bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. kondisi...
Post on 30-Jul-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil Tanya jawab peneliti dengan guru dan tes uji
kompetensi matematika, pada pokok bahasan mengurutkan bilangan bulat dan
menjumlahkan bilangan bulat ternyata hasilnya kurang memuaskan, padahal
guru sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menggunakan pembelajaran
yang bervariasi, bisa dilihat pada hasil belajar siswa ketika diberi pre-test
sebelum diadakan proses pembelajaran diperoleh hasil rata-rata 60,9 dan
prosentase ketuntasan 42,3%. Hal ini membuktikan bahwa selama ini konsep
yang diterima siswa tentang mengurutkan bilangan bulat dan menjumlahkan
bilangan bulat belum tercapai. Oleh karena itu, peneliti meminta bantuan
kepada guru kelas untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan dari
pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan.
Siswa masih kurang menguasai konsep yang diberikan oleh guru
meskipun sudah dijelaskan berkali-kali dan diadakan Tanya jawab. Sehingga
guru harus berusaha memperbaiki pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yang baru yaitu model pembelajaran kooperatif menurut
Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211), dan mengganti model
pembelajaran yang lama agar konsep tentang bilangan bulat dapat dikuasai oleh
siswa dengan baik sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
dapat meningkat.
4.2. Siklus I
4.2.1. Perencanaan Tindakan
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok pembahasan
tentang mengurutkan bilangan bulat. Perbaikan pembelajaran pada siklus I
merupakan perbaikan pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan
27
sebelumnya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dirumuskan sub pokok
bahasan tentang mengurutkan bilangan bulat.
Sebelum dilaksanankan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (2010:211), terlebih
dahulu dilakukan pre- test, untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang
dimiliki siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Ternyata dalam mengerjakan tes akhir pembelajaran (evaluasi) kurang
memuaskan. Adapun hasil dari pre-test yang diperoleh siswa berjumlah 42,3%
tuntas di atas nilai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh
sekolah yaitu 63 dengan nilai rata-rata 60,9.
4.2.2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah mengadakan pre-test, guru melaksanakan pembelajaran sesuai
yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
mempunyai 1 sampai 5 indikator. Pada siklus I ini pembelajaran dilakukan
selama dua kali pertemuan yaitu sebagai berikut:
Pertemuan pertama (7 Maret 2012)
1. Kegiatan awal
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
2. Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu
kelompok terdapat 4 orang siswa
d. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar siswa
e. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok
f. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa
g. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang
berikan oleh guru.
28
3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
Pertemuan kedua (8 Maret 2012)
1. Kegiatan awal
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
2. Kegiatan inti
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu
kelompok terdapat 3 orang siswa.
2. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar
3. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok
4. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa
5. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang
berikan oleh guru.
3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
4.2.3. Tahap observasi
Pada tahap observasi, observer mengamati kegiatan guru dalam
menyampaikan pembelajaran dari awal sampai akhir. Observer menggunakan
lembar pengamatan guru khususnya penggunaan model pembelajaran
kooperatif dalam pembelajaran Matematika aspek yang diamati meliputi:
kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, penerapan model pembelajaran
kooperatif, keterampilan membimbing siswa dalam belajar kelompok.
Disamping itu observer juga mengamati keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran.
29
4.2.4. Tahap refleksi
Pada tahap refleksi siklus I, peneliti dan guru observer menganalisis dan
mengolah nilai yang terdapat pada lembar pengamatan, membahas kekurangan-
kekurangan pada siklus I dan menentukan tindakan pada pertemuan berikutnya.
4.3. Siklus II
4.3.1. Perencanaan Tindakan
Perbaikan pembelajaran pada siklus I dilakukan untuk pokok pembahasan
tentang menjumlahkan bilangan bulat. Perbaikan pembelajaran pada siklus II
merupakan perbaikan pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan
pada siklus I tetapi menggunakan kompetensi dasar yang berbeda. Dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran dirumuskan tentang sub pokok bahasan
menjumlahkan bilangan bulat.
Pada dasarnya siklus II memiliki prinsip kerjasama dengan pelaksanaan
tindakan siklus I. langkah-langkah pembelajarannya sama namun kompetensi
dasarnya berbeda yaitu menjumlahkan bilangan bulat. Peneliti berusaha
memperbaiki semaksimal mungkin untuk memperbaiki pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran model kooperatif agar hasil yang diperoleh pada
siklus II ini lebih baik dari siklus I.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini guru mengadakan diskusi
dengan peneliti tentang kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dan
segera membuat perbaikannya. Pada siklus II ini kelompok anak diperbesar jadi
satu kelompok ditambah menjadi lima orang anak.
4.3.2. Pelaksanaan Tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai yang telah direncanakan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mempunyai 1 sampai 4 indikator.
Dalam pelaksanaan siklus II ini, pembelajaran dilakukan dalam dua pertemuan
adalah sebagai berikut:
30
Pertemuan pertama (13 Maret 2012)
1. Kegiatan awal
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
2. Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu
kelompok terdapat 5 orang siswa.
b. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar
c. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok
d. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa
e. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal yang
berikan oleh guru.
3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
Pertemuan kedua (14 Maret 2012)
1. Kegiatan awal
Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
2. Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari satu
kelompok terdapat 2 orang siswa.
b. Guru membimbingan siswa kedalam kelompok belajar
c. Guru memberikan soal diskusi kepada masing-masing kelompok
d. Guru memberikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa
e. Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani menjawab soal
yang berikan oleh guru.
3. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
31
4.3.3. Tahap observasi
Pada tahap observasi, sama dengan pengamatan yang dilakukan pada
siklus I. pada siklus II, tahap pengamatan dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran selesai untuk melihat kemajuan
dari tiap aspek yang diamati sesuai dengan lembar pengamatan yang ada.
4.3.4. Tahap refleksi
Tahap terakhir dari siklus II ini adalah tahap refleksi. Peneliti dan
observer menganalisa dan mengolah nilai yang terdapat pada lembar pengamatan
yang ada. Ternyata berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam perbaikan
pembelajaran siklus II hasilnya sudah baik, sehingga tidak perlu diadakan
perbaikan.
4.4. Tempat dan waktu penelitian
Pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar pada siklus I adalah
mengurutkan bilangan bulat sedangkan pada siklus II kompetensi dasarnya
adalah menjumlahkan bilangan bulat. Tempat pelaksanaan penelitiannya dikelas
IV SDN Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pembelajaran
matematika ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 7 Maret 2012 dan kamis tanggal 8 Maret 2012. Kemudian
siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2012 dan Rabu
tanggal 14 Maret 2012.
32
4.5. Hasil Penelitian
4.5.1.Data temuan pelaksanaan tindakan siklus I
4.5.1.1. Pertemuan pertama
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang
ditentukan oleh sekolah pada pertemuan pertama siklus I ini, setelah guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika
kelas IV dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran matematika
kelas IV setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
No Pencapaian Pertemuan pertama
1 Jumlah keseluruhan siswa 26
2 Siswa tuntas 12
3 Siswa tidak tuntas 14
4 Nilai tertinggi 75
5 Nilai terendah 50
6 Nilai rata-rata siswa 61,3
7 Prosentase ketuntasan 46,1%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di
bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang
ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 14 siswa dan jumlah siswa
yang mendapat nilai di atas KKM adalah 12 siswa, jadi prosentase ketuntasan
diatas nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada pertemuan pertama ini
adalah 46,1% setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) dengan jumlah siswa
dalam satu kelompok belajar yaitu 5 orang siswa, nilai tertinggi 75 dan nilai
terendah 50 sehingga nilai rata-rata siswa pada pertemuan ini 61,3. Prosentase
33
ketuntasan 46,1% masuk kedalam kategori kurang menurut Depdikbud (2007).
Pada pertemuan pertama ini prosentase ketuntasan belum mencapai nilai
patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena nilai patokan yang ditentukan
adalah 75% tuntas di atas nilai KKM tetapi pada pertemuan pertama ini
prosentase ketuntasan di atas nilai KKM yaitu 46,1% jadi, pada pertemuan
berikutnya perlu adanya perbaikan agar pada pertemuan berikutnya prosentase
ketuntasan di atas nilai KKM bisa mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh
peneliti.
4.5.1.1.1. Hasil observasi
Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama
antar siswa kurang baik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
dan suasana diskusi di dalam kelas pada waktu mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru sangat aktif tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang
aktif bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang dibahas. Hasil observer
tentang guru yaitu guru memberikan motivasi dan apersepsi sudah cukup baik.
Guru menjelaskan dan membagi kelompok belajar siswa sudah sangat baik di
mana guru membagi kelompok dengan cara acak yang terdiri dari 2 orang siswa
laki-laki dan dua orang siswa perempuan.
Pada pertemuan pertama ini guru masih kurang memberikan bimbingan
kepada masing-masing kelompok, guru hanya memberikan bimbingan kepada
dua/tiga kelompok saja, padahal di dalam kelas itu ada banyak kelompok yaitu
6 kelompok yang terdiri dari 4 kelompok (satu kelompok 4 orang siswa) dan 2
kelompok (satu kelompok 5 orang siswa).
4.5.1.1.2. Refleksi
Hasil pertemuan pertama pada siklus I ini jumlah siswa yang tuntas 12
siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa, dari pertemuan ini masih
banyak siswa yang belum tuntas sehingga perlu adanya rancangan perbaikan
yang harus dilakukan agar pada pertemuan berikutnya bisa mencapai nilai
patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM (63).
34
Kekurangan yang ada pada pertemuan yang pertama ini disebabkan oleh jumlah
siswa yang terlalu banyak dalam satu kelompok belajar yaitu 4 orang siswa dan
ada 5 orang siswa, sehingga pada pertemuan berikutnya jumlah siswa harus
dikurangi menjadi satu kelompok 3 orang siswa. Rancangan tindakan pada
pertemuan berikutnya yakni sebagai berikut:
1. Guru membagi kelompok belajar siswa menjadi satu kelompok tiga orang
siswa
2. Siswa lebih dipantau atau dibimbing dalam kelompok belajar oleh guru
3. Guru lebih banyak bertanya kepada masing-masing kelompok tentang materi
yang dipelajari dalam kelompok.
4.5.1.2. Pertemuan kedua
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan
oleh sekolah pada pertemuan kedua siklus I ini, setelah guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV bisa
dilihat dalam tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran matematika
kelas IV setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
No Pencapaian Pertemuan kedua
1 Jumlah keseluruhan siswa 26
2 Siswa tuntas 16
3 Siswa tidak tuntas 10
4 Nilai tertinggi 100
5 Nilai terendah 50
6 Nilai rata-rata siswa 63,8
7 Prosentase ketuntasan 62%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di
atas dan di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang
35
ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,
siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 16 siswa dan jumlah siswa
yang mendapat nilai dibawah KKM adalah 10 siswa, jadi prosentase
ketuntasan di atas nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada pertemuan
kedua ini meningkat dari hasil prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada
pertemuan pertama yakni 46,1% menjadi 62% setelah guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman
2010:211) dan kelompok belajar siswa dikurangi dari jumlah siswa dalam satu
kelompok pada pertemuan yang pertama yaitu pada pertemuan kedua ini jumlah
siswa dalam satu kelompok 3 orang siswa sehingga siswa lebih mudah
memahami materi yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan kedua ini, nilai
tertinggi yang didapat siswa adalah 100 dan nilai terendah 50 sehingga nilai
rata-rata siswa pada pertemuan ini meningkat dari pertemuan pertama yaitu
61,3 menjadi 63,8. Prosentase ketuntasan 62% masuk kedalam kategori cukup
menurut Depdikbud (2007). Pada pertemuan kedua ini persentase ketuntasan
di atas KKM belum mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti,
karena prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada pertemuan kedua adalah
62% sedangkan patokan yang ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai
KKM sehingga pada pertemuan berikutnya perlu adanya perbaikan
pembelajaran supaya mencapai nilai di atas patokan yang ditentukan oleh
peneliti.
4.5.1.2.1. Hasil observasi
Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama
yang dilakukan oleh siswa pada saat siswa mengerjakan tugas kelompok yang
diberikan oleh guru sangat baik, dan suasana diskusi di dalam kelompok pada
saat mengerjakan tugas kelompok sangat aktif baik antar siswa maupun dengan
guru, karena pada pertemuan kedua ini jumlah siswa dalam belajar kelompok
dikurangi dari jumlah siswa dalam belajar kelompok pada pertemuan pertama.
36
Jumlah siswa dalam satu kelompok pada pertemuan kedua ini ada yang 3
orang siswa, dan ada pula 2 orang siswa sehingga pembelajaran menjadi aktif.
Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu guru memberikan motivasi dan
apersepsi kepada siswa di awal pembelajaran sudah sangat baik.
Setelah itu di dalam menjelaskan dan pembagian kelompok belajar
siswa juga sudah sangat baik karena di dalam pembagian kelompok belajar
guru membagi siswa secara acak yang terdiri dari satu kelompok 3 orang siswa
(laki-laki 1 orang dan perempuan 2 orang) dan 2 orang siswa (laki-laki 1 orang,
dan perempuan 1 orang). Sedangkan pada pertemuan kedua ini guru
memberikan bimbingan kepada kelompok belajar siswa masih kurang
maksimal.
4.5.1.2.2. Refleksi
Hasil pertemuan kedua ini, jumlah siswa yang tuntas di atas KKM ada 16
siswa sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 10 siswa, prosentase
ketuntasan 62% jadi, pada pertemuan kedua ini prosentase ketuntasan belajar
siswa masih di bawah nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75%
tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu 63. Pada pertemuan ini
masih belum berhasil maka perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus
berikutnya. Dalam menindak lanjuti kekurangan yang ada pada pertemuan ini
agar dapat mencapai nilai yang diiginkan oleh peneliti maka perlu adanya
rancangan perbaikan pada pertemuan berikutnya yaitu sebagai berikut:
1. Guru memberikan bimbingan secara maksimal agar pembelajaran bisa
berhasil.
37
4.5.1.3. Prosentase ketuntasan tiap pertemuan
Prosentase ketuntasan siswa tiap pertemuan di atas nilai KKM dan di
bawah nilai KKM secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Prosentase hasil belajar siswa pada siklus I
No Interval nilai
Siklus I Prosentase
Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
I
Pertemuan
II
1 81-100
(sangat baik)
- 1 - 4%
2 71- 80 (baik) 1 2 4% 8%
3 63- 70 (cukup) 12 13 46% 50%
4 36-62 (kurang) 13 10 50% 38%
5 0-35
(sangat kurang)
- -
Jumlah 26 26 100% 100%
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, siswa yang mendapatkan nilai kategori
sangat baik sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua dengan prosentase 4% dan
kategori baik sebanyak 12 siswa pada pertemuan pertama (46,1%) dan 15
siswa pada pertemuan kedua (58%) dan kategori cukup 14 siswa pada
pertemuan pertama (54%) dan 10 siswa pada pertemuan kedua (38%) dengan
jumlah siswa 26. Pada tabel di atas prosentase ketuntasan di atas nilai KKM
tiap pertemuan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Jumlah
siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan di atas KKM pada siklus I
ditiap pertemuan dapat dilihat pada grafik batang 4.1 sebagai berikut:
38
Grafik 4.1:
Hasil Belajar Tiap Pertemuan Siklus I
Dengan grafik diagram batang 4.1 tersebut lebih mudah terbaca antara
jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan di bawah KKM
setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin
Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Siswa yang mendapat nilai interval 81-
100 sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua, nilai interval 63-80 sebanyak 12
siswa pada pertemuan pertama dan 15 siswa pada pertemuan kedua, nilai
interval 41-62 sebanyak 14 siswa pada pertemuan pertama dan 10 siswa pada
pertemuan kedua.
4.5.2.Data temuan pelaksanaan tindakan siklus II
4.5.2.1. Pertemuan pertama
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas di atas nilai KKM yang ditentukan
oleh sekolah pada pertemuan pertama siklus II ini, setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV dapat dilihat
dalam tabel 4.4 sebagai berikut:
39
Tabel 4.4
Jumlah siswa tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran
matematika kelas IV setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif
No Pencapaian Pertemuan pertama
1 Jumlah keseluruhan siswa 26
2 Siswa tuntas 13
3 Siswa tidak tuntas 13
4 Nilai tertinggi 75
5 Nilai terendah 50
6 Nilai rata-rata siswa 62,5
7 Prosentase ketuntasan 50%
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di
bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang
ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM adalah 13 siswa dan jumlah siswa
yang mendapat nilai di atas KKM adalah 13 siswa, jadi prosentase ketuntasan
di atas nilai KKM pada pertemuan pertama ini adalah 50% setelah guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim
(dalam Rusman 2010:211) dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 50.
Prosentase ketuntasan 50% masuk kedalam kategori cukup menurut
Depdikbud (2007). Pada pertemuan pertama ini porsentase ketuntasan di atas
KKM belum mencapai nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena
prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada pertemuan pertama yaitu 62%
sedangkan patokan yang ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM
sehingga pada pertemuan berikutnya perlu adanya perbaikan pembelajaran
supaya mencapai nilai di atas patokan yang ditentukan oleh peneliti.
40
4.5.2.1.1. Hasil observasi
Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu pada waktu
diskusi siswa sangat aktif tetapi pada saat mengerjakan tugas ada beberapa
siswa yang tidak mau bekerjasama dengan teman-temannya khususnya anak
laki-laki karena pada pertemuan pertama ini guru membagi jumlah siswa dalam
satu kelompok ada 5 orang siswa (3 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa
perempuan) dan 6 orang siswa (3 orang siswa laki-laki dan 3 orang siswa
perempuan). Dalam pertemuan pertama ini interaksi siswa dengan guru sudah
baik. Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu saat guru memberikan
motivasi dan apersepsi kepada siswa pada awal pembelajaran sudah baik, guru
menjelaskan dan membagi siswa dalam satu kelompok belajar yaitu kurang
baik karena jumlah siswa pada pertemuan pertama ini sangat banyak apalagi
dalam satu kelompok lebih banyak laki-laki dari pada perempuan sehingga
kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru kurang
baik. Bimbingan yang diberikan oleh guru kepada masing-masing kelompok
sudah maksimal.
4.5.2.1.2. Refleksi
Hasil pada pertemuan pertama ini, jumlah siswa yang tuntas di atas KKM
ada 13 siswa sedangkan jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada
13 siswa, prosentase ketuntasannya yaitu 50%. Pada pertemuan pertama siklus
II ini jumlah siswa masih imbang jadi, perlu adanya perbaikan lagi pada
pertemuan berikutnya agar jumlah siswa yang tuntas di atas KKM bertambah
di atas patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75 % tuntas di atas KKM.
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada pertemuan pertama ini, disebabkan
oleh jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelompok belajar, sehingga
pada pertemuan berikutnya jumlah siswa dikurangi dari jumlah siswa pada
pertemuan pertama yaitu jumlah siswa pada pertemuan berikutnya yaitu 2 siswa
dalam satu kelompok.
41
Rancangan perbaikan pada pertemuan berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa dalam kelompok belajar satu kelompok 2 orang
siswa
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih sendiri
anggota kelompok belajar
3. Guru lebih banyak bertanya pada masing-masing kelompok tentang
pembelajaran yang dibahas.
4.5.2.2. Pertemuan kedua
Pada pertemuan yang kedua siklus II ini, Jumlah siswa tuntas, tidak tuntas
dan prosentase ketuntasan belajar siswa di atas nilai KKM yang ditentukan
oleh sekolah yaitu 63 bisa dilihat dalam tabel 4.5, setelah guru menggunakan
model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika kelas IV dapat
dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada mata pelajaran
matematika kelas IV setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif
No Pencapaian Pertemuan kedua
1 Jumlah keseluruhan siswa 26
2 Siswa tuntas 21
3 Siswa tidak tuntas 5
4 Nilai tertinggi 100
5 Nilai terendah 55
6 Nilai rata – rata siswa 67,3
7 Prosentase ketuntasan 80,7%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, ada beberapa siswa yang mendapat nilai di
bawah dan di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah. Nilai KKM yang
ditentukan yaitu 63. Siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 berjumlah 26 siswa,
siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 21 siswa dan jumlah siswa yang
42
mendapat nilai di bawah KKM adalah 5 siswa, jadi prosentase ketuntasan di
atas nilai KKM pada pertemuan kedua ini meningkat dari pertemuan pertama
yaitu 50% menjadi 80,7% setelah guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) dengan
jumlah siswa dalam satu kelompok belajar pada pertemuan ini yaitu 3 orang
siswa sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 dan nilai terendah 55. Menurut
Depdikbud (2007) prosentase ketuntasan 80,7% masuk kedalam kategori baik.
Pada pertemuan kedua ini persentase ketuntasan di atas KKM sudah mencapai
nilai patokan yang ditentukan oleh peneliti, karena prosentase ketuntasan di atas
nilai KKM pada pertemuan kedua adalah 80,7% sedangkan patokan yang
ditentukan peneliti yaitu 75% tuntas di atas nilai KKM sehingga pada
pertemuan berikutnya tidak ada lagi perbaikan pembelajaran.
4.5.2.2.1. Hasil observasi
Hasil pengamatan observer tentang siswa antara lain yaitu kerjasama
yang dilakukan oleh siswa dalam masing-masing kelompok untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sangat baik. Suasana diskusi
dimasing-masing kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
sangat aktif karena jumlah siswa dalam satu kelompok ada 2 orang siswa
sehingga jumlah kelompok pada pertemuan kedua siklus II ini adalah 13
kelompok. Sedangkan hasil observasi tentang guru yaitu guru memberikan
motivasi dan apersepsi kepada siswa diawal pembelajaran sangat cukup baik.
Setelah itu pembagian kelompok belajar siswa dan bimbingan guru kepada
masing-masing kelompok pada pertemuan kedua siklus II ini sangat baik
karena banyak siswa yang mendapat nilai diatas nilai KKM (63).
43
4.5.2.2.2. Refleksi
Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan
kedua sudah berhasil karena prosentase ketuntasan siswa di atas nilai patokan
yang ditentukan oleh peneliti yaitu prosentase ketuntasan siswa pada pertemuan
kedua siklus II 80,7% sedangkan patokan yang ditentukan oleh peneliti 75%
tuntas di atas nilai KKM (63). 21 siswa yang tuntas di atas nilai KKM dan 5
siswa tidak tuntas di atas KKM, prosentase ketuntasan pada pertemuan ini
meningkat dari pertemuan pertama siklus II yaitu 50% menjadi 80,7% sehingga
tidak perlu lagi diadakan perbaikan.
4.5.2.3. Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Tiap Pertemuan
Prosentase ketuntasan siswa tiap pertemuan di atas nilai KKM dan di
bawah nilai KKM secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Prosentase hasil belajar siswa pada siklus II
No Interval nilai
Siklus II Prosentase
Pertemuan
I
Pertemuan
II
Pertemuan
I
Pertemuan
II
1 81-100
(sangat baik)
- 1 - 4%
2 71-80 (baik) 1 1 4% 4%
3 63-70 (cukup) 12 19 46% 73%
4 36-62 (kurang) 13 5 50% 19%
5 0-35
(sangat kurang)
- - - -
Jumlah 26 26 100% 100%
Dari tabel 4.6 di atas, prosentase ketuntasan siswa di atas KKM pada tiap
pertemuan meningkat. Pada pertemuan pertama siswa yang mendapat nilai
44
kategori 65-80 ada 13 siswa (50%) sedangkan pada pertemuan kedua menjadi
20 siswa (77%), nilai kategori 41-64 pada pertemun pertama 13 siswa (50%)
dan pertemuan kedua berkurang menjadi 5 orang siswa, untuk nilai kategori 81-
100 ada 1 orang siswa (4%) terdapat pada pertemuan yang kedua. Adanya
peningkatan prosentase ketuntasan diatas KKM dari tiap pertemuan ini setelah
guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim
(dalam Rusman 2010:211). Jumlah siswa yang mendapatkan nilai di bawah
KKM dan di atas KKM pada siklus II ditiap pertemuan secara rinci dapat dilihat
pada grafik batang 4.2 sebagai berikut:
Grafik 4. 2
Hasil Belajar Tiap Pertemuan Siklus II
Dengan grafik diagram batang 4.2 tersebut lebih mudah terbaca antara
jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan di bawah KKM setelah
guru menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin
Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Siswa yang mendapat nilai interval 81-
100 sebanyak 1 siswa pada pertemuan kedua, 65-80 sebanyak 13 siswa pada
pertemuan pertama dan 20 siswa pada pertemuan kedua, nilai interval 41-64
sebanyak 13 siswa pada pertemuan pertama dan 5 siswa pada pertemuan kedua.
45
4.5.3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Tuntas Dan Tidak Tuntas
Pada Siklus I Dan Siklus II
Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas pada siklus I
dan siklus II ditiap pertemuan secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah
ini:
Tabel 4.7
Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Kelas IV Pada
Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif
Berdasarkan tabel 4.7 di atas perbandingan jumlah siswa yang tuntas
ditiap pertemuan meningkat setelah guru menggunakan model pembelajaran
kooperatif menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211). Pada siklus
I pertemuan pertama jumlah siswa yang tuntas berjumlah 12 siswa dan 14 siswa
tidak tuntas, sedangkan pada pertemuan kedua meningkat jumlah siswa yang
tuntas yaitu 15 siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas berkurang menjadi 11
siswa. Pada siklus II pertemuan pertama jumlah siswa yang tuntas berkurang
dari pertemuan kedua pada siklus I yaitu 13 siswa yang tuntas dan 13 siswa
tidak tuntas sedangkan pada pertemuan yang kedua jumlah siswa yang tuntas
bertambah dari jumlah siswa pada pertemuan pertama yaitu 21 siswa tuntas dan
5 orang siswa tidak tuntas sehingga pada siklus II pertemuan kedua mencapai
No Siklus Tiap pertemuan Jumlah
siswa tuntas
Jumlah siswa
tidak tuntas
1. Siklus I Pertemuan I 12 14
Pertemuan II 15 11
2. Siklus II Pertemuan I 13 13
Pertemuan II 21 5
46
patokan yang ditentukan oleh peneliti yaitu 75% tuntas. Jumlah siswa yang
tuntas 21 siswa kalau diprosentasekan menjadi 80,7%. Jumlah siswa yang
tuntas dan yang tidak tuntas pada siklus I dan sisklus II ditiap pertemuan secara
rinci dapat dilihat pada grafik batang 4.3 sebagai berikut:
Grafik 4. 3
Perbandingan ketuntasan siswa pada siklus I dan siklus II
ditiap pertemuan
Dengan grafik diagram batang 4.3 tersebut lebih mudah terbaca ada
peningkatan jumlah siswa yang tuntas ditiap pertemuan setelah guru
menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahim
(dalam Rusman 2010:211). Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I pertemuan
pertama adalah 12 Siswa dan 14 siswa yang tidak tuntas sedangkan pada
pertemuan kedua meningkat jumlah siswa yang tuntas menjadi 15 siswa tuntas
dan berkurang jumlah siswa yang tidak tuntas menjadi 11 siswa. Pada siklus II
pertemuan pertama jumlah nilai yang tuntas berkurang dari pertemuan kedua
47
pada siklus I yaitu 13 siswa tuntas dan 13 siswa tidak tuntas, sedangkan pada
pertemuan kedua jumlah siswa yang tuntas meningkat dari pertemuan pertama
yaitu 21 siswa yang tuntas dan 5 siswa tidak tuntas.
Peningkatan prosentase ketuntasan di atas nilai KKM pada tiap siklus
ditiap pertemuan setelah guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
menurut Muslimin Ibrahim (dalam Rusman 2010:211) secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada siklus I pertemuan pertama hasil prosentase ketuntasan siswa di atas
nilai KKM yaitu 42,1% (12 tuntas dan 14 belum tuntas) sedangkan pada
pertemuan kedua meningkat menjadi 62% (16 tuntas dan 10 tidak tuntas)
2. Pada siklus II pertemuan pertama hasil prosentase ketuntasan siswa di
atas nilai KKM yaitu 50% (13 tuntas dan 13 belum tuntas) sedangkan
pada pertemuan kedua meningkat menjadi 80,7% (21 tuntas dan 5 tidak
tuntas). Pada pertemuan kedua siklus II sudah berhasil karena prosentase
ketuntasan 80,7% sedangkan indikator yang diajukan yaitu 75% tuntas
dari KKM(63).
Dengan demikian, hipotesis yang penelitian ajukan dalam penelitian
tindakan kelas ini yaitu “Model pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDN Sidorejo Lor 06
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga” dapat terbukti.
top related