bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 ......29 siswa yang memahami dan menguasai materi energi...
Post on 20-Jan-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang. Pada ulangan formatif dengan materi
energi, hasil belajarnya masih kurang (di bawah KKM 70).
Dengan penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru selama
ini pada mata pelajaran IPA, maka siswa-siswi di SD Negeri Tengaran
kurang memahami materi. Maka dengan menerapkan model pembelajaran
Make a Match dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Tengaran, siswa-siswi
dapat melakukan dan mengeluarkan pendapat secara langsung.
Hasil observasi awal di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang, pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas
guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Guru cenderung
mentransfer ilmu kepada siswa, guru lebih aktif daripada siswa sehingga
siswa dalam pembelajaran tidak bermakna dan mengakibatkan hasil belajar
rendah.
Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu jenis
penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
nantinya akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini
dilaksanakan dua siklus dengan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya
dan tiap pertemuan masing-masing 2 x 35 menit. Setiap siklus terdiri dari
kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus pertama pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret
2015 dari siswa kelas 3 yang berjumlah 47 siswa, membahas materi energi.
Pada pertemuan 2 tanggal 20 Maret 2015 dilakukan dengan tujuan untuk
perbaikan hasil agar maksimal. Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada
tanggal 26 Maret 2015, pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 27 Maret
2015. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh sebelum pelaksanaan siklus,
29
siswa yang memahami dan menguasai materi energi pada pembelajaran IPA
hanya 36,17 %, maka peneliti berusaha mengadakan perbaikan yang
dilaksanakan selama 2 siklus.
4.2 Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran terletak di
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Sebelum pelaksanaan Siklus 1
dan Siklus 2 terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan
tujuan untuk mengetahui keaktifan dan tingkat keberhasilan siswa atau hasil
belajar IPA. Observasi dilakukan pada saat guru kelas 3 mengajar mata
pelajaran IPA dan mengamati aktivitas siswa selama PBM berlangsung.
Setelah melakukan observasi, peneliti meminta hasil ulangan harian IPA
pada guru kelas.
4.2.1 Keaktifan
Kondisi awal keaktifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian
tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
di kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
tahun pelajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 47 siswa pada pembelajaran
IPA, terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah dan cenderung pasif. Hal
ini bisa terlihat dari hasil observasi pada saat guru sedang mengajar, siswa
tidak mendengarkan guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol
dengan teman. Setiap diberi pertanyaan, kurang dari 10 siswa yang berani
menjawab pertanyaan dari guru. Demikian juga, setiap diberi kesempatan
bertanya, hanya satu atau dua siswa yang berani untuk bertanya.
Hal tersebut juga terjadi pada saat guru sedang menjelaskan materi
pembelajaran, siswa tidak konsentrasi dalam belajar atau ia melamun dalam
mengikuti pelajaran. Disamping itu siswa kurang aktif dan cenderung santai
dalam pembelajaran, dimana saat berkelompok, selalu ada siswa yang
kurang aktif dan cenderung santai. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
terkesan guru yang lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja
instruksi guru.
30
4.2.2 Hasil Belajar
Pembelajaran IPA siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang pada kondisi pra siklus ini, menggunakan
metode ceramah dimana siswa hanya menjadi pendengar sehingga sering
timbul kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan hasil belajar
yang belum memuaskan, yaitu masih ada 30 siswa atau 63,83 % siswa yang
belum tuntas, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan
adalah 70. Untuk lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1
di bawah ini.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
≥ 70 17 Tuntas 36,17 %
< 70 30 Belum Tuntas 63,83 %
Jumlah 47 100 %
Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar
masih rendah, terbukti dari jumlah siswa 47 masih ada 30 siswa atau 63,83
% yang belum mencapai ketuntasan dan baru 17 siswa atau 36,17 % yang
sudah mencapai ketuntasan atau mendapatkan nilai ≥ 70. Berikut disajikan
grafik perolehan hasil belajar IPA siswa pada gambar 4.1
31
Gambar 4.1
Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2
Persentase Ketuntasan Nilai Pra Siklus
Pembelajaran saat prasiklus ini dilakukan dengan metode ceramah,
dimana pada saat kegiatan inti guru menjelaskan materi, siswa
mendengarkan. Pada saat guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar
siswa tidak ada yang mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan akhir setelah
diadakan penilaian ternyata hasil belajarnya belum sesuai harapan.
0
5
10
15
20
25
30
35
≥ 70 < 70
Ju
mla
h S
isw
a
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
36,17%
63,83%
Tuntas
Belum Tuntas
32
Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melakukan suatu tindakan
dalam pembelajaran IPA tentang energi melalui model pembelajaran Make a
Match. Make a Match adalah suatu model pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada
pembelajaran dengan model Make a Match siswa akan memperoleh satu
kartu (kartu soal atau kartu jawaban) setelah itu mereka akan mencari
pasangan dari kartu yang dipegangnya. Hal tersebut dapat membangkitkan
keingintahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpikir.
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.3.1 Rencana Tindakan
Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah
untuk melakukan observasi di kelas 3 SD Negeri Tengaran. Setelah
mendapat izin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan
observasi di kelas 3, mengidentifikasi kebutuhan siswa, mencari kendala apa
saja yang dialami guru dalam mengajar IPA, mengidentifikasi kondisi
keaktifan belajar siswa di kelas, dan meminta data nilai hasil belajar IPA
pada siswa kelas 3.
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai dalam observasi, peneliti
menyiapkan teknik untuk melakukan perbaikan nilai IPA. Berikut ini
persiapan yang dilakukan peneliti pada Siklus I adalah: a) Mempersiapkan
silabus mata pelajaran IPA kelas 3 SD semester 2 pada pokok bahasan
energi yaitu pada Kompetensi Dasar 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan
tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari,
b) Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c)
Menyusun RPP dengan menggunakan Make a Match, d) Menyiapkan sarana
dan prasarana serta membuat media / alat peraga guna mendukung
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e) Menyiapkan lembar observasi, f)
Membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar IPA, g) Melakukan uji coba
instrument, h) Menyusun soal tes hasil belajar siswa, i) Mengkomunikasikan
rencana pembelajaran kepada guru kelas 3.
33
Peneliti melakukan dua kali pertemuan dengan guru kelas untuk
mengenalkan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
Pertemuan pertama untuk menyerahkan silabus dan RPP, sedangkan
pertemuan kedua untuk memantapkan kesiapan guru kelas dalam
menerapkan Make a Match. Pada pertemuan ini guru dan peneliti melakukan
sharing apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan apa saja yang nantinya
akan masuk dalam penilaian baik itu penilaian tertulis maupun penilaian
dalam observasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian guru kelas
memiliki peran besar dalam mengontrol keterlaksanaan sintaks agar model
Make a Match dapat digunakan sebagai upaya perbaikan nilai IPA siswa.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret
2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah
dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
prasiklus tidak terulang pada Siklus I.
Pelaksanaan tindakan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu
pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2
x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran
dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep
dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan
dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian
terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian,
lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan
kartu jawaban.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret
2015, dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru
membahas mengenai materi energi. Langkah-langkah pembelajaran
dengan model Make a Match adalah sebagai berikut :
34
a) Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah
mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.
Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan
“Cuaca hari ini cerah. Matahari bersinar terik. Jika kalian berdiri di
lapangan sana (sambil menunjuk lapangan), apa yang akan kalian
rasakan?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran
pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari
ini yaitu tentang energi.
b) Kegiatan Inti
Pada tahap awal kegiatan inti guru melakukan tanya jawab
tentang pengertian energi. Kemudian guru menyiapkan alat peraga
berupa lilin dan korek api. Guru menyalakan lilin tersebut dan
menunjuk 4 siswa untuk maju ke depan. Siswa secara bergiliran
mendekatkan tangannya ke lilin tersebut. Guru memberikan
pertanyaan mengenai apa yang dirasakan setelah mendekatkan
tangan mereka. Setelah itu, guru menjelaskan tentang macam-macam
bentuk energi.
Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu
menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu
jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartu yang dipegangnya.Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu
yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat
yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil
kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama
dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat
kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.
35
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Maret 2015,
dimulai pada jam 07.00 – 08.10. Pada pertemuan ini guru mengulang
kembali materi energi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model
Make a Match adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa
berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b) Kegiatan Inti
Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing
siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya
kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan.Siswa menempelkan hasil
kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan
membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan
siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil
kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.
c) Kegiatan Penutup
Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam
bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.
4.3.3 Observasi
Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang
sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk
memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan
diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses
36
pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
a. Aktivitas Guru
Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus I dapat dilihat pada tabel
4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
No. Indikator Total Skor Kriteria
1. Pra pembelajaran 107 Baik
2. Membuka pembelajaran
3. Penguasaan materi pembelajaran
4. Pendekatan / strategi pembelajaran
5. Pemanfaatan media pembelajaran /
sumber belajar
6. Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa
7. Penilaian proses dan hasil belajar
8. Penggunaan bahasa
9. Penutup
Berdasarkan tabel 4.2 mengenai aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran dapat dijelaskan bahwa:
a. Skor aktivitas guru pada Siklus I adalah 107.
b. Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.
c. Pengkategorian:
1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72.
2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92.
3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112.
4) Aktivitas guru sangat baik jika nilai 113 – 132.
d. Tingkat aktivitas guru adalah dalam kategori baik, yaitu berada di
rentang nilai 93 – 112.
37
b. Keaktifan
Kondisi awal keaktifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat
bahwa keaktifan siswa masih rendah. Setelah dilakukan tindakan Siklus
I keaktifan siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang
dilakukan oleh observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama
proses pembelajaran pada Siklus I antara lain guru sudah menerapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match, terutama saat
mencocokkan pasangan kartu yang dimiliki siswa serta member
penjelasan mengenai kartu tersebut, siswa mulai antusias untuk
mendengarkan penjelasan guru. Siswa yang berbicara sendiri atau
mengganggu teman saat penjelasan guru mulai berkurang sehingga
suasana kelas tidak ramai / gaduh. Siswa juga sudah cukup baik dalam
melaksanakan diskusi kelompok serta terlihat ceria dalam mengikuti
pelajaran.
Pada tahap observasi ini peneliti menggunakan 6 indikator
keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 122)
sebagai acuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Indikator
keaktifan belajar siswa tersebut adalah:
1) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang
memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh
dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan.
2) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan
dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).
3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media /
alat peraga yang diciptakan.
4) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses
pembelajaran.
5) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar
yang ada dalam proses pembelajaran.
38
6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada
siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer dan peneliti, siswa mulai antusias dan memperhatikan
penjelasan dari guru. Namun masih ada beberapa siswa yang belum
memperhatikan atau melamun saat kegiatan pembelajaran. Hal ini
terlihat saat observer melihat wajah siswa, mereka terlihat
memperhatikan tetapi tatapan matanya kosong. Saat ditanya, siswa
tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.
Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan
sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian
belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti,
siswa masih belum diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam
pembelajaran. Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan
sendiri hasil kegiatan dan langsung menuliskannya di papan tulis. Siswa
belum diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka. Selain
itu guru juga belum memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk
belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil
pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah terlibat
langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa kartu
berpasangan, namun masih ada beberapa siswa yang perlu dibimbing
oleh guru karena siswa tersebut belum begitu mengerti dengan aturan
permainan yang telah disampaikan oleh guru.
Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan
menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang
dilakukan observer dan peneliti, siswa nulai merespon dan menanggapi
dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru
39
bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian siswa
bersedia menjawab pertanyaan. Namun sebagian lagi lebih memilih
untuk mengobrol dengan teman dan tidak berani untuk menjawab
pertanyaan.
Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal
ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan
observer dan peneliti, siswa terlihat masih belum bisa bekerjasama
dengan temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa belum
bisa tertib dalam mencari pasangan kartunya sehingga banyak waktu
terbuang ketika proses pencarian tersebut, akibatnya masih ada
beberapa siswa yang belum bisa menemukan pasangan kartunya.
Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan
kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah
bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Namun ada
beberapa siswa yang tidak mau mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dengan alasan malu karena berpasangan dengan lawan
jenis.
4.3.4 Hasil Tindakan
Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus 1 ditunjukkan melalui tabel
4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi
ketuntasan hasil belajar IPA, 65,96 % dari seluruh siswa yang ada telah
mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70, sedangkan siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa atau 34,04 % dari
seluruh siswa yang ada. Persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa
dari prasiklus ke Siklus 1 meningkat sebesar 29,79 %.
40
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
≥ 70 31 Tuntas 65,96 %
< 70 16 Belum Tuntas 34,04 %
Jumlah 47 100 %
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.2 dapat dilihat pada
gambar 4.3
Gambar 4.3
Hasil Belajar IPA Siklus I
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4.
0
5
10
15
20
25
30
35
≥ 70 < 70
Ju
mla
h S
isw
a
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
41
Gambar 4.4
Persentase Ketuntasan Nilai Siklus I
Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.4 terdapat perbedaan perolehan nilai.
Data menunjukkan adanya peningkatan belajar sebesar 29,79 %, yaitu dari
sebelum perbaikan sebesar 36,17 % menjadi 65,96 %.
4.3.5 Refleksi
Setelah mengimplementasikan RPP IPA pada Siklus I, selanjutnya
diadakan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan
pengamatan atau temuan dari observer dan hasil belajar IPA. Hasil
pengamatan tindakan ini didiskusikan, dianalisis dan disimpulkan. Dari
kesimpulan inilah, kemudian dipergunakan sebagai bahan perbaikan pada
pelaksanaan tindakan Siklus II.
Pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil belajar IPA sudah
mengalami peningkatan, tetapi masih ada siswa yang nilainya masih di
bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Pembalajaran IPA kelas 3
dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pemgamatan tentang
pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari pada
65,96%
34,04%
Tuntas
Belum Tuntas
42
Siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena ketuntasan
belajar baru 65,96 %.
Dalam proses pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi ada beberapa
hal yang perlu perbaikan. Hal tersebut adalah belum semua siswa bisa
menemukan pasangan kartu soal maupun jawaban, siswa ada yang berbicara
sendiri dengan temannya, dan ada yang tidak mau bekerjasama dengan
temannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerjasama dan hasil pengerjaan
soal dimana siswa yang memperoleh nilai di atas 70 ada 31 siswa dan yang
mendapat nilai di bawah 70 ada 16 siswa.
Dari hasil pelaksanaan tindakan, permasalahan-permasalahan yang
muncul selama pembelajaran Siklus I adalah:
(1) Masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan
mencari pasangan.
(2) Siswa masih belum bekerjasama dengan baik.
(3) Siswa masih kebingungan tentang bagaimana cara melaksanakan
langkah-langkah mencari pasangan.
(4) Keberanian dalam menyampaikan pendapat masih kurang.
(5) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan dari guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan observasi pada Siklus I, hal-hal yang diperlukan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu antara lain :
(1) Memberikan teguran kepada siswa yang tidak bisa diajak kerja
sama pada saat mencari kartu pasangan.
(2) Memberikan penjelasan secara rinci aturan main dan batasan
waktu sehingga siswa tidak kebingungan dan mampu
mengimplementasikan perintah yang diberikan oleh guru.
(3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dipahami, ini dilakukan untuk melatih
keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan atau
menyampaikan pendapat.
43
4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.4.1 Rencana Tindakan
Pada Siklus II pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan
pada Siklus I dengan cara memperbaikinya, agar tidak terjadi lagi kendala-
kendala yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Sebelum
pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini, peneliti menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP, lembar evaluasi,
lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang / lokasi yang akan
digunakan yaitu di ruang kelas 3.
4.4.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret
2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah
dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang pada Siklus II.
Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu
pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2
x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran
dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep
dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan
dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian
terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian,
lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan
kartu jawaban.
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret
2015, dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru
membahas mengenai materi sumber energi dan menghemat energi.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model Make a Match adalah
sebagai berikut :
44
a) Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah
mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa.
Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan
“Energi apa yang dihasilkan oleh lampu tersebut? Darimana energi
itu berasal? Pada siang hari lampu lebih baik dinyalakan atau
dimatikan? Mengapa?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang
akan dibahas hari ini yaitu tentang sumber energi dan menghemat
energi.
b) Kegiatan Inti
Pada tahap awal kegiatan inti guru mengulang kembali
macam-macam bentuk energi. Kemudian guru melakukan tanya
jawab tentang pengertian sumber energy. Siswa diajak mengamati
gambar petani yang sedang menjemur padi, orang bersepeda, kincir
angin, dan perahu layar.Siswa mengemukakan pendapatnya tentang
gambar tersebut. Guru menjelaskan sumber-sumber energi dan cara
menghemat energi.
Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu
menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu
jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartu yang dipegangnya. Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu
yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat
yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil
kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama
dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.
c) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat
kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.
45
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Maret 2015,
dimulai pada jam 09.00 – 10.10. Pada pertemuan ini guru mengulang
kembali materi sumber energi dan menghemat energi. Langkah-langkah
pembelajaran dengan model Make a Match adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa
berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi
yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b) Kegiatan Inti
Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing
siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya
kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Siswa menempelkan hasil
kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan
membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan
siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil
kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.
c) Kegiatan Penutup
Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam
bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.
4.4.3 Observasi
Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang
sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk
memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan
diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses
46
pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
a. Aktivitas Guru
Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus II dapat dilihat pada tabel
4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
No. Indikator Total Skor Kriteria
1. Pra pembelajaran 117 Sangat baik
2. Membuka pembelajaran
3. Penguasaan materi pembelajaran
4. Pendekatan / strategi
pembelajaran
5. Pemanfaatan media pembelajaran
/ sumber belajar
6. Pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa
7. Penilaian proses dan hasil belajar
8. Penggunaan bahasa
9. Penutup
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran dapat dijelaskan bahwa:
a. Skor aktivitas guru pada Siklus II adalah 117.
b. Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.
c. Pengkategorian:
1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72.
2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92.
3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112.
4) Aktivitas guru sangat baik jika nilai 113 – 132.
47
d. Tingkat aktivitas guru adalah dalam kategori sangat baik, yaitu
berada di rentang nilai 113 - 132.
b. Keaktifan
Pada Siklus I keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa sudah mengalami
peningkatan, namun masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan Siklus II keaktifan
siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama proses
pembelajaran pada Siklus II antara lain kesiapan siswa dalam mengikuti
pelajaran sudah baik. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru dan
tidak membuat suasana kelas gaduh. Ketika guru memberi pertanyaan,
siswa aktif menjawab. Begitu juga ketika guru meminta siswa maju ke
depan, siswa dengan segera mengerjakan perintah guru dengan sangat
baik.
Sama dengan Siklus I, pada tahap observasi ini peneliti juga
menggunakan 6 indikator keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan
Mudjiono (2006: 122) sebagai acuan untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa. Indikator keaktifan belajar siswa tersebut adalah:
1) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang
memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh
dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dibutuhkan.
2) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan
dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).
3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media /
alat peraga yang diciptakan.
4) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses
pembelajaran.
5) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar
yang ada dalam proses pembelajaran.
48
6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya.
Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam
mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada
siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh
observer dan peneliti, siswa antusias dan memperhatikan penjelasan
dari guru. Tidak ada siswa yang membuat gaduh maupun mengobrol
dengan teman.
Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan
sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian
belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti,
siswa telah diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam pembelajaran.
Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan hasil kegiatan
bersama siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat
mereka. Hal ini terlihat ketika guru menanyakan apa saja yang sudah
dipelajari pada hari itu, siswa berebut untuk menjawab. Selain itu guru
juga sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk
belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil
pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, semua siswa sudah
terlibat langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa
kartu berpasangan. Kegiatan mencari pasangan berlangsung dengan
lancar, tidak ada siswa yang membutuhkan bimbingan guru.
Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan
menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang
dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah merespon dan menanggapi
dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru
bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian besar siswa
bersedia menjawab pertanyaan. Walaupun masih ada satu atau dua
siswa yang masih belum berani untuk menjawab pertanyaan.
49
Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal
ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan
observer dan peneliti, siswa terlihat mulai bisa bekerjasama dengan
temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa bisa
melaksanakannya dengan tertib dalam mencari pasangan kartunya
sehingga tidak banyak waktu yang terbuang ketika proses pencarian
tersebut. Sebagian besar siswa mampu menemukan pasangan kartunya
dengan benar.
Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan
kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah
bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Tidak ada lagi
siswa yang malu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
karena sudah terbiasa.
4.4.4 Hasil Tindakan
Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus II ditunjukkan melalui tabel
4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi
ketuntasan hasil belajar IPA, 100 % dari seluruh siswa yang ada telah
mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70. Persentase peningkatan
ketuntasan belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II meningkat sebesar
34,04 %.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II
Nilai Frekuensi Keterangan Persentase
≥ 70 47 Tuntas 100 %
< 70 0 Belum Tuntas 0 %
Jumlah 47 100 %
50
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada
gambar 4.5
Gambar 4.5
Hasil Belajar IPA Siklus II
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6
Persentase Ketuntasan Nilai Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
≥ 70
Ju
mla
h S
isw
a
Nilai
Tuntas
100%
0%
Tuntas
Belum Tuntas
51
4.4.5 Refleksi
Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi
refleksi pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Guru telah
menerapkan model pembelajaran Make a Match dengan baik dan dilihat dari
aktivitas belajar siswa, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Berdasarkan dari data pengematan diketahui bahwa siswa
menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa pada Siklus II
mencapai ketuntasan.
4.5 Pembahasan
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian
tentang keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas 3 dengan model
pembelajaran Make a Match.
Pada penelitian ini, keaktifan siswa yang diobservasi meliputi: 1)
Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan
pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan, 2) Kebebasan atau
keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak
lainnya (kemandirian belajar), 3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk
belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan, 4) Kesediaan
siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran, 5)
Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada
dalam proses pembelajaran, 6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Make a Match
dalam pelajaran IPA. Berikut disajikan perbandingan kenaikan keaktifan
dan hasil belajar siswa sebagai berikut:
52
Tabel 4.6
Rekapitulasi Pengamatan Keaktifan Siswa
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Siswa tidak
mendengarkan guru
yang sedang
mengajar tetapi
mereka mengobrol
dengan teman.
Masih ada beberapa
siswa yang belum
memperhatikan atau
melamun saat
kegiatan
pembelajaran.
Tidak ada siswa
yang membuat
gaduh maupun
mengobrol
dengan teman.
2 Guru yang lebih
dominan,
sedangkan siswa
hanya mengikuti
saja instruksi guru.
Siswa belum diberi
kebebasan untuk
mengemukakan
pendapat mereka.
Siswa diberi
kebebasan untuk
mengemukakan
pendapat mereka.
3 Siswa belum
terlibat secara
langsung.
Masih ada beberapa
siswa yang perlu
dibimbing oleh guru
karena siswa
tersebut belum
begitu mengerti
dengan aturan
permainan yang
telah disampaikan
oleh guru.
Kegiatan mencari
pasangan
berlangsung
dengan lancar,
tidak ada siswa
yang
membutuhkan
bimbingan guru.
4 Kurang dari 10
siswa yang berani
menjawab
pertanyaan dari
guru.
Sebagian siswa
lebih memilih untuk
mengobrol dengan
teman dan tidak
berani untuk
menjawab
pertanyaan.
Sebagian besar
siswa bersedia
menjawab
pertanyaan.
5 Saat berkelompok,
selalu ada siswa
yang kurang aktif
dan cenderung
santai.
Masih ada beberapa
siswa yang belum
bisa menemukan
pasangan kartunya.
Sebagian besar
siswa mampu
menemukan
pasangan kartunya
dengan benar.
53
6 Sebagian besar
siswa belum berani
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya di
depan kelas.
Beberapa siswa
yang tidak mau
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya
dengan alasan malu
karena berpasangan
dengan lawan jenis.
Tidak ada lagi
siswa yang malu
untuk
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya
karena sudah
terbiasa.
Hasil belajar dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Distribusi Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Tahap Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas
Prasiklus 47 17 (36,17 %) 30 (63,83 %)
Siklus I 47 31 (65,96 %) 16 (34,04 %)
Siklus II 47 47 (100 %) 0 %
Dari tabel 4.7 ini dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap
siklus. Pada kondisi awal atau prasiklus dari jumlah 47 siswa terdapat 30
siswa atau 63,83 % yang belum tuntas belajarnya, sedangkan 17 siswa atau
36, 17 % sudah tuntas belajarnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran Siklus
I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu dari 47 siswa yang
sudah tuntas hasil belajarnya mencapai 31 siswa atau 65,96 % dan tinggal
16 siswa atau 34,04 % yang belum tuntas hasil belajarnya.
Melihat hasil belajar pada Siklus I yang masih ada siswa yang
belum tuntas hasil belajarnya atau nilainya belum mencapai 70, maka perlu
dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II. Hasil belajar yang diperoleh
setelah dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan adanya
peningkatan ketuntasan hasil belajar. Siswa yang berjumlah 47 siswa atau
100 % dapat mencapai ketuntasan, atau dapat dikatakan bahwa dari 47 siswa
telah memperoleh nilai hasil belajar ≥ 70. Berdasarkan data di atas dapat
dilihat ketuntasan siswa dari pra Siklus ke Siklus II meningkat sebesar 63,83
%.
54
Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus ke Siklus II
No. Nilai
Prasiklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1. Tuntas 17 36,17 % 31 65,96 % 47 100 %
2. Belum
Tuntas
30 63,83 % 16 34,04 % 0 0 %
Jml 47 100 % 47 100 % 47 100 %
Perbandingan ketuntasan belajar pada pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II dapat ditunjukkan pada gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan
Siklus II
Berdasarkan perolehan skor yang didapatkan pada Siklus I dan
Siklus II, maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Make a Match dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa
dengan materi energi pada siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Prasiklus Siklus I Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
top related