bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran …eprints.stainkudus.ac.id/2509/7/7. bab...
Post on 16-Aug-2020
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTs Nurul Huda Dempet Demak
1. Profil Madrasah
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Dempet atau MTs Nurul Huda
Dempet adalah sebuah lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang berciri khas Islam atau disebut juga Sekolah
Menengah Pertama Islam (SMPI) dengan berbasis Islami, yang bernaung
di bawah panji yayasan Asfariah. Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Dempet terletak di Jl. Demak-Purwodadi KM.10 desa Dempet, kecamatan
Dempet (kode pos 59573), kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kepala
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Dempet adalah Muhammad Ubabul
Arief, SE. yang sebelumnya adalah Dra Hj. Umi Khomdonah dan juga
Afif Saefudin, S.Pd.I. Jumlah seluruh siswa MTs Nurul Huda Dempet
pada tahun ajaran 2016/2017 adalah 467 siswa, terdiri dari kelas VII
berjumlah 169 siswa dari 4 rombel, kelas VIII berjumlah 140 siswa dari 4
rombel dan kelas IX berjumlah 158 siswa dari 4 rombel. Sedangkan
jumlah pendidik dan pegawai di MTs Nurul Huda Dempet adalah 33,
terdiri dari Guru yang berjumlah 29 dan pegawai yang berjumlah 4.1
2. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah
MTs Nurul Huda Dempet pertama kali didirikan pada tanggal 1
Januari 1969 yang dipelopori oleh H. Abdurrohman, H. Muhammad
Slamet, H. Nur Hadi dan H. Assiya’. MTs Nurul Huda Dempet bernaung
di bawah panji yayasan Asfariah yang terletak di Kauman Dempet.2
1 Data Dokumentasi, Profil MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip Pada Tanggal 15 Maret2017.
2 Data Dokumentasi, Sejarah Singkat MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip Pada Tanggal 15Maret 2017.
38
3. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MTs Nurul Huda Dempet
Kepala Madrasah : Muhammad Ubabul Arief, SE.
NSM : 121233210053
NPSN : 20340581
Status Akreditasi : Terakreditasi “A”
Telepon : 082892009741
E-mail : mtsnurda@gmail.com
b. Letak Geografis
Alamat : Jl. Demak-Purwodadi KM. 10
Desa : Dempet
Kecamatan : Dempet
Kabupaten : Demak3
4. Visi Misi dan Tujuan
Adapun visi, misi dan tujuan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Dempet adalah sebagai beikut:
a. Visi
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Dempet sebagai
lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu
mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga
pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan
visinya. Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda Dempet, juga
diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era reformasi dan
globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Dempet ingin mewujudkan harapan dan respon dalam Visi
Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda yaitu:
3 Data Dokumentasi, Identitas MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip Pada Tanggal 15 Maret2017.
39
“Terwujudnya Peserta didik yang berprestasi,
trampil, berakhlakul karimah berdasarkan aqidah
Islam ahlusunnah waljamaah”.
b. Misi
Adapun misi dari Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Dempet sebagai berikut:
1) Menguasai dan mendalami ilmu pengetahuan secara
optimal
2) Melaksanakan pembelajaran ekstrakulikurer secara efektif
sesuai dengan bakat dan minat sehingga setiap peserta didik
memiliki keunggulan dalam bidangnya masing-masing
3) Menanamkan budi pekerti yang baik sesuai dengan ajaran
Islam
4) Menanamkan aqidah Islam menurut faham Ahlusussunnah
Wal Jamaah melalui pembelajaran agama Islam Ke-Nu-an
c. Tujuan
Secara umum pendidikan Madrasah Tsanawiyah Nurul
Huda Dempet adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian akhlaq mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum
pendidikan dasar tersebut, Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
Dempet mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Mencetak peserta didik yang mandiri dan mempunyai
kelebihan atau keunggulan dalam bidang akademik
2) Membiasakan peserta didik belajar rutin dan berkelanjutan
3) Menjuarai lomba-lomba akademik
4) Menjuarai lomba-lomba non akademik
5) Membekali peserta didik sehingga mampu mengoperasikan
komputer dan mampu mengakses informasi yang positif
dari internet, jahit menjahit, bela diri, drum band, dan lain-
lain
40
6) Membiasakan peserta didik melaksanakan sholat 5 waktu
dan berjamaah
7) Membiasakan tadarus Al-Qur’an dan menghafal surat
Waqiah, surat Yaasin, sholawat Nariyah, dan Tahlil
8) Mengupayakan agar peserta didik menjadi anak yang soleh
9) Meyakini dan mengamalkan syariat Islam4
5. Letak Geografis Madrasah
Berdasarkan letak geografisnya, Madrasah Tsanawiyah Nurul
Huda terbilang sangat strategis mengingat lokasinya tepat berada
disebelah Masjid Agung Kecamatan Dempet dan berada di pinggir jalan
raya Demak-Purwodadi sehingga siapapun dapat menjangkau lokasi
tersebut dengan mudah. Selain itu, Madrasah Tsanawiyah Madrasah
tersebut juga bersebelahan dengan Madrasah Ibtidaiyah serta berada
ditengah-tengah lingkungan warga desa Dempet berdampingan langsung
dengan rumah-rumah warga sekitar. Walaupun demikian, tidak menutup
kemungkinan bagi MTs Nurul Huda Dempet dalam menjaga eksistensi
dan mengembangankan kelembagaan, dari segi kuantitas maupun kualitas
baik itu SDM maupun sarana prasarananya.
Untuk mendiskripsikan keadaan geografis tersebut di atas, berikut
ini kami berikan gambaran batas-batas yang mengelilingi MTs Nurul
Huda Dempet:
Sebelah Utara : Lahan Rumah Warga Sekitar
Sebelah Selatan : Madrasah Ibtidaiyah
Sebelah Barat : Masjid Dempet, Jalan Raya Demak-Purwodadi
Sebelah Timur : Lahan Rumah Warga Sekitar5
4 Data Dokumentasi, Visi Misi dan Tujuan MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip PadaTanggal 15 Maret 2017.
5 Data Dokumentasi, Letak Geografis MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip Pada Tanggal 15Maret 2017.
41
6. Struktur Organisasi Madrasah
a. Kepala Madrasah : Muhammad Ubabul Arief, SE.
b. WAKAMAD
Kurikulum : Solikhul Huda, S.Ag., S.Pd.
Kesiswaan : Suharno, S.Ag., S.Pd.
Humas : Hj. Ulfatun Nafiah N, S.Pd.I.
Sarana Prasarana : Kiswanto, S.Pd.
c. BK (Bimbingan Konseling)
Kelas VII : Pramuji Utama, SE, S.Pd.I.
Kelas VIII : Drs. Muhammad
Kelas IX : Harun Al Rasyid, S.Pd.
d. Wali Kelas
VIIA : Dhakiroh, S.Ag, S.Pd.
VIIB : Novita Izzati,S.Pd.
VIIC : Sri Hariyanti, S.Pd.
VIID : Fathun Niswah, S.Pd.
VIIIA : Istiadzah, S.Ag.
VIIIB : Nurul Hidayah, S.Pd.
VIIIC : Rifa’i, S.Ag.
VIIID : Ahmad Fatkan, S.Pd.
IXA : Suharto, S.Ag.
IXB : Muhammad Fadloli, AH
IXC : Nurul Ahmad
IXD : Binti Latifah, S.Ag.
e. Ketatausahaan
Kepala TU : H. Ridwan
Kepegawaian/Perpus : Aslori
Pengajaran : Sobirin
Keuangan : Hj. Suharti
Umum : Masrian
42
f. Pembinaan Ekstrakulikuler
Pramuka : Fathun Niswah, S.Pd.
Ahmad Fatkan, S.Pd.
Drumb Band : M. Ubabul Arief, SE.
PMR : Kiswanto, S.Pd.
Rebbana : Rifa’i, S.Ag.
Menjahit : Hj. Suharti
Seni Baca Al-Qur’an : Aslori
Pencak Silat : Pramuji Utama, SE.
Computer : Fathun Niswah, S. pd.
Baca Tulis Al-Qur’an : Dhakiroh, S.Ag
Drs. Muhammad
Hj. Ulfatun NN, S.Pd.I
Kaligrafi : Suharno, S.Ag., S.Pd.
Tahfidz : Muhammad Fadloli, AH
g. Perpustakaan
Kepala Perpustakaan : Ariza Salma, S.Pd
Staf Perpustakaan : Aslori
h. Kepala Lab. Komputer : Kiswanto, S.Pd.6
7. Data Pendidik
Madrasah Tsanawiyah Nurul huda Dempet mengajarkan mata
pelajaran sesuai dengan peraturan dinas kependidikan Islam yang mana
tugas mengajar dilimpahkan kepada 23 pendidik sesuai bidang yang
dikuasai.
Adapun daftar nama guru dan mata pelajaran yang diampu sebagai
berikut:
6 Data Dokumentasi, Struktur Organisasi MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip PadaTanggal 15 Maret 2017.
43
Tabel 4.1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Nurul Huda
Dempet7
No. Nama L/P Mapel Sertifikasi Mapel Yang Diampu
1 Muhammad Ubabul Arief, SE. L B. Inggris B. Inggris
2Drs. Hj. Umi Khomdonah
P PKn Pkn
3 H. Pardjono, S.Pd.I. L PENJASORKES
SKI
4 Suharto, S.Ag. L SKI
B. Arab
5 Drs. Muhammad L Aqidah Akhlak
6 Harun Al Rasyid L Matematika Matematika
7 Suharno, S.Ag., S.Pd. L B. Inggris B. Inggris
8 Dhakiroh, S.Ag., S.Pd. P IPA IPA
9 Istiadzah, S.Ag., S.Pd. P IPS IPS
10 Solikhul Huda, S.Ag., S.Pd. L IPA IPA
11 Muhammad Fadloli, AH L Al-Qur'an Hadits
Aswaja/Ke-NU-an
Kitab Kuning
12 Rifa'I, S.Ag L IPS IPS
7 Data Dokumentasi, Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Nurul Huda Dempet.Dikutip Pada Tanggal 15 Maret 2017.
44
Aswaja/Ke-NU-an
13 Nurul Hidayah, S.Pd P B. Indonesia B. Indonesia
14 Hj. Ulfatun NN, S.Pd.I P Fikih Fikih
15 Kiswanto, S.Pd. L IPA IPA
TIK
16 Binti Latifah P B. Arab B. Arab
17 Afif Saifuddin, S.Pd.I L Al-Qur'an Hadits Al-Qur'an Hadits
SKI
18 Pramuji Utama, SE., S.Pd. L B. Indonesia B. Indonesia
19 Sri Hariyanti, S.Pd. P B. Jawa
20 Novita Izzati, S.Pd. P Matematika
21 Ariza Salma, S.Pd. P TIK
22 Fathun Niswah, S.Pd. P Seni Budaya
B. Inggris
23 Ahmad Fathan, s.Pd. L PENJASORKES
Seni Budaya8. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda bertambah setiap
tahunnya, oleh sebab itu pihak madrasah selalu memperbaharui data
jumlah peserta didik setiap bulan.
45
Adapun data jumlah peserta didik pada bulan Maret tahun 2017
adalah sebagai berikut:
Table 4.2
Data Keadaan Peserta Didik MTs Nurul Huda Dempet8
No Kelas
Jumlah
Ruang
Kelas
Siswa
JumlahLK PR
1 VII 4 75 94 169
2 VIII 4 62 78 140
3 IX 4 73 85 158
Jumlah 12 210 257 467
9. Sarana Prasarana
Dalam menunjang kualitas pendidikan maka perlu didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai sehingga pembelajaran pun nantinya
akan berjalan dengan nyaman dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berikut sarana dan prasarana yang ada di MTs Nurul Huda Dempet yaitu:
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana MTs Nurul Huda Dempet9
a. Ruangan
No Ruang Jumlah Luas (M2) Keterangan
1 Kelas 21 657 baik
2 Perpustakaan 1 42 baik
3 Tata Usaha 1 40 baik
4 Kepala 1 50 baik
8 Data Dokumentasi, Data Keadaan Pesrta Didik MTs Nurul Huda Dempet. Dikutip PadaTanggal 15 Maret 2017.
9 Data Dokumentasi, Data Sarana dan Prasarana MTs Nurul Huda Dempet. DikutipPada Tanggal 15 Maret 2017.
46
5 Guru 2 73 baik
6 Laboratorium 2 64 baik
7 Gudang 2 42 baik
8 WC. Guru &Pegawai
2 16baik
9 WC. Murid 4 32 baik
b. Buku
No Buku Jumlah Buku Keterangan
1 Judul Buku 412 baik
2 Jumlah Buku 931 baik
c. Meubelair
No Jenis barang Jumlah Baik Rusak
1 Meja Siswa 296 253 43
2 Meja Guru 35 34 1
3 Meja Pegawai 4 4 0
4 Meja Kepala 1 1 0
5 Kursi Kepala 1 1 0
6 Kursi Siswa 524 496 28
7 Kursi Guru 16 15 1
8 Kursi Pegawai 4 4 0
9 Almari Kayu 5 5 0
10 Filling Kabinet 2 2 0
11 Rak Sepatu 12 12 0
47
12 Meja Tamu 2 Set 2 Set 0
13 Kursi Laborat 26 26 0
14 Meja Laborat 19 19 0
15 Mimbar 1 1 0
d. Elektronika
NO. JENIS BARANG JUMLAH BAIK RUSAK
1 Mesin Ketik Manual 1 0 1
2 Mesin Hitung/ Kalkulator 2 2 0
3 Spiker 2 2 0
4 Mic 2 2 0
5 Adaptor 1 0 1
6 Komputer 21 19 2
7 Printer 3 2 1
8 Radio Kaset 1 1 0
9 Jam Mekanik 4 4 0
10 Kipas Angin 4 4 0
11 Mesin Jahit 2 0 2
12 Pompa Air 2 1 1
13 Telepon 1 1 0
14 Tustel 1 0 1
15 Stabilisator 4 3 1
48
16 Amplifier 1 1 0
17 Televisi 2 1 1
18 Video Tape 1 0 1
19 LCD 3 2 1
20 Proyector screen 2 2 0
21 Laptop 2 2 0
B. Hasil Penelitian
1. Kesulitan Belajar yang di Alami oleh Peserta Didik pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Dempet
a) Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak
Berdasarkan dari observasi yang penulis lakukan sebelum
melakukan penelitian secara langsung dengan guru mata pelajaran
Aqidah Akhlak, terlebih dahulu peneliti melakukan konsultasi kepada
Waka Kurikulum yaitu Solikhul Huda, S.Ag., S.Pd. terkait kondisi
peserta didik kelas VII yang dianggap mengalami kesulitan belajar.
Pelimihan kelas VII oleh peneliti bukan tanpa sebab, peneliti
menganggap kelas VII adalah peralihan dari jenjang pendidikan
Sekolah Dasar ke jenjang Sekolah Menengah Pertama yang
mengakibatkan peserta didik membutuhkan adaptasi dari awal dengan
teman-teman barunya dan hal tersebut dianggap menjadi salah satu
masalah apabila peserta didik tidak mampu beradaptasi dengan baik,
walaupun sebagian dari mereka mudah dalam beradaptasi. Kesulitan
beradaptasi ini kemudian dikaitkan dengan hambatan pada saat proses
pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik kesulitan dalam
menerima pembelajaran.
49
Bapak Solikhul selaku waka kurikulum menjelaskan,
pengelompokan peserta didik diatur oleh pihak Madrasah yang dipilih
melalui seleksi nilai akhir raport pada jenjang sekolah sebelumnya.
Pengelompokan diatur rata, terlebih mengenai tingkat kecerdasan
sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar rombel yang menjadikan
peserta didik pada tiap rombel kelas antara VII A, B, C atau D
berbeda. Peneliti lebih tertarik melakukan penelitian tentang kesulitan
belajar dalam kelas yang memiliki nilai rendah dalam pembelajaran.
Mengingat penelitian difokuskan pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak, maka penulis selanjutnya menanyakan kepada Drs.
Muhammad selaku guru mata pelajaran Aqidah Akhlak mengenai
proses pembelajaran yang berlangsung sebagai berikut:
“Seperti mengajar guru-guru lain, tetapi mengingat materi aqidahbanyak yang bersifat nasehat, maka metode yang di utamakanadalah metode ceramah untuk kemudian ditambah denganmetode yang lain seperti diskusi, drill dan lain-lain. Karenamateri yang dimiliki oleh siswa itu sendiri sangat terbatas atauminim, yaitu hanya melalui LKS maka sumber materi akanditambah dari guru sehingga yang paling efektif yaitu denganceramah.”10
Pak Muh juga menjelaskan keadaan peserta didik saat
pembelajaran berlangsung, Pak Muh menjelaskan :
“Keadaan peserta didik menurut saya cukup antusias dalampelajaran Aqidah Akhlak, apalagi saat diceritakan kisah-kisahmalaikat, orang-orang terdahulu dan sahabat-sahabat Nabi.”11
Pak Muh juga menjelaskan kendala-kendala dalam proses
pembelajaran sebagai berikut:
“Hambatan yang saya rasakan selama mengajar adalahketerbatasan materi yang tersedia, hal tersebut mengharuskansaya sebagai guru mencari sumber ajar yang lain selain materidari LKS sebagai bahan perbandingan dan perluasan materi ajar.Selain kendala dari pihak pendidik, kendala saya rasa jugaberasal dari siswa. Kendala yang siswa alami adalah males,
10 Drs. Muhammad, Wawancara Pribadi, Selaku Guru Mata Pelajaran Aqidah AkhlakMTs Nurul Huda Dempat, Pada Tanggal 18 Maret 2017.
11 Ibid.
50
mengingat jaman sekarang sudah jarang anak yang mau belajar.Bahkan tidak jarang ketika di beri PR tidak dikerjakan dirumahmalah dikerjakan rame-rame di sekolah, sehingga PR itu sendiritidak menjadi Pekerjaan Rumah tetapi menjadi Pekerjaan Rame-rame. Kendala lain yaitu yang berkaitan dengan IQ atau tingkatkecerdasan siswa, mengingat tingkat kecerdasan peserta didikberbeda-beda maka pemahaman pada peserta didikpun berbeda-beda. Hal tersebut yang menjadi kendala apabila siswa tersebutketika diajak diskusi tidak “nyaut”.”12
Hasil wawancara menjelaskan bahwa pembelajaran
berlangsung seperti pembelajaran yang lain dengan menggunakan
metode ceramah. Keadaan peserta didik pada saat pembelajaran cukup
antusias. Namun, terdapat beberapa hambatan seperti keterbatasannya
materi ajar, perbedaan tingkat kecerdasan masing-masing peserta
didik serta tingginya tingkat malas pada peserta didik yang
mengakibatkan masih saja ada peserta didik yang mendapatkan nilai
rendah apalagi peserta didik VII C dan D
Wawancara yang telah dilakukan juga mendapatkan hasil
bahwa terdapat setidaknya tiga anak dari kelas VII C dan tiga anak
dari VII D yang dianggap mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut
dilihat dari perolehan nilai mata pelajaran Aqidah Akhlak yang rendah
bahkan dibawah nilai KKM. Melalui wawancara yang telah dilakukan
Bapak Muh menjelaskan bahwa:
“Pada kelas VII C terdapat tiga anak yang mendapatkan nilairendah dibawah nilai KKM yaitu -75, mereka adalah AhmadNurro’uf Kamali, Saeful Hadi dan Salam Nur Hidayatullah.Sedangkan pada kelas VII D juga terdapat tiga anak yangmendapatkan nilai rendah dibawah nilai KMM yaitu AnshoriFaiz Caniago, Miftakhuluzen dan Muhammad Agung Febriyanto.Ke enam anak tersebut juga termasuk peringkat terendah daridata raport masing-masing kelas yang diperoleh dari wali kelasmasin-masing.”13
Data tersebut dikuatkan oleh hasil raport semester ganjil yang
peneliti diperoleh dari wali kelas VII C yaitu Sri Hariyanti, S.Pd. dan
12 Ibid13 Ibid
51
Fathun Niswah, S. Pd selaku wali kelas VII D dalam wawancara yang
telah peneliti lakukan sebagai berikut:
Tabel 4.4
Daftar Tiga Peserta Didik yang Mendapat Nilai Terendah di Kelas VII
C dan VII D14
No. Nama KelasNilai
RaportPeringkat
JumlahSiswa
1Ahmad Nurro’ufKamali
VII C 1.269 41 43
2 Saeful Hadi VII C 1.271 40 43
3Salam NurHidayatullah
VII C 1.269 43 43
4 Anshori Faiz Caniago VII D 1.285 40 425 M. Agung Febriyanto VII D 1.278 41 426 Miftakhulluzen VII D 1.267 42 42
Dari daftar diatas menunjukkan bahwa pada kelas VII C peringkat
terendah didapatkan oleh Salam Nur Hidayatullah yang memperoleh
jumlah nilai raport 1.269, sedangkan pada kelas VII D peringkat
terendah didapatkan oleh Miftakhulluzen dengan perolehan jumlah
nilai raport 1.267.
b) Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak
Pada saat proses pembelajaran Aqidah Akhlak, keadaan
mayoritas peserta didik terbilang cukup antusias dan aktif bertanya.
Hal tersebut karena pemilihan metode ceramah yang diterapkan oleh
Pak Muh. Pemilihan metode ceramah tidaklah tanpa alasan, alasan
Bapak Muh memilih metode ceramah adalah mengingat materi
Aqidah Akhlak lebih dominan sebagai nasehat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, Bapak Muh tidak monoton
dalam menggunakan metode pembelajaran ceramah, Beliau juga
menerapkan metode diskusi, tanya jawab, Drill, Jigsaw dan metode
14 Data Dokumentasi, Data Tiga Peserta Didik yang Mendapatkan Nilai Rendah KelasVII C dan VII D, Dikutip pada 16 Maret 2017.
52
lain, tetapi yang diutamakan adalah metode ceramah. Mendominankan
metode ceramah dalam proses pembelajaran dipilih juga dengan
alasan bahwa sumber ajar yang dimiliki siswa sangat terbatas yaitu
hanya melalui buku LKS, ini yang mendorong Bapak Muh
menerapkan metode ceramah sebagai jalan mentransfer pengetahuan
guru mengenai materi ajar serta membuka wawasan keilmuan peserta
didik dan membuka cakrawala peserta didik. Hal tersebut
disampaikan Bapak Muh pada saat wawancara, sebagai berikut:
“Mengenai masalah kurangnya sumber ajar, maka guru harusnyamencari sumber ajar yang lain sebagai perbandingan pelengkapsehingga materi yang disampaikan akan lebih luas. Ya, sangatefektif apabila guru berkenan melengkapi materi yang kurangdalam LKS. Karena bagaimanapun juga siswa harus dibukawawasan keilmuan dan cakrawala pola pikirnya yang tidak hanyadiperoleh dari materi ajar yang ada tetapi melalui keadaan nyatadisekitar mereka.”15
Walau pun mayoritas peserta didik antusias dalam belajar
tetapi ada beberapa dari mereka yang tidak mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik karena malas-malasan dan pecahnya
kosentrasi karena ulah teman yang jail. Hambatan utama dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah mengingat
bahwa dalam metode ceramah hanya mengharuskan pembelajaran
secara lisan dari guru dan tidak terlalu membutuhkan feedback dari
peserta didik. Mereka cenderung pasif karena hanya diharuskan untuk
mendengarkan dan memperhatikan guru saat mengajar. Hal tersebut
dianggap menjadi salah satu factor yang menyebabkan kesulitan
belajar pada peserta didik.
Masalah kesulitan belajar peserta didik berasal dari kurangnya
minat belajar yang disebkan tingkat malas peserta didik. Hal tersebut
disampaikan Pak Muh sebagai berikut:
“Mulai dari malasnya belajar yang berpengaruh pada tingkatketertarikan dengan pelajaran sehingga dalam belajar peserta
15 Drs. Muhammad, Op. Cit.
53
didik kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guruyang mengakibatkan tidak fahamnya mereka pada pelajarantersebut karena kurang focus.”16
Mengingat tidak semua peserta didik mampu memahami suatu
materi hanya melalui perantara lisan, terkadang mereka membutuhkan
praktek langsung. Misalkan menerangkan materi tentang “Rukun
Iman” dengan menggunakan metode ceramah dan menjelaskan
pengertian rukun iman dan menyebutkannya akan membuat peserta
didik mampu memahaminya, namun sebagian dari mereka masih
“ngambang” dalam memaknai iman/kepercayaan karena dibutuhkan
hati atau perasaan untuk memahaminya. Pak Muh menyampaikannya
dalam wawancara sebagai berikut:
“Mengingat materi Aqidah Akhlak banyak yang bersifat nasehat,maka metode yang di utamakan adalah metode ceramah untukkemudian ditambah dengan metode yang lain seperti metodeDiskusi, Drill dan lain-lain. Karena materi yang dimiliki olehsiswa itu sendiri sangat terbatas atau minim, yaitu hanya melaluiLKS maka sumber materi akan ditambah dari guru itu sendirisehingga yang paling efektif yaitu dengan ceramah.”17
Sejauh ini, kesulitan belajar yang dialami enam peserta didik
di kelas VII C dan VII D berasal dari metode ceramah yang
diterapkan guru pada saat pembelajaran, walaupun metode ini
sebenarnya adalah metode paling efektif untuk diterapkan mengingat
kurangnya materi ajar dan materi Aqidah Akhlak banyak yang bersifat
nasehat maka metode ceramah dianggap metode yang paling cocok.
Namun, pada kenyataannya metode tersebut belum sepenuhnya
memenuhi kebutuhan peserta didik apalagi mereka yang tidak mampu
menguasai materi ketika materi disampaikan dengan ceramah
16 Ibid17 Ibid
54
Para ahli pendidikan menjelaskan bahwa penyebab utama
kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya
disfungsi neurologis, sedangkan penyebab yang lain adalah faktor
eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar peserta didik dan pemberian ulangan yang tidak tepat.
Bapak Solikhul menjelaskan, bahwa setelah pembelajaran
berlangsung satu semester, nampak “grade” pada kelas VII C dan D
terbilang rendah dari pada rombel lain. Adapun pendapat Bapak
Solikhul di sampaikan sebagai berikut:
“Dari pengamatan saya, setelah pembelajaran berlangsung satusemester ini, terlihat “grade” kelas VII C dan D terbilang rendahdari pada kelas lain. Faktor penyebabnya macam-macam, mulaidari pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh lingkunganmasyarakat atau, bahkan pengaruh lingkungan sekolah itusendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan penyebab utamanyaberasal dari diri peserta didik sendiri seperti kurangnya minatdalam belajar.”18
Pernyataan yang senada juga diperoleh dari kepala madrasah
yaitu Muhammad Ubabul Arief, SE. yang berbicara mengenai
rendahnya “grade” kelas VII C dan D sebagai berikut:
“Pihak Madrasah selalu mengusahakan agar tidak terjadiketimpangan dalam “grade” setiap kelas, namun selama sayamenjabat menjadi kepala Madrasah, kelas VII C dan D terbilangsering rendah dalam permasalahan “grade”. Factor utamanyamenurut saya adalah lingkungan teman sebaya yang memilikiminat belajar yang yang rendah, sehingga peserta didik lainterpengaruh dan akhirnya mengikutinya. Jadi factor utamanya yaitu tadi, mulai dari tidak focus dalam pelajaran karena terhasutoleh teman lain yang gaduh dalam kelas sampai kurangnya minatbelajar.”19
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala madrasah
dan juga Waka Kurikulum, terdapat suatu masalah kesulitan belajar
18 Solikhul Huda, S. Pd.I., Wawancara Pribadi, Selaku Waka Kurikulum MTs NurulHuda Dempat, Pada Tanggal 16 Maret 2017.
19 M. Ubabul Arief, SE., Wawancara Pribadi, Selaku Guru Mata Pelajaran AqidahAkhlak MTs Nurul Huda Dempat, Pada Tanggal 16 Maret 2017.
55
yang dapat dilihat dari rendahnya “grade” yang didapatkan kelas VII
C dan D. Kemudian penulis mengamati lebih lanjut tentang kesulitan
belajar kelas VII C dan D yang mengakibatkan rendahnya “grade”
dalam kelas tersebut.
Nilai rendah yang mereka dapatkan bukan tanpa sebab, Pak
Muh menjelaskan bahwa tingkat malas yang dialami peserta didik
sekarang meningkat, mulai dari malas membaca, malas berfikir
bahkan malas mengejakan PR karena waktu mereka lebih sering
dihabiskan untuk bermain, apalagi mengingat mereka baru saja
meninggalkan bangku Sekolah Dasar (SD) maka minat bermain
mereka masih tergolong tinggi. Kendala lain adalah mengenai tingkat
kecerdasan peserta didik yang berbeda-beda menjadikan tingkat
pemahaman mereka juga berbeda-beda. Pak Muh menyampaikan
bahwa:
“Selain kendala dari pihak pendidik, kendala saya rasa jugaberasal dari siswa. Kendala yang siswa alami adalah males,mengingat jaman sekarang sudah jarang anak yang mau belajar.Bahkan tidak jarang ketika di beri PR tidak dikerjakan dirumahmalah dikerjakan rame-rame di sekolah, sehingga PR itu sendiritidak menjadi Pekerjaan Rumah tetapi menjadi Pekerjaan Rame-rame. Kendala lain yaitu yang berkaitan dengan IQ atau tingkatkecerdasan siswa, mengingat tingkat kecerdasan peserta didikberbeda-beda maka pemahaman pada peserta didikpun berbeda-beda. Hal tersebut yang menjadi kendala apabila siswa tersebutketika diajak diskusi tidak “nyaut”.”20
Penggunaan metode ceramah yang dominan dianggap menjadi
salah satu factor yang menyebabkan kesulitan belajar pada peserta
didik, mengingat tidak semua peserta didik mampu memahami suatu
materi hanya melalui perantara lisan, namun terkadang mereka
membutuhkan praktek langsung. Misalkan menerangkan materi
tentang “Rukun Iman” dengan menggunakan metode ceramah dan
menjelaskan pengertian rukun iman dan menyebutkannya akan
membuat peserta didik mampu memahaminya untuk kemudian
20 Drs. Muhammad, Op. Cit.
56
mempercayainya, tetapi sebagian dari mereka masih “ngambang”
dalam memaknai iman/kepercayaan karena dibutuhkan hati atau
perasaan untuk memahaminya.
Keenam anak tersebut mendapatkan nilai rendah dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak dan dianggap mengalami kesulitan dalam
belajar yang sama yaitu kurangnya minat belajar. Factor utama
penyebab kesulitan belajar ini adalah kurangnya kosentrasi dalam
proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diamati pada saat
pembelajaran berlangsung. Apabila guru menjelaskan materi
pembelajaran, mereka masih senang bermain dengan teman-temannya
yang lain. Disamping itu penyebab nilai rendah yang mereka alami
dikarenakan penggunaan metode ceramah yang dianggap Pak Muh
adalahmetode paling efektif mengingat materi ajar yang dimiliki
peserta didik hanya dari LKS dan materi Aqidah Akhlak banyak
mengandung unsur nasehat. Namun demikian,terlihat tidak semua
peserta didik cocok dengan penerapan metode ceramah.
2. Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi Peserta Didik
yang Mengalami Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak di MTs Nurul Huda Dempet
a) Identifikasi Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar di
Kelas VIIC dan VII D
Tujuan utama belajar adalah untuk menambah pengetahuan
dalam berbagai bidang ilmu, meningkatkan keterampilan atau
kecakapan, mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berfikir
dan yang mendasar adalah merubah tingkah laku yang buruk menjadi
lebih baik. Namun, hal tersebut dapat terhambat oleh keterbatasan
kemampuan peserta didik yang mencakup kemampuan berfikir,
berbicara dan menulis atau termasuk dalam masalah kesulitan belajar.
Masalah kesulitan belajar yang dialami peserta didik pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak cukup komplek, penyebabnya
bermacam-macam dikarenakan karakteristik peserta didik yang
57
berbeda-beda. Sehingga untuk mengetahui apakah kesulitan belajar
yang dialami peserta didik pada satu kelas tidak dapat didiagnosis
dalam betuk kelompok. Melalui wawancara yang telah peneliti
lakukan dengan wali kelas VII C yaitu Sri Haryanti, S. Pd dan wali
kelas VII D yaitu Fathun Niswah, menghasilkan data bahwa dari kelas
VII C dan VII D terdapat enam peserta didik yang membutuhkan
penanganan secara individu dikarenakan nilai rendah yang mereka
peroleh. Diantaranya adalah Miftakhulluzen kelas VII D yang sempat
peniliti waawancarai terkait kesulitan belajar pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak sehingga menyebabkan nilainya rendah.
Miftakhulluzen menjelaskan masalah kesulitan belajarnya sebagai
berikut:
“Biasanya teman-teman gaduh dan mengganggu kosentrasi saya,mbak. Jadi saya tidak begitu focus pada pelajaran”21
Dari jawaban Miftahkhulluzen dapat diketahui bahwa
kesulitan belajar yang menyebabkan rendahnya nilai Aqidah Akhlak
adalah kurang mampunya berkosentrasi yang disebabkan oleh
lingkungan sekitar. Selain itu, Miftakhulluzen juga masih terbawa
lingkungan sehingga ia pun ikut gaduh pada saat pembelajaran
berlangsung. Pertanyaan yang sama juga diberikan kepada Anshori
Faiz Caniago kelas VII D, ketika ia ditanya masalah kesulitan belajar
yang menyebabkan nilainya rendah adalah terkadang guru menyuruh
untuk menghafal atau mengerjakan soal dan hal tersebut tidah ia
sukai. Ia lebih menyukai metode cerita atau ceramah karena hal
tersebut menarik baginya. Pernyataan tersebut ia sampaikan sebagai
berikut:
“Saya lebih suka saat pelajaran dengan bercerita, jadi kalaudisuruh mengerjakan atau menghafal saya tidak suka.” 22
21 Miftakhulluzen, Wawancara Pribadi, Selaku Peserta Didik Kelas VII D MTs NurulHuda Dempat, Pada Tanggal 17 Maret 2017.
22 Anshori Faiz Caniago, Wawancara Pribadi, Selaku Peserta Didik Kelas VII D MTsNurul Huda Dempat, Pada Tanggal 17 Maret 2017.
58
Dari jawaban tersebut menunjukkan bahwa kesulitan belajar
yang menyebabkan nilainya rendah adalah variasi pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik mengerjakan dan menghafal, karena hal
tersebut tidak ia sukai. Kesulitan belajar ini dapat disebabkan oleh
diri peserta didik sendiri yaitu kurangnya minat belajar peserta didik
pada saat mengerjakan dan menghafal padahal keduanya termasuk hal
yang penting dalam penilaian pembelajaran.
Namun, Ahmad Nurro’uf Kamali kelas VII C memberikan
jawaban yang berbeda pada pertanyaan masalah kesulitan belajar yang
ia alami. Ia menjelaskan bahwa:
“Saya lebih suka permainan dalam pembelajaran, mbak. Sayabosan saat Pak Muh menjelaskan pelajaran dengan bercerita.Kadang-kadang saya mengantuk. Saya lebih suka apabiladiberikan praktek langsung setelah menerima pelajaran. Seperticara menghafal asma’ul husna dengan nada, karena itu bisamemudahkan saya mengingat lafadz-lafadznya.”23
Dari jawaban yang Ahmad Nurro’uf Kamali sampaikan dapat
di tarik kesimpulan bahwa dia mengalami kesulitan belajar yang
disebabkan metode pembelajaran ceramah yang guru terapkan. Dia
lebih menyukai metode belajar yang mampu menstimulus
ketertarikannya pada suatu pembelajaran. Misalkan penggunaan lagu
pada materi menghafal Asma’ul Husna yang dia anggap akan
mempermudah mengingat lafadz-lafadznya. Jadi masalah kesulitan
belajar Ahmad Nurro’uf Kamali disebabkan oleh gaya mengajar guru
ketika menyampaikan materi.
Perbedaan karakteristik inilah yang mengharuskan guru
melakukan penanganan secara individu atau biasa disebut psikologi
individual. Hal tersebut disampakan oleh Pak Muh sebagai berikut:
“Mengingat kesulitan belajar setiap peserta didik berbeda-beda,ada yang tergolong rendah dan ada yang tergolong tinggi makapenanganannya pun berbeda-beda., kalau tidak ya bisa repot.
23 Ahmad Nurro’uf Kamali, Wawancara Pribadi, Selaku Peserta Didik Kelas VII C MTsNurul Huda Dempat, Pada Tanggal 18 Maret 2017.
59
Beberapa kesulitan yang terjadi di dalam satu kelas yangtergolong ringan seperti tidak focus dalam pelajaran biasa sayategur secara kelompok, tetapi apabila kesulitan belajar yangtergolong tinggi seperti nilai yang rendah dibawah KKM biasasaya berikan penanganan secara individu. Penanganan ini bisadisebut dengan psikologi individu.”24
Pak Muh menjelaskan bahwa kurangnya minat belajar
membuat proses belajar terganggu. Rasa malas semakin dominan
ketika pembelajaran monoton yang disebabkan dominasi penggunaan
metode ceramah. Masalah yang timbul saat ini mendorong Pak Muh
memberikan pelayanan secara individu pada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar atau disebut dengan psikologi individu.
Psikologi individu lahir dari rasa peduli antar manusia, untuk
kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan. Masalah yang dialami
peserta didik terkait pembelajaran diamati penyebabnya dan diberikan
solusi yang terbaik sehingga proses belajar peserta didik tidak
terganggu.
b) Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi Peserta Didik
yang Mengalami Kesulitan Belajar
Wawancara yang telah dilakukan terhadap tiga peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar agaknya sangat dipengaruhi oleh
metode ceramah yang guru terapkan, peserta didik tidak diajak untuk
berfikir ataupun menyampaikan pendapat. Menyadari kekurangan
yang dirasakan Pak Muh dalam proses pembelajaran inilah yang
mendorong Pak Muh untuk memberikan penerapan psikologi individu
bagi peserta didik yang dianggap tidak sesuai dengan penerapan
metode ceramah yang diterapkan di kelas pada saat pembelajaran
berlangsung. Tetapi pendekatan tidak dilakukan terhadap semua
peserta didik, penerapan hanya dilakukan terhadap peserta didik yang
mengalami kesulitan belajarsaja. Hal tersebut Beliau sampaikan
sebagai berikut:
24 Drs. Muhammad, Op. Cit.
60
“Mengingat kesulitan belajar setiap peserta didik berbeda-beda,ada yang tergolong rendah dan ada yang tergolong tinggi makapenanganannya pun berbeda-beda, kalau tidak ya bisa repot.Beberapa kesulitan yang terjadi di dalam satu kelas yangtergolong ringan seperti tidak focus dalam pelajaran biasa sayategur secara kelompok, tetapi apabila kesulitan belajar yangtergolong tinggi seperti nilai raport yang rendah dibawah KKMbiasa saya berikan penanganan secara individu. Penanganan inibisa disebut dengan psikologi individu.”25
Psikologi individu atau individual psychology lahir dari rasa
peduli antar manusia, atau dalam bidang konseling disebut
memulihkan perasaan klien, memeriksa dan mengungkapkan
kesalahan dalam tujuan dan gaya hidup, serta menumbuhkan minat
sosial. Kelebihan penggunaan pendekatan individual Psychology juga
mampu dirasakan oleh Pak Muh, sebagaimana yang Beliau
ungkapkan sebagai berikut:
“Ya itu tadi, psikologi individu ini termasuk salah satu cara sayamendiagnosis kesulitan belajar peserta didik. Dari dialoglangsung secara private dengan peserta didik yang mengalamikesulitan belajar, maka saya akan tahu apa penyebab merekamendapatkan nilai dibawah KKM untuk kemudian saya beribimbingan dan arahan agar mereka mampu memperbaiki nilaiyang mereka dapatkan tersebut. Kelebihan dari pendekatan iniadalah saya mampu melihat lebih mendalam masalah yangtengah dihadapi oleh peserta didik dalam kesulitan belajar.”26
Adler, tokoh psikologi individupun tidak menetapkan aturan
atau metode yang ketat dalam pelaksanaan terapinya. Ia percaya
bahwa klien akan menentukan prosedur yang dilakukan. Hal senada
disampaikan juga oleh Pak Muh sebagai berikut:
“Pendekatan individual ini saya lakukan tanpa ada langkah-langkah yang mendetail, tetapi saya menggunakan rumusanpetunjuk-petunjuk praktis untuk mengetahui penyebab kesulitanbelajar peserta didik dengan cara mendekati dan menanyakankegiatan keseharianya untuk kemudian saya berikan arahan untukmemperbaikinya.”27
25 Ibid.26 Ibid.27 Ibid.
61
Pak Muh menjelaskan psikologi individu dapat dilakukan oleh
seorang pendidik secara terbuka dan langsung terhadap setiap individu
peserta didik yang bertujuan menentukan kelemahan-kelemahan
dalam belajar peserta didik itu sendiri untuk kemudian dicarikan
solusi atas masalah yang ada.
Penerapan pendekatan psikologi individu dilakukan Pak Muh
pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang
menyebabkan mereka mendapat nilai rendah pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak. Dari data yang telah peneliti peroleh setidaknya ada
enam peserta didik yang pernah Pak Muh bimbing menggunakan
pendekatan psikologi individu. Mereka adalah Miftakhulluzen, salah
satu peserta didik kelsa VII D, Anshori Faiz Caniago kelas VII D dan
Ahmad Nurro’uf Kamali kelas VII C. Proses pendekatan sebelumnya
telah Pak Muh rencaranakan agar tidak terlalu meluas ketika
pendekatan berlangsung. Pada saat pengumpulan data, peneliti
mengamati langkah-langkah yang Pak Muh terapkan. Sebagaimana
disampaikan dalam wawancara:
“… Saya menggunakan rumusan petunjuk-petunjuk praktis untukmengetahui penyebab kesulitan belajar peserta didik dengan caramendekati dan menanyakan kegiatan kesehariannya untukkemudian saya berikan arahan untuk memperbaikinya. Pertama,saya Tanya kendala apa yang dihadapi pada saat pembelajaranberlangsung. Apabila peserta didik mengalami kesulitan belajaryang disebabkan kurangnya minat belajar atau tingkat kemalasanyang ada pada diri peserta didik atau lingkungan, saya beriarahan untuk meningkatkan belajarnya, karena belajar diwaktumuda akan lebih mudah dari pada belajar diwaktu tua danpenyesalan akan datang diakhir. Dan apabila peserta didikmengalami kesulitan belajar yang disebabkan karena metodepembelajaran ceramah yang saya terapkan pada pembelajaran,saya beri arahan bahwa pada hakekatnya Aqidah Akhlakmemanglah membutuhkan penggunaan metode ceramah,mengingat materi ajar yang dimiliki peserta didik sangat kurang,maka dari itu peserta didik saya himbau untuk mendengarkandengan seksama tidak bosan pada saat pembelajaran.”28
28 Ibid.
62
Secara mendasar, langkah-langkah yang dilakukan Pak Muh
dalam pendekatan psikologi individu adalah mendekati peserta didik
secara ramah sehingga memberikan kesan kenyamanan, penggunaan
bahasa juga tidak terlalu berat sehingga peserta didik merasa mudah
dalam menjawab setiap pertanyakan yang diajukan.pemilihan tempat
juga telah direncanakan sebelumnya. Beliau berkata:
“Pendekatan psikologi individu saya lakukan senatural mungkinagar peserta didik merasa nyaman, untuk itu saya memilihbeberapa tepat diantaranya masjid setelah peserta didikmelaksanakan solat dzuhur berjama’ah, kadang-kadang di ruangkelas dan tak jarang juga di ruangan saya.”
Setelah kenyamanan dan komunikasi telah terjalin dengan
baik tentu saja penerapan pendekatan akan mudah dilakukan. Peserta
didikpun akan menganggap guru sebagai teman curhat dengan
menyampaikan kendala-kendala yang ia hadapi. Apabila guru telah
mengetahui masalah pada peserta didik, langkah kedua adalah
memberikan solusi serta motivasi untuk belajar.
Miftakhulluzen kelas VII D salah satu peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar yaitu kurangnya kosentrasi pada saat
pembelajaran berlangsung dikarenakan lingkungan kelas yang gaduh
menjelaskan proses pendekatan psikologi individu yang diterapkan
Pak Muh terhadapnya sebagai berikut:
“Saya ditanya kegiatan saya dirumah, mulai dari bangun tidurdan harus memperhatikan setiap guru saat mengajar dan janganterpengaruh oleh teman lain yang gaduh dikelas.”29
Selain Miftakhulluzen, penerapan pendekatan psikologi
individu juga diterapkan terhadap Anshori Faiz Caniago kelas VII D
yang mengalami kesulitan belajar susah menghafal dan mengerjakan
soal karena lebih senang apabila pembelajaran berlangsung dengan
bercerita, ia pun menjelaskan proses pendekatan psikologi individu
sebagai berikut:
29 Miftakhulluzen, Op. Cit.
63
“Saya disuruh bercerita tentang apa yang saya lakukan dirumah,berapa lama saya belajar dan berapa lama saya bermain.Kemudian Pak Muh meminta saya untuk giat belajar dan janganmalas-malasan di sekolahan agar nilai saya bisa membaik.”30
Peserta didik yang ketiga yang pernah praktek pendekatan
dengan Pak Muh adalah Ahmad Nurro’uf Kamali kelas VII C yang
mengalami kesulitan belajar terkait ketidaksesuaian metode ceramah
yang Pak Muh terapkan dalam pembelajaran. Ia menjelaskan langkah-
langkah pendekatan psikologi individu sebagai berikut:
“Pertama Pak Muh meminta saya bercerita tentang kegiatansehari-hari saya. Siapa teman bermain dan teman belajar sayadan apakah orang tua saya menyuruh saya belajar. Kedua, PakMuh menyarankan saya agar mendengarkan guru saatpembelajaran dan menjelaskan kalau materi Aqidah Akhlakmemang harus cerita karena materinya banyak.”31
Pernyataan yang disampaikan Ahmad Nurro’uf Kamali terkait
langkah-langkah pendekatan psikologi individu terbilang senada
dengan pernyataan dua peserta didik sebelumnya dan juga pernyataan
dari Pak Muh. Dimana pendekatan psikologi individu dilaksanakan
melalui langkah-langkah praktis untuk memberikan kenyamanan pada
peserta didik sehingga mereka mampu menyampaikan keluhan
mereka dengan nyaman sesuai definisi psikologi individu yaitu
pendekatan yang lahir dari rasa peduli antar manusia dan guru mampu
memberikan solusi atas masalah yang tengah dihadapi dengan bijak
dan tepat.
Pendekatan psikologi individu yang diterapkan oleh Pak Muh
telah diketahui oleh pihak kepala sekolah dan staff guru yang lain,
respon yang diberikanpun sangat positif mengingat penanganan
khusus yang memang seharusnya dilakukan terhadap peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut disampaikan Pak Muh
sebagai berikut:
30 Anshori Faiz Caniago, Op. Cit.31 Ahmad Nurro’uf Kamali, Op. Cit.
64
“Secara umum, pihak sekolah dalam kategori kelapa madrasahdan staff guru mengetahui pendekatan yang saya lakukanterhadap peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, namunpada proses detailnya tidak. Tanggapan pihak sekolah sangatmendukung, karena mereka mengetahui manfaat dari psikologiindividu ini cukup baik untuk meningkatkan kualitas belajarpeserta didik.”32
c) Kendala Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Sejauh ini, penerapan pendekatan yang dilakukan oleh Pak
Muh berjalan dengan lancar dan cukup memberikan dampak positif
dari berbagai kalangan, mulai dari pihak madrasah yaitu terjadinya
peningkatan kualitas dan dari pihak guru yaitu semakin mudah dalam
menyampaikan materi serta dari pihak peserta didik yang merasakan
perubahan pola belajarnya.
Kendati demikian, tidak mampu dipungkiri bahwa terdapat
pula hambatan atau kendala yang dirasakan oleh Pak Muh pada saat
penerapan pendekatan psikologi individu terhadap peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut disampaikan Pak Muh
sebagai berikut:
“Tentu saja ada, kendala yang paling mendasar adalah mengingatbahwa tidak semua peserta didik langsung mau saat saya ajakuntuk melaksanakan pendekatan psikologi individual ini,terkadang ada yang malah lari setelah saya ajak berbicara secarapribadi. Juga pada saat proses penerapan pendekatan itu sendiriterkadang peserta didik tidak mampu berbicara terus terang,tetapisaya selalu mengusahakan untuk mendalami karakter pesertadidik sehingga mereka mampu berbicara secara terang-terangan.”33
Dari pernyataan Pak Muh diatas menjelaskan bahwa hambatan
yang Beliau alami pada saat penerapan pendekatan psikologi individu
adalah susahnya membujuk peserta didik agar berkenan mengikuti
praktek pendekatan psikologi individu dan membuat peserta didik
32 Drs. Muhammad, Op.Cit.33 Ibid.
65
berbicara secara terus terang terhadap guru yang dianggap paling
penting dalam pendekatan psikologi individu ini.
Miftakhulluzen (VII D) misalnya, ia sedikit susah ketika
diajak mengikuti penerapan pendekatan psikologi individu. Namun,
setelah Pak Muh membunjuknya, akhirnya ia pun berkenan mengikuti
penerapan pendekatan psikologi individu. Bahkan dari hasil
wawancara ia kemudian memberitahu orang tuanya dan mengurangi
waktu bermainnya. Pernyataan tersebut disampaikan sebagai berikut:
“Karena Pak Muh meminta saya agar mau diajak berbicaramengenahi nilai saya yang rendah, jadi saya mau.”34
Anshori Faiz Caniago (VII D) juga menyatakan rasa
senangnya setelah penerapan pendekatan psikologi individu karena
merasa diperhatian oleh Pak Muh walaupun pada awalnya ia tidak
berkenan ketika di bujuk oleh Pak Muh karena hal tersebut
menyangkut nilainya. Pernyataan itu disampaikan olehnya sebagai
berikut:
“Karena kata Pak Muh nilai saya rendah, jadi mau di beri arahanagar nilai saya bisa naik.”35
Selain mereka berdua, Ahmad Nurro’uf Kamali (VII C) juga
menyatakan alasan mengapa ia berkenan mengikuti penerapan
pendekatan psikologi individu oleh Pak Muh sebagai berikut:
“Sebenarnya saya tidak mau, tetapi Pak Muh memaksa sayauntuk ikut dengannya, karena Pah Muh bilang nilai AqidahAkhlak saya rendah, dan akhirnya saya mau.”36
Dari hasil wawancara tampak hambatan yang paling dirasakan
oleh Pak Muh adalah bagaimana membujuk peserta didik agar
berkenan berbicara empat mata dengan Beliau, karena kebanyakan
peserta didik akan menolak ketika diminta untuk berbicara langsung
dengan guru.
34 Miftakhulluzen, Op. Cit.35 Anshori Faiz Caniago,Op. Cit.36 Ahmad Nurro’uf Kamali,Op. Cit.
66
3. Hasil penerapan pendekatan Individual Psychology bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak di MTs Nurul Huda
a) Kondisi Peserta Didik yang mengalami kesulitan belajar Sebelum
Penerapan Individual Psychology
Perbedaan individu mulai dari karakteristik dan tingkat
kecerdasan peserta didik sangat mempengaruhi suatu proses
pembelajaran. Beberapa dari mereka akan langsung faham dengan
materi yang disampaikan guru melalui cerita, sumber ajar yang
berasal dari lisan seorang guru membuat peserta didik lebih mudah
memahami suatu materi. Meskipun hal tersebut menjadikan peserta
didik menjadi pasif pada saat pembelajaran, mengingat tidak adanya
feedback dari peserta didik karena kurang adanya kesempatan
menyampaikan pendapat yang disebabkan oleh waktu pembelajaran
yang sepenuhnya dihabiskan dengan menggunakan metode ceramah.
Hasil wawancara menunjukkan tiga dari enam peserta didik
yang mendapatkan nilai rendah pada semester gasal yaitu Ahmad
Nurro’uf Kamali (VII C), Miftakhulluzen (VII D) dan Anshori Faiz
Caniago (VII D) mempunyai pola belajar yang berbeda-beda. Hal
tersebut tentu disebabkan oleh karakteristik dan kecerdasan yang
mereka miliki. Misalkan Ahmad Nurro’uf Kamali (VII C) yang
menjelaskan bahwa:
“Saya sulit memahami pelajaran ketika materi disampaikan lewatcerita atau dongeng-dongeng.”37
Pernyataan Ahmad Nur’rouf Kamali diatas menunjukkan pola
belajarnya termasuk gaya belajar kinestetik, yaitu suatu gaya belajar
yang menbutuhkan suatu gerakkan atau kerja nyata. Apabila
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode ceramah
akan mempersulit proses pemahamannya. Peserta didik yang memiliki
gaya belajar kinestetik akan cepat bosan apabila pembelajaran
37 Ibid.
67
berlangsung secara monoton. Seorang guru yang mengetahui gaya
belajar peserta didiknya harus pandai-pandai memvariasikan suatu
metode pembelajaran agar peserta didik tidak cepat bosan. Meskipun
metode yang paling cocok adalah metode ceramah, tetapi harus
diimbangi dengan metode lain sehingga peserta didik selalu tertarik
dengan pembelajaran yang berlangsung
Peserta didik kedua yaitu Miftakhulluzen (VII D) meyatakan
bahwa:
“Biasanya teman-teman gaduh dan mengganggu kosentrasi saya,mbak. Jadi saya tidak begitu focus pada pelajaran.”38
Dari pernyataan Miftakhulluzen (VII D) menunjukkan pola
belajar yang kosentrasinya mudah terpecah oleh kegaduhan disekitar.
Ia membutuhkan lingkungan yang tenang ketika menerima
pembelajaran sehingga ia mampu menyerap materi secara maksimal.
Pola belajar ini menunjukkan bahwa penyebab kesulitan belajarnya
adalah berasal dari dirinya sendiri. Meskipun Pak Muh senantiasa
berusaha melakukan penguasaan kelas dengan memberikan peringatan
bagi peserta didik yang gaduh dan tidak memperhatikan pembelajaran,
tetapi terkadang kondisi kelas masih ramai mengingat kelas VII masih
memiliki tingkat bermain yang cukup tinggi. Selain itu, banyaknya
anggota pada satu kelas juga sangat mempengaruhi efektifitas suatu
model pembelajaran. Pada kelas VII D jumlah peserta didik terbilang
banyak yaitu 43 peserta didik, tentu tidak akan mudah
mengkondisikan kelas tersebut.
Peserta didik yang ketiga yaitu Anshori Faiz Caniago (VII D)
menyatakan bahwa:
“Saya lebih suka saat pelajaran dengan bercerita, jadi kalaudisuruh mengerjakan atau menghafal saya tidak suka.”39
Anshori menjelaskan bahwa metode pembelajaran yang ia
sukai memanglah metode ceramah, ia merasa lebih cepat faham
38 Miftakhulluzen,Op. Cit.39 Anshoro Faiz Caniago, Op. Cit.
68
apabila guru menerangkan materi dengan bercerita. Hal tersebut
menunjukkan pola belajar Anshori termasuk dalam pola belajar audio,
yaitu ia merasa lebih nyaman mendengarkan materi dari pada harus
mengerjakan soal atau menghafal suatu materi. Tetapi terkait dengan
penilaian kepada peserta didik, mengerjakan soal dan menghafal
memang harus dilakukan. Karena tidaklah mungkin guru mampu
memberikan penilaian pada peserta didik hanya melalui pengamatan
luar secara langsung dari peserta didik, melainkan guru juga harus
mengetahui tingkat kecerdasan yang mencakup afektif, kognitif dan
psikomotor dan mengerjakan soal dan menghafal termasuk dalam
penilaian kognitif.
Dari masalah tersebut diatas Pak Muh menyampaikan bahwa:
“Metode yang di utamakan adalah metode ceramah untukkemudian ditambah dengan metode yang lain seperti diskusi,drill dll. Karena materi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri sangatterbatas atau minim, yaitu hanya melalui LKS maka sumbermateri akan ditambah dari guru sehingga yang paling efektifyaitu dengan ceramah.”40
Meskipun metode ceramah diutamakan pada saat
pembelajaran Aqidah Akhlak, Pak Muh juga menambahkan metode
lain seperti diskusi dan drill agar peserta didik tidak terlalu pasif
dalam pembelajaran. Kendati demikian, masalah kesulitan belajar
masih dirasakan oleh beberapa peserta didik karena metode ceramah
masih diterapkan secara dominan dibandingkan dengan metode yang
lain sehingga membuat beberapa peserta didik yang memiliki masalah
dengan metode ceramah terganggu. Peserta didik tidak hanya
membutuhkan sumber ajar secara lisan, namun mereka juga
membutuhkan materi secara nyata dan materi yang mampu
membangkitkan keaktifan mereka. Meskipun metode lain sudah
ditambahkan, hal tersebut agaknya belum mampu membangkitkan
40 Drs. Muhammad, Op. Cit.
69
minat belajar peserta didik dikarenakan masih sedikitnya penggunaan
metode yang lain seperti diskusi, tanya jawab dan drill.
b) Hasil penerapan pendekatan Individual Psychology bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar
Perbedaan individu mulai dari karakteristik dan tingkat
kecerdasan peserta didik sangat mempengaruhi proses pendekatan
psikologi individu. Berhasil atau tidaknya tengantung pada respon
dari peserta didik, tetapi Pak Muh merasa telah sepenuhnya
mengusahakan kemampuan Beliau dalam memahami kebutuhan
peserta didik. Sebagaimana yang Pak Muh sampaikan sebagai berikut:
“Mengenai indikator perubahan pola belajar, saya lihat dari sikappeserta didik karena hal tersebut terkait dengan psikologi.”41
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan
pola belajar setelah penerapan pendekatan dilihat dari perubahan
sikap atau perilaku peserta didik.
Perubahan pola belajar peserta didik setelah proses
pendekatanpun berbeda-beda. Seperti yang Pak Muh sampaiakan,
yaitu:
“Dalam penerapan pendekatan individu saya selalumengusahakan secara maksimal agar hasilnya pun maksimal,tetapi tidak semua pola belajar akan berubah lebih baik,terkadang ada yang berubah dan terkadang juga tidak, mengingatwatak anak ada yang berasal dari “gawan bayi” jadi apabilasudah dinasehati secara “dremimil” hanya dianggap sebagaiangin lewat, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri dantidak ada perubahan dalam belajar.”42
Tiga dari enam peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
memberikan tanggapan setelah menerima penerapan pendekatan
psikologi individu yang diberikan oleh Pak Muh. Tanggapan mereka
berbeda-beda, mulai dari Miftakhulluzen (VII D) setelah mendapatkan
pendekatan psikologi individu menyatakan bahwa:
41 Ibid.42 Ibid.
70
“Saya memberitahu orang tua saya dan saya mengurangi waktubermain saya.”43
Jawaban Miftakhulluzen menunjukkan bahwa ia cukup
memperhatikan pendekatan yang dilakukan oleh Pak Muh, hal
tersebut terlihat dari jawabannya ketika sampai dirumah ia langsung
menceritakan kepada orang tuanya bahwa Pak Muh memberikan
bimbingan khusus kepadanya terkait rendahnya nilai yang ia peroleh.
Orang tua tentunya merasa senang dan memberi respon positif
kemudian lebih memperhatikan waktu belajar peserta didik dirumah
serta mengurangi waktu bermainnya.
Berbeda namun hampir serupa dengan Miftakhulluzen,
Anshori Faiz Caniago (VII D) juga memberikan tanggapan positif
setelah penerapan pendekatan psikologi sebagai berikut:
“Saya senang karena merasa diberi semangat belajar oleh PakMuh.”44
Ahmad Nurro’uf Kamali (VII C) juga memberikan tanggapan
setelah penerapan pendekatan psikologi individu terhadapnya sebagai
berikut:
“Saya senang karena Pak Muh memperhatikan saya.”45
Dari ketiga tanggapan yang telah diberikan kepada peserta
didik, telihat respon positif setelah penerapan pendekatan psikologi
individu.
Hasil dari pendekatan juga disampaikan oleh Miftakhulluzen
(VII D) bahwa:
“Iya, karena sekarang saya selalu kosentrasi dalam pelajaran.”46
Hasil yang signifikan juga dialami Anshori (VII D)yang
menyatakan sebagai berikut:
43 Miftakhulluzen, Op. Cit.44 Anshori Faiz Caniago, Op. Cit.45 Ahmad Nurro’uf Kamali, Op. Cit.46 Miftakhulluzen, Op. Cit.
71
“Iya, karena Pak Muh pernah bilang kalau nilai saya sekaranglebih baik dari sebelumnya.”47
Namun demikian, tidak sama dengan Ahmad Nurro’uf Kamali
(VII C) yang memberikan jawaban bahwa ia belum merasakan
perubahan pada dirinya setelah penerapan pendekatan psikologi
terhadapnya. Pernyataan tersebut ia sampaikan sebagai berikut:
“Tidak mbak, saya kadang-kadang masih bingung dan tidakfaham dengan materi yang disampaikan karena Pak Muh seringbercerita dan mendongeng saat menyampaikan materi.”48
Perubahan pola belajar peserta didik dapat dilihat melalui
indicator yang telah dijadikan patokan oleh Pak Muh. Indicator
tersebut telah dijelaskan dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya mempunyai indikator bahwa peserta didik yang normaldalam belajar dapat ditinjau dari 5 hal: Pertama, dilihat darikesadaran dalam menerima rangsangan dari guru mengenaimateri yang disampaikan atau mampu fokus pada pembelajaran.Kedua, adanya respon yang diberikan terhadap rangsangan dariguru, seperti menjawab pertanyaan yang diberikan kepadapeserta didik. Ketiga, kualitas jawaban yang menjadi respon atassuatu rangsangan yang diberikan guru. Dengan kata lain yaituketepatan menjawab dengan benar. Keempat, hubungannyadengan lingkungan sekitar, yang dapat dilihat dari bagaimana diabermain dengan teman-teman. Kelima, Karakteristik kepribadianyang baik yang dicerminkan oleh perilaku.”49
Meskipun terlihat tanggapan positif, namun pendekatan
psikologi individu belum sepenuhnya memberikan hasil yang
sempurna. Pak Muh menjelaskan bahwa selama satu semester ini
enam peserta didik yang mendapat pendekatan psikologi individu
hanya empat anak yang memberikan hasil sesuai keinginan, yaitu
meningkatnya pola belajar pada peserta didik, tetapi dua dari mereka
belum memberikan perubahan dalam hal pola belajar. Hal ini
disampaikan Pak Muh sebgai berikut:
47 Anshori Faiz Caniago, Op. Cit.48 Ahmad Nurro’uf Kamali, Op. Cit.49 Drs Muhammad, Ibid, PadaTanggal 6 april 2017.
72
“Mengingat watak anak ada yang berasal dari “gawan bayi” jadiapabila sudah dinasehati dengan “dremimil” hanya dianggapsebagai angin lewat, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiridan tidak ada perubahan dalam belajar, tetapi ada juga yangkemudian mendengarkan dengan baik dan pola belajarnyaberubah. Hal itu disebabkan perbedaan karakteristik setiap siswa.Dari enam peserta didik yang tahun ini sudah saya berikanpendekatan pun hanya empat yang mengalami perubahan dalambelajar. Dua diantaranya masih mengalami nilai rendah yangdisebabkan oleh masalahnya yang sama. Empat anak yangmengalami perubahan belajar lebih baik antaranya yaitu AnshoriFaiz Caniago (VII D/6045), Miftakhulluzen (VII D/6096), M.Agung Febriyanto (VII D/6111) dan Ahmad Nurro’uf (VIIC/6024) serta dua anak yang belum menunjukkan perubahandalam belajarantara lain ialah Saeful Hadi (VII C/6154) danSalam Nur Hidayatullah (VII C/6155).”50
Masalah tersebut terjadi karena perbedaan pada setiap
individu, beberapa dari mereka langsung sadar setelah penerapan
pendekatan psikologi individu adapula yang tidak menampakkan
perubahan dalam pola belajar, semua itu tergantung watak dan
karakteristik masing masing.
C. Pembahasan
1. Analisis Kesulitan Belajar yang di Alami oleh Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Dempet
a) Kesulitan Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak
Suatu proses pembelajaran tidak hanya kegiatan memberi dan
menerima pengetahuan dengan merubah perilaku peserta didik
menjadi lebih baik. Namun lebih dari itu,ada beberapa faktor di dalam
proses berlangsungnya suatu pembelajaran. Mulai dari faktor
pendukung sampai faktor penghambat. Faktor pendukung suatu
pembelajaran tentu akan memudahkan proses mentransfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada peserta didik, sebaliknya, faktor
50 Drs Muhammad, Ibid, PadaTanggal 18 Maret 2017.
73
penghambat tentu akan mempersulit dan mengganggu keberhasilan
dari pembelajaran.
Terdapat banyak sekali faktor penghambat dalam proses
pembelajaran, salah satunya yaitu kesulitan belajar. Kesulitan belajar
adalah kegagalan dalam mencapai tujuan belajar.51 Kesulitan belajar
terjadi karena dua faktor, yaitu faktor intern meliputi gangguan atau
kekurangan atau kekurangmampuan psiko-fisik, yakni yang bersifat
kognitif dan faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah.52 Selain dua faktor diatas, Mulyono menyebutkan dalam
bukunya menjelaskan bahwa terdapat pula kesulitan belajar yang
ditandai dengan gangguan pendengaran, berbicara, menghitung dan
menulis.53
Data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa kesulitan
belajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak berasal dari banyak faktor,
mulai dari tingkat kecerdasan, minat belajar serta rasa malas yang ada
pada diri peserta didik. Namun demikian, pihak sekolah telah
mengusahakan agar kesulitan belajar dapat diminimalisir dengan cara
membagi kelas secara merata sehubungan dengan tingkat kecerdasan
peserta didik sehingga pada proses pembelajaran tidak terjadi
diskriminasi kelas “favorit” atau dengan kata lain terjadi perbedaan
tingkat kecerdasan antar kelas.
Mengingat masalah kesulitan belajar kerap terjadi pada
kalangan pendidikan, hal ini menjadi tugas serta tanggung jawab
penuh seorang pendidik untuk menciptakan inovasi serta solusi
terbaik sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif.
51 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran Panduan Praktis BagiPendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 85
52 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo PERSADA, 2013, hlm.185-186
53 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar,Jakarta: PT RINETA CIPTA, 1999, hlm. 6
74
b) Penyebab Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak menjelaskan materi tentang
perilaku seorang muslim yang memiliki suatu keyakinan terhadap
agama Islam. Banyak dari materinya bersifat nasehat untuk meng-Esa-
kan Allah dan bagaimana berperilaku sesuai ajaran Islam. Materi
disampaikan melalui media-media yang disediakan oleh pihak
madrasah seperti LKS dan buku-buku penunjang atau pendukung.
Namun demikian, tetap saja suatu proses pembelajaran tidak berjalan
maksimal dikarenakan minimnya bahan ajar yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga memaksa guru memberikan pengalaman-
pengalaman yang dimiliki untuk dibagikan kepada peserta didik guna
melengkapi materi ajar yang dianggap sangat minim melalui lisan
atau metode ceramah.
Masalah lain yang dialami peserta didik terkait kesulitan
belajar adalah mengenai sumber ajar yang dimiliki oleh peserta didik,
sehingga memaksa guru memberikan tambahan materi melalui
pengalaman-pengalaman guru secara lisan. Namun demikian, hal
tersebut ternyata memberikan masalah baru, mengingat peserta didik
telah memiliki rasa malas serta minat belajar yang kurang. Hal
tersebut mengakibatkan masalah bertumupuk, mulai rasa malas
ditambah dengan rasa bosan. Seorang guru seharusnya memiliki
metode agar mampu meningkatkan gairah belajar peserta didik
sehingga rasa ingin tahu peserta didikpun meningkat.
Meskipun banyak dari peserta didik merasa mampu menerima
pembelajaran secara lisan, beberapa peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar ternyata tidak mampu menerima pembelajaran secara
maksimal. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman peserta
didik terhadap materi yang menggunakan metode ceramah yang
diterapkan oleh guru. Beberapa peserta didik terkesan bosan dengan
metode ceramah yang monoton dan lebih memahami materi
pembelajaran apabila disampaikan melalui praktek nyata.
75
Ketidakcocokan penggunaan metode ceramah juga berimbas kepada
rendahnya nilai peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Dari hasil pengamatan, diperoleh suatu data bahwa kesulitan
belajar yang dialami peserta didik berasal dari metode ceramah yang
diterapkan oleh guru. Beberapa peserta didik ternyata tidak cocok saat
guru menggunakan metode ceramah pada pembelajaran. Mereka lebih
menyukai metode belajar sambil bermain sehingga pembelajaran tidak
terkesan monoton dan peserta didik tidak merasa bosan ketika
pembelajaran berlangsung. Maka kesulitan belajar yang
dialamipeserta didik berasal dari faktor eksternal yaitu faktor
lingkungan sekolah seperti sikap guru dan metode atau cara
mengajar.54
Pemilihan metode ceramah bukan tanpa alasan. Dari hasil
wawancara menunjukkan, bahwa Pak Muh sebenarnya mengetahui
kesulitan belajar yang dialami peserta didik, yaitu tingginya rasa
malas dan kurangnya minat dalam belajar, tetapi mengingat
pentingnya membuka wawasan keilmuan dan cakrawala pola pikir
peserta didik yang tidak hanya diperoleh dari materi ajar yang ada
tetapi melalui keadaan nyata disekitar memaksa Pak Muh
menyampaikan materi secara lisan. Membagikan pengalaman-
pengalaman Beliau terkait materi pelajaran.
Meskipun dianggap metode paling cocok untuk mata pelajaran
Aqidah Akhlak, guru seharusnya memperhatikan pula kondisi peserta
didik mulai dari fisik dan psikis, apakah kondisi peserta didik telah
siap dan mampu menerima suatu pelajaran atau belum serta
mempertimbangkan dampak yang berimbas pada nilai akademik
peserta didik karena penggunaan metode tersebut. Dampak lain yang
diakibatkan oleh penggunaan metode ceramah juga dapat dilihat dari
kurangnya feedback dan peserta didik terkesan pasif, mengingat
pembelajaran hanya berjalan satu arah dan kurang memberikan
54 Suwarto, Op. Cit. hlm. 90
76
kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya ataupun mengutarakan
pendapat. Namun, disela-sela kegiatan pembelajaran, Pak Muh juga
menerapkan metode lain seperti diskusi, Tanya jawab dan juga drill.
Metode tersebut terkadang Beliau terapkan agar pembelajaran tidak
terlalu monoton dan membuat peserta didik cepat bosan.
2. Analisis Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi Peserta
Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak di MTs Nurul Huda Dempet
a) Identifikasi Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar di
Kelas VIIC dan VII D
Guru yang profesional tentu akan memperhatikan suatu proses
pembelajaran dengan perhitungan yang sangat matang. Hal tersebut
juga telah diusahakan Pak Muh selama menjabat menjadi guru. Mulai
dari memperhatikan kondisi fisik dan mental peserta didik, pemilihan
metode yang cocok dengan kondisi peserta didik sampai memberikan
pelayanan sesuai kebutuhan peserta didik. Masalah kesulitan belajar
pada beberapa peserta didik pun ditangani langsung oleh Beliau,
mengingat bahwa dengan menangani langsung masalah peserta didik
Pak Muh akan mampu mencari penyebabnya untuk kemudia diberikan
arahan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada peserta
didik.
Selama satu semester saja, Pak Muh telah menangani enam
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar pada kelas VII C dan
VII D dengan pendekatan Individual Psychology mengingat bahwa
pendekatan tersebut adalah kegiatan belajar yang menitikberatkan
bantuan dan bimbingan belajar pada masing-masing individu.55
Identifikasi dimulai dari pengamatan perilaku pada peserta didik yang
dianggap mengalami kesulitan belajar melalui nilai raport peserta
didik.
55 Dimyati, dkk., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2009, hlm. 161.
77
Hasil wawancara menunjukkan enam anak yang teridentifikasi
mengalami kesulitan belajar yaitu Miftakhulluzen (VII D) yang
mengalami kesulitan belajar yang berasal dari dalam dirinya sendiri
menyebabkan kurang mampunya berkonsentrasi pada saat
pembelajaran berlangsung karena kelas yang sering gaduh.
Anshori Faiz Cainiago teridentifikasi mengalami kesulitan
belajar berupa tingkat malas yang tinggi yang terlihat dari
ketidaktertarikannya mengerjakan dan menghafal.
Peserta didik yang ketiga yang teridentifikasi mengalami
kesulitan belajar yaitu Ahmad Nurro’uf Kamali yang setelah
dilakukan wawancara didapatkan hasil bahwa dia mengalami
kesulitan belajar yang disebabkan ketidakcocokannya dengan metode
ceramah yang diterapkan oleh guru sehingga tidak mampu mendorong
semangat untuk belajar.
Selain itu, ada pula Muhammad Agung Febriyanto yang
teridentifikasi mengalami kesulitan belajar berupa kurangnya minat
belajar serta ketidakcocokan dengan penerapan metode ceramah oleh
guru ketiga peserta didik tersebut berasal dari kelas VII D, kelas yang
dianggap memiliki “grade” rendah pada kelas VII.
Dari hasil pengamatan kelas VII C juga teridentifikasi
sebanyak tiga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yaitu
Ahmad Nurro’uf Kamali yang dari wawancara dianggap mengalami
kesulitan belajar berupa tingkat malas yang cukup tinggi serta
kurangnya minat belajar karena merasa tidak cocok dengan
penggunaan metode ceramah.
Sama halnya dengan Salam Nur Hidayatullah yang memiliki
minat belajar yang kurang ditambah dengan rasa malas yang tinggi
seta ketidaktertarikan dengan metode ceramah.
Peserta didik yang terakhir yaitu Saeful Hadi yang mengalami
kesulitan belajar berupa tingkat kecerdasan yang tergolong rendah
sehingga menghambat proses penerimaan pengetahuan. Tidak dapat
78
dipungkiri bahwa rendahnya perolehan nilai enam peserta didik diatas
disebabkan oleh gaya belajar peserta didik yang berbeda-beda. Gaya
belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara peserta didik
dalam setting pembelajaran yang sama.56
Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dianalisis
bahwa penyebab kesulitan belajar peserta didik rata-rata berasal dari
metode ceramah yang kurang mampu membangkitkan semangat
belajar peserta didik meskipun pada dasarnya metode ceramah sangat
efektif diterapkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak mengingat
perlunya tambahan materi ajar yang dibutuhkan peserta didik karena
minimnya materi yang hanya berasal dari LKS, peserta didik memang
perlu dibuka wawasan dan cakrawala pengetahuannya dan diberikan
bukti dalam bentu nyata didalam kehidupan sekitarnya.
Terkait dengan masalah perbedaan karakteristik peserta didik,
peneliti telah mengamati pula jurnal yang disusun oleh Nur’aini Dyah
Tri Utami yang menganalisis tokoh Hedda Gabler menggunakan
pendekatan Individual Psychology dan mendapatkan hasil bahwa
tokoh Hedda Gabler menunjukkan sikap iri dengan saudaranya. Sikap
inilah yang mendorong Hedda melakukan tindakan sesuai
keinginannya.57 Pada dasarnya peserta didik hanya membutuhkan
sedikit inovasi baru, sehingga peserta didik tidak cepat bosan.
Namun demikian, kebutuhan transfer ilmu materi Aqidah
Akhlak memang berupa nasehat secara lisan. Inilah yang
mengharuskan Pak Muh mengutamakan penggunaan metode ceramah
walaupun sebenarnya metode ceramah tidak terlalu efektif bagi
beberapa peserta didik terlebih mereka yang mengalami kesulitan
belajar berupa ketidakcocokan penggunaan metode ceramah.
56 Nini Subini, dkk, Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012, hlm. 3157 http://jurnal.eprints.ums.ac.id/33489/, http://jurnal.eprints.ums.ac.id/41312/ di Akses Pada
14 Februari 2017 pukul 20:02 WIB
79
b) Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi Peserta Didik
yang Mengalami Kesulitan Belajar
Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh enam peserta
didik yang telah disebutkan diatas tentu saja memerlukan penanganan
khusus terkait masalah yang dihadapi. Pihak madrasah dari MTs
Nurul Huda pun mempunyai program bimbingan konseling bagi
peserta didik yang mengalami masalah dalam belajar. Namun
demikian, penanganan tidak hanya dilimpahkan kepada guru bidang
bimbingan konseling saja, pihak madrasah memberikan keleluasaan
bagi guru bidang lain untuk ikut menangani masalah tersebut. Hal ini
dianggap Pak Muh sebagai suatu kesempatan memberikan pelayanan
bagi peserta didik yang dianggap mengalami kesulitan belajar.
Mengingat bahwa kesulitan belajar yang dialami peserta didik
berbeda-beda, maka penanganan yang diberikan pun berbeda-beda
tergantung pada masalah yang dihadapi. Sehingga penting bagi guru
memberikan penanganan secara satu per satu terhadap peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar.
Pengamatan yang telah dilakukan mendapatkan hasil bahwa
Pak Muh melakukan penerapan suatu pendekatan yang disebut
individual psychology kepada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Penerapan ini dipelopori oleh salah satu ahli psikologi yaitu
Alfred Adler. Pendekatan yang digunakan Pak Muh juga berangkat
dari pemikiran Alfred yaitu mengutamakan kenyamanan klien, atau
dalam kancah pendidikan yaitu peserta didik. Pak Muh tidak memiliki
langkah-langkah khusus dalam penerapan pendekatan individual
psychology namun Beliau memiliki rumusan praktis untuk dapat
menemukan kebutuhan belajar peserta didik, hal ini sesuai dengan
pernyataan Adler terkait pendekatan Individual Psychology.58 Melalui
dialog ringan dan langsung secara individu dengan peserta didik, Pak
58 Dede Rahmat Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling,Bogor: Ghalia Indonesia, 2015, hlm. 74.
80
Muh akan mengajak peserta didik agar mampu menunjukkan keluhan
yang dihadapi pada saat pembelajaran. Lokasi penerapan pendekatan
individual psychology juga dianggap sangat penting agar peserta didik
merasa nyaman dan dapat menyampaikan keluhan secara leluasa.
Individual Psychology mempunyai arti yang penting sebagai cara
memahami tingkahlaku manusia.59
Hasil pengamatan dan wawancara langsung dengan
narasumber, Pak Muh menanyakan apa saja kegiatan peserta didik
dirumah, berapa waktu belajar yang peserta didik gunakan serta
mengajak peserta didik agar mampu mengutarakan keluhan yang
dialami pada saat pembelajaran Aqidah Akhlak. Setelah peserta didik
mengutarakan keluhan terkait pembelajaran, Pak Muh memberikan
bimbingan agar peserta didik mampu memperbaiki kesalahan. Apabila
peserta didik mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh rasa
malas dan kurangnya minat belajar, maka Pak Muh memberikan
arahan agar peserta didik lebih giat dalam belajar karena kewajiban
peserta didik adalah belajar. Kesulitan belajar yang disebabkan karena
ketidakcocokan peserta didik dengan penggunaan metode ceramah
dijelaskan langsung oleh Pak Muh bahwa pada materi Aqidah Akhlak
memang membutuhkan banyak tambahan materi mengingat materi
ajar yang dimiliki peserta didik sangat sedikit. Pak Muh memberikan
arahan agar peserta didik lebih berkosentrasi pada saat pembelajaran
berlangsung meskipun metode yang diterapkan sedikit membosankan.
Dari hasil pengamatan, peneliti dapat melihat beberapa
kelebihan dari pendekatan individual psychology, mulai dari pihak
guru yang mampu meningkatkan kualitas nilai peserta didik serta
mampu memberikan kemudahan proses pengajaran dan terjalinnya
suatu hubungan yang lebih intens dengan peserta didik, kelebihan juga
dapat dilihat dari peserta didik yaitu bahwa peserta didik terbantu
59 Sumadi Suryabrata., Psikologi Kepribadian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm.191.
81
mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi terkait kesulitan belajar
yang dialami melalui solusi yang diberikan oleh guru.
c) Kendala Penerapan Pendekatan Individual Psychology bagi
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Berangkat dari ilmu bimbingan konseling, setiap pelayanan
yang dilakukan seorang konselor terhadap kliennya rata-rata memiliki
kesamaan dalam hal kendala, yaitu bagaimana membujuk klien untuk
berkenan mengikuti pelayanan secara suka rela tanpa adanya paksaan.
Mengingat bahwa apabila dari awal komunikasi dibangun atas dasar
keterpaksaan tentu hasil yang dicapai tidak akan maksimal karena
informasi yang disampaikan oleh klien terbilang tidak apa adanya.
Sama halnya dengan pendekatan individual psychology, yang
berhubungan erat dengan pelayanan dalam bimbingan konseling.
Kunci semua kegiatan bimbingan terletak pada kemampuan konselor.
Dengan menguasai tekinik-teknik konseling individu, berarti akan
mudah akan mudah melakukan proses bimbingan.60 Individual
psychology mengharuskan klien mengutarakan pendapatnya secara
terus terang, atau dalam lingkup pendidikan seorang peserta didik
yang sedang mendapat pelayanan individual psychology harus
mengutarakan segala keluhan terkait pembelajaran secara terus
terang, sehingga konselor dalam kata lain seorang guru mampu
mengidentifikasi masalah yang dialami peserta didik untuk kemudian
dicari penyebab serta memberikan solusi yang terbaik atas masalah
tersebut.
Namun demikian, menciptakan suasana yang mampu membuat
peserta didik nyaman sehingga dapat mengutarakan segala keluhannya
tidaklah mudah. Dibutuhkan keahlian khusus sehingga mampu
menciptakan suasana nyaman bagi peserta didik. Salah satu yang
diusahakan oleh Pak Muh untuk menciptakan suasana yang nyaman
60 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, , Bandung: CV. ALFABETA,2013, hlm. 159
82
adalah menentukan tempat yang kondusif dan tenang. Mulai dari
masjid, ruang guru serta terkadang di dalam kelas pada saat istirahat.
Tempat-tempat tersebut telah ditawarkan terlebih dahulu kepada
peserta didik sebelum penerapan individual psychology dilakukan
guna memberikan kesan kenyamanan sesuai keinginan peserta didik.
Rasa nyaman tentu akan mempengaruhi efektifitas dan hasil dari
penerapan pendekatan individual psychology. Adapun kendala yang
dialami peserta didik pada saat penerapan pendekatan individual
psychology berlangsung karena kebanyakan dari mereka sulit
mengutarakan kebutuhannya dalam pembelajaran, apa saja yang
sebenarnya mereka alami sebagai penghambat dalam pembelajaran.
Kendati demikian, dari hasil pengamatan peneliti dapat
menganalisis bahwa Pak Muh telah mengusahakan penerapan
pendekatan individual psychology sehingga dapat meminimalisir
kendala-kendala yang ada dengan pemilihan tempat, waktu dan
pemilihan bahasa yang ringan agar peserta didik merasa nyaman
dalam pelaksanaan penerapan pendekatan individual psychology.
3. Hasil penerapan pendekatan Individual Psychology bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak di MTs Nurul Huda
a) Kondisi Peserta Didik yang mengalami kesulitan belajar Sebelum
Penerapan Individual Psychology
Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda
yang dapat diamati melalui kegiatan sehari-hari mereka, mulai dari
watak sampai tingkat kecerdasan yang ada pada setiap individu dapat
diamati melalui tingkah laku manusia. Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar peserta didik, karenanya
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh pendidik dalam upaya
pembelajaran.61
61 Dimyati, Op. Cit. hlm. 49.
83
Sebagian dari peserta didik memiliki karakteristik gaya belajar
yang tergolong audio dan sebagian yang lain memiliki gaya belajar
visual. Peserta didik dengan gaya belajar audio biasanya lebih
menyukai metode ceramah yang mengutamakan pendengaran dalam
pembelajaran, gaya belajar ini akan lebih mampu memahami sebuah
materi yang disampaiakan dengan bercerita secara lisan dari pada
harus membaca materi sendiri. Berbeda dengan gaya belajar visual
yang lebih mengutamakan penglihatan dan tindakan nyata dalam
memahami suatu materi pembelajaran. Gaya belajar ini biasanya
membutuhkan bantuan gambar atau diagram agar mudah memahami
materi yang diberikan oleh seorang guru.
Dari hasil pengamatan, peneliti dapat menganalisis pola
belajar keenam peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Keenam peserta didik tersebut teridentifikasi memiliki kesulitan yang
hampir sama, namun beberapa dari mereka memiliki kesulitan yang
berbeda.
Berbagai keunikan perbedaan karakteristik peserta didik,
pendidik tidak boleh mengasumsikan bahwa peserta didik memiliki
karakteristik yang sama.62 Dari pengamatan yang telah dilakukan, Pak
Muh kemudian mengetahui karakteristik enam peserta didik yang
dianggap mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang pertama
yaitu Miftakhulluzen (VII D) memiliki kesulitan belajar berupa minat
belajar yang rendah serta tidak mampu focus karena sering kehilangan
kosentrasi yang disebabkan oleh kegaduhan kelas. Dari pengamatan
peneliti, Miftakhulluzen dapat dikategorikan memiliki pola belajar
visual. Kemudian Anshori Faiz Caniago (VII D) juga memiliki pola
belajar visual, hal tersebut dapat dilihat dari ketidakcocokannya
dengan metode ceramah yang diterapkan oleh guru. Ahmad Nurro’uf
Kamali (VII C) juga memiliki gaya belajar visual dan tidak cocok
62 Dimyati, Op. Cit. hlm. 66.
84
dengan penggunaan metode ceramah yang menyebabkan rasa malas
karena kurangnya minat belajar.
Selanjutnya ada Salam Nur Hidayatullah (VII C) dari
pengamatan memiliki pola belajar visual dan rasa malas yang tinggi
sehingga membutuhkan metode belajar yang lebih mampu
membangkitkan semangat belajarnya. Terakhir yaitu Saeful Hadi (VII
C) yang dari pengamatan juga memiliki pola belajar visual dan
kurangnya minat belajar yang disebabkan penggunaan metode
ceramah sehingga semangat belajarnyapun terbilang rendah.
b) Hasil penerapan pendekatan Individual Psychology bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar
Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal, bahwa manusia
memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter ini pula
yang mempengaruhi suatu proses pembelajaran. Sebagian peserta
didik langsung faham ketika diberikan materi walaupun menggunakan
metode ceramah atau lisan, namun sebagian yang lain membutuhkan
bantuan media pembelajaran seperti gambar, tabel dan juga bagan.
Perbedaan karakter tentunya berpengaruh pula pada hasil penerapan
pendekatan individual psychology, mengingat bahwa konsep
pendekatan individual psychology adalah memberikan pelayanan bagi
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui dialog
langsung secara individu maka hasil yang diperoleh juga berbeda-
beda. Dari hasil pengamatan, peneliti dapat menganalisis bahwa
sebagian peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan perubahan pola belajar setelah berkenanan mengikuti
pendekatan individual psychology yang dipraktekkan oleh Pak Muh,
mulai dari perubahan sikap sampai pola belajar peseta didik
Peneliti juga mendapatkan data bahwa dari enam peserta didik
dari dua rombongan belajar kelas VII C dan VII D yang mengalami
kesulitan belajar, yaitu Miftakhulluzen, Anshori Faiz Caniago, M.
Agung Febriyanto, Ahmad Nurro’uf Kamali, Saeful Hadi dan Salam
85
Nur Hidayatullah, data menunjukkan enam peserta didik tersebut
mengalami kesulitan yang berbeda-beda. Setelah pengamatan
dilakukan, diperoleh data bahwa hanya dua peserta didik yang tidak
mengalami perubahan pola belajar setelah penerapan pendekatan
individual psychology yaitu Saeful Hadi dari kelas VII C dan M.
Agung Febriyanto dari kelas VII D. tidak adanya minat belajar pada
peserta didik yang mengakibatkan kesulitan belajar.63 Saeful Hadi
yang memiliki gaya belajar visual dan memiliki minat belajar yang
rendah serta tidak cocok dengan penggunaan metode ceramah masih
saja tidak mengalami perubahan walaupun telah mengikuti penerapan
pendekatan individual psychology. Begitu pula yang terjadi pada M.
Agung Febriyanto kelas VII D yang juga memiliki gaya belajar visual
dan memiliki rasa malas yang cukup tinggi. Meskipun penerapan
pendekatan individual psychology telah diterapkan namun ia masih
mengalami kesulitan belajar yang dapat diamati dari sikap belajar
serta nilai yang ia peroleh. Meskipun belum 100% mengalami
keberhasilan, Pak Muh telah melakukan tanggung jawab dalam proses
penerapan pendekatan Individual Psychology yaitu mendorong untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu bekerja efektif,
produktif dan menjadimanusia mandiri.64
Dari hasil pengamatan, peniliti juga dapat menganalisis adanya
konsep matang yang dirancang oleh Pak Muh dalam penerapan
pendekatan individual psychology yaitu menyusun indicator
keberhasilan program pendekatan individual psychology. Pak Muh
memiliki lima indicator keberhasilan penerapan pendekatan individual
psychology yaitu : Pertama, dilihat dari kesadaran dalam menerima
rangsangan dari guru mengenai materi yang disampaikan atau
mampu fokus pada pembelajaran. Kedua, adanya respon yang
diberikan terhadap rangsangan dari guru, seperti menjawab
63 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar Edisi Revisi, Jakarta: PT. RinekaCipta,2008,hlm. 83.
64 Sofyan S. Willis, Op. Cit. hlm. 159
86
pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik. Ketiga, kualitas
jawaban yang menjadi respon atas suatu rangsangan yang diberikan
guru. Dengan kata lain yaitu ketepatan menjawab dengan benar.
Keempat, hubungannya dengan lingkungan sekitar, yang dapat dilihat
dari bagaimana dia bermain dengan teman-teman. Kelima,
Karakteristik kepribadian yang baik yang dicerminkan oleh perilaku.
Kelima indikator keberhasilan inilah yang dilihat oleh Pak
Muh pada empat peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu
Miftakhulluzen dan Anshori Faiz Caniago dari kelas VII D serta
Ahmad Nurro’uf Kamali dan Salam Nur Hidayatullah setelah
menerima penerapan pendekatan individual psychology oleh Pak
Muh. Namun kelima indicator diatas belum terlihat pada dua peserta
didik yaitu Salam Nur Hidayatullah kelas VII C dan M. Agung
Febrianto kelas VII D meskipun telah mendapatkan pendekatan
Individual Psychology.
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan penerapan
pendekatan Individual Psychology juga karena keinginan yang kuat
peserta didik untuk mengubah pola belajarnya. Hal ini sesuai jurnal
yang di susun oleh Ari Susanti yang menjelaskan tokoh dalam Novel
“Gunung Kelima” yang menjelaskan bahwa tokoh dalam novel
mempunyai keinginan yang kuat untuk bertahan dalam kesulitan dan
kesusahan yang dialami. Berkat kemampuan bertahannya pun tokoh
dalam novel tersebut mampu menjadi pribadi yang kuat dan mampu
menyelesaikan tanggung jawab yang diemban sebagai Nabi.65
Dari data tersebut peneliti dapat menganalisis bahwa
penggunaan pendekatan individual psychology menunjukkan
efektifitasnya mengingat setelah penelitian dilakukan diperoleh data
perbandingan keberhasilan dan tidak berhasil pendekatan yaitu empat
65 http://jurnal.eprints.ums.ac.id/41312/, http://jurnal.eprints.ums.ac.id/33489/, di Akses Pada14 Februari 2017 pukul 20:02 WIB
87
berbanding dua. Hasil demikian tentunya dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan penerapan pendekatan individual psychology.
top related