bab iv analisa kisah luqman dalam al-qur’an a. ibnu...
Post on 10-Apr-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
68
BAB IV
ANALISA KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN
A. Kisah Luqman dalam al-Qur'an perspektif Zamakhsyari, Ath – Thabari,
Ibnu Katsir
Di dalam al- Qur’an tidak disebutkan mengenai asal usul Luqman al-
Hakim, banyak dari kalangan para mufasir dari dulu hingga sekarang yang
mencoba memaparkan tentang status Luqman, namun penafsiran tentang siapa
sesungguhnya Luqman itu dan dari mana asalnya masih banyak perdebatan dan
beberapa pendapat mengenainya. Banyak pakar keilmuan yang mencoba
memberikan jawaban yang berbeda mengenainya, ada yang berpendapat bahwa
Luqman itu adalah seorang nabi dan ada pula yang berpendapat bahwa Luqman
bukanlah seorang nabi melainkan hanya sebagai seorang hamba yang saleh dan
taat beribadah. Namun, hingga saat ini pendapat-pendapat yang coba
dimunculkan oleh para mufasir tersebut belumlah final. Kontroversi mengenai
asal-usul Luqman dan bagaimana statusnya sampai saat ini masih menjadi
debatable. Berangkat dari paparan di atas dalam bab IV ini penulis hendak
mencoba menelusuri siapa sesungguhnya Luqman itu dan bagaimana pula status
mengenainya serta nasehat-nasehatnya yang menjadikan suri tauladan bagi
manusia. Dalam analisis bab IV ini penulis masih mengacu pada perspektif para
mufasir sebagaimana yang telah penulis paparkan pada bab III.
1. Zamakhsyari
Zamakhsyari di dalam kitabnya “al-Kasysyaf ” menjelaskan bahwa
Luqman hidup pada masa Nabi Daud As. Sedangkan mengenai asal-usul dan
statusnya, terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda. Dari sumber yang
telah dikutip oleh Zamakhsyari sebagian besar menyebutkan bahwa Luqman
adalah berasal dari keturunan seorang budak (hamba sahaya) yang berparas
jelek, berkulit hitam, berbibir tebal dan dua telapak kakinya pecah-pecah. Hal
ini beradasarkan pada satu riwayat dari Ibnu Abas sebagaimana dijelaskan
oleh Zamakhsyari : “Diriwayatkan dari Ibnu Abas r.a. : Sesungguhnya
69
Luqman itu bukan seorang nabi dan bukan seorang raja, tetapi dia seorang
pengembala yang hitam, Allah memberi rizki dengan menjadi budak,
diterima ucapannya dan juga wasiatnya”.1 Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Mujahid yang menyebutkan bahwa Luqman adalah hamba
sahaya (budak) hitam yang tebal bibirnya, dan jelek dua telapak kakinya.2
Pendapat ini juga diperkuat lagi oleh riwayat dari Ibnu Musayyab yang
menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang hitam dari Sudan, Mesir. Beliau
adalah tukang jahit.3
Berangkat dari sumber riwayat yang dijelaskan oleh Zamakhsyari
dalam kitabnya Al-Kasysyaf sebagaimana tersebut di atas, maka dapat penulis
jelaskan; pertama, pendapat mengenai asal-usul Luqman (dari keluarga
mana) terdapat banyak pendapat yang mengemukakan mengenainya. Kedua,
dalam perspektif Zamakhsyari Luqman adalah seorang budak yang berkulit
hitam yang telah dikarunia Allah SWT suatu “hikmah”.
Sedangkan pandangan Zamakhsyari mengenai status Luqman apakah
dia seorang nabi atau tidak, di dalam kitabnya ia menyebutkan dua sumber
riwayat yang berbeda mengenainya. Yaitu antara Luqman seorang nabi atau
bukan. Mengenai pendapat yang pertama bahwa Luqman adalah seorang
nabi, di dalam kitabnya tersebut Zamakhsyari hanya menyebutkan satu
sumber riwayat saja yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi.
Yaitu berdasarkan riwayat Ikrimah dan Sya’by bahwa Luqman itu adalah
seorang nabi, dengan alasan bahwa hikmah itu adalah sifat dari kenabian.4
Sedangkan sumber yang kedua, berpendapat bahwa Luqman bukanlah
seorang nabi, dia adalah seorang hamba biasa yang saleh dan taat beribadah
serta dikaruniai Allah hikmah. Tampaknya Zamakhsyari lebih condong
kepada pendapat yang kedua, hal ini didasarkan pada penjelasannya lebih
1 Al-Imam Abi Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad az-Zamakhsyari, Al-
Kasysyaf, juz III, Dar Al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 477 2 Ibid., 3 Ibid., 4 Ibid., hlm. 478
70
lanjut mengenai pengertian hikmah: “… pengertian hikmah dalam ucapan
adalah sesungguhnya beramal dengan hikmah dan ilmu, ibadah kepada Allah
dan bersyukur kepada-Nya…”. Oleh sebab itu Allah menyuruh Luqman
supaya bersyukur atas nikmat-Nya.5
Sedangkan mengenai nasehat Luqman kepada anaknya Zamakhsyari
mengatakan, ketika Luqman memberi nasehat kepada anaknya itu secara
terus menerus yang akhirnya keduanya masuk Islam. Hal ini ditegaskan pada
ayat لظلم عظيم... yang menyatakan bahwa orang yang menyamakan Allah
dengan sesuatu apapun, maka orang tersebut telah berbuat aniaya atau
berbuat kedzaliman dan itu merupakan dosa besar. Sehingga nasehat Lukman
yang pertama adalah jangan sekali-kali menyekutukan Allah.
Firman Allah حملته امه وهنا على وهن... maksudnya bahwa seorang ibu
telah mengandung dalam keadaan melemah dengan lemah yang amat sangat
lemah. Karena setiap kandungan bertambah dan membesar maka
bertambahlah berat dan kelemahannya. Oleh karena kita sebagai anak
hendaknya berbakti kepada kedua orang tua dengan sikap yang lemah
lembut, sopan santun, dan mempunyai budi pekerti yang baik. Sedangkan
kalimat ان اشكر kembali kepadaووصينا
maksdunya perintah untuk berbuat baik واتبع سبيل من انا ب الى
kepadanya. Ikutilah jalan orang yang beriman kepada agama Allah dan
janganlah kamu mengikuti jalan kedua orang tuamu yang tidak beriman,
namun berbuat baik kepada orang tua adalah kewajiban anak dalam segala
hal. Meskipun keduanya dalam keadaan kafir karena Allah akan membalas
atas keimananmu dan membalas atas kekufuran atas kedua orang tuamu.
Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa Saad bin Abi Waqas dengan ibunya. Dia terkenal sebagai anak yang berbakti kepada ibunya. Suatu hari Nur Ilahi terpancar ke dalam dada Saad dan ia pun masuk Islam. Ibunya sangat marah ketika mengetahui bahwa anak kesayangannya itu meninggalkan agama nenek moyangnya semula, namun Saad menolak dengan cara yang baik. Ibu tetap berkeras dan mengecam akan
5 Ibid., hlm. 479
71
melancarkan mogok makan jika Saad tetap membadel. Berkata ibunya, adakah kamu akan meninggalkan agamamu itu atau aku tidak akan makan dan minum sampai mati. Sehingga kelak orang akan mengecam dengan berkata: Hai si pembunuh ibunya. Tetapi Saad tidak terpengaruh. Yaitu tidak, sekali – kali tidak. Kemudian Saad berkata: wahai ibuku, janganlah engkau lakukan perbuatan itu. Walaupun apapun yang terjadi aku tidak akan meniggalkan agama yang telah aku peluk ini.
Ibu Saad sangat kecewa mendengar jawaban anak itu. Maka ia pun mulai tidak makan dan tidak minum sampai sehari semalam. Setelah hari pagi, sang ibu kelihatan letih. Kemudian ditambahnya lagi sehari semalam tidak makan dan tidak minum. Pada pagi hari semakin kelihatan lemah dan penat. Mogok makannya masih diteruskan lagi pada hari ketiga, dia tidak makan dan minum sehari semalam pula. Pada pagi harinya dia sudah sangat kelihatan sangat tidak berdaya dan tidak dapat bangkit lagi karena lemahnya. Kaum keluarganya risau dan memaksanya agar ia makan, namun ia tidak mau, ia mengancam tetap tidak akan makan sehingga Saad meninggalkan Islam.
Melihat keadaan ibunya yang tetap nekat itu, ia tidak mempunyai jalan lain melainkan berterus terang memberitahukan pendiriannya kepada ibunya. Berkata Saad wahai ibuku, ketahuilah , demi Allah, walaupun ibu mempunyai seratus nyawa, dan nyawa itu keluar satu persatu hingga seterusnya, sekali-kali aku tidak akan meninggalkan agamaku, karena itu jika ibu suka makanlah, jika tidak suka teruskan jangan makan.
Ibu Saad sangat terkejut mendengar keputusan anak itu. Ini ia tahu bahwa ancaman mogok makan yang ia lancarkan tidak akan berhasil memurtadkan anaknya. Oleh karena itu ia pun menghentikan mogoknya yang sia-sia itu kemudian makan.6
Firman Allah وفصاله فى عا مين artinya penetapan waktu pengasuhan selama dua tahun, Imam Syafi’i berpendapat bahwa waktu menyusui 2 tahun tidak tetap menyusui selama 2 tahun. Maksudnya bahwa seorang ibu dalam menyapih anaknya apabila kurang ataupun lebih itu
6 Dr. Fathullah Al – Hafnawi, Mutiara Nasehat Luqman Al – Hakim, Cahaya Press, Jakarta,
2002, hlm. 36 - 39
72
menurut ijtihad ibu, apabila dirasa anak tersebut sebelum 2 tahun sudah kuat maka seorang ibu boleh menyapihnya. Sedangkan selama 2 tahun masih lemah maka bisa diteruskan (lebih dari 2 tahun). Madzhab Abu Yusuf dan Muhammad menurut Abu Hanifah, waktu menyusui adalah tiga puluh bulan. Menurutnya jika ibu menyapihnya sebelum 2 tahun, maka anak itu anak susuan, tetapi jika anak tersebut memakan makanan yang lembut dan tidak membutuhkan susuan kemudian di susui maka anak tersebut anak susuan yang haram dinikahi.
Firman Allah مثقال حبة من خردل فتكن فى صحرة... bahwa sesuatu perbuatan yang kecilnya dan lembutnya seperti biji sawi dan berada di tempat yang tersembunyi dan terpelihara maka Allah akan mengetahui keberadaanya karena ilmu Allah berhubungan dengan sesuatu yang tersembunyi, dan akan dihisab pada hari qiyamat. Kata فتكن في صحرة diartikan di bawah bumi yang paling dalam. Ayat selanjutnya bahwa melakukan perbuatan amar makruf Allah pasti akan membalas dengan kebaikan sedangkan perbuatan mungkar akan dibalas dengan kejahatan oleh Allah. seperti hadits yang mengatakan bahwa tidak ada puasa bagi orang yang tidak berniat untuk puasa pada malam harinya. Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong karena tidak akan tercapai tujuanmu. Dan berlaku adillah kamu dan kurangi atau ringkaslah suaramu. Karena orang yang tidak meringkas suaranya bagaikan khimar dalam celanya.
2. Ath-Thabari Ath-Thabari dalam tafsirnya “Jami’ al-Bayan” menyebutkan bahwa
Luqman adalah bukan seorang nabi. Hal ini berdasarkan riwayat yang telah dikutipnya. Diantaranya adalah riwayat dari Muhammad bin Amr dari Mujahid yang mengatakan bahwa, كمة ولقد اتينا لقمن الح.. “Luqman itu pandai dalam bidang agama (Fiqh) berakal dan benar dalam ucapannya tetapi bukan seorang nabi”. Riwayat dari Bashar dari Qatadah menyebutkan bahwa Luqman itu pandai dalam Islam, bukan nabi dan tidak menerima wahyu.
73
Sedangkan menurut Ibnu Matsani dari Mujahid bahwa Luqman itu seorang laki-laki saleh, bukan nabi.7
Dari beberapa sumber riwayat yang telah diambil oleh ath-Thabari
sebagaimana tersebut di atas, jelaslah bahwa pendapat ath-Thabari mengenai
Luqman bukanlah seorang nabi melainkan hanya seorang hamba yang saleh.
Namun di dalam tafsirnya ath-Thabari juga menyebutkan satu riwayat yang
mengatakan bahwa Luqman adalah seorang nabi, yaitu riwayat Ikrimah.8
Sedangkan mengenai asal-usul Luqman, jika berdasarkan riwayat
yang telah diambilnya adalah sama dengan pendapat Zamakhsyari yaitu
Luqman adalah seorang budak dari Sudan, Mesir.9 Hal ini menunjukkan
bahwa mengenai asal-usul Luqman pandangan ath-Thabari sama dengan
Zamakhsyari, dimana kedua mufasir tersebut belum mampu menguak sejarah
mengenai asal-usul Luqman.
Ath-Thabari dalam menafsirkan ولقد اتينا لقمن الحكمة... bahwa Luqman
itu pandai dalam bidang agama, berakal, jujur dan ucapanya, pandai dalam
bidang fiqh, bukan nabi dan tidak diberi wahyu . Sedangkan ان اشكر adalah
anugrah Allah yang diberikan kepada Luqman sebagai penjelasan tentang
hikmah karena sesungguhnya diantara hikmat yang diberikan Allah padanya
adalah rasa syukur atas anugrah Allah. Karena barang siapa yang beryukur
atas nikmat yang dimilikinya, maka dia sesunguhnya bersyukur pada diri
sendiri.barang siapa yang kufur terhadap ni’mat Allah maka sesungguhnya
memburuk diri sendiri.
Ibnu Jarir berpendapat firman Allah واذقال لقمن البنه وهو يعظه... yaitu
suatu peringatan kepada nabi Muhammad SAW bahwa dzalim merupakan
kesalahan dari ucapan yang besar. Sehingga nasehat pertama yang dikatakan
oleh Luqman adalah janganlah kamu menyekutukan Allah.
dalam kontek ini diartikan kelemahan di atas kelemahan وهنا على وهن
dan rapuh di atas kerapuhan maksudnya bahwa kelemahan seorang ibu
7 Lihat Abi Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, Jilid
X, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 208 8 Ibid., hlm.209 9 Ibid., bandingkan dengan Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, op. cit., hlm. 477-478
74
karena mengasuh, mendidik dan menjaganya dari kesulitan sehingga anaknya
benar – benar telah kuat. Maka dari itu seorang anak harus berbakti kepada
ibu bapaknya, terutama ibunya yang tidak dapat dibalas budi baiknya dan
bersyukurlah kepada orang tua atas pendidikan yang kamu peroleh.
...وصا حبهما فى الدينا معروفا maksudnya adalah pergaulilah kedua orang
tuamu di dunia dengan taat kepadanya tanpa ada kewajiban ikut berbuat
dosa antara kamu dan Tuhanmu. Dari ayat di atas dapat kita ambil suatu
pelajaran bahwasannya kita sebagai anak diwajibkan untuk berbakti kepada
orang tua mentaati segala perintahnya dan jangan sekali-kali durhaka kepada
orang tuanya, terkecuali orang tua menyuruh kita untuk berbuat syirik. Dan
kita diperintahkan untuk mengikuti jalan orang yang berbuat baik, orang
yang mau bertaubat dari syiriknya dan orang yang mau kembali kepada
Allah serta orang-orang yang mau mengkikuti ajaran-ajaran Rasulullah
SAW. Karena telah dijelaskan dalam firmannya bahwa semua ciptaan-Nya
akan kembali kepada-Nya pula.
Pada ayat 16 diterangkan bahwa kita tidak boleh menganggap remeh
terhadap segala kesalahan atau kebaikan. Yang sekecil apapun. Karena Allah
akan memberi imbalan terhadap kebaikan atau kesalahan manusia walaupun
seberat atau sekecil biji sawi. Dan Allah mempunyai sifat Maha Tahu atas
perbuatan manusia di manapun berada dan tersembunyi dari pernglihatan
manusia Allah akan mengetahuinya. Karena tak ada satupun tempat yang
samar bagi Allah. فتكن فى صحرة ada yang mengatakan batu-batuan yang ada di
dasar laut dan ada yang mengatakan gunung.
Pada ayat selanjutnya menjelaskan tentang kewajiban manusia untuk
taat kepada Allah SWT dan mengikuti perintah-perintah-Nya serta menjauhi
diri dari mendurhakai Allah. Dan manusia dianjurkan untuk bersabar dalam
menghadapi segala yang menimpa mereka ataupun yang menghalang-halangi
manusia untuk melakukan amar makruf nahi mungkar, karena sesungguhya
sabar adalah sebagai hal yang diperintahkan oleh Allah secara tegas dan
keras.
75
Firman Allah وال تصعر خدك للناس... Allah melarang kepada manusia
dalam firmannya yang artinya jangan sekali-kali kamu palingkan mukamu
dari ucapan seseorang karena sikap sombong dan menghina orang yang
mengatakan. Hal ini dapat kita analisis bahwa manusia harus mempunyai
sikap saling menghormati sesama manusia dan saling menghargai pendapat
orang lain karena orang yang sombong tidak akan mensyukuri segala nikmat
yang diberikan Allah.
Sedangkan وقصد فى مشيك واعضض... yang artinya hendaknya rendah
hatilah dalam berjalan jangan bersikap angkuh dan jangan terburu-buru. Ayat
ini mengandung makna, kita manusia diperintahkan untuk bersikap tawadlu
dalam segala hal. Maksudnya kita harus bersikap sederhana dalam segala
yang kita lakukan baik perkataan, perbuatan ataupun sikap.
3. Ibnu Katsir
Di dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-Azim Ibnu Katsir
mengemukakan dua pandangan mengenai Luqman. Pertama, golongan yang
berpendapat bahwa Luqman itu nabi. Kedua, mayoritas ulama’ sepakat
bahwa Luqman itu adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima
kenabian10 pendapat ini diwakili oleh Ibnu Abas, yang mengatakan bahwa
Luqman adalah seorang hamba yang berkebangsaan Habsyi yang berprofesi
sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdillah mengidentifikasi Luqman
sebagai orang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Sedangkan Said bin
Musayyab mengatakan bahwa Luqman berasal dari kota Sudan, Mesir,
memiliki kekuatan, dan mendapat hikmah dari Allah, namun dia tidak
menerima kenabian.11
Selanjutnya Ibnu Jarir berpendapat bahwa Luqman adalah seorang
hamba sahaya berbangsa Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu
10 Al-Imam Abi al-Fida’ al-Hafidz bin Katsir ad-Damsyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azim, Juz III,
Maktabah an-Nur Ilmiah, Beirut, t.th., hlm. 427 11 Muhammad Nasib Rifa’i, Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid III,
terj. Drs. Syihabuddin, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hlm. 787
76
hari, majikannya berkata kepada Luqman, “Sembelihlah domba untuk kami”.
Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya
yang terbaik”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati dari domba itu. Si
majikan diam selama beberapa saat, lalu berkata, “Sembelihlah domba ini
untuk kami”. Lalu dia menyembelihnya. Si majikan berkata. “Ambillah
bagian dagingnya yang terburuk”. Lalu Luqman mengambil lidah dan hati
domba. Kemudian si majikan berkata, “Aku menyuruhmu mengambil dua
bagian daging domba yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan akupun
menyuruhmu mengeluarkan bagian daging domba yang terburuk, lalu kamu
mengambil daging yang sama”. Luqman berkata, “Sesungguhnya tiada
perkara yang lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik, dan tiada
perkara yang lebih buruk daripada lidah dan hati jika keduanya buruk”.12
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
mengenai asal-usul Luqman baik Zamakhsyari, ath-Thabari, dan Ibnu Katsir
di dalam kitabnya belum menyebutkan penjelasan yang lebih mendalam
mengenainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa mengenai asal-usul
Luqman para ulama’ tidak sepakat mengenainya. Munculnya perbedaan
pendapat dan susahnya mengenai asal-usul Luqman al-Hakim ini karena al-
Qur’an tidak menyebutkannya. Sedangkan mengenai kedudukan Luqman
ketiga mufasir di atas sepakat bahwa Luqman bukanlah seorang nabi.
Melainkan hanya seorang hamba sahaya (budak) yang saleh dan taat
beribadah dan dikaruniai Allah hikmah.
Ibnu Katsir, di dalam kitabnya tafsir al-Qur'an al-Azim menafsirkan
Ayat ولقد اتينا لقمن الحكمة... berdasarkan riwayat Said bin Abi Urwah
dari Qatadah adalah pemahaman yang mendalam tentang keislaman dan dia
bukan nabi serta tidak diberikan wahyu. Maksdunya bahwa Luqman itu
bukan nabi, tetapi ahli hikmah (kefahaman ilmu dan pelajaran). Hikmah di
sini diartikan syukur, Allah memerintahkan Luqman untuk bersyukur kepada
Allah atas apa yang diberikan-Nya yang melebihi orang lain pada zamannya
12 Ibid., hlm. 787-788
77
karena manfaat syukur dan pahalanya akan kembali kepada orang yang
bersyukur. Sedangkan apabila dia kufur, kekufurannya tidak merugikan
Allah. Jika penduduk bumi seluruhnya kufur kepada-Nya maka Allah adalah
dzat yang tidak membutuhkan makhluq lain. Tiada Tuhan selain Allah dan
tidak menyembah selain Allah.
Tentang nasehat Luqman yang diberikan kepada anaknya adalah
untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun, karena menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang sangat besar.
Luqman menasehati hal tersebut dengan wasiat untuk berbuat baik kepada
ibu bapak. Firman Allah ووصينا االنسان.... mengatakan kesulitan lemahnya
anak. Kesulitan di atas kesulitan maksdunya merawatnya dan menyusuinya
setelah lahir dalam masa 2 tahun yang menjadikan kondisi ibu sangat lelah
dan lemah sehingga ayat ini bertujuan agar anak ingat terhadap kebaikan
yang ia terima pada masa dahulu.
Sedang firman Allah وان حاهداك علي ان تشرك... artinya andaikan kedua
orang tua sangat menghendaki agar engkau mengikuti agama mereka (kafir)
maka janganlah terima dan jangan pula penolakan tersebut menghalangi
untuk bergaul dengan keduanya secara baik. Maksdunya berbuat baik kepada
orang tua dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir.
Namun taat itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat
kepada keduanya jika perintah keduanya bertentangan dengan perintah Allah.
Firman Allah يبنى انها ان تك مثقال حبة من خردل فتكن bahwa orang yang
berbuat dzalim meskipun seberat biji sawi dan terlindung di dalam batu atau
hilang di atas langit dan bumi. Maka Allah akan mengetahuinya karena
Allah Maha Mengetahui dan Maha Halus ilmunya sehingga tidak ada
satupun yang samar bagi Allah. Dan perbuatan tersebut akan dihadirkan pada
hari qiamat, apabila baik maka akan dibalas dengan kebaikan sedangkan
buruk akan dibalas keburukan pula. Ulama menafsirkan ayat فتكن... adalah
batu yang berada di bawah bumi yang ke – 7.
Pada ayat 17, maksudnya dirikanlah shalat sesuai dengan aturannya,
kewajiban – kewajibannya dan waktunya sesuai dengan kemampuan dan
78
kekuatanmu. Dan bersabarlah atas apa yang menimpamu, maka Luqman
menyuruh putranya untuk bersabar karena bahwa sesungguhnya kesabaran
atas penderitaan atau siksaan manusia merupakan salah satu keteguhan
perkara. Dan firman Allah وال تصعر خدك... janganlah engkau palingkan
mukamu dari manusia ketika engkau berbicara atau mereka mengajakmu
bicara. Dengan maksud menghinakan mereka atau bersikap sombong
terhadap mereka, namun lenturkanlah kedua tanganmu dan buatlah berseri-
seri wajahmu kata معر adalah penyakit yang diderita unta pada lehernya yang
mengakibatkan lehernya putus dari kepalanya hal itu menyerupai orang yang
sombong firman Allah وال تمش dan jangan berjalan di muka bumi dengan
kesombongan maksudnya sifat membanggakan diri tidak disukai oleh Allah.
Maksdunya ayat 19, yaitu sederhanakanlah langkahmu. Maksudnya
berjalan dengan sederhana tidak sombong yang bisa menghalangi perjalanan
dan tidak pula cepat namun seimbang. Dan janganlah melebih – lebihkan
dalam berbicara. Karena itu Allah berfirman ان انكر... bahwa sesungguhnya
suara yang paling buruk adalah suara keledai.
Berdasarkan keterangan dari para mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari
dan Ibnu Katsir) sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, jelaslah bahwa
pendapat tentang asal-usul dan status Luqman masih banyak perbedaan
diantara para sahabat, tabi’in yang dikutip oleh ketiga mufasir tersebut di
atas. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa dari pendapat-pendapat tersebut,
ketiga mufasir tersebut lebih condong pada pendapat bahwa Luqman
bukanlah seorang nabi. Tetapi hanyalah seorang hamba sahaya yang saleh.
Berangkat dari sini maka dapat diambil satu pemahaman bahwa karena
kesahayaannya itulah yang menghambat Luqman menjadi nabi, sebab para
nabi yang diutus itu berasal dari kalangan terpandang dari kaumnya. Contoh :
Nabi Syu’aib, beliau dijadikan sebagai nabi karena keluarganya lebih
terhormat dari kaumnya. Dalam al-Qur’an Surat Hud ayat: 91-92 yang
berbunyi:
79
يفا ولولا قالوا ياشعيب ما نفقه كثريا مما تقول وإنا لنراك فينا ضعقال ياقوم أرهطي أعز عليكم )91(رهطك لرجمناك وما أنت علينا بعزيز
من الله واتخذتموه وراءكم ظهريا إن ربي بما تعملون محيط )92: هود(
Artinya: Mereka berkata: "Hai Syu`aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami. Syu`aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." (QS. Hud : 91-92)13
Kedua, terdapat kontroversi14 diantara para ulama’ mengenai asal-
asul Luqman sehingga susah untuk dipastikan pendapat yang mana yang
paling valid untuk bisa memastikan bahwa Luqman adalah seorang nabi.
Ketiga, sampai saat ini belum dapat diketemukan bukti-bukti, baik berupa
ayat atau hadits, sedangkan kita tidak mempunyai satu buktipun tentang
kenabiannya.
Akan tetapi, bukan berarti kita menafikan kenabiannya dan
memutuskan bahwa Luqman bukan nabi, karena ada kemungkinan bahwa dia
memang seorang nabi. Jika merujuk dalam firman Allah dalam Surat an-
Nisa’ ayat: 164 yang berbunyi :
الله كلمو كليع مهصقصن لا لمسرل وقب من كليع ماهنصقص لا قدسرو )164: النساء(موسى تكليما
13 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan terjemahanya, Bandung, Gema Insani Press, 1993,
hlm. 336 14 Kontroversi yang dimaksudkan penulis adalah terdapatnya banyak pendapat yang berbeda-
beda mengenai asal-usul Luqman diantara para sahabat sebagaimana dikutip oleh mufasir (Zamakhsyari, ath-Thabari dan Ibnu Katsir), baik mengenai keturunannya, kaumnya dan kabilahnya. Sehingga di sini susah untuk dipastikan kenabiannya.
80
Artinya :Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (QS. An nisa’ :164)15
Dalam konteks ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah mengutus
rasul-rasul baik itu yang tertulis (dikisahkan dalam al-Qur’an) ataupun rasul-
rasul yang tidak dikisahkan tak terkecuali itu Luqman. Berdasarkan ayat ini,
maka dapat dimunculkan satu asumsi bahwa bisa juga Luqman adalah salah
satu nabi yang tidak dikisahkan sebagaimana tersurat dalam (QS. An-Nisa’:
164).
Selanjutnya apabila memang benar karena kesahayaanya, Luqman
terhambat untuk memikul tugas sebagai nabi, maka statemen ini akan
bertentangan dengan firman Allah itu sendiri yang mengatakan “Bahwa di
hadapan-Nya setiap manusia itu adalah sama, yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya”. Dalam konteks ini Imam Abu Hamid al-Ghazali di dalam
kitabnya “Ihya’ Ulumuddin” mengatakan “Bahwa ilmu pengetahuan itu
memberikan mulia orang yang mulia dan meninggikan seorang budak sampai
ketingkat raja-rajanya.16
Menurut dari berbagai keterangan para mufasir tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam kisah Luqman terdapat berbagai pendapat
mengenainya. Diantara pendapat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama’ mengenai asal-usul
Luqman, keturunannya, kaumnya dan kabilahnya serta statusnya.
b. Nama anak yang dinasehatinya, apakah ia menerima nasehatnya atau
membangkang.
c. Bagaimana akhir dari petualangannya dan kisah wafatnya.
15 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 120 16 Lihat Imam Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, terj. Prof. TK. H. Ismai’l Ya’kub,
SH. M.A., Cet. XII, CV. Faizan, Jakarta, 1994, hlm. 4
81
B. Kelebihan dan Kekurangan
a. Zamakhsyari
Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat menggunakan metode tahlili
dengan orientasi bi al ra’yi . Dari segi bahasa ia lebih menonjol, hal ini bisa
dilihat dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an. Beliau selalu ingin
mengungkapkan makna dan kandungan ayat dari segi kebahasaan.
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, beliau merujuk pada
balagahnya, keindahan retorika untuk membuktikan sebagai aspek mukjizat
al-Qur'an. Kepandaian dalam bidang kebahasaan ia curahkan dalam tafsirnya,
sehingga banyak mufasir yang merujuk pada kitab tafsir al-Kasysyaf dari segi
kebahasaan. Selain itu banyak juga diantara mereka yang mereguk manfaat
dari ilmu beliau dan mengikuti cara-cara yang ditempuh. Cara yang dipakai
oleh Zamakhsyari dalam menafsirkan ayat adalah beliau berusaha menyikapi
keindahan al-Qur'an dan daya tarik balagahnya sehingga menjadikan tafsir
al-Kasysyaf sebagai kitab tafsir yang tidak ada bandingannya dan tidak ada
yang menyamainya dalam hal kebahasaan.
Zamakhsyari sangat memperhatikan ilmu bayan dan ilmu ma’ani atau
keindahan-keindahan bahasa untuk menunjukkan bahasa al-Qur'an adalah
firman Allah yang tidak dapat ditandai oleh manusia. Kelebihan yang lain
yang dimiliki adalah menunjukkan metode dialog. Misalnya pada kisah
Luqman, disitu banyak dialog antara Luqman dan orang-orang yang terheran
melihat perkataan dan ucapan Luqman yang sangat indah dan bijaksana
karena dia adalah seorang ahli hikmah yang luas pengetahuannya, memiliki
sifat warak, zuhud, cerdik, serta pintar.
Dari segi kekurangan, Zamakhsyari lebih terfukus pada segi bahasa
ketika menafsirkan ayat-ayat Luqman, sehingga orang yang ingin memahami
makna ayat harus menguasai bahasa Arab dan ilmu nahwu terlebih dahulu.
Bagi mereka yang tidak mempunyai ilmu tersebut akan mengalami kesulitan
dalam menafsirkan dan memahami ayat al-Qur'an, terutama kisah Luqman
ini.
82
Dari segi materi yang disampaikan oleh Zamakhsyari, kelebihan dari
penafsirannya adalah ia mampu mengungkapkan isyarat-isyarat yang
terkandung dalam makna ayat dan memaparkan rahasia-rahasia balaghah
yang terkandung dalam al-Qur'an. Di samping itu juga menyikap keindahan
al-Qur'an dari segi bahasa, balaghah dan selain itu, Zamakhsyari dalam
menafsirkan ayat, tidak lupa merujuk pada kitab-kitablain untuk melengkapi
penafsirannya, sehingga akhirnya kitab tafsirnya justru menjadi rujukan.
Dalam mengungkapkan isi kandungan al-Qur'an sangat sederhana dan
tidak berbelit – belit, selain itu Zamakhsyari tidak menampilkan riwayat-
riwayat yang menimbulkan kisah israiliyyat.
Sedangkan dari segi kekurangan, ia lebih mengedepankan
madzhabnya dalam menafsirkan ayat, yaitu madzhab Mu’tazilah ia selalu
mendatangkan argumentasi-argumentasi untuk membela madzhabnya ketika
menerangkan ayat-ayat al-Qur'an dari segi balaghah. Tetapi dalam
menafsirkan ayat tentang kisah Luqman, Zamakhsyari tidak memaparkan
otoritas madzhabnya, bahkan sama sekali tidak menyinggung tentang
madzhab Mu’tazilah dalam kisah Luqman.
b. Ath Thabari
Dalam menafsirkan ayat seorang mufasir mempunyai sisi kelebihan
dan kekurangan karena tidak ada seorang pun yang sempurna keilmuannya
dan mampu menguasai segala aspek ilmu tanpa kekurangan.
Ath – Thabari menggunakan metode tafsir Tahlili dengan orientasi bi
al-Ma’tsur. Predikat sebagai tafsir bi al- Ma’tsur pertama tidak mengandung
arti bahwa sebelumnya tidak pernah ditulis kitab tafsir. Karena ath – Thabari
menulis kitab tafsirnya ia menulis kitab sejarahnya. Jadi, kitab tafsir yang
ditulis adalah pertama kali ia menulis kitab.
83
Dalam menafsirkan ayat ath – Thabari menggunakan bahasa tertetu.
Tetapi juga menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtijah) tertentu.17
Metodenya adalah tahlili dan orientasinya adalah bi al-ma’tsur.
Kekurangan dari penafsiran dengan orientasi bi al-ma’tsur adalah
terjadinya campur baur antara yang shahih dan tidak shahih dan banyak
pendapat yang dihubungkan kepada sahabat atau Tabi’in tanpa isnad dan
penelitian yang mengakibatkan campurnya kebenaran dan kebatilan. Selain
itu, riwayat-riwayat yang ada penuh dengan cerita-cerita israiliyah yang
membuat banyak khurafat yang bertentangan dengan aqidah Islam. Dimana
hal itu sengaja disusupkan kepada kaum muslimin dari ahli kitab.
Sedangkan kekurangan dari metode tahlili adalah tidak menafsirkan
terjadi pemaknaan secara parsial dan terpecah-pecah.Seakan-akan al-Qur'an
memberi pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran
yang diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada
ayat-ayat lain yang sama dengannya.
Dari segi materi kelebihan dari penafsiran ath – Thabari dalam kitab
tafsirnya terletak pada banyaknya pengutipan hadits maupun atsar serta tidak
terpaku pada satu riwayat. Ia kadang mengutip berbagai riwayat yang
berlainan kemudian ia akan mendukug salah satu riwayat yang dianggapnya
shahih dan relevan. Hal ini dapat dilihat saat dia menafsirkan kisah Luqman
yang di dalamnya banyak sekali riwayat yang dinukilkan dari orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang telah memeluk agama Islam baru kemudian ia
menyimpulkan riwayat-riwayat tersebut. Namun ath – Thabari tetap memilih
riwayat yang dianggap benar shahih. Karena ath-Thabari mencoba
mengajukan jalan cerita yang utuh dengan merangkai berbagai versi yang
berbeda. Hal itu dilakukan agar kisah tersebut terkesan atau kelihatan lebih
hidup dan mudah difahami.
17 Ada perbedaan prinsipil antara ittijah dan manhaj, istilah sering kali dikacaukan penggunaanya, yang pertama adalah pandangan pemikiran, madzhab, dan arah tertentu yang digunakan Mufassir, dan selanjutnya dijadikan frame of thingking (kerangka berpikirnya) ketika menafsirkan al-Qur'an, apakah ia melakukan taqlid ataupun inovasi. Berpegang kepada dalil naqli atau aqli. Adapun yang kedua adalah jalan yang ditempuh oleh muffasir ketika memahami teks – teks al-Qur'an, (lihat Muhammad Bakr Ismail, Ibnu Jarir Ath – Thabari Wa Manahihuh Fi At – Tafsir, Dar Al Manar, Kairo, 1991, hlm. 31
84
Ciri khas lain yang dimiliki oleh ath – Thabari adalah penggunaan
kata ta’wil pada saat mengungkapkan pendapatnya sendiri tentang penafsiran
ayat – ayat tertentu. (amma ta’wilu hadzi al – ayah ha kadza). Term ta’wil
digunakan oleh ath-Thabari dengan pengertian sebagaimana digunakan oleh
mufasir lain.18
Sedangkan dari segi kekurangan adalah terkadang atsar atau riwayat
yang dinukil oleh ath – Thabari tidak memenuhi keshahihan di samping itu
beliau hanya memberikan penafsiran berdasarkan riwayat-riwayat yang
sampai padanya sehingga memunculkan kesan bahwa al-Qur'an adalah kitab
masa lalu yang tidak berhubungan dengan masa kini. Terlalu banyak riwayat
– riwayat hadits yang dinukil sehingga tidak salah kalau menyebabkan
adanya riwayat israiliyah yang masuk dalam tafsirnya.19
Disamping menggunakan gaya bahasa tertentu, ath – Thabari pun
menggunakan metode (manhaj) dan orientasi (ijtihad) tertentu. Tafsir ini
menggunakan metode tahlili karena menafsirkan ayat berdasarkan susunan
mushaf, sedangkan orientasi yang digunakan adalah orientasi gabungan
karena tafsir ini menggabungkan orientasi penafsiran bi al-Ma’tsur dan
orientasi penafsiran bi al-Ra’yi.
c. Ibnu Katsir
Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an Ibnu Katsir terkesan
didominasi oleh riwayat – riwayat, sehingga seakan-akan dia tidak punya
pendapat tentang penafsiran ayat tersebut. Dalam uraian yang demikian
panjang dalam kitab tafsirnya itu ia menggunakan metode analisis
(tahlili).Dengan mengambil bentuk bi al-ma’tsur. Terjadi hal yang demikian
bukanlah suatu yang aneh, karena Ibnu Katsir memang seorang hadidz (ahli
hadits) dan sejarawan, sehingga pola pemikirannya didominir oleh hal-hal
yang berhubungan dengan riwayat dan fakta sejarah.
18 Rosihan Anwar, Melacak Unsur- Unsur Israiliyat dalam Tafsir Ath – Bhari Dan Tafsir Ibn
Ukatsir, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 67 19 Ibid, hlm. 77
85
Kelebihan dalam menafsirkan metode tahlili, ibu Katsir merasa
mempunyai kebebasan dalam memajukan ide-ide dan gagasan-gagasan yang
dia punyai untuk menafsirkan ayat al-Qur'an, tersebut, sehingga para mufasir
lebih berkembang dalam memahami isi dan kandungan ayat -ayat al-Qur'an
Kekurangan bahwa apabila terdapat penafsiran terhadap kata yang
sama pada ayat lain maka akan dijumpai perbedaan yang amat mencolok,
sehingga terasa seakan akan al-Qur'an memberikan pedoman secara tidak
utuh dan tidak konsisten, karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat
berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat yang lain yang sama
dengannya.20
Tafsir Ibnu Katsir termasuk kitab yang kaya akan materi, di dalamnya
memuat bukan hanya materi tafsir al-Qur'an, namun dapat dikatakan berisi
beberapa cabang ilmu keislaman lain, seperti hadits fiqh, sejarah (kisah)
karena tafsir Ma’tsur maka hadits yang disampaikan dilengkapi dengan ilmu
seluk beluk atau perangkat-perangkat keilmuan yang berkaitan dengan hadits,
misalnya, ilmu jarh wa ta’dil, kritik hadits, rijalul hadits keberadaan ini tidak
lepas dengan kedudukan Ibnu Katsir sebagai ahli hadits (al-muhaddis).
Dalam sejarah atau kisah, Ibnu Katsir adalah ahlinya. Namun
demikian dia tidak berlebih – lebihan dalam menguraikan kisah – kisah orang
terdahulu yang disampaikan teks al-Qur'an. Justru pengaruh keahlianya
nampak pada daya kritisnya dalam menyampaikan kisah al-Qur'an, dengan
mengemukakan kritik sejarah terhadap para pendahulunya yang dianggap
kurang pas dalam menyampaikan kisah. Pada bagian ini dia menambahkan
dengan ajaran Islam. Seperti dalam kisah Luqman, disana terdapat cerita –
cerita tentang kedudukan dan statusnya yang diuraikan secara panjang dalam
hadits-hadits yang dikutip oleh Ibnu Katsir.21
20 Dr. Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur'an, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2000, hlm. 55 21 Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir, Menara Kudus, Yogyakarta,
2002, hlm. 51
86
Kelebihan yang dimiliki tafsir Ibnu Katsir, dalam menerima riwayat
dia selalu kritis, terutama masalah Sanad, ia tidak sekedar bertindak sebagai
pentrasfer riwayat namun israiliyyat yang ada dalam tafsir tersebut dengan
ajaran Islam. Dan dalam mengambil riwayatnya bersumber pada hadits,
pendapat Sahabat dan Tabi’un.22
Kekurangan dalam bidang materi dari tafsir Ibnu Katsir adalah bahwa
penukilan riwayat penafsirannya dari masa Nabi Muhammad hingga masa
atba’at– Tabi’in. Pendapat ulama – ulama pasca riwayat hanya sekedar
pelengkap. Sehingga pembahasan Nahwiyah kurang mendapatkan porsi yang
cukup.
C. Relevansi Kisah Luqman dengan Kehidupan Sekarang
Affan Gaffar mengatakan bahwa modernisasi membawa konsekuensi
terhadap terjadinya social displecement ( masyarakat yang kehilangan
pegangan/jati diri )23 Dimana ada sekelompok orang yang mampu beradaptasi
dengan kehidupan yang berubah-ubah dengan cepat dan ada pula yang tertinggal
di belakang. Mereka yang termasuk dalam kelompok yang terakhir inilah yang
dikatakan Affan Gaffar akan mengalami proses social displasement yang pada
akhirnya dapat menciptakan frustasi dan keputus-asaan yang sangat tinggi.
Hubungan antara manusia menjadi sangat mekanistis karena selalu dikaitkan
dengan persoalan untung rugi, siapa yang memperoleh apa. Manusia menjadi
sangat pamrih. Dalam kondisi seperti ini, manusia biasanya menjadi gampang
putus asa dan pikirannya pendek.
Jika melihat gejala - gejala di atas, fenomena yang terjadi di sekitar kita
(pada mayarakat) saat ini menunjukkan adanya apa yang disebut Affan sebagai
social displecement. Pola pikir masyarakat kita sudah bergeser pada material
oriented. Dimana benda merupakan tujuan bukan menjadi alat semata. Nilai
religius sudah mulai bergeser kearah yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu
22 Ibid, hlm. 58 23 Dr Affan Gaffar, “Medernitas Dalam Islam Dua Yang Bertentangan “ dalam Ahmad
Syafii dan Said Tahulely, (ed) Al-Qur'an dan Tantangan Modernitas, Sinpress, Yogyakarta, 1990, hlm. 111
87
Islam merupakan alternatif jawaban dari fenomena-fenomena tersebut. Sehingga
masyarakat yang Islami tidak lupa daratan seperti yang terdapat di Barat.
Berkaitan dengan deskripsi tersebut, di atas, penulis hendak memaparkan
ayat - ayat yang berbicara tentang kisah Luqman, dan mencatat poin - poin yang
terpenting dari keindahan dan ungkapannya, argumen, nasehatnya dan isyarat
yang dapat menjadi suri tauladan.
Ungkapan ولقد اتينا لقمان الحكمه adalah isyarat bahwa hikmah itu tidak
datang kecuali dari Allah, diberikan kepada setiap hamba yang ia kehendaki.
Oleh karena itu orang yang diberi hikmah berarti diberikan kebaikan yang
banyak sehingga hikmah pada dasarnya bukan semata-mata diperoleh dari
perbuatan dan usaha.
Sedangkan pada ungkapan ان ا شكرهللا hikmah dapat ditafsirkan dengan
syukur. Oleh karena itu, syukur kepada Allah merupakan buah dari hikmah,
syukur kepada Allah merupakan syarat keimanan. Maka tidak dapat disebut
hakim kecuali orang yang bersyukur kepada Allah dan menyerahkan
kehidupannya kepada Allah. Diungkapkan syukur dengan menggunakan fiil
amar, sebagaimana diketahui bahwa fiil amar menunjukkan perbuatan yang
dinamis, pelakunya orang - orang yang aktif dan progresif. Sehingga hikmah dari
ungkapan syukur yang berbentuk fiil amar adalah untuk memberi pengarahan
kepada setiap mukmin agar selalu memperbaharui syukurnya kepada Allah.
Artinya selalu mengemukakan rasa syukurnya kepada Tuhannya di setiap
kesempatan yang ada, setiap detik dari hari - harinya, karena nikmat Tuhannya
kepadanya juga selalu baru, tidak terlepas dari satu waktupun.
Ayat-ayat kisah Luqman (QS. Luqman:14) ini menyebutkan dua objek
syukur. Pertama, syukur kepada Allah sebagaimana pada firmannya di atas.
Kedua, syukur kepada orang tua, dalam firmannya. ان ا شكرلي ولوالديك Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bolehnya bersyukur kepada
orang yang memberikan kebaikan. Maka berterima kasih kepada ibu bapak
adalah wajib menurut konteks ayat tersebut. Akan tetapi syukur yang sebenarnya
hanya boleh diberikan kepada Allah. Seseorang tidaklah bersyukur kepada orang
- orang yang berbuat baik melainkan ia bersyukur kepada Allah, karena Allah-lah
88
yang memberikan ilham kepada manusia untuk berbuat baik. Sehingga kita tidak
bersyukur kepada orang tua melainkan bersyukur kepada Allah, meskipun pada
dzahirnya kita bersyukur kepada orang tua kita, akan tetapi pada dasarnya kita
bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan keduanya sebab bagi keberadaan
kita.
Nasehat Luqman kepada anaknya mengingatkan kepada setiap orang tua
(bapak) akan kewajibannya memberikan nasehat kepada anaknya, menasehatinya
meskipun mereka tidak menurutinya. Salah satu nasehat Luqman kepada anaknya
adanya larangan untuk berbuat syirik. Janganlah kamu menyekutukan Allah,
sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar,
hal ini merupakan isyarat bahwa nasehat itu harus bersifat menyeluruh pada
setiap aspek keislaman, mulai dari masalah keimanan, dakwah, aturan - aturan,
hukum - hukum, keutamaan – keutamaan, sampai pada masalah adab dan tata
krama. Nasehat Luqman ini yang dikemukakan kepada anaknya merupakan
nasehat tentang keimanan dan keyakinan.
Ayat di atas menganggap syirik adalah suatu kedzaliman yang besar. Rasulullah dalam menafsirkan sesuatu dengan ayat yang terdapat dalam surat al- An’am (QS. Al-An’am : 82) al-Qur'an banyak sekali mengungkap syirik dan kufur dengan sebutan kedzaliman yang besar, seperti dalam surat al Baqarah ayat 254. Kekafiran dan kemusyrikan. Adalah suatu kedzaliman. Maka dengan jelas dapat dikatakan bahwa orang yang kafir dan musyrik berarti berbuat dzalim, karena kedzaliman adalah melanggar dan melampui batas, membantu kebatilan, menyembunyikan dan mengesampingkan kebenaran. Kedzaliman bagi orang mukmin adalah karena tidak menyeru kepada mereka, menjadi penolong kebenaran, dan memerangi kebatilan. Kedzaliman bagi orang kafir adalah karena ia menjadi contoh bagi mereka dalam kekafiran, penolong mereka untuk melakukan kebatilan. Setiap kekafiran adalah kedzaliman dan setiap orang yang kafir dan musyrik adalah orang yang dzalim.24
24 Perlu dipahami bahwa tidak setiap kedzaliman adalah kekafiran dan kemusyrikan, karena
al-Qur'an terkadang menyifatkan kedzaliman dengan kemaksiatan dan dosa. Sehingga, orang muslim terkadang melakukan kedzaliman karena maksiat dan dosa – dosanya, tetapi ia tidak bisa dikatakan kafir karena hanya melakukan kemaksiatan dan dosa.
89
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada ibu
bapaknya. Pada ayat tersebut ada petunjuk bahwa sesungguhnya Allah
mewasiatlan hal itu kepada orang yang suka melalaikan dan mengabaikan
(kewajiban) terhadap orang tuanya. Sedangkan dalam firman Allah:
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang“ حملته أمه وهنا على وهن
bertambah tambah”. Terdapat satu catatan yang sudah pasti benarnya, bahwa
seorang ibu pada masa kehamilannya yang panjang terus menerus dalam keadaan
lemah, lesu, dan lelah”. Selanjutnya dalam firmannya وفصاله في عامين “Dan
menyapihnya dalam dua tahun” ada petunjuk bahwa masa menyusui yang baik
untuk seorang anak adalah sampai dua tahun. Tampaknya rahasia rahasia
penyakit yang ada pada anak zaman sekarang adalah karena mereka tidak disusui
secara alami. Padahal asi sangat penting untuk keselamatan anak, baik jiwa dan
raganya. Kisah Luqman juga menemukan kepada anak suatu metode yang aman
dan indah dalam berhubungan dengan ibu bapaknya dan berbuat baik kepada
keduanya. Berbuat baik itu harus dilakukan anak kepada orang tua, walaupun
keduanya dosa dan maksiat, bahkan tidak boleh berhenti meskipun keduanya
berada dalam kekafiran di dunia dengan baik.
Tetapi harus dipahami bahwa taat anak terhadap orang tuanya itu
merupakan taat yang dipikirkan oleh akal dan disadari oleh hati. Yaitu mentaati
keduanya hanya pada apa - apa yang diridhai Allah. Ayat ini pada dasarnya
membedakan dua hal : kebaikan dan ketaatan, berbuat baik kepada orang tua
dituntut dalam segala hal, meskipun keduanya dalam keadaan kafir. Namun, taat
itu terikat dengan taat kepada Allah, maka tidak boleh taat kepada keduanya jika
perintah - perintah keduanya bertentangan dengan perintah - perintah Allah SWT
Dalam suasana keyakinan dan keimanan, anak yang dapat dipengaruhi
oleh gambaran yang dikemukakan tentang ilmu Allah dan kekuasaan-Nya maka
seorang bapak baru membebani anaknya dengan masalah-masalah ibadah, dan
menyuruhnya untuk mendirikan shalat, menyeru kepada kebaikan dan melarang
kepada kemungkaran. Sehingga pembeberan kewajiban itu ada maknanya, hidup
dan kehidupannya, karena hati yang penuh keimanan kepada Allah dan
mengagungkan-Nya melaksanakan pembebanan itu.
90
Perintah-perintah yang diarahkan oleh Luqman kepada anaknya
sebagaimana telah dipaparkan pada bab III, adalah sangat relevan dengan
kehidupan sekarang ini dimana nilai-nilai religius yang sudah mulai bergeser
dengan adanya arus modernisme dan arus globalisasi. Maka kisah Luqman dapat
dijadikan pelajaran untuk menata dan melangkah pada setiap perbuatan yang
hendak kita kerjakan, tanpa harus memperdebatkan bahwa Luqman adalah nabi
atau bukan, yang lebih baik adalah tawaquf (tidak meniadakan dan tidak
menetapkan).
top related