bab v grand strategy dan kepentingan geopolitik … · diperumit dengan nato memasang sistem anti...
Post on 14-Jan-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB V
GRAND STRATEGY DAN KEPENTINGAN GEOPOLITIK
RUSIA DAN UNI EROPA PADA BALTIK
5.1 Nilai Politis Baltik bagi Uni Eropa
Proyek PCIs UE yang digunakan negara-negara Baltik untuk menghentikan
ketergantungannya terhadap gas Rusia menyebabkan hubungan Rusia-UE semakin tegang
karena Rusia berusaha mempertahankan pengaruhnya di Baltik. Masalah di perbatasan UE-Rusia
diperumit dengan NATO memasang sistem anti misil di Polandia dan membuat Rusia merasa
terancam. Situasi ini menghimpit negara-negara Baltik karena posisinya yang menjadi sasaran
persaingan energi Rusia dan UE. Peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisa kepentingan
Rusia dan UE di Baltik yang diyakini bukan semata kepentingan ekonomi. Peneliti akan
menganalisa kepentingan-kepentingan geopolitik Rusia dan UE terhadap Baltik,sehingga Baltik
diperebutkan.
Geopolitik tradisional adalah faktor-faktor geografis yang menentukan keputusan politis
atau juga ilmu georafi yang digunakan untuk keperluan politk suatu negara. Umumnya
kepentingan geopolitik suatu negara adalah kepentingan pemanfaatan atau penguasaan wilayah
karena tujuan politis tertentu yang menyangkut dengan keamanan. Dalam teori geopolitik yang
membahas UE Enlargement1 Merje Kuus dalam Geopolitic Reframed (2007) menyatakan bahwa
kepentingan geopolitik di dalam enlargement ini bertendensi untuk berbicara mengenai
persatuan budaya dan ideologi karena selalu menonjolkan identitas nilai dan budaya ke-Eropaan
yang akhirnya akan menimbulkan persatuan wilayah.
Peneliti menggunakan geopolitik klasik karena tujuan dari UE adalah untuk memperluas
wilayahnya di benua Eropa. Cara UE untuk menguasai daerah-daerah ini tidak murni
menggunakan agresi militer namun lebih menggunakan identitas budaya, ekonomi dan politk.
Untuk kekuatan militer, strategi penguasaan dilakukan oleh NATO. Proses perluasaan ini sangat
1 UE Enlargement adalah perluasan wilayah dari Uni Eropa mulai dari yang awalnya beranggotakan Eropa Barat,
dalam tahun ketahun merambah Eropa Tengah dan Timur. Tujuan dari Enlargement di dalam situsnya adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan Politik regional, serta menyatukan satu identitas budaya Eropa.
geopolitis karena ingin membuat seluruh daratan Eropa yang “whole and free”2. Identitas “whole
and free” dimiliki Eropa jika nilai ke-Eropaan atau ke-Baratan dapat diterima di seluruh daratan
Eropa yang bebas karena ideologi demokrasi liberal. Sehingga, bila seluruh Eropa belum berada
dalam kekuasaan UE, maka Eropa belum utuh. Milan Kundera dalam the Tragedy of Central
Europe (1984) menytaakan bahwa Eropa tidak hanya merepresentasikan wilayah geografis
namun merepresentasikan Barat. Dalam masalah keamanan, Spykman dalam Geography and
Foreign Policy (1938) menyatakan bahwa isu geografis tetap menjadi prioritas karena geopolitik
UE berupa batas wilayah fisik dan budaya, sehingga kekuatan untuk mempertahankan wilayah
geografis harus diperhatikan.
5.1.1 Eastern Enlargement: Menjadikan Timur sebagai Barat
Ole Waever dalam European Security Identities (1996) menyatakan bahwa enlargement
ini ingin menghapus batasan antara Eropa Barat dan Timur dan menyatukannya dalam satu
budaya. Bagi negara-negara baru anggota UE, UE menjadi pedoman kebijakan luar negri dan
keamanan mereka. UE dan NATO menekankan kepada anggota barunya bahwa kepentingan UE
harus dijamin selain kepentingan nasional masing-masing negara. Merje Kuus dalam Geopolitic
Reframed (2007) menyatakan bahwa Eropa Timur berada di daratan Eropa, namun tidak bernilai
Eropa, sehingga UE harus membuat mereka memiliki identitas Eropa dengan bergabung di UE.
Selama mereka masih membawa ciri khas Soviet, maka tujuan UE belum terpenuhi dan UE tidak
bisa dikatakan sebagai Eropa yang utuh.
Proses Eropanisasi menurut Jeffery T Checkel dalam Norms, Institutions, and National
Identity in Contemporary Europe(1999) terjadi dimana proses ekonomi, politik dan budaya
dibentuk oleh norma dan standart dari UE di dalam terirorial imajinernya. Anggota berperan
untuk menjaga masalah hukum dan relasi antara anggota termasuk imigrasi, kewarganegaraan,
ekonomi hingga hak minoritas. Proses yang ada harus disesuaikan dengan standar UE untuk
merubah proses ekonomi, politik dan sosial dari negara-negara tersebut. Dukungan untuk negara-
negara Eropa Timur dan Utara untuk kembali ke Barat sangat tinggi namun kendala muncul
ketika hukum harus diubah karena mempengaruhi hukum nasional . Nilai ke-Baratan yang
didapat setelah bergabung dengan UE akan sangat mempengaruhi kedaulatan nasional dari
2 For the European whole and free adalah slogan dari UE untuk menyatukan seluruh daerah Timur dengan Barat
agar membuatseluruh Eropa menganut budaya dan ideologi yang sama dengan Eropa Barat.
negara anggota, dan identitas dari bangsa-bangsa itu akan juga disamakan dalam satu identitas
Eropa.
Gambar 7
Peta EU Enlargement
Sumber: Civitas.org.uk tahun 2015
UE menawarkan keanggotaan pada Baltik walaupun Baltik merupakan bagian dari negara
post-Soviet. Penulis memiliki hipotesis bahwa Baltik merupakan proyek untuk menguasai negara
Post-Soviet dan simbol keberhasilan nilai Eropa melawan nilai Soviet. UE Enlargement hingga
kini membuat UE memiliki 27 anggota dari awal hanay 6 anggota. Enlargement ini telah
dilakukan sejak tahun 1957 dengan tujuan3 untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan
memperkuat demokrasi terutama bagi negara-negara yang memiliki pemimpin diktaktor.
Persyaratan untuk menjadi anggota UE sangatlah ketat agar memastikan negara tersebut mampu
melaksanakan kewajiban anggota. Terdapat 35 bab kebijakan yang membicarakan mengenai
hukum, kebebasan berekspresi dan media, masyarakat sipil, kerjasama regional dan
3 Data dilansir dari situs resmi Uni Eropa https://europa.eu/european-union/topics/enlargement_en pada 12
Desember 2016
pemerintahan ekonomi4. Semua poin dikaji oleh European Commission (EC) yang juga
mengepalai proyek PCIs5.
Pasca runtuhnya USSR tahun 1989, banyak negara-negara komunis di Eropa Tengah dan
Timur menjadi anggota diantara tahun 2004 dan 2007, serta pada 2013 disusul oleh Kroasia.
Negara-Negara Balkan Barat dan Turki yang ingin ikut bergabung. Negara-negara Baltik sendiri
bergabung dengan UE pada tahun 2004 pada saat The Great Eastern Enlargment. UE merasa
bahwa enlargement ini diperlukan6 untuk memberikan kebebasan demokrasi, kesejajaran dan
HAM bagi seluruh negara di Eropa. Selain itu untuk menjaga kestabilan dan keamanan wilayah
dengan cara menyebarkan stabilitas ekonomi dan perdamaian di Eropa Timur dan Tengah.UE
merasa dengan terus menambah anggota maka angka penduduk anggota UE akan bertambah dan
akan meningkatkan dinamika kekuasaan di dunia. UE juga akan semakin kaya dengan ide-ide
kebebasan, keadilan sosial, lingkungan, budaya dan sejarah dari beragam anggotanya.
Kriteria untuk bergabung dengan UE didasarkan pada tiga hal utama yaitu politik dimana
negara calon harus menjamin demokrasi, peran hukum serta HAM. Kedua adalah ekonomi,
dimana negara harus memiliki pasar yang berfungsi dan harus dapat berkompetisi dengan pasar
UE. Terakhir adalah hukum dimana negara harus mampu menerima hukum UE terutama hukum-
hukum yang digunakan untuk mencapai persatuan politik, ekonomi dan keuangan. Pasar tunggal
UE menjamin pergerakan barang, jasa dan tenaga kerja tanpa halangan. Terdapat beberapa sektor
di dalam pergerakan barang antara lain peralatan listrik, medis, otomotif, kimia, dan energi7.
Sejak awal semestinya pasar energi Baltik sudah terintegrasi dengan UE karena energi
merupakan sektor di dalam pasar tunggal UE namun kurangnya dukungan UE dan wilayah yang
terisolasi menyebabkan kesulitan bagi negara-negara Baltik untuk mensinergikan pasar
energinya dengan UE. Ketergantungan Baltik terhadap Rusia menyebabkan UE tidak dapat
meraih “whole and free” sehingga UE ingin menghentikan interaksi energi antara negara-negara
Baltik dengan Rusia.
4 Data diambil dari Brosur European Comission: Enlargement of European Union
https://ec.europa.eu/neighbourhood-enlargement/sites/near/files/pdf/publication/2014/140902_dgelarg_brochure_en.pdf pada 12 Desember 2016 5 Project of Common Interest merupakan UE Enlargement yang bertujuan untuk memperluas area energi.
7 Diambil dari situs European Comission https://ec.europa.eu/growth/single-market/goods/free-movement-
sectors_en pada 28 Januari 2017
Selain enlargement untuk anggota baru, terdapat juga kebijakan European Neighborhood
Policy8 atau juga disebut Crossborder Corperation yang dibentuk tahun 2003 untuk menjalin
hubungan dengan 16 tetangga UE terdekat di wilayah Timur dan Selatan seperti Aljazair, Israel,
Jordan, Tunisia hingga Armenia, Azerbeijan, Ukraina dan Rusia yang secara budaya bukan
berasal dari budaya Eropa. Inti dari kebijakan ini adalah stabilisasi wilayah sekitar UE untuk
kepentingan politik, ekonomi dan keamanan. Kebijakan ini berjalan melaui kerjasama baik
bilateral, maupun regional, antar tetangga dan antar perbatasan. Selain itu, juga terdapat agenda
untuk memperkuat peran masyarakat sipil dalam perubahan sistem politik dan demokratisasi di
negara tetangga. Dari kerjasama ini UE mendapatkan akses energi dari Aljazair dan Rusia,
membuat jalur transit gas dari Rusia melalui Ukraina maupun perdagangan ekonomi dan militer
dengan 13 negara tetangga lainnya. Congressional Research Service (2014) menyatakan bahwa
negara-negara jauh yang dianggap seperti “wider Europe” seperti Moldova dan Georgia serta
Kaukasus ingin bergabung dengan UE namun mereka masih memiliki masalah ekonomi-politk,
sehingga mereka bergabung dulu dengan Association Agreements UE untuk mempromosikan
nilai politis UE. Penduduk negara anggota UE merasa enlargement ini kian membahayakan
integrasi dan kesatuan Eropa karena rencana masuknya beberapa negara yang berbeda agama
dan budaya. Selain itu, semakin banyak anggota UE juga akan berdampak kepada decision
making karena menggunakan sistem suara bulat.
Stabilitas negara-negara kandidat enlargement ataupun negara tetangga sangat penting
bagi UE karena dampak sosial ketidak stabilan dapat berimbas ke anggotanya, dengan contoh
ketika terdapat kemiskinan di Romania ataupun perang di Suriah, banyak warga mereka yang
datang dan mengungsi ke UE. Bila negara-negara di Laut Mediterania berkonflik, jalur dagang
UE yang melewati negara-negara tersebut akan terhalangi dan keamanan anggota UE di Laut
Mediterania juga terancam. Dalam zaman globalisasi ini, masalah negara lain dapat berdampak
bagi seluruh dunia apa lagi bagi negara-negara yang hanya terpisahkan batas darat atau laut,
konflik dan krisis yang terjadi dapat berdampak bagi keamanan UE, sedangkan UE ingin
menjaga keamanan wilayahnya.
8 Dilansir dari situs European Comission http://ec.europa.eu/neighbourhood-enlargement/neighbourhood/cross-
border-cooperation_en pada 13 Desember 2016
Masalah keamanan menjadi isu dari UE selama 25 tahun. Dilansir dari The Economist9
Amerika sering menyatakan bahwa Eropa gagal mengkonter misil Rusia maupun pengaruhnya di
Eropa Timur, menyebabkan Rusia terus bergerak ke Barat untuk menginvansi Eropa Timur dan
mengembangkan sistem nuklir di Kaliningrad yang dekat dengan UE. Rusia menjadi salah satu
ancaman terdekat bagi UE karena teknologi misil dan kekuatan militer serta ekonomi yang masih
besar pasca krisis ekonomi 2014 sesudah jatuhnya harga minyak. Rusia menjadi great power lagi
di dalam pemerintahan Putin dan menaungi negara-negara otoriter maupun korup di dunia seperti
Tiongkok. Dengan cara ini pula Rusia mendapatkan Krimea, dan beberapa wilayah kecil Ukraina
dalam sepuluh tahun terakhir dan menajadi pukulan bagi UE beserta NATO.
Menurut Jonathan Adelman10
Senjata Rusia modern kini adalah kemampuan militer yang
besar, lokasi geografis di Eropa-Asia, kepemimpian yang kuat, nasionalisme yang tinggi, sumber
energi melimpah, perdagangan energi yang berkembang, dan persatuan UE yang melemah. Rusia
selalu melakukan intervensi untuk membantu aliansinya, dan kurangnya persatuan dalam UE
menyebabkan UE kesulitan melawannya. Kekhawatiran UE menambah dengan mulai
mundurnya fokus Amerika pada UE dan mulai meningkatnya hubungan Rusia dengan negara-
negara asing seperti beberapa negara Arab, Israel,Iran, Argentina, Brazil, Hungaria,Latvia
Jerman, Perancis,Belanda dan Asia Timur dan Selatan. Hubungan Rusia dengan negara-negara
tersebut umumnya berupa perdagangan produk militer, energi ataupun hubungan aliansi politis.
Dengan menguatnya aliasi Rusia, menurut data artikel dari Alexander Woolfson, UE merasa
semakin khawatir atas kestabilan keamanan wilayahnya terutama dengan aliansi Rusia di Eropa.
Maka NATO meluncurkan ERI (European Reassurance Initiative) untuk melindungi UE. NATO
merotasi lebih banyak tentara dan patroli angkatan laut di Eropa terutama di dekat wilayah-
wilayah kekuasaan Rusia. Namun persatuan Eropa menjadi penghalang lagi karena negara-
negara besar Eropa Barat tidak ingin hubungan dagang dan energinya hancur dengan Moscow.
Sedangkan Polandia meminta lebih ditingkatkan keamanannya di Baltik dan Polandia dengan
memasukkan 10.000 tentara NATO di wilayahnya.
9 Dilansir dari The Economist: http://www.economist.com/news/britain/21698629-britain-safer-european-union-
outside-it-security-concerns pada 28 Januari 2017 10
Dilansir dari Hufftington Post http://www.huffingtonpost.com/jonathan-adelman/the-surprising-resurgence_b_8104486.html pada 28 Januari 2017
UE ingin mencapai kestabilan di wilayahnya agar mereka dapat melanjutkan aktivitas
ekonomi dengan lancar tanpa harus memikirkan masalah sosial di negara-negara anggotanya
akibat konflik. Selain itu, perluasan yang ingin dicapai UE tidak akan pernah berhasil bila Rusia
masih menguasai Eropa Timur dan Eropa Tengah baik secara ideologi, budaya maupun
keamanan. UE menggap Rusia akan terus mengusik kestabilan Eropa menyebabkan keamanan
internal UE tidak stabil.
5.1.2 Negara Baltik sebagai Simbol Keberhasilan Bagi Uni Eropa
Negara-negara Baltik bergabung di saat “The Great Eastern Enlargment” sebagai negara-
negara Eropa Timur pertama yang memasuki UE. Menurut data dari Frank Emmert dalam Jurnal
Hukum Fordam (2014), poin terpenting dari ketiga negara ini bagi UE adalah mereka satu-
satunya negara post-Soviet yang bergabung dengan UE sehingga UE memiliki kepentingan lebih
kepada mereka untuk dapat mendekati negara Post-Soviet lainnya. Pasca runtuhnya Soviet, UE
ingin menambahkan negara Central and Eastern European Countries (CEECs) dan
mengintegrasikannya dengan ekonomi liberal UE. UE menjalin kerjasama perdagangan bilateral
dengan CEECs. Kemudian EC memberikan bantuan rekontruksi ekonomi dan asistensi serta
pinjaman bagi negara CEECs untuk „membenahi‟ negara mereka yang telah dianggap cacat
karena sosialisme dan komunisme. Kemudian UE memikirkan kerjasama jangka panjang yaitu
Europe Agreement dimana negara-negara ini memiliki hak untuk secara bertahap memiliki akses
dalam pasar UE. Pada tahun 1994 negara CEES dipersiapkan untuk menjadi anggota UE.
Estonia menjadi negara pertama yang melakukan negosiasi dengan UE pada tahun 1998
bersama dengan Ceko, Hugaria,Polandia dan Slovenia. Negara-negara CEECs lainnya harus
memberikan perkembangan negara mereka dalam bidang ekonomi, hukum dan politik yang
diawasi melalui Progress Report arahan EC. Pada tahun 2002 grup ini semakin membesar dan
menjadi kandidat terkecuali Bulgaria, Romania dan Turki. Latvia dan Lithuania serta beberapa
negara lainnya melakukan negosiasi pada Desember 2002. Pada April 2003 Additional
Agreement disetujui Parlemen Eropa kepada 15 anggota UE dan 10 negara kandidat untuk
diratifikasi dan diresmikan saat voting parlemen 2004
Enlargement memberikan Eropa harapan untuk dapat bersatu dengan seluruh negara
dalam satu benua dan melakukan rekonsiliasi dengan musuh zaman Perang Dingin. Melalui
hubungan ini Barat berharap dapat memiliki pemahaman yang sama dengan Timur untuk
memiliki satu identitas Eropa yang memperkuat nilai regional nan demokratis. Negara Baltik
diharapkan dapat memiliki identitas ini walau merupakan negara post-Soviet. Nilai komunisme
dari era Soviet diharapkan dapat diganti dengan demokrasi. UE ingin menunjukkan kepada dunia
bahwa kini kondisi pasar dan ekonomi negara-negara Eropa Timur pasca bergabung dengan
nilai-nilainya UE telah berkembang oleh karena sistem UE.
Terdapat nilai negatif bagi pengambilan kepurusan UE pasca enlargement yang menjadi
lamban karena kini memiliki 27 anggota. Menurut Jacek Wieclawski dalam The Eastern
Enlargement of the European Union (2010) UE juga semakin menganggap Rusia menjadi
tantangan karena mereka dianggap sebagai penerus dari USSR yang semakin ingin menceraikan
UE dengan cara menawarkan kerjasama bilateral khusus ke negara-negara tertentu. Rusia
bekerjasama dengan Jerman lalu Perancis dan beberapa negara besar UE sehingga menyebabkan
ketidak seimbangan kekuatan dalam pasar UE. Jerman yang merupakan negara terkuat di UE
yang memiliki proyek NordStream dengan Rusia yang menyebabkan ketakutan akan gagalnya
rencana diversifikasi gas dari Rusia. Namun UE juga memerlukan Rusia sebagai suplier
energinya sehingga keadaan ini menjadi dilematis.
Hasil dari bergabung dengan UE membuat Latvia menjadi salah satu contoh paling
bersinar dalam proses demokratisasi negara Eropa Timur yang bergabung dengan UE. Seluruh
negara Baltik yang bergabung dengan UE diwajibkan untuk membentuk sistem ekonomi sendiri
dengan elemen mendasar berupa kurs, anggaran dan infrastruktur ekonomi. Latvia menjadi
negara industri termaju diantara negara-negara Baltik lainnya. Oleg Baranovs dalam Current
Statys, Prospects and Country Specific Problems of Accession (2001) menyatakan pada awalnya
Latvia memang meneruskan industri dari zaman Soviet, namun selain itu juga Latvia memiliki
share tertinggi produksi militer dan alat berat. Menurut data dari European Bank for
Reconstructuion and Development pada awal runtuhnya Soviet perekonomian di Latvia jatuh,
dengan GDP menurun lebih dari 50% tahun 1990-1993 dan inflasi hingga 951,2%. Setelah kurs
nasional dibuat, dan melakukan reformasi keuangan maka ekonomi dapat kembali membaik.
Pada tahun 1995-2000 total pertumbuhan mencapai angka 25%. Namun perekonomuan Latvia
masih bergantung pada keadaan ekonomi Rusia. Hal ini disebabkan partner dagang terbesar
mereka adalah Rusia, dan pada saat Rusia mengalami krisis tahun 1998, pertumbuhan GDP
Latvia ikut melambat. Keberhasilan Latvia dalam memperbaiki keadaan ekonomi pasca
runtuhnya Soviet menjadikan ketiga negara Baltik lainnya sebagai simbol keberhasilan sistem
ekonomi UE walaupun dari bidang energi bantuan dari UE sangatlah minim karena kurangnya
aksesibilitas geografis negara-negara Baltik kepada negara anggota UE lainnya.
Anneli Albi dalam EU Enlargement and the Constitution of Central and Eastern Europe
(2005) menjelaskan bahwa sebelum bergabung dengan UE, Estonia, Latvia dan Lithuania
merupakan kandidat yang tersulit karena mereka memerlukan amandemen konstitusi dam
referendum karena rendahnya support masyarakat. 59% masyarakay Estonia pada tahun 2001
menolak referendum untuk bergabung dengan UE, maka mereka melakukan perubahan
amandemen. Latvia mengalami penolakan sebanyak 43%. Pada tahun 2003 format amandemen
diajukan. Lithuania melakukan proses amandemen sejak tahun 1996 dan memiliki total 7
amandemen. Masyarakat awalnya menolak sebanyak 47-50% tahun 2000 namun terus
meningkat hingga meraih dukungan sebesar 57% dan menjadi dukungan tertinggi diantara
negara Baltik lainnya. Salah satu perubahan terbesar dalam amandemen adalah pemberian hak
voting kepadaseluruh penduduk permanen. Poin kedua ini menjadi masalah karena kekhawatiran
UE akan keterlibatan penduduk yang berasal dari Rusia terutama di Latvia dan Estonia yang
memiliki penduduk etnis Rusia tertinggi.
Negara CEECs juga bergabung dengan institusi internasional lainnya untuk melindungi
wilayah kedaulatan mereka seperti melalui North Atlantic Treaty Organisation (NATO). Negara-
negara Baltik menerima undangan untuk bergabung pada tahun 2002. NATO membatasi
kemampuan anggota untuk membuat keputusan perang dan harus mengikuti pertahanan kolektif
terutama untuk membantu negara sekutunya. Selain itu, terdapat pula peraturan yang harus
mengizinkan tentara asing dari anggota NATO memasuki wilayah anggota lainnya untuk
melakukan pertahanan.
UE memiliki tujuan untuk menyatukan negara-negara di Eropa di dalam satu identitas
Eropa, sehingga mampu mencapai European whole and free. Eastern Enlargment,
Neighborhood Policy dan Assosiation Agreement menjadi langkah-langkah geopolitik yang
dibuat oleh UE untuk meraih tujuan ini dengan memiliki hubungan kerjasama dengan negara-
negara Eropa yang berada di luar UE. Hal ini diperkuat dengan pertahanan wilayah yang
dilindungi oleh NATO.
Walau Baltik merupakan satu-satuya negara post-Soviet yang bergabung, namun
pengaruh Soviet sangat luas hingga keseluruhan sisi Timur dan Utara Eropa. Menggabungkan
Baltik ke dalam UE dan NATO membuat Barat secara politis menang dari persaingan
pengaruhnya dengan Rusia. UE dapat menunjukkan kepada negara-negara lain yang kini masih
di bawah pengaruh Rusia bahwa nilai keeropaan dan ideologi demokrasi liberal ini akan
membuat negara-negara berkembang secara ekonomi. Sehingga dapat memunculkan keinginan
negara-negara tersebut untuk keluar dari pengaruh Rusia dan bekerja sama dengan UE. Bila
banyak dari mereka sudah bergabung dengan UE, maka usaha mencapai Eropa yang utuh akan
tercapai, sekaligus blok Rusia akan lenyap karena sekutunya habis dalam daratan Eropa.
Eastern Enlargement bukanlah sebuah usaha yang hanya ingin menggabungkan batas
Barat dan Timur. Dengan bergabungnya Baltik, UE semakin termotivasi untuk menghilangkan
pengaruh besar rival Eropanya yaitu Rusia. Dengan membuat negara-negara tetangga Rusia
menjadi anggota NATO, maka NATO akan memiliki hak untuk menempatkan pasukannya di
negara-negara itu yang pasti akan mengancam keamanan perbatasan Rusia. Persaingan kedua
aktor ini dalam “bernostalgia” dengan Baltik akan terus menyebabkan Eropa tidak stabil dan hal
ini berlawanan dengan promosi UE yang menyatakan bahwa identitas Eropa menyebabkan
kestabilan.
5.2 Nilai Politis Baltik sebagai Near Abroad Rusia
Negara-negara Baltik merupakan negara post-Soviet yang membuat mereka tergolong
dalam Near Abroad11
. Near Abroad terbagi menjadi 3-4 wilayah yaitu Asia Tengah, Pegunungan
Kaukasus Selatan, Eropa Timur dan Wilayah Baltik. Negara-negara near abroad masih memiliki
identitas Rusia yang telah dimiliki selama kurang lebih 40 tahun semenjak bergabung dalam Uni
Soviet. Rusia mengharapkan Near Abroad menjadi alat geopolitik untuk mencapai kepentingan
nasionalnya. Rusia modern mampu mengumpulkan negara-negara sekitar untuk berpartisipasi
dalam menjaga kepentingan regional demi mencapai kepentingan Rusia. Tujuan dari persatuan
near abroad dilakukan untuk menjaga keseimbangan pengaruh dalam benua Eropa agar Rusia
masih memegang kendali atas daerah Timur dan mengimbangi ekspansi Barat.
11
merupakan istilah yang digunakan sejak tahun 1990an untuk menjelaskan negara-negara yang awalnya dikontrol oleh Uni Soviet dan Kekasiaran Rusia atau bisa disebut periphery Rusia.”
Gambar 8
Peta Near Abroad Rusia
Sumber:Radio Free Europe
Gambar lima menunjukkan Rusia (yang berwarna merah) dengan beberapa negara-negara
near abroad yang berwarna oranye, kuning dan putih. Warna gradasi oranye itu menandakan
semakin pekatnya warna maka semakin banyak penduduk berdarah Rusia di sana.
Near Abroad terutama negara-negara Baltik awalnya merupakan buffer zone bagi UE dan
Rusia. Baltik kini berperan untuk menghindarkan konflik antara Barat-Timur demi balance of
power12
Eropa. Namun kini dengan memanasnya hubungan UE-Rusia dan bergabungnya Baltik
ke UE, negara Baltik diperkirakan menjadi shatterbelt. Buffer zone menurut Arthur Ebregt dalam
Buffer zones and their management (2000) adalah area atau negara yang terletak di antara dua
area lain atau lebih. Umumnya kedua negara ini memiliki kapasitas dan kekuatan yang lebih
besar dari pada daerah buffer zone. Rusia menggunakan near abroad sebagai buffer zone untuk
berlindung dari kepungan NATO dan UE.
12
Sebuah istilah untuk menggambarkan situasi sharing power yang seimbang di suatu wilayah atau dunia untuk menghindari konflik.
Gambar 9
Bufferzone
Gambar 10
Shatterbelt
Buffer zone memiliki berbagai fungsi tergantung jenisnya ada yang merupakan wilayah
demiliter ataupun wilayah-wilayah perbatasan. Umumnya buffer zone bertujuan untuk
mengindari kekerasan ataupun konflik antara major powers disekelilingnya.
Alfred Mahan dalam The Problem of Asia and Its Effect upon International Policy (1900)
menyatakan bahwa shatterbelt sebagai zona yang tidak stabil diantara dua major power seperti
pada gambar 7. Fairgive (1915) menyatakan bahwa shatterbelt berlokasi diantara laut dan
Heartland13
Eurasia; mulai dari Eropa Timur hingga Korea. Pasca Perang Dunia II, shatterbelt
terletak di Eropa Timur dimulai dari Baltik. Sehingga daerah shatterbelt (gambar 7) adalah
daerah yang terpecah-pecah secara internal dan terjebak dalam kompetisi pengaruh diantara
13
Wilayah pusat kekuatan dunia, yang dipercaya berada di Eurasia
major powers. Saul Benhard Cohen menyatakan kompetisi di dalam dan sekeliling shatterbelt
meningkat dengan instensitas suplai senjata, penghargaan ekonomi maupun backing politik dari
negara-negara disekelilingnya. Jangka waktu suatu daerah menjadi shatterbelt tergantung dari
major powers yang mengelilinginya, jika pengaruh hilang maka area itu tidak menjadi
shatterbelt lagi. Kini, Baltik akan menjadi zona shutterbelt baru, diantara persaingan geopolitik
UE dan Rusia yang beradu dengan energi.
5.2.1 Baltik Sebagai Shatter Belt Rusia
Baltik masih memiliki nilai-nilai penting bagi Rusia. Pelabuhan-pelabuhan Baltik
merupakan pelabuhan bebas es yang mampu membantu perdagangan Rusia ke Eropa. Arkady
Moshes (2000) dalam Russian Policy Towards Ukraine, Belarus and the Baltic States in the
Putin Era menyatakan bahwa Latvia pernah menaikkan tarif pelabuhan secara mendadak saat
harga minyak turun pada tahun 1998, yang menyebabkan konflik. Akhirnya, Rusia melakukan
rerouting walaupun Latvia masih membutuhkan uang dari tarif tersebut. Sehingga pada akhir
tahun 1990an, Rusia tidak lagi berlabuh di sana kecuali saat melindungi diaspora etnik Rusia
yang didiskriminasi oleh UE. .
Rusia selalu ingin mengurangi kekuatan Barat di Baltik karena Baltik merupakan
jembatan diantara Rusia dan UE yang memisahkan Rusia dari kontak langsung wilayah UE.
Pada tahun 1997, Rusia melakukan berbagai cara agar Baltik tidak bergabung di NATO.Seperti
ketika Rusia menolak untuk menandatangani perjanjian perbatasan dengan negara-negara Baltik
yang memperlambat keanggotaan Baltik di NATO. Rusia selalu menjaga hubungan baik dengan
Lithuania karena lokasinya yang berdampingan dengan Kaliningrad. Rusia memerlukan jalur
darat di Lithuania untuk mengirim barang, jasa dan peralatan militer ke Kaliningard. Pasca
bergabungnya Polandia ke NATO dan menjadi basis militer NATO, Lithuania menjadi satu-
satunya perantara Rusia-Kaliningrad. Namun pasca bergabungnya Lithuania ke NATO, barang
dan jasa Rusia yang melintas harus memiliki surat perizinan bebas visa khusus bernama FTD dan
FRTD. Hubungan Rusia-UE semakin retak dengan kepentingan masing-masing di Baltik. Hal ini
mengkhawatirkan karena Rusia merupakan suplier terdekat UE termasuk Baltik. Baltik sendiri
sama hal denga UE, selalu terpecah secara internal sejak awal karena mereka merasa memiliki
identitas berbeda.
Diambil dari data yang ditulis oleh Vilius dalam Russia, the EU and Baltic States (2007),
Baltik melakukan asistensi pengembangan dan teknis bagi negara post-Soviet lain yang
direncanakan untuk bergabung dengan UE, antara lain Moldova dan Georgia. Hal ini semakin
membuat Rusia khawatir. Rusia tidak mau pengaruhnya menyempit dan kehilangan lebih banyak
sekutu di dantara negara-negara tetangganya. UE akan terus berusaha mendekati negara-negara
near abroad lainnya dengan mensosialisasikan nilai-nilai ideologinya ke negara-negara tetangga
barunya yang diyakini berperan dalam revolusi di Ukraina, Moldova dan Georgia. UE memiliki
alasan pengembangan ekonomi untuk mempengaruhi Ukraina, Moldova dan Georgia untuk
berpisah dengan Rusia dan Rusia tidak akan membiarkan negara-negara post-Soviet ini hilang
dari dalam sekutunya.
Keadaan Baltik yang tidak bersatu diperburuk dengan persaingan EU dan Rusia yang
memanfaatkan Baltik untuk menjadi tempat perebutan kekuasaan membuat Baltik menjadi
shatterberlt. Cohen (2009) menyatakan bahwa kompetisi disekeliling Shatterbelt meningkat
dengan intensitas suplai senjata, ekonomi dan politik. Rusia meletakkan pasukannya di Baltic
fleet dan Kaliningard yang diperkirakan berkekuatan sekitar 20.000 personil, selain itu terdapat
banyak misil yang disimpan di sana. Secara ekonomi, Rusia memberikan subsidi besar bagi gas
Baltik dan membantu pengembangan infrastruktur energinya yang diatur dalam kebijakan energi
Rusia untuk mengontrol Baltik. Gazprom juga membeli saham-saham energi di negara-negara
Baltik untuk menggerakkan ekonominya. Sedangkan secara politik pengaruh Rusia kini telah
memudar dibandingkan sebelum 2014, yang dulu Rusia sempat mengatur pemilu di Baltik.
Secara politik UE mempengaruhi Baltik saat mereka bergabung dengan UE dan NATO.
Selain itu NATO juga memberi arahan bagi Baltik untuk mendiskriminasi penduduk Baltik yang
berkewarganegaraan atau beretnis Rusia. Secara militer, NATO juga telah menyediakan pasukan
dan anti misilnya di Polandia. Secara ekonomi, posisi UE di Baltik lemah dari Rusia karena tidak
terintegrasinya pasar UE dengan Baltik namun segera akan membangun BalticConnector dan
jaringan energi lainnya. Kedua aktor besar ini tidak meletakkan pasukannya langsung di Baltik,
namun di wilayah sekitarnya. Rivalitas kedua aktor ini menjadikan Baltik sebagai“lahan perang”
yang sementara ini dilakukan dengan cara perang pengaruh politik dan energi. Kedua major
powers ini sama-sama ingin memperluas wilayahnya. UE ingin melakukan enlargement dengan
budaya Eropa, sedangkan Rusia juga menyatukan near abroad dengan prinsip identitas budaya
dan sejarah Post-Soviet. Baltik harus memutuskan keberpihakannya sebelum keadaan semakin
memburuk.
5.2.3 Politik Air Hangat Rusia
Rusia memerlukan pelabuhan air hangat untuk mengirim ekspornya ke pasar dunia. Rusia
menjadi negara kontinental yang mengejar Sea Power. Menurut data dari Alpo Juntunen,
sebagian besar wilayah Rusia merupakan land-locked dan ice-locked yang menyebabkan Rusia
selalu mencari perairan hangat hingga timbul peperangan seperti Crimean War yang
memperebutkan Laut Hitam dengan kekaisaran Ottoman. Tsar Ivan IV mengatakan bahwa
bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki akses terhadap laut. Rusia dikelilingi banyak laut
namun sebagian dari laut itu akan beku seperti White Sea dan Berring Sea. Terdapat tiga perairan
yang mampu memberikan Rusia akses ke pasar dunia kapan saja sepanjang tahun yaitu
Vladivostok menghadap ke Pasifik, St. Petersburg dan Kaliningrad berhadapan dengan lautan
Baltik, serta Kriema yang berhadapan dengan Laut Hitam. Untuk sekarang pelabuhan terpenting
bagi Rusia adalah Vladivostok, Mutmansk yang menghadap ke laut Barents dan beberapa
pelabuhan di Laut Hitam seperti Novorossiysk dan Sevastopol, disamping itu Rusia masih
memiliki beberapa pelabuhan air hangat lainnya untuk pangkalan militer seperti Petropavlovsk.
Rusia memerlukan akses bebas di Laut Baltik untuk jalur perdagangannya ke Eropa.
Rusia merasa dirinya memiliki kekuatan maritim karena berbatasan dengan tiga lautam.
Rusia memiliki kepentingan nasional yang berada di laut, Kebijakan nasonal harus diterapkan
untuk melindungi kepentingan Rusia di lautan, maka dari itu Rusia membangun armada kapal di
laut-laut bebas es seperti di Laut Baltik, Hitam dan Kaspian. Putin dan Medvedev menyatakan
bahwa Armada utara berperan besar dalam pertahanan Rusia.
Gambar 11
Peta Lautan disekeliling Rusia
Sumber: Google Maps 2016
Laut Hitam dan Kaspian kini diperkuat karena ancaman pemberontak dari Selatan Rusia.
Sedangkan Laut Baltik merupakan jalur strategis untuk komunikasi, akses ke laut dan daerah
yang memiliki potensi konflik militer terendah, Laut Baltik lebih bermanfaat secara ekonomis
karena armadanya melindungi status politik Rusia, melindungi aktivitas ekonomi dan akses
ilegal memasuki Rusia. Armada Baltik bertugas untuk melindungi transport Rusia ang melewati
itu. Selain itu, Rusia juga khawatir bahwa Kaliningrad akan diisolasi dan diambil oleh Polandia
dan NATO. Rusia akan melawan karena tujuan Rusia adalah hanya untuk menggunakan laut
Baltik sebagai transportasi untuk perdagangan ke Eropa bila hal ini terjadi.
Usaha Rusia untuk memiliki jalur perairan hangat dapat dicontohkan dengan Krimea
yang selalu dilindungi oleh Rusia sejak zaman Kekaisaran Ottoman tahun 1870an. Menurut data
dari Global Security14
, Krimea menjadi bagian dari pemerintahan Rusia hingga 1954, kini
merupakan daerah istimewa Ukraina yang berpihak pada Rusia. Krimea menempati Laut Hitam
yang tidak membeku sepanjang tahun sehingga tepat untuk jalur perdagangan dan Militer.
14
Dilansir dari situ Global Security http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/warm-water-port.htm pada 20 Desember.
Namun laut Baltik tidak seefektif Laut Hitam menurut data dari Badan Meteorologi Finlandia15
,
40% bagian dari laut Baltik akan membeku pada waktu puncak musim dingin. Terdapat empat
titik beku yaitu Teluk Bothnia, Finlandia, dan Riga serta kepulauan Barat Estonia, Kepulauan
Stockholm dan Lautan Archipelago, namun wilayah lain masih bisa dilewati saat musim dingin
biasa. Kaliningrad yang berada di laut Baltik merupakan salah satu pelabuhan dengan
penghasilan terbesar yang menyebabkan kota ini pernah menduduki peringkat pertama dalam
pengembangan sosial-ekonomi dengan industri gas, minyak, ekspor, perikanan dan alat berat.
Dengan bergabungnya negara-negara Baltik ke UE dan NATO tetap membuat Baltik membuka
pelabuhannya bagi Rusia karena kebutuhan energi dan dagang UE dari Rusia. Kini Rusia telah
membangun beberapa pelabuhan sendiri untuk kemandirian perdagangannya namun tetap
menggunakan laut Baltik sebagai tempat transit barang dan jasa yang dibeli dari Eropa maupun
menjadi jendela bagi Eropa dan Rusia.
5.2.4 Empat Nilai Politis Baltik bagi Rusia
Dengan penjelasan diatas maka dapat kita jabarkan kepentingan-kepentingan Rusia di
negara Baltik yang menyebabkan Rusia menggunakan gasnya untuk mengembalikan
kekuasaanya. Dilihat dari penjelasan tersebut terdapat empat nilai penting Baltik bagi Rusia
yaitu: nilai historis, kependudukan warga Rusia, strategi ekonomi, dan kepentingan politik.
Nilai historis merupakan poin pertama kenapa Rusia sangat mempertahankan Baltik,
karena Baltik merupakan negara post-Soviet. Negara-negara Post-Soviet menjadi prioritas dari
Rusia sejak pemerintahan Yeltsin hingga Putin untuk menanamkan pengaruh Rusia demi
mencapai tujuan nasional lainnya. Karena langsung berbatasan dengan UE dan Rusia membuat
negara-negara ini telah menjadi perantara antara Rusia dengan Eropa. Rusia ingin menyeimbangi
kekuatan di Eropa dengan UE terutama pasca Enlargment UE yang merambah Eropa Timur.
Rusia sebagai penerus Soviet masih memandang negara-negara Baltik sebagai wilayah yang
harus dikuasai dengan pengaruh Rusia untuk mempertahankan negara. Bila membiarkan Baltik
jatuh ke tangan UE secara penuh maka Rusia gagal untuk mempertahankan wilayah-wilayah
post-Soviet di bawah pengaruhnya. Lebih jauhnya lagi, Baltik akan terus mempengaruhi
15
Dilansir dari situs Institute Meteorologi Finlandia http://en.ilmatieteenlaitos.fi/ice-winter-in-the-baltic-sea pada 20 Desember
wilayah-wilayah near abroad lain untuk bergabung dengan UE. Jika mereka bergabung maka
NATO akan mengepung Rusia.
Penyebaran diaspora Rusia pada zaman Uni Soviet masih ada sampai sekarang di negara-
negara Baltik. Sebagian sudah menjadi warga negara di negara Baltik namun masih beretnis
Rusia, namun ada juga yang masih warga Rusia. Estonia dan Latvia memiliki minoritas Rusia
dengan jumlah sekitar 24-27%. Penduduk berbagasa Rusia sendiri sejumlah 30-34%. Rusia
merasa perlu melindungi etnis dan warga Rusia di sana karena sejak bergabungnya Baltik ke UE
dan NATO, penduduk berbahasa ataupun beretnis Rusia mendapatkan diskriminasi. Kaum
minoritas lain di Latvia dan Estonia mendapatkan hak voting referendum namun keturunan Rusia
dilarang karena dicurigai sebagai perpanjangan tangan pemerintah Rusia. Di negara-negara
Baltik, etnik Rusia sebagian besar menduduki ibu kota dan perbatasan antara negara tersebut
dengan Rusia, hingga mencapai angka 80%.
Kepentingan ketiga Rusia di negara Baltik adalah geoekonomi melalui perairan hangat.
Rusia memerlukan pelabuhan-pelabuhan bebas es untuk berdagang terutama untuk ke Eropa
karena pelabuhan Rusia ke sana masih kurang. Laut Baltik juga dapat menjadi jalur yang baik
untuk perdagangan ke Eropa maupun jendela menuju Eropa, dan sudah menjadi sasaran sejak
Peter the Great. Meskipun kini negara-negara Baltik sudah bergabung dengan UE dan NATO,
Baltik tetap menjalin kerjasama dan perdagangan dengan Rusia dikarenakan letak geografis.
Maka dari itu Rusia dapat membangun pipa-pipa gas menuju Jerman melewati laut Baltik Utara.
Rusia kini membangun rute tersendiri di Laut Utara untuk menjaga proses perdagangannya. Bila
Rusia dapat menguasai seluruh jalur Baltik tidak hanya bagian utara maka perdagangan dari
Rusia ke Eropa akan lebih mudah dan lancar tanpa intervensi negara-negara NATO.
Gambar 12
Situasi Terkini Senjata Perang NATO Disekeliling Rusia
Sumber: Humans Free 2014
Keempat adalah tujuan nasional terbesar Rusia yaitu kepentingan keamanan untuk
melindungi wilayah Rusia. Dengan membiarkan negara-negara ini berada di bawah Rusia atau
netral akan membuat Rusia terlindungi dari UE-NATO. Rusia khawatir dengan western
encirclement (situasi terkininya ada di gambar-8) yang bisa dilakukan oleh NATO kapan saja
dengan memanfaatkan negara-negara di sekitar Rusia. Jatuhnya Baltik kedalam dominasi UE
secara penuh akan membuat UE mengapit Rusia yang berdampak dengan perdagangan Rusia,
keamanan warha Rusia di Baltik dan nilai sejarah persatuan Rusia dan near abroad. Rusia sangat
membutuhkan Baltik secara politis, posisinya sebagai bufferzone yang mampu melindungi
kepentingan politik dan ekonomi Rusia dari negara-negara NATO yang berada di UE.Saat ini
senjata-senjata NATO seperti di gambar 8 sudah berada disekeliling Rusia, dan Rusia harus
dapat melindungi pertahananannya dengan kerjasama dengan negara-negara near abroad.
Situasi Baltik yang awalnya Bufferzone yang menjadi shutterbelt akan merugikan karena
Baltik akan menjadi pusat konflik internal dan eksternal. Rusia menganggap UE enlargement
sebagai ancaman dari balance of power Eurasia. Rusia percaya bila wilayah geopolitik UE-
NATO masih sama seperti dulu dan wilayah pengaruh Rusia juga masih melingkupi near
abroad, maka kedamaian akan terjadi di dataran Eropa karena keseimbangan kekuatan tetap di
dalam dua polar yang memiliki wilayah seimbang. Namun, EU enlargment yang berusaha
menggabungkan Timur ke Barat membuat garis seimbang itu bergeser dan “mengambil” wilayah
pengaruh Rusia. Jika tidak ada konflik terbuka di Baltik, Rusia juga dapat melindungi
Kaliningrad dengan baik. Rusia tidak ingin keseimbangan di Eropa berubah, karena dia
memerlukan kestabilan untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi dan militernya untuk
meningkatkan hidup masyarakat. Konflik UE Rusia sudah terlihat bahwa bukan berupa konflik
ideologi atau ekonomi murnu namun merupakan persaingan wilayah Geopolitik di Eurasia.
5.3 Energi Sebagai alat Rusia untuk mendominasi Baltik
Rusia memiliki tujuan untuk kembali mendominasi dan mempengaruhi negara-negara
Baltik, yang kini memudar karena pengaruh kuat UE di sana. Tujuan Rusia untuk mempengaruhi
kembali Baltik adalah untuk melindungi kepentingan geopolitik Rusia dan keamanannya. Karena
negara-negara Baltik sangat membutuhkan suplai energi gas dari Rusia, maka Rusia
memanfaatkan situasi ini untuk mengembalikan pengaruhnya dan mencapai tujuannya. Maka
kita harus mampu menganalisa situasi energi ini yang dikaitkan dengan keamanan.
Kepentingn Rusia menurut Kolonel Ion Puricel dalam Russia’s Grand Strategy- A
Predictable Model (2014) dibagi dua yaitu bidang keamanan dan budaya. Untuk keamanan
tujuannya adalah untuk menjga integritas dan kedaulatan Rusia, untuk memperthankan
perdamaian di Eropa, memperkuat bangsa Rusia, dan menghindari munculnya hegemoni dari
suatu negara atau badan di Eropa dan Dunia. Maka dari itu Rusia sangat berusaha membendung
pengaruh UE-NATO di negara-negara near abroad untuk menghalangi terbentuknya kekuatan
hegemoni di benua Eropa. Dalam hal budaya, Rusia ingin mempertahankan nilai-nilai dan
budaya Rusia yang diyakini dibawa oleh negara-negara di sisi Timur, dan mengembangkan
budaya Rusia serta kependudukannya.
Cara yang paling tepat untuk menyatukan energi untuk mencapai keamanan adalah
menggunakan konsep Grand Strategy karena dapat membicarakan secara lebih luas mengenai
kaitan energi dan keamanan. B.H Liddle Hart dalam Strategy (1967) menjelaskan bahwa Grand
Strategy merupakan konsep strategi yang dilakukan suatu negara dengan mengkombinasikan
seluruh instrumen kekuatan nasional seperti politik, militer, ekonomi, dan sebagainya untuk
mencapai tujuan keamanan nasional tertentu. Grand Strategy harus mampu megakomodasi dan
mengembangkan sumber ekonomi dan kekuatan militernya. Maka pemerintah harus mambu
meregulasi distribusi kekuatan diantara industri dan fighting power. Murray (1994) dalam The
Making of Strategy juga menyatakan antara lain bahwa Grand Strategy lebih luas daripada
strategi tradisioal. Grand Strategy berkembang melebihi kekuatan militer karena mencakup
diplomasi, ekonomi dan sebagainya. Mengkaji berbagai instrumen kekuatan negara dengan
kebijakan internal. Grand Strategy dulu hanya digunakan untuk strategi perang, namun kini
meluas hingga bisnis dan keamanan nasional.
Meghan O‟Sullivan dalam The Entangelement of Energy, Grand Strategy and
International Security (2015) menyebutkan tiga bagian dari Grand Strategi yang dapat digunakan
untuk mengkaitkan energi dengan keamanan yaitu ends, ways dan means. Ends adalah sebuah
visi dari tujuan yang diinginkan; ways adalah instrumen atau alat untuk mencapai tujuan; dan
means adalah sarana yang dapat ditambahkan atau mendukung ke instrumen. Grand Strategi
tentu akan dapat bekerja dengan baik bila menyatukan visi pemimpin, pembuat kebujakan dan
masyatakat untuk memperioritaskan sumber daya. Uniknya, energi mampu menjadi ends, means,
dan ways tergantung dari keperluan negara. Namun dalam negara-negara produsen energi yang
melimpah seperti Rusia, energi merupakan ways untuk meraih tujuan non-energi . Sehingga di
dalam penelitian ini, gas adalah alat bagi Rusia untuk mencapai tujuan untuk meraih tujuan
Rusia yaitu mengembalikan pengaruh besarnya di negara-negara Baltik. Akhirnya, energi dan
keuntungan ekonominya juga mampu menyediakan sarana untuk meraih tujuan. Sarana ini dapat
berupa sistem energi (infrastruktur, dll) dan kebijakan energi.
5.3.1 Gas sebagai Ways dan Means untuk Grand Strategy Rusia
Menurut Meghan L. O Sullivan16
dalam Strategic File, strategi nasional untuk
meningkatkan kekuatan negara umumnya akan disokong dahulu dengan pertumbuhan ekonomi.
Bagi negara seperti Rusia, pertumbuhan ekonominya didasarkan oleh energi. Bila energi sudah
membantu negara untuk meningkatkan ekonominya maka negara dapat mengkombinasikan
kekuatan nasionalnya yang lain seperti militer atau kekuatan diplomasi sehingga dapat mencapai
tujuan nasional, dimana Rusia adalah keamanan kawasan Rusia-near abroad. Gas Rusia adalah
aset terpenting karena dengan gas Rusia dapat memanfaatkan UE untuk tidak bersatu melawan
dirinya karena sebagian besar dari mereka masih bergantung dengan gas Rusia dan memuat
16
Dilansir dari website Polis Institute of International Affair https://www.pism.pl/files/?id_plik=19367 pada 28 Januari 2017
negara tetanganya lebih terikat lagi. Dengan memanfaatkan ketergantungan ini Rusia
mengharapkan mereka tidak akan berani membuka konflik bersenjata di wilayah Rusia.
Gas adalah instrumen politik yang tepat untuk diterapkan dalam Grand Strategy karena
keunikannya yang sulit didistribusikan yang menyebabkan belum adanya pasar gas dunia dapat
dipolitisasi terutama bagi klien yang hanya memiliki satu suplier. Politisasi gas dapat berdampak
bagi reputasi produsen seperti ketika Rusia memutus gas ke Ukraina. Ukraina dulu merupakan
tempat transit perdagangan Rusia-Eropa terbesar, dan mereka meminta kenaikan tarif transit.
Namun, Rusia selalu mengirimkan gas subsidi ke Ukraina, maka Rusia mematikan pipa ke
Ukraina selama 15 hari yang menyebabkan negara-negara di Tenggara Eropa mengalami
penurunan suplai di tengah musim dingin. Akhirnya Ukraina dan Rusia berhasil melakukan
negosiasi untuk tidak menaikkan harga. Reputasi baik Rusia sebagai suplier kini mulai pudar
terutama di negara-negara UE dan sekutunya karena peristiwa ini. Baltik juga pernah memiliki
kasus yang sama, mereka bergabung dengan UE-NATO dan akan mendiversifikasi gas hanya
saja Rusia belum pernah mematikan gasnya ke negara-negara Baltik sejak tahun 1998. Rusia
memang belum memutus lagi gas ke Baltik yang sementara ini menjadi tempat transit untuk UE,
namun jika NordStream I dan II sudah selesai kekhawatiran Baltik menjadi masuk akal, karena
Rusia dapat dengan mudah memutus tanpa mengganggu suplai ke Eropa Barat. Rusia
mengharapkan dengan melihat ancaman NordStream, Baltik semestinya tetap bekerjasama
dengan Rusia terlebih lagi karena Rusia memiliki infrastruktur dan sistem gas yang sangat stabil.
NordStream langsung menghubungkan gas Rusia ke UE dan ini menjadi senjata untuk
mendapatkan dua hal: menggagalan diversifikasi gas UE dan memberikan peringatan ke Baltik.
Miller menyebutkan bahwa Gazprom merupakan alat kebijakan luar negri Rusia ketika terdapat
kebijakan asing yang mengganggu usaha Rusia untuk mencapai tujuan nasional. Rusia ingin
menggabungkan negara-negara near abroad menggunakan gas untuk menjaga stabilitas wilayah
untuk kemanan wilayah Rusia-near abroad. Bila Baltik tidak bergantung lagi pada gas Rusia,
maka koridor depan dalam menghadapi UE akan tidak terkontrol. Enlargement UE digunakan
sebagai alat untuk mengacaukan persatuan near abroad di bawah Rusia sehingga pertahanan
wilayah Rusia akan tidak tercapai. Rusia mengunci ketergantungan UE dengan membangun
NordStream agar UE mendapat akses langsung pada gasnya tanpa membutuhkan Baltik sebagai
negara transit. Jika Rusia melepaskan Baltik dengan alasan sudah tidak dibutuhkan lagi, maka
Baltik akan mengalami krisis energi sehingga Rusia berharap Baltik dapat kembali berpihak
padanya dan membantu menstabilkan wilayah near abroadnya.
Energi juga dapat mempererat aliansi. Hal ini dilakukan juga oleh Rusia kepada negara-
negara near abroad termasuk Baltik. Rusia memanfaatkan situasi dependensi gas Baltik sebagai
cara untuk mengontrol menggunaka gas sebagi instrumen. Rusia selalu memberikan diskon,
subsidi dan kebijakan khusus tiap hubungan bilateral juga asistensi pengembangan infrastruktur
energi. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk mendapatkan aliansi dan pendukung untuk
ideologi atau keamanan nasional. Rusia memerlukan negara-negara ini untuk menjaga wilayah
disekelilingnya demi menghindari konflik langsung dengan NATO. Loyalitas klien-klien Rusia
terutama yang berada di sekitarnya sangat penting bagi Rusia untuk mendukung kepentingan
ekonomi dan keamanan negaranya. Selain itu, loyalitas ini dapat menjaga balance of power yang
dikehendaki Rusia, bahwa sisi Barat dapat berhubungan dengan UE dan sisi Timur dapat terus
bekerjasama dengan Rusia tanpa perlu diambil satu persatu oleh UE. Maka dari itu kerjasama
Rusia dan Tiongkok semakin ditingkatkan, karena keduanya memerlukan loyalitas satu sama lain
untuk mendukung tindakan politik dalam sistem Internasional untuk mampu mempertahankan
keamanan wilayah Timur secara bersama-sama.
Gas adalah sarana bagi strategi keamanan nasional Rusia. Dilihat dari sudut pandang
ekonomi, gas menghasilkan keuntungan banyak yang mampu menopang pemerintahan. Sejak
tiga tahun terakhir harga minyak turun dan memperburuk pertumbuhan ekonomi Rusia. Gas
menyelamatkan Rusia karena kini harga gas sudah tidak berdasarkan harga minyak. Uang yang
masuk menjadi sumber daya bagi Rusia untuk mengembangkan sistem gas menjadi lebih baik
dan memperluas jangkauan jalur pipanya keluar dari Eropa. Selain itu uang yang datang
digunakan untuk investasi pengembangan LNG untuk mempersiapkan pasar gas internasional
Rusia. Sistem gas ini akan mempengaruhi kebijakan energi luar negri Rusia sehingga bisa
menopang alat-alat politik Rusia untuk dapat meraih tujuan akhir. Di dalam kasus Baltik
pendapatan Rusia dari industri energinya digunakan untuk membangun jalur-jalur pipa, rute laut,
pelabuhan untuk menopang gas sebagai senjata politik. Grand Strategy yang berinstrumen gas
akan terus digunakan Rusia dan diharapkana mampu tetap melindungi kepentingan nasionalnya
dan menjaga keseimbangan politik di Eropa dengan cara mengembalikan dominasinya di negara-
negara Baltik.
REFERENSI BAB V
Albi, Anneli. 2005. EU Enlargement and the Constitutions of Central and Eastern Europe.New
York: Cambridge University Press. Pp. 87-98
Archik, Kristin dan Vincent Morelli. 2014. European Union Enlargement. Retrived from
Federation of American Scientist Website: https://fas.org/sgp/crs/row/RS21344.pdf 13
Desember 2016
Archik, Kristin. 2016. The European Union: Current Challenges and Future Prospects. Retrived
from Federation of American Scientist Website: https://fas.org/sgp/crs/row/R44249.pdf 13
Desember 2016
Baranovs, Olegs. 2001. Current Statys, Prospects and Country Specific Problems of Accession:
Republic of Latvia. Charemza dan Strzala (ed). East European Transition and EU
Enlargement. Heidelberg: Physica-Verlag pp. 39-55
Buhbe, Matthes. 2007. Russia, the EU and the Baltic States The Future Partnership and
Cooperation. Moscow: Friedrichebert Stiftung. Pp. 11-27
Checkel, Jeffery T. Norms, Institutions, and National Identity in Contemporary Europe. Jurnal
International Studies Quarterly, Vol 43: 83-114
Cohen, Saul B. 2015. Geopolitics: The Geography of International Relations. London: Rowman
& Littlefield
EBRD. 1994-2000. Transition Report. London: European Bank for Reconstriction and
Development.
Ebregt, Arthur dan Pol de Greve. 2000. Buffer Zones and their Management. Wageningen:
JB&A Grafische Communicatie
Emmert, Frank dan Sinisa Petrovi. 2014. The Past, present and Future of EU Enlargement. Jurnal
Fordham International law Journal, Vol 37(5) pp.1349-1417
Grigas, Agnia. 2013. The Baltic States in the EU: Yesterday, Today and Tomorrow. Jurnal Notre
Euro Vol 98. Juli 2013: 65-83
Jeffries, Ian. 2004.The Countries of the Former Soviet Union at the Turn of the Twenty-First
Century: The Baltic and European States in transition. New York City: Routledge. Pp 129-
261
Juntunen, Alpo. 2010. The Baltic Sea in Russian Strategy. Retrived from The Royal Swedish
Academy of War Science website: http://www.kkrva.se/wp-
content/uploads/Artiklar/104/kkrvaht_4_2010_12.pdf 18 Desember 2016
Kulhanek, Jakub. 2006. Russia and Near Abroad: Past and Present. Research Paper. Retrived
from Association for International Affairs Website: https://www.amo.cz/wp-
content/uploads/2015/.../amocz-RP-2006-121.pdf, 16 Desember 2016
Kundera, Milan. 1984.The Tragedy of Central Europe. The New York Review of Books. 26
April. Halaman 33-28. New York
Kuus, Merje. 2007. Geopolitic Reframed: Security and Identity in Europe’s Eastern
Enlargement. __: Palgrave MacMillan
Liddell Hart, B.H. 1967. Strategy. London: Fiber
Mahan, Alfred. 1900. The Problem of Asia and Its Effect upon International Policy. Boston:
Little,Brown.
McColl, Robert W. 1990. A geographical Model for International Behavior in Pluralism and
Political Geography. New York: Guilford. Pp. 284-294
Moshes, Arkady. 2000. Russian Policy Towards Ukraine, Belarus and the Baltic States in the
Putin Era. Jurnal Institute of Europe Vol 123 April 2000
Murray, Williamson (ed). 1994. The Making of Strategy: Rulers, States and War. Cambridge:
Cambridge University Press
O‟Sullivan, Meghan. 2013. The Entangelement of Energy, Grand Strategy and International
Security. Andreas Goldthau (ed). The Handbook of Global Energy Policy. West Sussex:
John Wiley and Sons.
Puricel, Ion. Russia’s Grand Strategy- A Predictable Model. Jurnal Annals of the Constantin
Brancusi, isu 4/2014: 40-47
Spykman, Nicholas. 1938. Geography and Foreign Policy I. Jurnal American Political Science
Review, Volume 32(1):28-50
Tatham, Allan F. 2009. Enlargement of European Union. London: Kluwer Law International.
Pp. 84-98
Waever, Ole. 1996. European Security Identities. Journal of Common Market Studies, Vol
34:103-1032
Wieclawski, Jacek. 2010. The Eastern Enlargement of the European Union: Fears, Challenges
and Reality. Jurnal Global Studies, Isu 15.
Woolfson, Alexander. 2014. Russian Resurgence has Blindsided NATO. Standpoint Magazine.
July/Agustus 2014. London
Ziugzda.Donatas. 2015. Baltic States in the Perspective of Russia’s Security Policy. Retrived
from Lithuanian Foreign Policy Review website: http://lfpr.lt/wp-
content/uploads/2015/07/LFPR-4-Ziugzda.pdf. 17 Desember 2016.
top related