bab iii - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10051/3/t1_852011008_bab... ·...
Post on 14-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
12
BAB III
ANALISIS KOMPOSISI
Komposisi “ The Story of Heroes ” sebuah Komposisi Musik Untuk
Iringan Musik Game yang terdiri dari delapan komposisi dari game yang
berjudul “Heroes of Kertorahayu”. Dalam komposisi ini, terdapat beberapa
unsur tradisional musik daerah Indonesia seperti Jawa Timur (Kertorahayu),
Jawa Tengah, Bali, Papua, Sumatera Utara dan Riau, dengan tidak
meninggalkan unsur-unsur karakter musik seperti pola iringan dan Frase dari
daerah masing-masing. Komposisi musik The Story of Heroes menggunakan
format chamber dan instrumen musik yang digunakan adalah instrumen
musik modern. Selain stage yang ada Indonesia, terdapat juga stage satu yang
bernuansa padang gurun (desert) dan satu nuansa kegelapan dan mistik yang
disebut Portal of Death.
Dalam game Heroes of Kertorahayu kisah perjuangan para heroes di
mulai dari sebuah kisah tentang seorang pemuda yang ada di sebuah desa di
Malang bernama desa Kertorahayu. Pemuda ini bernama Julien Lablanc yang
berketurunan Prancis Indonesia. Ayahnya berkebangsaan Prancis, yang sudah
lama tinggal di Indonesia dan Ibunya sendiri berkebangsaan Indonesia
(Malang). Dalam kisahnya Julien Lablanc berjuang untuk menjaga desanya
dari gangguan penguasa-penguasa yang mencoba mengganggu ketenangan di
desa Kertorahayu. Selain di desa Kertorahayu, perjuangan para heroes juga
bermunculan di daerah lain, pada tujuh stage (tempat/lokasi) yang ada, dalam
game Heroes of Kertorahyu. Bentuk yang digunakan dalam komposisi ini
adalah one part song form, dengan menggunakan satu motif yang divariasi.
13
A. East Java (Kertorahayu)
Komposisi musik East Java terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan
A’ dengan format chamber, yang menceritakan tentang suasana yang tenang
di desa Kertorahayu dalam game “Heroes of Kertorahayu”, dan dimainkan
pada tonalitas A mayor dengan menggunakan tangga nada pentatonik jawa
(pelog).1 Karakter tonalitas A mayor yang tenang, dan semangat yang muda2
yang menggambarkan suasana musik East Java dalam game “Heroes of
Kertorahayu”
Tabel 3.1Struktur Komposisi East Java
1 Persichettti, Vincent, “Twentieth Century Harmony Creative Aspects and Practice”,
(London,1961),50.
2 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm//Rita Steblin/
Bagian Birama Keterangan
A 1-4 Anteseden
5-8 Konsekuen
9-12 Anteseden
A’ 13-16 Anteseden
17-20 Konsekuen
21-24 Anteseden
25-28 Konsekuen
29-32 Anteseden
14
I . Bagian A
Pada bagian pertama, terdapat motif pada flute pada birama 1-4
(gambar 3.1). Dengan pola iringan pada piano, vibraphone, dan
kendang/konga, yang bernuansa musik gamelan Jawa Timur dengan ritmis
dan tempo yang statis, dengan progresi Aaakord I - I – I64 - I
64.
Gambar 3.1 Frase Anteseden birama 1-4
Gambar 3.2 Frase konsekuen birama 5-8
Pada birama 5-8 terdapat frase konsekuen, sebagai repetisi motif yang
dimainkan oleh klarinet (Gambar 3.2), dengan pola iringan kontrari disertai
dengan frase pentatonik (pelog) yang dimainkan oleh piano dan vibraphone
sebagai pengganti nuansa instrumen gamelan pada birama yang sama
(Gambar 3.3).
Gambar 3.3 Pola iringan pada piano dan vibraphone birama 5-8
15
Gambar 3.4 Frase Anteseden pada birama 9-12
Pada birama 9-12 terdapat frase anteseden yang dimainkan pada violin 1
(Gambar 3.4). Pada birama 11-12 terdapat suspensi aaakord (penyelesaian);
sebagai pengganti aaakord IV dengan sisipan nada fa(empat); yang
dimaikan oleh violin dan flute, sebagai tanda akhir frase pada bagian
A.(Gambar 3.5)
Gambar 3.5 Akord suspensi pada flute pada birama 11-12
II. Bagian A’
Pada bagian A’ dimulai pada birama 13, terdapat variasi pola iringan
yang menggambarkan ketenangan, dengan teknik pizzicato yang lebih
perkusif pada seksi strings.3 Dengan progresi Aaakord I – VI64 – I - VI6
4.
Dengan Frase utama pada pada klarinet.
Gambar 3.6 Pola iringan pada seksi strings birama 13-14
3 http://lunanova.org/CelloET/pizzicato.html
16
Gambar 3.7 Pola iringan pada seksi strings birama 15-16
Gambar 3.8 Frase anteseden birama 13-16
Pada birama 13-16 terdapat frase Anteseden yang dimainkan oleh klarinet
sebagai tema utama.
Gambar 3.9 Frase konsekuen birama 17-20
Pada birama 17-20 terdapat frase konsekuen sebagai imitasi motif yang
dimainkan oleh flute.(Gambar 3.9) Kemuadian motif di imitasi lagi pada
vibraphone sebagai frase Anteseden pada birama 21-24.
Gambar 3.10 Frase anteseden birama 21-24
17
Gambar 3.11 Frase konsekuen birama 25-28
Pada birama 25-28 terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh viola
sebagai motif yang diimitasi. Kemudian diimitasi lagi oleh vibraphone pada
birama 29-32 (frase anteseden) sebagai tanda berakhirnya bagian dua/A’
dengan ditandai oleh kadens plagal pada birama 28-29.
18
B. Devata Island
Komposisi musik Devata Island terdiri dari empat bagian, yaitu bagian
A,B,C dan A’, dengan format chamber dengan karakter musik gamelan Bali.
Dimainkan pada kunci (tonalitas) A Mayor, dengan tangga nada pentatonik
(selendro)4 dan teknik iringan gamelan Bali yang di sebut gangsa jongkok.5
Yang menceritakan tentang nuansa pulau Bali yang sangat indah, dalam game
“Heroes of Kertorahayu”. Selain itu komposisi musik Devata Island
menceritakan tentang seorang tokoh heroes yang bernama Kadek Sintia.
Dia adalah seorang penari Bali yang sangat cantik dan lincah, yang
sedang menghadapi persoalan reklamasi suatu pulau di Bali. Kadek Sintia
tidak tega melihat keindahan pulau Bali yang terus dirusak oleh para
penguasa-penguasa, dengan pembangunan-pembangunan yang semakin
merajalela dan akibatnya dapat merusak keindahan alam. Dengan demikian ia
bertekat untuk tetap melindungi pulau Bali dengan kemampuannya dengan
ikut bergabung bersama Julien Lablanc dan heroes lainnya untuk melawan
kejahatan di daerah masing-masing.
Tabel 3.2 Stuktur Komposisi Devata Island
4 Persichettti, Vincent, “Twentieth Century Harmony Creative Aspects and Practice”,
(London, 1961), 50. 5 https://tatabuhan.wordpress.com/2011/12/03/teknik-dasar-permainan-alat-musik-karawitan-gamelanBali/
Bagian Birama Keterangan
A
Birama 1-13
1-4 Introduksi
5-7 Anteseden
7-10 Konsekuen
11-13 Anteseden
19
I.Bagian A
Pada bagian pertama birama 1-4 terdapat introduksi yang dimainkan
dengan pola iringan pada konga/kendang dengan iringan gamelan Bali
yang dimainkan oleh marimba dan ritmis yang lincah yang dimainkan
pada splash cymbal dan kendang. Yang menggambarkan kelincahan
penari Bali (Kadek Sintia), dengan gerak yang gesit dan lincah, dengan
progresi aakord I – vi6 – I6 – V - I – vi6 – I6 – V.
Gambar 3.12 Introduksi dan pola iringan birama 1-2
Gambar 3.13 Pola iringan birama 1-2
B
Birama 15-19
15-16 Anteseden
16-17 Konsekuen
17-18 Anteseden
18-19 Konsekuen
Bridge 19-21 Bridge
C
Birama 21-24
21-23 Anteseden
23-25 Kosekuen
A’
Birama 25-28
25-28 Anteseden
20
Pada bagian introduksi birama 1-4 marimba menggantikan nuansa
instrumen gamelan Bali, dengan karakter ritmis seperenambelasan yang lincah
dan cepat. Pada seksi perkusi splash cymbal menggantikan nuansa intrumen
ceng-ceng pada gamelan Bali, dengan karakter pola polaritmis
sinkopasi.(Gambar 3.13)
Gambar 3.14 Frase anteseden birama 5-7
Pada birama 5-7 terdapat frase anteseden sebgai motif yang
dimainkan oleh flute.
Gambar 3.15 frase konsekuen birama 7-8 pada viola
Gambar 3.16 frase anteseden birama 9-10 pada viola
Gambar 3.17 frase anteseden birama 11-13
Pada birama 11-13 terdapat imitasi motif yang diamainkan oleh violin
satu (Gambar 3.17). Frase ini ditutup dengan kadens otentik pada birama 13,
dengan progersi aakord VI64 – V – I sebagai tanda akhir bagian pertama.
II. Bagian B
Pada bagian kedua (A’) birama 15-18 terdapat tema kedua yang
menggambarkan keindahan tarian Bali yang sangat lincah dan lembut, yang
dimainkan oleh strings dengan teknik pizzicato yang lebih perkusif dengan
21
pola iringan pada marimba. Selain itu juga menggambarkan keindahan pulau
Bali dengan suasana alam yang tenang yang digambarkan oleh marimba.6
Gambar 3.18 Frase Anteseden birama 15-16
Gambar 3.19 Frase konsekuen birama 16-17
Pada birama 16-17 terdapat repetisi motif yang dimainkan oleh viola
(Gambar 3.19) yang sebagai frase konsekuen. Kemudian dilanjutkan dengan
imitasi motif pada birama 17-18 yang dimaikan oleh violin 2. (Gambar 3.20)
Gambar 3.20 Frase Anteseden birama 17-18
Kemudian terdapat repetisi motif pada birama 18-19, sebagai frase konsekuen
yang dimainkan oleh cello (Gambar 3.21), dan terdapat kadens otentik pada
birama 18, sebagai akhir frase konsekuen.
Gambar 3.21 Frase konsekuen 18-19
Gambar 3.22 Frase anteseden 19-21
6 http://www.vsl.co.at/en/Marimba/Sound_Characteristics
22
Pada birama 19-21 (Gambar 3.22) terdapat bridge sekaligus motif
tema 1 sebagai frase anteseden yang dimainkan pada oleh flute. Sebagai
pengantar (kadens otentik) perpindahan tonalitas dari dari mayor ke minor;
dengan progresi aakord I – VI – I6 – V – i, pada birama 19-20.
III. Bagian C
Pada bagian ini terdapat tema ketiga dan perubahan tonalitas, dari
mayor ke minor yang menggambarkan kesedihan7 Kadek Sintia karena
adanya reklamasi sebuah teluk di tempat asalnya (Bali), dengan pola iringan
pada marimba.
Gambar 3.23 frase anteseden birama 21-23
Pada gamabar diatas (Gambar 3.23), birama 21-23 terdapat motif pada cello
sebagai frase anteseden. Kemudian motif diimitasi oleh viola pada birama 23-
24 sebagai frase konsekuen, dengan progresi aakord i - vi – i pada birama 21-
24.
IV. Bagian A’
Pada bagian A’ birama 25-28, terdapat tema pertama sebagai motif dan frase
anteseden ;yang dimainkan oleh klarinet (Gambar 3.24) sebagai tanda akhir
frase anteseden, dengan progresi aakord i – vi - V – i.
Gambar 3.24 Frase anteseden birama 25-27
7 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm//Rita Steblin/
23
C. Toba Lake
Komposisi Toba Lake menceritakan tentang kisah seorang heroes,
yang berasal dari Sumatera Utara bernama Togar Rajaguguk. Dalam game
Heroes of Kertorahayu, Togar Rajaguguk adalah seorang pengacara, dengan
karakter yang tegas. Dalam perjalanannya melawan kejahatan, ia memutuskan
untuk bergabung bersama Julien, Kadek, dan heroes lainnya untuk melawan
kejahatan di negeri ini. Dalam komposisi musik Toba Lake, penulis
menghadirkan nuansa musik/gondang batak, dengan karakter musik gondang
uning-uningan. Uning – uningan adalah salah satu jenis musik untuk
mengiringi prosesi ritual adat batak, seperti pengucapan syukur dan acara-
acara lainnya yang masih digunakan sampai sekarang.
Selain itu jenis intrumen yang digunakan dalam gondang/jenis musik
ini seperti seruling, asapi, garantang, dan tagading.8 Dan terdapat sentuhan
frase yang banyak dimainkan oleh flute seperti musik/gondang batak pada
umumnya dengan menggunakan tangga nada pentatonic mayor (do-re-mi-fa-
dan sol) dan ritmis seperembelasan dan sinkopasi, yang pada umumnya
digunakan dalam musik/gondang batak. Komposisi musik Toba Lake
dimainkan pada tangga nada G mayor dengan format chamber, yang terdiri
dari tiga bagian A, A’dan A’’.
Tabel 3.3 Struktur Komposisi Toba Lake
8 http://batak.blogspot.co.id/2010/09/batak-adat-batak-uning-uningan.html
Bagian Birama Keterangan
A
Birama 1-12
1-4 Introduksi
5-6 Anteseden
6-8 Konsekuen
9-10 Anteseden
24
I. Bagian A ( Birama 1-12)
Pada bagian pertama birama 1-4 terdapat introduksi yang
menggambarkan nuansa musik Batak dengan ritmis seperenambelasan yang
dimainkan oleh woodblock dan roto-toms sebagai pengganti nuansa instrumen
tagading (Gambar 3.25). Frase pada flute menggantikan nuansa seruling batak
dengan ritmis dan frase yang cepat dan lincah.
Gambar 3.25 Introduksi birama 1-3
Gambar 3.26 Introduksi dan pola iringan birama 1-3 Pola iringan
menggantikan nuansa ritmis tagading dalam musik/gondang/ uning-uningan
10-12 Konsekuen
A’
Birama 13-22
A’’
Birama 23-30
13-14 Anteseden
15-16 Konsekuen
17-18 Bridge
19-20 Anteseden
21-22
23-24
Konsekuen
Anteseden
25-26 Konsekuen
27-30 Bridge/Ending
25
Gambar 3.27. Frase anteseden birama 5-6
Gambar 3.28 Frase birama 6-8
Gambar 3.29 Frase anteseden birama 9-10
Pada birama 5-6 terdapat motif pada flute (Gambar 3.27) sebagai frase
anteseden, yang direpetisi pada birama 6-8 sebagai frase konsekuen (Gambar
3.28) yang juga dimaikan oleh flute. Dengan progresi akord I – V7 – V7 – I
dan pola iringan pizzicato pada seksi strings yang menggantikan nuansa
intrumen asapai dalam gondang batak.
Gambar 3.30 Frase konsekuen birama 10-12
Pada birama 9-10 (Gambar 3.29) terdapat imitasi motif yang juga dimainkan
oleh flute sebagai frase konsekuen pada interval yang berbeda. Kemudian
pada birama 10-12 terdapat repetisi motif sebagai frase konsekuen yang tetap
dimainkan oleh flute sebagai frase utama (Gambar 3.30). Dengan
menggunakan pola iringan yang sama pada frase sebelumnya pada birama 5-
8.
26
II. Bagian A’ (Birama 13-22)
Pada bagian A’(birama 13-22) motif utama pada flute, dan terdapat
pola iringan pada timpani, trompet, dan trombone yang menggambarkan
tentang karakter yang tegas dari heroes Togar Rajaguguk yang digambarkan
dengan aksen stacatto yang tegas. Dengan progresi akord I – V6 – vi – V/ VI64
– I6 – IV – V/ I – V6 – vi – V / IV – V6 - I (Birama 13-16) dan kadens otentik
pada birama 16 sebagai tanda akhir frase konsekuen.
Gambar 3.31 Frase anteseden birama 13-14
Gambar 3.32 Frase konsekuen birama 15-16
Pada birama 13-14 terdapat motif utama yang dimainkan oleh flute (Gambar
3.31) sebagai frase anteseden. Kemudian motif utama yang direpetisi pada
birama 15-16 yang juga dimainkan oleh flute, sebagai frase konsekuen
(Gambar 3.32).
III. Bagian A’’ (Birama 23-30)
Pada bagian A’’ motif utama kembali muncul pada birama 23-26 yang
dimainkan pada flute dan klarinet sebagai frase anteseden dan konsekuen.
(Gambar 3.33 dan 3.34)
27
Gambar 3.33 Frase anteseden birama 23-24 pada flute dan klarinet
Gambar 3.34 Frase konsekuen birama 24-26 pada flute dan klarinet
Pada akhir frase konsekuen (Gambar 3.34) yang dimainkan oleh flute
dan klarinet terdapat kadens pada birama 25 dengan progresi akord I – V7 –
V7 – I pada birama 23-26. Pada birama 27-30 terdapat bridge yang dimaikan
oleh perkusi dan double bass sebagai tanda berakhirnya komposisi.
28
D. Forest of Riau
Komposisi Forest of Riau menceritakan tentang seorang kisah seorang
gadis asli Riau yang bernama Bening Anisa. Bening Anisa adalah salah satu
heroes yang ada dalam game Heroes of Kertorahayu dengan karakter heroes
yang menggunakan kostum jilbab. Dalam kisahnya Bening Anisa berjuang
melawan musuh-musuhnya dari kalangan penguasa yang melakukan
pembakaran hutan di Riau Bening Anisa tidak tega melihat kerusakan hutan
yang terus-menerus dilakukan oleh para penguasa-penguasa hingga banyak
mengakibatkan kerugian bagi masyarakat di Riau. Dalam misinya, Bening
Anisa memutuskan untuk ikut bersama dengan Julien dan heroes lainnya
untuk membasmi kejahatan di negeri ini.
Komposisi Forest of Riau juga menceritakan tentang suasana kota
Riau, dalam game Heroes of Kertorahayu. Penulis menghadirkan karakter
musik Riau yang pada umumnya menggunakan tangga nada minor harmonis,
karena musik Riau sendiri banyak terpengaruh dari budaya Timur Tengah.9
Komposisi musik Forest of Riau juga menggambarkan nuansa musik melayu
Riau dengan menghadirkan instrumen rebana dan accordion yang seringkali
digunakan dalam musik melayu Riau.
Komposisi musik Forest of Riau terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
A dan A’, yang dimainkan pada tonalitas D minor. Dalam komposisi ini
penulis menggunakan format chamber dengan tambahan instrumen rebana
dan accordion, dan beberapa bagian permainan solo seperti solo violin,
gitar/lute, dan cello. Untuk memperkaya karakter musik Riau dalam
komposisi musik Forest of Riau.
9 http://wirawandwilazuardy.blogspot.co.id/2010/11/Riau.html
29
Tabel 3.4 Struktur Komposisi “Forest of Riau”
I. Bagian A
Pada bagian pertama/A, terdapat itroduksi pada birama 1-2 yang
dimainkan oleh rebana, yang menggambarkan ritmis tarian zapin riua.
Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan
kaki cepat mengikuti rentak pukulan, seperti ritmis yang dimainkan oleh
rebana/konga(Gambar3.35).
Zapin merupakankhazanah tarian rumpun melayu yang mendapat pengaruh
dari budaya Arab.10
10 https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Zapin
Bagian Birama Keterangan
A
Birama 1-16
1-2 Introduksi
3-4 Anteseden
5-6 Konsekuen
7-8 Anteseden
9-10 Konsekuen
11-12 Anteseden
13-16 Bridge
A’
Birama 17-29
17-18 Anteseden
18-21 Konsekuen
22-23 Anteseden
24-25 Konsekuen
26-28 Anteseden
30
Gambar 3.35 Introduksi birama 1-2
Gambar 3.36 Introduksi birama 1-2
Gambar 3.37 Frase anteseden birama 3-4
Pada birama 3-4 terdapat motif yang dimainkan oleh accordion,
sebagai frase anteseden yang menggambarkan nuansa musik Riau/melayu yang
banyak menggunakan instrumen accordion, baik sebagai pengiring maupun
frase utama. 11 Kemudian motif di imitas oleh lute/gitar sebagai pengganti
nuansa intrumen gambus, pada birama 5-6 sebagai frase konsekuen (Gambar
3.38).
11 http://alatmusiktradisional.com/alat-musik-tradisional-Riau.html
31
Gambar 3.38 Frase konsekuen birama 5-6
Pola iringan double bass dan cello dengan teknik pizzicato pada birama 5-6
menambah nuansa iringan yang lebih perkusif12 dan lebih kompleks.
Gambar 3.39 Pola iringan birama 5-6 pada cello
Pada birama 7-8 terdapat repetisi motif/frase unison yang dimainkan oleh
lute/gitar dan accordion (Gambar 3.40 dan 3.41), sebagai frase anteseden.
Gambar 3.40 Frase anteseden birama 7-8 pada lute/gitar
Gambar 3.41 Frase anteseden birama 7-8 pada accordion
Gambar 3.42 Frase konsekuen birama 9-10
Pada birama 9-10 (Gambar 3.42) terdapat repetisi motif yang
dimainkan oleh violin solo, sebagai frase konsekuen dan menggambarkan
nuansa musik Riau yang seringkali menggunakan intrumen biola sebagai frase
12 http://lunanova.org/CelloET/pizzicato.html
32
utama.13 Pada birama 11-12 repetisi motif yang dimainkan oleh lute, gitar,
violin 1,2, dan viola dengan bentuk frase kontrari. Dengan progresi kord i - vi
– iv – V7 – i yang membentuk kadens otentik pada birama 12.
Pada biram 13-16 terdapat bridge dengan progresi kord Dm – Gm9/D –
Bdim/D – Gm9/D yang dimainkan oleh seksi strings. Kemudian pada birama
17-18 (Gambar 3.40) terdapat motif sebagai frase anteseden yang dimainkan
oleh cello (solo).
Gambar 3.43 Frase anteseden birama 17-18
Gambar 3.44 Frase konsekuen birama 18 – 21
Pada birama 18-21 terdapat frase konsekuen yang juga dimainkan oleh cello
(solo), dengan pola iringan, dengan progresi kord Dm – Gm9/D – Bdim/D –
Gm9/D yang dimainkan oleh seksi strings. Kemudian pada birama 21 tedapat
kadens i –V – i, sebagai tanda akhir frase konsekuen, pada birama 18-21.
13 https://www.academia.edu/8261709/Nama-nama_Alat_Musik_Tradisional_Riau
33
II. Bagian A’
Pada bagian kedua (A’) birama 22-23 terdapat motif yang dimainkan
oleh accordion dan violin 1 (Gambar 3.45 dan 3.46), sebagai frase anteseden.
Gambar 3.45 Frase anteseden birama 22-23
Gambar 3.46 Frase anteseden birama 22-23
Kemudian pada birama 24-25 tedapat repetisi motif yang dimainkan oleh
akordion dan violin 1 (Gambar 3.47), sebagai frase konsekuen dengan variasi
pola iringan pada rebana mengikuti pola ritmis frase/motif. (Gambar 3.48)
Gambar 3.47 Frase konsekuen birama 24-25
Gambar 3.48 Variasi pola iringan birama 24-25
34
Gambar 3.49 Frase anteseden birama 26-28
Pada birama 26 – 28 terdapat dua motif/tema yang dimainkan oleh accordion
(Gambar 3.49), lute/gitar, violin, dan viola secara unison. Sebagai tanda akhir
frase anteseden, yang ditandai dengan kadens pada birama 27, dengan
progresi kord iv – V – i.
Gambar 3.50 Frase konsekuen birama 26-28 pada violin
35
E. Portal of Death
Portal of Death adalah salah satu stage yang bernuansa mistik dan
misterius, dalam game Heroes of Kertorahayu. Pada stage ini semua heroes
dalam game Heroes of Kertorahayu akan dimasukkan ke dalam stage untuk
melawan musuh dalam stage ini. Selain itu, dalam komposisi Portal of Death,
penulis menghadirkan nuansa darkness (kegelapan), yang dimainkan pada
tonalitas C minor dengan karakter tonalitas yang kelam,14 dengan format
chamber, yang terdiri dari satu bagian.
Tabel 3.5 Struktur komposisi Portal of Death
14 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm
Bagian Birama Keterangan
A
Birama 1-26
1-2 Anteseden
3-4 Konsekuen
5-6 Anteseden
7-9 Konsekuen
10-11 Anteseden
12-13 Konsekuen
14 Bridge
15-16 Anteseden
17-20 Konsekuen
21-22 Anteseden
23-25 Konsekuen
36
I. Bagian A
Dalam komposisi Portal of Death, terdapat banyak lompatan-lompatan
frase atau interval augmented 4th sebagai frase utama. Interval tersebut sangat
identik dengan nuansa horor dan mistik dan interval augmented 4th, beberapa
sumber terkadang menyebut interval ini sebagai interval setan.15 Pada birama
1-2 (Gambar 3.51) terdapat motif yang dimainkan oleh celesta sebagai frase
anteseden, yang menggunakan interval frase augmented 4th, sebagai tema
pembuka yang menggambarkan nuansa horor dan mistik dalam komposisi
Portal of Death.
Gambar 3.51 Frase anteseden birama 1-2
Gambar 3.52 Pola iringan piano birama 1-2
Pola iringan pada piano (Gambar 3.52) menggambarkan nuansa mistik
dengan bunyi suara bawah/low voices (lefthand) pada piano menggantikan
suara lonceng besar. Terkadang lonceng/bell memberi nuansa atau suasana
horor dalam sebuah film atau video horor. Seperti yang ada di dalam gedung
tua, bangunan bersejarah dan lain-lain16.
15 http://www.theguardian.com/notesandqueries/query/0,,-1767,00.html 16 http://www.halloween-sounds.com/
37
Pada birama 3-4 terdapat repetisi motif (Gambar 3.53) yang dimainkan
oleh piano, sebagai frase konsekuen. Dan terdapat progresi kord yang
menggunakan interval augmented 4 pada pola iringan pada piano (lefthand),
dengan progresi kord Cm – Cdim – Cm.
Gambar 3.53 Frase konsekuen birama 3-4
Pada birama 5-6 terdapt imitasi motif yang dimainkan oleh violin 1, sebagai
frase anteseden (Gambar 3.54). Kemudian dilanjutkan dengan repetisi motif
birama 7-9 (Gambar 3.55) yang dimaikan oleh celesta dan violin 1 (unison),
sebagai frase konsekuen.
Gambar 3.54 Frase anteseden birama 5-6
Gambar 3.55 Frase konsekuen birama 7-9 pada celesta
38
Gambar 3.56 Frase anteseden birama 10-11
Pada birama 10-11 terdapat repetisi motif (Gambar 3.56) yang
dimainkan oleh piano, dengan karakter suara rendah. Menggambarkan
suasana tegang dan mistik, sebagai frase anteseden.
Gambar 3.57 Pola iringan birama 10-11 pada violin 1
Pada pola iringan diatas (Gambar 3.57), violin 1 memberikan aksen iringan
yang lebih dramatis dengan memainkan 2 nada secara bersamaan, atau yang
seringkali disebut sdouble stop. Dengan jarak interval augmented 4th, yang
juga menggambarkan nuansa ketegangan dan mistik dalam komposisi ini.
Gambar 3.58 Frase konsekuen birama 12-13
Terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh cello, sebagai akhir bagian A
dan terdapat repetisi motif yang dimainkan oleh triangle pada birama 12-13
(Gambar 3.58) dengan nuansa suara besi/metal yang menggambarkan suasana
tegang dan horor17
17 http://filmsound.org/articles/horrorsound/horrorsound.htm
39
Gambar 3.59 Pola iringan birama 12-13 pada triangle
Kemudian pada birama 15-16 terdapat motif yang dimainkan oleh
piano,celesta dan violin 1, yang dimainkan secara bergantian dengan variasi
ritmis seperdelapanan, yang menggunakan frase dari unsur kord Ddim.
Gambar 3.60 Frase anteseden birama 15 pada piano
Gambar 3.61 Frase anteseden birama 16 pada celesta
Gambar 3.62 Frase anteseden birama 16 pada violin 1
Pada birama 17-20 terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh piano dan
celesta, sebagai akhir frase konsekuen dengan progesi kord Ddim (ii) – G (V)
– Cm (i), yang membentuk kadens otentik pada birama 19.
Gambar 3.63 Frase konsekuen birama 17 pada piano (lefthand)
40
Gambar 3.64 Frase konsekuen birama 18-20 pada celesta.
Pada bagian terakhir frase anteseden dan konsekuen (birama 21-25)
terdapat variasi pola iringan pada piano,yang memberikan nuansa yang
semakin mencekam. Sebagai tanda berkhirnya komposisi Portal of Death,
dengan progresi kord Cm - Cm/Eb – Cm – Cm – G – Cm pada birama 21-25.
Gambar 3.65 Frase anteseden birama 21-22 pada celesta
Gambar 3.66 Variasi pola iringan birama 21-22 pada piano
Gambar 3.67 Frase konsekuen birama 23-25 pada violin 1 (akhir komposisi)
41
F. Tazmanian Desert
Komposisi musik Tazmanian Desert dalam game Heroes of
Kertorahayu, menceritakan tentang suasana stage di padang gurun Australia
(zavana) di Tazmania. Dengan suasana stage yang panas, yang tidak memiliki
penghuni. Selain itu komposisi musik Tazmanian Desert, juga menceritakan
tentang kisah seorang heroes yang bernama Emely Grace.
Emely Grace menjalankan misinya untuk melawan musuh-musuhnya
dan sebagai penunggu stage Tazmanian Desert, dalam game Heroes of
Kertorahayu. Dimaikan pada tonalitas D mayor , yang memiliki karakter
tonalitas yang bernuansa perjuangan yang penuh dengan pengharapan.18
Komposisi ini terdiri dari 1 bagian, dengan menggunakan format chamber.
Tabel 3.6 Struktur Komposisi Tazmanian Desert
18 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm
Bagian Birama Keterangan
A
Birama 1-27
1 Introduksi
2-4 Anteseden
5-7 Konsekuen
8-9 Bridge
10-12 Anteseden
13-15 Konsekuen
14-17 Anteseden
18-21 Konsekuen
22-27 Bridge
42
I. Bagian A
Pada birama 1 terdapat introduksi yang dimainkan oleh shaker, dan
pada birama selanjutnya, birama 2-4 terdapat motif utama, yang dimainkan
oleh cello (solo) sebagai frase anteseden (Gambar 3.68).
Gambar 3.68 Frase anteseden birama 2-4
Untuk pola iringan, terdapat beberpa intrumen yang identik dengan instrumen
dan karakter suara dan musik di padang gurun. Seperti pada contoh di bawah
ini.
Gambar 3.69 Pola iringan birama 2 pada konga.
- Pola iringan pada konga (Gambar 3.69) menggantikan nuansa serta pola
ritmis intrumen jimbe, yang sering digunakan pada musik-musik daerah di
Australia.
Gambar 3.70 Pola iringan birama 2 pada banjo
- Intrumen banjo seringkali digunakan dan identik dengan instrumen musik
para cowboy untuk hiburan pada saat menjaga ternak dan sebagai hiburan
dalam perjalanan panjang.19 Dalam komposisi Tazamanian Desert
intrumen banjo memberikan warna suara intrumen untuk musik yang
bernuansa padang gurun/zavana.
19 http://thegoldrushbanjo.com/about-2-2/
43
Gambar 3.71 Frase konsekuen birama 5-7
Pada birama 5-7 terdapat repetisi motif (Gambar 3.71) yang dimainkan
oleh klarinet sebagai frase konsekuen. Pada frase ini karakter dan register
suara klarinet yang sedikit low, menggambarkan suasana panas20 dalam
komposisi Tazmanian Desert. Pada birama 2-7 terdapat progresi kord yang
dimulai dengan akord relativ minor dari D mayor ;dengan progresi kord vi –
I64 – II – IV – V – VI dan dilanjutkan dengan bridge yang terdpat pada birama
8-9. Terdapat kadens otentik pada birama 9 dengan porgresi kord VI – V – vi
(i).
Gambar 3.72 Frase anteseden 14-15 pada klarinet
Gambar 3.73 Frase konsekuen birama 18-20
Pada birama 18-20 terdapat repetisi motif (Gambar 3.73) yang dimainkan oleh
banjo sebagai frase konsekuen. Kemudian dilanjutkan dengan bridge pada
birama 22-27, sebagai tanda berkhirnya komposisi dengan progresi kord vi –
I64 – IV – V – VI, dengan menggunakan Landini kadens pada birama 26-27.
20 https://vsl.co.at/en/Klarinet_in_Bb/Sound_Characteristics
44
G. City of Magelang
Komposisi musik City of Magelang, bercerita tentang kisah seorang
heroes yang bernama Sri Ayudiari dengan kempuan memanah yang sangat
luar biasa. Karkater heroes Sri Ayudiari yang tenang dan baik hati tergambar
dalam komposisi musik City of Magelang. Selain bercerita tentang Sri
Ayudiari, komposisi musik City of Magelang juga menceritakan tentang
suasana kota yang tenang, dalam game Heroes of Kertorahayu. Komposisi
musik City of Magelang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian A dan A’.
Dimainkan pada tonalitas/kunci C mayor dan D mayor, dengan menggunakan
tangga nada pentatonik (pelog) yang dikemas nuansa musik gamelan Jawa
Tengah.
Tabel 3.7 Struktur Komposisi City of Magelang
Bagian Birama Keterangan
A
1-2 Introduksi
3-4 Anteseden
5-6 Konsekuen
7-8 Anteseden
9-10 Konsekuen
11-14 Bridge
A’
15-16 Anteseden
17-18 Konsekuen
19-20 Anteseden
21-22 Konsekuen
22-23 Anteseden
23-26 Bridge
45
1. Bagian A
Pada birama 1-2 terdapat introduksi (Gambar 3.74) dengan pola iringan pada piano, yang menggambarkan nuansa musik gamelan kusus seksi ritem pada musik gamelan.
Gambar 3.74 Introduksi dan pola iringan pada birama 1-2
Pada birama 3-4 terdapat motif (Gambar 3.75) yang dimainkan oleh cello,
sebagai frase anteseden. Karakter cello pada frase ini menggambarkan
ketenangan21 pada tokoh heroes Sri Ayudiari. Dan menggambarkan
ketenangan kota Magelang dalam cerita game Heroes of Kertorahayu.
Gambar 3.75 Frase anteseden birama 3-4 Kemudian dilanjutkan dengan repetisi motif (Gambar 3.76) pada birama 5-6
yang dimainkan oleh viola.
Gambar 3.76 Frase konsekuen birama 5-6
Pada birama 7-8 terdapat imitasi motif (Gambar 3.77) yang dimainkan oleh
klarinet sebagai meldi anteseden.
Gambar 3.77 Frase anteseden birama 7-8
21 https://vsl.co.at/en/Cello/Sound_Characteristic
46
Pola iringan konga/kendang muncul pada birama 7, yang mengikuti pola
iringan pada piano dengan sedikit tambahan sinkopasi.
Gambar 3.78 Pola iringan pada kendang/konga birama 7-8
Terdapat repetisi motif (Gambar 3.79) pada birama 9-10 yang dimainkan oleh
flute, sebagai frase konsekuen.
Gambar 3.79 Frase konsekuen birama 9-10
Pada birama 11-14 terdapat bridge, sebagai jembatan perubahan tonalitas dari
C mayor ke D mayor.
Gambar 3.80 Pola iringan dan bridge birama 11-12 pada piano
Gambar 3.81 Pola iringan dan bridge birama 13-14 pada piano
Pada pola iringan (bridge) di atas (Gambar 3.80 dan 3.81), terdapat progresi
kord I(C) – I(C) – VI (A Mayor)/akord V dari D mayor, sebagai tanda akhir
bagian A. Dengan mengikuti pola tangga nada pentatonik (pelog) yang
digunakan pada komposisi ini.
47
II. Bagian A’
Pada bagian A’, terdapat perubahan tonalitas dengan motif yang
dimainkan oleh violin 1 dan 2 pada birama 15-16, (Gambar 3.82) sebagai
frase anteseden.
Gambar 3.82 Frase anteseden birama 15-16 pada violin 1 dan 2
Pada birama 17-18 terdapat repetisi motif (Gambar 3.83) yang dimainakan
oleh klarinet dan violin 2, sebagai frase konsekuen.
Gambar 3.83 Frase konsekuen birama 17-18 pada klarinet
Pada kedua frase di atas, terdapat progresi kord I – V6 – vi – I6 – IV – V – I.
Gambar 3.84 Frase anteseden birama 19-20 pada klarinet
Gambar 3.85 Pola iringan birama 19-20
Pola iringan pada vibraphone pada birama 19-20 menggantikan nuansa
intrumen saron dalam seperangkat alat musik dalam gamelan yang memiliki
tiga bagian oktaf sedang, tinggi, dan lebih yang lebih tinggi/satu oktaf. Dapat
48
digambarkan dengan karakter intrumen demung,saron barung, dan saron
penerus (peking).22
Gambar 3.86 Frase konsekuen birama 21-22 pada violin 1
Kemudian dilanjutkan dengan frase anteseden pada birama 22-23 yang
dimainkan oleh cello sebagai repetisi motif. (Gambar 3.87)
Gambar 3.87 Frase anteseden birama 22-23
Kemudian dilanjutkan dengan bagian bridge pada birama 23-26 sebagai tanda
berkhirnya komposisi, dengan progresi kord I – V – I, yang membentuk
kadens otentik.
22 http://ki-demang.com/index.php/gambar-gamelan/602-11-saron
49
H. Land of Paradise
Komposisi musik Land of Paradise, bercerita tentang kisah seorang
anak muda heroes bernama Jose Dayan yang berasal dari Papua, dalam game
Heroes of Kertorahayu. Dalam kisahnya Jose Dayan adalah seorang anak
muda yang ingin melawan para investor asing yang terus mengambil hasil
bumi Papua, yaitu hasil tambang. Karena adanya tambang tersebut maka tidak
hanya kerugian yang dialami penduduk asli, yang mengakibatkan kerusakan
hutan secara terus menerus. Selain menceritakan tentang kisah Jose Dayan,
komposisi musik Land of Paradise juga menceritakan tentang keindahan alam
Papua dengan semua kekayaan alamnya seperti contoh burung cendrawasi,
satwa asli Papua, yang sering dijuluki sebagai Bird of Paradise atau burung
surga.
Dalam komposisi ini penulis menghadirkan nuansa perkusi yang
sangat identik dengan musik Papua pada umumnya. Komppsisi musik Land of
Paradise dimaikan pada tonalitas E mayor dengan format chamber, dengan
karakter musik yang cepat dan enerjik. Komposisi ini terbagi dalam tiga
bagian, yaitu bagian A,B, dan A’ yang dimainkan pada tonalitas E mayor.
Tabel 3.8 Struktur Komposisi Land of Paradise
Bagian Birama Keterangan
A
1-2 Introduksi
3-4 Anteseden
5-6 Konsekuen
7-8 Anteseden
9-10 Konsekuen
10-11 Anteseden
11-12 Konsekuen
12-13 Atiseden
50
1. Bagian A
Pada birama 1-2 terdapat introduksi (Gambar 3.88) yang dimainkan
oleh konga/jimbe, yang menjadi pola dasar permainan perkusi Papua. Salah
satu teknik perkusi Papua yang digunakan, dapat diaplikasikan dengan
menggunakan teknik single paradiddle yang merupakan gabungan dari dua
kali single stroke dan satu kali double stroke.23
Gambar 3.88 Introduksi dan pola iringan birama 1-2
Pada gambar di atas, permainan 2 instrumen konga/jimbe dan roto-toms
menggantikan suara instrumen tifa, yang banyak digunakan dalam musik
Papua. Kemudian pada birama 3-4 terdapat motif (Gambar 3.89) sebagai frase
anteseden yang dimainkan oleh trombon.
Gambar 3.89 Frase anteseden birama 3-4 pada trombon
23 http://digilib.isi.ac.id/93/4/BAB%20IV%20Fangka.pdf
13-14 Konsekuen
15-16 Anteseden
17-18 Konsekuen
B
19-20 Anteseden
21-22 Konsekuen
A’
23-24 Anteseden
25-26 Konsekuen
26-33 Bridge
51
Gambar 3.90 Frase konsekuen birama 5-6
Pada birama 5-6 terdapat imitasi motif (Gambar 3.90) yang dimainkan oleh
klarinet, sebagai frase konsekuen.
Gambar 3.91 Frase anteseden birama 7-8
Pada birama 7-8, terdapat motif (Gambar 3.91) pada suara tenor
(vokal) sebagai frase anteseden. Motif pada suara tenor sendiri
menggambarkan nuansa nyanyian wor, yang berasal dari Byak. Wor adalah
bentuk nyanyian, yang diimprovisasi yang berisi pesan dan semangat sebelum
berperang baik itu dengan lirik maupun tanpa lirik (senandung).24 Pada suara
bass (Gambar 3.92) terdapat suara teriakan yang juga terdapat dalam nyanyian
wor, yang menggambarkan semangat heroes Jose Dayan, dalam melawan
kejahatan, dalam game Heroes of Kertorahayu.
Gambar 3.92 Frase konsekuen birama 9-10
24 https://mnuseferorideck.wordpress.com/2015/02/15/apa-itu-wor-byak-nyanyian-dan-tarian-
tradisional- suku-byak-Papua/
52
Terdapat repetisi motif (Gambar 3.92) pada birama 9-10 sebagai frase
konsekuen, yang dinyanyikan oleh suara bass yang menggambarkan nyayian
wor.
Pada birama 10-11 terdapat imitasi motif (Gambar 3.93) yang dimainkan oleh
klarinet, sebagai frase anteseden.
Gambar 3.93 Frase anteseden birama 10-11
Gambar 3.94 Frase konsekuen birama 11-12
Pada gambar di atas (Gambar 3.94) terdapat imitasi motif yang
dimainkan oleh flute dengan teknik trill menggambarkan kicauan burung
cendrawasih25, untuk menambah karakter musik Papua yang lebih kontras dan
dinamis, dalam komposisi musik Land of Paradise. Selain itu pada kedua
frase di atas (Gambar 3.93 dan 3.94) terdapat progresi kord I – vi. Kemudian
dilanjutkan dengan repetisi motif yang dimainkan oleh trompet pada gambar
dibawah ini, sebagai frase anteseden.
Gambar 3.95 Frase anteseden birama 12-13 pada trompet
Gambar 3.96 Frase konsekuen birama 13-14
25 http://birdnote.org/show/bird-sound-types-and-qualities-part-iii
53
Pada birama 13-14 terdapat imitasi motif, yang dimainkan oleh violin 1,
sebagai frase konsekuen.(Gambar 3.96)
Gambar 3.97 Frase anteseden birama 15-16
Pada birama 15-16 terdapat motif (Gambar 3.97) yang dimainkan oleh cello
dan disertai dengan wor pada birama 16. Kemudian dilanjutkan repetisi motif
pada birama 17-18 (Gambar 3.98) sebagai frase konsekuen yang dinyanyikan
oleh suara bass (wor) dan trombon.
Gambar 3.98 Frase konsekuen (wor) birama 17-18
2. Bagian B
Pada bagian kedua, (B) terdapat perubahan motif dan beberapa pola
iringan dan variasi teknik sebagai gambaran suasana pada bagian ini. Terdapat
motif pada birama 19-20 yang dinyanyikan oleh suara tenor sebagai frase
anteseden. (Gambar 3.99)
Gambar 3.99 Frase anteseden birama 19-20 (wor)
Gambar 3.100 pola iringan flute birama 19
54
Pada gambar di atas (Gambar 3.100) pada birama 19-20 terdapat pola iringan
pada flute yang memainkan teknik trill. Menggambarkan suara siulan
burung-burung26 dan hewan-hewan liar yang ada di Papua.
Gambar 3.101 Frase konsekuen birama 21-22
Pada birama 21-22 terdapat repetisi motif (Gambar 3.97) yang dimainkan oleh
trumpet, sebagai frase anteseden. Dan dilengkapi dengan iringan cello yang
memainkan teknik glissando pada birama 21 dengan progresi kord I – vi.
Gambar 3.102 Pola iringan glissando pada cello birama 21
Teknik glissando pada gambar di atas menggambarkan nuasa nyanyian wor
yang diimprovisasi, yang diimitasikan oleh intrumen. Suara cello mewakili
karakter Jose Dayan yang sangat kuat (powerful)27 dalam game Heroes of
Kertorahayu.
Gambar 3.103 Pola iringan pada birma 21 flute dan klarinet
Pada gambar di atas (Gambar 3.103) terdapat imitasi pola iringan yang
dimainkan oleh flute dan klarinet dengan teknik trill, menggambarkan suara
burung-burung di hutan yang hidup di alam bebas Papua.
26 http://birdnote.org/show/bird-sound-types-and-qualities-part-iii 27 https://vsl.co.at/en/Cello/Sound_Characteristics
55
Gambar 3.104 Frase anteseden birama 23-24
3. Bagian A’ Pada birama 23-24 terdpat repetisi motif (Gambar 3.104) yang dimainkan
oleh trombon sebagai frase anteseden. Kemudian pada birama 25-26 terdapat
frase konsekuen (Gambar 3.101) sebagai akhir komposisi yang dinyanyikan
oleh suara tenor, dengan progresi kord I – V – I pada birama 25.
Gambar 3.105 Frase konsekuen birama 25-26
Pada akhir komposisi Land of Paradise, terdapat bridge 26-33 yang
dimainkan oleh perkusi dengan teknik dasar yaitu teknik paradiddle dan
dilengkapi dengan nyanyian wor yang dimproviasi.
top related