bab iii metode penelitian a. metode penelitianrepository.upi.edu/9058/4/s_fis_53842_chapter3.pdf ·...
Post on 03-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
33
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-
experimental design. Metode ini digunakan untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model latihan inkuiri. Namun menurut Sugiyino (2009), pada
metode ini masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variable dependen. Oleh karena itu, hasil peningkatan prestasi
belajar (variable dependen) tersebut bukan semata – mata dipengaruhi oleh model
pembelajaran latihan inkuiri saja (variabel independen). Hal ini karena tidak
adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
B. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan dan metode penelitian, maka disain penelitian yang
digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest
Design.Sugiyono (2009), menyatakan bahwa dengan desain ini hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.
Pada desain tersebut, sampel penelitian diberikan perlakuan selama waktu
tertentu.Sebelum diberikan perlakuan sampel diberikan pretes, begitu juga setelah
diberikan perlakuan sampel diberikan postes.Hal ini bertujuan untuk mengetahui
34
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah sampel diberikan perlakuan
menggunakan model pembelajaran latihan inkuiri.Penelitian dilakukan selama
tiga kali pembelaran.
Desain penelitian One Group Pretest-Posttest Designdigambarkan pada
gambar 3.1 berikut ini:
O1X O2
Gambar 3.1.Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2009)
Keterangan:
O1 : Tes awal (pretes) sebelum sampel diberikan perlakukan
X : Perlakuan terhadap sampel yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran latihan inkuiri.
O2 : Tes akhir (postes) setelah diberikan perlakuan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI - IPA SMA
diKabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah satu kelas yang dipilih secara purposive sampling.Hal ini dilaksanakan
karena di sekolah kita tidak bisa mengambil siswa secara acak dari setiap kelas
dan mengelompokannya menjadi satu kelas. Oleh karena itu sampel dipilih satu
kelas yang paling relevan dengan tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan.Menurut Sugiyono (2009), sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam
pemilihan kelas sampel adalah:
35
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
1. Tidak ada kelas unggulan di sekolah tersebut, sehingga semua kelas
dianggap homogen.
2. Dipilih kelas XI – IPA SMA, dengan asumsi bahwa mereka sudah
dapat beradaptasi dengan model pembelajaran baru dan tidak
mengganggu program sekolah untuk menghadapi ujian nasional.
3. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas sampel tersebut diperoleh
informasi sebagai berikut:
a. Siswa pernah melakukan eksperimen sehingga dapat mendukung
terhadap model pembelajaran latihan inkuiri yang memerlukan
adanya eksperimen.
b. Dalam proses pembelajaran, ada beberapa siswa yang bertanya dan
mengemukakan pendapat walaupun terkadang dilakukan secara
beramai – ramai.
Pemilihan kelas sampel juga didasarkan pada rekomendasi guru mata
pelajaran fisika kelas XI – IPA di sekolah tersebut setelah mengetahui tujuan
penelitian ini.
D. Prosedur Penelitian
Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka dilaksanakan dengan
langkah – langkah penelitian yang terdiri dari tahap persiapan yang merupakan
kegiatan – kegiatan sebelum dimulainya penelitian, tahap perencanaan dan
penyusunan model, tahap pelaksanaan, dan yang terakhir tahap pengolahan data
dan pelaporan.
1. Tahap Persiapan
36
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:
a. Studi pustaka, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat
mengenai permasalahan yang akan dikaji.
b. Telaah kurikulum mengenai tujuan pembelajaran fisika dan pokok
bahasan yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.
c. Studi pendahuluan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah serta sarana dan prasarana
yang tersedia. Studi pendahuluan dilaksanakan melalui observasi
pelaksanaan pembelajaran di kelas dan wawancara terhadap guru mata
pelajaran fisika.
2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dan penyusunan
meliputi:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai
pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian
sesuai dengan model pembelajaran latihan inkuiri.
c. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes prestasi belajar siswa dan
format observasi sikap ilmiah.
d. Melakukan judgment (pertimbangan) instrumen untuk mengetahu
kesesuaian instrumen dengan data yang akan diukur.
e. Melakukan uji coba instrumen.
37
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
f. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas instrumen sehingga layak
untuk digunakan dalam penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Memberikan tes awal kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian
untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan.
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
latihan inkuiri pada pokok bahasan yang dijadikan materi pelajaran
dalam penelitian, yaitu gaya pegas dan sifat elastisitas bahan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan
observasi terhadap sikap ilmiah siswa dan keterlaksanaan model latihan
inkuiri dalam format observasi yang telah disediakan.
d. Memberikan tes akhir untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah
diberikan perlakuan.
e. Semua kegiatan dalam tahap pelaksanaan dilakukan dalam tiga seri
pembelajaran.
4. Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengolahan data dan pelaporan
meliputi:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest , posttest, serta
instrumen lainnya.
b. Mambahas hasil penelitian
38
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil dari pengolahan data.
d. Melaporkan hasil penelitian.
Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada gambar 3.2berikut
ini:
Gambar 3.2Alur Penelitian
39
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data.
1. Tes
Lee J. Cronbach (Azwar, 2009) mengemukakan definis tes sebagai
berikut: “... a systematic procedure for observing a person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or a category system”. Jadi,
tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengukur perilaku seseorang
dan digambarkan berdasarkan skala numerik atau sistem kategori tertentu.
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah
kognitif menurut Bloom yang terdiri atas pemahaman (C2), penerapan
(C3), dan analisis (C4).
Tipe tes yang digunakan adalah tes obyektif berbentuk pilihan
ganda. Pemilihan tipe tes ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
a. Komprehensif, karena dalam waktu tes yang singkat dapat memuat
lebih banyak aitem. Mengingat alokasi waktu yang pembelajaran
dalam satu kali pertemuan hanya 2 x 45 menit maka tes pilihan ganda
ini sangat cocok.
b. Kualitas item dapat dianalisis secara empirik.
c. Objektivitasnya tinggi.
d. Umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan.
40
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah
pembelajaran (posttest). Langkah – langkah yang dilakukan pada
pembuatan tes objektif prestasi belajar aspek kognitif adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan kompetensi dasar dan indikator berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika kelas XI –
IPA semester 1 untuk materi pokok fluida statis.
b. Membuat kisi – kisi.
c. Membuat soal berdasarkan kisi – kisi.
d. Membuat kunci jawaban.
e. Menyusun tes objektif prestasi belajar aspek kognitif.
2. Observasi
Dalam penelitian ini, observasi dilaksanakan oleh observer secara
langsung selama proses pembelajaran. Instrumen observasi dibagi menjadi
dua yaitu instrumen observasi guru dan instrumen observasi siswa.
a. Instrumen observasi guru
Instrumen observasi ini bertujuan untuk melihat
keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri oleh guru dalam
proses pembelajaran. Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar
checklist “ya” atau “tidak”. Observer memberikan checklist “ya” atau
“tidak” terhadap kesesuaian setiap tahapan model latihan inkuiri
dengan langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
41
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
b. Instrumen observasi siswa
Instrumen observasi dibagi dua, yaitu instrumen observasi
keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa dan instrumen
observasi sikap ilmiah. Instrumen observasi keterlaksanaan model
latihan inkuiri digunakan untuk melihat apakah siswa mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri atau tidak.
Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar checklist “ya” atau “tidak”.
Observer memberikan checklist “ya” atau “tidak” terhadap kesesuaian
setiap tahapan model latihan inkuiri dengan langkah – langkah
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.
Instrumen observasi sikap ilmiah bertujuan untuk melihat dan
menilai sikap ilmiah siswa yang terdiri atas sikap ingin tahu, sikap
kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang
lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau
ke depan. Format yang digunakan berupa rating scale yang dibuat
dalam bentuk cheklist.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes
a. Analisis Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
42
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
diukur.(Sugiyono, 2009). Rumus korelasi yang dapat digunakan
adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2
(Arikunto,2006)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa.
Interpretasi nilai koefisien korelasi (𝑟𝑥𝑦 ) tersebut ditampilkan
dalam tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1Tabel Interpretasi Validitas
Besarnya nilai 𝒓𝑿𝒀 Interpretasi
Antara 0,80 sampai denga 1,00 Tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Agak rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah (Tak berkorelasi)
(Arikunto,2009)
b. Analisis Tingkat Kesukaran Tes
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari
keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :
43
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
𝑇𝐾 =𝐵
𝑁𝑥 100%
Keterangan :
TK = F = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
N = Jumlah keseluruhan siswa
Hasil perhitunganindeks tingkat kesukaran diinterpretasikan
seperti pada tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat
kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0 sampai 15% Sangat sukar, sebaiknya dibuang
6 % - 30 % Sukar
31 % - 70 % Sedang
71 % - 85 % Mudah
85 % - 100 % Sangat mudah, sebaiknya dibuang
(Arikunto, 2009)
c. Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa
yang kemampuanya rendah. Rumus yang digunakan untuk
menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan
ganda yaitu :
𝐷𝑃 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
(Arikunto, 2009)
44
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
B A = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
B B = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
J A = Banyaknya peserta kelompok atas
J B = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembedaseperti pada tabel 3.3
berikut ini:
Tabel 3.3.Tabel Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 2009)
d. Analisis Reliabilitas Soal
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang
sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang
berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Instrumen
yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
45
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
(Sugiyono, 2009).Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan
dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half) :
𝑟𝑖 =2𝑟𝑏
(1 + 𝑟𝑏)
(Sugiyono, 2009)
Keterangan :
ri = reliabilitas instrumen
𝑟𝑏 = korelasiproduct moment antara belahan pertama dan kedua
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat
reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.4.Tabel Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
0,80 r 1,00 sangat tinggi
0,60 r 0,80 Tinggi
0,40 r 0,60 Cukup
0,20 r 0,40 Rendah
0,00 r 0,20 sangat rendah
(Arikunto, 2009)
2. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen tes prestasi belajar terdiri dari soal – soal yang
ditunjukan untuk mengukur prestasi belajar siswa, yaitu C2 (pemahaman),
C3 (penerapan), dan C4 (Analisis). Distribusi soal prestasi belajar yang
dirancang oleh peneliti pada setiap pembelajan dipaparkan dalam tabel
3.5berikut ini:
46
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tabel 3.5.Distribusi Soal Prestasi Belajar Pada Setiap Pembelajaran
No. Aspek Prestasi Belajar Nomor Soal Jumlah
Pembelajaran ke – 1
1. Pemahaman (C2) 1, 2, 4, 8, 9, 13 6
2. Penerapan (C3) 3, 5, 6, 7, 11, 14, 15 7
3. Analisis (C4) 10, 12, 16 3
Pembelajaran ke – 2
1. Pemahaman (C2) 3, 5, 7, 10, 11 5
2. Penerapan (C3) 4, 8, 9 3
3. Analisis (C4) 1, 2, 6, 12 4
Pembelajaran ke – 3
1. Pemahaman (C2) 2, 5, 9, 10, 11 5
2. Penerapan (C3) 1, 3, 6, 12, 13, 14 6
3. Analisis (C4) 4, 7, 8 3
Uji coba tes dilakukan agar tes yang digunakan benar-benar dapat
mengukur variabel penelitian.Sebelum digunakan, instrument tes terlebih
dahulu dilakukan uji coba terhadap siswa kelas XII di salah satu SMA di
Kabupaten Bandung Barat yang telah mempelajari topik fluida statis.
Besarnya koefisien reliabilitas instrumen tes tiap pertemuan,
dinyatakan dalam tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6.Reliabilitas Instrumen Tes
Pertemuan ri Interpretasi
I 0,53 Cukup
II 0,81 Sangat Tinggi
III 0,81 Sangat Tinggi
Dari tabel tersebut terlihat bahwa perangkat instrument
memiliki reliabilitas cukup dan sangat tinggi.Dengan demikian,
perangkat instrument tersebut memiliki keajekan yang baik.
Adapun validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal
ditampilkan dalam tabel 3.7 berikut ini:
47
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tabel 3.7.Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran
Instrumen Tes
Pertemuan No.
Soal
Validitas Daya
Pembeda
Tingkat
Kesukaran Keputusan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
I
1 0,46 Cukup 0,30 Cukup 80% Mudah Digunakan
2 0,68 Tinggi 0,44 Baik 29% Sukar Digunakan
3 0,45 Cukup 0,15 Buruk 37% Sedang Dibuang
4 0,58 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan
5 0,74 Tinggi 0,12 Buruk 89% Sangat
Mudah Dibuang
6 0,74 Tinggi 0,18 Buruk 86% Sangat
Mudah Dibuang
7 0,77 Tinggi 0,30 Cukup 80% Mudah Digunakan
8 0,68 Tinggi 0,42 Baik 57% Sedang Digunakan
9 0,50 Cukup 0,19 Buruk 63% Sedang Dibuang
10 0,80 Tinggi 0,54 Baik 51% Sedang Digunakan
11 0,68 Tinggi 0,32 Cukup 40% Sedang Digunakan
12 0,74 Tinggi 0,48 Baik 54% Sedang Digunakan
13 0,22 Rendah -0,1 Buruk 26% Sukar Dibuang
14 0,48 Cukup 0,13 Buruk 77% Mudah Dibuang
15 0,74 Tinggi 0,36 Cukup 77% Mudah Digunakan
16 0,56 Cukup 0,25 Cukup 66% Sedang Digunakan
II
1 0,72 Tinggi 0,71 Baik
Sekali 66% Sedang Digunakan
2 0,45 Cukup 0,36 Cukup 66% Sedang Digunakan
3 0,41 Cukup 0,25 Cukup 60% Sedang Dibuang
4 0,49 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan
5 0,46 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan
6 0,56 Cukup 0,48 Baik 60% Sedang Digunakan
7 0.46 Cukup 0,36 Cukup 71% Mudah Digunakan
8 0,76 Tinggi 0,56 Baik 29% Sukar Digunakan
9 0,46 Cukup 0,36 Cukup 71% Mudah Digunakan
10 0,49 Cukup 0,12 Buruk 94% Sangat
Mudah Dibuang
11 0,43 Cukup 0,48 Baik 60% Sedang Digunakan
12 0,22 Rendah 0,09 Buruk 40% Sedang Dibuang
48
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Pertemuan No.
Soal
Validitas Daya
Pembeda
Tingkat
Kesukaran Keputusan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
III
1 0,45 Cukup 0,24 Cukup 89% Sangat
Mudah Dibuang
2 0,51 Cukup 0,43 Baik 46% Sedang Digunakan
3 0,54 Cukup 0.39 Cukup 26% Sukar Digunakan
4 0,49 Cukup 0,21 Cukup 29% Sukar Digunakan
5 0,43 Cukup 0,36 Cukup 66% Sedang Digunakan
6 0,74 Tinggi 0,39 Cukup 20% Sukar Digunakan
7 0,41 Cukup 0,49 Baik 37% Sedang Digunakan
8 0,47 Cukup 0,43 Baik 40% Sedang Digunakan
9 0,53 Cukup 0,60 Baik 49% Sedang Digunakan
10 0,59 Cukup 0,27 Cukup 20% Sukar Digunakan
11 0,35 Rendah 0,21 Cukup 29% Sukar Digunakan
12 0,43 Cukup 0,37 Cukup 49% Sedang Digunakan
13 0,22 Rendah -0,1 Buruk 66% Sedang Dibuang
14 0,27 Rendah 0,10 Buruk 17% Sukar Dibuang
a. Taraf Kesukaran Butir Soal
Menurut tabel tersebut, secara keseluruhan butir soal yang
memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar sebanyak 10 butir
soal, sedang 23 butir soal, mudah 6 butir soal dan sangat mudah 4
butir soal. Berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat dikatakan pada
umumnya taraf kemudahan soal instrumen cukup baik, karena
sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang.Butir soal yang
memiliki kategori sangat mudah tidak dipakai dalam pelaksanaan
penelitian ini.
b. Daya Pembeda Soal
Dari hasil rekapitulasi pada tabel 3.7, secara keseluruhan
jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik
sekali berjumlah 1 butir soal, baik 11 butir soal, dan cukup 20 butir
soal. Namun, terdapat butir soal dengan kategori buruk dan sangat
49
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
buruk sehingga soal tersebut tidak dipakai dalam pelaksanaan
penelitian. Secara umum, soal - soal tes prestasi belajar ini dikatakan
dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
c. Validitas Tes
Validitas berkenaan dengan ketetapan perangkat instrument
terhadap konsep yang dinilai sehingga betul – betul menilai apa yang
seharusnya dinilai.Berdasarkan tabel 3.7, rata – rata validitas tes
memiliki kategori cukup.Dengan demikian, tes tersebut dapat menilai
konsep yang seharusnya dinilai.
Setelahmenganalisis hasil uji coba instrument, diperoleh distribusi
soal prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 3.8berikut:
Tabel 3.8.Distribusi Soal Prestasi Belajar yang Digunakan Dalam
Penelitian
Aspek Prestasi Belajar Banyaknya Soal
Pemahaman (C2) 12
Penerapan (C3) 9
Analisis (C3) 9
Total Soal 30
3. Analisis Data Hasil Penelitian
a. Analisis Data Hasil Tes
Data yang diperoleh dari penelitian adalah skor pretest dan
posttest dari kelas eksperimen. Pengolahan data ini akan digunakan
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam aspek
kognitif.
50
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran latihan
inkuiri terhadap peningkatan prestasi belajar siswa akan dilakukan
dengan cara menghitung gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi
merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa
dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis
diungkapkan dalam persamaan berikut:
< 𝑔 >=% 𝑆𝑓 − % 𝑆𝑖
100 − % 𝑆𝑖
(Hake:1998)
Keterangan:
<g> : gain ternormalisasi
%<Sf> : Skor posttest
%<Si> : Skor pretest
Kemudian dihitung rata – rata skor gain ternormalisasi. Setelah
itu, diinterpretasikan dalam tabel 3.9 berikut ini:
51
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tabel 3.9.Tabel Interpretasi Gain Ternormalisasi
Rata – rata Skor Gain Ternormalisasi Kriteria
0,00 < g ≤ 0,30 Rendah
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi
(Hake : 1998)
b. Analisis Data Hasil Observasi
Data observasi memuat data tentang sikap ilmiah siswa serta
data tentang keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran latihan
inkuiri.
(1) Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah siswa diukur dengan menggunakan format
observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam
rubrik penilaian sikap ilmiah siswa yang dilakukan pada setiap
pertemuan. Hasil rating scale kemudian direkapitulasi dan
dijumlahkan pada skor masing-masing siswa untuk setiap aspek sikap
ilmiah. Skor yang diperoleh siswa kemudian dihitung persentasenya
dengan menggunakan rumus:
𝑃 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑋𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎× 100%
Keterangan: p = persentase siswa
Xi= Skor sikap ilmiah siswa
52
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
(2) Keterlaksanaan Pembelajaran
Data yang memuat tentang keterlaksanaan model pembelajaran
yang diperoleh dari hasil observasi selama peneltian berlangusng,
dijabarkan dalam bentuk deskriptif dengan melihat skor
keterlaksanaan setiap fase model latihan inkuiri pada lembar
observasi.Keterlaksanaan model pembelajaran dinyatakan dalam
bentuk presentase.
𝑃 = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎
𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠× 100%
G. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah SMA Negeri di Kabupaten
Bandung Barat kelas XI IPA. Sampel penilitian sebanyak 32 orang siswa, namun
karena ada dua orang yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara
keseluruhan, maka sampel penelitian menjadi 30 orang siswa. Dua orang siswa
tersebut hanya mengikuti dua kali pembelajaran saja, maka dua orang siswa
tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian.
Penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pembelajaran, dengan maksud
untuk meminimalisir faktor – faktor luar yang dapat mempengaruhi pada hasil
penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran
fisika yang telah ditentukan oleh sekolah. Alokasi waktu untuk setiap
pembelajaran adalah 90 menit. Berikut ini jadwal penelitian yang telah
dilakukan:
Tabel 3.10.Jadwal Penelitian
53
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Pembelajaran Hari, Tanggal Waktu Materi
I Kamis, 31 Maret 2011 07.00 –
08.30
Hukum pokok
hidrostatika
II Senin, 04 April 2011 11.00 –
12.30 Hukum Pascal
III Kamis, 07 April 2011 07.00 –
08.30 Hukum Archimedes
Pada setiap pelaksanaan pembelajaran, dimulai dengan pemberian pretes
untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu, siswa diberikan perlakuan
berupa pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri. Kemudian,
pada akhir pembelajaran diberikan postes untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model latihan
inkuiri.
Metode belajar yang digunakan pada setiap pembelajaran adalah
demonstrasi dan praktikum berupa penyelidikan. Pada kegiatan pendahuluan,
siswa diberikan permasalahan yang bersifat teka – teki. Kemudian siswa
diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru yang
mengarahkan kepada permasalahan yang diberikan. Pertanyaan yang diajukan
harus pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Setelah siswa
mendapatkan informasi yang cukup, mereka membuat hipotesis. Setelah mereka
selesai membuat hipotesis, mereka melakukan eksperimen secara berkelompok
sesuai dengan prosedur eksperimen yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang telah dibagikan sebelumnya. Eksperimen ini dilakukan untuk memverifikasi
permasalahan yang diberikan melalui pengamatan secara langsung.
Setelah proses eksperimen selesai, siswa menganalisis data hasil
eksperimen dan kemudian merumuskan penjelasan. Siswa kemudian
54
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
melaksanakan diskusi kelas. Beberapa orang siswa diberikan kesempatan untuk
mengemukakan hasil temuannya dan siswa lain menanggapinya dengan
mengajukan pertanyaan atau pendapat.
Untuk mengetahui dan memantapkan penerapan model latihan inkuiri
dalam pembelajaran, siswa dan juga guru menganalisis tahapan model latihan
inkuiri yang telah dilakukan. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
memberikan saran terhadap penerapan model latihan inkuiri.
Pada akhir pembelajaran siswa diberikan penguatan materi terhadap
materi pembelajaran yang telah diberikan. Setelah itu, siswa diberikan postes
dengan isi soal dan alokasi waktu disamakan dengan pelaksanaan pretes.
Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh beberapa orang
observer yang terdiri dari mahasiswa pendidikan fisika dan guru mata pelajaran
fisika. Observer ini bertugas untuk mengamati dan menilai sikap ilmiah siswa
selama proses pembelajaran serta keterlakansaan model latihan inkuiri yang
dilakukan oleh guru dan siswa.
Jumlah observer pada pembelajaran ke-1 adalah 6 orang. Setiap
oberserver mengobservasi satu kelompok siswa yang terdiri dari 5 – 6 orang
siswa. Pada pembelajaran ke-2, jumlah observer hanya ada 4 orang sehingga ada
dua orang observer yang mengobservasi dua kelompok siswa. Pada pembelajaran
ke-3, jumlah observer adalah 6 orang sehingga setiap observer mengobservasi
satu kelompok siswa.
55
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
H. Keterlakasanaan Model Latihan Inkuiri
Untuk mengetahui keterlaksanaan model latihan inkuiri selama proses
pembelajaran dalam penelitian ini, maka dilakukan observasi terhadap tahapan
model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dan oleh siswa. (Lembar
observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa terlapir). Observasi
dilakukan oleh observer dengan mencecklist kolom “Ya” atau “Tidak”. “Ya”
berarti tahapan model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru atau siswa
teramati oleh observer sedangkan “Tidak” berarti tahapan model latihan inkuiri
tidak teramati. Sebelum lembar observasi diberikan kepada para observer,
peneliti menjelaskan deskripsi pelaksanaan kegiatan penelitian agar tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut dengan pelaksanaan
pembelajaran.
Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh guru berdasarkan
lembar observasi ditampilkan dalam Gambar 3.3 di bawah ini:
Gambar 3.3. Grafik Keterlaksanaan Model Latihan Inkuiri Oleh Siswa
Selama Penelitian
Keterangan:
Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah
Tahap II : Mengumpulkan data – verifikasi
97% 100% 100%96%
25%
100% 100% 100% 100%
75%
100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Pe
rse
nta
se
Tahapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri
Pembelajaran Ke-1 Pembelajaran Ke-2 Pembelajaran Ke-3
56
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen
Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan
Tahap V : Menganalisis proses inkuiri
Berdasarkan Gambar 3.3 tersebut terlihat bahwa pada pertemuan ke-1
keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru untuk tahap I hanya mencapai
97%, sedangkan pada tahap II dan III mencapai 100%. Namun demikian pada
saat pelaksanaan penelitian, guru (peneliti) mengalami kesulitan untuk
menerapkan tahapan awal model latihan inkuiri terutama pada tahapan ketika
siswa harus mengajukan pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau
“tidak”. Sehingga guru harus terus memberikan Pada tahap IV keterlaksanaan
model pembelajaran oleh guru hanya mencapai 96%. Pada tahap ini, guru belum
bisa membimbing secara maksimal semua siswa dalam menganalisis data hasil
percobaan.Tahap V tidak terlaksana dengan baik. Keterlaskanaan model
pembelajaran hanya mencapai 25%. Pada tahap ini seharusnya guru mengarahkan
siswa untuk menganalisis kegiatan inkuiri yang telah dilakukan, namun karena
keterbatasan waktu dan siswa baru mengenal tahapan latihan inkuiri jadi tahapan
latihan inkuiri hanya disebutkan oleh guru saja.
Pada pembelajaran ke-2 ketelaksanaan model pembelajaran tahap I, II, III,
dan IV mencapai 100% hanya pada tahap V yang mencapai 75%. Pada
pembelajaran ke-2 siswa sudah diajak untuk menganalisis pola – pola latihan
inkuiri yang telah dilakukan.Namun, karena keterbatasan waktu guru belum bisa
menanggapi saran siswa secara maksimal.
Pada pembelajaran ke-3 keterlaksanaan model pembelajaran untuk semua
tahapan dapat terlaksanan 100%.
57
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa berdasarkan
lembar observasi ditampilkan dalam Gambar3.4 di bawah ini:
Gambar 3.4.Grafik Keterlaksanaan Model Latihan InkuiriOleh Siswa
Selama Penelitian
Keterangan:
Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah
Tahap II : Mengumpulkan data – verifikasi
Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen
Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan
Tahap V : Menganalisis proses inkuiri
Pada pertemuan ke-1, keterlakasanan model pembelajaran oleh siswa
pada tahap I mencapai 83%.Pada tahap ini hampir semua siswa hanya menyimak
penjelasan dari guru, siswa sangat sulit ketika diajak berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Pada tahap II, keterlaksanaan model pembelajaran mencapai
100%. Namun demikian, siswa mengalami kesulitan dalam mengajukan
pertanyaan khususnya yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”.Sehingga
pada tahap ini banyak pertanyaan siswa yang harus diulang.Pada tahap III,
keterlaksanaan model pembelajaran mencapai 92% pada tahap ini siswa dituntut
untuk mengajukan hipotesis dan melakukan percobaan.Pada pembelajaran ke-1,
siswa masih mengalami kesulitan untuk mengajukan hipotesis.Namun, semua
siswa melaksanakan eksperimen. Pada tahap IV, keterlaksanaan model
83%
100%92% 92%
25%
100% 100% 100% 100%
25%
100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Per
sen
tase
Tahapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri
Pembelajaran Ke-1 Pembelajaran Ke-2 Pembelajaran Ke-3
58
Endar Suhendar, 2012 Penerapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di SMA Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
pembelajaran inkuiri oleh siswa mencapai 92%. Pada Tahap V, keterlaksanaan
model pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Karena keterbatasan
waktu, siswa tidak mendapat kesempatan menganalisis tahapan inkuiri dan
memberikan saran terhadap pelaksanaan tahapan latihan inkuiri.
Pada pembelajaran ke-2, keterlaksanaan model pembelajaran tahap I, II,
III, dan IV mencapai 100%. Namun pada tahap V, keterlaksanaan model
pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Siswa sudah berusaha untuk
menganalisis pola – pola latihan inkuiri, namun karena katerbatasan waktu siswa
tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan saran – saran terhadap
pelaksanaan model latihan inkuiri untuk pertemuan berikutnya.
Pada pembelajaran ke-3, keterlaksanaan model pembelajaran latihan
inkuiri untuk semua tahap mencapai 100%.Siswa sudah terbiasa dengan model
semua tahapan model pembelajaran.Selain itu, didukung dengan alat – alat
eksperimen yang bekerja dengan baik dan penggunaannya yang sudah dikenal
oleh siswa sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang sudah
direncanakan.
Rekapitulasi keterlaksanaan model secara keseluruhan untuk setiap
pembelajaran ditampilkan dalam Gambar 3.5 sebagai berikut:
89%81%
97% 91%100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Oleh Guru Oleh Siswa
Pe
rse
nta
se
Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Pembelajaran Ke-1 Pembelajaran Ke-2 Pembelajaran Ke-3
Gambar 3.5. Grafik Rekapitulasi keterlaksanaan model
secara keseluruhan untuk setiap pembelajaran
top related