan dalam pembelajaran problem solving.
Guru memberikan penjelasan bahwa siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran, siswa
sendiri yang harus memahami konsep hidrolisis garam dengan mengkaji literatur dan
menyelesaikan pertanyan-pertanyaan dalam LKS, sementara guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Keberhasilan siswa dalam memahami materi akan dapat dilihat berdasarkan nilai
tugas/LKS dan kuis yang diberikan.
(c) Pemberian motivasi, kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan dengan menghubungkan
materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Dengan pemberian motivasi ini diharapkan
siswa akan lebih tertarik dalam mempelajari materi.
(d) Pemberian materi, dalam kegiatan ini guru menyampaikan materi apa yang akan dipelajari.
Guru meminta siswa untuk membuka LKS dan memahami perintah yang disampaikan dalam
LKS.
(e) Studi literatur, dalam kegiatan ini guru meminta siswa untuk mengkaji literatur, memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya untuk menyelesaiakan pertanyaan- pertanyaan dalam LKS.
(f) Diskusi kelas, dalam diskusi kelas guru meminta perwakilan siswa (secara sukarela) untuk
maju ke depan menjawab pertanyaan dalam LKS. Sementara siswa lainnya menanggapi jawaban
temannya di depan sambil mengkoreksi jawaban LKS teman satu bangkunya.
(g) Kuis, dilaksanakan setelah kegaitan pembelajaran selesai dilaksanakan. Soal kuis berkaitan
dengan materi yang telah dipelajari. Nilai kuis dijadikan dasar sebagai skor penentu peningkatan
individu.
Untuk mengukur keaktifan siswa digunakan lembar observasi. Keaktifan siswa dalam
pembelajaran ini di antaranya adalah keaktifan siswa dalam diskusi kelas, keaktifan siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas/LKS, dan keaktifan siswa dalam melaksanakan kerja di laboratorim.
Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium dan
keaktifan siswa dalam menjawab pertanyan dilaksanakan oleh guru dibantu oleh observer.
Berdasarkan pengamatan/observsi yang dilakukan oleh observer terhadap proses
pembelajaran dapat diketahui bahwa secara umum pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem solving telah berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Begitu pula dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh observer
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran yang terangkum dalam lembar observasi proses
problem solving (Lampiran 21) menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik, hanya sebagian siswa saja yang kurang bisa mengikuti dengan
baik, dalam hal mengkaji literatur dan menyelesaikan soal/masalah, dengan alasan tidak
mempunyai buku. Hal ini bisa dipahami, karena memang siswa yang sifatnya heterogen dan
mempunyai tingkat kedisiplinan yang bebeda-beda. Dampak lanjutan dari hal tersebut adalah
tingkat pemahaman yang berbeda antara siswa yang aktif dengan siswa yang pasif dalam
menyelesaikan tugas/masalah. Siswa yang aktif tentu saja akan lebih bisa menguasai materi,
sebaliknya siswa yang pasif akan merasa kesulitan dalam mengusai materi dengan
menggunakan model belajar seperti ini (problem solving). Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil
belajar (nilai LKS, kuis, dan tes hasil belajar). Nilai LKS dan nilai kuis untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 25. Sementara untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium yang diukur
sebagai nilai psikomotor/kinerja dapat dilihat pada Lampiran 23. Data lembar observasi proses
problem solving pada Lampiran 21 menunjukkan bahwa 71% siswa pada pertemuan II dan II,
dan 76% siswa pada pertemuan IV dan V dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
4.1.2 Kelas Kooperatif Tipe STAD
Pada pembelajaran dengan menggunakan model STAD, guru memberikan media
pembelajaran yang berupa LKS yang diberikan satu minggu sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Pada tahap pembelajaran dengan model STAD, ada beberapa kegiatan yang
dilakukan yaitu:
(a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas kembali materi-
materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan memberi pertanyaan-
pertanyaan untuk mengingatkan kembali, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam
basa.
(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada kegiatan
ini, guru memberikan informasi mengenai proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
aturan untuk melakukan diskusi. Siswa dalam berdiskusi kelompok harus mampu bertanggung
jawab dalam menyelesaiakan tugas dalam membantu teman yang mengalami kesulitan.
Tanggung jawab untuk membantu teman ini sangat berperan karena akan mempengaruhi
keberhasilan tiap anggota kelompok untuk mengerjakan kuis, nilai kuis juga akan berpengaruh
terhadap keberhasilan kelompok. Keberhasilan kelompok didapatkan dari perolehan nilai tugas
kelompok dan nilai kuis seluruh anggota kelompok.
(c) Pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan di awal pembelajaran. Hal ini
disebabkan pembentukan kelompok hanya dibutuhkan satu kali selama pembelajaran materi
pokok hidrolisis garam, sehingga pembentukan kelompok ini lebih efektif bila dilakukan pada
awal kegiatan belajar mengajar setelah pemberian informasi mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa diminta untuk membentuk kelompok setiap sebelum
pelajaran kimia dilakasanakan. Kelompok-kelompok dibentuk berdasarkan data prestasi belajar
siswa dan diperoleh pengelompokkan seperti yang tertera pada Lampiran 26.
(d) Pemberian motivasi. Kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan untuk menghubungkan
materi yang akan dipelajari dengan fenomena sehari-hari. Ketika pemberian motivasi ini
dilakukan siswa menjawab dengan serentak, tetapi guru menunjuk beberapa siswa untuk
menjawab.
(e) Penyajian materi. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD,
langkah awal pembelajaran adalah penyajian materi. Penyajian materi dilakukan seperti metode
ceramah biasa, tetapi materi yang disajikan tidak bersifat detail melainkan terfokus pada materi-
materi inti yang akan didiskusikan dalam kelompok. Penyajian materi berlangsung kurang lebih
15 menit berdasarkan urutan yang tertera pada rencana pembelajaran yang telah disusun.
(f) Diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok, peneliti dan observer melakukan penilaian
terhadap keaktifan siswa dalam berdiskusi.
(g) Diskusi kelas. Hasil jawaban LKS yang telah didiskusikan kemudian ditukarkan dengan
kelompok yang lain. Dalam diskusi kelas, perwakilan dari satu kelompok menjawab satu soal
sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Menanggapi dalam hal ini adalah argumentasi
kelompok tersebut terhadap jawaban soal, apakah sudah benar atau masih salah.
(h) Kuis. Setelah diskusi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kuis. Dalam mengerjakan kuis,
hampir seluruh siswa mengerjakan sendiri. Meskipun ada siswa yang berusaha mencari bantuan
jawaban, tapi hal ini segera diantisipasi dengan memberikan perhatian khusus kepada siswa
tersebut. Nilai kuis ini digunakan untuk perhitungan skor kelompok yang dijadikan sebagai skor
untuk penentuan penghargaan kelompok. Nilai kuis pada tiap-tiap kelompok untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 26.
(i) Penghargaan kelompok. Penghargaan ini dilakukan dengan merata-rata jumlah rata-rata kuis
seluruh anggota kelompok ditambah dengan skor tugas kelompok dibagi dua. Kelompok yang
terbaik akan diberikan tepuk tangan oleh kelompok yang lain dengan tujuan untuk memberiakn
motivasi kepada kelompok lainnya untuk berprestasi. Rekapitulasi nilai tugas/LKS dan nilai kuis
yang dijadikan pertimbangan sebagai penentu penghargaan kelompok dapat dilihat pada
Lampiran 26.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dicatat pada lembar observasi
kooperatif siswa dalam proses pembelajaran, dapat disimpulkan secara umum bahwa siswa
sudah cukup aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok. Walaupun ada sebagian kecil siswa
yang pasif dengan ditandai bercanda, acuh tak acuh. Namun kondisi tersebut bisa diatasi ketika
guru mendekati dan menanyakan sudah sampai mana dalam melaksanakan diskusi kelompok.
Dari kondisi ini terlihat bahwa kelompok yang mempunyai anggota pasif, kegiatan diskusi
kurang berlangsung maksimal. Kecenderungan anggota kelompok yang berkemampuan tinggi
dan mempunyai usaha yang keras berusaha ikut mengerjakan tugas kelompok, sementara
anggota kelompok yang pasif akan cenderung diam. Nilai keaktifan siswa dalam mengerjakan
LKS dapat dilihat pada Lampiran 26, sementara nilai praktikum di laboratorium (unjuk kinerja)
dapat dilihat pada Lampiran 23. Nilai LKS dan nilai kuis yang dinilai secara individu sebagai
dasar penentuan penghargan kelompok. Penghargaan kelompok ini menjadikan masing-masing
kelompok termotivasi untuk berprestasi.
4.1.3 Kelas PS-Kooperatif STAD
Sama dengan kelas PS dan kelas kooperatif tipe STAD, sebelum pembelajaran
dilaksanakan, guru memberikan LKS yang sama dengan kelas PS satu minggu sebelum
pembelajaran dilaksanakan. Pembelajaran dengan model paduan PS- kooperatif STAD ini pada
dasarnya sama dengan kelas PS hanya saja diseting secara kooperatif tipe STAD. Sebelum
pembelajaran guru membagi kelas dalam kelompok STAD yang dibagi berdasarkan nilai hasil
belajar/kemamapuan awal siswa. tahapan- tahapan yang dilaksanakan pada kelas PS-kooperatif
STAD ini adalah: (a) Review materi pokok hidrolisis garam. Pada kegiatan ini, guru mengulas
kembali materi-materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi hidrolisis garam dan
memberi pertanyaan-pertanyaan untuk mengingatkan kembali materi sebelumnya yang ada
kaitannya dengan materi hidrolisis garam, seperti mengingatkan kembali tentang teori asam
basa.
(b) Pemberian informasi mengenai model pembelajaran kooperatif PS-Kooperatif STAD. Pada
kegiatan ini, guru memberikan informasi mengenai proses pembelajaran model paduan PS-
kooperatif STAD. Pada dasarnya proses pembelajaran sama dengan pembelajaran model PS
hanya saja pemecahan masalah dilakukan secara kooperatif/kelompok. Disini juga dijelaskan
aturan dalam melakukan diskusi termasuk juga penghargaaan kelompok yang diperoleh dari
skor individu masing- masing anggota kelompok. Karena model pembelajaran yang diterapkan
adalah problem solving, maka dalam proses pembelajaran siswa harus berperan secara aktif
dalam menemukan konsep dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari literatur.
(c) Pembentukan kelompok STAD. Sama dengan kelas STAD, pembentukan kelompok
dilakukan pada awal pembelajaran. Selama proses pembelajaran siswa akan berada pada
kelompoknya sampai proses pembelajaran selesai. Pembagian kelompok ini ditetapkan oleh
guru didasarkan pada nilai prestasi belajar/kemampuan awal siswa.
(d) Pemberian motivasi. Kegiatan pemberian motivasi ini dilakukan untuk menghubungkan
materi yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pemberian motivasi dilakukan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan konsep hidrolisis garam, dan
siswa menjawab dengan bergantian. Pemberian motivasi ini dimaksudkan agar siswa lebih
tertarik untuk mempelajari konsep hodrolisis garam.
(e) Pemberian materi, dalam kegiatan ini guru menyampaikan materi apa yang akan dipelajari.
Dalam pemberian materi, guru tidak menyampaikannya secara detail, tetapi hanya
menyampaikan pokok-pokoknya saja. Guru meminta siswa untuk membuka LKS dan
memahami perintah yang disampaikan dalam LKS. Oleh karena pembelajaran yang diterapkan
adalah problem solving, maka dalam LKS dikemukakan beberapa pernyataan dan pertanyaan
yang berhubungan dengan materi dan siswa diminta untuk memahami dan menjawab
pertanyaan yang ada.
(f) Studi literatur. Dalam kegiatan ini guru meminta siswa untuk mengkaji literatur,
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk menyelesaiakan pertanyaan- peranyaan
dalam LKS.
(g) Diskusi kelompok. Pada saat diskusi kelompok, peneliti dan observer melakukan penilaian
terhadap keaktifan siswa dalam berdiskusi.
(h) Diskusi kelas, Hasil jawaban LKS yang telah didiskusikan kemudian ditukarkan dengan
kelompok yang lain. Dalam diskusi kelas, perwakilan dari satu kelompok menjawab satu soal
sedangkan kelompok yang lain menanggapi. Menanggapi dalam hal ini adalah argumentasi
kelompok tersebut terhadap jawaban soal, apakah sudah benar atau masih salah.
(i) Kuis. Setelah diskusi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kuis. Kuis dikerjakan secara
individu, meskipun siswa masih berada dalam kelompoknya namun guru tetap mengantisipasi
agar siswa tidak saling bekerjasama dalam menjawab dengan cara berkeliling dan
memperhatikan dengan cermat aktivitas siswa selama pelaksanaan kuis. Nilai kuis ini digunakan
sebagai skor dasar untuk penentuan penghargaan kelompok. Nilai kuis pada tiap-tiap kelompok
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 28.
(j) Penghargaan kelompok. Penghargaan ini dilakukan dengan merata-rata jumlah rata-rata kuis
seluruh anggota kelompok ditambah dengan skor tugas kelompok dibagi dua. Kelompok yang
terbaik akan diberikan tepuk tangan oleh kelompok yang lain dengan tujuan untuk memberiakan
motivasi kepada kelompok lainnya untuk berprestasi . Rekapitulasi nilai tugas/LKS dan nilai
kuis yang dijadikan pertimbangan sebagai penentu penghargaan kelompok dapat dilihat pada
Lampiran 27.
Untuk mengetahui keaktifan siswa digunakan lembar observasi, seperti terlihat pada
Lampiran 22. Keaktifan siswa dalam pembelajaran ini ada diantaranya adalah keaktifan siswa
dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, keaktifan siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas/LKS, dan keaktifan siswa dalam melaksanakan kerja di laboratorim (unjuk kinerja).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan secara umum bahwa siswa sudah cukup aktif
dalam melaksanakan diskusi kelompok meskipun ada sebagian kecil siswa yang pasif adalm
melaksanakan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam
melaksanakan praktikum di laboratorium dan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
dilaksanakan oleh guru dibantu oleh observer. Nilai LKS siswa untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 27. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa hampir semua siswa dapat menyelesaikan LKS dengan baik. Sementara
untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam melaksanakan praktikum di laboratorium yang
diukur sebagai nilai psikomotor/kinerja dapat dilihat pada Lampiran 23, dan nilai kuis untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 27. Nilai
LKS dan nilai kuis yang dinilai secara individu sebagai dasar penentuan penghargan kelompok.
Penghargaan kelompok ini akan memacu siswa untuk berprestasi dan berusaha untuk meraih
penghargaan yang lebih tinggi. Hal ini terbukti bahwa masing- masing kelompok akan
berlomba-lomba dalam memperoleh penghargaan kelompokyang tertinggi, seperti terlihat pada
Lampiran 27
4.2 Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui kesahihan suatu data yang akan
digunakan sebagai dasar untuk bisa melakukan analisus lanjutan. Uji prasyarat yang dimaksud
adalah uji normalitas dan homogenitas. Hasil perhitungan inilah yang nantinya menentukan
dapat/tidaknya suatu data untuk dilakukan analisis selanjutnya (ANAVA) dan LSD (beda nyata
terkecil) untuk mengetahui model pembelajaran mana yang berbeda dan yang tidak berbeda
secara nyata.
4.2.1 Uji Normalitas Kemampuan Awal
Analisis dengan menggunakan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh terdistribusi secara nornal ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data
kemampuan awal dan data ulangan harian (postes). Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 31,
hasil uji normalitas terhadap nilai kemampuan awal siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Uji Normalitas Kemampuan AwalUji Statistik Kemampuan Awal Kemamampuan Kemamampuan
Metode PS Awal Metode Awal Metode PS-STAD STAD
Chi-Square 14.094 19,714 18,103Df 18 17 16Asymp. Sig 0,723 0,289 0,318
Data uji normalitas dan homogenitas kemampuan awal siswa lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 31. Dasar pengambilan keputusan adalah:
■ Apabila nilai probabilitas (Sig) < 0,05, maka distribusi adalah tidak normal
■ Apabla nilai probabilitas (Sig) > 0,05 , maka distribusi adalah normal. Berdasarkan data di
atas diperoleh bahwa semua data variabel adalah terdistribusi normal karena nilai probabilitas
(0,723; 0,289; 0,318) > 0,05.
4.2.2 Uji Homogenitas Kemamampuan Awal
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga kelompok kelas tersebut
homogen atau tidak. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SPSS terhadap
kemamampuan awal siswa kelas problem solving, kelas STAD, dan kelas PS-STAD diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Homogenitas Kemamampuan AwalMetode N Subset for alpha=
0,05 1
PS 42 71,7857STAD 42 75,2619PS-STAD 39 74,8333Sig. 0,266
Hipotesis:
Ho = varians populasi adalah identik H1 = varians
populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:
Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho
ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:
Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:
Probabilitas (Sig.) = 0,266
Fhitung = 0,703
Ftabel = 3,072
Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal dari
ketiga kelas (PS, STAD, PS-STAD) mempunyai varian yang identik karena Sig (0,497) > 0,05,
dan Fhtung (0,703) < Ttabel (3,072).
4.3 Uji Anava dan LSD terhadap Kemampuan Awal
Data skor kemamapuan awal (prestasi belajar) untuk semua kelas telah diuji dengan
menggunakan uji normalitas dan homogenitas dan dinyatakan terdistribusi normal dan
keragamannya dinyatakan homogen (Lampiran 31 dan 30), sehingga dapat dikatakan bahwa
kemamampuan awal siswa dalam keadaaaan setara. Berdasarkan data uji normalitas dan
homogenitas ini selanjutnya dapat lakukan analisis varian (ANAVA) dan uji lanjutan (PostHoc
Test) menggunakan LSD.
4.3.1 Analisis Varian (Anava)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data kemampuan awal siswa,
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Uji Anava Kemampuan AwalSum of Squares
df Mean Square F Sig
Postes Between Group 299,436 2 149,718 1,479 0,232Within Group 12150,857 120 101,257Total 12450,293 122
Hipotesis:
Ho = ketiga rata-rata populasi adalah identik H1 = ketiga rata-
rata populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:
Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho
ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:
Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:
Probabilitas (Sig.) = 0,232
Fhitung = 1,379
Ftabel (2; 120; 0,05) = 3,072
Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data kemampuan
awal dari ketiga kelas (PS, STAD, PS-STAD) mempunyai rata-rata yang identik (tidak
berbeda secara nyata) karena Sig.(0,232) > 0,05, dan Fhitung (1,479) < Ttabel (3,072).
4.3.2 Post Hoc Test Beda Nyata Terkecil (LSD) Kemampuan Awal
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap data kemampuan awal
siswa, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.4 Data Uji Lanjutan LSD Antar Kelas PS, STAD, dan PS-
STAD
Kriteria pengujian adalah dengan melihat ada tidaknya tanda "*" pada kolom
"Mean Different". Jika ada tanda "*" maka perbedaan tersebut berbeda secara signifikan,
jika tidak ada maka perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil pengujian lanjutan dengan
menggunakan teknik LSD (berbeda nyata terkecil) menyimpulkan
Mean Std. Sig. 95% ConfidenceDependent (I) (J) Difference Error Interval
Variable Kelas Kelas (I-J) Low
Bound
Upper
Bound
STAD PS-STAD 0,4286 2,2377 0,980 -4,8818 5,7389
Hasil PS 3,4762 2,1959 0,257 -1,7349 8,6873
Belajar LSD PS- STAD -0,4286 2,2377 0,980 -5,7389 4,8818
Postes STAD PS 3,0476 2,2377 0.364 -2,2628 8,3580
PS STAD -3,4762 2,1959 0,257 -8,6873 1,7349
PS-STAD -3,0476 2,2377 0,364 -8,3580 2,2626The mean different is significant at the 0,5 level
bahwa rata-rta kemampuan awal pada semua metode (PS, Kooperatif STAD, PS- STAD) adalah
tidak berbeda secara nyata.
4.4 Perolehan Skor dan Distribusi Perolehan Skor Hasil Belajar dan
Kemamampuan Berpikir Kritis Siswa
Dari hasil penelitian diperoleh data hasil belajar dan kemamampuan berpikir kritis
kelas problem solving, kelas kooperatif STAD, dan kelas paduan PS-Kooperatif STAD, data
tersebut menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi dan tingkat berpikir kritis
siswa yang mencakup 6 indikator berpikir kritis. Skor hasil belajar dan kemamampuan berpikir
kritis dari ketiga kelompok kelas dapat dilihat pada Lampiran 28. Sementara distribusi jawaban
untuk hasil belajar dan kemamapuan berpikir kritis dapat dilihat pada Lampiran 29.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa kemampuan hasil belajar dan berpikir kritis
siswa pada kelas paduan problem solving dan kooperatif tipe STAD lebih baik daripada
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas problem solving ataupun kelas kooperatif STAD.
Hal ini ditunjukkan dari hasil rata-rata kelas terhadap nilai tes hasil belajar dan kemampuan
berpikir kritis siswa, yakni kelas problem solving dengan rata-rata kelas 69,143, kelas
kooperatif STAD 73,476, dan kelas paduan problem solving-kooperaif STAD 77,974.
4.5 Persentase Pencapaian Siswa dalam Tes Hasil Belajar dan Kemamampuan Berpikir
Kritis.
Paparan perolehan skor hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis didasarkan pada
aspek yang diukur meliputi: (1) pemahaman tentang sifat larutan garam, (2) pemahaman tentang
menentukan jenis-jenis larutan garam, (3) pemahaman tentang menentukan jenis garam yang
mengalami hidrolisis di air, (4) pemahaman tentang menentukan hubungan tetapan hidrolisis
(Kh), tetapan ionisasai asam, dan tetapan ionisasai basa, (5) pemahaman untuk menentukan
konsentrasi ion H/OH" dan pH hidrolisis, seperti tertera pada kisi-kisi soal materi hidrolisis
garam Lampiran 4. Distribusi jawaban siswa untuk mengukur tingkat pemahaman siswa
terhadap materi dapat dilihat pada Lampiran 29. Berdasarkan data Lampiran 29, maka
persentase pencapaian pada tiap-tiap indikator/aspek yang diukur adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Persentase Pencapaian Materi
% PencapaianAspek yang diukur Nomor Soal PS STAD PS-STAD
■ Menentukan jenis-jenis larutangaram berdasarkan asam-basapenyusunnya dari data 86,31 85,91 89,53percobaan sebelumnya. 1, 2a, 2b
■ Mengelompokkan beberapagaram berdasarkan jenisnya.
■ Menentukan jenis-jenis garamyang dapat terhidrolisis. 71,03 74,8 76,92
■ Menyebutkan contoh garamyang terhidrolisis dan 3, 4, 5menjelaskan alasannya.
■ Menghitung pH larutan garamdari [OH-] dan [H+] 6a, 6b, 6c, 7 59,97 64,29 68,43
Soal nomor 1, 2a, dan 2b merupakan pertanyaaan untuk mengukur pemahaman untuk
menentukan jenis-jenis larutan garam berdasarkan percobaan dan kemamapuan untuk
mengelompokkan beberapa garam berdasarkan jenisnya. Persentase penguasaan siswa dari
ketiga kelas terhadap konsep lebih dari 75 % yang membuktikan bahwa siswa telah mampu
menentukan jenis-jenis larutan garam dan mengelompokkan bedasarkan jenisnya. Persentase
tertinggi dicapai oleh kelas PS- STAD. Soal nomor 3, 4, dan 5 mengukur pemahaman dalam
menentukan jenis garam yang dapat terhidrolisis dan menyebutkn contoh serta alasan mengapa
suatu garam dapat terhidrolisis. Pencapaian tertinggi diperoleh kelas PS-STAD yakni 76,92%,
sementara pencapaian kurang dari 75% dari kelas PS dan STAD membuktikan bahwa siswa
belum bisa menguasai materi tersebut. Soal nomor 6a, 6b, 6c, dan 7 mengukur
tingkat pemahaman siswa dalam menentukan pH larutan garam. Pencapaian tertinggi
diperoleh kelas PS-STAD yakni 68,43%, persentase pencapaian dari ketiga kelas kurang dari
75 % mengindikasikan bahwa siswa belum bisa menguasai materi penentuan pH larutan
garam.
Beradaskan distribusi jawaban pada Lampiran 26, diperoleh persentase hasil belajar
dan kemamampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Persentase Pencapaian Hasil Belajar Dan Kemamapuan
Berpikir KritisPersentase pencapaian
No soal
Kategori Hasil belajar Kemampuan berpikir kritis
PS STAD PS- STAD
1 Keterampilan berpikir kritis
- Mengorganisasi
(3)
94,05 91,67 97,44
2a Hasil belajar C2, pemahaman - 88,09 88,69 89,742b Hasil belajar C2, pemahaman - 76,79 77,38 81,413 Hasil belajar C2, pemahaman - 66,86 71,43 73,724 Keterampilan
berpikir kritis- Memperoleh
informasi (2)69,05 72,62 73,72
5 Keterampilan berpikir kritis
- Mengevaluasi (6) 76,19 80,36 83,33
6a Hasil belajar C3, penerapan - 58,33 63,10 66,036b Keterampilan
berpikir kritis- Menggeneralisasi
(5) dan menganalisis (4)
63,69 66,07 69,87
6c Keterampilan berpikir kritis
- Menggeneralisasi(5) dan menganalisis
(4)
54,74 57,74 64,74
7 Keterampilan berpikir kritis
- Memfokuskan (1) 63,09 70,24 73,08
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas secara garis besar persentase pencapaian hasil belajar
tertinggi diperoleh kelas PS-STAD. Aspek hasil belajar (Taksonomi Bloom) yang lebih
dikuasai oleh siswa adalah aspek pemahaman (C2) daripada aspek penerapan (C3). Aspek
berpikir kritis dengan persentase pencapaian tertinggi diperoleh kelas PS-STAD. Persentase
aspek berpikir kritis yang dominan adalah
aspek mengorganisasai, sementara kemamampuan berpikir siswa yang dinilai kurang adalah
kemampuan dalam menggeneralisasai dan menganalisis.
4.6 Hasil Uji Hipotesis
Sebelum dilakukan uji hipotesis (Anava dan LSD) terhadap data postest dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara nirmal
dan uji homogenitas ntuk mengetahui apaha ketiga data tersebut mempunyai varian identik
ataukah tidak. Berdasarkan analisis dengan menggunakan program SPSS diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Uji Normalitas PostesUji Statistik Kemampuan Awal Kemamampuan Kemamampuan
Metode PS Awal Metode Awal Metode PS-STAD STAD
Chi-Square 23,571 16,769 17,429Df 16 14 15Asymp. Sig 0,099 0,269 0,294
Dasar pengambilan keputusan adalah:
■ Apabila nilai probabilitas (Sig) < 0,05, maka distribusi adalah tidak normal
■ Apabla nilai probabilitas (Sig) > 0,05 , maka distribusi adalah normal. Berdasarkan data di
atas diperoleh bahwa semua data variabel adalah terdistribusi normal karena nilai probabilitas
(0,099; 0,269; 0,294) > 0,05.
Sementara analisis uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Homogenitas PostesMetode N Subset for alpha= 0,05
1 2 3PS 42 69,1429STAD 42 73,4762PS-STAD 39 77,9744Sig. 1,000 1,000 1,000
Hipotesis:
Ho = varians populasi adalah identik H1 = varians
populasi dalah tidak identik Kriteria pengujian:
Ho diterima apabila probabilitas (Sig) > 0,05 Ho
ditolak apabila probabilitas (Sig) < 0,05 Atau:
Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh data:
Probabilitas (Sig.) = 0,182
Fhitung = 1,731
Ftabel (2; 120; 0,05) = 3,072
Berdasarkan data statistik yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga kelas (PS,
STAD, PS-STAD) mempunyai varian yang identik karena Sig.(0,182) > 0,05, dan Fhitung (1,731)
< Ttabel (3,072).
Data skor postes untuk semua kelas telah diuji dengan menggunakan uji normalitas
dan homogenitas dan dinyatakan terdistribusi normal dan keragamannya dinyatakan homogen
(Lampiran 34 dan 33). Selanjutnya dapat lakukan analisis varian (ANAVA) dan uji lanjutan
menggunakan Post Hoc Test (LSD). Hasil analisis varian dipaparkan pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Data Uji Anava PostesSum of df Men Square F Sig
Squares
Postes Between Group 1577,423 2 788,711
Within Group 7558,593 120 62,988 12,522 0,000
9136,016 122
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh harga
F 12,522 pada sig 0,000 atau Fhitung lebih besar dari Ftabel (3,072) pada taraf uji 5% maka
penelitian menolak hipotesis nihil (Ho), dan menerima hipotesis observasi yang diajukan
dengan sangat nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan belajar
dan kemampuan berpikir kritis antara kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran problem solving (PS), kooperatif STAD, dan PS- STAD.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui model pembelajaran mana yang mampu
memberikan dampak pada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan teknik LSD (beda nyata terkecil), diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Data Uji Lanjutan LSD Postes Kelas PS, STAD, dan PS-STAD
Mean Std. Sig. 95% Confidence
Dependent (I) (J) Difference Error Interval
Variable Kelas Kelas (I-J) Low Upper
Bound Bound
PS STAD -4,3333* 1,7319 0,036 -8,443 -0,2233
Hasil PS-STAD -8,8315* 1,7649 0,000 -13,0198 -4,6432
Belajar LSD STAD PS 4,4333* 1,7649 0,032 -8,6865 -0,3098
Postes PS-STAD -4,5982* 1,7319 0,036 0,2233 8,4434
Total
PS- PS 8,8315* 1,7649 0,032 0,3098 8,6865
STAD STAD 4,4982* 1,7649 0,000 4,6432 13,0198The mean different is significant at the 0,5 level
Kriteria pengujian adalah dengan melihat ada tidaknya tanda "*" pada kolom
"Mean Different". Jika ada tanda "*" maka perbedaan tersebut berbeda secara signifikan,
jika tidak ada maka perbedaan tersebut tidak signifikan. Hasil pengujian lanjutan dengan
menggunakan teknik LSD (berbeda nyata terkecil) menyimpulkan bahwa perbedaan
belajar dan kemamapuan berpikir kritis siswa pada kelas PS, STAD, dan PS-STAD
berbeda secara nyata.
4.7 Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Paduan PS-Kooperatif STAD
Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap model pembelajaran paduan
problem solving dengan seting kooperatif tipe STAD pada penelitian ini dicari dengan
menggunakan angket persepsi. Angket persepsi ini terdiri dari 6 indikator yang tersebar
dalam 16 pernyataan seperti terlihat pada Lampiran 8. Distribusi jawaban angket persepsi
dapat dilihat pada Lampiran 32. Berdasarkan data pada Lampiran 32, maka persentase
persepsi siswa pada setiap indikator seperti terlihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Persentase Persepsi Siswa Pada Setiap IndikatorIndikator Nomor
angket% Persepsi
siswa
Senang belajar Kimia 3, 5, 8, 16 76Mudah memahami pelajaran 4, 10, 15 77,67Termotivasi untuk belajar dan menyelesaikan tugas 9, 11, 12, 13 80Saling menghargai dan berani mengemukakan pendapat 6 60
Kerjasama dengan teman 1, 2, 7 80Kesesuaian metode pembelajarn dan materi 14 78
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa secara garis besar siswa
memberikan persepsi yang positif terhadap setiap indikator, namun persentase
persepsi kurang dari 75% memperlihatkan bahwa indikator saling menghargai dan berani
mengemukakan pendapat yang termasuk dalam aspek kooperatif dalam hal ini masih dinilai
kurang.
top related