bab5-jd

Post on 29-Feb-2016

229 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

K3

TRANSCRIPT

BAB I

BAB V. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA [K3]TUJUAN

Tujuan dari bab ini adalah agar pembaca diharapkan mengerti dan memahami tentang konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada industri jasa konstruksi.

Setelah membaca bab ini pembaca diharapkan mampu untuk :

Menjelaskan bahwa kecelakaan pasti ada penyebabnya.

Menjelaskan bahwa suatu kecelakaan dapat dicegah.

Menjelaskan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).

Menjelaskan peraturan dan dasar hukum yang digunakan pada program keselamatan dan kesehatan kerja .

Menguraikan konsep SMK3 pada industri jasa konstruksi.

5.1. PADA SETIAP KECELAKAAN PASTI ADA SEBABNYA

Menurut Dan Petersen (1971) bahwa sebelum tahun 1911 keselamatan kerja dalam industri hampir tidak diperhatikan. Pekerja tidak dilindungi dengan hukum. Tidak ada santunan kecelakaan bagi pekerja. Bila terjadi kecelakaan, perusahaan menganggap bahwa kecelakaan itu :

Disebabkan oleh kesalahan tenaga kerja sendiri.

Disebabkan teman sekerja sehingga, pekerja mengalami kecelakaan.

Karena perusahaan merasa sudah membayar (menggaji) maka resiko kecelakaan menjadi tanggungan pekerja.

Karena pekerja mengalami kelalaian, sehingga terjadi kecelakaan.

Pada buku Industrial Accident Prevention (1931) oleh H.W. Heinrich dikatakan bahwa metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog dengan metode yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya, dan kualitas produksi. Pemikirannya pada saat itu tidak menitik beratkan berapa santunan yang layak diberikan kepada pekerja agar kecelakaan dapat dikurangi.

Teori Heinrich yang dikenal dengan teori domino, menurut M. Sulakmono (1997) adalah sebagai berikut :

I II III IV V

Gambar 5.1. Domino Berjajar Tegak.

Keterangan :

I= Heriditas (keturunan)

Misalnya ; keras kepala, pengetahuan lingkungan jelek. Karena kedua hal itu bisa kurang hati-hati dan akibatnya akan terjadi kecelakaan .

II = Kesalahan manusia

Kelemahan sifat perseorangan yang menunjang terjadinya kecelakaan.

Misalnya ; kurang pendidikan, angkuh, cacat fisik dan mental. Karena sifat-sifat tersebut maka akan timbul kecenderungan kesalahan dalam kerja yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan.

III= Perbuatan salah karena kondisi bahaya (tak aman)

Misalnya ; secara fisik meninggalkan alat pengaman / tidak mengguna kan pelindung diri, pencahayaan tidak memadai, mesin sudah tua, mesin tidak ada pelindungnya, dsb.

IV= Kesalahan (Accident)

Misalnya ; Puing akan menimpa pekerja, hal yang mengakibatkan kecelakaan orang lain.

V= Dampak kerugian

Misalnya : pekerja menjadi luka, cacat, tidak mampu bekerja bahkan meninggal dunia; kerugian biaya langsung dan tak langsung, dsb.

Teori domino ini menjelaskan apabila satu jatuh, maka akan mengenai semua, akhirnya sama-sama jatuh. Untuk mengatasi agar lainnya tidak berjatuhan salah satu domino misal no. II harus diambil, dengan demikian kecelakaan yang lain dapat dihindari. Hal ini dikategorikan juga merupakan pencegahan kecelakaan.

Teori domino Heinrich ini membawa perubahan besar dalam cara berfikir untuk usaha pencegahan kecelakaan. Sehingga dengan melaksanakan teori ini diharapkan akan terjadi penurunan kecelakaan kerja.

Menurut Frank E. Bird Petersen teori domino dari Heinrich,memiliki kesalahan yaitu orang menjadi terpaku pada pengambilan salah satu domino, seolah-olah dapat menanggulangi penyebab utama kecelakaan, yaitu kondisi atau perbuatan tidak aman. Tetapi sumber yang mengakibatkan kecelakaan menjadi lupa untuk ditelusuri. Maka Petersen mengatakan usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), kemudian pekerjaan dan kondisi tenaga kerja yang dibawah standar merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan manajemen.

Inti dari teori Frank E. Bird Petersen yang menggunakan teori manajemen adalah sebagai berikut :

Manajemen

Kurang Kontrol

Sumber

Penyebab Utama

Gejala

Penyebab langsung (praktek di

bawah standar)

Kontak

Peristiwa (kondisi di bawah standar)

Kerugian

Gangguan (tubuh maupun harta

benda)

Gambar 5.2. : Diagram Penggunaan Manajemen Pada Kecelakaan

5.2. SUATU KECELAKAAN DAPAT DICEGAH

Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejab mata, dan setiap kejadian terdapat 4 (empat) faktor penggerak dalam satu kesatuan berantai yaitu : lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia.

Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan kecelakaan ini merupakan tanggung jawab para manajer lini, supervisor maupun mandor. Selain itu seperti yang tersirat dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 10, bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja selain pihak perusahaan juga pihak karyawan/ tenaga kerja dan pemerintah.

a) Pencegahan kecelakaan.

Menurut Bennett NBS bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan 2 (dua) aspek yaitu :

Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak dsb).

Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Menurut Julian B. Olishifski bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja profesional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :

Memperkecil / menekan kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan.

Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut.

Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja tentang kecelakaan dan keselamatan kerja.

Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.

Menurut Sumamur, kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 (dua belas) hal berikut ini :

Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, pera-watan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.

Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD).

Pengawasan agar ketentuan UU wajib dipatuhi.

Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor ling-kungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.

Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.

Pendidikan.

Latihan-latihan.

Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat.

Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan.

Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.b) Faktor pencegahan kecelakaan.

Dari uraian diatas mengenai pencegahan kecelakaan, pada intinya perlu memperhatikan 4 (empat) faktor yaitu :

Lingkungan, Manusia.

Peralatan.

Bahaya (hal-hal yang membahayakan).

5.3. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SM-K3) ini adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi ; struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SM-K3) ini sangat dibutuhkan bagi penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja di suatu perusahaan. Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif . Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat di mulai pada pimpinan perusahaan dengan komitmen dan kebijaksanaan K3, baru dilanjutkan pada perencanaan K3, pelaksanaan K3, pengukuran hasil K3 yang sudah dilaksanakan, peninjauan ulang dan peningkatan manajemen bagi terwujudnya pelaksanaan K3 yang baik serta diakhiri dengan peningkatan berkelanjutan yang terus menerus dan berulang. Suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat di modelkan seperti diagram di bawah ini.

Gambar 5.3. : Model Sistem Manajemen K3

5.4. DASAR HUKUM DAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Landasan hukum, undang-undang dan peraturan-peraturan yang mengatur dan berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut : Peraturan Kewajiban Umum

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja ; mewajibkan tersedianya tempat kerja yang sehat dan aman, komite kesehatan dan keselamatan kerja, dan laporan perusahaan kepada lembaga dan pengawas pemerintah.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2 tahun 1970, tentang panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No. 25 tahun 1975 ; pembaharuan pada kewajiban yang tertulis di Undang-Undang No. 1 tahun 1970.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-03/MEN/1978 ; menegaskan hak-hak dan tanggung jawab dari pengawas pemerintah di bidang keselamatan di tempat kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-01/MEN/1980, tentang keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-02/MEN/1980 ; mewajibkan syarat-syarat untuk pemeriksaan medis bagi buruh.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP-155/N1EN/1984 ; menetapkan Dewan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Nasional. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor KEP/74/MEN/86 dan Nomor 104/KPTS/1986.

Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993, tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-04/MEN/1993 ; mewajibkan perusahaan untuk melaporkan kecelakaan di tempat kerja.

Petunjuk teknis mengenai Sistem Audit Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (1996) ; menetapkan persyaratan untuk audit internal perusahaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP-19/M/BW/1997 , tentang perbaikan persyaratan untuk audit keselamatan kerja internal yang disebutkan pada Undang-Undang No. 25. Peraturan mengenai Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 158 tahun 1972 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-04/MEN/1980 ; menetapkan persyaratan untuk pemadam api. Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-02/MEN/1983 ; menetapkan persyaratan untuk sistem deteksi dan pemadam kebakaran otomatis. Peraturan mengenai Lingkungan Tempat Kerja. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 1964 ; menetapkan persyaratan untuk penerangan, kelembaban, penyimpanan, kualitas udara di ruangan dan sistem ventilasi Peraturan mengenai Bahan Kimia Berbahaya. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 7 tahun 1973 ; menetapkan persyaratan untuk penggunaan dan penanganan pestisida.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 148/M/SK/4/1985 ; menetapkan persyaratan untuk penanganan, pemrosesan, transpor-tasi dan penyimpanan bahan kimia berbahaya.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja KEP/612/MEN/1989, menetapkan persyaratan untuk Lembar Data Keselamatan Bahan untuk bahan kimia berbahaya. Peraturan mengenai Pengendalian Kebisingan. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja SE-O1/MEN/1978, menetapkan batas kebisingan di tempat kerja adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja sehari, 40 jam kerja seminggu.

Petunjuk Menteri Tenaga Kerja untuk keselamatan buruh (Maret 1984) ; menetapkan persyaratan untuk program pemeliharaan pendengan bagi buruh. Peraturan mengenai Stress karena Panas Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja SE-O1/MEN/1978, menetapkan persyaratan untuk suhu ruangan tempat kerja, yakni 21-20 derajat Celcius, tingkat kelembaban 65-95%, dan mewajibkan perusahaan untuk mengambil langkah-langkah untuk menurunkan suhu di tempat kerja yang masih di atas 30 derajat, dan menggunakan metoda yang direkomendasikan untuk melindungi buruh dari panas. Peraturan mengenai Kompensasi (ganti rugi) bagi buruh. Keputusan presiden No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ; menetapkan persyaratan untuk kompensasi (ganti rugi) bagi buruh yang mengalami cedera atau sakit. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.196/MEN/1999, tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja harian, lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi.

Peraturan mengenai Pengelasan Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-02/MEN/1982 ; menetapkan persyaratan untuk proses pengelasan di tempat kerja.Pada hakekatnya peraturan-peraturan tersebut diatas masih berpijak pada sisi yang sama yaitu bagaimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor yang penting.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pada Bab V pasal 23 ayat 2 dijelaskan bahwa Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Sehingga masalah keselamatan dan kesehatan kerja harus diimplementasikan pada semua industri jasa tidak terkecuali juga industri jasa konstruksi.5.5. PEDOMAN K3 PADA TEMPAT KEGIATAN KONSTRUKSI

Dalam pedoman penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tempat kegiatan konstruksi, diperlukan persyaratan-persyaratan yang harus di penuhi oleh perusahaan. Persyaratan tersebut meliputi :

5.5.1. Persyaratan Administrasi

1. Ruang lingkup berlakunya peraturan ini

Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Surat Keputusan Bersama ini, maka terhadap semua tempat dimana dilakukan kegiatan konstruksi berlaku semua ketentuan hukum mengenai K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berlaku di Indonesia. 2. Kewajiban umum

Pengurus atau kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan.

Pengurus atau kontraktor harus menjamin bahwa mesin-mesin, peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibu-tuhkan sesuai dengan peraturan K3, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.

Pengurus atau kontraktor harus turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.

Pengurus atau kontraktor harus menunjuk petugas K3 yang karena jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindar-kan resiko bahaya kecelakaan.

Pengurus atau kontraktor harus memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin, dan kondisi fisik kesehatannya.

Sebelum pekerjaan dimulai pengurus atau kontraktor harus menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjukterhadap bahaya demi pekerjaan masing-masing dan usaha pencegahan, untuk itu pengurus atau kontraktor dapat memasang papan pengumuman, papan-papan peringatan, serta sarana-sarana pencegahannya yang dipandang perlu.

Panitia K3 bertanggung jawab atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.

Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penye-lenggaraan K3 menjadi tanggung jawab pengurus atau kontraktor.

3. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja.

Petugas K3 harus bekerja secara penuh untuk mengurus dan menyelenggarakan K3.

Pengurus atau kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan mempe kerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3

Panitia pembina K3 tersebut merupakan unit struktural dari organisasi kontraktor yang dikelola oleh pengurus atau kontraktor.

Petugas K3 tersebut bersama-sama dengan panitia pembina K3 ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau kontraktor, serta bertanggung jawab kepada pimpinan proyek.

Kontraktor harus :

Memberikan kepada panitia pembina K3 fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.

Berkonsultasi dengan panitia pembina K3 dealam segala hal yang berhubungan dengan K3 di proyek

Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia pembina K3.

Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan-kegiatan K3.

4. Laporan kecelakaan.

Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Depnaker dan Dep-PU.

Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan

Menunjukan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing.

Menunjukan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya

5. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :

Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja dengan pene-kanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu).

Secara berkala, sesuai dengan resiko yang ada pada pekerjaan tersebut.

Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.

Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan di simpan untuk referensi.

Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi seluruh pegawai / petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), alat komunikasi dan alat-alat jalur transportasi.

Setiap tenaga kerja harus diberi tahu tentang rencana darurat itu.

Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba- tiba harus dilakukan oleh dokter, juru rawat atau seseorang yang terdidik dalam P3K.

Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan ditempat kerja dan dijaga agar tidak kotor oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.

Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban, gauze yang steril, antisepti, plester, fomiquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.

Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat.

Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan harus berisi keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.

Isi dan alat-alat dalam kotak obat-obatan P3K harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap terisi (tidak boleh kosong).

Kereta untuk mengangkut orang sakit (carrying basket) harus selalu tersedia.

Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.

Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya resiko tenggelam atau keracunan gas, alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja. Persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan dibawa kerumah sakit atau tempat berobat semacam ini.

Petunjuk informasi harus diumumlan / ditempel pada tempat yang baik (strategis) yang memberitahukan ;

Tempat terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat P3K, ruang P3K, ambulans, kereta untuk orang sakit dan tempat dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan.

Tempat telepon terdekat untuk menelepon / memanggil ambulan, nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat / emergency.

5.5.2. Persyaratan Teknis1. Tempat Kerja dan Peralatan

Pintu masuk dan keluar.

Lampu penerangan.

Ventilasi

Kebersihan

Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran.

Perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh.

Perlindungan agar orang tidak jatuh / tali pengaman dan pinggir pengaman.

Kebisingan dan getaran (vibrasi)

Penghindaran terhadap orang yang tidak berwenang.

Struktur bangunan dan peralatan.2. Perancah (Scafolding).

Peraturan umum.

Pelataran tempat bekerja / platform

Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan.

Perancah kayu bulat (dolken)

Perancah gantung yang pelatarannya ditarik dengan tangan.

Perancah tergantung yang ditarik oleh motor.

Perancah tupang sudut / perancah tupang siku.

Perancah tangga.

Perancah dongrak tangga (ladder jack scaffold)

Perancah siku dengan penunjang (bracket scaffold)

Perancah kuda-kuda

Perancah perseggi (squares scaffold)

Perancah topang jendela (window jack scaffold)

Peralatan untuk truk / kereta pembuang bahan.

Perancah pipa logam

Perancah yang bergerak (mobile scaffold)

Perancah kursi gantung (boatswains chair)

Truk dengan perancah bak (aerial basket trucks/boom platform)

3. Tangga Kerja Lepas (Ladder) dan Tangga Kerja Sementara

Persyaratan Umum

Tangga berkaki yang dapat berdiri sendiri (portable)

Tangga kuda-kuda yang dapat berdiri sendiri (trestle stepp ladder)

Tangga yang dapat diperpanjang

Tangga lepas mekanik

Tangga permanen

Tangga sementara.4. Peralatan Untuk Mengangkat (Lifting appliance).

Peraturan umum

Alat pengangkat

Derek / kran angkat

Derek/kran pengangkat yg dapat berpindah tempat (traveling cranes)

Derek bergeser diatas (overhead traveling cranes)

Derek/kran angkat menara yg bersumbu putar (tower slewing cranes)

Kerekan monorail (underhung trolley / underhung crab)

Derek (derricks)

Rangka segi tiga (A-frame), kaki penahan (sheet legs)

Tiang Derek (gin poles) roda Derek ((gin wheels)

Kerekan (winches)

Dongkrak5. Tali Rantai dan Perlengkapan lainnya. Peraturan umum

Kabel-kabel kawat baja (wire ropes)

Tali-tali yang terbuat dari serat (fibre ropes)

Rantai-rantai

Alat penggantung

Roda kerekan

Pengait

Belenggu pengikat6. Permesinan : Ketentuan Umum

Instalasi dan pemasangan

Pengawasan dan pemeliharaan untuk mesin-mesin

Penggunaan mesin

7. Peralatan

Peralatan pemindahan tanah ; ketentuan-ketentuan umum

Power shovel dan excavator

Buldosers

Scrapers

Peralatan aspal

Mesin penggilas jalan

Pengaduk beton

Alat-alat pemuat (ban berjalan atau wheel loaders)

Mesin-mesin untuk pekerjaan kayu

Gergaji bundar

Gergaji pita

Mesin penyerut

Perkakas tangan (hands tools)

Peralatan yang menggunakan tekanan udara (pneumatic tools)

Alat yang menggunakan bubuk peledak sebagai tenaga (powder actuated tools)

Traktor dan truks

Truk pengangkat dan truk keperluan industri lainnya.

8. Pekerjaan bawah tanah.

Ketentuan umum

Membuat / menggali sumuran

Penyangga

Ventilasi udara

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran

Penerangan di bawah tanah

Pengeboran

Debu

9. Penggalian-penggalian

Ketentuan umum

Penyangga pekerjaan galian

Parit

Sumur

10. Pemancangan tiang pancang

Persyaratan umum

Pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap mesin pancang

Mesin pancang dalam penggunaan

Mesin pancang terapung (floating pile drive)

Pemancangan turap baja (Sheets pilling)11. Pekerjaan beton

Persyaratan umum

Persiapan pengecoran dan pemancanganbeton

Besi tulangan

Menara bak muatan beton (concreate buckets towers)

Pengerjaan struktur / kerangka12. Operasi lainnya dalam pembangunan gedung

Pendirian bangunan dengan menggunakan prefab yang mudah dibongkar (prefabrikasi)

Pemasangan konstruksi baja

Pekerjaan dalam lift koker lubang tangga (safts stair wells)

Pemasangan kerangka atap (roof trusses)

Peraturan mengenai lantai sementara

Pekerjaan dengan aspal yang panas, ter, lain-lain

Bekerja dengan pengawet kayu (wood preservatives)

Lantai, dinding dan lain-lain dengan bahan yang mudah terbakar.

Pekerjaan insulasi

Pekerjaan yang berhubungan dengan atap

Pengecatan

Pengelasan dan pemotongan dengan nyala api

Peledakan

Pencampuran batuan ( stones dressing)13. Pembongkaran (Demolition)

Persiapan kerja

Persyaratan umum pada pekerjaan bongkar

Peralatan untuk pembongkaran

Lantai pengaman untuk pekerjaan pembongkaran

Pembongkaran dinding

Pembongkaran lantai

Pembongkaran bangunan baja

Pembongkaran cerobong yang tinggi dan lain-lain

Pedoman ini tidak dapat diuraikan satu persatu, untuk lebih jelas dapat dilihat pada buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi yang diterbitkan atas Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1986.

RANGKUMAN Pada setiap kecelakaan pasti ada sebabnya, faktor yang perlu diperhatikan dalam mencegah kecelakaan adalah faktor lingkungan, manusia, peralatan dan faktor hal-hal yang menyebabkan bahaya. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan industri perlu komitmen dari pimpinan. Maka diperlukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SM-K3), baik untuk perusahaan industri maupun perusahaan industri konstruksi.

Pemerintah sudah cukup lama melakukan kebijaksanaan mengenai K3, yaitu sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, ini menandakan pemerintah juga sangat memperhatikan tentang keselamatan para tenaga kerja yang bekerja pada berbagai industri.

Industri jasa konstruksi merupakan lapangan kerja yang bersifat rawan terhadap kecelakaan pekerja, sehingga perusahaan kontraktor harus melakukan penerapan pelaksanaan K3 dengan berpedoman pada Keputusan Bersama antara Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan umum.

LATIHAN

1. Jelaskan mengapa pada setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya ?

2. Jelaskan apakah suatu kejadian kecelakaan dapat dicegah ?

3. Sebutkan dan jelaskan 4 (empat) faktor dalam pencegahan kecelakaan ?

4. Jelaskan mengapa pada setiap kegiatan produksi pada suatu industri harus memperhatikan masalah K3 ?

5. Jelaskan kenapa pada sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pertama-tama yang harus diperhatikan adalah komitmen dan kebijak-sanaan pimpinan perusahaan ?

6. Dalam Pedoman penerapan K3 pada pekerjaan konstruksi, aspek apa saja yang mesti diperhatikan, jelaskan ?

7. Uraikan aspek-aspek administrasi yang perlu diperhatikan dalam penerapan K3 pekerjaan konstruksi ?

8. Uraikan aepek-aspek teknis yang perlu diperhatikan dalam penerapan K3 pekerjaan konstruksi ?

Komitmen dan Kebijaksanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengukuran

Peninjauan Ulang dan Peningkatan Manajemen

Peningkatan Berkelanjutan

1678

PROGRAM SP-4 JURUSAN TEKNIK SIPIL

K3&HUKUM PERBURUHAN

top related