bab iii.docx
Post on 11-Jul-2016
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB III
FORAMINIFERA BENTHOS
3.1. Tinjauan Umum
Kebanyakan dari foram – foram penghuni dasar laut termasuk golongan vagil
benthos, yang dapat bergerak di dasar laut dengan menggunakan pseopodia.
Disamping bentuk – bentuknya yang vagil juga jenis – jenisnya yang
menunjukkan adanya pergerakan pada tingkat permulaan hidupnya dan kemudian
menjadi sesile pada tingkat terakhir hidupnya.
Golongan ini hidup di dasar laut mulai dari tepi sampai kedalaman lebih dari
4000 m, cangkang nya terditi dari polythalamus test dan monothalamus test.
Sedangkan komposisi penyusun cangkangnya terdiri dari aglutin dan arenaceous,
umumnya foraminifera jenis ini peka terhadap perubahan lingkungan, karena itu
golongna ini sering dipakai sebagai indikator untuk menentukan lingkungan
pengendapan.
Dasar laut dapat dibagi menjadi zona – zona bathyametrik, yaitu :
Zona lithoral : Antara garis pasang dan garis lurus
Zona neritik : Antara kedalaman 0 – 200 m
Zona bathyal : Antara kedalaman 200 – 4000 m
Zona abysal : Antara kedalaman 4000 – 6000 m
Zona hadal : Lebih dari 6000 m
Dari setiap zona – zona tersebut biasanya dihuni oleh species – species yang
tertentu, karena itulah golongan ini baik untuk penentuan lingkungan
pengendapan. Beberapa petunjuk yang dpat dipergunakan :
Golongan milliolif yang siliceous, smiliamina fusca, dan jenisaraneceous
yang sederhana seperti ammotium jadamina, rhopax dan trochaminam,
merupakan populasi didaerah rawa- rawa (Pheleger, 1960. bandy, 1963).
Jumlah species menurun dari zona bathyal kearah zona hadal.
Jumlah species dan genus naik dari facies paralis menuju kelaut terbuka
hingga zona bathyal (Shandy dan Arnal, 1960).
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
Golongan pocellaneous, terutama milliolidae banyak ditemukan di laut –
laut tertutup (inshore seas) pada daerah tropis.
Pada zona abysal populasi foraminifera gampingan menjadi kurang
(minor) bahkan hampir sama sekali tidak ada, sehingga terdiri dari
golongan aranecous.
3.2. Paleontologi Umum Foraminifera Benthos
Mikro organisme sangat terpengaruh hidupnya oleh lingkungan dimana ia
tinggal dalam perjuangan untuk hidupnya, kebanyakan mikro organisme tersebut
menjadi sangat terkhususkan dengan kondisi – kondisi tertentu. Maka untuk
mengetahui kondisi – kondisi tersebut kita harus mempelajari ilmu ekologi
dimana ilmu ini membahas hubungan kehidupan foraminifera dengan lingkungan
sekitarnya. Foraminifera benthos yang hidup di dasar laut.
Adapun beberapa kondisi yang mempengaruhi kehidupan mikro organisme
yang hidup di air laut (foraminifera, nano plankton, dan sebagainya) adalah :
Temperatur air laut, nlai rata – rata -2 sampai 420C untuk lautan dan
+350C untuk lautan tertutup.
Air tawar salinitasnya < 0.5 %
Air payau salinitasnya 0.5 – 3 %
Air agak asin salinitasnya 3 – 30 %
Salinitas/ kadar garam (33 s/d 39 % untuk lautan terbuka)
Untuk salinitas ekstrim 40 – 41 %
Turbulensi/ gelombang air.
Turbidit dan kekeruhan air laut.
Kedalaman.
Asal sedimen, ukuran butir stabilitas dan kecepaan sedimentasi.
Aspek geologi tertentu seperti vulkanisme.
Jumlah makanan yang tersedia.
Dominasi jenis – jenis yang lebih kuat akan mempengaruhi perbandingan
dari pada mikro organisme yang ada pada suatu tempat.
Pada daerah perairan tropis golongan ini banyak dan jenisnya sangat
berbeda
III- 2
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
Didaerah perairan dengan iklim sedang populasi dari foraminifera jarang
tetapi jenisnya berbeda – beda
Diperairan sub – kutub jenisnya sangat sedikit tetapi jumlahnya sangat
banyak
3.3. Tata cara pendiskripsian
Untuk mendeskripsikan foraminifera benthos sama dengan pendeskripsian
foraminifera plankton dalam beberapa hal seperti bentuk test, bentuk kamar,
dinding cangkang atau komposisi test, ornamen (hiasan), bentuk suture, jumlah
kamar, dan jumlah putaran kamar.
Namun untuk susunan kamar dan aperture antara foraminifera benthos dan
foraminifera plankton berbeda.
3.3.1. Monothalamus Test
Monothalamus test adalah susunan kamar dan bentuk akhir kamar – kamar
foraminifera yang terdiri dari 1 (satu) kamar. Bentuk ini dibagi menjadi beberapa
bentuk, yaitu :
Bentuk Globular.
Bentuk Botol.
Bentuk yang terputar pada satu bidang.
Bentuk Kombinasi Botol dan Tabung.
Bentuk Planispiral pada awalnya kemudian terputar tidak teratur.
Planispiral kemudian lurus.
III- 3
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
Gambar 3.1. Susunan kamar Monothalamust Test pada Foraminifera Benthos.
III- 4
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
3.3.2 Polythalamust Test
Polythalamust test yaitu susunan dan bentuk akhir kamar-kamar dari
foraminifera yang terdiri lebih dari satu kamar. Bentuk ini dibagai menjadi
beberapa bentuk, yaitu :
Uniformed test
Biformed test
Triformed test
Multiformed test
Gambar 3.2. Susunan kamar Polythalamust Test pada Foraminifera Benthos.
III- 5
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
3.4. Aperture
Aperture foraminifera benthos dengan foraminifera plankton berbeda.
Aperture foraminifera benthos dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi,
yaitu :
Aperture yang bulat sederhana.
Berbentuk bulat, sederhana, biasanya terletak pada ujung kamar
akhir.
Contoh : Lagena dan Bathysipon.
Aperture yang memancar (radiate).
Merupakan sebuah lubang yang bulat dengan golongan-golongan
yang memancar dari pusat lubang.
Contoh : Nodosaria dan Dentalina.
Aperture Phialine.
Merupakan lubang bulat, mempunyai bibir (lip) dan leher (neck).
Contoh : Uvigerina dan Amphikoryna.
Aperture Crescentik.
Berbentuk tapal kaki kuda atau busur panah..
Contoh : Nodosarella dan Pleurostomella.
Aperture Virguline dan Bulimine.
Berbentuk seperti koma (,) yang melengkung.
Contoh : Virgulina dan Bulimina.
Aperture yang slit-like.
Merupakan aperture yang membentuk lubang sempit yang
memanjang.
Contoh : Sphaeroidinella dan Pullenia.
Aperture Ectosolenia.
Aperture yang memiliki leher yang pendek.
Contoh : Ectosolenia dan Oolina.
Aperture Entosolenia.
Aperture yang mempunyai leher dalam (internal neck).
Contoh : Fissurina dan Entosolenia.
III- 6
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
Aperture Multiple, Cribrate, Accesory.
Aperture yang terdiri dari beberapa lubang bulat dan kadang-kadang
membentuk saringan (cribrate) atau terdiri dari satu lubang utama
dan beberapa lubang bulat yang lebih kecil (accesory).
Contoh : Elphidium dan Cribrostomu.
Aperture dendritik.
Berbentuk seperti ranting pohon (dendrit) terletak pada “septal-
face”.
Contoh : Dendritin.
Aperture yang bergerigi.
Berbentuk lubang yang melengkung dimana didalamnya terdapat
tonjolan menyerupai gigi (single tooth, bifid tooth).
Contoh : Pyrgo dan Quinquelokulina.
Aperture yang berhubungan dengan Umbilicus.
Biasanya merupakan lubang yang berbentuk busur, ceruk ataupun
persegi kadang-kadang dilengkapi dengan bibir (lip), gigi-gigi atau
ditutupi dengan selaput tipism (bulla).
Contoh : Globigerina, Globoquadrina dan Globigerinita.
Gambar 3.3. Jenis-jenis aperture pada Foraminifera Benthos.
III- 7
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
3.5. Morfologi Monothalamust Test
Monothalamus test merupakan susunan kamar dan bentuk akhir kamar –
kamar foraminifera yang terdiri dari 1 (satu) kamar. Bentuk ini dibagi menjadi
beberapa bentuk, yaitu :
- Bentuk globular atau bola
Contoh : Pilulina, Saccammina, Psammos phaera.
- Bentuk botol (flask shaped)
Contoh : Lagena.
- Bentuk tabung
Contoh : Hyperammina, Bathysiphon.
- Bentuk kombinasi botol dan tabung
Contoh : Entosolenis.
- Bentuk yang terputar pada satu bidang (planispiral coiled)
Contoh : Cornuspira, Ammodiscus.
- Bentuk planispiral pada awalnya kemudian terputar tidak teratur
Contoh : Psammaphis, Orthover tella.
- Bentuk planispiral kemudian lurus .
Contoh : Rectocornuspira.
3.6. Morfologi Polythalamust Test
Polythalamust test merupakan susunan kamara dan bentuk akhir kamar-
kamar foraminifera benthos yang tediri dari lebih dari satu kamar (biasanya
jumlah kamar banyak). Jenis-jenis bentuk polythalamust test, yaitu :
a. Uniformed test
Test yang terdiri dari 1 susunan kamar. Bentuk ini dibagi menjadi
beberapa yaitu :
Uniserial
Test yang terdiri dari satu macam susunan kamar dan sebaris kamar.
- Rectilinier (linier mempunyai leher), test uniserial terdiri atas kamar –
kamar bulat yang dipisahkan satu sama lainnya dengan stolon (neck).
Contoh :Nodosaria, Siphonogerina.
III- 8
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
- Linier tanpa leher, kamar tidak bulat dan antara kamar satu dengan
yang lainnya tidak ada neck.
Contoh : Nodosaria.
- Equitant uniserial, test uniserial tidak mempunyai leher tetapi kamar-
kamarnnya sangat berdekatan sehingga yang satu menutupi bagian
yang lain.
Contoh : Glandulina, Frondicularia.
- Curvilinier, test uniserial yang sedikit melengkung dan garis suture
membentuk sudut terhadap sumbu panjang.
Contoh : Dentalina.
- Coiled test (test yang terputar) yang terdiri dari :
Planispiral coiled test, test uniserial dimana semua putaran
lingkarannya terletak pada satu bidang yang sama.
Contoh : Endhotyra, Hastigerina.
Test ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :
Involute : test yang terputar dimana putaran yang terakhir
menutupi putaran yang sebelumnya sehingga hanya putaran
yang terakhir yang terlihat.
Contoh : lenticulina, Elphidium, Robulus.
Evolute : test yang terputar dimana seluruh putaran dapat
terlihat.
Contoh : Operculina.
Nautiloid test, test yang terputar dimana kamar – kamar dibagian
umbilicus menumpang satu sama lain
Contoh : Nonion, Saracenaria, Planularia.
Rotaloid test, test yang terputar tidak pada satu bidang dimana
pada sisi dorsal seluruh putaran terlihat sedang pada sisi ventral
hanya putaran terakhir yang terlihat.
Contoh : Rotalia, Cibicides.
Helicoid test, test yang terputar meninggi dimana lingkaran dengan
cepat menjadi besar.
Contoh : Globigerina.
III- 9
TEGUH PRASETI
Paleontologi Mikro
Biserial test
Test yang tersusun dari 2 (dua) baris kamar yang terletak berselang-
seling .
Contoh : Textularia, Bolivia.
Triserial
Test yang terdiri dari 3 (tiga) baris kamar yang terletak berselang-seling.
Contoh : Unvigerina, Bulimina.
b. Biformed test
Dua macam susunan kamar yang sangat berdeda satu sama lainnya dalam
sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian menjadi uniserial
pada akhirnya.
Contoh : Bigerina
c. Triformed test
Dalam sebuah test terdapat 3 (tiga) buah susunan kamar, misalnya awalnya
biserial kemudian terputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial.
Contoh : Vulvulina.
d . Multiformed test
Dalam sebuah test terdapat lebih dari 3 (tiga) buah susunan kamar. Bentuk
seperti ini sangat jarang dijumpai.
III- 10
top related