bab iii - 2. organisasi & manajemen
Post on 16-Jan-2016
51 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2. ORGANISASI DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA
A. Pengantar
Salah satu ciri organisasi modern adalah penyelenggaraan
organisasi yang dibimbing dengan sebuah perencanaan strategis
(Renstra) organisasi yang disusun secara realistis. Realitas
perencanaan itu, dibuat atas dasar pertimbangan kekuatan dan
peluang serta hambatan dan ancaman yang ada baik dalam
internal organisasi maupun lingkungan eksternal organisasi.
Demikian pula dalam penyelenggaraan organisasi Pemerintahan
Desa, renstra desa akan membantu sekaligus membimbing
organisasi Pemerintah Desa dengan segenap kekuatan dan
potensinya dalam rangka mencapai tujuan.
Aktivitas manajemen dan administrasi Pemerintah Desa,
termasuk di dalamnya pelayanan publik bidang administrasi akan
memiliki tujuan dan manfaat yang jelas dalam mendukung kinerja
Pemerintah Desa secara umum, ketika dilaksanakan berdasarkan
renstra yang telah disusun sebelumnya. Namun kenyataan bahwa,
belum ada Pemerintah Desa di Kababupaten Kulon Progo yang
memiliki Renstra Desa. Dengan demikian perencanaan tersebut
belum menggabarkan visi, misi, strategi, dan program-program
yang akan dicapai dan dilaksanakan, melainkan masih dalam
bentuk program kerja tahunan.
Organisasi dan manajemen, khususnya di lingkup
Pemerintahan Desa merupakan segenap aktivitas penataan kerja
sama dari sekelompok aparatur Pemerintah Desa, dalam rangka
pencapaian tujuan Pemerintahan Desa. Aktivitas pelayanan publik
bidang administrasi (civic service) sangat ditentukan oleh
keberhasilan aktivitas organisasi manajemen dalam organisasi
Pemerintahan Desa, yang terutama dimotori oleh para pemimpin
(Lurah).
156
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dalam konteks alih status Desa menjadi kelurahan, aspek
organisasi dan manejemen Pemerintah Desa menjadi salah satu
aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh Pemerintah. Aspek
organisasi dan manajemen yang mendukung pelaksanaan
pemerintahan desa secara baik, sangat dimungkinkan menjadi
pertimbangan kuat untuk menentukan kebijakan alih status.
Sebaliknya aspek organisasi dan manajemen yang belum efektif
dan efisien justru akan mempersulit pelaksanaan pemerintahan
desa secara keseluruhan.
Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan keberhasilan
alih status desa menjadi kelurahan, antara lain dapat diukur dari
indikator-indikator utama sebagai berikut:
1. Manajemen kepegawaian
Aktivitas manajemen kepegawaian akan mengukur
pengelolaan kepegawaian meliputi aktivitas rekrutmen
kepegawaian, penempatan, pengembangan, kompensasi,
promosi-mutasi, sampai dengan PHK (purnatugas).
2. Sarana-prasarana pelayanan
Sarana-prasarana dibutuhkan dalam pelaksanaan kinerja
Pemerintah Desa, khususnya dalam pelayanan publik bidang
administrasi. Kelengkapan administrasi seperti alat kerja
(tempat pelayanan, komputer, alat komunkasi, alat transportasi,
dan lain-lain), serta kemampuan mengperasionalkan dalam
kinerja, akan menjadi ukuran evektifitas sarana-prasarana.
3. Tingkat kebutuhan pelayanan administrasi
Salah satu ciri dari masyarakat perkotaan adalah tingkat
kebutuhan pelayanan publik, termasuk pelayanan bidang
administrasi yang makin tinggi. Kompleksitas masyarakat dan
tingkat kebutuhan serta kepentingan masyarakat yang makin
157
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tinggi ikut menentukan tinggi-rendahnya kebutuhan pelayanan
kepada masyarakat oleh Pemerintah Desanya.
4. Kemampuan pelayanan
Sebagai konsekuensi dari makin tingginya tingkat kebutuhan
dan kepentingan masyarakat dalam pelayanan publik, maka
dengan sendirinya Pemerintah Desa harus memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Dalam hal ini
pelayanan bukan lagi sekedar warga atas pemerintah desanya
melainkan kebutuhan Pemerintah Desa untuk mendapatkan
legitimasi dimana masyarakatnya. Kecepatan, ketepatan,
efisiensi, dan lain-lain dalam pelayanan menjadi ukuran kualitas
pelayanan.
B. Pola dan struktur organisasi Pemerintah Desa
Pola organisasi yang digunakan di Desa Kabupaten Kulon
Progo adalah pola maksimal struktur terdiri dari 4 Bagian dan 1
Sekretaris BPD yang kedudukannya sejajar dengan Kepala bagian.
Adapun Struktur Organisasi Pemerintah Desa secara umum adalah
sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESADI KABUPATEN KULON PROGO
( Perda Kulon Progo Nomor : 2 Tahun 2001 )
Kepala Desa BPD
Carik
K.B Pem K.B Bang K.B.Pend K.BMas Sek.BPD
158
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dukuh
Keterangan garis : : Garis perintah: Garis koordinasi
Keterangan istilah :BPD : Badan Perwakilan DesaK.B Pem : Kepala Bagian PemerintahanK.B Bang : Kepala Bagian PembangunanK.B Pend : Kepala Bagian PendapatanK.B Mas : Kepala Bagian KemasyarakatanSek BPD: Sekretaris BPD
1. Susunan Organisasi Pemerintah Desa
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo
Nomor: 2 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa, maka dapat dideskripsikan mengenai organisasi
Pemerintah Desa, sebagai berikut :
1. Susunan Organisasi Pemerintah Desa terdiri dari Lurah dan
Pamong Desa;
2. Pamong Desa terdiri dari :
a. Unsur Staff, yaitu Sekretariat Desa yang dipimpin oleh
Carik;
b. Unsur Pelaksana, yaitu unsur pelaksana teknis lapangan
yang terdiri dari Kepala Bagian Pemerintahan, Kepala Bagian
Pembangunan, Kepala Bagian Kemasyarakatan, dan Kepala
Bagian Pendapatan;
c. Unsur Wilayah, yaitu Pedukuhan yang dipimpin oleh
Dukuh.
2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
a. Lurah Desa
159
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
1. Kedudukan
Lurah berkedudukan sebagai pimpinan Pemerintah Desa
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan
Desa, dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada
Bupati.
2. Tugas dan Kewajiban
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;
b. Membina kehidupan masyarakat desa;
c. Membina perekonomian desa;
d. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat
desa;
e. Mendamaikan perselisihan masyarakat desa;
f. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan, dan
dapat menunjuk kuasa hukumnya;
g. Mengajukan Rancangan Peraturan Desa dan bersama
dengan BPD menetapkan Peraturan Desa;
h. Menjaga kelestarian adat-istiadat yang hidup dan
berkembang di desa; dan;
i. Melaksanakan kerjasama antar desa dengan persetujuan
BPD.
3. Fungsi
a. Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Desa;
b. Pelaksanaan kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat desa;
c. Peningkatan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat desa;
160
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
d. Pelaksanaan tugas pembantuan yang diberikan oleh
Pemerintah, Pemerintah Propinsi DIY dan atau Pemerintah
Daerah;
e. Pembinaan dan pelestarian adat istiadat yang hidup
dan berkembang di desa;
f. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Lurah wajib
berikap dan bentindak adil serta tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat
b. Sekretariat Desa
1. Kedudukan
Sekretariat Desa berkedudukan sebagai unsur staf yang
membantu Lurah dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
yang dipimpin oleh Carik.
2. Tugas pokok
a) Melakukan ketata-usahaan, kearsipan, perpustakaan,
personalia Pamong Desa, perlengkapan dan rumah tangga;
b) Menyelenggarakan tata usaha dan menjalankan administrasi
Desa serta memberikan pembinaan teknis administratif
kepada seluruh satuan organisasi Pemerintah Desa dan
pelayanan administrasi kepada masyarakat;
c) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
3. Fungsi
a. Pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan;
b. Pelaksanaan rencana dan pelaporan kegiatan Pemerintah
Desa;
161
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
c. Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga
Pemerintah Desa;
d. Pelayanan administrasi Pemerintah Desa;
e. Penyusunan Rancangan Peraturan Desa dan Rancangan
Keputusan Lurah Desa.
Dalam melaksanakan tugasnya, Carik dapat dibantu oleh staf
sesuai dengan beban kerja, kemampuan keuangan desa, dan
ketentuan yang berlaku
c. Kepala Bagian Pemerintahan
1. Tugas
Kepala Bagian Pemerintahan mempunyai tugas
Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban desa, melaksanakan
administrasi penduduk, administrasi pertanahan, dan
memfasilitasi kegiatan sosial politik serta melaksanakan tugas-
tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
2. Fungsi
a. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeliharaan
ketentaraman dan ketertiban Desa;
b. Penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi
kependudukan;
c. Penyusunan rencana dan pelaksanaan administrasi
pertanahan;
d. Penyusunan rencana dan pelaksanaan fasilitasi kegiatan
sosial politik;
e. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
Pemerintahan Desa.
162
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
d. Kepala Bagian Pembangunan.
1. Tugas
Kepala Bagian Pembangunan mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembangunan desa, pengelolaan sarana dan prasarana
perekonomian desa dan kesejahteraan masyarakat Desa, serta
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
2. Fungsi
a. Perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan desa;
b. Peningkatan kegiatan serta pengembangan sarana dan
prasarana;
c. Pelaksanaan, Pengelolaan dan pengendalian administrasi
pembangunan desa;
d. Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan desa
e. Kepala Bagian Kemasyarakatan.
1. Tugas
Kelpala Bagian Kemasyarakatan mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan
pembinaan mental spritual keagamaan dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, nikah, talak, cerai dan rujuk,
sosial, pendidikan, kebudayaan, pemuda, olahraga, wanita,
kesehatan masyarakat, dan kesejahteraan keluarga, serta
melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
163
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2. Fungsi
a. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan keagamaan;
b. Pencatatan dan pelayanan administrasi nikah, talak, cerai,
dan rujuk;
c. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sosial;
d. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang
pendidikan dan kebudayaan;
e. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang pemuda,
olahraga, dan wanita;
f. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat;
g. Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
kemasyarakatan;
h. Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat.
f. Kepala Bagian Pendapatan
1. Tugas
Kepala Bagian Pendapatan mempunyai tugas menyiapkan
bahan penyusunan, perhitungan, dan perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, mengelola dan mengadministrasi
keuangan desa, dan menggali sumber Pendapatan Asli Desa,
serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah.
2. Fungsi
a. Penyiapan bahan penyusunan, perhitungan, dan perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
b. Pengelolaan administrasi keuangan desa dan penggalian
sumber-sumber Pendapatan Asli Desa;
164
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
c. Perencanaan dan pelaksanaan program peningkatan
pendapatan desa;
d. Pendataan potensi kekayaan desa;
e. Peningkatan dan pengembangan sumber pendapatan desa;
f. Pelaporan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pendapatan desa.
g. Pedukuhan
Pedukuhan adalah bagian wilayah desa yang merupakan
lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa. Pedukuhan
dipimpin oleh seorang Dukuh yang merupakan pembantu Lurah
dalam wilayah Pedukuhan. Dukuh berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Lurah.
1. Tugas
Dukuh mempunyai tugas membantu Lurah dalam
melaksanakan tugas kegiatan Lurah di wilayah kerjanya,
melaksanakan kegiatan di bidang pemerintahan, pembangunan,
dan kemasyarakatan, serta membina ketenteraman dan
ketertiban di wilayah kerjanya, melaksanakan Peraturan Desa di
wilayah kerjanya, melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada
Lurah dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Lurah.
2. Fungsi
a. Membantu pelaksanaan tugas Lurah di wilayah kerjanya;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan, serta membina
ketenteraman dan ketertiban di wilayah kerjanya;
c. Pelaksanaan Peraturan Desa dan Keputusan Lurah di
wilayah kerjanya;
165
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
d. Pelaporan pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya.
h. Sekretariat BPD
Berdasarkan Perda Kababupaten Kulon Progo Nomor: 3
Tahun 2001 Tentang Badan Perwakilan Desa pasal 35, dapat
diuraikan mengenai Sekretariat BPD, yakni sebagai berikut :
a. Dalam pelaksanaan tugasnya Pimpinan BPD dibantu oleh
Sekretariat BPD;
b. Sekretariat BPD dipimpin oleh seorang Sekretaris BPD dan
dapat dibantu oleh staf seseuai dengan kebutuhan, yang
diangkat oleh Pemerintah Desa atas persetujuan BPD, dan
bukan Pamong Desa.
i. Tata Kerja
Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugasnya
menerapkan prinsip koordinasi dan sinkronisasi di lingkup
Pemerintah Desa maupun antar Pemerintah Desa dengan
Pemerintah Kabupaten sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat. Secara terperinci ketentuan tata
kerja Pemerintah desa adalah sebagai berikut :
a. Lurah bertanggungjawab dalam memimpin, memberi
bimbingan, petunjuk, perintah, dan mengawasi serta
mengendalikan tugas bawahan;
b. Dalam rangka membimbing Pamong Desa, Lurah dapat
mengadakan rapat secara berkala;
c. Pamong Desa wajib mematuhi petunjuk dan perintah serta
bertanggungjawab kepada Lurah;
d. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas Lurah,
Pamong Desa berkewajiban untuk memberikan saran-saran
dan pertimbangan kepada atasan;
166
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
e. Setiap pimpinan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Desa
wajib menyampaikan laporan tepat waktu sesuai dengan
bidang tugas masing-masing kepada atasannya;
f. Apabila Lurah berhalangan sementara, maka Carik mewakili
Lurah;
g. Dalam hal Lurah berhalangan tetap, ditunjuk pejabat yang
tata caranya diatur dalam Peraturan Daerahnya sendiri;
h. Apabila Pamong Desa berhalangan sementara, maka
ditunjuk pejabat yang mewakili berdasarkan Keputusan
Lurah;
i. Dalam menjalankan tugas dan kewajiban, Lurah
bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan
Desa yang dituangkan dalam Laporan Pertanggungjawaban
Lurah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
j. Lurah wajib menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan
tugasnya kepada Bupati dengan tembusan Camat.
j. Kerancuan.
Memperhatikan Perda Nomor: 3 Tahun 2001, khususnya
Pasal 35, terdapat kerancuan :
a. Sekretaris BPD diangkat oleh Pemerintah Desa, artinya ia
diangkat oleh Lurah yang secara administratif-formal
seharusnya menjadi bagian pemerintah desa dan Pamong
Desa yang bertanggungjawab kepada Lurah sebagai
Pemimpin Desa.
b. Tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentiannya
menjadi satu bagian bersama dengan Pamong dan staf,
yakni Perda Nomor: 9 Tahun 2001. Dengan demikian dapat
diinterpretasikan bahwa, secara formal Sekretaris BPD
merupakan bagian dari Pamong Desa.
167
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
c. Akan tetapi karena ditentukan bahwa Sekretaris BPD bukan
Pamong Desa, maka ia tidak bertanggungjawab kepada
Lurah yang mengangkatnya, melainkan kepada Pimpinan
BPD. Sementara Pimpinan BPD secara formal tentu tidak
mempunyai kewenangan yang cukup, karena terkait
dengan kewenangan pemberianan sanksi sampai dengan
pemberhentian Sekretaris BPD ada pada Lurah. Dalam
Perda Nomor 9 Tahun 2001, antara lain ditentukan :
Tindakan penyidikan terhadap Sekretaris BPD
dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari
Lurah ( ps. 35 ayat 1).
Apabila terbukti secara hukum melakukan
pelanggaran, Sekretaris BPD diberhentikan dengan
Keputusan Lurah setelah mendapat persetujuan BPD.
d. Meskipun kedudukan Sekretaris BPD bukan sebagai Pamong
Desa, namun secara administratif maupun keuangan
didudukan sebagaimana Pamong Desa, antara lain karena
data persoanalia masuk dalam data Aparat Pemerintah Desa
dan ketentuan mengenai pendapatan saat ini disetarakan
dan dikelola dalam satu manajemen keuangan bersama
dengan Pamong Desa lainnya.
Jabatan Sekretaris BPD dalam konteks transisi saat ini dijabat
oleh mantan Kepala Urusan Umum yang dikonversikan menjadi
Sekretaris BPD. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, seharusnya
Sekretaris BPD mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas-tugas
kesekretariatan BPD. Namun sehubungan dengan agenda kegiatan
BPD yang sangat sedikit, dikebanyakan desa akhirnya Sekretaris
BPD melakukan tugas-tugas administratif sebagaimana Pamong
desa. Tetapi di beberapa desa Sekretaris BPD ada pula yang tidak
168
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
melaksanakan tugas seperti Pamong, sehingga aktivitas kerjanya
sangat sedikit.
B. Analisa Data
1. TEMON KULON
1. Perencanaan (administrasi dan pelayanan administrasi)
Perencanaan dalam organisasi Pemerintahan Desa Temon
Kulon belum dirumuskan dalam bentuk Renstra. Perencanaan
masih berupa program-program kerja tahunan yang dirumuskan
bersama antara Pemerintah Desa dengan BPD dalam rakorbang
(musbangdes) yang selanjutnya menghasilkan program-program
pembangunan. Khusus bidang administrasi, tidak ada
perencanaan yang dibuat secara eksplisit untuk mengebangan
maupun target-target pelaksanaan yang hendak dicapai.
Aspirasi warga secara langsung tidak ada, tetapi aspirasi
itu dibawa oleh Dukuh yang kenmudian dibicarakan interlal
Pemerintah Desa. Selanjutnya rencara-rencana bidang
administrasi masih terbatas pada kesepakatan antara Pamong,
sehingga target dan ukuran yang akan dilakukan tidak jelas.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi Pemerintah Desa Temon
Kulon mengacu pada Perda Kabupaten Kulon Progo, yakni
struktur yang terdiri dari Lurah, Carik, empat Kabag dan
Dukuh-dukuh. Dikatakan oleh Kabag. Pemerintahan (16 Agustus
2005) bahwa, pola dan struktur sekarang ini sudah cukup
memadahi dan sesuai dengan kebutuhan pelayanan masyarakat.
Selain itu potensi internal Pemerintah Desa pun cukup
memadahi untuk melaksanakan struktur tersebut.
169
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam kaitannya dengan struktur organisasi yang telah
ditentukan, masing-masing unit/bagian sudah ditentukan
Tupoksi yang harus dilaksanakan oleh Pamong yang
menjabatnya. Tupoksi itu cukup dipahami dan dilaksanakan oleh
Lurah dan Pamong, namun dalam prakteknya pelakasanaanya
tidak bisa kaku persis seperti yang ditentukan. Situasi dan
kondisi pelaksanaan dilapangan sangat dibutuhkan fleksibilitas
dalam pelaksanaan Tupoksi, sehingga para Pamong bisa saling
membantu maupun saling menggantikan. Namun urusan
tertentu ada yang harus tetap dilakukan oleh Pamong yang
bersangkutan.
Tupoksi masing-masing unit sekaligus menggambarkan
pembangian tugas Lurah dan Pamong Desa. Ternyata
pembagian tugas itupun harus berjalan fleksibel agar pelayanan
kepada masyarakat dapat dilaksanakan dengan mudah dan
lancar, tanpa harus menunggu.
4. Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa
Tata hubungan dengan Pemerintah Kabupaten maupun
dengan Kecamatan pada prinsipnya sama sebagaimana terjadi
pada desa-desa lainnya. Selama ini Kabupaten melalui Dinas-
dinas terkait dan Kecamatan berhubungan dengan Pemerintah
Desa dengan lebih menekankan pada fungsi koordinasi.
Dalam konteks tata hubungan antara Pemerintah Desa
dengan BPD sudah berjalan dengan baik dan mengutamakan
hubungan partnership. Evaluasi selalu dilakukan terhadap
Pemerintah Desa, setidaknya dalam forum LPJ Lurah, dan
170
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
kalaupun terjadi kekurangan, BPD langsung memberi saran dan
masukan.
Selanjutnya hubungan Lurah dengan Pamong Desa
berjalan sebagaimana ditentukan dalam tata kerja antara Lurah
dengan Pamong. Aliran perintah dari Lurah kepada Pamong
berjalan fleksibel dengan mengutamakan fungsi koordinasi,
sedangkan pertanggujawaban Pamong terhadap Lurahpun
lebih fleksibel dan bersifat kolegial.
5. Koordinasi antar unit maupun dengan supra desa
Koordinasi Pemerintah Desa dengan Pemerintah
Kabupaten dan Kecamatan berjalan sebagaimana terjadi di
desa-desa lainnya. Forum-forum sering dibentuk oleh dinas-
dinas atau Kecamatan dengan Pemerintah Desa, sehingga
program-program pembangunan dan administrasi bisa ditindak
lanjuti dan dan dilaksanakan oleh Pemeronyah Desa. Adapun
koordinasi internal Pemerintah Desa dilakukan baik dalam rapat
rutin maupun insidental. Rapat koordinasi resmi selain
rakorbang, juga dilakukan rapat rutin setiap hari sabtu, baik
ada masalah atau tidak ada masalan. Selain itu sering pula
dilakukan koordinasi mendadak jika ada keperluan tertentu atau
jika ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
6. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh dinas terkait atau oleh
Kecamatan terhadap pelaksanaan pembangunan dan
pelaksanaan APBD, meskipun tindak lanju pengawasan tidak
ada ketentuan eksplisit. Selain itu pengawasan juga dilakukan
oleh BPD terhadap pelaksanaan Pemerintahan dan pelaksanaan
APBDes. Selama ini pengawasan BPD dirasakan cukup efektif
171
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dan BPD sering memberikan saran-saran untuk perbaikan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa maupun pelaksanaan
APBDes. Adapun pengawasan Lurah terhadap kinerja Pamong
Desa juga berjalan cukup evektif, meskipun pengawasan lebih
berifat koordinatif dan menggunakan pendekatan personal.
Pengawasan secara tegas dan tidak lanjut yang tegas memang
belum dapat dilakukan karena harus toleran terhadap
keterbatasan penghasilan Pamong Desa.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrutmen Lurah berjalan demokratis melalui mekanisme
pemilihan oleh warga desa yang bersangkutan, sedangkan
Rekrutmen Pamong dilaksanakan melalui mekanisme seleksi.
Secara umum proses rekrutmen tidak ada indikasi KKN baik
Pemilihan Lurah maupun seleksi Pamong Desa, kecuali
pelaksanaan syukuran atas jadinya Lurah atau Pamong.
Untuk Pamong terdahulu seleksi dilakukan di Kabupaten,
sedangkan yang baru seleksi dilakukan di desa oleh team seleksi
yang terdiri dari Pemerintah Desa, BPD, dan tokoh masyarakat.
Sehingga kemungkinan KKN menjadi kecil karena banyak pihak
yang diawasi.
Hasil rekrutmen Pamong terdahulu tidak ada masalah
dalam hal kompetensi karena para Pamong sudah memiliki
pengalaman yang cukup lama. Sementara untuk Pamong yang
masih baru, misal Ka. Bag. Pendapatan masih harus adaptasi
dengan tugas dan kewajiban yang harus diemban. Tapi itu wajar
saja karena dia belum lama menjabat, dan dengan adanya
kerjasama saling membantu, maka pekerjaan tetap dapat
terlaksana dengan baik.
172
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pasca seleksi, penempatan terhadap calon terbaik
dilaksanakan sesuai formasi yang ada karena penempatan SDM
memang belum menggunakan perencanaan SDM.
Konsekuensinya, penempatan SDM menjadi relatif sulit untuk
menemtukan kualifikasi dan kualitas calon Pamong yang
dibutuhkan. Namun dengan adanya kerjasama yang baik,
kompetensi dapat dibangun melalui pengalaman dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.
8. Pengembangan SDM
Keterbatasan sumber dana desa menyebabkan kesulitasn
bagi upaya pengembangan SDM Pemerintah Desa. Sementara
upaya pengembangan oleh Pemerintah Kabupatenpun sangat
terbatas, sehingga fasilitasi dalam bentuk pelatihan misalnya,
kuantitas maupun kualitasnya masih terbatas. Pelatihan jarang
sekali dilakukan, kecuali sekedar ceramah-ceramah dalam
rangka memberikan pengarahan kepada Pemerintah desa.
Promosi dan mutasi tidak pernah dilakukan, sehingga
seorang Pamong akan berada pada jabatan yang sama selama
masa aktifnya, kecuali yang bersangkutan terpilih sebagai
Lurah. Dengan demikian harapan kenaikan pendapatanpun
sangat kecil, karena kemungkinan promosi memang tidak
diatur. Secara psikologis, makin lama seseorang menduduki
suatu jabatan, terlebih lagi dengan penghaslilan kecil, tentu
akan cenderung menurun kinerjanya.
9. Sistem kompensasi
Kompensasi yang diterima oleh Lurah dan Pamong terdiri
dari sumber-sumber sebagai berikut :
a. Bengkok
173
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Lurah : 1,8 Ha
Carik : 1,5 Ha
Ka. Bag. : 1,2 Ha
Dukuh : 1,2 Ha
b. Bantuan dari Kabupaten (triwulanan)
Lurah : Rp. 350.000,-
Carik : Rp. 300.000,-
Ka. Bagian : Rp. 270.000,-
Dukuh : Rp. 225.000,-
c. Bantuan kesehatan dari APBDes
Dari semua sumber pendapatan, untuk Kabag. misalnya,
penghasilan rata-rata per bulan adalah Rp. 600.000,-. Namun
setiap bulannya dia juga harus mengeluarkan uang untuk
berbagai bentuk sumbangan, yang merupakan konsekuensi
sebagai Pamong yang rata-rata tidak kurang dari Rp. 300.000,-.
Dengan demikian penghasilan riil Pamong Desa adalah relatif
kecil dibandingkan dengan kebutuhan hidup dan keluarganya.
Untuk memenuhi kekurangan itu, umumnya Pamong
memiliki usaha sampingan, misalnya Lurah yang memiliki usaha
pertukangan kayu, Ka. Bag yang memiliki lahan pertanaian lain,
makelar kendaraan, dan lain-lain. Lurah (16 Agustus 2005)
mengatakah bahwa, juka tidak lincah bisnis, sudah jebol
kemarin-kemarin dan kebetulan sebelum jadi Lurah, secara
ekonomis sudah mapan. Meskipun demikian mereka masih
punya motivasi, setidaknya menanamkan sejarah bahwa, ia
pernah mengabdi pada masyarakat sebagai Pamong. Bagi
Pamong yang lain, motivasinya juga dari pada tidak bisa
kerjalainnya.
10. Evaluasi kinerja Pamong
174
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kinerja Pemerintah Desa secara langsung diawasi oleh
BPD, dimana pengawasan oleh BPD sudah cukup efektif dengan
mengededepankan fungsi partnersip, sehingga konflik tidak
terjadi antara Pemerintah Desa dengan BPD. Adapun
pengawasan Lurah terhadap para Pamongnya sudah efektif
karena rasa pekewuh tinggi, sehingga disiplin pada tingkatan
Kabag. sudah cukup tinggi. Untuk Dukuh ada yang kurang
disiplin, dan sudah sering ditegur. Meskipun demikian sanksi
bagi tindakan indisepliner Pamong belum pernah dilakukan.
11. Purnatugas
Sebagaimana ketentuan Perda Kab. Kulon Progo, apabila
seorang Pamong habis masa jabatannya, maka ia akan
menerima purnatugas berupa bengkok seluas 1/5 dari
bengkoknya semasa aktif. Luas bengkok untuk purnatugas itu
dirasakan kurang, sehingga ada kekhawatiran bahwa, setelah
purnatugas nantinya tidak akan terjamin mengenai
kelangsungan kesejahteraanya.
12. Data Pamong
No
Nama JabatanUmur(Th)
Pendikan
Masa Kerja(Th)
1 Drs. Wahyono Lurah 39 Sarjana 42 Siti Amirin Carik 52 SLTP 153 Hadi Prayitno Ka.Bag.
Pemerint.51 SLTP 16
4 Yumari Ka.Bag. Pembang.
50 SLTA 14
5 Retno Sukoco Ka.Bag. Kemasy. 38 SLTA 146 Sih Adi Mulyanto Ka.Bag.
Pendapatan38 Sarjana 1
175
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
7 Sarikem Sek. BPD 37 SLTA 38 Mitro Hasan Dukuh SLTP9 Ngadino Dukuh SD10 Wahyono Dukuh SLTP11 Cipto Wardoyo Dukuh SLTP
Sumber data : Pemdes Temon Kulon Tahun 2005
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Untuk keperluan pelayanan masyarakat khususnya bidang
administrasi dapat dikatakan bahwa kemampuan para Pamong
Desa Temon Kulun sudah cukup memadahi, karena rata-rata
masa kerja yang sudah lama. Sedangkan yang masih baru hanya
1 orang, namun menurut Ka. Bag. Pemerintahan, Pamong yang
masih baru sudah cepat menyesuaikan, barangkali karena yang
bersangkutan adalah sarjana.
Salah satu tokoh masyarakat Desa Temon Kulon (28 Juli
2005) menyatakan bahwa, Pamong yang ada sebagian besar
sudah tua-tua dan sudah bertahun-tahun menjabat Pamong
Desa. Jadi sudah mumpuni dalam melayani masyarakat,
sementara Pak Lurah yang masih relatif muda juga cepat belajar
dengan Pamong yang lain. Selain itu menurut Ka. Bag.
Pemerintahan bahwa, di lihat dari ekebutuhan pelayanan
administrasi memang belum tinggai, karena tiap hari yang
datang minta pelayanan tidak banyak. Kecuali jika ada
pendaftaran PNS, barulah banyak yang minta pelayanan.
Dengan demikian kemampuan yang ada sekarang sudah cukup
memenuhi untuk pelayanan.
14. Kepuasan Masyarakat
Pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa sudah
baik dan memuaskan masyarakat. Demikian pendapat seorang
176
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tokoh masyarakat. Diukung pendapat Dukuh Kaligondang
bahwa, selama dia menjabat 5 tahun ternyata kepemimpinan
Pak Lurah Wahyuno lebih bijaksana daripada yang dulu. Kalau
yang dulu sukanya ngatur dan otoriter. Jika masyarakat sangat
membutuhkan untuk surat-menyurat, biasanya Pak Lurah
langsung menandatangani. Selain itu pelayanan yang sekarang
tidak ada indikasi KKN.
15. Sarana kerja Pemerintah Desa
Sarana kerja pokok yang dimiliki oleh Pemerintah Desa
Temon Kulon antara lain : 1 unit komputer, 5 unit mesin ketik, 1
unit telephon, dan 1 unit sepeda motor dinas. Sayangnya
Pamong yang bisa mengoperasikan komputer baru satu orang,
sehingga yang lain hanya bisa menggunakan mesin ketik
manual. Meskipun demikian karena pelayanan belum begitu
tinggi, sehingga kemampuan dalam memanfaatkan tehnologi
yang masih terbatas belum ,menyebabkan tertundanya
pekerjaan pelayanan administrasi kepada masyarakat.
16. Akuntabilitas kepada masyarakat
Perkebangan pelaksanaan administrasi Pemerintahan
Desa tidak secara eksplisit dilaporkan kepada warga, tetapi
prosedur dan sarat-sarat pelayanan disampaikan kepada warga
baik secara langsung saat warga datang ke Kantor kelurahan,
atau melaui Dukuh-dukuh yang menyampaikan dalam forum-
forum warga. Adapun hasil pelaksanaan administrasi
Pemerintahan Desa tidak disampaikan kepada masyarakat,
karena disisi lain juga tidak ada permintaan atau protes dari
masyarakat, kerena mereka sudah puas.
177
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2. DESA BENDUNGAN
1. Perencanaan
Perencanaan belum dibuat dalam bentuk Rencana
Strategis Desa, kecuali dalam bentuk program-program
pembangunan dan rencana anggaran yang tersusun dalam
APBDes. Rencana itu dibicarakan bersama dan ditetapkan
bersama dengan BPD pada setiap awal tahun anggaran. Khusus
untuk perencanaan dan pengembangan bidang organisasi dan
manajemen, atau lebih konkrit dalam bentuk rencana
pengembangan administrasi Pemerintahan Desa belum
dirumuskan. Menurut Ka. Bag. Pemerintahan Desa Bendungan
(16 Agustus 2005), perencanaan itu ada dan dimusyawarahkan
dengan BPD serta mendengarkan aspirasi masyarakat yang
disampaikan secara informal. Perencanaan itu disampaikan
dalam rapat koordinasi dengan BPD, yang kemudian
menghasilkan prosedur dan syarat pelayanan administrasi.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi yang dilaksanakan di Desa
Bendungan adalah mengacu pada Perda Kabupaten, yang
menggambarkan pengoganisasian dalam organisasi
pemerintahan Desa, yakni sebagai berikut :
a. Lurah
b. Carik
c. Ka. Bag. Pemerintahan
d. Ka. Bag. Pembangunan
e. Ka. Bag. Kemasyarakatan
f. Ka. Bag. Pendapatan
g. Dukuh-dukuh terdiri dari 12 Dukuh
178
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Tupoksi masing-masing jabatan mengacu pada Perda
Kabupaten Kulon Progo tentang susunan organisasi
Pemerintahan Desa. Tupoksi masing-masing jabatan telah
dipampang dipampang di dinding dengan harapan akan
dipahami dan dilaksanakan oleh para pejabatnya. Dalam
pelaksanaan Tupoksi itu, secara umum masing-masing pejabat
sudah melaksanakan dengan baik, namun realisasinya setiap
Pamong tidak kaku dalam melaksanakan Tupoksinya. Terdapat
kesepakatan secara tak tertulis di antara para Pamong untuk
saling membantu atau saling menggantikan, dalam
melaksanakan Tupoksi itu. Dengan demikian pelayanan kepada
masyarakat dapat dilaksanakan dengan lancar, karena
pelaksanaan pelayanan tidak harus menunggu Pamong yang
dituju, meskipun Pamong yang bersangkutan sedang tidak di
tempat.
4. Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa
Tata kerja dalam bentuk alur perintah dan
pertanggungjawaban secara internal organisasi Pemerintah
Desa secara umum juga mengacu pada kententuan yang telah
dirumuskan dalam Perda Kabupaten Kulon Progo. Namun dalam
praktek pelaksanaan organisasi sehari-hari hubungan tata-kerja
itu menjadi sangat fleksibel. Alur perintah dan
pertanggungjawaban antara Lurah dengan para Pamongnya
lebih bersifat koordinatif dan personal. Sementara tata
hubungan antara unit horisontal dipastikan berjalan secara
koordinatif, yang tergambarkan dalam aktifitas kerjasama antar
Pamong.
179
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pertanggungjawaban secara formal lebih ditujukan
kepada BPD, yang ternyata terdapat hubungan yang kurang
serasi selama beberapa tahun. Hubungan demikian terjadi
karena peran BPD yang selama ini cenderung tampil arogan
tetapi kurang mengenatui fungsinya, sehingga BPD lebih
mengedepankan fungsi kontrolnya ketimbang partnershipnya.
Namun pada tahun terakhir, hubungan telah cair dan telah
terjadi sinkronisasi, karena Ketua BPD terakhir lebih
komunikatif dibanding dengan Ketua BPD sebelumnya.
Tata hubungan dengan pihak Pemerintah Kabupaten dan
Kecamatan juga lebih bersifat koordinatif. Pengarahan-
pengarahan cukup sering diberikan oleh dinas-dinas terkait
maupun Kecamatan. Perintah dari Pemerintah Kabupaten
mengalir baik melalui Dinas-dinas terkait maupun Kecamatan,
kepada Pemerintah Desa untuk melaksanakan berbagai aktifitas
pembangunan, pemerintahan, dan pelayanan administrasi.
5. Koordinasi antar unit maupun dengan supra desa
Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten maupun
kecamatan dilakukan antara lain dalam rapat koordinasi bidang
pembangunan dalam bentuk rapat UDKP dan Rakorbang. Rapat
koordinasi dengan Kabupaten dan Kecamatan juga dilakukan
secara periodik baik tiga bulanan maupun bulanan. Untuk
keperluan tertentu Pemerintah Desa juga sering datang ke
Kecamatan maupun dinas terkait untuk keperluan koordinasi
baik secara formal maupun informal.
Rapat koordinasi secara rutin juga dilakukan setiap bulan
untuk membicarakan persoalan pembangunan, pemerintahan,
keamanan, dan lain-lain. Selain itu rapat koordinasi insidental
labih sering dilakukan untuk kepentingan-kepentingan
180
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
mendadak dan yang harus secepatnya diselesaikan. Koordinasi
insidental itu sering pula dilakukan dalam suasana non formal,
namun hasilnya sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai
tugas.
6. Pengawasan
Pengawasan bersifat supervisi dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten maupun Kecamatan dilakukan meskipun
intensitasnya terbatas, karena hubungan antara Kabupaten dan
Kecamatan dengan Pemerintah Desa yang tidak bersifat
hierarkis. Secara formal pengawasan dilakukan oleh BPD
terhadap Pemerintah Desa, namun selama ini pengawasan bisa
dikatakan kurang efektif dan cenderung melahirkan konflik
antara BPD dengan Pemerintah Desa. BPD sering melakukan
kontrol dan teguran kepada Pemerintah Desa, namun dianggap
tidak proposional dan cenderung arogan. Namun setelah terjadi
pergantian Ketua BPD yang terakhir, kontrol BPD sudah
proporsional dan terjadi hubungan komunikasi intensif yang
mengedepankan patnership antara BPD dengan Pemerintah
Desa.
Pengawasan internal Pemerintah Desa sudah cukup
efektif dilakukan oleh Lurah, meskipun Lurah lebih menekankan
pada pendekatan personal terhadap para Pamong. Jika terdapat
indikasi indisipliner, lurah melakukan pendekatan dengan
memanggil Pamong yang bersangkutan untuk diajak berdiskusi
mengenai permasalahan yang dihadapi. Dari pendekatan itu
diharapkan muncul rasa “pakewuh”, yang kemudian akan
muncul upaya perbaikan. Dengan pengawasan seperti itu Lurah
Bendungan (16 Agustus 2005) mengatakan bahwa, para
Pamongnya sudah memiliki disiplin kerja yang cukup tinggi.
181
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrutmen dilakukan jika terdapat formasi dalam
Pemerintah Desa, dengan mengacu pada ketentuan yang
berlaku. Rekrutmen Lurah dilakukan melalui mekanisme
pemilihan langsung, sedangkan rekrutmen Pamong dilakukan
melalui mekanisme seleksi, baik administratif mapun
kemampuan. Untuk Pamong terdahulu. Rekrutmen dilakukan
oleh Kabupaten dan dilaksanakan di Kabupaten. Sedangkan
setelah pemberlakukan UU No. 22 Tahun 1999, pernah
dilakukan untuk rekrutmen Ka. Bag. Pendapatan. Seleksi itu
dilakukan oleh Team yang dibentuk di desa dan dilaksanakan di
desa. Selanjutnya Calon Pamong yang mendapatkan nilai
tertinggi diangkat menjadi Pamong Desa melaui Surat
Pengangkatan Lurah.
Sistem rekrutmen demikian tidak mendasarkan pada
perencanaan SDM, karena rekrutmen dilakukan sekedar
mengisi formasi yang ada. Meskipun demikian Lurah
mengatakan bahwa, rata-rata Pamong sudah memiliki
kompetensi yang cukup memadahi. Hasil seleksi dilanjutkan
dengan penempatan pada formasi yang ada, namun dalam masa
orientasi tidak dilakukan pembekalan maupun pelatihan sebagai
Pamong baru. Sehingga kemampuan melaksanakan tugas dalam
jabatannya berjalan secara autodidak saja, melalui trasnfer
pengalaman dari Pamong-pamong yang senior.
8. Pengembangan SDM
Secara umum pengalaman kerja Lurah dan Pamong Desa
Bendungan sudah cukup memadahi, karena masa kerja yang
sudah cukup lama dan dari sisi tingkat pendidikan, untuk
182
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
sementara juga bisa dikatakan cukup memadahi. Namun jika
dilihat dari sisi kebutuhan pelayanan masyarakat yang makin
tinggi, pengembangan SDM diperlukan bagi Pemerintah Desa
Bendungan. Ternyata selama ini pengembangan SDM masih
terbatas, yakni pelatihan Siak tahun 2004 dan untuk Ka. Bag.
Pembangunan cukup sering, tetapi sebatas pada ceramah-
ceramah.
9. Sistem kompensasi
Kompensasi yang diterima oleh Lurah dan Pamong Desa
terdiri dari bengkok, TPP triwulanan dan bantuan kesehatan
dari APBDes:
a. Bengkok :
Lurah : 2,0670 Ha
Carik : 1,7181 Ha
Ka. Bagian : 1,3745 Ha
Dukuh : 1,0308 Ha
b. TPP Triwulanan :
Lurah : Rp. 350.000,-
Carik : Rp. 300.000,-
Ka. Bagian : Rp. 270.000,-
Dukuh : Rp. 225.000,-
c. Bantuan kesehatan dari APBDes : Rp. 4.560.000,- untuk
seluruh Pamong jika Pamong mengalami sakit saja.
Dari keseluruhan sumber pendapatan, untuk seorang
Kepala Bagian misalnya, rata-rata pendapatan bersih per bulan
adalah Rp. 500.000,-. Selanjutnya untuk keperluan iuran,
subangan, dan lain-lain konsekuensi kedudukannya sebagai
Pamong harus mengeluarkan rata-rata per bulan Rp. 300.000,-
183
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
bahkan dibulan-bulan tertentu bisa lebih dari penghasilan dalam
satu bulan. Dengan demikian riel yang diterima oleh Lurah dan
Pamong Desa dari penghasilanya secara resmi bisa dikatakakan
sangat minim untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
Pamong dan keluarganya.
Untuk memenuhi kebutuhan, tidak mengherankan jika
sebagian besar Pamong mencari penghasilan tambahan seperti
menjadi makelar, ternak ayam buras, usaha warung makan, dan
lain-lain. Selain itu beberapa Pamong terbantu karena istri
bekerja sebagai PNS atau wiraswasta. Dengan demikian secara
umum pengasilan sampingan maupun bantuan istri justru lebih
besar dari penghasilannya sebagai Pamong.
Logika sederhana memperkirakan jika motivasi kerja
Pamong terhadap pekerjaannya maupun palayanan masyarakat
menjadi lemah, karena lebih termotifasi untuk melakukan
pekerjaan sampingan. Meskipun ketika ditanya mengenai
motivasi mereka menjadi Pamong, jawabanya adalah untuk
pengabdian dan mencari status sosial.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Dalam lingkungan Pemerintah Desa Bendungan bisa
dipastikan belum menggunakan standart evaluasi kinerja.
Sehingga sangat sulit menentukan dan menilai kualitas kinerja
para Pamong, disamping itu ada keterbatasan penghasilan
Pamong juga menjadi pertibangan sendiri bagi Lurah jika ingin
menegakkan disiplin kerja Pamong. Maka dari itu wajar bila
Lurah lebih mengedapankan pendekatan personal kepada para
Pamong untuk meningkatkan kinerja Pamong, ketimbang
184
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
menggunakan kewenangannya untuk memberikan sanksi.
Terbukti selama ini Lurah hanya sekedar memberi teguran bila
menemui tindakan indikasi indisipliner diantara para Pamong.
11. Purnatugas
Sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Perda
Kabupaten Kulon Progo, maka bagi Pamong yang habis masa
jabatannya, akan menerima purnatugas berupa bengkok seluas
1/5 dari tanah bengkok yang diterimanya semasa aktif.
Sebagaimana pernyataan Ka. Bagian Pemerintahan, besarnya
purnatugas itu tidak sebanding dengan baktinya sebagai
Pamong yang telah lama mengabdi. Selain itu dikatakan pula
bahwa besarnya purnatugas itu tidak akan mampu menjamin
kesejahteraannya di masa tua.
12. Data Pamong
No
Nama JabatanUmur(Th)
Pendikan
1 Tukino Lurah 51 SLTA2 Joko Pitono Carik 39 SLTA3 Ngadikan Ka.Bag. Pemerint. 51 SLTA4 Paijo Ka.Bag. Pembang. 40 SLTA5 Suyoto Ka.Bag. Kemasy. 53 SLTA6 Budi Darminto Ka.Bag.
Pendapatan54 SLTA
7 Sutopo Sek. BPD 40 SLTA8 Ruslan Winarno Dukuh 54 SLTA9 Rumijadi Dukuh 40 SLTA
185
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
No
Nama Jabatan Umur(Th)
Pendikan
10 Pujo Harsono Dukuh 56 SLTA11 Mulyanto Dukuh 46 SLTA12 Radiyan Dukuh 55 SLTA13 Okti Libranita Dukuh 40 SLTA14 Pujo Utomo Dukuh 53 SD15 Suharto Dukuh 42 SLTA16 Ramelan Dukuh 53 SLTP17 Ngadiran Dukuh 51 SLTA18 Sagiman Dukuh 53 SLTA19 Afudin Dukuh 51 SLTASumber data : Kantor Kelurahan Bendungan th. 2004
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Dalam hal memberikan pelayanan masyarakat, Kabag
Pemerintahan (16 Agustus 2005) berpendapat bahwa, khusus
pelayanan administrasi, secara umum Lurah dan Pamong Desa
Bendungan memiliki kemampuan yang sudah cukup memadahi.
Diperkuat pendapat Suliki selaku tokoh masyarakat bahwa,
warga masih merasa nyaman dengan sistem pelayanan
administrasi yang diberikan oleh Pemerintah Desa.
Dengan tingkat pendidikan yang rata-rata SLTA untuk
sementara mencukupi karena ditunjang masa kerja dan
pengalaman yang cukup. Namun di masa-masa mendatang
kemampuan perlu ditingkatkan lagi, karena kebutuhan
pelayanan masyatakat cenderung meningkat seiring dengan
maskin kompleksnya kebutuhan masyarakat.
14. Kepuasan Masyarakat
Terkait dengan kemampuan Pemerintah Desa dalam
memberikan pelayanan, kepuasan masyarakat bisa dikatakan
cukup tinggi. Hal itu ditunjang pula oleh hubungan Pemerintah
186
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Desa dengan warga yang sangat baik dan akrab. Secara khusus
dikatakan bahwa Lurah dapat merangkul semua warga,
sehingga segala persoalan dapat diselesaikan dengan baik.
Dikatakan oleh Radiyan ( 23 Juli 2005 ) selaku Dukuh bahwa,
Pamong yang ada sudah dapat menjalankan tugas dan fungsinya
secara baik sesuai dengan jabatannya, karena mereka sudah
berpengalaman.
15. Sarana kerja Pemerintah Desa
Sarana kerja dan pelayanan pokok yang dimiliki oleh
Pemerintah Desa Bendungan antara lain : Mesin ketik 4 unit,
komputer 3 unit, telephon 1 unit, dan motor dinas 1 unit
( digunakan Lurah ). Untus saat ini dengan sarana kerja itu
sudah cukup memadahi, sehingga pelayanan kepada masyarakat
dapat berjalan lancar. Persoalannya tidak semua dapat
mengoperasionalkan komputer, sehingga sarana yang ada
menjadi kurang efektif untuk memberikan pelayanan.
16. Akuntabilitas kepada masyarakat
Akuntabilitas pelayanan publik kepada masyarakat bisa
dikatakan masih cukup rendah. Laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa secara formal hanya disampaikan kepada
BPD, itupun terfokus pada pelaksanaan anggaran. Sehingga
akuntabilitas pelaksanaan administrasi kepada warga masih
sangat terbatas, sementara kritik dan saran dari warga kepada
para pamong sangat kurang atau warga tidak antusias
( Naalalmasri, 16 Agustus 2005, selaku Ketua Karang Taruna).
Demikian pula dalam rapat-rapat dengan warga, jaran sekali
Pak Dukuh menyampaikan laporan pelaksanaan administrasi itu
187
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
disampaikan kepada warga, kecuali kadang-kadang hanya
menyampaikan prosedur dan sarat pengurusan administrasi.
3. DESA GIRIPENI
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Perencanaan belum dibuat dalam sebuah Renstra yang
menjadi induk perencanaan bagi operasional Pemerintah Desa
dalam melaksanakan segala tugas dan fungsinya. Khusus bidang
organisasi dan manajemen Pemerintah Desa dan aktivitas
administrasi belum dirumuskan secara jelas tujuan yang ingin
dicapai dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan. Informasi
dari Ka. Bag. Pemerintahan (8 Agustus 2005) diketahui bahwa,
perencanaan dibuat oleh Pamong Desa dan dibicarakan
bersama dengan BPD, sementara usulan dari masyarakat boleh
dikatakan sangat sedikit. BPD kadang-kadang mengusulkan,
yang diasumsikan sebagai manivestasi usulan dari masyarakat.
Pada kenyataanya perencanaan bidang organisasi dan
manajemen hanya menjadi kesepakatan internal Pemerintah
Desa, sehingga tujuan dan target kegiatan tidak dapat
dirumuskan dengan baik. Termasuk kegiatan administrasi
Pemerintah Desa, dikatakan bahwa perencanaan dibuat setahun
sekali bersama dengan BPD, agar pelaksanaan ke depan makin
baik. Namun demikian perencanaan itu juga belum dirumuskan
secara tertulis, kecuali sekedar menjalankan aktivitas
sebagaimana tertulis dalam Tupoksi Pemerintah Desa.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur Pemerintah Desa sesuai dengan Perda
Kabupaten, dan sampai saat ini dirasakan bahwa struktur yang
ada masih sesuai dengan kebutuhan pelayanan pada
188
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
masyarakat. Di sisi lain masing-masing Pamong mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam struktur tersebut
dengan baik, meskipun ada Pamong yang kurang baik dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam struktur yang
bersangkutan.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Tupoksi Lurah dan Pamong Desa sudah menyesuaikan
dengan ketentuan dalam Perda Kabupaten, namun dalam
pelaksanaanya tidak saklek karena antara Pamong satu dengan
yang lainnya bisa saling melengkapi dan saling membantu.
Seperti di contohkan oleh Ka. Bag. Pemerintahan (8 Agustus
2005), jika seorang Kabag suatu pagi sedang ke Sawah terlebih
dahulu, maka tugas pelayanan administrasi bisa diwakili oleh
Pamong lainnya.
Dengan pelaksanaan Tupoksi yang fleksibel, maka
pelayanan administrasi kepada masyarakat tidak harus
menunggu meskipun Pamong yang dituju sedang tisak ditempat.
Akan tetapi untuk pelayanan tertentu tetap ada yang harus
menunggu Pamong yang bersangkutan, misal administrasi
pertanahan yang harus dilayani oleh Ka. Bag Pemerintahan.
Terkait dengan pelaksanaan Tupoksi, pembagian tugas
masing-masing Pamong dan Lurah juga mendasarkan diri pada
Tupoksi masing-masing. Bahkan Tupoksi itu sudah terpampang
jelas di dinding. Artinya tugas dan fungsi Pemerintah Desa
sudah terbagi habis dalam struktur yang ada Namun pembagian
tugas itupun tidak kaku sebagaimana Tupoksi, karena antara
Pamong yang satu dengan yang lain dapat saling membantu.
Bahkah kadang-kadang Lurahpun ikut memberi pelayanan
langsung kepada masyarakat dalam hal administrasi. Namun
189
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
ada persoalan dalam pembagian tugas, karena tugas dan fungsi
Ka. Bag. Pemerintahan yang lebih banyak dibanding dengan
Pamong lainnya, sehingga bisa dikatakan bahwa Pembagian
Tugas itu belum merata.
4. Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa
Setelah berlakukan UU No. 22 Tahun 1999, bisa dikatakan
jika tata hubungan antara Pemerintah Desa dengan Pemerintah
Kabupaten dan Kecamatan tidak tertata dengan jelas.
Pertanggungjawaban Pemerintah Desa adalah kepada BPD,
namun berbagai ketentuan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa tetap mengacu pada peraturan yang
ditetapkan dalam Perda Kabupaten. Sementara hubungan
dengan Kecamatan lebih bersifat koordinatif, tanpa ikatan yang
jelas dalam bentuk pelaksanaan perintah dan tanggungjawab.
Dengan berlakunnya UU No. 32 Tahun 2004,
pertanggungjawaban Pemerintah Desa berlalih kepada Bupati
melalui Camat, sehingga keterikatan Pemerintah Desa dengan
Supra Desa menjadi lebih kuat kembali. Aktifitas administrasi
pembangunan, kependudukan, pertanahan, dan lain-lain selalu
disampaikan ke dinas-dinas terkait. Sementara pembinaan
administrasi dari Kecamatan mulai diadakan kembali, terkait
dengan meningkatnya peran dan fungsi Kecamatan terhadap
desa dilingkungan Kecamatan tersebut.
Tata kerja internal Pemerintah Desa secara umum
mengikuti Perda Kabupaten tentang susunan organisasi
Pemerintah Desa, namun implementasinya tidak ketat
sebagaimana diatur dalam perda tersebut. Pada kenyataan garis
perintah dan pertanggungjawaban dalam internal Pemerintah
190
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Desa lebih bersifat koordinatif, sehingga hubungan antara
atasan ( Lurah ) dengan Para Pamongpun lebih informal dengan
ikatan-ikatan personal yang lebih tinggi.
5. Koordinasi antar unit maupun dengan supra desa
Untuk melancarkan pelaksanaan Tupoksi yang telah
ditetapkan, secara internal diadakan koordinasi rutin setiap
bulan, disamping koordinasi insidental yang dilaksanakan setiap
saat menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan atau ketika
menghadapi persoalan tertentu yang harus segera dilaksanakan
atau dipecahkan. Sebagaimana disampaikan Lurah Giripeni (8
Agustus 2005) bahwa, setiap selesai koordinasi dengan
Kecamatan, maka ia langsung mengundang Kabag dan
beberapa juga mengundang Dukuh untuk menyampaikan hasil
koordinasi dengan Kecamatan. Dengan cara seperti itu
diharapkan jika ada tugas-tugas atau kebijakan tertentu dari
Pemerintah Kabupaten atau kecamatan, segera dapat ditindak-
lanjuti oleh Pemerintah Desa.
Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan
juga sering dilakukan, tidak terbatas pada koordinasi bidang
pembangunan saja tetapi juga kordinasi anggaran, administrasi
kependudukan, pelaksanan bantuan-bantuan, dan lain-lain.
Pembinaan dari dinas terkait dan Kecamatan juga pernah
dilakukan, namun selama ini dirasakan pembinaan adminitrasi
Pemerintah Desa sangat kurang, sehingga administrasi saat ini
bisa dikatakan berantakan.
6. Pengawasan
Pengawasan terhadap Pemerintah Desa selama ini
dilakukan oleh BPD, tetapi dirasakan kurang efektif, karena
191
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pengawasan masih terfokus pada pelaksanaan anggaran.
Sedang dalam palaksanaan administrasi dan manajemen
pemerintahan desa belum intensif dilaksanakan oleh BPD.
Namun pengawasan internal oleh Pemerintah Desa oleh Lurah
sudah dilakukan cukup intensif. Sebagaimana dikatakan Lurah
(8 Agustus 2005) bahwa, selama ini ada indikasi indisipliner
beberapa Pamong, namun Lurah sangat hati-hati dalam
melaksanakan fungsi pengawasan dengan lebih menekankan
pendekatan personal.
Untuk mengefektifkan pengawasan Lurah menempatkan
para Kabag dalam satu ruangan, dengan harapan semua bisa
dipantau dengan baik dan ada “pekewuh” jika tidak bekerja
dengan baik. Meskipun demikian pengawasan tetap belum
efektif, terutama karena sanksi secara tegas belum dapat
diterapkan meskipun ada Pamong yang kurang disiplin. Tindak
lanjut pengawasan masih terbantas pada pemberian teguran
lesan jika menjumpai Pamong yang tidak disiplin, dan itupun
dilaksanakan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan
konflik.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrument Lurah adalah melalui mekanisme pemilihan
langsung dengan mengacu pada Perda Kabupaten. Sedangkan
untuk Pamong melalui seleksi terhadap calon-calon Pamong
yang dilaksanakan oleh team seleksi di desa sendiri.
Persoalannya adalah adanya kesulitan untuk menentukan
kualitas dan kualifikasi yang diinginkan dari calon Pamong
Desa, karena Perdapun tidak menentukan secara tegas, kecuali
sekedar tingkat pendidikan dan status kependudukan. Adapun
untuk rekrutmen Pamong yang terdahulu, seleksi dilakukan oleh
192
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kabupaten, dan bagi yang lolos seleksi kemudian dilantik oleh
Bupati menjadi Pamong Desa. Untungnya seleksi Pamong
terakhir diikuti oleh calon-calon dengan pendidikan minimal
SLTA, tetapi yang terdahulu masih ada yang SD dan SLTP.
Dalam rekrutmen itu secara umum dapat dikatakan tidak
ada indikasi KKN, sebagaimana dikatakan oleh salah seorang
Tokoh Masyarakat Desa Giripeni (18 Juli 2005) bahwa, indikasi
KKN tidak nampak karena dibawah pantauan Kabupaten.
Diperkuat pendapat Samingan (18 Juli 2005) salah satu Ketua
RW bahwa, materi test dibuat oleh tokoh-tokoh masyarakat yang
dianggap mampu, dan waktu pembuatannyapun mereka
dikarantina. Jadi Calon tetap harus mengikuti proses seleksi dan
sangat kecil peluang KKN.
8. Pengembangan SDM
Untuk pengembangan SDM lingkup Pemerintah Desa
Giripeni dapat dikatakan sangat terbatas. Pendidikan lanjut
tidak ada, sementara pelatihan-pelatihan dari Kabupaten atau
dari pihak lain sangat terbatas. Beberapa tahun terakhir hanya
dilakukan pelatihan satu kali, yakni sistem administrasi
kependudukan saja dan itu sudah diterapkan. Sedangkan yang
lain hanya terbatas pada acara ceramah-ceramah saja, sehingga
kurang meningkatkan keterampilan Pamong.
Di samping pelatihan yang sangat terbatas, mutasi dan
promosi juga tidak pernah dilakukan karena tidak ada ketentuan
yang mengaturnya. Sehingga sekali menjabat pada jabatan
tertentu, maka sampai purnatugas akan menjabat pada jabatan
yang sama. Meskipun Para Pamong menyatakan tidak bosan,
namun secara umum akan terjadi penurunan kinerja akibat
rutinitas dan keterbatasan inovasi.
193
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
9. Sistem kompensasi
Penghasilan pokok Lurah dan Pamong Desa adalah
berasal dari tanah lungguh, yakni :
a. Lurah : 9.800 M2
b. Carik : 8.400 M2
c. Kepala Bagian : 6.200 M2
d. Dukuh : 4. 800 M2
Penghasilan lain adalah dari TPP yang diterima triwulanan
dengan jumlah yang sama untuk semua desa :
a. Lurah : Rp. 350.000,-
b. Carik : Rp. 270.000,-
c. Kepala Bagian : Rp. 320.000,-
d. Dukuh : Rp. 225.000,-
Selain itu masih ada pendapatan yang berasal dari Pendapatan
Asli Desa yang diterima satu kali dalam satu tahun, misalnya
untuk Lurah Rp. 1.800.000,- dan untuk Carik sebesar
1.500.000,-
Dari sekiar sumber penghasilan Lurah dan Pamong Desa,
dapat dikatakan bahwa pendapatan mereka masih minim.
Sebagai contoh, total penghasilan rata-rata per bulan untu
Kepala Bagian adalah Rp. 400.000,- sampai dengan 500.000,-.
Namun konsekuensi dalam kedudukannya sebagai Lurah dan
Pamong mengharuskan mereka untuk mengeluarkan pengasilan
itu untuk kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong,
menyumbang hajatan, dan lain-lain yang rata-rata tidak kurang
dari Rp. 200.000,- per nulan. Tentunya penghasilan makin
menurun, yang artinya penghasilan bersih pamong tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya.
194
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Untuk menutupi kekurangan itu maka hampir semua
Pamong mempunyai pekerjaan sampingan baik sebagai
pedagang, makelar, dan usaha bisnis lainnya. Tentunya sistem
kompensasi demikian tidak mendukung kinerja pelayanan,
karena mereka akan mengorbankan banyak waktunya pada
aktivitas mencari nafkah selain sebagai Pamong Desa, meskipun
secara diplomatis para Pamong menyatakan bahwa pekerjaan
sampingan itu mereka lakukan di luar jam kerja. Tetapi
kenyataan bahwa beberapa Pamong sering datang siang dan
pulang lebih awal karena kepentingan pekerjaan diluar, menjadi
bukti bawah kinerja mereka kurang efektif.
Rendahnya kompensasi tentu terkait dengan motivasi
kerja yang dimungkinkan rendah. Meskipun para Pamong
menyatakan bahwa, motivasi mereka menjadi Pamong atau
Lurah adalah untuk meraih status sosial tertentu, disamping
terpaksa karena sulit mencari pekerjaan.
10. Evaluasi kinerja Pamong
Evalusai kinerja Pamong secara umum dapat dikatakan
kurang efektif untuk meningkatkan kinerja. Di samping ukuran
evaluasi kinerja yang tidak ada, evalusi kinerja juga tidak dapat
dilaksanakan dengan konsisten dan tegas karena harus toleransi
tinggi terkait dengan rendahnya pendapatan. Tindak lanjut
evaluasipun hannya terbatas sampai teguran lesan, sehingga
pemberian sanksi secara tegas terhadap Pamong sulit dilakukan
meskipun kinerjanya rendah.
11. Purnatugas
Purnatugas akan diterapkan kepada Pamong yang
mencapai usia 60 tahun, dengan purnatugas hanya sebesar 1/5
195
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
luas tanah bengkok selama ½ masa jabatan. Menurut pendapat
Ka. Bag. Pemerintahan, besarnya purnatugas itu belum sesuai
dengan jasa dan tenaga yang telah mereka abdikan selama
menjabat sebagai Lurah atau Pamong Desa.
12. Data Pamong
Secara umum data Pamong, terkait dengan komptensi
pelaksanaan tugas dan fungsi adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan rata-rata Lurah dan Kepala Bagian adalah
SLTA
b. Pendidikan rata-rata Dukuh adalah SD dan SLTP
c. Masa kerja rata-rata adalah diatas 5 tahun, kecuali Lurah
dan Kepala Bagian pemerintahan yang masih relatif baru.
Dari sisi tingkat pendidikan, untuk sementara dapat
dikatakan memadahi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Hal itu ditunjang pengalaman Pamong yang rata-
rata sudah sudah memadahi karena masa kerja yang sudah
cukup lama. Namun untuk masa mendatang kondisi Pamong
demikian tentu kurang mampu mengikuti kebutuhan
masyarakat yang makin lama makin tinggi.
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Untuk sementara kemampuan Lurah dan Pamong dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat dikatakan
cukup memadahi, karena pengalaman kerja rata-rata yang
sudah cukup lama. Sebagaimana pendapat Widuri ( 18 Juli
2005 ) selaku tokok masyarakat bahwa, kemampuan Pamong
dalam memberikan pelayanan sudah cukup baik dan sudah
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Kecuali untuk Lurah
yang baru menjabat dan Ka. Bag Pembangunan yang juga baru,
196
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
masih dirasa kurang mampu memberi pelayanan dengan baik,
kurang inisiatif, dan lain-lain.
14. Kepuasan Masyarakat
Atas pelaksanaan pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Desa bisa dikatakan cukup memuaskan. Keluhan
dari warga memang ada tetapi sedikit, terutama karena
kedatangan Pamong yang kadang-kadang terlambat. Tanggapan
Samingan (18 Juli 200 ) selaku tokoh masyarakat bahwa,
pelayanan masyarakat sudah cukup baik dan mudah, selain itu
pelayanan tidak harus nunggu seorang pamong karena bisa
dilayani oleh Pamong lainnya.
15. Sarana kerja Pemerintah Desa
Sarana pokok untuk pelayanan sudah ada, seperti
komputer 1 unit, telephon 1 unit, mesin ketik 2 unit yang
berfungsi. Untuk saat ini sarana pelayanan yang ada dirasa
kurang, karena kebutuhan pelayanan yang makin meningkat,
sehingga kadang masyarakat harus antri menunggu pelayanan
karena sarana kerja yang terbatas. Selain itu dari 1 unit
komputer, ternyata semua Pamong belum mampu
mengoperasikan, sehingga harus melibatkan keluarga Pamong
untuk membuat surat-surat, dan lain-lain yang menggunakan
komputer.
16. Akuntabilitas kepada masyarakat
Akuntabilitas Pemerintah Desa kepada masyarakat,
khususnya bidang organisasi manajemen masih sangat terbatas
karena penyampaian laporan dan pertanggungjawabanya masih
terbatas pada BPD, sementara masyarakat tidak mengetahui.
197
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Riyadi (18 Juli 2005) selaku tokoh masyarakat menyatakan
bahwa, laporan pelaksanaan administrasi desa kepada
masyarakat tidak ada, kalaupun ada paling-paling hanya dalam
rapat koordinasi dengan Pamong dan tokoh masyarakat. Di situ
tokoh masyarakat dapat memberikan masukan-masukan kepada
Pemerintah Desa.
Senada dengan pendapat tersebut, Sulardi selaku tokoh
masyarakat menyatakan bahwa, kritikan dan saran paling hanya
disampaikan oleh tokoh masyarakat dalam rapat koordinasi.
Sementara Lurah dikatakan kurang inisiatif dan kurang kreatif
dalam mengambil ide atau gagasan, sehingga sering mendapat
kritik dari masyarakat, tapi dimaklumi karena Lurah masih
baru.
4. DESA TRIHARJO
1. Perencanaan (administrasi dan pelayanan administrasi)
Perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Desa Tri harjo
adalah berupa program-progran kerja tahunan yang dirumuskan
bersama dengan BPD. Namun khusus perencanaan bidang
administrasi tidak ada bentuk eksplisit dalam bentuk rencana
pengembangan atau peningkatan pelayanan. Rencana-rencana
itu ada dan dibicarakan oleh Pemerintah Desa, namun hanya
menjadi kesepakatan tidak tertulis diantara Pamong dan Lurah.
Maka dari itu tujuan dan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan tidak bisa di ukur dengan jelas.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur oraganisasi Pemerintah Desa mengacu
pada kententuan yang diatur dalam Perda Kab. Kulonprogo.
Menurut Carik Desa Triharjo (10 Agustus 2005) bahwa, pola dan
198
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
struktur yang ditetapkan oleh Kabupaten itu, Pamong Desa
dapat melaksanakan dengan baik, dan nampaknya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Di samping itu Pamong Desa
juga relatif mudah dalam memahami dan melaksanakan struktur
itu, karena pada prinsipnya tidak berbeda jauh dari struktur
yang dulu.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Sebagaimana ditentukan dalam struktur organisasi, disitu
sudah ditetapkan Tupoksi masing-masing Pamong dan
Lurahnya. Secara umum Pamong Desa Triharjo sudah
memahami Tupoksi itu dan sudah mampu melaksanakannya.
Namun dalam prakteknya pelaksanaan Tuposk itu tidak
sesaklek yang difariskan. Sering terjadi seorang pamong
mengerjakan tugas Pamong lainnya. Hal itu dilakukan agar
masyarakat tidak menunggu lama.
4. Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa
Hubungan dengan Pemerintah Kabupaten atau dengan
kecamatan, berjalan sebagaimana ketentuan dan lebih bersifat
koordinatif ketimbang instruksi. Pemerintah Kabupaten melalui
dinas-dinas terkait cukup sering mengundang Pamong Desa
untuk mengikuti rapat-rapat dalam rangka persiapan
pelaksanaan tugas. Demikian pula pihak Kecamatan. Selain itu
pernah pula pihak Kecamatan datang untuk cek pelaksasanaan
pembangunan, dan pelakasnaan administrasi.
5. Koordinasi antar unit
199
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Koordinasi dengan BPD lebih banyak dilakukan dalam
forum-forum resmi, biasaanya bersamaan dengan rapat-rapat
pembahasan Perarturan Desa maupun dalam pembahasan LPJ
Lurah pada BPD yang diadakan setahun sekali. Koordinasi
insidental dengan BPD kadang juga dilakukan antara Lurah atau
Pamong dengan anggota BPD, karena tiap hari ada piket
anggota BPD.
Koordinasi internal Pemerintah Desa dilakukan dalam
forum rapat rutin maupun insidental. Rapat koordinasi Lurah
dan Pamong diadakan rutin sebulan sekali. Sedangkan
koordinasi tidak rutin antara Lurah dengan Pamong cukup
sering pula dilakukan, terutama jika menghadapi masalah
khusus yang harus segera mendapat pemecahan.
6. Pengawasan
Pengawasan terhadap Pemerintahan Desa dilakukan baik
oleh BPD, oleh Pemerintah Kecamatan, maupun oleh Lurah
sendiri. Menurut Carik dan Ka. Bag. Pemerintahan Desa
Triharjo (10 Agustus 2005) bahwa, Pengawasan BPD berjalan
cukup efektif, termasuk pengawasan triwulanan yang
merupakan monitoring terhadap proses pekerjaan. Selain dari
BPD, monitoring juga dilakukan untuk meningkatkksn kegiatan
administrasi.
Secara internal pengawasan Pemerintah Desa,
pengawasan dilakukan oleh Lurah, meskipun pengawasan lebih
ditujukan untuk memotivasi agar Pamong berkerja dengan baik.
Namun akibat keterbatasan imbalan yang diperoleh Pamong,
maka Pengawasan Lurah tidak dapat dilakukan secara
maksimal. Sehingga Lurah merasa sungkan bila ingin tegas
terhadap Pamong.
200
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Untuk rekrutmen Lurah telah dilaksanakan dengan
mekanisme pemilihan langsung oleh masyarakat. Pada
prinsipnya proses pemilihan berjalan dengan demokratis,
dengan sedikit kemungkinan adanya kasus KKN. Adapun untuk
rekrutment Pamong dilakukan dengan cara seleksi, oleh team
seleksi yang terdiri dari BPD, Pemerintah Desa, dan tokoh
masyarakat. Test melibuti : test tertulis, test lesan,
keterampilan, dan penyampaian visi dan misi.
Menurut Ka. Bag. Pemerintahan Triharjo bahwa,
sebaiknya untuk Pamong rekrutmen tetap dengan
pengangkatan, karena akan mengurangi kemungkinan
terjadinya konflik dan pemborosan. Selain itu lebih mudah
dalam menentukan siapa calon Pamong yang lebih berkualitas.
8. Pengembangan SDM
Untuk keperluan pemgembangan organisasi Pemerintah
Desa, sebenarnya perlu dilakukan peningkatan kapasitas atau
keterampilan Pamong Desa, misalnya melalui pelatihan. Namun
selama ini pelatihan jarang sekali dilakukan, khususnya oleh
Pemerintah Kabupaten. Tahun 2004 pernah dilakukan pelatihan
tentang SIAK, namun untuk selanjutnya hanya berupa ceramah-
ceramah saja.
Penyegaran tugas juga tidak pernah dilakukan karena
belum pernah dilakukan promosi dan mutasi pejabat.
Mekanisme dan aturan yang mengatur tentang kemungkinan
mutasi dan promosi memang belum ada, sehingga sekali duduk
pada jabatan tertentu, maka selama menjadi Pamong akan
201
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
duduk pada jabatan tersebut, kecuali jika yang bersangkutan
terpilih menjadi Lurah.
9. Sistem kompensasi
Kompensasi sebagai Lurah dan Pamong Desa, berasal dari
beberapa sumber, yaitu :
Lurah : 3,6 Ha
Carik : 3,0 Ha
Ka.Bag-Ka. Bag : 2,4 Ha
Staff : 0,9 Ha
Dukuh : 1,8 Ha
Bantuan Triwulanan dari Pemerintah Kabupaten :
Lurah : Rp. 350.000,-
Carik : Rp. 300.000,-
Ka. Bagian : Rp. 270.000,-
Dukuh : Rp. 225.000,-
Tunjangan dari PADes
Lurah : Rp. 1.400.000,-
Carik : Rp. 1.200.000,-
Ka. Bag : Rp. 980.000,-
Dukuh : Rp. 900.000,-
Staff : Rp. 600.000,-
Dari keseluruhan sumber pendapatan seorang Ka. Bag
misalnya, rata-rata per bulan akan menerima penhasilan
sebesar Rp. 900.000,-. Pendapatan itu dari sisi nominal memang
cukup lumayan, namun secara riel tidak begitu menjanjikan
karena sebagai Pamong harus mengeluarkan uang itu untuk
berbagai bentuk sumbangan. Menurut Ka. Bag. Pemerintahan,
rata-rata per bulan tidak kurang dari Rp. 400.000,- untuk
sumbangan manten, kematian, gotong-royong, dan lain-lain.
202
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Keterbatasan penghasilan memaksa Pamong untuk
mencari penghasilan tambahan, antara lain :
Carik : Usaha rias manten
Ka. Bag Pemerintahan : Sopir dan pedagang
Ka. Bag Pembangunan : Peternak
Ka. Bag Kemasyarakatan : Peternak, dan lain-lain
Demikian pula Pamong yang lainnya, yang kebanyakan juga
memiliki usaha sampingan. Selain itu beberapa Pamong juga
terbantu oleh pengasilan dari istri yang menjadi PNS atau usaha
lainnya. Sementara kompensasi-kompensasi lain asuransi
kecelakaan, tunjangan keluarga, dan lain-lain tidak ada. Dengan
demikian, perkerjaan sebagai Pamong tidaklan membanggakan
dari sisi penghasilan.
10. Evaluasi kinerja Pamong
Evalusasi kinerja kepada Para Pamong terutama dilakukan
oleh Lurah, tetapi kurang efektif dilakukan oleh Lurah, karena
harus toleran terhadap besarnya pengasilan yang diperoleh
Pamong. Sehingga sanksi terhadap Pamong tidak pernah
dilakukan secara tegas. Di samping itu ada pengawasan baik
dari BPD maupun dari Kecamatan, namun pengawasan kedua
lembaga itu lebih bersifat monitoring, sehingga hasilnya kurang
mampu membawa dampak perubahan, khususnya bagi prodi.
11. Purnatugas
Setelah habis masa jabatannya, maka mantan Pamong akan
menerima 1/5 dari bengkok yang diterimanya semasa masih
menjabat. Dengan besarnya purnatugas seperti itu, Carik
Triharjo menyatakan bahwa, nantinya pengasilan purnatugas itu
tidak akan memberikan jaminan kesejahteraan di masa tuanya.
203
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
12. Data Pamong
No
Nama JabatanUmur(Th)
Pendikan
Masa Kerja(Th)
1 Wadiyo Lurah 44 SLTA 12 Suyatmi Carik 56 SLTA 153 Bambang
HandoyoKa.Bag. Pemerint.
30 Sarjana 3
4 Kayat Widi Asmoro
Ka.Bag. Pembang.
55 SLTP
5 Endar Witomo Ka.Bag. Kemasy. 47 SLTA6 Sutasdiyah
WinarsoKa.Bag. Pendapatan
44 SLTA
7 Temo Raharjo Sek. BPD 58 SLTA8 Sri Purwati Staf 27 SLTA9 Dawali Dukuh I 56 SLTA10 Wito Dukuh II 52 SD11 Kurdi Dukuh III 54 SLTA12 Kastono Dukuh IV 58 SD13 Alexsius Nuryanto Dukuh V 47 SLTP14 Wasiyan Dukuh VI 41 SLTA15 Temu Sumadi Dukuh VII 33 SLTA16 Sutari Dukuh VIII 52 SLTP17 Mardjono Dukuh IX 52 SLTP18 Puji Utomo Dukuh X 51 SDSumber data : Pemdes Triharjo Tahun 2005
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Dilihat dari sisi tingkat pendidikan dan rata-rata masa
kerja Pamong, seharusnya para Pamong sudah memiliki
kemampuan yang memadahi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Sebagaimana pendapat Sutari (25 Juli
2005) selaku Dukuh bahwa, kemampuan Lurah dan Pamong
dalam melayani masyarakat sudah cukup baik. Ka. Bag.
Pemerintahan jelas sarjana, dan Pak Lurah meskipun hanya
lulusan SLTA, tetapi dalam berkoordinasi dan memberikan
pelayanan, pak Lurah mampu.
204
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pelayanan rata-rata dimulai jam 09.00–13.00, dan yang
sering agak banyak malayani adalah Ka. Bag Pemerintahan
meliputi pelayanan KTP, surat-surat ijin, legalisasi, dan lain-lain.
Dengan jam pelayanan demikian dan kemampuan pelayanan
yang ada untuk sementara sudah mencukupi, karena belum ada
kebutuhan untuk peningkatan intensitas pelayanan, khususnya
bidang administrasi.
14. Kepuasan Masyarakat
Terkait dengan kemampuan Lurah dan Pamong dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat, Nur Thoha (25 Juli
2005) selaku Calon Lurah takterpilih membuat pernyataan
cukup kontroversial bahwa, kalau mau membahas pelayanan
administrasi di Desa Triharjo dari tahun ke tahun kurang
memuaskan. Bahkan masa kepemimpinan Lurah sekarang lebih
jelek dari Lurah yang kemarin, karena Lurah dan Pamong
sekarang belum dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
secara baik. Lurah dan Pamong hanya lulusan SLTA dan tidak
pernah ada penyegaran.
Meskipun penyataan tersebut ada unsur memojokkan,
namun Carik Triharjo sendiri menyatakan bahwa, kadang-
kadang masyarakat harus antri untuk minta pelayanan, dan
kadang-kadang masyarakat mengeluh mengenai prosedur
pelayanan. Artinya ada pelayanan yang berbelit-belit, sehingga
wajar jiga ada warga yang mengeluh atas pelayanan Pamong
Desa, meskipun Carik menyatakan jika keluhan warga tidak ada.
15. Sarana kerja Pemerintah Desa
Sarana kerja pokok yang dapat dimanfaatkan untuk
pelayanan masyarakat, khususnya pelayanan administrasi
205
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
adalah : 2 unit komputer, 2 unit mesin ketik, 1 unit telephon,
dan 1 unit sepeda motor dinas. Dari sarana komputer misalnya,
sebenarnya sudah cukup untuk keperluan pelayanan, akan
tetapi ternyata hanya 1-2 orang saja yang bisa
mengoperasionalkan saja, sehingga sarana itu kurang efektif
untuk pelayanan masyarakat.
16. Akuntabilitas kepada masyarakat
Akuntabilitas pelayanan publik khususnya bidang
administrasi bisa dikatakan masih kurang, antara lain karena
masih terbatasnya upaya transparansi dalam hal prosedur
pelayanan administrasi. Sebagaimana dikatakan Sujono (25 Juli
2005) selaku tokoh masyarakat bahwa, sosialisasi prosedur dan
sarat ke penduduk jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Yang
menyampaikan paling yang dukuh-dukuh, karena dukuh yang
memberi pelayanan di bawah dan memeberikan surat pengantar
ke Kelurahan.
5. DESA WATES
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan
Administrasi)
Perencanaan organisasi manajemen belum dibuat dalam
bentuk Renstra Desa, bahkan Pamong tidak mengerti ketika
ditanya mengenai apa itu Renstra. Disamping itu ada kendala
teknis untuk menyusun renstra seperti kemampuan analisis
potensi, dan belum pernah ada pelatihan tentang itu. Dengan
demikian perencanaa dalam kegiatan administrasi juga belum
mendasarkan diri pada Renstra.
Menurut Ka. Bag. Pemerintahan (5 Agustus 2005)
dikatakan bahwa, perencanaan administrasi belum dibuat
206
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
secara konkrit, meskipun upaya peningkatan sudah ada dan
menjadi komitmen bersama. Maka dari itu ukuran keberhasilan
bidang administrasi belum ada, yang tentunya akan sulit
menentukan langkah-langkah strategis dalam pengembangan
administrasi. Namun untuk program-program peningkatan
selalu dibicarakan bersama dengan BPD, termasuk menerima
masukan-masukan dari masyakat melalui Dukuh-Dukuh.
2. Tata Hubunngan Antar Unit Kerja Maupun
Dengan Supra Desa
Tata hubungan antara Lurah dengan Pamong maupun
antar Pamong selama ini oleh Lurah (5 Agustus 2005) sudah
berjalan dengan baik. Alur perintah maupun
pertanggungjawaban berjalan dengan lancar dan lebih
mengedepankan hubungan koordinatif. Pertanggungjawaban
secara formal oleh Pemerintah Desa dilakukan kepada BPD
setidaknya setahun sekali, namun secara formal
pertanggungjawaban itu terfokus pada LPJ anggaran.
Sementara untuk perencanaan bidang administrasi masih
bersifat penyampaian informasi-informasi mengenai kemajuan
administrasi Pemerintahan Desa.
Adapun tata hubungan dengan supra desa, baik dengan
Pemerintah Kabupaten maupun Kecamatan juga berjalan
dengan baik, namun lebih bersifat koordinatif. Pengarahan-
pengarahan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten, baik
melalui dinas-dinas terkait maupun melalui Camat. Dalam hal
laporan pelaksanaan administrasi kepada Kabupaten dan
Kecamatan tidak ada mekanisme yang jelas, kecuali laporan-
laporan teknis seperti perkembangan kependudukan,
pertanahan, dan lain-lain yang disampaikan kepada dinas
207
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
terkait. Adapun Perintah dari Pemerintah Kabupaten sering
disampaikan melalui surat maupun secara langsung dalam
acara-acara rapat koordinasi. Dikatakan Oleh Carik (5 Agustus
2005) bahwa, setelah berlaku UU No. 32 Tahun 2004,
kewenangan Camat terhadap Desa kan menjadi lebih jelas, dan
sekarang sudah lebih efektif. Camat menjadi lebih sering turun
ke desa, misalnya menindak lanjuti, misalnya bila ada laporan
tentang sapi bantuan yang mati.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Tupoksi Lurah maupun para Pamong adalah sesuai
dengan Perda Kabupaten Kulon Progo, yang mana rincian
Tupoksi menurut Carik (5 Agustus 2005) sudah dipahami oleh
Para Pamong, sehingga masing-masing sudah menjalankan
tugasnya sesuai dengan Tupoksi itu. Namun demikian Tupoksi
tidak dijalankan secara ketat oleh para Pamong, sehingga
diantara para Pamong bisa saling membantu tugas Pamong
lainnya, jika kebetulan sedang tidak melaksanakan tugas.
Dengan pelaksanaan Tupoksi demikian itu, pola dan
struktur yang sudah ditentukan untuk saat ini masih dirasa
cukup untuk mengkaver semua bentuk pelayanan kepada
masyarakat. Namun ke depan karena pelayanan akan makin
tinggi, barangkali struktur dan Pamong seperti sekarang akan
kesulitas memenuhi seluruh Tupoksinya. Terlebih lagi
keberadaan staf yang jumlahnya terbatas, sehingga Tupoksi
kurang cepat dilaksanakan.
4. Pembagian Kerja Antar Unit
Terkait dengan Tupoksi yang sudah ditentukan dalam
Perda, maka pembagian tugas antar Pamong di desa Wates
208
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
menurut Carik (5 Agustus 2005) sudah sesuai dengan Tupoksi
itu. Namun demikian dalam pelaksanaan tugasnya, masing-
masing Pamong tidak saklek dalam melaksanakan tugasnya.
Situasi dan kondisi Pamong maupun keperluan teknis
pelayanan, sangat membutuhkan adanya fleksibilitas dalam
pelaksanaan tugas. Hal itu juga mengingat bahwa kebutuhan
pelayanan di Desa wates ada kecenderungan kian lama kian
meningkat. Namun untuk tugas-tugas yang sangat prinsip tetap
harus dilaksanakan oleh Pamong yang bersangkutan.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra
Desa
Untuk koordinasi dengan supra desa kurang lebih sama
dengan desa lainnya, sementara secara internal, koordinasi
dengan para pamong dilakukan dengan beberapa cara. Rapat
koordinasi rutin dilakukan tiga bulan sekali. Disamping itu
sering pula dilakukan rapat-rapat koordinasi insidental (tak
terjadual) bila ada kepentingan mendesan, sebagaimana
dikatakan Carik (5 Agustus 2005) bahwa rapat insidental itu
bahkan sering dilakukan dua kali dalam seminggu, berupa
briefing oleh Lurah kepada para Pamong.
Sedangkan rapat dengan BPD selalu dilakukan saat
perumusan Perdes, laporan pertanggungjawaban Pemerintah
Desa kepada BPD, akan tetapi rapat koordinasi dengan BPD
lebih bersifat formal, bersamaan dengan sidang-sidang dengan
BPD. Namun demikian rapat-rapat koordinasi yang demikian itu
sudah dirasakan cukup memadahi untuk terlaksananya
koordinasi antara Pemerintah Desa dengan BPD.
6. Pengawasan
209
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dalam hal pengawasan baik yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan maupun oleh BPD bisa
dikatakan kurang efektif. Dari Pemerintah Kabupaten dan
Kecamatan, pengawasan dilakukan hanya sekedar memberikan
pengarahan-pengarahan saja, sementara pengawasan BPD juga
cenderung formalitas bersamaan LPJ Lurah. Sedangkan dalam
bidang administrasi Pemerintah desa, BPD jarang memberikan
masukan maupun koreksi. Namun untuk proses pembuatan
Perdes, selalu dirembug bersama-sama dengan BPD untuk
mendapat pertimbangan dan persetujuan.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrutmen Lurah dilakukan melalui mekanisme pemilihan
secara langsung oleh masyarakat. Sedangkan untuk Pamong
dilakukan melalui seleksi di tingkat desa, dengan kemungkinan
kecil adanya indiaksi KKN, karena tim seleksi terdiri dari
Pamong, BPD, dan tokoh masyarakat. Sehingga pelaksanaan
rekrutmen Pamong cukup transparan. Adapun materi test
dibuat oleh team seleksi itu, dan dari calon-calon yang
memperoleh skor tertinggi akan diangkat sebagai Pamong,
melalui Keputusan Lurah.
Persoalannya, rekrutmen cukup sulit untuk menyeleksi
calon Pamong yang memiliki kompetensi yang benar-benar
sesuai dengan kebutuhan formasi. Jumlah warga yang
mendaftarkan sebagai Pamongpun terbatas jumlanya, sehingga
sulit memilih calon Pamong yang sesuai dengan kebutuhan.
Rekrutmen sama sekali belum didasarkan pada
perencanaan SDM, sehingga ada kesulitan dalam mengisi
formasi-formasi yang ada, dengan SDM yang memiliki kapasitas
memadahi. Hasil seleksi yang memiliki skor tertinggi kemudian
210
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
diangkat menjadi Pamong Desa, dan ditempatkan sesuai formasi
yang ada, tanpa mempertimbangkan lagi kompetensi seseorang,
termasuk belum diadankannya masa orientasi maupun
pelatihan-pelatihan untuk jabatan yang bersangkutan.
8. Pengembangan SDM
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ka Bag.
Pemerintahan Desa Wates diketahui bahwa, pengembangan
SDM sangat terbatas dilakukan. Pelatihan-pelatihan teknis
sangat jarang dilakukan, kecuali pelatihan SIAK, sementara
ivent lain banyak dilaksanakan dengan cara sekedar memberi
ceramah-ceramah dari Kabupaten maupun dari Kecamatan.
Pernah ada pembinaan administrasi tahun 2001, tetapi itupun
tidak mampu dilaksanakan dengan baik. Pengembangan melalui
pendidikan lanjut juga kecil kemungkinan, karena terkait
dengan keterbatasan anggaran Pemerintah Desa.
Pasca penempatan, ternyata tidak pernah dilakukan
mutasi maupun promosi, sehingga seorang Pamong akan
menjabat pada jabatan yang sama sejak diangkat sampai
dengan purnatugas. Sepintas mereka menyatakan bahwa
meskipun tanpa promosi dan mutasi. Secara diplomatis Pamong
Desa menyatakan tidak akan bosan dalam melaksanakan tugas.
Namun di sisi lain para Pamong juga menginkan adanya
kenaikan pendapatan, kenaikan perhatian dari Pemerintah, dan
lain-lain yang tidak mungkin. Dari keinginan itulah Pamong
Desa Wates menyambut baik kebijakan alih status menjadi
Kelurahan, dengan harapan mereka akan menjadi PNS untuk
perbaikan tingkat kesejahteraan Pamong.
9. Sistem Kompensasi
211
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Secara umum Ka. Bag Pemerintahan 5 Agustus 2005
mengatakan bahwa, kompensasi pokok Pamong Desa diberikan
dalam bentuk uang yaitu bengkok. Dari luas bengkok yang
diterima Pamong, rata-rata pengahasilan Pamong setiap bulan
adalah sebagai berikut :
a. Lurah : Rp. 600.000,-
b. Carik : Rp. 500.000,-
c. Kepala Bagian : Rp. 400.000,-
d. Dukuh : Rp. 300.000,-
e. Staf : Rp. 200.000,-
Dari pendapatan pokok itu ditambah dengan TPP yang
diterima setiap tiga bulan sekali dengan perincian per bulan,
sebagai berikut :
a. Lurah : Rp. 125.000,-
b. Carik : Rp. 100.000,-
c. Kepala Bagian : Rp. 90.000,-
d. Dukuh : Rp. 80.000,-
e. Staf : Rp. 60.000,-
Perhitungan dari dua jenis sumber pendapatan Pamong
itu, berdasarkan hasil konfirmasi dengan Carik Desa Wates (5
Agustus 2005), katakanlah Carik mempunyai pengahasilan rata-
rata Rp. 600.000,- per bulan itupun jika hasil panen bengkok
tidak gagal. Sementara tambahan kesejahteraan berupa
asuransi, dana perumahan, dan lain-lain tidak ada. Kemudian
rata-rata pengeluaran berupa sumbangan, dikatakan oleh Carik
bahwa ia mengeluarkan uang untuk berbagai sumbangan atau
iuran seperi gotong royong, hajatan warga, serkiler kematian,
dan lain-lain lebih dari Rp. 300.000,-. Pengeluaran Lurah pasti
lebih besar dari Pamong lainnya, karena posisi Lurah pasti
212
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
paling sering menghadiri atau diundang dalam berbagai bentuk
hajatan warga.
Dengan demikian rata-rata pengahasilan Pamong menjadi
berkurang cukup besar untuk urusan kemasyarakatan. Untuk
menutupi kebutuhan, maka terpaksa para pamong melakukan
usaha lainnya, antara lain: Lurah memiliki warung kelontong,
wartel, dan didukung oleh istrinya yang kebetulan jadi guru.
Sementara untuk Ka. Bag. ada yang menjadi pedagang pasar,
makelaran sepeda motor, dan lain-lain. Usaha-usaha itu harus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pengahasilan
Pamong Desa belum dapat diandalkan sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Meskipun demikian ketika ditanya mengenai motivasi
menjadi Pamong, dikatakan bahwa mereka ingin dan tetap
menjadi Pamong karena tidak ada pekerjaan lainnya. Selain itu
motivasi mereka menjadi Pamong setidaknya sebagai
pengabidian kepada masyarakat, meskipun pernyataan
semacam itu bisa ditangkap sebagai kalimat keterpaksaan
mereka karena tidak ada alternatif lainnya.
10. Evaluasi kinerja Pamong
Evaluasi kinerja secara khusus baik dalam hal aturan
maupun teknis operasional evaluasi belum ada. Pengawasan
BPD kepada Pemerintah Desa dilakukan bersama dengan
Laporan Pertanggungjawaban Lurah, sementara untuk evaluasi
kinerja Pamong tidak secara sistematis dilakukan, sehingga
dapat dikatakan tidak efektif. Adapun pengawasan Lurah
terhadap para Pamong hanya merupakan pengawasan yang
213
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
lebih bersifat perndekatan personal berupa teguran ringan, dan
belum pernah ada tidak lanjut berupa pemberian sanksi.
11. Purnatugas
Sesuai dengan ketentuan Perda yang berlaku di
Kabupaten Kulonprogo, maka pada usia 60 tahun Pamong akan
purnatugas. Setelah purnatugas mereka akan menerima 0,20 %
dari luas tanah bengkoh, yang akan diterima selama separuh
masa jabatan Pamong Desa. Dikatakan oleh Carik (5 Agustus
2005) bahwa, jika tidak mencari tambahan lainnya, maka
purnatugas yang luasnya seperti itu pasti tidak sesuai dengan
kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Sehingga tidak
mengherankan jika mereka merasa kurang mendapat
penghargaan layak atas kerja dan pengabdiannya selama
mereka mengabdi sebagai Pamong Desa.
12. Data Pamong (tidak ada di kelurahan)
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada
masyarakat
Menurut Carik ( 5 Agustus 2005 ) kebutuhan pelayanan
masyarakat oleh Pemerintah Desa makin lama makin besar,
terkait dengan makin banyaknya anggota masyarakat. Di
samping itu Desa Wates merupakan Desa di wilayah perkotaan,
sehingga kebutuhan masyarakat makin komplek. Untuk saat ini
kebutuhan pelayanan masih cukup mampu dilayani oleh
struktur dan Pamong yang ada, setidanya mereka mempunyai
pengalaman yang cukup memadahi. Namun ke depan ada
kekhawatiran Pamong Desa kurang mampu mengikuti
perkembangan kebutuhan masyarakat. Tingkat pendidikan
214
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
personal Pemerintah Desa yang rata-rata SLTA, bahkan rata-
rata Dukuh yang hanya perpendidikan SLTP dan SD, serta
besarnya kendala untu melakukan pengembangan Pamong
Desa, maka sangat dimungkinkan pelayanan ke depan makin
menurun.
14. Kepuasan Masyarakat
Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat,
khususnya bidang administrasi, menurut Ka. Bag. Pmerintahan
(5 Agustus 2005) bahwa selama itu masyarakat cukup puas.
Keluhan masyarakat memang ada tapi jumlahnya sangat sedikit,
dan isi keluhannya seputar prosedur administrasi. Keluhan
prosedur itupun biasanya karena warga yang datang ke
Pemerintah desa belum melengkapi persyaratan-persyaratan
yang ditentukan.
Penyataan itu diperkuat dengan pennyataan Marijan (7
Agustus 2005) selaku tokoh masyarakat Desa Wates yang
mengatakan bahwa, pelayanan kepada masyarakat sudah ada
peningkatan meskipun belum banyak. Atas peningkatan itu
iapun menyatakan sudah cukup puas atas pelayanan yang
diberikan oleh Pemerintah Desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Sarana prasarana kerja untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat untuk sementara dikatakan cukup
memadahi, namun ke depan sarana-prasarana itu perlu
ditambah atau dikembangkan untuk mengikuti peningkatan
pelayanan kepada masyarakat. Ada kendala dalam penggunaan
sarana-prasarana pelayanan, khususnya bidang administrasi,
215
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
yakni tidak semua Pamong mampu memanfaatkan sarana kerja
seperti komputer.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Hingga saat ini pelayanan kepada masyarakat, khususnya
bidang administrasi tidak ada mekanisme khusus untuk
melaporkan atau mengiformasikan kepada masyarakat.
Kalaupun ada itu dilakukan oleh Dukuh kepada warganya
masing-masing, namun baru sebatas menyampaikan hal-hal
teknis seperti pemberitahuan tentang sarat-sarat administrasi.
Adapun pelaporan kepada masyarakat atas pelayanan, bisa
dikatakan sangat terbatas dan waktunya juga sukup terbatas.
6. DESA PANJATAN
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Organisasi Pemerintahan Desa Panjatan dalam membuat
perencanaan masih berupa program-program kerja tahunan
yang dirumuskan dalam APBDes. Program kerja itu dalam
pembuatannya diajukan oleh Pemerintah Desa untuk dibahas
bersama dengan dan dimintakan persetujuan BPD. Jadi
perencanaan organisasi secara makro belum dibuat dalam
sebuah Renstra. Demikian pula dalam rencana pengembangan
administrasi belum didasarkan pada renstra. Sama seperti desa-
desa yang lain, perencanaan bidang administrasi hanya sekedar
menjadi kesepakatan diantara Pemerintah Desa. Sehingga
tujuan, dan langkah-langkah yang hendak ditempuh belum
terumuskan dengan baik, termasuk target-target yang hendak
dicapai.
2. Pola dan Struktur Organisasi
216
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pola dan struktur organisasi Pemerintah Desa Panjatan
adalah sebagaimana ditentukan dalam Perda Kabupaten Kulon
Progo. Dengan pola dan struktur seperti itu dirasa masih sangat
mencukupi kebutuhan untuk pelayanan publik di desa yang
bersangkutan. Selain itu kemampuan dan potensi internal
Pemerintah Desa juga cukup mampu untuk melakanakan
struktur tersebut. Menurut Carik Desa Panjatan (20 Agustus
2005) bahwa, dengan struktur yang ada para Pamong sudah
cukup mempunyai pengalaman karena tidak jauh berbeda
dengan pola dan struktur yang dulu. Adapun untuk jabatan yang
semula bernama Ka.Ur Umum, setelah berlakunya UU No. 22
Tahun 1999 dikonversikan ke Jabatan Sekretaris BPD.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Tupoksi Lurah dan masing-masing Pamong Desa sudah
ditentukan oleh Perda dan masing-masing Pamong sudah
mengetahui dan memahami tugas fungsi masing-masing.
Bahkan Tupoksi itu terpampang di dinding dekat meja tempat
duduk masing-masing Pamong. Dengan demikian setiap hari
para Pamong akan melihat, yang kemudian diharapkan akan
lebih mudah dalam membaca, mempelajari, memahami lalu
menerapkan dalam pelayanan publik.
Meskipun terdapat Tupoksi baku yang telah ditetapkan
dalam Perda, namun praktek pelaksanaanya tidak harus saklek
sebagaimana yang tertulis. Menurut Carik, Tupoksi itu
dijalankan fleksibel dan saling membantu “ yang pennting bisa
jalan. Jika Tupoksi itu dijalankan dengan ketat, maka
dikhhawatirkan justru akan terjadi pelayanan birokratis dan
berbelit, karena dimungkinkan salah seorang Pamong atau lebih
217
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tidak ditempat, sehingga kondisi demokian tentu akan
menghambat pemberian pelayanan publik.
Terkait dengan Tupoksi yang ada, maka pembagian tugas
secara internal Pemerintah Desa juga mengacu pada Tupoksi
tersebut. Namun dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
pembagian tugas tidak berjalan secara saklek melainkan saling
membantu dan saling melengkapi antara Pamong yang satu
dengan lainnya. Sehingga bila ada salah satu Pamong yang
tidak masuk kerja, maka dengan sendirinya tugas pelayanan
kepada masyarakat digantikan oleh Pamong yang datang.
Dengan cara itu diharapkan tugas pelayanan tidak sampai
tertunda, meskipun mengandung resiko adanya salah satu
aparat yang cenderung mengandalkan tugasnya pada Pamong
lain.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan antara Pemerintah Desa dengan BPD bisa
dikatakan cukup serasi, sehingga program-program kerja
tahunan dapat dirumuskan bersama. Pada kenyataannya
memang sebagian anggota BPD aktif dan sebagian yang lain
kurang atau tidak aktif, namun secara formal hubungan antara
pemerintah Desa dengan BPD relatif baik, tidah pernah sampai
konflik. Secara formal Hubungan partnership antara Pemerintah
Desa dengan BPD berjalan dengan baik, baik dalam pembuatan
Perdes bersama dan pelaksanaaan pertanggungjawaban (LPJ)
Lurah setiap tahunnya. Sebagaimana dikatakan Lurah Panjatan
(20 Agustus 2005) bahwa, hubungan BPD dengan Pemerintah
Desa relatif baik, BPD sudah tahun tugas fungsinya, sehingga
hubungan kemitraan berjalan dengan baik.
218
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dalam kaitannya dengan Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kecamatan, hubungan koordinatif telah bejalan,
yang mana Pemerintah Kabupaten melalui dinas-dinas terkait
cukup sering mengadakan forum bersama dengan Pemerintah
Desa untuk keperluan pengarahan, penjelasan, dan lain-lain
tentang pelaksanaan tugas yang hendak dilakukan oleh
Pemerintah Desa. Sementara dengan Pemerintah Kecamatan
hubungan koordinatif berjalan dengan lancar, yang mana
komunikasi cukup intensif melalui forum-forum seperti UDKP,
pembinaan administrasi, sosialisasi undang-undang dan lain-
lain, terlebih setelah berlakunya UU No. 32 Tahun 2004.
Adapun hubungan dan tata kerja antara Lurah dan para
Pamongnya secara umum mengikuti ketentuan yang telah diatur
dalam Perda Kabupaten Kulon Progo. Alur perintah (peminaan,
pengarahan, dan lain-lain) berjalan dengan baik meskipun pada
pelaksanaanya lebih ditekankan pada pendekatan personal
untuk membangun kerja sama diantara Pamong. Demikian pula
pertanggungjawaban Pamong terhadap lurah juga tidak
terkesan sebagai hubungan bawahan dengan atasan, melainkan
seperti hubungan kolega kerja.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Koordinasi dengan pihak Pemerintah Kabupaten atau
Kecamatan antara lain terwujud dalam pertemuan atau forum-
forum antara Pemerintah Desa dengan Dinas-dinas atau dengan
Kecamatan. Disamping koordinasi pembangunan, koordinasi
juga sering dilakukan melalui forum Carik atau Lurah yang
dihadiri Kecamatan, koordinasi penarikan PBB, dan lain-lain
yang bisa dikatakan cukup sering.
219
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Adapun koordinasi secara internal dilakukan oleh Lurah
dengan para Pamongnya baik melalui forum resmi maupun tidak
resmi. Rapat koordinasi resmi dilakukan secara rutin seminggu
sekali pada setiap hari Saptu dan selain itu kadang-kadang
dilakukan rapat-rapat informal dan mendadak untuk
menyelesaikan pekerjaan atau persoalan yang perlu segera
diselesaikan.
6. Pengawasan
Pengawasan terhadap Pemerintah Desa terutama
dilakukan oleh BPD terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Desa. Sebagaimana ketentuan yang berlaku, Lurah wajib
menyampaikan pertanggungjawaban kepada BPD minimal
setahun sekali. Namun khusus untuk pelaksanaan administrasi
pemerintahan desa, BPD sebatas memberi masukan atau
mengingatkan jika dirasa ada yang kurang baik. Selain dari
BPD, pengawasan secara eksternal juga dilakukan antara lain
oleh Bawasda, yang kadang memeriksa pelaksanaan APBDes.
Pengawasan internal oleh Lurah kepada para Pamong
Desa dilakukan dengan cara pendekatan personal untuk
membangkitkan kerja sama diantara para Pamong Desa.
Dengan pendekatan personal itu pengawasan tidak hanya
sekedar mengurangi kemungkinan indisipliner, tetapi juga
meningkatkan kinerja Pamong. Namun pengawasan oleh Lurah
terhadap para Pamong termasuk pengawasan oleh BPD,
nampaknya kurang efektif.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrutmen Lurah dilaksananakan melalui mekanisme
pemilihan langsung oleh masyarakat. Menurut Carik Panjatan
220
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
(20 Agustus 2005) bahwa, khusus untuk pejabat Lurah saat ini
pemilihan berjalan secara demokratis diantara 4 orang calon
Lurah dan pemilihan diikuti kurang-lebih 90 % penduduk yang
memeiliki hak pilih. Pak Sukarman, S.Pd yang terpilih yang
kebetulan beliau adalah purnatugasan guru dan juga pernah
menjabat anggota DPRD, jadi ya cukup berpengalaman. Dalam
pemilihan itu yang kalah memang sempat protes, tapi ya Cuma
sebentar saja, sementara konflik atau indikasi KKN relatif tidak
ada. Tapi kalau permainan botoh yang tidak tahu, karena
mereka bermain di balik layar.
Selanjutnya untuk rekrutmen Pamong, yang sudah
menjabat lama rekrut melalui seleksi yang dilaksanakan di
Kabupaten. Sedangkan yang masih baru, yakni Ka. Bag.
Pendapatan dan Dukuh I seleksi dilakukan di desa oleh team
seleksi yang dibentuk di desa. Seleksi dilakukan dengan cara
test tertulis dan wawancara. Kemungkinan KKN sangat sulit
karena seleksi dilaksanakan oleh team dan diawasi oleh tokoh-
tokoh masyarakat dan BPD.
Hasil seleksi Pamong yakni yang memiliki skor tertinggi
otomatis diangkat dengan Keputusan Lurah untuk mengisi
formasi yang ada. Dengan demikian rekrutmen SDM tidak
didasarkan pada perencanaan SDM, kecuali sekedar mengisi
lowongan jabatan yang ada. Penentuan kualifikasi juga lebih
mengacu pada Perda, sehingga belum menjamin kompetensi
calon untuk jabatan tertentu yang akan diisi formasinya.
8. Pengembangan SDM
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengembangan
SDM untuk Pemerintah Desa Panjatan relatif rendah. Untuk
meningkatkan keterampilan Pamong misalnya, beberapa tahun
221
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
terakhir jarang sekali ada pelatihan-pelatihan, paling-paling
Siak tahun 2004, setelah itu tidak ada lagi. Kalaupun ada
koordinasi dengan Dinas maupun Kecamatan, kebanyakan
berupa ceramah-ceramah singkat yang tentunya tidak
berpengaruh langsung pada peningkatan keterampilan kerja.
Selain rendahnya pelaksanaan peningkatan kualitas SDM,
kegiatan promosi dan mutasi juga tidak mungkin dilakukan,
karena mekanisme dan aturannya tidak ada. Jadi sekali
seseorang menjabat dalam jabatan tertentu sebagai Pamong
Desa, maka sampai purnatugas akan ada pada jabatan itu.
Setidaknya secara teoritik kondisi kerja demikian akan
mengarah pada penurunan kinerja seorang, meskipun secara
diplomatis para Pamong menyatakan tidak pernah bosan.
9. Sistem Kompensasi
Imbalan yang diterima oleh Lurah dan para Pamong Desa
terdiri dari beberapa sumber, yakni bengkok, bantuan
Kabupaten, dan tunjangan kesehatan dari APBDes. Adapun
perinciannya sebagai berikut :
a. Bengkok :
Lurah : 7.250 M2
Carik : 5.800 M2
Ka. Bagian : 4.405 M2
Dukuh : 3.000 M2
b. TPP Triwulanan :
Lurah : Rp. 350.000,-
Carik : Rp. 300.000,-
Ka. Bagian : Rp. 270.000,-
Dukuh : Rp. 225.000,-
222
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
c. Bantuan kesehatan dari APBDes Rp. 100.000,- rata, namun
setiap tahun belum tentu sama jumlahnya.
Dari keseluruhan sumber pendapatan, untuk jabatan Carik
misalnya, dalam satu bulan rata-rata memperoleh Rp. 500.000,-,
tentunya untuk Ka. Bag dan Dukuh pendapatnnya di bawah itu.
Dari penghasilan itu ternyata harus dikeluarkan untuk berbagai
bentuk sumbangan yang rata-rata per bulan bisa mencapai Rp.
200.000,- lebih.
Besarnya pendapatan seperti itu jelas kurang sesuai jika
dibandingkan dengan kebutuhan hidup, sekalipun untuk
sekedar memenuhi kebutuhan dasar bagi Pamong dan
keluarganya. Meskipun demikian ketika di tanya mengenai
motivasi mereka menjadi Pamong, ternyata mereka menyatakan
tetap senang menjadi Pamong. Meskipun pengahasilan kecil
tetapi motivasi mereka untuk pengabdian masyarakat, meskipun
kadang-kadang mereka juga mengeluh karena penghasilan yang
kecil.
Dengan penghasilan yang kecil itu tentunya kurang
mampu untuk memotivasi agar Pamong bekerja lebih baik dan
berprestasi. Untuk menambah penghasilan, Lurah dan Para
Pamong berusaha mencari penghasilan tambahan, antara lain :
Lurah : Wiraswasta dan istrinya sebagai
PNS
Carik : Memiliki wartel dan istrinya PNS
Ka. Bag. Pemerintahan : Warung kelontong
Ka. Bag. Pembangunan : Warung makanan
Dan lain-lain yang juga memiliki usaha-usaha lain untuk
mencari tambahan diluar penghasilan sebagai Pamong Desa.
Meskipun Pamong menyatakan bila kegiatan sampingan itu
223
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dilakukan di luar jam kerja, tapi kegiatan sampingan itu tentu
mengurangi konsentrasi kerja dan pelayanan masyarakat.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Tupoksi yang telah ditentukan ternyata tidak disertai
dengan ukuran penilaian evaluasi kinerja untuk Pamong Desa.
Secara teknis Lurah mengalami kesulitan dalam menentukan
prestasi kinerja Pamong, sehingga pengawasan terhadap
Pamong menjadi tidak efektif. Menurut Lurah (20 Agustus 2005)
menyatakan bahwa, pengawasan dilakukan dengan menekankan
pendekatan personal untuk mendorong kinerja dan kerja sama
para Pamong.
Evaluasi kinerja menjadi kurang efektif, antara lain terbukti
dari kinerja para Pamong yang kurang disiplin. Pada saat
penelitian antara lain ditemukan : Pamong yang hadir hanya 2
orang, kurang ramah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan data-data Pamong yang kurang lengkap. Selain
itu didapatkan informasi bahwa ada satu orang Pamong yang
sering tidak disiplin, antara lain sering tidak datang, sering
terlambat, dan sering pulang awal. Terhadap Pamong tersebut
Lurah menyatakan bahwa teguran sudah dilakukan bahkan
pernah dimarahi, tetapi perilaku Pamong tersebut tidak
berubah. Tiadanya ketentuan tentang disiplin kerja dan
pertimbangan rendahnya pendapatan Pamong membuat Lurah
tidak mungkin memberikan sanksi bagi Pamong yang kinerjanya
buruk.
11. Purnatugas
Penghasilan Pamong dari bengkok saat aktif sudah
dirasakan minim, dan setelah purnatugas nantinya Pamong
224
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
hanya akan menerima 1/5 dari tanah benkok yang akan
diterima selama ½ dari masa jabatannya. Dengan penghasilan
purnatugas seperti itu, Carik menyatakan bahwa purnatugas itu
tidak sebanding dengan pengabdian yang telah diberikan
semasa masih aktif bekerja.
12. Data Pamong
No
Nama JabatanUmur(Th)
Pendikan
Masa Kerja(Th)
1 Sukarman, S.Pd Lurah 54 Sarjana 2 2 Suparyono Carik 49 SLTA 103 Purwadi Ka.Bag.
Pemerint.46 SLTP 18
4 Sukijo Ka.Bag. Pembang.
40 SLTA 7
5 Ridwan Ka.Bag. Kemasy. 49 SD 186 Nurwijayadi Ka.Bag.
Pendapatan38 SLTA 2
7 Maruto Hadi Sek. BPD 42 SLTA 48 R. Suhartono Dukuh I 37 SLTP 19 Sabari Dukuh II 51 SLTP 1110 Suwarti Dukuh III 49 SLTP 1411 Parman Dukuh IV 59 SD 612 Djemakir Dukuh V 34 SD 6Sumber data : Pemdes Panjatan Tahun 2005
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Dari sisi kemampuan memberikan pelayanan kepada
masyarakat, khususnya pelayanan administrasi secara umum
dapat dikatakan bahwa Pemerintah Desa Panjatan memiliki
kemampuan yang cukup memadahi. Setidaknya dari sisi
pengalaman dan masa kerja, sebagian besar Pamong sudah
mencukupi, terlebih lagi didukung adanya kerja sama di antara
para Pamong. Diperkuat pernyataan seorang tokoh masyarakat
desa Panjatan bahwa, para Pamong sudah berpengalaman dan
225
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
mampu bekerja meskipun pendidikannya hanya SLTA dan SLTP.
Akan tetapi karena sudah cukup lama berkecimpung di
Pemerintah Desa, maka sudah berpengalaman.
Menurut Carik, kebutuhan pelayanan khususnya bidang
administrasi sampai saat ini belum ada perkembangan berarti.
Rata-rata warga yang datang untuk meminta pelayanan ke
Kantor Kelurahan hanya 5-10 orang, sehingga jumlah dan
kapasitas Pamong yang ada masih sangat mencukupi untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
14. Kepuasan Masyarakat
Dengan keterbatasan beberapa hal, lurah dan Pamong
tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat, meskipun
kadang-kadang sikap kurang ramah, keterlambatan datang,
tidak bekerja, dan lain-lain. Namun secara umum pelayanan
Pemerintah Desa sudah bisa dirasakan oleh masyarakat,
setidaknya keluhan atau protes terbuka dari warga tidak pernah
muncul. Bahkan salah satu Tokoh masyarakat mengatakan
bahwa, masyarakat harus berterima kasih karena yang jadi
Pamong sekarang sudah berpengalaman dan mampu bekerja.
Pelayanan diberikan sudah cukup cepat dan efisien, bahkan bisa
titip pada Dukuh dan indikasi KKN tidak ada.
Khusus untuk Lurah sangat mudah dimintakan pelayanan
administrasi, bahkan kalau perlu dijalanpun Pak Lurah mau
tanda tangan asal syaratnya sudah lengkap. Jadi tidak harus
datang ke Kantor Kelurahan.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Sarana kerja pokok yang dimiliki oleh Pemerintah Desa
Panjatan antara lain, komputer 1 unit, mesin ketik 2 unit,
226
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
telephon 1 unit, dan sepeda motor dinas 1 unit. Untuk keperluan
pelayanan administrasi kepada masyarakat, sarana kerja yang
tersedia masih cukup memadahi, karena masyarakat yang minta
pelayananpun tidak banyak. Hal yang menjadi catatan, ternyata
sarana kerja seperti komputer tidak semua pamong mampu
menggunakannya. Sehingga sarana kerja yang ada kurang
efektif digunakan untuk pelayanan masyarakat.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas Pemerintah Desa kepada masyarakat selama
ini masih terbatas pada BPD sebagai wakil masyarakat,
sehingga secara langsung pada masyarakat masih terbatas.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Panjatan bahwa,
koordinasi pelayanan administrasi biasanya dilakukan oleh
Lurah dan Pamong melalui Dukuh-dukuh. Biasanya kalau ada
aturan atau prosedur baru disampaikan dan disosialisaikan
kepada warga baik melalui forum di pedukuhan maupun ketika
warga datang ke Kantor Kelurahan.
Kritik dan evaluasi kinerja dari masyarakat kepada Lurah
dan Pamong Desa masih sangat terbatas. Evaluasi masih banyak
dilakukan oleh BPD, sementara dari warga kalaupun ada kritik
biasanya disampaikan diluar forum secara personal. Karena ada
rasa pekewuh bila disampaikan secara langsung dalam forum.
7. DESA BROSOT
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Perencanaan yang dibuat oleh Pemerintah Desa Brosot
terwujud dalam program-program kerja tahunan yang
dirumuskan dalam ABPDes. Jadi perencanaan belum
dirumuskan dalam bentuk Renstra Desa yang menjadi induk
227
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
rencana seluruh kegiatan Pemerintahan Desa. Pernyataan Carik
Brosot (20 Agustus 2005) bahwa, khusus dalam perncanaan
administrasi pemerintahan desa juga belum dibuat dalam
bentuk tertulis, sehingga rencana pengembangan administrasi
dan peningkatan pelayanan administrasi masih sebatas
kesepakatan internal Pamong Desa.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi Desa Brosot mengacu
sepenuhnya pada Perda Kabupaten Kulon Progo tentang
susunan organisasi Pemerintahan Desa. Dengan struktur yang
ada sekarang dirasakan oleh para Pamong, masih mencukupi
untuk keperluan pelayanan masyarakat. Selain itu potensi
internal Pemerintah Desa juga sesuai dengan kebutuhan untuk
melaksanakan struktur organisasi dan jabatan-jabatan yang ada.
Menurut Carik (20 Agustus 2005), memang ada salah satu
Pamong yang belum begitu cekatan dalam melaksanakan
Tupoksi, yakni Ka. Bag. Pemerintahan, tetapi karena dibantu
oleh Pamong lainnya, sehingga tidak sampai menghambat
pelaksanaan asministrasi Pemerintahan Desa secara umum.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam struktur yang ada, masing-masing Pamong
dinyatakan sudah memahami Tupoksi yang menjadi tugas dan
tanggung-jawabnya, sekalipun Kepala Bagian yang terbaru.
Namun dalam pelaksanaan tugas sehari-hari Tupoksi itu tidak
dapat dilaksanakan secara ketat oleh masing-masing Pamong.
Namun ada beberapa tugas yang harus tetap dilakukan oleh
Pamong tertentu.
228
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pelaksanaan Tupoksi masing-masing Pamong terkait
dengan pembangian tugas dan kewajiban Pamong. Artinya
tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab para Pamong adalah
sesuai dengan Tupoksi yang ada. Dalam pembagian tugas itu
memang sesuai Tupoksi, namun masing-masing Pamong secara
fleksibel dan saling membantu tugas-tugas Pamong lainnya.
Sehingga apabila seorang Pamong tidak hadir, maka tugas
pelayanan dapat dilaksanakan oleh Pamong lainnya. Namun
tanggungjawab utama tetap ada pada Lurah dan Pamong yang
bersangkutan. Dengan demikian tugas-tugas pelayanan tida
terbengkelai.
Persoalan yang munsul adalah pembagian tugas yang
mengacu pada Tupoksi itu ada salah satu Pamong yang
tugasnya terlalu banyak, yakni Ka. Bag. Pemerintahan yang
antara lain meliputi KTP, KK, surat jalan, urusan tanah, dan lain-
lain. Sementara Ka. Bag. Pembangunan tugasnya paling sedikit
dan paling sepi melayani masyarakat. Hanya bulan-bulan
tertentu saja Ka. Bag. Pembangunan agak sibuk melaksanakan
tugas, termasuk tugas pelayanan kepada masyarakat.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa, secara umum dapat dikatakan dengan baik. Hubungan
Pemerintan Desa dengan BPD berjalan dengan baik, jadi
meskipun kadang-kadang ada kritik dari BPD, namun tidak
pernah sampai menimbulkan konflik dan tidak ada indikasi
mencari kemenangan (menang-menangan). Demikian pula
dalam hal pemberian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ),
229
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
selama ini selalu diterima oleh BPD, meskipun kadang-kadang
ada catatan tertentu dari BPD.
Hubungan dengan Pemerintah Kabupaten dan kecamatan
berjalan baik dan koordinatif. Hal itu terkait dengan
pelaksanaan otonomi desa, sehingga desa memiliki kewenangan
yang lebih besar untuk melaksanakan berbagai urusan yang
telah menjadi wewenang desa. Pertanggungjawaban dilakukan
kepada BPD, sementara dengan Kabupaten dan Kecamatan
adalah menyampaikan Laporan pertanggungjawaban yang telah
dilaksanakan di hadapan BPD. UU No. 32 tahun 2004 belum
efektif dilaksanakan, sehingga LPJ belum pada Bupati melalui
camat. Namun demikian dengan UU No. 32 tahun 2004, fungsi
dan kewenangan Camat menjadi lebih besar terhadap desa.
Meskipun demikian kewenangan Camat masih tetap terfokus
pada koordinasi dan pengawasan terutama dalam pelaksanaan
pembangunan.
Tata kerja internal Pemerintah Desa, yakni antara Lurah
dengan para Pamong maupun antar Pamong, berjalan cukup
baik dengan mengacu ketentuan tata-kerja yang telah
ditetapkan dalam Perda. Perintah dari Lurah mengalir ke
Kepala-kepala Bagian dan juga kepada Dukuh. Selanjutnya
pertanggungjawaban masing-masing Pamong juga berjalan
sudah baik kepada Lurah. Meskipun demikian alur perintah dan
tanggungjawab lebih bersifat fleksibel dengan menjaga
hubungan personal.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk melancarkan pelaksanaan tugas dan tata-kerja
antara Lurah dengan Pamong maupun antara Pemerintah Desa
dengan supra desa juga berjalan dengan lancar. Secara rutin
230
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
ada waktu untuk koordinasi dengan Kabupaten melalui dinas-
dinas terkait, termasuk dengan Pemerintah Kecamatan.
Disamping itu koordinasi juga berjalan melalui mekanisme
informal dan terjadi sewaktu-waktu jika ada keperluan yang
harus diselesaikan atau ketika ada program-progran tertentu
yang datang dari Pemerintah yang harus segera dilaksanakan
oleh Pemerintah Desa.
Koordinasi dengan BPD berjalan dengan baik, namun
lebih fokus pada proses pembuatan peraturan desa. Adapun
koordinasi dengan Pamong Desa dilaksanakan baik secara
formal maupun informal. Koordinasi secara formal dilaksanakan
rutin satu bulan sekali, namun intuk insidentan kadang-kadang
dilaksanakan tiga kaali dalam satu bulan, menyesuaikan dengan
kebutuhan.
6. Pengawasan
Pengawasan datang baik dari Pemerintah Kabupaten
maupun dari BPD, dalam pelaksanaan pemerintahan desa.
Pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten dilakukan oleh dinas-
dinas atau badan terkait dengan pelaksanaan administrasi dan
keuangan. Namun pelaksanaan oleh Pemerintah Rekrutmen dan
Penempatan SDM. Sementara pengawasan BPD lebih terfokus
pada pelaksanaan anggaran dan tidak eksplisit dalam hal
administrasi.
Selanjutnya pengawasan internal para Pamong Desa oleh
Lurah dikatakan sudah cukup efektif, meskipun pengawasan
lebih menekankan pendekatan personal untuk meningkatkan
kesadaran dalam pelaksanaan tugas masing-masing Pamong.
Namun tidak lanjut terhadap kesalahan atau penyimpangan bisa
231
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dikatakan kurang efektif, disamping tidak ada mekanismes yang
jelas dalam pelaksanaannya.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Rekrutmen Lurah dilakukan melalui mekanisme pemilihan
langsung oleh warga, yang secara umum dapat dikatakan
berjalan demokratis. Sebagai contoh untuk pemilihan Lurah
sekarang untuk jabatan kedua ini mendapat suara 60 %
sehingga lebih banyak dari pemilihan pertama. Menurut Carik
Brosot, hal itu terjadi karena pola kepemimpinan Lurah
disenangi oleh masyarakat, bahkan dari masyarakat sendiri
yang melakukan penggalangan massa untuk kemenangan Lurah
sekarang ini.
Untuk rekrutmen Pamong, yang terbaru adalah Sekretaris
BPD yang dilakukan dengan mekanisme seleksi terhadap 7
calon. Seleksi dilakukan melalui test tertulis dan uji kelayakan
yang dimintakan pendapat dari masyarakat. Namun setelah
diumumkan tidak ada komentar dan masukan dari warga, maka
calon yang memperoleh nilai terbaik otomatis diangkat menjadi
Pamong. Sementara untuk Pamong lama, pelaksanaan seleksi
dilakukan di Kabupaten.
Dari pelaksanaan seleksi itu menurut H. Setiyartoyo (15
Juli 2005) selaku tokoh agama dinyatakan bahwa, indikasi KKN
tidak ada, karena soal dibuat oleh Panitia khusus seleksi dan
pada saat itu team diasingkan di Kaliurang untuk
menghindarkan dari kemungkinan intimidasi atau KKN dari
para calon.
Selanjutnya untuk menempatan SDM masing-masing
Pamong dapat dikatakan sudah sesuai kompetensinya.
Setidaknya karena mereka sudah memiliki masa jabatan yang
232
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
sudah cukup lama, sehingga pada jabatan yang ada sekarang
masing-masing Pamong sudah mampu malaksanakan
jabayannya dengan baik. Memang ada salah satu Pamong yang
hingga kini belum begitu kompeten dibidangnya, namun
sebenarnya bukan karena tidak tepat pada jabatan itu melaikan
karena yang bersangkutan kurang disiplin saja.
8. Pengembangan SDM
Untuk keperluan pengembangan SDM bagi Para Pamong
Desa Brosot selama ini bisa dikatakan kurang efektif. Misalnya
pelatihan dari Kabupaten selama ini hanya diperintukkan bagi
Bagian Keuangan dan Pemerintahan, dan itupun tidak
menghasilkan peningkatan pelaksanaan tugas secara signifikan.
Sementara untuk bagian-bagian lainnya sekedar ceramah-
ceramah yang tidak dapat dipraktekkan langsung dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari. Untungnya Lurah Brosot
termasuk Lurah yang mumpuni dan wawasannya luas, bahkan
sering mengikuti seminar-seminar. Sehingga dengan
wawasannya itu Lurah sering manularkan wawasannya dan
pengalamannya kepada para Pamong.
Masih dalam konteks pengembangan SDM, ternyata
promosi dan mutasi tidak mungkin dilaksanakan, sehingga
sekali seorang Pamong duduk di suatu jabatan maka sampai
purnatugas ia ada pada jabatan itu. Hal itu tentu berpengaruh
pada peningkatan kinerja para Pamong dari waktu-kewaktu,
karena kedudukan dan jabatan yang dipegang terlalu lama pada
umumnya menyebabkan menurunya kinerja. Terbukti dari
pernyataan salah satu Pamong bahwa, kadang para Pamong
merasa bosan, jenuh dan jengkel, karena dari hari-kehari itu-itu
233
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
saja tanpa ada perubahan dan peningkatan, namun mau
bagaimana lagi wong tidak ada peluang lainnya.
9. Sistem Kompensasi
Penghasilan pokok yang diterima oleh Lurah dan Pamong
Desa adalah dari bengkok. Selain itu ada tambahan dari
Kabupaten (triwulanan), bantuan kesehatan dan tunjangan
penghasilan dari APBDes.
a. Bengkok.
Lurah : 11.340 M2
Carik : 9.450 M2
Kepala-Kepala Bagian : 7.560 M2
Dukuh-Dukuh : 5.670 M2
Staf : 3.780 M2
b. Triwulanan dengan jumlah yang sama dengan desa-desa
lain di Kabupaten Kulon Progo.
c. Bantuan Kesehatan sebesar Rp. 2.250.000,- per tahun
untuk seluruh Pamong baik sakit maupun tidak sakit,
sehingga tiap Pamong menerima Rp. 125.000,-
d. Tunjangan penghasilan per tahun
Lurah : Rp. 750.000,-
Carik : Rp. 625.000,-
Kabag-kabag : Rp. 500.000,-
Dukuh-dukuh : Rp. 375.000,-
Staf : Rp. 250.000,-
Dari keseluruhan sumber penghasilan itu, misalnya untuk
Carik akan mendapat pengahasilan rata-rata per bulan Rp.
750.000,-. Dari penghasilan itu masih harus dikeluarkan untuk
berbagai bentuk sumbangan dan iuran yang kurang lebih Rp.
300.000,- per bulan. Sehingga pengahasilan rata-rata per bulan
234
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tinggal Rp. 450.000,-. Untuk Kabag dan staf dengan sendirinya
tentu lebih kecil dari penghasilan Carik.
Dari pengasilan sebesar itu bisa dipastikan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup Pamong dan
keluarganya. Untuk itu hampir semua Pamong memiliki usaha
sampingan, antara lain :
Lurah memiliki tanah pertanian pribadi yang cukup luas.
Carik yang terbantu karena istrinya menjadi PNS. Kabag-kabag
ada yang berdagang kelontong, ada yang suaminya sebagai TNI,
dan lain lain. Dukuh-dukuh ada yang jadi sopir, makelar tanah,
usaha warung, dan lain-lain.
Kondisi demikian dan upaya untuk mencari sumber
penghasilan lainnya tentu akan mengurangi konsentrasi dan
intensitas Pamong pada pelayanan masyarakat. Meskipun para
Pamong menyatakan bahwa usaha sampingan iu dilaksanakan
setelah jam kerja. Namun kenyataan terjadi bahwa beberapa
Pamong cukup sering datang terlabat maupun pulang lebih
awal, ada kemungkinan karena Pamong yang bersangkutan
melaksanakan usaha sampingan itu.
Dengan penghasilan demikian mereka menyatakan tetap
termotivasi untuk bekerja dengan baik meskipun terpaksa.
Ketika awal menjadi Pamong, motivasinya adalah karena sulit
mencari pekerjaan, selanjutnya ya tetap sama, hitung-hitung
dari pada menganggur karena cari pekerjaan lain juga tidak
menjanjikan.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Kinerja Pamong secara umum dikatakan oleh Carik, sudah
cukup disiplin. Misalnya dalam satu hari rata-rata para Pamong
datang jam 9 pagi sampai dengan jam 13.30. Setelah sampai
235
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dirumahpun kadang-kadang juga harus melayani masyarakat
baik untuk urusan surat-menyurat, ngantar orang sakit, dan
lain-lain. Namun untuk pelaksanaan evaluasi bisa dikatakan
kurang efektif karena stadart evaluasinya tidak ada. Kadang-
kadang memang ada teguran dari Lurah terhadap Pamong yang
kurang disiplin, tetapi ya hanya sampai disitu dan selanjutnya
tidak ada tindakan apa-apa. Pendekatan personal lebih
ditekankan oleh Lurah, yang menyatakan bahwa “saya tidak
senang maido (menyalahkan) dan sebaiknya jangan maido. Dari
prinsip itu Lurang menghimbau agar Pamong bekerja dengan
baik
Evaluasi dari BPD juga tidak efektif dilaksanakan, terlebih
lagi dalam pelaksanaan administrasi Pemerintahan Desa, BPD
hampi tidak pernah memberikan masukan atau pernyataan yang
berarti untuk mengembangkan maupun untuk mempebaiki
pelayanan administrasi.
11. Purnatugas
Setelah masa jabatan habis, maka Pamong akan menerima
purnatugas berupa tanah bengkon seluas 1/5 dari tanah
bengkok semasa aktif yang diterima selama ½ dari masa
jabatnnya. Dengan luas bengkok itu para Pamong menyatakan
bahwa purnatugas tidak sesuai dengan masa baikti, tenaga, dan
pikiran yang telah disumpankan kepada masyarakat.
12. Data Pamong
No Nama JabatanUmur(Th)
Pendikan
1 Soepeno Lurah 50 SMTA2 R. Arif Mahendra Carik 40 SMTA3 Suharto Ka.Bag. Pemerint. 59 SD
236
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
4 Setu Rahardjo Ka.Bag. Pembang. 60 SLTP5 Mardi Suwarno Ka.Bag. Kemasy. 65 SD6 Suparmi Ka.Bag.
Pendapatan46 SMTA
7 Tudjiman Sek. BPD 65 SLTP8 Subardja Dukuh Kutan 56 SMTA9 Pujiyo Dukuh Brosot 45 SMTA10 Sutarno Dukuh Pulo 35 SMTA11 Budiyono Dukuh Klampak 52 SLTP12 Suwandi Dukuh Bentengan
Lor41 SMTA
13 Karyatin Dukuh Bendungan Kidul
51 SLTP
14 Jumari Dukuh Nepi 36 SMTA15 Sujimin Dukuh Modinan 45 SLTP16 Djuratmanto Dukuh Karang 62 SMTA17 Sumarjo Dukuh Jeronan 46 SMTA
Sumber data : Kantor Pemdes Brosot th. 2004
13. Kemampuan memberi pelayanan kepada masyarakat
Dengan potensi Pamong sebagaimana terganbar pada
data Pamong, untuk sementara dapat dikatakan bahwa
kemampuan Pamong Desa dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat sudah memadahi. Dikatakan oleh
Sutiyartoyo (15 Juli 2005) bahwa, kemampuan para Pamong
dalam memnerikan pelayanan kepada masyarakat sudah baik
dan tidak ada indikasi KKN dalam proses pelayanan.
Pernyataan Carik bahwa, sampai saat ini dalam hal
pelayanan administrasi bisa dikatakan tidak ada peningkatan
yang berarti, karena kebutuhan pelayanan juga tidak ada
peningkatan. Sehari-hari rata-rata hanya 10 – 15 orang yang
datang untuk minta pelayanan, dan yang paling banyak
melanyani adalah Ka. Bag. Pemerintahan, sedangkan yang lain
hanya sedikit-sedikit saja. Dengan demikian kemampuan
pelayanan seperti sekarang sudah cukup memadahi.
237
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14. Kepuasan Masyarakat
Dengan kemampuan pelayanan saat ini dan kebutuhan
pelayanan yang belum cenderung meningkat, untuk sementara
kepuasan masyarakat sudah cukup tinggi. Kritik dan keluhan
dari masyarakat dalam hal pelayanan administrasi bisa
dikatakan tidak ada karena sebagian besar kebutuhan bisa
dilayani dengan kinerja Pamong saat ini. Pernyataan itu
diperkuat oleh Setiyartoyo (15 Juli 2005) bahwa, masyarakat
sudah cukup puas dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa saat ini.
15. Sarana kerja Pemerintah Desa
Sarana pokok untuk pelayanan masyarakat terdiri dari
komputer 2 unit, mesin ketik 3 unit, telephon 1 unit, dan sepeda
motor dinas 1 unit. Sarana-sarana itu sementara sudah
mencukupi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,
karena peningkatan kebutuhan pelayananpun bisa dikatakan
tidak ada. Yang menjadi salah satu kelemahan adalah tidak
semua Pamong bisa memanfaatkan Komputer untuk pelayanan
administrasi, karena hanya ada 3 orang yang bisa
mengoprasikan.
16. Akuntabilitas kepada masyarakat
Akuntabilitas pelayanan publik, khususnya dalam
pelayanan administrasi sudah dilaksanakan meskipun tidak
eksplisit dilaksanakan oleh Pemerintah desa. Misalnya laporan
penyelenggaraan pemerintahan desa secara umum kadang
disampaikan dalam forum-forum warga oleh Pamong atau
Dukuh. Setidaknya satu tahun sekali Pamong dan BPD turun
menemui warga dalam forum-forum yang ada, untuk minta
238
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
masukan atau usulan dari warga. Pada kesempatan itulah
Pamong menyampaikan laporan pelaksanaan pemerintahan
desa kepada warga, termasuk laporan pelaksanaan administrasi
meskipun tidak eksplisit.
8. DESA GULUREJO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan
Administrasi)
Pemerintah desa Gulurejo tidak mengenal adanya
RENSTRA DESA, tetapi mereka tahu dan terbiasa menggunakan
mekanisme perencanaan pembangunan yang dimulai dengan
penggalian aspirasi di tingkat RT/RW, kemudian diteruskan
dengan MUSBANGDUS yang dihadiri oleh kepala dusun dan
tokoh-tokoh masyarakat yang ada di pedukuhan. Hasil
MUSBANGDUS kemudian diusulkan ke tingkat desa. Di desa
dikenal dengan nama MUSBANGDES yang dihadiri oleh kepala-
kepala dusun, BPD dan perangkat-perangkat desa yang lainnya.
Menurut perangkat desa Gulurejo, sedapat mungkin mekanisme
perencanaan pembangunan ini didasarkan pada visi dan missi
desa Gulurejo yakni “peningkatan taraf hidup masyarakat desa
dan terwujudnya ketertiban dan keamanan desa”. Misi dan
tugas pelayanan administrasi di desa Gulurejo, sejauh ini dapat
dipandang realistik dari segi potensi, kemampuan pemerintah
desa dan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan pendapat
perangkat desa, tugas pelayanan administrasi sejauh ini belum
menemukan kendala yang berarti dan perangkat desa dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Tugas administrasi yang
dijalankan ini, tentu saja berdasarkan kebutuhan masyarakat
desa itu sendiri.
239
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi yang ada dan yang sedang
dijalankan di desa Gulurejo, menurut perangkat desa sudah
mencerminkan kapasitas dan kemapuan pemerintah desa dan
sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Dalm wawancara yang
kami lakukan ada indikasi bahwa perangkat desa hanya
menjalankan pola dan struktur organisasi yang baku yang
secara umum ditetapkan oleh pemerintah kabupaten, belum
selaras dengan kondisi masyarakat desa dan kebutuhan desa
yang paling mendesak. Hasil wawancara yang kami lakukan
dengan perangkat desa Gulurejo menunjukkan bahwa masing-
masing unit yang ada yang terbagi dalam bidang-bidang seperti
bidang pemerintahan desa, bidang pembangunan, bidang
pendapatan dan bidang kemasyarakatan sudah menjalankan
tugas dan fungsinya dengan baik, sesuai dengan porsi tugas
yang telah dibagikan kepada masing-masing bagian. Tetapi kami
tidak menemukan adanya pencantuman rincian kegiatan dan
tugas yang harus dilakukan oleh masing-maising bagian
tersebut.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Perangkat desa Gulurejo mengatakan bahwa sudah
terdapat pembagian kerja yang sangat merata antara bagian-
bagian tersebut. Belum ada indikasi di mana terjadi
penumpukan kerja atau tugas pada satu bagian saja. Tetapi
mereka memegang prinsip apabila terjadi kelebihan kerja pada
salah satu bagian, bagian yang lainnya ikut membantu. Menurut
mereka, kalau terjadi penumpukan kerja pada bagian
pemerintahan desa, bagian yang lainnya ikut membantu. Begitu
juga kalau terjadi penumpukan kerja pada bagian yang lain.
240
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun
dengan Supradesa
Menurut perangkat desa Gulurejo, tata hubungan kerja
antara bagian sudah jelas. Artinya setiap bagian itu
bertanggungjawab dengan tugasnya masing-masing dan
mengerjakan tugas sesuai dengan pembagian. Secara internal,
masing-masing bagian itu bertanggungjawab kepada kepala
desa dan kepala desa sendiri bertanggungjawab kepada
pemerintah di atasnya. Berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan dan penggunaan kekuasaan, kepala desa
bertanggungjawab kepada BPD.
5. Koordinasi Antar unit Mauun dengan
Supradesa
Dalam kaitanya dengan kordinasi kerja, menurut
perangkat desa Gulurejo, mereka menjalankannya melalui
mekanisme evaluasi rutin yang dijalankan setiap tiga bulan
sekali.Evaluasi internal dihadiri oleh perangkat desa, staf-staf
dan kabag-kabag. Sedangkan evaluasi eksternal dilakukan
dengan inspeksi rutin yang dilakukan oleh pemerintah
kabupaten dan juga oleh BPD.
6. Pengawasan
Di desa Gulurejo, pengawasan internal dilakukan oleh kepala
desa terhadap perangkat-perangkatnya. Sedangkan
pengawasan eksternal dilakukan oleh BPD dengan pemerintah
kabupaten. Baik pengawasan internal maupun pengawasan
eksternal, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
peningkatan kinerja perangkat desa dan meminimalkan
241
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
terjadinya kekeliruan dalam menjalankan tugas. Di Desa
Gulurejo, kuantitas dan kualitas administrasi pemerintahan
desa belum terlalu memadai dan belum lengkap. Ini bisa
dilihat dari adanya kesulitan untuk menemukan data yang
sangat lengkap dan jelas berkaitan dengan kebutuhan
penelitian ini, misalnya data tentang tugas yang dijalankan
oleh masing-masing unit setiap hari.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM
Dalam rekrutmen perangkat desa, di desa Gulurejo
dilakukan dengan dua mekanisme. Mekanisme pertama melalui
pengangkatan dan mekanisme yang kedua melalui pemilihan.
Dalam proses rekrutmen dengan dua cara ini dilakukan dengan
mempertimbangkan kompetensi, kecakapan, kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing perangkat.
Umumnya perangkat desa Gulurejo mau menjadi perangkat
desa, karena ingin melayani masyarakat dengan baik. Mereka
juga mengatakan bahwa tugas yang mereka menjadi pamong
karena dipercaya oleh masyarakat. Kepercayaan masyarakat ini
merupakan modal utama yang menjadi motivasi mereka dalam
menjalankan tugas. Menurut mereka, kami ini menjalankan
kepercayaan rakyat dan merawat kepercayaan itu dengan
menjalankan tugas dengan baik. Di desa Gulurejo, penempatan
pamong didasarkan pada kompetensi, pengalaman dan minat.
Menurut mereka, mereka tidak mungkin mampu menjalankan
tugas dengan baik tanpa adanya minat dan pengalaman. Minat
dan pengalaman mendorong para pamong desa Gulurejo
menjalankan tugasnya dengan baik.
8. Pengembangan SDM
242
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dalam rangka pengembangan SDM lurah dan pamong,
menurut perangkat desa Gulurejo dilakukan dengan mengikuti
berbagaimacam pelatihan-pelatihan, baik yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh swasta dan
lembaga swadaya masyarakat.Namun diakui bahwa internsitas
pelatihan-pelatihan tersebut masih sangat kurang dan belum
menyentuh kepada tugas-tugas yang dilakukan oleh aparat
desa.
9. Sistem Kompensasi
Sistem kompenasi untuk lurah dengan pamong dilakukan
dengan mekanisme, setiap lurah dan pamong desa mendapatkan
tanah bengkok yang luasnya berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain sesuai dengan kedudukannya. Mereka juga
menerima gaji dari pemerintah kabupaten. Gaji untuk lurah
sebesar 375.000 rupiah per tiga bulan, carik sebesar 300.000
rupiah pertiga bulan dan kabag-kabag masing masing menerima
270.000 per tiga bulannya. Tabel berikut menggambarkan
kompensasi yang diberikan kepada lurah dan pamong dari tanah
bengkok.
Table Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa 12.680 meter
02 Carik Desa 10.927 meter
03 Kabag-kabag 8.933 meter
04 Dukuh-dukuh 6.340 meter
05 Staf-staf 4.758 meter
243
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Di desa Gulurejo, belum pernah terjadi mutasi dan
promosi. Kebanyakan perangkat desa yang ada memiliki masa
jabatan yang cukup lama dalam menduduki posisinya masing-
masing. Ketika ditanya, apakah mereka bosan dengan
pekerjaannya masing-masing, umumnya mereka menjawab mau
bagaimana lagi, itu sudah keharusan.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Di desa Gulurejo,. Evaluasi kerja dilakukan secara berkala
setiap tiga bulan sekali. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing
bagian yang dipimpin oleh kepala desa. Untuk evaluasi yang
insidental, biasanya tergantung ada masalah yang penting.
Biasanya kepala desa langsung mengkordinasi rapat dan
memberikan arahan yang jelas tentang apa yang harus
dilakukan.
11. Purnatugas
Untuk kompensasi lurah dan pamong setelah purnatugas
di desa Gulurejo dijalankan dengan mekanisme 1/5 dari tanah
bengkok dikalikan dengan ½ dari masa jabatan. Di samping itu,
perangkat desa yang telah purnatugas mendapatkan uang
sekitar Rp. 3.750.000,- dari pemerintah kabupaten dan biasanya
mendapat Rp. 2.000.000,- dari desa, disesuaikan dengan kas
dan keuangan desa.
12. Data Pamong
Secara umum dapat dikatakan bahwa perangkat desa
Gulurejo umumnya mempunyai latar belakang pendidikan yang
cukup memadai, rata-rata mereka dapat menyelsaikan
pendidikan menengah atas dengan baik. Jika dilihat dari masa
244
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
jabatan, mereka dapat dikatakan sebagai perangkat desa yang
berpengalaman dengan tugas dan fungsinya. Tabel berikut
dapat membantu menjelaskan profil perangkat desa Gulurejo.
Tabel
Profil perangkat desa Gulurejo dan masa jabatanya
No Jabatan Pendidikan Lama Masa Jabatan
1 Kepala Desa SLTASejak 1996-sekarang
2 Carik SLTA/SPGSejak 1991-sekarang
3 Kabag Pemerintahan D3Sejak 1983-sekarang
4 Kabag Pembangunan SLTASejak 1985-sekarang
5 Kabag Pendapatan SLTASejak 1987-sekarang
6 Kabag Kemasyarakatan SLTASejak 1994-sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Dalam pelayanan administrasi, masing-masing unit memiliki
kompetensi yang suku memadai. Ini juga karena ditunjang oleh
latar belakang pendidikan mereka yang semuanya tamatan
sekolah menengah atas. Sejauh ini di desa Gulurejo, pelayanan
kepada masyarakat sudah dijalankan dengan efisien dan efektif.
Setiadaknya menurut perangkat desa yang diwawancarai, belum
ditemukan adanya keluhan-keluhan masyarakat berkaitan
dengan rendahnya efektivitas dan efisiensi pelayanan publik di
desa Gulurejo.
14. Kepuasan Masyarakat
Di desa Gulurejo, kunci keberhasilan pemerintah desa
diukur dari tingkat kepuasan masyarakat. Sejauh ini menurut
245
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
mereka, masyarakat menyatakan puas dengan hasil yang telah
dicapai oleh pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara kami,
pemerintah desa Gulurejo dan lurah desanya, dapat
menjalankan tugas dengan baik, karena didukung oleh adanya
fasilitas kerja yang cukup. Fasilitas kerja itu terdiri dari sepeda
motor, komputer, mesin ketik dan sebagainya. Tabel berikut
menggambarkan fasilitas tersebut.
Tabel Sarana Kerja Pemerintah Desa Gulurejo
NoFasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 Baik
02 Telepon 1 rusak
03 Komputer 2 Baik
04 Mesin Ketik 4 Baik
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas publik dalam pelayanan kepada masyarakat
dilakukan dengan memberikan laporan pertanggungjawaban
kepada rakyat melalui BPD. Menurut perangkat desa, selama ini
pemerintah desa tetap bertanggungjawab kepada masyarakat
melalui BPD. Jadi UU No.32/2004 yang mengharuskan kepala
desa bertanggungjawab kepada bupati melalui camat, belum
diterapkan di desa Gulurejo.
246
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
9. DESA JATIREJO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa Jatirejo suah mengenal RENSTRA DESA.
Menurut perangkat desa yang kami wwawancarai, pemerintah
desa selalu membuat program kerja, baik program kerja jangka
pendek maupun program kerja jangka panjang berdasarkan
RENSTRA DESA. RENSTRADES ini menggunakan instumen
SWOT untuk mengetahui potensi, keunggulan, kelemahan dan
peluang-peluang yang akan dihadapi desa ke depan.
RENSTRADes ini juga menjadi acuan untuk menentukan visi
dan missi desa. Namun RENSTRADES ini belum dituangkan
dalam PERDES. Mereka juga mempunyai mekanisme baku
dalam membuat perencanaan pembangunan yang diawali
dengan penggalian aspirasi di tingkat RT/RW yang dihadiri oleh
semua anggota masyarakat. Hasil penggalian aspirasi di tingkat
masyarakat ini, kemudian dilanjutkan dengan MUSBANGDUS di
tingkat pedukuhan. MUSBANGDUS di tingkat pedukuhan
dihadiri oleh unsure-unsur RT/RW, kadus, BPD dan tokoh-tokoh
masyarakat desa. Musbangdus diteruskan ke desa. Di desa
dikenal dengan MUSBANGDES yang dihadiri oleh perangkat-
perangkat desa, anggota BPD dan kadus-kadus yang mewakili
pedukuhannya masing-masing. MUSBANGDES ini sedapat
mungkin didasarkan pada visi dan missi desa.
Misi dan tugas pelayanan administrasi di desa Jatirejo,
sejauh ini dapat dipandang realistik dari segi potensi,
kemampuan pemerintah desa dan kebutuhan masyarakat.
Menurut perangkat desa Jatirejo yang kami temui, tugas
pelayanan administrasi sejauh ini belum menemukan kendala
yang berarti, karena sudah dijalankan secara realitik baik dari
segi potensi desa maupun dari segi kebutuhan masyarakat desa.
247
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pemerintah desa tidak mungkin membuat program kerja yang
tidak realistik, karena kalau itu dilakukan akan bertentangan
dengan kepentingan masyarakat.
2. Pola dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi yang ada dan yang sedang
dijalankan di desa Jatirejo sudah mencerminkan kemampuan
organisasi dan kebutuhan masyarakat desa. Artinya struktur
organisasi yang ada, disamping berdasarkan kapasitas yang
dimiliki oleh masing-masing perangkat desa juga berdasarkan
kebutuhan masyarakat desa. Tetapi jawaban ini belum tentu
benar, karena struktur organisasi desa Jatirejo yang kami temui,
tidak memiliki perbedaan spesifik dengan struktur organisasi
desa yang lainnya, sehingga jawaban yang mengatakan bahwa
struktur organisasi sudah mempertimbangkan kapasitas
masing-masing perangkat, belum tentu benar. Menurut
pengamatan kami, struktur organisasi mereka sama saja dengan
desa yang lain, tidak ada struktur yang mencerminkan keunikan
desa tersebut.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Sejauh ini perangkat desa Jatirejo, sudah menjalankan
tugas dan fungsi (TUPOKSI) sesuai dengan yang ditetapkan.
Menurut mereka TUPOKSI itu sudah tertulis di papan masing-
masing bagian. Setelah kami cek, memang ditemukan adanya
TUPOKSI masing-masing bagian yang sudah tertulis di papan
kerja masing-masing. Misalnya TUPOKSI yang berkaitan dengan
tugas dan fungsi pemerintah desa, sudah dicantumkan dengan
jelas pada papan masing-masing bagian.
248
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan
Supradesa
Pembagian kerja antara masing-masing unit atau bagian
sudah dilakukan secara merata. Bagian-bagian itu terdiri dari
bidang pemerintahan desa, bidang pembangunan desa, bidang
kemasyarakatan dan bidang pendapatan. Masing-masing dari
bagian-bagian itu sudah menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik.Di desa Jatirejo, tata hubungan kerja antara
masing-masing unit maupun dengan supradesa, sudah jelas dan
tidak overlapping antara bagian yang satu dengan yang lain,
maupun dengan supradesa. Tata hubungan kerja ini
mencerminkan peran dan fungsi yang berbeda yang dilakukan
oleh masing-masing bagian antara yang satu dengan yang lain.
Ini dapat dilihat dari struktur organisasi dan pembagian kerja
dan tugas yang ada di desa Jatirejo.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk menjalankan kordinasi kerja antara unit dan
dengan supradesa, di desa Jatirejo dikenal adanya RAKORDES
yang dijalankan setiap hari Kamis. Dalam rakordes ini dihadiri
oleh semua bagian, dan diadakan setiap hari Kamis. RAKORDES
di desa Jatirejo yang dilakukan sekali seminggu ini, bertujuan
untuk membicarakan berbagaimacam persoalan sekaligus arah
dan tujuan desa ke depan.
6. Pengawasan
Di desa Jatirejo, pengawasan internal dilakukan oleh
kepala desa terhadap perangkat-perangkatnya, sedangkan
pengawasan eksternal dilakukan oleh rakyat melalui BPD
dengan pemerintah kabupaten melalui Camat. Pengawasan ini
249
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
sangat penting artinya terhadap perubahan kinerja perangkat
desa. Dengan adanya pengawasan internal dan eksternal, maka
perangkat desa tidak main-main dalam menjalankan tugasnya.
Mereka juga memberlakukan sanksi hukuman terhadap
pelanggaran dengan dipecat daripekerjaannya. Pengawasan
juga memungkinkan terjadinya pengurangan penyalagunaan
jabatan dalam menjalankan tugas sehari-hari, dibandingkan
dengan tidak adanya pengawasan. Di desa Jatirejo, kualitas dan
kuantitas administrasi pemerintahan desa sudah baik, jika
dibandingkan dengan desa yang lainnya. Data-data yang merkea
miliki cukup lengkap dan tersedia berbagai macam data yang
berkaitan dengan penelitian kita. Kuantitas dan kualitas
administrasi desa ini, ditunjang oleh factor pendidikan, dimana
rata-rata perangkatnya berpendidikan menengah ke atas.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Rekrutem pamong desa yang dilakukan di desa Jatirejo
melalui dua cara yakni melalui pemilihan dan pengangkatan.
Lurah misalnya dipilih secara langsung, sedangkan yang lainnya
diangkat. Tidak ada indikasi KKN dalam proses rekrutmen ini.
Rekrutmen yang dilakukan menurut perangkat desa benar-
benar didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh masing-
masing individu. Umumnya perangkat desa Jatirejo memiliki
motivasi menjadi lurah atau pamong untuk melayani
masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat menjadi orentasi dan
motivasi utama yang mereka lakukan setiap hari. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka menjadi perangkat desa, karena
dipercaya oleh masyarakat desa. Kepercayaan yang diberikan
oleh masyarakat desa ini menjadi dasar utama mereka
250
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
menjalankan tugas setiap hari. Penempatan pamong di desa
Jatirejo, menurut perangkat desa yang kami wawancarai, sudah
sesuai dengan kompetensi, pengalaman dan minat yang dimiliki
oleh masing-masing individu. Kompetensi itu ditunjukkan oleh
adanya kemampuan kerja yang dilakukan oleh masing-masing
bagian. Kalau mereka tidak berpengalaman dan tidak berminat
dengan bidang tugasnya, mereka tidak bisa menjalankan tugas
dengan baik. Tetapi sejauh ini menurut mereka, mereka dapat
menjalankan tugas dengan baik.
8. Pengembangan SDM
Berkaitan dengan pengembangan SDM lurah dan pamong
desa, mereka sering mengikuti berbagai macam pelatihan yang
sesuai dengan tugas dan fungsi yang mereka lakukan setiap
hari. Dengan adanya berbagai macam pelatihan, dapat
memberikan motivasi kerja yang berarti bagi perangkat desa
untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Sistem Kompensasi
Berkaitan dengan kompensasi untuk lurah dan pamong, di
desa Jatirejo, lurah dan pamong masing-masing memperoleh
jatah tanah bengkok yang jumlahnya tidak sama. Di samping itu,
juga mereka memperoleh gaji dari pemerintah kabupaten yang
besarnya sangat bervariasi antara yang satu dengan yang lain
dan diterimakan setiap tiga bulan sekali. Tetapi mereka
mengatakan bahwa kesejahteraan perangkat desa masih sangat
kurang. Tolong pemerintah kabupaten memperhatikan
251
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
kesejahteraan perangkat desa. Table beikut dapat
menggambarkan jumlah tanah bengkok yang mereka miliki.
Tabel Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa 1.5776 hektar
02 Carik Desa 1.3150 hektar
03 Kabag-kabag 1.0517 hektar
04 Dukuh-dukuh 0.7886 hektar
05 Staf-staf 0.5258 hektar
Sejauh ini belum pernah terjadi mutasi kepegawaian di
desa Jatirejo. Demikian pun halnya dengan promosi. Mutasi dan
promosi belum pernah dilakukan. Tetapi menurut mereka,
berdasarkan aturan, mutasi dilakukan setelah yang
bersangkutan diberhentikan atau mengundurkan diri dari
tugasnya sebagai perangkat, kemudian baru ada peluang untuk
dipindahkan ke bagian yang lain.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Di desa Jatirejo, evaluasi dilakukan secara berkala setiap
tiga bulan sekali. Evaluasi dipimpin langsung oleh kepala desa
dan dihadiri oleh perangkat-perangkat yang ada.
11. Purnatugas
Sistem PHK yang terjadi di desa Jatirejo dilakukan dengan
mekanisme menerima 1/5 dari tanah bengkok dikalikan
setengah masa jabatan. Mereka juga akan menerima jatah
252
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
purnatugas dari kas desa, tetapi besarnya tidak tentu.
Sedangkan bantuan purnatugas dari kabupaten juga tidak jelas.
12. Data Pamong
Berdasarkan hasil wawancara kami dan didukung data
yang ada, profil kepergawaian desa Jatirejo dapat digambarkan
sebagaimana tercantum dalam table berikut.
Tabel
Profil perangkat desa Jatirejo dan masa jabatanya
No Jabatan Pendidikan Lama Masa Jabatan
01 Kepala Desa PT02 Carik PT Sejak 1991-
sekarang03 Kabag Pemerintahan SLTA Sejak 1991-
sekarang04 Kabag Pembangunan PT-D2 Sejak 2005-
sekarang05 Kabag Pendapatan SLTA Sejak 1989-
sekarang06 Kabag Kemasyarakatan SLTA Sejak 1989-
sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Masing-masing bagian di desa Jatirejo, dapat menjalankan
tugas dan fungsinya berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh
masing-masing personel. Kompetensi itu, ditunjukan dengan
adanya kemampuan kerja yang cukup bagus dari masing-masing
perangkat. Berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat desa, menurut mereka sudah dijalankan secara efektif
dan efisien. Menurut mereka kalau tidak efektif dan tidak efisien,
tentu saja akan berhadapan dengan tuntutan dan teklanan
masyarakat yang sangat besar melalui BPD.
253
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14. Kepuasan Masyarakat
Kunci keberhasilan pemerintah desa menurut para
perangkat desa adalah tingkat kepuasan masyarakat desa.
Kalau masyarakat puas, pemerintah desa senang, karena tidak
ada lagi keluhan-keluhan yang diberikan oleh pemerintah desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Jika dibandingkan dengan desa yang lain, lurah desa dan
pamong desa Jatirejo sudah dilengkapi dengan fasilitas standar
yang hampir sama dengan desa yang lain. Tetapi mereka baru
memiliki satu unit komputer, padahal mereka memiliki
perangkat yang berpendidikan sarjana. Tabel berikut dapat
menggambarkan bagaimana fasilitas yang dimiliki oleh desa
Jatirejo.
Table Faslitas Desa Jatirejo
NoFasilitas pelayanan
publik
Jumlah
(unit)
Kondis
i
01 Sepeda Motor 1 unit Baik
02 Telepon 1 unit rusak
03 Komputer 1 unit Baik
04 Mesin Ketik 2 unit Baik
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas publik dalam pelayanan masyarakat di desa
Jatirejo dilakukan dengan mekanisme di mana kepala desa
bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD. Ada kesan
bahwa di desa jatirejo BPD masih memiliki peran yang besar.
Pemerintah desa wajib memberikan pertanggungjawaban
254
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
penyelenggaraan pemerintahan desanya kepada masyarakat
desa melalui BPD.
10. DESA NGENTAKREJO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Perencanaan dalam organisasi Pemerintahan Desa
Ngentakrejo belum dirumuskan dalam rencana strategis,
dengan demikian perencaanaan administrasi Pemerintahan
Desa belum menjadi bagian dari Renstra. Perencanaan itu ada
tapi di buat oleh Lurah dan Pamong Desa dan hanya sekedar
menjadi kesepakatan bersama antara internal Pemerintah Desa.
Kalaupun dibicarakan bersama dengan BPD, pembicaraan
mengenai rencana pengembangan administrasi itu lebih bersifat
informal. Oleh karena itu tujuan, wujud maupun target dari
perencanaan belum dapat dirumuskan dengan jelas.
2. Pola dan Struktur Organisasi.
Pola dan struktur orgaisasi Pemerintah Desa sudah
menjadi paket yang ditetapkan oleh Perda Kabupaten Kulon
Progo. Di Desa Ngentakrejo, untuk sementara waktu pola dan
struktur semacam itu dirasa masih cukup untuk mendukung
pemberian pelayanan kepada masyarakat. Struktur itu
merupakan bentuk baku yang ditetapkan Pemda Kabupeten,
namun dalam pelaksanaanya masing-masing Pamong bisa
flesibel saling membantu Pamong lainnya.
2.Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi.
Dalam kaitannya dengan struktur organisasi, Tupoksi
masing-masing unit kerja dilingkungan Pemerintah Desa
255
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Ngentakrejo pada prinsipnya mengacu pada ketentuan Tupoksi
yang sudah baku ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Tupoksi
sudah cukup dipahami oleh masing-masing Pamong, dan sudah
dilaksanakan oleh Lurah dan para Pamong. Namun dalam
pelaksanaan Tupoksi itu masing-masing Pamong tidak dapat
saklek dalam Tupoksinya, karena mereka membutuhkan
kerjasama dan saling membantu antara Pamong satu dengan
lainnya.
Dengan demikian bila ada salah satu Pamong yang tidak
dapat melaksanakan tugasnya, untuk sementara bisa diganti
oleh Pamong Lainnya. Dengan cara ini pelayanan masyarakat
justru menjadi lebih lancar, karena tidak harus menunggu
Pamong yang bersangkutan.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan antara Pemerintah Desa dengan
Pemerintah Kabupaten lebih bersifat koordinatif melalui dinas-
dinas terkait. Aliran perintah datang dari Kabupaten melaui
dinas-dinas terkait atau melalui kecamatan, yang diwujudkan
dalam forum-forum sosialisasi atau ceramah-ceramah dan
pengarahan mengenai tugas-tugas yang harus diselesaikan
Pemerintah Desa.
Dalam hubungannya dengan BPD, secara umum mengacu
pada ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda Kabupaten.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dipertanggungjawabkan
kepada BPD yang kemudian ditembuskan kepada Pem. Kab. Dan
Pemerintahan Kecamatan. BPD mengawasi pelaksanaan
Pemerintahan Desa, meskipun demikian hubungan antara
256
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pemerintah Desa dengan BPD relatif baik, sehingga terjadi
hubungan partnership antara keduanya.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa.
Koordinasi Pemerintah Desa dengan Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Desa secara umum berjalan dengan
baik. Rapat-rapat koordinasi cukup sering dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten melaui dinas-dinas terkait atau
kecamatan untuk untuk memberikan perintah atau arahan-
arahan yang diperlukan untuk menjalankan tugas-tugas
Peemrintah Desa maupun tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Koordinasi dengan BPD lebih banyak dilakukan dalam
forum resmi dan rutin, antara lain dalam pembahasan Perdes
dan APBDes, serta pembahasan LPJ Lurah. Sementara
koordinasi internal Pemerintah Desa dilakukan guna
memadukan pelaksanaan tugas dan fungsi semua Pamong Desa,
antara lain berupa rapat rutin 1 minggu sekali. Selain itu
kadang diperlukan pula koordinasi di luar waktu rutin yang
telah ditetapkan.
6. Pengawasan.
Pengawasan pelaksanaan pemerintahan desa terutama
dilakukan oleh BPD, yakni melalui laporan Lurah baik ½
tahunan maupun akhir tahun. Selain itu BPD juga bisa
menyampaikan masukan-masukan kepada Bawasda terkait
dengan hasil pengawasan BPD. Selain pengawasan oleh BPD,
Lurah juga melakukan pengawasan terhadap para pamong,
meskipun pelaksanaan penawasan masih kurang mampu
mendisiplinkan Pamong. Tekanan psikologis atas keterbatasan
penghasilan Pamong membuat Lurah tidak mampu secara tegas
257
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dan konsisten dalam memberikan saksi kepada para Pamong
Desa.
7. Kepuasan Masyarakat
Khusus untuk Lurah sangat mudah dimintakan pelayanan
administrasi, bahkan kalau perlu dijalanpun Pak Lurah mau
tanda tangan asal syaratnya sudah lengkap. Jadi tidak harus
datang ke Kantor Kelurahan.
11. DESA BANGUNCIPTO1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa banguncipto belum mengenal tentang
RENSTRA Desa, tetapi mereka mengenal mekanisme
perencanaan pembangunan yang diawali dengan penggalian
aspirasi di tingkat RT/RW, kemudian dilanjutkan dengan
MUSBANGDUS yang dihadiri oleh RT/RW dan diikuti oleh
tokoh-tokoh masyarakat. Hasilnya dibawakan ke tingkat
pedesaan dan di desa dikenal dengan sebutan MUSBANGDES.
Mereka memahami
RENSTRA DESA sebagai mekanisme perencanaan
pembangunan. Dalam mekanisme perencanaan pembangunan
ini menurut mereka didasarkan juga pada visi desa yakni”
menjadi desa satelit untuk DIY”. Umumnya menurut perangkat
desa, misi tugas pelayanan administrasi di desa Pengasih, sudah
sejalan dengan potensi, kemampuan pemerintah desa dengan
kebutuhan masyarakat. Misi tugas pelayanan administrasi
258
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pemerintah desa, sedapat mungkin didasarkan pada kebutuhan
masyarakat.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi di desa Banguncipto dibuat
dalam rangka untuk mewujudkan kebutuhan masyarakat dan
disesuaikan dengan kemampuan pamong desa dalam
menjalankannya.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Di desa Banguncipto, masing-masing Ka. Bag. dan staf-
satf merasa sudah menjalankan tugas, sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Namun mereka memegang prinsip bahwa
apabila terdapat kekurangan di satu bagian akan dibantu oleh
bagian yang lain, sehingga pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pembagian
kerja antara unit di desa Banguncipto sudah terbagi secara
merata. Masing-masing bagian mengemban porsi tugas kerja
yang merata. Tidak ada kelebihan kerja pada bagian yang satu
dan kekurangan pada bagian yang lain, sehingga tidak terjadi
penumpukan kerja.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja di desa Banguncipto sudah jelas dan
tidak overlapping. Pola pertanggungjawaban kerja dan perintah
mengalir secara jelas. Pemerintah kabupaten memberikan
instruksi kepada pemerintah desa, dan seterusnya, pemerintah
desa memberikan isntruksi kepada bagian-bagiannya. Lurah
bertanggungjawab kepada pemerintah kabupaten dalam
259
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
menjalankan tugasnya dan pamong-pamong bertanggungjawab
kepada lurah desa dalam menjalankan tugasnya.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk kordinasi pelaksanaan tugas, di desa Banguncipto
dilakukan dengan kordinasi rutin yang dijalankan setiap Minggu
sekali, dipimpin langsung oleh lurah. Jika lurahnya berhalangan,
maka kordinasi dipimpin oleh Carik. Sedangkan dengan
supradesa dilakukan dengan inspeksi atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin dan waktunya tidak tentu.
6. Pengawasan
Di desa Banguncipto, pengawasan internal dilakukan oleh
lurah terhadap pamong desa, sedangkan pengawasan eksternal
dilakukan oleh BPD dengan pemerintah kabupaten. Pengawasan
ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan
kinerja pamong dan mengurangi terjadinya penyalagunaan
jabatan dalam menjalankan tugas.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Rekrutmen untuk lurah dan pamong di desa Banguncipto
dilakukan melalui pemilihan langsung dan pengangkatan. Lurah
dipilih secara langsung oleh masyarakat. Lurah yang ada di
desa Banguncipto saat ini, dulunya menjadi Kabag
Pemerintahan. Perangkat desa Banguncipto mempunyai
motivasi menjadi pamong untuk melayani masyarakat dengan
baik. Pelayanan kepada masyarakat ini mereka pandang sebagai
kepercayaan yang harus dijalankan.
8. Pengembangan SDM
260
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pengembangan SDM di desa Banguncipto dilakukan
dengan cara mengikuti berbagaimacam bentuk pelatihan yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten dan provinsi.
Namun menurut mereka sekarang setelah UU No.22/1999
dilaksanakan, jumlah pelatihan sangat terbatas dan hampir
tidak ada. Sehingga bisa dikatakan bahwa pengembangan SDM
mereka mengalami kemacetan.
9. Sistem Kompensasi
Kompensai untuk lurah dan pamong dilakukan dengan
memperoleh tanah bengkok dan gaji dari pemerintah kabupaten
dan juga dari desa. Untuk tanah bengkok lihat table berikut.
Table Luas BengkokNo Jabatan Luas Bengkok01 Kepala Desa 1,8 hektar02 Carik Desa 1, 45 hektar03 Kabag-kabag 1,4 hektar04 Dukuh-dukuh 1, 1 hektar
Para perangkat desa ini juga memperoleh gaji dari
pemerintah kabupaten yang diterimakan setiap tiga bulan.
Untuk lurah jumlahnya 300 ribu rupiah, Carik 290 ribu rupiah,
Kabag-kabag 170 ribu rupiah, dukuh 150 ribu rupiah dan staf-
staf memperoleh 120 ribu rupiah. Pendapatan ini, masih harus
ditambah dengan penerimaan dari desa yang sumber dan
jumlahnya tidak tentu. Para perangkat desa Banguncipto
umumnya merasa bahwa mereka tidak puas dengan
kompensasi yang mereka terima, karena selain jumlahnya
sangat rendah, juga jangka waktu penerimaanya tidak jelas.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
261
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Evaluasi kerja di desa Banguncipto dilakukan setiap tiga
bulan sekali, dipimpin langsung oleh lurah. Evaluasi ini
ditindaklanjuti dalam bentuk rencana kerja dari masing-masing
bagian.
11. Purnatugas
Sama dengan desa Pengasih, sistem PHK dilakukan
dengan cara 1/5 dari tanah bengkok dikalikan dengan ½ masa
jabatan. Di samping itu, mereka juga menerima jatah
purnatugas dari desa dan dari pemerintah kabupaten yang
jumlahnya tidak tentu.
12. Data Pamong
Tabel berikut menggambarkan profil kepegawaian desa Banguncipto (lihat tabel).
TabelProfil perangkat desa Banguncipto dan masa jabatanya
No Jabatan Pendidikan Masa Jabatan
01 Kepala DesaSLTA
Sejak 2004-sekarang (sebelumnya kabag pemerintahan)
02 CarikSLTA
Sejak 1984-sekarang (cariknya PNS)
03 Kabag Pemerintahan
D3Sejak 2004-sekarang
04 Kabag Pembangunan
SLTASejak 1999-sekarang
05 Kabag Pendapatan SMP Sejak 1986-sekarang06 Kabag
KemasyarakatanSLTA
Sejak 1984-sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Masing-masing bagian sudah menjalankan tugasnya
secara kompeten. Artinya mereka mengerti dengan tugasnya
262
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
masing-masing. Menurut perangkat desa, pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat sudah efisien dan efektif. Ini
ditunjukkan dengan keberhasilan dalam menjalankan program
kerja, dan tidak adanya pemborosa anggaran yang digunakan.
Hampir sama dengan desa yang lainnya. kuantitas dan kualitas
pelayanan administrasi, termasuk kelengkapan buku-buku di
desa Banguncipto menurut perangkat desa, sudah cukup
memadai, tetapi memang perlu sekali diakui bahwa masih
terdapat banyak kekurangan yang harus dilengkapi.
Penempatan pamong di desa Banguncipto sudah sesuai dengan
kompetensi, pengalaman dan minat. Menurut mereka kalau
tidak begitu, mereka tidak mungkin dapat menjalankan
tugasnya dengan baik. Di desa Banguncipto belum pernah
terjadi mutasi dan promosi. Umumnya mereka menduduki
kekuasaan untuk jangka waktu yang lama dan berakhirnya tidak
jelas.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat desa merupakan kunci pelayanan
pemerintah desa Banguncipto, namun mereka menyadari bahwa
dalam menjalankan tugas, mereka sedapat mungkin
memberikan yang terbaik kepada masyarakat.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Untuk kelengkapan fasilitas lurah desa dan pamong desa
di desa Banguncipto, dapat dilihat di table berikut.
Tabel Fasilitas Desa BangunciptoNo Fasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 unit Baik02 Telepon 1 baik
263
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
03 Komputer 1 unit Baik04 Mesin Ketik 3 unit Baik
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Pertanggungjawaban dan akuntabilitas dilakukan kepada
rakyat melalui BPD dan kepada Bupati melalui Camat.
12. DESA SALAMREJO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Dari penelitian yang kami lakukan, Desa Salamrejo,
termasuk salah satu desa di Kabupaten Kulon Progo yang belum
memiliki RENSTRA DESA. Tetapi mereka mengenal pola atau
mekanisme perencanaan pembangunan yang biasanya dimulai
dari penggalian aspirasi dan pendapat dari tingkat RT/RW,
kemudian hasilnya dibawakan ke tingkat dusun. Di tingkat
dusun perencanaan pembangunan dilakukan dengan
MUSBANGDUS yang dihadiri oleh RT/RW, dan tokoh-tokoh
masyarakat. Hasil MUSBANGDUS ini, kemudian dibawakan ke
tingkat desa. Di desa mekanisme perencanaan pembangunan
itu, dicapai melalui MUSBANGDES yang dihadiri oleh
perangkat-perangkat desa dan Kepala-kepala Dusun dan juga
BPD yang ada. Mekanisme perencanaan, khususnya untuk
pelaksanaan tugas dan administrasi didasarkan pada visi desa
yakni “ingin menjadikan Desa Salamrejo sebagai desa
kerajinan”. Visi ini dirumuskan secara bersama antara
pemerintah desa dengan Badan Perwakilan Desa. Tetapi visi ini,
masih belum diadministrasikan dengan baik, karena belum
dicantumkan di dalam PERDES dan belum dicantumkan pada
264
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
papan visi desa. Boleh dikatakan bahwa visi ini, baru menjadi
milik pemerintah dan perangkat desa saja, karena tidak
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka. Misi tugas
dan pelayanan administrasi di Desa Salamrejo, tidak realistik
jika dipandang dari segi potensi, kemampuan pemerintah desa
dan kebutuhan masyarakat. Persoalannya, dalam struktur
organisasi pemerintahan dan dalam hubungannya dengan
manajemen pemerintahan, Desa Salamrejo belum memiliki
perangkat yang secara khusus bertugas menangani pencapaian
visi Desa Salamrejo sebagai desa kerajinan. Misalnya, belum
ada Kabag Kerajinan Desa.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi masih belum
menggambarkan terwadahinya kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien. Hal ini nampak
dari struktur organisasi yang belum mencerminkan kebutuhan
masyarakat dan adanya kecendrungan satu bidang dalam
struktur pemerintahan menjalankan fungsi yang lebih banyak
dibandingkan dengan bidang yang didudukinya.
265
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Di Desa Salamrejo, TUPOKSI dijalankan oleh masing-
masing KABAG yang terdiri dari Kabag Pemerintahan, Kabag
Pendapatan, Kabag Kemasyarakatan, dan Kabag Pembangunan.
Menurut perangkat desa, mereka menjalankan tugas dan fungsi
sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Berdasarkan
wawancara kami dengan para perangkat tersebut, kelihatan
bahwa mereka belum menjalankan tugas dan fungsi dengan
baik. Hal ini tercermin dari kurangnya kemampuan mereka
dalam menjabarkan tugas dan fungsinya kepada kami. Misalnya,
ketika ditanya apakah bapak menjalankan tugas dan fungsi
sesuai dengan kedudukan ? Umumnya mereka menjawab ya.
Tetapi setelah ditanya apa saja yang menjadi tugas dan fungsi
bapak sesuai dengan kedudukan yang bapak/ibu pegang ?
Umumnya mereka tidak bisa menjabarkan dengan baik. Ini juga
bisa dilihat dari tidak adanya pencantuman tugas dan fungsi
dari masing-masing bagian itu secara tertulis, tertempel di
papan kerja dari masing-masing bagian.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Pembagian kerja antara bagian dengan bagian, seperti
antara Kabag dengan Kabag, dapat digambarkan sebagai
berikut: Kabag Pemerintahan menjalankan urusan pertanahan,
surat-menyurat, KTP, C1, pencatatan penduduk, seperti lahir,
mati, datang, pergi, dan sebagainya, Kabag Pembangunan
menjalankan urusan pertanian, pembangunan, kerajinan dan
sebagainya. Kabag Kemasyarakatan menjalankan fungsi
HUMAS, masalah sosial, keluarga miskin dan sebagainya.
266
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Sedangkan Kabag Pendapatan mengurus administrasi tentang
pajak, bumi dan bangunan. Pembagian tugas ini menurut
perangkat desa yang kami wawancarai telah dilakukan secara
merata. Manajemen hubungan kerja antara unit dan dengan
supradesa, termasuk alur perintah dan pertanggungjawaban
sudah dijalankan dengan baik. Kepala desa bertugas
memberikan kordinasi untuk masing-masing kepala bagian.
Masing-masing kepala bagian mengkordinasi staf-stafnya.
Masing-masing kepala bagian bertanggungjawab kepada kepala
desa. Kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui
BPD. Untuk laporan pelaksanaan tugas dan hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintah kabupaten, seperti
menyangkut pajak disampaikan kepada pemerintah kabupaten.
Dalam hal ini, Kepala Desa menjalankan apa yang menjadi
instruksi pemerintah kabupaten. Manajemen hubungan kerja
tidak overlapping, karena masing-masing bagian menjalankan
perintah dan bertanggungjawab kepada atasan, sesuai dengan
kedudukannya masing-masing. Misalnya, staf Kepala Bagian
Pemerintahan bertanggungjawab kepada Kabag Pemerintahan.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk melakukan kordinasi antara unit kerja, di desa
Salamrejo biasanya dilakukan oleh unit kerja yang memiliki
kedudukan paling tinggi. Misalnya, kepala desa melakukan
kordinasi triwulanan terhadap kepala bagian-kepala bagiannya,
sebaliknya kepala-kepala bagian melakukan kordinasi
triwulanan dengan staf-stafnya. Tetapi jika ada masalah yang
mendadak dan membutuhkan penyelsaian segera, kordinasi
antara unit dilakukan tanpa mempertimbangkan waktu yang
telah ditetapkan.
267
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
6. Pengawasan
Di Desa Salamrejo, terdapat dua jenis pengawasan yakni;
pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan
internal dilakukan oleh kepala desa terhadap perangkat-
perangkatnya, sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh
rakyat dan pemerintah kabupaten. Rakyat melakukan
pengawasan terhadap pemerintah desa melalui BPD, sedangkan
pemerintah kabupaten melakukan pengawasan melalui Camat.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Berkaitan dengan rekrutmen pegawai di Desa Salamrejo,
Kepala Desanya dipilih secara langsung, sedangkan perangkat-
perangkat desanya masih perangkat-perangkat yang diwariskan
oleh pemerintah sebelumnya. Kepala Desa Salamrejo baru
menjabat satu tahun, belum melakukan rekrutmen perangkat
desa dan pamong yang sudah ada dipandang kompeten, cakap
dan berpengalaman dalam menjalankan tugasnya. Hampir
semua perangkat yang ada, tidak memiliki hubungan keluarga
dengan kepala desa.
8. Pengembangan SDM
Selama R. Supatmo menjadi kepala desa, belum pernah
mengikuti pelatihan yang secara khusus bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya manusia kepala desa. Demikian juga
perangkat-perangkat desa yang ada di Salamrejo. Umumnya
mereka belum pernah mengikuti pelatihan yang secara khusus
meningkatkan pelayanan mereka terhadap masyarakat desa.
268
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
9. Sistem Kompensasi
Sistem kompensasi untuk lurah dan pamong di Desa
Salamrejo, diperoleh dengan tugas cara: 1) melalui sistem
penggajian; 2) tanah bengkok; 3) penerimaan lain yang
sumbernya tidak jelas. Gaji untuk kepala desa dengan
prangkatnya Rp. 100.000 rupiah diterimakan setiap tiga bulan
sekali. Kepala Desa memiliki tanah bengkok dengan luas 1,5
hektar, carik 8.785 hektar, sedangkan kabag-kabag hanya
7.028 hektar. Mereka tidak memiliki penghasilan lain di luar
gaji dan tanah bengkok.
Tabel Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa 1,5 hektar
02 Carik Desa 8.785 hektar
03 Kabag-kabag 7.028 hektar/perorang
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi di Desa Salamrejo dilakukan secara berkala setiap
tiga bulan sekali. Evaluasi isidental juga dilakukan jika terdapat
masalah atau ada kebutuhan yang sangat mendesak. Untuk tingkat
desa evaluasi dipimpin oleh kepala desa, sedangkan untuk tingkat
pedukuhan, evaluasi dipimpin oleh kepala dusun.
11. Purnatugas
Di Desa Salamrejo belum pernah dilakukan PHK oleh kepala
desa terhadap perangkat-perangkat desanya. Untuk kompensasi
269
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
setelah purnatugas mereka masing-masing memperoleh 25% dari
tanah bengkok, dikalikan dengan setengah dari masa jabatan.
Misalnya untuk carik, masa jabatannya 10 tahun, maka yang
dihitung adalah setengah dari 10 tahun itu.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian desa Salamrejo, dapat digambarkan dari
dua segi yakni dari segi pendidikan dan pengalaman kerja.
Tabel Pendidikan dan Masa Jabatan Perangkat Desa Salamrejo
No
Jabatan Pendidikan Lama Masa Jabatan
01 Kepala Desa SLTA 1 tahun02 Carik SLTA Sejak 1994-sekarang03 Kabag Pemerintahan SLTA
(SMEA)Sejak 1990-sekarang
04 Kabag Pembangunan
SLTA Sejak 1982-sekarang
05 Kabag Pendapatan06 Kabag
Kemasyarakatan
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Masing-masing unit di Desa Salamrejo dipandang sudah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Setiap kabag
dipandang kompeten dalam menjalankan tugasnya. Namun
menurut Carik desa Salamrejo, persoalan SDM yang masih
berpendidikan rendah, cukup mempengaruhi pelayanan
administrasi dan urusan pemerintahan desa. Pelayanan kepada
masyarakat dipandang sudah efisien dan efektif. Alasannya, selama
kepala desa yang baru belum ada komplain atau tuntutan
ketidakpuasan dari masyarakat berkaitan dengan kinerja
pemerintah desa.
270
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14. Kepuasan Masyarakat
Menurut pemerintah desa salamrejo, masyarakat sudah puas
dengan pelayanan pemerintah desa sehingga, mereka tidak pernah
mengeluh dengan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kuantitas dan kualitas kelengkapan adminsitrasi
pemerintahan desa masih belum cukup memadai. Jumlah buku-
buku yang berkaitan dengan registrasi pemerintahan desa masih
sangat terbatas dan kurang mengikuti perkembangan. Lurah dan
perangkat desa memiliki fasilitas yang sangat terbatas. Dilihat dari
alat transportasi yang mereka gunakan, hanya ada satu sepeda
motor yang melayani kebutuhan pelayanan administrasi baik yang
dilakukan oleh lurah, maupun perangkat-perangkatnya. Telepon
kantor hanya ada satu dan tersentral di kantor kepala desa, tidak
ada line yang menghubungkannya dengan kepala-kepala bagian.
Telepon kantor yang dimiliki hanya bisa digunakan untuk urusan
kantor yang sangat penting. Hampir semua perangkat memiliki
hand phone, tetapi mereka harus membeli pulsa sendiri jika
berhubungan dengan pihak luar, walaupun berkaitan dengan
urusan kantor. Desa Salamrejo juga hanya memiliki satu unit
komputer. Komputer ini digunakan untuk berbagai macam
kepentingan dan dipakai oleh semua perangkat desa.
Table Faslitas Desa Salamrejo
NoFasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 baik02 Telepon 1 baik 03 Komputer 1 baik
271
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
04 Mesin Ketik 4 1 rusak
Umumnya perangkat desa Salamrejo, termasuk lurahnya
memiliki motivasi menjadi perangkat desa untuk “melayani
masyarakat desa dengan baik”. Motivasi kepala desanya secara
khusus adalah “ingin meningkatkan perekonomian desa dengan
menggandeng investor”. Mereka terpanggil untuk memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat desa. Selama
kepala desa yang baru, belum pernah dilakukan mutasi jabatan.
Setiap jabatan-jabatan yang ada juga tidak pernah dipromosikan
secara luas kepada perangkat desa yang lain. Artinya jabatan
yang mereka pegang sebelum kepala desa yang baru, tetap
mereka duduki hingga sekarang.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas publik dilakukan dengan cara dimana kepala
desa selalu memberikan pertanggungjawaban dalam
menjalankan tugasnya setiap tahun kepada rakyat melalui BPD.
13. DESA SENTOLO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa Sentolo belum mengenal RENSTRA
DESA. Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan,
mereka hanya mengenal penggalian aspirasi masyarakat untuk
perencanaan pembangunan. Penggalian aspirasi masyarakat ini
dimulai dari RT/RW yang diikuti oleh anggota masyarakat,
dilanjutkan dengan MUSBANGDUS di tingkat dusun yang
dihadiri oleh RT/RW, kadus, tokoh-tokoh masyarakat dan
sebagainya. Hasil dari MUSBANGDUS ini, kemudian diteruskan
ke tingkat desa. Di desa dikenal dengan sebutan MUSBANGDES
272
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
yang dihadiri oleh kadus-kadus, BPD dan perangkat-perangkat
desa. Hasil perencanaan yang dibuat oleh desa ini, kemudian
diteruskan ke tingkat kecamatan dan selanjutnya diteruskan ke
tingkat kabupaten. Desa Sentolo belum memiliki visi dan missi,
sehingga mekanisme perencanaan pembangunan ini tidak
didasarkan pada visi dan missi desa. Misi tugas pelayanan
administrasi di desa Sentolo, belum reealistik jika dipandang
dari segi potensi, kemampuan pemerintah desa dan kebutuhan
masyarakat. Menurut mereka hal ini disebabkan oleh pelayanan
administrasi yang sangat baku dan sudah ditetapkan oleh
pemerintahan supradesa. Desa ini tidak memiliki sesuatu yang
bisa diandalkan. Ini terbukti dari wawancara kami dengan
perangkat desa. Ketika mereka ditanya apa yang unik dari desa
ini, mereka bingung untuk menjawabnya.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi pemerintahan desa di desa
Sentolo, menurut perangkat desa, sudah sesuai dengan
kemampuan organisasi dan kebutuhan masyarakat. Kemampuan
organisasi menurut mereka sudah tercermin dalam menjalankan
tugas setiap hari. Tugas-tugas yang dijalankan pun, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kalau tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat desa menurut mereka tidak mungkin
bisa dijalankan dengan baik.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Menurut perangkat desa Sentolo yang kami wawancarai,
pembagian tugas dan fungsi di desa Sentolo sudah jelas dan
masing-masing bagian menjalankan tugasnya dengan baik.
Tetapi mereka mengakui bahwa pembagian tugas dan fungsi itu
273
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
belum dicantumkan di dalam papan kerja pada masing-masing
bagian. Hasil pengamatan kami juga menunjukkan bahwa
perangkat desa belum memiliki papan TUPOKSI yang berfungsi
mengingatkan bagian-bagian dalam organisasi pemerintahan
Sentolo untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Pembagian tugas antara bagian sudah terperinci dengan baik
dan terbagi secara merata. Namun pemerintah desa Sentolo
pada dasarnya memegang prinsip apabila dalam
pelaksanaannya terdapat bagian yang memiliki pekerjaan lebih
besar, maka bagian yang lainnya akan ikut membantu.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antara masing-masing unit dengan
supradesa di desa Sentolo sudah jelas dan tidak overlapping.
Lurah bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat dalam
menjalankan tugasnya. Sedangkan kabag-kabag, kadus dan
perangkat desa yang lain bertanggungjawab kepada lurah desa.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Di desa Sentolo, kordinasi kerja dilakukan satu bulan
sekali antara lurah dengan kabag-kabag sementara antara
bagian-bagian atau unit-unit kerja dilakukan tiap Minggu.
Kordinasi antara lurah dengan kabag-kabag dipimpin langsung
oleh kepala desa.
6. Pengawasan
Pengawasan internal di desa Sentolo, dilakukan oleh lurah
sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh BPD dan oleh
Bupati melalui Camat. Baik pengawasan internal maupun
274
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pengawasan eksternal, memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja pamong sekaligus
mengurangi terjadinya penyelewengan dan penyalagunaan
jabatan dalam penyelengggaraan pemerintahan desa.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Rekrutmen pegawai di desa Sentolo, menurut mereka
merujuk pada perda. Kepala desa dipilih langsung oleh
masyarakat. Sedangkan pamong-pamong ada yang dipilih
langsung ada yang melalui pengisian. Pengisian dilakukan
dengan seleksi tertulis dan sebelumnya mereka mengajukan
lamaran secara tertulis kepada panitia penyelenggara
rekrutmen. Perangkat desa Sentolo, pada dasaranya memiliki
motivasi menjadi perangkat desa untuk mengapdi dan melayani
masyarakat dengan baik. Menurut mereka, mereka sama sekali
tidak memiliki kepentingan untuk memperoleh imbalan dengan
gaji yang besar, tetapi-semata-mata untuk pelayanan publik.
Penempatan pamong menurut mereka, sudah sesuai dengan
pengalaman, minat dan bakat dari masing-masing pamong,
karena di desa Sentolo dasarnya adalah rekrutem pamong yang
dilakukan secara terbuka melalui pemilihan dan pengangkatan.
Untuk yang pengangkatan dilakukan melalui proses seleksi.
Lamaran untuk menjadi pamong, khusnya untuk mengisi bagian
yang lowong, tentu saja berdasarkan minat dari masing-masing
pelamar. Di desa Sentolo belum pernah terjadi mutasi dan
promosi. Kebanyakan kabag-kabag yang ada, termasuk staf-staf
desa menduduki masa jabatan mereka untuk waktu yang lama.
8. Pengembangan SDM
275
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pengembangan SDM lurah dan pamong di desa Sentolo
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui
pelatihan-pelatihan yang dibuat oleh pemerintah kabupaten
atau pemerintah provinsi. Pelatihan-pelatihan ini sangat
bermanfaat untuk meningkatkan sumber daya manusia dan
kinerja pamong desa.
9. Sistem Kompensasi
Kompenasi untuk lurah dan pamong di desa Sentolo,
dilakukan melalui pemberian tanah lungguh atau bengkok. Lihat
table berikut.
Tabel Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa 12.600 meter
02 Carik Desa 10.500 meter
03 Kabag-kabag 8.400 meter
04 Dukuh-dukuh 6.300 meter
05 Staf-staf 5.250 meter
Selain memperoleh tanah bengkok, mereka juga
memperoleh gaji dari pemerintah kabupaten dan dari desa. Dari
pemerintah kabupaten mereka memperoleh jumlah gaji yang
berbeda sesuai dengan keududkan masing-masing. Lurah
memperoleh 300 ribu rupiah yang diterima setiap tiga bulan
sekali. Sementara dari desa ada tambahan penghasilan yang
diseuaikan dengan kas keuangan desa. Dari penerimaan-
penerimaan ini, mereka masih merasa belum mencukupi.
Menurut perangkat desa yang kami temui, mereka umumnya
merasa kesejahteraannya tidak diperhatikan oleh pemerintah,
276
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
padahal tugas pelayanan yang mereka lakukan sangat besar,
sampai dengan 24 jam.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi secara berkala di desa Sentolo dilakukan empat
bulan sekali, sedangkan evaluasi insidental dilakukan jika
terdapat masalah penting atau hal yang sangat urgen dilakukan.
Evaluasi ini dipimpin langsung oleh lurah dan ditindaklanjuti
melalui program kerja atau penanganan terhadap persoalan
yang dipandang pokok tadi.
11. Purnatugas
Setiap pamong atau lurah yang purnatugas di desa
Sentolo, memperoleh 1/5 tanah lungguh dikalikan dengan ½
masa jabatan. Kompenasi yang lainnya dari kabupaten dan dari
desa yang jumlahnya tidak tentu.
12. Data Pamong
Berdasarkan data yang ada, profil pegawai di desa Sentolo
dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel
Profil perangkat desa Sentolo dan masa jabatanya
No JabatanPendidika
nLama Masa Jabatan
01 Kepala Desa SLTA Sejak 2001-sekarang
02 Carik SLTA Sejak 1979-sekarang
03 Kabag Pemerintahan SR/SD Sejak 1979-sekarang
04 Kabag Pembangunan SLTA Sejak 1986-sekarang
277
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
05 Kabag Pendapatan SLTA Sejak 1991-sekarang
06 Kabag
Kemasyarakatan
SLTP Sejak 1974-sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Masing-masing unit dan personel di desa Sentolo, dapat
menjalankan tugas pelayanan administrasi secara kompeten,
sesuai dengan TUPOKSI yang telah ditetapkan. Pelayanan kepada
masyarakat sudah efisien dan efektif. Menurut mereka efisien
diukur dari tidak adanya pemborosan anggaran yang digunakan
untuk suatu program kerja, sedangkan efektif diukur dari
tercapainya program-program kerja dari masing-masing bagian,
baik program jangka panjang maupun program jangka pendek.
14. Kepuasan Masyarakat
Kunci pelayanan kepada masyarakat desa di desa Sentolo
adalah kepuasan masyarakat desa. Jika masyarakat sudah pusa,
berarti pelayanan berhasil. Sejauh ini menurut perangkat desa
Sentolo, masyarakat merasa puas dengan pelayanan pemerintah
desa. Itu berarti pemerintah desa berhasil dalam menjalankan
tugasnya.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Pamong desa dan lurah desa Sentolo sudah dilengkapi oleh
fasilitas kerja yang cukup memadai. Mereka memiliki satu sepeda
motor, 5 buah mesin ketik, dua unit komputer dan satu line
telepon yang bisa mereka oprasikan dengan baik. Lihat table.
Tabel Faslitas Desa Sentolo
278
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
NoFasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 unit Baik
02 Telepon 1 unit rusak
03 Komputer 2 unit Baik
04 Mesin Ketik 5 unit Baik
Berdasarkan pengamatan kami di desa Sentolo, buku-
buku administrasi pemerintahan masih belum lengkap dan
belum berkembang sesuai dengan kebutuhan. Tetapi menurut
mereka, buku-buku yang berkaitan dengan administrasi
pemerintahan desa sudah lengkap, sesuai dengan kebutuhan.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas publik dalam pelayanan kepada masyarakat
dilakukan dengan mekanisme di mana masing-masing bagian
bertanggungjawab kepada lurah. Lurah sendiri
bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan kepada
Bupati melalui Camat. Dengan mekanisme seperti ini, menurut
mereka, pelayanan kepada masyarakat dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik.
14. DESA SUKORENO1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa Sukoreno belum mengenal tentang
RENSTRA Desa. Tetapi mereka memiliki mekanisme
perencanaan, khususnya untuk pelaksanaan tugas dan
pelayanan administrasi yang dimulai dari penggalian aspirasi
dan kebutuhan di tingkat RT/RW. Penggalian aspirasi di tingkat
RT/RW melibatkan semua warga masyarakat, kemudian
279
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dilanjutkan ke tingkat pedukuhan. Di tingkat dusun, dilakukan
dengan mengikuti mekanisme MUSBANGDUS yang melibatkan
RT/RW dan tokoh-tokoh masyarakat. Hasilnya diusulkan ke
tingkat desa melalui mekanisme MUSBANGDUS. Musbangdus
diikuti oleh BPD dan seluruh perangkat desa. MUSBANGDES ini
disamping menjadi dasar perumusan visi dan missi desa, juga
menjadi dasar pembuatan PERDES. Dalam PERDES desa
Sukoreno sudah mencantumkan visi dan missi desa. Misi tugas
dan pelayanan administraisi desa Sukoreno jika dilihat dari
potensi, kemampuan pemerintah desa dan kebutuhan
masyarakat, dipandang sudah realistik. Pemerintah desa
dipandang mampu menjalankan tugas sesuai dengan
kedudukannya dan bisa melayani kebutuhan masyarakat dengan
baik. Mereka juga bisa menjalankan tugas sesuai dengan
potensi-potensi yang ada di desa. Potensi desa umumnya sudah
termuat dalam monografi desa. Pemerintah desa berusaha
bekerja keras untuk menggarap potensi-potensi desa tersebut.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Menurut perangkat-perangkat desa yang kami
wawancarai, pola dan struktur organisasi pemerintah desa
sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa dan
perangkat-perangkat yang ada di dalam struktur itu mampu
menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya. Umumnya
desa Sukoreno memiliki empat kabag yang sehari-hari bertugas
untuk melayani masyarakat antara lain; Kabag Pemerintahan,
Kabag Ekonomi dan Pembangunan, Kabag Kemasyarakatan dan
Kabag Pendapatan Desa.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
280
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Menurut perangkat desa, masing-masing dari kabag-
kabag yang ada, sudah menjalankan tugas sesuai dengan
kedudukannya. Kabag Pemerintahan Desa misalnya bertugas
untuk mengurus administrasi kependudukan, keamanan dan
ketertiban, Kabag Ekonomi dan Pembangunan menangani
urusan yang berkaitan dengan investai, pembangunan fisik dan
non fisik dan sebagainya. Di desa ini, nampak sekali terdapat
pembagian tugas dan fungsi yang sangat jelas. Masing-masing
tugas dan fungsi dari kabag tertulis di papan yang terletak di
samping meja kantor masing-masing. Masing-masing bagian
memiliki kantor sendiri sendiri yang letaknya terpisah antara
yang satu dengan yang lain. Tugas dan pekerjaan di desa
Sukoreno, terbagi merata antara unit yang satu dengan unit
yang lainnya. Ini tercermin dari pendapat mereka yang
mengatakan bahwa tidak ada perangkat desa yang merasa
mengalami kelebihan beban dalam menjalankan tugasnya.
Kecuali carik desa yang menjadi tangan kanan kepala desa.
Sewaktu-waktu carik desa menjalankan tugas kepala desa,
apabila kepala desanya berhalangan dalam menjalankan
tugasnya.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antara unit atau antara bagian,
maupun dengan supradesa berjalan dengan baik, termasuk alur
perintah dan pertanggungjawaban. Semua bagian atau unit-unit
yang ada bertanggungjawab kepada kepala desa dan
menjalankan tugas atas perintah kepala desa. Kepala desa
menjalankan tugas atas pertintah supradesa. Dalam
memberikan pertangguyngjawaban, masing-masing bagian
281
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
memberikan pertanggungjawaban kerja kepada kepala desa.
Kepala desa sendiri memberikan pertanggungjawaban kepada
rakyat melalui BPD. Dalam hal yang berhubungan dengan
supradesa, kepala desa bertanggungjawab kepada Bupati
melalui Camat.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk kordinasi antara unit kerja biasanya di desa
Sukoreno dilakukan setiap tiga bulan sekali atau secara berkala
setiap triwulanan. Sedangkan untuk masing-masing bagian
dilakukan setiap satu Minggu sekali yakni setiap hari Senin.
Dengan supradesa, dilakukan secara tidak tentu, menunggu
instruksi atau berdasarkan kebutuhan pemerintah atasan.
6. Pengawasan
Pengawasan internal di desa Sukoreno dilakukan oleh
kepala desa terhadap perangkat-perangkatnya, sedangkan
pengawasan eksternal dilakukan oleh rakyat melalui BPD dan
oleh kabupaten melalui Camat. Dalam hal pengawasan, kepala
desa tunduk kepada BPD dan Camat, sedangkan perangkat-
perangkat desa tunduk kepada kepala desa.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Berkaitan dengan sistem rekrutmen pamong desa di desa
Sukoreno, menurut Bu Lurah, sudah dilakukan berdasarkan
kompetensi, disamping mempertimbangkan latar belakang
pendidikan pamong, juga dipertimbangkan pengalaman
kerjanya. Mekanisme rekrutmen pamong tidak didasarkan pada
aspek like and dislike dengan Bu Lurah, dan juga tidak
didasarkan pada aspek kedekatan hubungan keluarga dengan
282
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Bu Lurah, tetapi pengangkatan pamong desa didasarkan pada
aspek kecakapan dan kemampuan untuk menjalankan tugas
sesuai dengan bidang yang telah ditunjuk atau dipercayakan.
Umumnya motivasi mereka untuk menjadi pamong adalah untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-
baiknya dan motivasi Bu Lurah sendiri menjadi Lurah adalah
untuk menjalankan kepercayaan rakyat, khususnya supaya
kesejahteraan hidup masyarakat desa dapat tercukupi. Pada
umumnya mereka berpendapat bahwa menjadi lurah dan
pamong bukan atas dasar kemauan mereka, tetapi benar-benar
karena dipercaya oleh masyarakat. Menurut Bu Lurah,
penempatan pamong sudah sesuai dengan kompetensi dan juga
dipertimbangkan sesuai dengan bakat dan minat dari masing-
masing pamong. Ketika ditanya, apakah mereka menemukan
kendala teknis administrative dalam menjalankan tugas ?
Umumnya mereka menjawab belum menemukan kesulitan,
karena sejauh ini semuanya berjalan dengan baik. Di desa
Sukoreno selama Bu Lurah menjadi lurah, belum pernah terjadi
mutasi atau promosi jabatan yang dilakukan kepada masing-
masing pamong, terkecuali ada seorang dukuh yang meninggal
(Dukuh blimbing), kemudian digantikan oleh dukuh yang baru,
sementara yang lain digantikan karena usia sudah lanjut,
seperti dukuh kalimenur. Mutasi yang murni dilakukan karena
kesalahan atau untuk tujuan perbaikan peayanan belum pernah
dilakukan. Setiap jabatan juga tidak dipromosikan, tetapi intinya
siapa yang mau dan suka menjadi pamong, dipertimbangkan
dan diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengusulkannya kepada lurah.
8. Pengembangan SDM
283
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Berdasarkan wawancara yang kami lakukan dengan Bu
Lurah, Bu Lurah belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan
yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai lurah, kecuali
yang pernah diikuti adalah pembekalan yang diselenggarakan
oleh pemerintah kabupaten setelah Bu Lurah dilantik menjadi
kepala desa. Sedangkan Carik desa sendiri, sudah sering
mengikuti berbagai macam pelatihan antara lain, pelatihan
kependudukan, SUSKALAK, dan sebagainya, sehingga bisa
dikatakan bahwa pa Carik sangat ahli di bidangnya. Berkaitan
dengan kabag-kabag yang lain, semuanya hampir sama dengan
Bu lurah, mereka belum pernah mengikuti pelathian yang
secara khusus bertujuan untuk meningkatkan sumber daya
manusia mereka. Persoalannya menurut mereka, karena sejauh
ini pemerintah kabupaten belum pernah menggalakkan
pelatihan untuk para pamong, khususnya untuk meningkatkan
pengetahuan mereka berhubungan dengan tugas dan fungsi
mereka di desa.
9. Sistem Kompensasi
Kompensasi untuk lurah dan pamong di desa Sukoreno
sangat baik dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya. Ini
dapat dilihat dari kesejahteraan mereka yang cukup lumayan
dibandingkan dengan pamong atau lurah di desa yang lain.
Untuk Lurah desa, memperoleh gaji dari pemerintah kabupaten
Kulon progo sebesar 225.000 rupiah yang diterima tiap tiga
bulan sekali, ditambah dengan tanah bengkok seluas 3 hektar.
Jika peniun dari lurah beliau tetap memperoleh kompenasi
purnatugas yang dihitung dengan cara 1/5 dari 3 hektar
dikalikan dengan setengah masa kerja. Table berikut dapat
284
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
menggambarkan kompensasi yang diperoleh lurah dan pamong
di desa Sukoreno.
Table Luas BengkokNo
Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa
3 hektar
02 Carik Desa 2,5 hektar03 Kabag-
kabag2 hektar
04 Dukuh-Dukuh
1,2 hektar
05 Staf 1,1 hektar
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi dilakukan secara berkala setiap tiga bulan sekali.
Evaluasi yang melibatkan kabag-kabag dipimpin langsung oleh
Bu Lurah. Sedangkan evaluasi yang melibatkan staf-staf,
dipimpin langsung oleh masing-masing kabag. Evaluasi untuk
masing-masing bagian dilakukan juga setiap minggu sekali,
khususnya setiap hari Senin.
11. Purnatugas
Selama Bu Lurah menjadi kepala desa, belum pernah
melakukan PHK. Untuk para pamong desa, setelah purnatugas
mereka memperoleh tanag bengkok yang menjadi jaminan
setelah purnatugas yakni akan mendapatkan 1/5 tanah bengkok
dari luas bengkok yang ada dikalikan dengan setengah dari
masa jabatan. Tanah bengkok yang diberikan kepada masing-
masing lurah, tidak diambil dari tanah bengkok yang
diperuntukkan bagi pamong-pamong yang masih menjabat.
285
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Artinya mereka yang telah purnatugas diberikan tanah bengkok
yang baru.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pemerintahan desa Sukoreno dapat
digambarkan sebagaimana tercermin dalam table berikut ini.
TabelPendidikan dan Lama Masa Jabatan Perangkat Desa Sukoreno
No
Jabatan Pendidikan Masa Jabatan
01 Kepala Desa SLTA (purnatugasan Guru)
12 tahun
02 Carik03 Kabag
PemerintahanS1 11 tahun
04 Kabag Pembangunan
05 Kabag Pendapatan06 Kabag
Kemasyarakatan
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Berdasarkan wawancara kami dengan perangkat-perangkat
desa, dalam pelayanan administrasi desa, masing-masing bagian
sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Hanya saja menurut Pa
carik, masalah sumber daya manusia masih menjadi persoalan
yang menonjol. Diakui bahwa selama ini, sumber daya manusia
yang ada belum memadai dalam menjalankan tugasnya. Tetapi
mereka sudah bekerja dengan maksimal, sudah mampu
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah desa kepada masyarakat desa,
dipandang sudah efisien dan efektif. Hal ini terbukti dari banyak
286
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
agenda pembangunan, pemerintahan, kemasyarakatan dan
sebagainya mencapai hasil yang memuaskan dan belum terdapat
pemborosan anggaran yang dilakukan oleh masing-masing bagian
itu untuk mencapai tujuan.
14. Kepuasan Masyarakat
Menurut perangkat-perangkat desa yang kami wawancarai,
masyarakat umumnya merasa sudah puas dengan pelayanan yang
mereka berikan. Hal ini terbukti dari tidak adanya komplain atau
tuntutan ketidakpuasan dari masyarakat terhadap kinerja
pemerintah desa. Sejauh ini menurut Bu Lurah, pemerintah desa
sudah memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat
desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Desa Sukoreno merupakan salah satu desa yang kami jumpai
di Kabupaten Kulon Progo yang memiliki kelengkapan buku-buku
registrasi pemerintahan desa yang cukup up to date. Mereka
memiliki semua buku yang berkaitan dengan pemerintahan desa
dengan papan-papan monografi yang sangat lengkap. Lurah dan
kepala desa memiliki fasilitas kerja yang cukup memadai. Fasilitas
yang cukup ini dapat dikatakan sebagai modal pelayanan
pemerintah desa yang cukup baik terhadap masyarakatnya. Table
berikut menggambarkan kepemilikan fasilitas yang menunjang
kerja dan pelayanan pemerintah desa Sukoreno.
Tabel Faslitas Desa SukorenoNo Fasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 baik02 Telepon 1 baik
287
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
03 Komputer 3 baik04 Mesin Ketik 2 baik
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas dalam pelayanan kepada masyarakat di desa
Sukoreno dilakukan secara langsung kepada rakyat melalui Badan
Perwakilan Desa (BPD). Bu Lurah menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada rakyat melalui BPD. Di Desa
Sukoreno menurut Bu Lurah, BPD menjalankan tugas dan
fungsinya masih berdasarkan UU No.22/1999, belum beralih ke UU
No.32/2004. Sejauh ini menurut Bu Lurah, tidak ada masalah yang
sangat serius berkaitan dengan pertanggungjawaban Bu Lurah
kepada masyarakat.
15. DESA TUKSONO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa Tuksono belum mengenal RENSTRA Desa,
tetapi mereka mempunyai mekanimse perencanaan pembangunan
yang biasanya dimulai dari penggalian aspirasi dan pendapat di
tingkat RT/RW, kemudian diteruskan ke tingkat pedukuhan. Di
tingkat pedukuhan dikenal dengan nama Musbangdus yang
dihadiri oleh RT/RW, tokoh-tokoh masyarakat dan anggota BPD
yang ada dipedukuhan. MUSBANGDUS kemudian diteruskan ke
tingkat desa. Di desa namanya MUSBANGDES yang dihadiri oleh
perangkat-perangkat desa, kadus-kadus dan BPD. Musbangdus
dan Musbangdes ini memang prinsipnya didasarkan pada visi dan
missi desa yakni “terciptanya masyarakat yang aman dan
288
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
makmur”. Visi ini termuat dalam PERDES yang sedang dibuat.
Misi tugas dan pelayanan administrasi yang diselenggarakan di
desa Tuksono dipandang realistik dari segi potensi, kemampuan
pemerintah desa dan kebutuhan masyarakat. Menurut perangkat
desa yang kami wawancarai, tugas dan pelayanan administrasi
yang dijalankan di desa mereka, sesuai dengan potensi desa yang
sebagian besarnya terdiri dari pertanian dan sebagiannya lagi
industri anyam-anyaman. Pelayanan administrasi dan tugas-tugas
yang dilakukan oleh perangkat desa kemudian disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang terkait dengan bidang itu.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Berkaitan dengan pola dan struktur organisasi, di desa
Tuksono menurut perangkat desa, dibentuk berdasarkan
kemampuan dan kapasitas aparat desa yang ada dan semaksimal
mungkin mencerminkan kebutuhan masyarakat. Namun setelah
kami amati dalam struktur organisasinya, tidak ditemukan adanya
bagian khusus yang menangani urusan industri desa, sesuai
dengan visi dan missi desa untuk menjadi desa industri dan
kerajinan.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan wawancara kami dengan perangkat desa,
termasuk dengan kepala desa Tuksono, mereka mengatakan bahwa
sejauh ini masing-masing unit dan pamong sudah bekerja sesuai
dengan tugas dan fungsi yang dipegang oleh masing-masing
bagian. Kabag pemerintahan misalnya menjalankan tugas yang
berkaitan dengan pemerintahan desa, kabag kemasyarakatan
menjalankan tugas yang berhubungan dengan masyarakat desa,
kabag pembangunan menjalankan tugas yang berkaitan dengan
289
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pembangunan desa, baik pembangunan fisik maupun
pembangunan nonfisik. Di desa Tuksono, pembagian kerja
dilakukan secara merata antara bagian-bagian seperti antara
bagian pemerintahan, kemasyarakatan, pendapatan dan
pembangunan. Sejauh ini, menurut mereka masing-masing bagian
ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Belum pernah ada
persoalan yang berkaitan dengan adanya satu bagian yang merasa
memiliki pekerjaan lebih besar atau lebih banyak dari bagian yang
lain. Prinsip dasarnya adalah bila ada pekerjaan yang menumpuk
pada salah satu bagian, dikerjakan secara bersama.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antara unit dan dengan supradesa
berjalan baik, karena menurut perangkat-perangkat desa, di desa
Tuksono semuanya menjalankan tugas dan fungsi dengan sebaik-
baiknya. Alur kerja di desa ini sudah jelas, karena semua bagian
memiliki rincian-rincian tugas yang dapat mereka sebutkan dengan
baik, seperti tugas kabag pemerintah desa yang menangani dan
mengurus keamanan dan ketertiban dan sebagainya.
Pertanggungjawaban kerja juga sangat jelas. Kabag-kabag
bertanggungjawab kepada kepala desa. Sedangkan kepala desa
bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD dan kepada Bupati
melalui Camat, khusus untuk hal-hal tertentu yang berkaitan
dengan hubungan desa kabupaten, misalnya menyangkut retribusi
dan pajak.
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Di desa Tuksono untuk melakukan kordinasi antara unit-unit
kerja dilakukan RAPAT Kordinasi desa yang dipimpin oleh kepala
290
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
desa. Rapat ini dipimpin langsung oleh kepala desa dan dihadiri
oleh perangkat-perangkat. Rapat secara berkala dilakukan setiap
tiga bulan sekali. Tujuannya untuk menggali pendapat dan
masukkan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
desa.
6. Pengawasan
Di desa Tuksono, pengawasan internal dilakukan oleh kepala
desa, sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh pemerintah
kabupaten dan oleh mayarakat melalui BPD. Kepala desa secara
rutin setiap hari mengawasi pelaksanaan tugas yang dilakukan
oleh kabag-kabagnya. Sedangkan kepala desa diawasi secara rutin
oleh BPD dan oleh pemerintah kabupaten. Jika kepala desa
melakukan kesalahan, maka, kepala desa akan mendapat ganjaran
yang setimpal dengan kesalahannya yang diperoleh dari
masyarakat dan pemerintah kabupaten. Pengawasan ini menurut
perangkat desa Tuksono, memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kinerja aparat desa dan penyelenggaraan pemerintahan
sehari-hari. Dengan adanya pengawasan yang rutin baik yang
dilakukan secara internal maupun yang diberikan oleh masyarakat,
maka pemerintah desa tidak bisa seenaknya menjalankan
pemerintahan desa. Pengawasan ini menurut mereka dapat
meminimalkan terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam
menjalankan tugas sehari-hari.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan perangkat desa
Tuksono, rekrutmen pegawai yang dilakukan di desa Tuksono,
sudah dilakukan berdasarkan kompetensi dan menurut mereka
tidak ada nuansa KKN. Menurut mereka tidak ada hubungan
291
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
keluarga antara perangkat desa yang satu dengan yang lain.
Pengangkatan mereka menjadi pamong desa pun tidak ada indikasi
menggunakan uang atau memanfaatkan hubungan kedekatan.
Menurut mereka tidak ada untungnya menjadi pamong desa,
sehingga kurang diminati oleh banyak orang. Kalau ada
peminatnya barangkali nuansa KKN-nya ada. Umumnya mereka
menjadi pamong karena memilki motivasi untuk melayani
masyarakat dengan baik dan mau mengabdikan diri untuk
kepentingan masyarakat, mau melayani masyarakat desa 24 jam.
Menurut mereka motivasi ini jarang dimiliki oleh mereka-mereka
yang sama sekali tidak mempunyai minat untuk melayani
masyarakat dengan baik. Menurut perangkat desa Tuksono,
penempatan pamong di desa Tuksono sudah sesuai dengan
kompetensi, pengalaman dan minat. Ini bisa dilihat dari profil
kepegawaian dan kemampuan mereka dalam menjalankan tugas.
Sejauh ini belum ada keluhan dari masyarakat berkaitan dengan
kompetensi para pamong dalam menjalankan tugasnya. Di samping
itu, belum ada para pamong yang mengatakan bahwa mereka tidak
berminat dengan bidang tugas yang dijalankannya setiap hari.
sejauh ini di desa Tuksono belum pernah terjadi mutasi dan
promosi kerja. Mutasi belum pernah dilakukan, kerana kepala desa
merasa belum perlu dilakukan mutasi, kecuali ditemukan adanya
kekeliruan atau kelemahan dari masing-masing kabag dalam
menjalankan tugas. Tetapi sejauh ini mereka dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
8. Pengembangan SDM
292
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Menurut para pamong, mereka belum pernah mengikuti
pelatihan yang secara khusus bertujuan untuk meningkatkan
sumber daya manusia mereka, terutama untuk menambah
wawasan berkaitan dengan tugas pelayanan mereka di desa.
Pemerintah kabupaten selama ini menurut mereka, hanya
melakukan pembinaan, instruksi dan perintah yang berkaitan
dengan tugas yang harus dijalankan oleh masing-masing pamong.
Sedangkan bagaimana tugas itu dijalankan, belum pernah
diadakan pelatihan secara khusus.
9. Sistem Kompensasi
Selama ini lurah dan pamong memperoleh kompenasi berupa
gaji yang secara rutin diberikan oleh pemerintah kabupaten setiap
tiga bulan. Besarannya antara lurah dengan pamong-pamong
berbeda. Lurah memperoleh Rp.300.000 per tiga bulan dan Carik
juga memperoleh gaji yang sama. Di samping perolehan gaji ini,
mereka juga memperoleh pendapatan lain yang jumlahnya tidak
tentu, tergantung sumbernya. Mengenai sumbernya sendiri
menurut mereka tidak jelas. Lurah dan pamong juga memperoleh
tanah bengkok yang jumlahnya berbeda antara yang satu dengan
yang lain.
Tabel Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01Kepala
Desa2,4 hektar
02 Carik Desa 2 hektar
03Kabag-
kabag1,6
293
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi kerja secara berkala dilakukan setiap tiga bulan
sekali. Evaluasi dipimpin langsung oleh kepala desa. Sedangkan
evaluasi incidental dilakukan bila mana diperlukan, artinya tidak
terjadwal. Evaluasi incidental dilakukan apabila ada persoalan
mendesak dan perlu diselesaikan segera. Evaluasi ini
ditindaklanjuti dalam bentuk laporan kerja yang dilakukan oleh
masing-masing unit atau bagian, kemudian dikoreksi dan dicarikan
jalan pemecahan jika ditemukan permasalahan yang bersifat
mendasar.
11. Purnatugas
Sistem PHK di desa Tuksono dilakukan dengan memberikan
uang pesang RP. 500.000 per perorang yang telah purnatugas atau
yang sudah pension. Disamping itu, diberikan 1/5 dari tanah
bengkok yang ada, dikalikan dengan setengah masa kerja.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian desa Tuksono dapat dilihat di dalam table
berikut;
TabelPendidikan dan Lama Masa Jabatan Perangkat Desa Tuksono
No
Jabatan Pendidikan
Lama Masa Jabatan
01 Kepala Desa S1 Sejak 2003-sekarang
02 Carik SLTA Sejak 2002-sekarang
03 Kabag Pemerintahan
SD Sudah purnatugas
294
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
04 Kabag Pembangunan
SLTA Sejak 2002-sekarang
05 Kabag Pendapatan SLTA Sejak 2002-sekarang
06 Kabag Kemasyarakatan
SLTA Sejak 2002-sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Dalam pelayanan administrasi, masing-masing unit sudah
bisa dikatakan bekerja secara kompeten. Tetapi jika ada persoalan
dan menuntut keterlibatan pihak lain yang ada di luar bidang yang
dijalankan, maka bisa dibantu. Pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sudah maksimal secara efektif dan efisien. Sejauh ini
seluruh target dan perencanaan kegiatan dan program desa
terlaksana dan terwujud dengan baik. Di samping itu, pemerintah
desa juga menggunakan anggaran sehemat mungkin dan sejauh ini
di desa Tuksono belum ada kasus yang berkaitan dengan KKN yang
dilakukan oleh perangkat desa.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat menjadi ukuran utama dalam
pelayanan pemeintah. Sejauh ini masyarakat merasa pelayanan
pemerintah sudah baik. Pemerintah pun belum menemukan adanya
kasus yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak puas dengan
pelayanan pemerintah.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Di desa Tuksono, buku-buku administrasi dan register desa
belum terlalu lengkap dan bahkan kurang up to date. Kami melihat
bahwa kendala utama kekurangan data ini adalah kurangnya
pengetahuan dan informasi tentang data-data dan buku-buku yang
295
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
sangat penting yang harus dimiliki oleh desa. Ini dapat dilihat dari
kenyataan bahwa ketika kami membutuhkan data yang berkaitan
dengan pendidikan dan masa jabatan pamong desa, mereka masih
mencatatnya secara manual dan tidak lengkap. Jika dibandingkan
dengan desa-desa yang lain yang ada di Kabupaten Kulon Progo,
lurah dan perangkat desa Tuksono sudah didukung oleh fasilitas
yang memadai. Table berikut dapat menggambarkan fasilitas
pelayanan administrasi dan penunjang tugas mereka sehari-hari.
Tabel Faslitas Desa Tuksono
NoFasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 baik02 Telepon 1 baik 03 Komputer 2 baik04 Mesin Ketik 3 baik
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Akuntabilitas publik dalam pelayanan kepada masyarakat
dilakukan melalui laporan pertanggungjawaban kepala desa yang
secara regular disampaikan kepada masyarakat melalui BPD.
Selama ini BPD merasa bahwa pemerintah desa sudah
menjalankan amanat, aspirasi dan kehendak masyarakat dengan
baik, sehingga tidak ada pendapat yang mengatakan bahwa
masyarakat menilai pemerintah tidak bertanggungjawab.
16. DESA KARANGSARI
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
296
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Desa Karangsari belum memiliki Renstra Desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
administratif desa menggunakan program kerja tahunan. Program
kerja tsb, dibuat oleh pamong desa beserta BPD. Desa ini belum
memiliki visi dan misi. Pelayanan administrasi kepada masyarakat
dilakukan dengan model kerja sama, (manajemen terbuka),
sehingga setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan dapat
dilakukan oleh setiap pamong, tidak terpaku harus kepada Kepala
Bagian yang membidangi sesuai dengan tupoksinya masing-
masing. Diantara aparat desa saling bekerja sama, saling mengisi
dan saling terkait dalam melaksanakan tugas, tetapi setiap pamong
telah melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi berdasarkan
Perda No. 2 Thn 2001. Kerja sama tersebut dimaksudkan agar
tugas pekerjaan pemerintah desa dapat diselesaikan dengan baik.
1. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi di desa Karangsari masih
mengacu pada pola dan struktur organisasi berdasarkan UU
No.22/1999. Sejauh ini belum dilakukan perubahan pola dan
struktur organisasi yang paling mendasar.
2. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Pembagian kerja tidak merata, karena terbatasnya staf,
sehingga kadang-kadang carik merangkap sebagai pengantar
surat, disuruh fotokopi dan lain-lain. Tugas Kabag Pendapatan
terlalu sibuk karena semua laulintas keuangan melalui satu pintu.
Saat ini Desa Karangsari baru memiliki 1 orang staf, yang
membantu Lurah, Carik, dan semua Kabag. Jabatan staf yang
297
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
kosong tidak diisi mengingat tanah bengkoknya sangat sempit
Sedangkan mantan Kabag Umum diperbantukan untuk menjadi
sekretaris BPD.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua aparat
menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap tanggal 5 diadakan rapat koordinasi pamong desa
yang terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai dengan
Kepala Dukuh se Desa Sendangsari. Koordinasi dilakukan untuk
membahas persoalan-persoalan/hal-hal yang terjadi di desa
tersebut antara lain :
a. Membahas tugas-tugas pamong
b. Masukan-masukan masyarakat lewat Kepala Dukuh
c. Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan
dana bantuan dari Pem Desa ataupun dari Pem Kab.
Setiap tanggal 15 diadakan rakor tingkat kecamatan yang
diikuti oleh seluruh desa sewilayah Kecamatan Pengasih, dan
setiap tanggal 17 rakor di Kabupaten. Semenjak diberlakukannya
UU No 22 tahun 1999 UU No 32 tahun 2004, Pemerintah
Kabupaten sudah tidak lagi banyak memberikan perintah kepada
desa, melainkan informasi-informasi penting yang disampaikan
melalui rakor tingkat kabupaten. Demikian pula dalam
pelaksanaan tugas pemerintahan desa dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat melalui BPD. Tata hubungan kerja antar
instansi sudah jelas, walaupun sering terjadu over lapping.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk rakorbang. Masing-masing
298
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kabag mempersiapkan bahan untuk dibicarakan dalam rapat
koordinasi. Sedangkan intensitasnya, rapat koordinasi tingkat
desa sebulan sekali, bahan yang harus disiapkan antara lain,
evaluasi hasil rapat bulan yang lalu, laporan pelaksanaan tugas
yang telah selesai dikerjakan, dan kendala yang dihadapi,
inventarisasi permasalahan di dukuh-dukuh dan alternatif
solusinya, rencana kerja dll. Rapat koordinasi tingkat kecamatan,
bahan yang dipersiapkan adalah rencana kerja usulan desa,
evaluasi program kerja, persoalan-persoalan yang muncul di desa
dll. Pimpinan rapat adalah kepala desa. Sedangkan ditingkat
kabupaten diadakan rakorbang, yang membahas berbagai
program kerja yang telah lalu, terutama program yang
memperoleh bantuan APBD, usulan-usulan pembangunan desa dll.
6. Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
Pengawasan internal dilakukan oleh;
a. Lurah desa melakukan pengawasan melekat dengan cara
melakukan pendekatan, mengajukan pertanyaan tentang
tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan, atau
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.
b. Pengawasan yang dilakukan BPD dalam hal keuangan
meliputi perhitungan anggaran dan bukti-bukti pengeluaran.
Pengawasn eksternal dilakukan oleh BAWASDA melakukan
pemeriksaan keuangan desa tidak terjadwal, pernah dalam satu
tahun 2 kali pemeriksaan. Dengan dilakukannya pengawasan
ternyata berdampak pada perbaikan kinerja aparat desa antar
lain, termotivasi untuk lebih teliti dan tertib dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya lebih hati-hati.
299
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong Desa Karangsari;
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan
langsung oleh rakyat
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test
maka, kemudian ditetapkan sebagai personal yang
mengisi jabatan yang kosong.
Pengisian pamong desa telah berlangsung sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan tidak ditemukan adanya indikasi
KKN. Motivasi menjadi pamong disamping mengemban
amanah, tetapi juga mengabdi kepada kepentingan rakyat,
karena jika dilihat dari segi penghasilan sebagai pamong,
ternyata sangat jauh dari yang diharapkan. Selain itu beberapa
pamong meneruskan jasa orang tuanya yang dulu juga
menjabat sebagai pamong desa. Penempatan pamong sebagian
telah sesuai dengan minat dan kemauan masing-masing
personal tetapi sebagian belum sesuai. Bagi yang belum sesuai
disebabkan oleh karena faktor usia dan tingkat pendidikan.
Misalnya Kabag Pemerintahan yang telah berusia 64 tahun,
berpendidikan SMP, sangat susah untuk menerima introduksi
baru. Di Desa Karangsari sampai saat ini belum pernah terjadi
mutasi antar personal dari masing-masing bagian.
8. Pengembangan SDM
Semenjak diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999 dan UU
nomor 32 tahun 2004 tidak pernah ada pelatihan. Pernah ada
300
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pelatihan yang berkaitan dengan penanganan kemiskinan selama 3
hari di Kaliurang.
9. Sistem Kompensasi
Kompensasi terhadap perangkat desa dilakukan dengan
dua cara yakni melalui pemberian tanah bengkok dan
penggajian yang diterimakan per tiga bulan sekali.
Luas tanah bengkok pamong desa Karangsari
No Jabatan Luas bengkok01 Lurah 8.600 m2
02 Carik 7.100 m2
03 Kabag Pemerintahan 5.700 m2
04 Kabag. Pembangunan
5.700 m2
05 Kabag. Pendapatan 5.700 m2
06 Kabag Kesra 5.700 m2
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
a. Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
a. Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
b. Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
c. Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
d. Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di BRI
dengan membawa buku rekeningnya masing-masing. Untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya diantara pamong banyak yang
memiliki penghasilan dari sektor lain, seperti lurahnya
berstataus sebagai PNS, isterinya bidan, Bucarik menjadi TKW,
Kabag pemerintahan isterinya dagang, kabag pendapatan
301
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
suaminya guru, Kabag kesar mempunyai pekerjaan sampingan
sebagai pedagang kambing.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi secara resmi tidak ada. Evaluasi dilakukan, jika
ada kebutuhan dan persoalan yang memang benar-benar
mendesak.
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purnatugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas
seperlima dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap
selama 0,5 masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa Karangsari
No
JabatanUsia (th)
Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 50 SLTA02 Carik 58 SLTP03 Kabag. Pemerint. 64 SLTP04 Kabag. Pembang. 52 SLTA05 Kabag. Pendapatan 54 SLTA06 Kabag. Kesra 53 SD07 Staf 61 SD08 Dukuh 46 SLTP09 Dukuh 59 SD10 Dukuh 56 SLTA11 Dukuh 63 SD12 Dukuh 53 SLTA13 Dukuh 49 SLTA14 Dukuh 63 SLTP15 Dukuh 62 SD16 Dukuh 65 SD
302
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong telah
sesuai dengan bidangnya. Terbukti semua urusan yang berkait
dengan tugas-tugas pokok dapat diselesaikan dan dipertanggung
jawabkan setiap tahunnya. Pelayanan kepada masyarakat sudah
cukup efektif, setiap keperluan masyarakat dapat secara cepat
dilayani dan juga efisisen karena semua pamong dapat melayani
kebutuhan masyarakat secara all round.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga pelayanan kepada
masyarakat. merupakan faktor utama yang harus diprioritaskan.
Sebagian besar masyarakat merasa sudah terpuaskan.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah cukup,
baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-buku
Register sudah cukup banyak. Sedangkan data terbaru antara lain
Monografi Desa sudah sampai semester I tahun 2005. Fasilitas
kerja pamong untuk melayani masyarakat sudah cukup memadai.
Dalam menjalankan tugas hariannya pamong telah menempati
ruang kerja, yang masing-masing berada pada ruangan yang
terpisah dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana kerja yang
ada. Misalnya meja, kursi, almari dll. Walaupun masih dirasa
kurang Desa Karangsari telah memiliki 1 unit komputer untuk
melayani semua kebutuhan administrasi desa tersebut. Inventaris
sepeda motor 1 buah bantuan pemkab. sebagai kendaraan
operasional lurah desa. Telpon 1 unit, mesin ketik 5, almari 8, meja
303
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
15, kursi lipat 138, kursi biasa 85, meja biro 8 filing kabinet 3
buah.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
LPJ yang dibuat oleh lurah desa diajukan ke BPD sebagai
representasi rakyat dapat diterima, walaupun sering ada revisi
sedikit. Setiap saat penduduk dapat melihat LPJ yang telah dibuat
lurah desa, berarti pamong desa Karangsari mengembangkan sifat
keterbukaan dalam mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
17. Desa Margosari
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan
Administrasi)
Salah satu ciri organisasi modern adalah penyelenggaraan
administrasi yang dibimbing dengan sebuah perencanaan
strategis ( Renstra ) organisasi yang disusun secara realistis.
Realitas perencanaan itu dibuat atas dasar pertimbangan
kekuatan dan peluang serta hambatan dan ancaman yang ada
baik dalam internal organisasi maupun lingkungan eksternal
organisasi. Demikian pula dalam penyelenggaraan organisasi
Pemerintahan Desa, renstra desa akan membantu sekaligus
membimbing organisasi Pemerintah Desa dengan segenap
kekuatan dan potensinya dalam rangka mencapai tujuan.
Aktivitas manajemen dan administrasi Pemerintah Desa,
termasuk didalamnya pelayanan publik bidang administrasi
akan memiliki tujuan dan manfaat yang jelas dalam mendukung
kinerja Pemerintah Desa secara umum ketika dilaksanakan
berdasarkan renstra yang telah disusun sebelumnya. Namun
kenyataan bahwa, belum banyak Pemerintah Desa yang
memiliki Restra, termasuk di Desa Margosari Kecamatan Wates,
304
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kab. Kulon Progo. Pembuatan perencanaan sudah dilakukan
namun masih menggunakan model dan proses konvensional,
sehingga perencanaan tersebut belum menggabarkan visi, misi,
strategi, dan program-program yang akan dicapai dan
dilaksanakan. Dari hasil wawancara dengan Iswartoyo (15 Juli
2005) selaku Carik Desa Margosari, diketahui bahwa, renstra
desa belum ada. Perencanaan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, khususnya bidang organisasi manajemen
dan pelayanan administrasi dibuat oleh Pamong Desa tanpa
keterlibatan warga secara nyata. Keterlibatan Dukuh-Dukuh
dalam proses pembuatan perencaanaan dianggap sebagai
perwakilan dari warga secara keseluruhan, yang kemuadian
diakomodir oleh Pemerintah Desa. Selanjutnya perncanaan yang
telah tersusun disampaikan dalam forum bersama Badan
Perwakilan Desa (BPD). Setelah digodog bersama dan disetujui
oleh BPD, perencanaan itu disahkan oleh Kepala Desa antara
lain dalam bentuk Peraturan Desa dan APBDes.
Khusus dalam kaitannya dengan perencanaan bidang
manajemen dan pelayanan administrasi, tidak secara nyata
dimasukkan dalam prosen perencanaan bersama dengan BPD.
Dengan demikian perncanaan masih banyak ditentukan oleh
Pemerintah Desa, dengan mendasarkan pada aturan, pedoman,
dan prosedur yang ditentukan oleh Pemerintah supra desa atau
mendasarkan diri pada kebiasaaan yang sudah berlaku.
Perencanaan dalam organisasi Pemerintah Desa sangat penting
untuk menentukan tujuan organisasi, program kerja, pembagian
kerja, dan lain-lain. Perencanaan itu dibuat dalam sebuah
perencanaan strategis atas dasar analisis strategis terhadap
segala potensi yang ada bagi dari sisi internel organisasi
maupun eksternal organisasi. Perencanaan bidang organisasi
305
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
manajemen termasuk bagian dari perencanaan strategis
Pemerintah Desa, khususnya untuk menentukan tujuan yang
ingin dicapai dalam aktifitas administrasi Pemerintah Desa.
Carik Desa Margosari (15 Juli 2005) mengatakan bahwa,
perencanaan dibuat oleh Pamong Desa dengan yang kemudian
digodog bersama dengan BPD untuk mendapat persetujuan.
Namun perencanaan khusus untuk organisasi manajemen dan
pelayanan bidang administrasi tidak eksplisit dirumuskan.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Dari hasil wawancara dengan Saronto ( 15 Juli 2005 )
selaku Lurah Desa Margosari, diketahui bahwa pola dan
struktur oranisasi yang digunakan adalah berdasarkan pada
undang-undang dan Perda Kabupaten Kulon Progo. Disambung
oleh Iswartoyo bahwa dengan struktur tersebut untuk saat ini
masih mencukupi untuk kebutuhan pelayanan bidang
administrasi kepada masyarakat. Dengan demikian meskipun
tingkat kebutuhan pelayanan masyarakat makin tinggi, namun
untuk pelayanan masih bisa di cover melalui struktur tersebut.
Persoalannya sebenarnya bukan terletak pada strukturnya,
namun pada kinerja pelayannya.
Keterangan Nama Pejabat :
a. Lurah : Saronto
b. Carik : Iswartoyo
c. Ka. Bag. Pemerintahan : Arif Widodo
d. Ka. Bag. Pembangunan : Mulyana
e. Ka. Bag. Keuangan : Suyatno
f. Ka. Bag. Kemasyarakatan : Mursanto
g. Sek. BPD : Mujimun
h. Dukuh-Dukuh, dari 9 pedukuhan :
306
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
- Daliman - Djamal Muh. Subari
- Supardi - Sutiyono
- Siswodiharjo - Pairun
- Susilo - Sukamto
- Suyadi - Suparman
3. 3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) baik Lurah, Kepala
Bagian, Dukuh, maupun staf secara umum telah mengacu pada
Perda Kabupaten Kulon Progo Nomor: 2 Tahun 2001.
Sebagaimana pendapat Kepala Bagian Kemasyarakatan Desa
Margosari (15 Juli 2005) mengatakan bahwa, melaksanakan
tugas Pamong lainnya dilakukan tatkala Kepala Bagian yang
bersangkutan tidak ditempat, agar pelayanan tetap dapat
diselenggarakan tanpa menunggu Kepala Bagian yang sesuai
bidangnya. Kepala Bagian dan Carik seringkali saling membantu
atau melaksanakan pelayanan administrasi yang seharusnya
bukan pada bidangnya. Namun untuk urusan-urusan prinsip,
misalnya urusan nikah, tetap ditangani oleh Ka. Bag
Kemasyarakatan, karena urusan itu tidak bisa ditangani oleh
Kepala Bagian lainnya.
3. Tata hubungan antar unit kerja maupun dengan supra
desa
Tata hubungan kerja antar unit kerja berkenaan dengan
alur perintah dan pertanggungjawaban, dan kerja sama dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. Dari hasil FGD
dengan Pemerintah Desa Margosari (15 Juli 2005) misalnya,
dapat diketahui bahwa tata hubungan antar unit kerja secara
formal mengikuti ketentuan yang berlaku sebagaimana diatur
307
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dalam Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah
Kababupaten Kulon Progo. Namun dalam praktek pelaksanaan
administrasi sehar-hari, tata hubungan itu sangat fleksibel.
Perintah dari Lurah kepada unit dibawahnya bukan bersifat
instruktif, melainkan lebih menekankan anjuran atau ajakan,
demikian pula pertanggungjawaban unit bawah kepada Lurah
juga lebih bersifat formalitas dalam bentuk penyampaian
laporan. Namun atas laporan tersebut selama ini belum pernah
ada tindakan lebih lanjut secara konkrit.
Selanjutnya mengenai tata hubungan dengan supra desa
secara umum, baik dengan pihak Pemerintah Kecamatan dan
Pemerintah Kabupaten, didasarkan pada ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk saat ini tata-hubungan itu masih
banyak mengacu pada UU No. 22 tahun 1999 dan berbagai
aturan pelaksanaanya, karena Perda yang baru sesuai dengan
UU No. 32 tahun 2004 belum dibuat. Misalnya dalam hal
Laporan pertanggungjawaban Lurah, masih tetap disampaikan
kepada BPD, karena sampai saat ini belum ada perda yang
mengatur tentang pembubaran BPD.
Alur perintah dari Pemerintah Kabupaten kepada
Pemerintah Desa, khususnya menyangkut pelaksanaan
administrasi Pemerintah Desa dan pelayanan administrasi.
Selama ini tetap berjalan sebagaimana biasanya, yakni perintah
datang dari dinas-dinas terkait melalui Pemerintah Kecamatan.
Alur perintah dari Kabupaten juga sering dilakukan oleh
Kabupaten melalui surat perintah atau surat edaran, yang
kemudian dibicarakan dalam rapat koordinasi dengan
Kecamatan. Adapun pelaporan atas kegiatan administrasi,
misalnya berupa data-data administrasi kependudukan,
pembangunan, kamtibmas, dan lain-lain disampaikan secara
308
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
langsung oleh Pemerintah Desa kepada dinas-dinas atau unit-
unit terkait di Pemerintah Kabupaten.
4. Koordinasi antar unit maupun dengan supra desa.
Koordinasi dengan Pemerintah supra desa lebih banyak
bersifat formal dalam forum-forum rapat resmi. Koordinasi
Pemerintah Desa dengan Pemerintah kecamatan Dalam forum
resmi itu pengarahan dan pemberian petunjuk banyak diberikan
oleh pejabat-pejabat terkait, sedangkan Pemerintah Desa lebih
bersifat sebagai penerima. Selain kordinasi melalui forum resmi
itu, beberapa juga dilaksanakan melalui surat edaran, surat
pengumuman, dan lain-lain, namun koordiasi yang bersifat
informal relatif jarang dilakukan. Koordinasi bidang
pembangunan dengan Pemerintah Kecamatan maupun dengan
pihak Pemerintah Kabupaten dilakukan dalam bentuk rapat
UDKP dan Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) yang
dilakukan setahun sekali. Rapat koordinasi pembangunan itu
merupakan hasil koordinasi atau musyawarah di tingkat
pedukuhan (Musbangdus) dan koordinasi di tingkat Desa
(Musbangdes).
Kusus untuk koordinasi internal Pemerintah Desa
dilaksanakan cukup fleksibel dan lebih banyak dilakukan dalam
bentuk infomal. Hasil FGD dengan Lurah dan Pamong Desa
Margosari (15 Juli 2005) diketahui bahwa, interaksi secara
langsung dengan berbincang-bincang antar Lurah dengan
pamong maupun antar Pamong sangat sering dilakukan.
Nampaknya koordinasi-koordinasi informal ini justru lebih
mudah dilakukan dan lebih efektif dalam memotivasi kinerja
para pamong, hal itu juga terjadi karena jumlah Pamong yang
relatif sedikit, sehingga koordinasi formal justru kurang efektif.
309
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dengan demikian rapat-rapat koordinasi formal antar unit
jarang dilakukan, namun cukup sering dilakukan dengan dengan
BPD.
6. Pengawasan
Pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam
kegiatan administrasi Pemerintah Desa, termasuk dalam aktivitas
pelayanan administrasi kepada masyarakat, merupakan langkah
penting guna meningkatkan kualitas kinerja. Disamping itu dengan
pengawasan efektif diharapkan berbagai kemungkinan
penyimpangan dan penyalah-gunaan wewenang. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Saronto (15 Juli 2005) selaku Lurah Desa
Margosari, diketahui bahwa, secara internal Lurah telah
melakukan pengawasan terhadap kinerja para Pamong dan staf
dibawahnya. Namun pengawasan itu tidak dilakukan dengan ketat,
mengingat bahwa kompensasi yang diterima Pamong dan staf di
bawahnya sangat terbatas. Tidak adanya aturan mengenai aturan
dan instrumen evaluasi kinerja, menyebabkan mekanismen
pengawasan terhadap kinerja para Pamong dan staf masik sulit
dilaksanakan.
Pengawasan yang sangat terbatas itu berimbas pada
keterbatasan pemberian punish and reward atas pelanggaran atau
kesalahan Pamong dan staf. Sebagaimana pernyataan Lurah dan
diperkuat pernyataan Sekretaris BPD (15 Juli 2005) bahwa, Lurah
maupun Carik hampir tidak pernah memberikan sanksi kepada
Pamong dan staf, meskipun Pamong indisipliner. Katakanlan Para
Pamong sering datang siang, meninggalkan kantor pada saat jam
kerja, maupun pulang lebih awal, ternyata Lurah tidak pernah
menegur apalagi memberi peringatan keras. Bahkan Sekretaris
BPD menyatakan bahwa, Lurahnya sendiri sering “mbolos”. Artinya
310
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Lurah sendiri kurang mampu memberikan tauladan kepada para
Pamong dan stafnya, sehingga tidak mengherankan jika akhirnya
Lurah kurang berani menegakkan disiplin kerja Pamong dan
stafnya.
Secara ekternal, pengawasan kinerja Pemerintah Desa
dilakukan oleh BPD maupun oleh Pemerintah supra desa. Menurut
Iswartoyo (15 Juli 2005) selaku Carik, menyatakan bahwa
pengawasan BPD selama ini kurang efektif. Pengawasan itu jarang
dilakukan oleh BPD, terutama dalam kinerja administratif,
semantara BPD sendiri masih merasa ewuh-pakewuh dalam
mengawasi kinerja Pemerintah Desa. Jadi sepanjang
pertanggungjawaban Lurah kepada BPD sudah dianggap baik dan
diterima, maka pengawasan sudah dianggap cukup, sehingga BPD
kurang mengawasi kinerja Pemerintah Desa, khususnya terkait
dengan kegiatan administrasi.
Hasil konfirmasi dengan Ketua BPD (15 Juli 2005), juga dapat
diketahui bahwa akhir-akhir ini pengawasan BPD makin tidak
efektif, terkait dengan kewenangan BPD yang mengalami
degradasi akibat berubahan UU No. 22 tahun 1999 menjadi UU
No. 32 tahun 2004. Pada masa jabatan Lurah sebelumnya,
sebenarnya pengawasan dilakukan cukup baik oleh BPD terhadap
kinerja Pemerintah Desa. BPD saat itu pernah melakukan beberapa
kali terhadap kinerja Pemerintah Desa, meskipun tidak sampai
langkah-langkah tindak lanjut. Langkah pengawasan yang cukup
besar pernah dilakukan dengan melaporkan kinerja Pemerintah
Desa pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kulon progo, dengan
harapan BKD akan melakukan pembinaan terhadap Pemerintah
Desa, khususnya lurah. Namun BKD-pun tidak melakukan langkah
pembinaan secara konkrit, apalagi memberhentikan Lurah.
311
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Sanksi berat tidak dilakukan meskipun Kinerja Lurah saat itu
rendah, hal itu dilakukan karena keterbatasan kewenangan
Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Desa. Sanksi juga tidak
dilakukan secara konkrit akibat kekhawatiran dan kemungkinan
munculnya perlawanan atau penolakan dari warga pendukung
Lurah. Dengan demikian kalaupun Pejabat dari Kabupaten maupun
dari Kecamatan datang ke Desa, itu pun hanya sekedar
memberikan himbauan maupun ajakan, dan tidak pernah secara
tegas menegur, apalagi sampai memberikan sanksi yang lebih
berat kepada personel-personel pemerintah Desa.
7. Rekrutmen dan Penempatan SDM.
Konsep ideal dalam rekrutmen dan penempatan SDM adalah
merit sistem, dimana kompetesi, kapasitas, bakat-minat,
keterampilan, dan sebagainya menjadi pertimbangan. Khusus
untuk Lurah sebagai pejabat politik, rekrutmen dilaksanakan
melalui mekanisme pemilihan langsung oleh warga desa.
Persyaratan administratif dan mekanisme pemilihan ditentukan
oleh Panitia Pemilihan yang terdiri dari BPD, Pemerintah Desa, dan
Tokoh Masyarakat, dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan terkait.
Rekrutmen Pamong atau staf dilakukan berdasarkan formasi
yang ada, yakni ketika terjadi kekosongan jabatan, maka dilakukan
rekrutmen untuk mengisi jabatan yang kosong itu melalui seleksi.
Adapun seleksi dilakukan oleh Pemerintah Desa atas pertibangan
BPD terhadap calon-calon Pamong yang mendaftar, yang mana
materi seleksi disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten. Setelah
seleksi, calon yang mendapat skore tertinggi diangkat menjadi
Pamong atau staf dengan Surat Keputusan Lurah.
312
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Permasalahan dalam rekrutmen adalah, kesulitan menjaring
personel yang memiliki kompetensi, kapasitas, pengalaman, dan
keterampilan yang sesuai dengan jabatan yang akan diemban.
Kesulitan antara lain karena jumlah pendaftar sedikit, kesulitan
mencari SDM berkualitas dan berpengalaman sesuai formasi, dan
lain-lain. Dengan demikian mekanisme rekrutmen itu tidak
menjamin didapatkannya SDM yang berkualitas dan profesional
dalam menjalankan tugas dan fungsi pada formasi yang ada.
Selanjutnya dijumpai kenyataan bahwa, dalam organisasi
Pemerintahan Desa tidak pernah dilakukan mutasi dan promosi.
Hal itu terjadi karena pengangkatan yang pertama kali dijadikan
dasar untuk menduduki jabatan tertentu seterusnya, disamping
tidak adanya ketantuan yang mengatur tentang kemungkinan
dilaksanakannya mutasi dan promosi. Jadi sekali menjabat dalam
jabatan tertentu baik sebagai Carik, Ka. Bag, Kadus, maupun staf,
maka sampai dengan selesainya masa kerja tetap akan duduk pada
jabatan itu.
Dari hasil FGD (15 Juli 2005) secara diplomatis para Pamong
menyatakan bahwa, mereka tidak jenuh meskipun selamanya ada
pada jabatan itu. Tetapi ketika dikonfirmasi di luar FGF, Carik dan
Sekretaris BPD menyatakan bahwa sebenarnya para Pamong dan
staf mengalami kejenuhan dalam bekerja. Tetapi tidak ada jalan
lain kecuali menerima kejenuhan itu, karena mutasi dan promosi
tidak dimungkinkan untuk jabatan dalam Pemerintah Desa.
Menjumpai kenyataan tersebut, secara konseptual jelas tidak
memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja pesonel organisasi,
karena makin lama seseorang ada pada jabatan yang sama, terjadi
kecenderungan makin menurunnya kinerja yang bersangkutan.
Terlebih lagi bagi personel yang sudah mendekati selesainya usia
313
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
kerja, tentu penurunan kinerja itu sangat dimungkinkan karena
tidak ada harapan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.
8. Pengembangan SDM.
Pengembangan SDM, khususnya melalui pendidikan dan
pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas dan
keterampilan dalam rangka pengembangan organisasi maupun
peningkatan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat. Hasil
wawancara dengan Iswartoyo (15 Juli 2005) selaku Carik, diketahui
bahwa selama ini para Pamong tidak pernah mendapat pendidikan
atau pelatihan dari instansi-instansi terkait maupun dari pihak
ketiga. Yang kadang-kadang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
adalah sosialisasi peraturan perudang-undangan saja, tetapi
pelatihan-pelatihan seperti administrasi perkantoran, komputer,
manajemen keuangan, dan lain-lain belum pernah diterima.
Kalaupun ada beberapa Pamong yang menempuh pendidikan
lanjut, itupun atas inisiatif dan biaya sendiri.
Terbatasnya upaya pengembangan SDM tersebut tentu
berakibat pada menurunnya kinerja, karena tuntutan kinerja tentu
makin meningkat. Dengan perkembangan teknologi, makin
kompleksnya kebutuhan masyarakat, perubahan sosial-ekonomi
masyarakat, dan lain-lain, tentu sulit diikuti oleh Pemerintah Desa,
sebagai akibat lemahnya pengembangan SDM. Meskipun demikian
Pemerintah Desa sendiri tidak banyak upaya untuk melakukan
pengembangan SDM karena keterbatasan anggaran Pemerintah
Desa maupun keterbatasan penghasilan Pamong Desa.
9. Sistem Kompensasi.
314
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Yang dimaksud kompensasi di sini adalah upah atau gaji
sebagai penghasilan tetap yang diterima Lurah dan Pamong Desa
sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.
Adapun bentuk kompensasi itu dapat berbentuk uang atau natura
yang setara. Kompensasi yang diterima oleh Lurah dan Pamong
pada umumnya berupa bidang tanah garapan yang disebut
“bengkok” ataupun kompensasi dalam bentuk uang yang berasal
dari Pemerintah.
Gambaran secara umum mengenai penghasilan Lurah dan
Pamong Desa disampaikan oleh Pemerintah Desa dalam FGD (15
Juli 2005) yang dapat dikatakan sangat terbatas. Bengkok yang
tersedia di Desa Margosari kurang lebih seluas 9 Ha, yang digarap
oleh Lurah, Pamong, dan staf dengan sistem skala ganda, yakni
jabatan pada struktur tertinggi memperoleh kompensasi tertinggi
dan makin rendah jabatan, makin rendah pula kompensasinya.
Hasil konfirmasi melalui FGD (15 Juli 2005) diketahui bahwa, luas
bengkok 9 Ha itu di bagi habis dengan perincian sebagai berikut :
a. Lurah : 1 Ha
b. Carik : 0,82 Ha
c. Kepala Bagian : 0,655 Ha
d. Dukuh : 0,4 Ha
e. Staf : 0,2 Ha
Disamping kompensasi dari tanah bengkok, mereka juga
memperoleh penghasilan tambahan berasal dari Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo yang diterimakan setiap 3 bulan sekali,
dengan besarnya nominal bisa dikatakan sangat kecil. Dari kedua
sumber kompensasi itu, dapat diperkirakan penghasilan rata-rata
perbulan untuk Lurah kurang-lebih Rp. 300.000,- s/d 400.000,-,
untuk Kepala Bagian Kurang lebih Rp. 200.000,-, dan untuk Dukuh
dan staf tentu makin rendah.
315
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Besarnya kompensasi itu ternyata masih kotor, karena Lurah
dan Pamong harus mengeluarkan sejumlah uang untuk keperluan
kemasyarakatan seperti jagong, gotong-royong, sumbangan
musibah, dan lain-lain yang hampir setiap bulan harus dikeluarkan.
Bahkan pengeluaran itu kadang jumlahnya lebih dari penghasilan
pokok yang diterima dalam setiap bulannya. Besarnya nominal
penghasilan itupun masih terancam kemungkinan penurunan hasil
panen akibat hama, kekeringan, harga hasil panen menurun, dan
lain-lain.
Persoalan lain yang cukup menjadi perhatian adalah kenyataan
bahwa Lurah, Pamong, dan staf tidaklah mendapatkan perlidungan
atau jaminan tenaga kerja seperti asuransi kecelakaan kerja,
asuransi kesehatan, tunjangan kesejahteraan, dan lain-lain
sebagaimana umumnya aparat pelayanan publik. Dengan demikian
patut menjadi perhatian untuk masa-masa mendatang ketika
tuntutan terhadap kinerja mereka makin meningkat.
Dengan struktur, skala, dan besarnya nominal kompensasi
yang diterima itu, dapat dipastikan bahwa sistem kompensasi
untuk Lurah dan Pamong adalah tidak menarik dibandingkan
beban dan tanggungjawab yang seharusnya diemban. Ketika
ditanya, mengapa mereka tetap bertahan ? jawabnya karena
mereka menjadi Pamong bukan sekedar “mencari jenang
(pendapatan) akan tetapi juga mencari jeneng (nama/status)”.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga, meraka terpaksa
mencari penghasilan lain di luar pekerjaan sebagai Lurah dan
Pamong. Terungkap dalam FGD (15 Juli 2005) bahwa para Pamong
ternyata memiliki pekerjaan samping yang justru penghasilannya
lebih besar, antara lain :
a. Carik, menjadi Ketua Asosiasi Tebu Kulon Progo;
316
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
b. Ka. Bag. Pemerintahan berwiraswasta sebagai juragan
ayam;
c. Ka. Bag. Pembangunan berwiraswasta sebagai peternak
sapi;
d. Ka. Bag. Keuangan menjadi kontraktor;
e. Ka. Bag. Kemsyarakatan memiliki usaha grosir sembako;
Demikian pula staf dan sebagian besar Dukuh mempunyai
pengasilan sampingan, yang nampaknya justru menjadi
penghasilan utama.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sistem kompensasi
itu tentu tidak mampu memotivasi kinerja para Pamong Desa
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, khususnya
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bahkan ada
kemungkinan rendahnya kompesasi itu mendorong Pamong Desa
untuk melakukan praktek KKN.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi terhadap kinerja pamong dilakukan secara internal
yakni dilakukan oleh Lurah, terhadap prangkat-prangkatnya.
Tetapi evaluasi itu tidak dilakukan secara reguler, hanya dibuat
sepanjang ada kebutuhan yang mendesak dan ada persoalan yang
dihadapi oleh masing-masing prangkat. Hal ini menunjukkan
bahwa di desa Margosari, evaluasi kinerja pamong belum
sepenuhnya dapat menjadi panduan bagia peningkatan kinerja
organisasi dan manajemen pelayanan.
11. Purnatugas
Khusus untuk Lurah, masa jabatannya adalah 5 tahun dan
dapat menjabat lagi pada masa jabatan kedua jika terpilih kembali
dalam pemilihan Lurah. Adapun untuk Pamong dan staf, masa
317
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
jabatan pada umumnya sampai dengan usia 65 tahun, dan setelah
itu mereka di PHK. Setelah habis masa jabatannya (purnatugas)
maka baik Lurah, Pamong, maupun staf akan menerima bengkok
“purnatugas” seluah 25 % dari bengkok yang menjadi jatahnya
ketika yang bersangkutan menjabat. Bengkok purnatugas itu akan
diterima hingga yang bersangkutan meninggal dunia.
Jika dibandingkan dengan besarnya purnatugas PNS misalnya,
jelas ada kesenjangan yang besar, karena PNS akan menerima 75
% dari gaji pokok terakhir, sementara Lurah dan Pamongnya hanya
akan menerima 25 % saja. Dalam FGD (15 Juli 2005) dengan Lurah
dan Pamong Desa Margosari, mereka menyatakan bahwa besarnya
purnatugas itu tidak akan menjamin kesejahteraan di masa tuanya.
Bahkah ada yang berpendapat bahwa, setelah purnatugas nantinya
akan merasa kurang dihargai atas jasa-jasanya selama yang
bersangkutan menjadi Lurah atau pamong. “Habis manis sepah
dibuang” begitu katanya, sambil menampakkan raut muka pasrah.
12. Profil Personel Pemerintah Desa.
1. Menurut Jabatan.
Berdasarkan data Aparat Pemerintah Desa di Desa
Margosari, dapat diperinci personel Aparat Pemerintah Desa
menurut Jabatan sebagai berikut :
a. Lurah : 1 orang.
b. Cari : 1 orang.
c. Kepala Bagian : 4 orang.
d. Staf : 2 orang
e. Dukuh : 8 orang.
Dengan demikian seluruh Aparat Pemerintah Desa
sebanyak 16 orang, yakni 1 orang Lurah, 1 orang Carik, 4 orang
318
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kepala Bagian, 2 orang staf yakni staf Kepala bagian dan tukang
kebun, serta 8 orang Dukuh. Dari ke 16 orang tersebut
keseluruhanya berstatus sebagai non Pegawai Negeri Sipil (Non
PNS).
2. Menurut Tingkat Pendidikan.
No
Tingkat PendikanJumlah
( orang )Prosentasi
1 Sekolah Dasar 72 S L T P 13 S L T A 74 Sarjana Muda 15 Sarjana -
Jumlah 16 100%Sumber data : Kantor Pemdes Margosari tahun 2004
Dari data tersebut diketahui bahwa Pamong/staf yang
berpendidikan Sekolah Dasar terdiri dari 6 orang Dukuh dan 1
orang tukang kebun. Selain itu pendidikan Kepala Bagian termasuk
Lurah kebanyakan yang masih SLTA, dan dengan minimnya
pengembangan SDM, sangat dimungkinkan saat ini dan mendatang
makin tidak mampu mengikuti dan memenuhi perkembangan
kebutuhan masyarakat maupun pengembangan organisasi.
3. Menurut Umur dan Masa Kerja
No
Umur (tahun )
Jumlah (orang )
Masa Kerja Jumlah
1 31 – 35 2 0 – 5 12 36 – 40 3 6 – 10 23 41 – 45 4 11 – 15 54 46 – 50 2 16 – 20 85 51 – 55 5 21 – 25 -6 56 – 60 26 – 30 -
Jumlah 16 16Sumber data : Kantor Pemdes Margosari tahun 2004
319
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Dari sisi umur dan masa kerja, seharusnya Aparat
Pemerintah Desa Margosari bisa dikatakan memadahi, karena usia
Lurah hingga Pamong sudah lebih dari 31 tahun keatas, tetapi
belum mencapai lebih dari 55 tahun. Artinya semuanya masih
dalam kategori masa kerja produktif, sehingga diharapkan
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya masih-
masing. Adapun dari sisi masa kerja, rata-rata sudah memiliki
masa kerja lebih dari 5 tahun. Dengan demikian diharapkan Lurah,
Pamong, dan stafnya dapat menjalankan tugas dan fungsi dengan
baik, karena mereka sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam
menangani bidang tugas dan fungsi masing-masing.
13.Kemampuan dalam memberikan pelayanan administrasi
kepada masyarakat.
Pelayanan administrasi kepada masyarakat merupakan salah
satu bentuk pelayanan publik, yang apabila pelayanan itu
dilaksanakan secara profesional, efektif, dan efisien, akan menjadi
salah satu isntrumen pemberdayaan masyarakat. Pelayanan yang
efektif dan efisien akan menciptakan kepercayaan dan kebanggaan
masyarakat pada Aparat Pemerinatah Desa, yang pada gilirannya
akan memotivasi partisipasi masyarakat dalam berbagai aktifitas
pemerintahan, pembangunan, maupun sosial-kemasyarakatan.
Dari hasil FGD (15 Juli 2005) dengan Lurah dan Pamong
Desa Margosari, didapatkan beberapa penyataan diplomatis
bahwa, mereka sudah berusaha memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sebagai
contoh untuk pelayanan KTP yang dulunya lebih dari 3 hari,
sekarang bisa kurang dari 3 hari. Asal dari pihak Kecamatan tidak
ada hambatan, maka pelayanan itu bisa lebih cepat. Untuk
mengatasi kemungkinan lowongnya salah satu Pamong, merakapun
320
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
saling mambantu dengan cara memberikan pelayanan meskipun
sebenarnya bukan menjadi tugasnya. Kecuali untuk hal-hal prinsip
seperti menikahkan. Bahkan untuk kebutuhan-kebutuhan
mendesak, mereka menyatakan bersedia memberikan pelayanan
24 jam dan di rumah, meskipun di luar jam kerja dan tidak ada
honor lembur.
14. Kepuasan Masyarakat atas pelayanan administrasi
Mengenai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Aparat
Pemerintah Desa, secara diplomatis pula mereka menyatakan
bahwa, saat ini masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan Lurah dan stafnya. Keluhan-keluhan memang masih ada,
tetapi tidak banyak, apalagi protes-protes warga dalam bentuk
demontrasi, sampai sekaraang belum pernah terjadi. Namun ketika
pernyataan itu dikonfirmasikan dengan Sekretaris BPD secara
tersendiri, didapatkan informasi bahwa, sebenarnya beberapa
warga pernah mengeluhkan mengenai pelayanan Lurah dan
Pamong. Keluhan itu terutama pada kelambatan waktu atau
penundaan pelayanan karena Pamong tidak ditempat, datang
siang, atau pulang lebih awal.
Ada kesan bahwa, ukuran kepuasan masyarakat dalam hal
pelayanan administrasi belum menjadi ukuran keberhasilan
pelayanan publik. Mereka masih menganggap bahwa, kedekatan
dengan warga dan pelayanan-pelayanan bidang lain kepada
masyarakatlah yang harus diprioritaskan. Sementara terkait
dengan ukuran pelayanan (standart minimal pelayanan) sama
sekali tidak ada pedomannya, sehingga sangat sulit untuk
menentukan apakan pelayanan itu sudah baik atau belum.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
321
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Tingkat kemampuan dan keterampilan rata-rata Pamong juga
belum mampu mengejar perkembangan kebutuhan masyarakat
maupun perkembangan teknologi. Hal itu diakibatkan kurangnya
upaya pengembangan SDM baik dari pihak Pemerintah Kabupaten
maupun dari internal Pemerintah Desa. Keterbatasan kemampuan
itu antara lain terbukti dari kemampuan Pamong dalam
menggunakan fasilitas komputer. Meskipun di Kantor Pemerintah
ada komputer, namun penggunaannya masih sangat terbatas, dan
tidak semua pamong dan staf mampu mengoperasionalkan
(Sekretaris BPD, 15 Juli 2005). Meskipun demikian secara umum
mereka menyatakan bahwa, mereka mempunyai kemampuan dan
pengalaman yang cukup memadahi dalam memberikan pelayanan
administrasi kepada masyarakat.
Keterbatasan kemampuan pelayanan itu juga terkait dengan
keterbatasan sarana pelayanan yang tersedia di kantor Pemerintah
Desa. Sebagai contoh, saat ini hanya tersedia 1 unit komputer dan
itupun tidak semua Pamong mampu menggunakannya. Dengan
demikian pelayanan administrasi masih sering menggunakan cara
manual atau menggunakan mesin ketik yang jumlahnya ada 3 unit.
Dari ketiga mesin ketik itupun ada 1 unit yang rusah, artinya tidak
semua Kepala bagian, Lurah, atau Carik yang dilengkapi dengan
alat pelayanan seperti mesin ketik.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Sebagai mana disinggung sebelumnya bahwa, kepuasan
masyarakat atas pelayanan dari Pemerintah Desa, menjadi salah
satu motivasi masyarakat dalam berpartipasi. Akuntabilitas publik
Lurah dan stafnya Desa dalam pelayanan administrasi juga akan
menentukan kredibilitas Pemerintah Desa dimata masyarakat.
Persoalannya adalah, tidak adanya mekanisme
322
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pertanggungjawaban Pemerintah dalam pelayanan administrasi
kepada masyarakat. Bahkah koordinasi dengan warga terkait
dengan penyerapan kepentingan masyarakat akan pelayanan
administrasi dan langkah-langkah peningkatannya, juga tidak
pernah secara langsung dilakukan. Pemerintah Desa masih
menganggap bahwa laporan pertanggungjawan (LPJ) Lurah kepada
BPD saja yang menjadi kewajiban Pemerintah Desa. Sementara
pertanggungjawaban kepada masyarakat desa secara langsung
belum dilakukan.
18. DESA PENGASIH
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Pemerintah desa Pengasih belum mengenal tentang
RENSTRA Desa, tetapi mereka mengenal mekanisme perencanaan
pembangunan yang diawali dengan penggalian aspirasi di tingkat
RT/RW, kemudian dilanjutkan dengan MUSBANGDUS yang
dihadiri oleh RT/RW dan diikuti oleh tokoh-tokoh masyarakat.
Hasilnya dibawakan ke tingkat pedesaan dan di desa dikenal
dengan sebutan MUSBANGDES. Mereka memahami RENSTRA
DESA sebagai mekanisme perencanaan pembangunan. Dalam
mekanisme perencanaan pembangunan ini menurut mereka
didasarkan juga pada visi desa yakni” terwujudnya pelayanan
kepada masyarakat seoptimal mungkin”. Menurut perangkat desa,
misi tugas pelayanan administrasi di desa Pengasih, sudah sejalan
dengan potensi, kemampuan pemerintah desa dengan kebutuhan
masyarakat. Desa pengasih memiliki potensi berupa batu kali, batu
gamping dan sumber daya air yang melimpah. Pengembangan
323
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
potensi ini ditangani secara khusus oleh bagian pendapatan dan
keberadaan bagian pendapatan itu sendiri sejalan dengan
kebutuhan masyarakat desa Pengasih.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Menurut perangkat desa, pola dan struktur organisasi
pemerintahan desa yang ada di desa Pengasih, dibentuk
berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Tetapi jika
dasarnya adalah kebutuhan dan kepentingan masyarakat desa,
seharusnya ada bagian-bagian dalam struktur pemerintahan desa
di desa pengasih yang berbeda dengan desa yang lainnya.
Umumnya yang kami temukan adalah adanya pola dan struktur
organisasi pemerintahan desa yang sama dengan desa yang lain.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Menurut perangkat desa yang kami wawancarai, TUPOKSI
di desa pengasih sudah dijalankan sesuai dengan kedudukan, tugas
dan fungsi masing-masing bagian. Bagian pemerintahan misalnya,
menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan kedudukannya. Di
desa pengasih yang kami temui, sudah terdapat pembagian kerja
yang terjadi secara merata. Ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa
masing-masing bagian menjalankan tugas sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan secara bersama. Tugas-tugas dari masing-masing
bagian ini, sudah dicantumkan dalam PERDES.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antara unit atau antara bagian menurut
perangkat desa, di desa Pengasih sudah jelas dan menurut mereka
tidak overlapping. Perintah mengalir dari atas ke bawah, dari pa
324
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
lurah ke perangkat-perangkatnya dan dari kecamatan ke desa.
Sebaliknya pertanggungjawaban mengalir dari bawah, dari
perangkat-perangkat desa ke lurah dan dari lurah ke pemerintah
kabupaten.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Untuk kordinasi antara bagian-bagian atau antara unit-unit
dipimpin langsung oleh lurah yang dilakukan secara rutin setiap
bulan sekali. Kordinasi dengan supradesa dilakukan melalui
inspeksi dan pengawasan berupa kunjungan supradesa ke desa
yang jadwalnya tidak tentu.
6. Pengawasan
Pengawasan internal di desa Pengasih dilakukan oleh
lurah terhadap staf-stafnya, sedangkan pengawasan eksternal
dilakukan oleh Bupati melalui Camat dan BPD. Menurut
perangkat desa, baik pengawasan internal maupun pengawasan
eksternal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
peningkatan kinerja perangkat desa, sekaligus mengurangi
terjadinya penyalagunaan tanggungjawab dalam menjalankan
tugas masing-masing.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Rekrutmen untuk lurah dan pamong di desa Pengasih
dilakukan melalui pemilihan langsung dan pengangkatan. Lurah
dipilih secara langsung oleh masyarakat. Lurah yang ada di
desa Pengasih saat ini menduduki masa jabatan untuk kedua
kalinya. Masa jabatannya yang pertama berakhir tahun 2004
325
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dan pada tahun 2004 juga dipilih lagi oleh masyarakat.
Umumnya perangkat desa pengasih memiliki motivasi menjadi
lurah atau pamong karena ingin mengabdi kepada desa. Lagian
menurut mereka, mereka menjadi lurah atau pamong karena
kepercayaan dan dorongan masyarakat. penempatan pamong di
desa pengasih, menurut perangkat desa sudah sesuai dengan
kompetensi, pengalaman dan minat. Berdasarkan kompetensi,
pengalaman dan minat, mereka dapat menjalankan tugasnya
dengan baik. Di desa Pengasih, belum pernah terjadi mutasi dan
promosi. Dari data-data tentang pegawai yang ada, umumnya
mereka sangat lama menduduki jabatan mereka dan tidak
pernah berpindah ke bagian yang lain.
8. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM lurah dan pamong di desa Pengeasih
dilakukan dengan mengikuti berbagai macam pelatihan. Pelatihan
diadakan oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi.
Pemerintah desa sejauh ini, belum pernah melakukan pelatihan
yang secara khusus bertujuan untuk mengembangkan SDM lurah
dan pamong desa.
9. Sistem Kompensasi
Kompenasi untuk lurah dan pamong di desa Pengasih
sama dengan desa yang lainnya, dimana pemerintah desa
memperoleh jatah tanah bengkok. Tabel berikut
menggambarkan jatah tanah bengkok yang mereka terima.
326
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Table Luas Bengkok
No Jabatan Luas Bengkok
01 Kepala Desa 1,8 hektar
02 Carik Desa 1,5 hektar
03 Kabag-kabag 1,4 hektar
04 Dukuh-dukuh 7000 meter
05 Staf-staf 5000 meter
Para perangkat desa ini juga memperoleh gaji dari
pemerintah kabupaten yang diterimakan setiap tiga bulan.
Untuk lurah jumlahnya 300 ribu rupiah, Carik 275 ribu rupiah,
Kabag-kabag 170 ribu rupiah, dukuh 150 ribu rupiah dan staf-
staf memperoleh 120 ribu rupiah. Pendapatan ini, masih harus
ditambah dengan penerimaan dari desa yang sumber dan
jumlahnya tidak tentu. Para perangkat desa Pengasih umumnya
merasa bahwa mereka tidak puas dengan kompensasi yang
mereka terima, karena selain jumlahnya sangat rendah, juga
jangka waktu penerimaanya tidak jelas.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi kerja di desa Pengasih, sama dengan Rapat
Kordinasi yang dilakukan sekali sebulan. Evaluasi ini dipimpin
langsung oleh lurah.Evaluasi ditindaklanjuti dengan rencana
kerja yang dibuat oleh masing-masing bagian.
11. Purnatugas
Sistem PHK di desa pengasih dilakukan dengan cara 1/5
dari tanah bengkok dikalikan dengan ½ masa jabatan. Di
327
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
samping itu, mereka juga menerima jatah purnatugas dari desa
dan dari pemerintah kabupaten yang jumlahnya tidak tentu.
12. Data Pamong
Tabel berikut menggambarkan profil kepegawaian desa
Pengasih (lihat tabel).
Tabel
Profil perangkat desa Pengasih dan masa jabatanya
No Jabatan Pendidikan
Lama Masa Jabatan
01 Kepala Desa SLTA Sejak 2004-sekarang (periode kedua)
02 Carik SLTA Sejak 1990-sekarang (cariknya PNS)
03 Kabag Pemerintahan
SLTA Sejak 1990-sekarang
04 Kabag Pembangunan
SLTA Sejak 2002-sekarang
05 Kabag Pendapatan SD Sejak 1978-sekarang
06 Kabag Kemasyarakatan
SLTA Sejak 1997-sekarang
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Dalam pelayanan administrasi, di desa Pengasih
masing-masing unit sudah menjalankan tugas dan
fungsinya secara kompeten. Artinya mereka mampu
menjalankan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Menurut perangkat desa, pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat sudah efisien dan efektif. Ini
ditunjukkan dengan keberhasilan dalam menjalankan
program kerja, dan tidak adanya pemborosa anggaran
yang digunakan.
328
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14. Kepuasan Masyarakat
Sejauh ini menurut pemerintah desa Pengasih, kunci
pelayanan kepada masyarakat adalah kepuasan
masyarakat menerima pelayanan pemerintah desa. Sejauh
ini menurut mereka, belum ada indikasi yang
menunjukkan masyarakat komplain dengan pelayanan
pemerintah desa.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Menurut mereka, buku-buku yang berkaitan dengan
administrasi pemerintahan desa sangat lengkap, tetapi
diakui masih perlu dilakukan pembenahan. Berdasarkan
pengamatan kami, dalam kaitanya dengan kelengkapan
buku administrasi pemerintahan desa ini, di desa pengasih
masih mengalami kekurangan, jika dibandingkan dengan
desa yang lainnya. Berkaitan dengan fasilitas yang
digunakan oleh lurah dan pamong desa, di desa Pengasih
mengalami kekurangan, jika dibandingkan dengan desa
yang lainnya. Contohnya, telepon kantor mereka belum
punya dan menggunakan HP untuk urusan kantor.
Tabel Faslitas Desa Pengasih
NoFasilitas pelayanan
publikJumlah (unit)
Kondisi
01 Sepeda Motor 1 unit Baik
02 Telepon - -
03 Komputer 2 unit Baik
04 Mesin Ketik 3 unit Baik
329
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Untuk mempertanggungjawabkan pelayanan kepada
masyarakat, lurah memberikan laporan
pertanggungjawabannya kepada masyarakat setiap tahun atau
jika diminta kepada rakyat melalui BPD dan juga dilakukan
kepada Bupati melalui Camat.
19. DESA SENDANGSARI
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan
Administrasi)
Desa Sendangsari belum memiliki Renstra Desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan administratif desa menggunakan program kerja
tahunan. Program kerja tersebut, dibuat oleh pamong desa
beserta BPD. Desa ini belum memiliki visi dan misi. Pelayanan
administrasi terhadap masyarakat dilakukan dengan model
kerja sama, (manajemen terbuka), sehingga setiap masyarakat
yang membutuhkan pelayanan dapat dilakukan oleh setiap
pamong, tidak terpaku harus kepada Kepala Bagian yang
membidangi sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Diantara aparat desa saling bekerja sama, saling mengisi dan
saling terkait dalam melaksanakan tugas, tetapi setiap
pamomong telah melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi
berdasarkan Perda No. 2 Thn 2001. Kerja sama tersebut
dimaksudkan agar tugas pekerjaan pemerintah desa dapat
selesai dengan baik.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
330
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pola dan struktur organisasi di desa Sendangsari, sama
dengan desa-desa yang lainnya. Pola dan struktur ini
dipandang cukup representatif bagi mereka untuk menjalankan
tugas dan sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Pembagian kerja sudah cukup merata, karena
berdasarkan Perda No. 2 Thn 2001, walaupun tugas Kabag
Pemerintahan memperoleh tugas yang paling banyak. Saat ini
Desa Sendangsari baru memiliki 2 orang staf, yang membantu
Lurah, Carik, dan semua Kabag. Diantara 2 staf tersebut satu
diantaranya lebih banyak diperbantukan kepada Kabag
Pemerintahan. Sedangkan mantan Kabag Umum
diperbantukan untuk menjadi sekretaris BPD.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua
aparat menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap bulan, tanggal 5 diadakan rapat koordinasi pamong
desa yang terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai
dengan Kepala Dukuh se-Desa Sendangsari. Koordinasi
dilakukan untuk membahas persoalan-persoalan/hal-hal yang
terjadi di desa tersebut antara lain :
a. Informasi yang perlu disampaikan kepada Kapala Dukuh
b. Tugas penarikan pajak (PBB).
331
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
c. Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan
dana bantuan dari Pem Desa ataupun dari Pem Kab.
Setiap tanggal 15 diadakan rakor tingkat kecamatan yang
diikuti oleh seluruh desa sewilayah Kecamatan Pengasih, dan
setiap tanggal 17 rakor di Kabupaten. Semenjak
diberlakukannya UU No 22 tahun 1999 UU No 32 tahun 2004,
Pemerintah Kabupaten sudah tidak lagi banyak memberikan
perintah kepada desa, melainkan informasi-informasi penting
yang disampaikan melalui rakor tingkat kabupaten. Demikian
pula dalam pelaksanaan tugas pemerintahan desa
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui BPD. Tata
hubungan kerja antar instansi sudah jelas, walaupun sering
terjadu over lapping.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk rakorbang.
Masing-masing Kabag mempersiapkan bahan untuk dibicarakan
dalam rapat koordinasi. Sedangkan intensitasnya, rapat
koordinasi tingkat desa sebulan sekali, bahan yang harus
disiapkan antara lain, evaluasi hasil rapat bulan yang lalu,
laporan pelaksanaan tugas yang telah selesai dikerjakan, dan
kendala yang dihadapi, inventarisasi permasalahan di dukuh-
dukuh dan alternatif solusinya, rencana kerja dll. Rapat
koordinasi tingkat kecamatan, bahan yang dipersiapkan adalah
rencana kerja usulan desa, evaluasi program kerja, persoalan-
persoalan yang muncul di desa dll. Sedangkan ditingkat
kabupaten diadakan rakorbang, yang membahas berbagai
program kerja yang telah lalu, terutama program yang
memperoleh bantuan APBD, usulan-usulan pembangunan desa
dll.
6.Pengawasan
332
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
Pengawasan internal dilakukan oleh;
a. Lurah desa melakukan pengawasan melekat dengan cara
melakukan pendekatan, mengajukan pertanyaan tentang
tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan, atau
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan
tugas.
b. Pengawasan dari BPD mengadakan pertemuan untuk
menjaring aspirasi masyarakat dan kemudian dicocokan
dengan program Pemerintah Desa.
Pengawasn eksternal dilakukan oleh : BAWASDA melakukan
pemeriksaan keuangan desa setiap 4 tahun sekali, dengan cara
datang ke desa sewaktu-waktu dengan pemberihatuan terlebih
dahulu. Dengan dilakukannya pengawasan ternyata berdampak
pada perbaikan kinerja aparat desa antar lain, termotivasi untuk
lebih teliti dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga
lebih tertib.
7.Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong Desa Sendangsari
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan
langsung oleh rakyat;
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test maka,
kemudian ditetapkan sebagai personal yang mengisi jabatan
yang kosong. Pengisian pamong desa telah berlangsung
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan tidak ditemukan
adanya indikasi KKN. Penempatan pamong sebagian telah
333
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
sesuai dengan minat dan kemauan masing-masing personal
tetapi sebagian belum sesuai. Bagi yang belum sesuai
disebabkan oleh karena faktor usia dan tingkat pendidikan.
Misalnya Kabag Kesra yang usianya sudah mencapai 61
tahun, berpendidikan SMP, sangat susah untuk menerima
introduksi baru. Motivasi menjadi pamong disamping
mengemban amanah, tetapi juga mengabdi kepada
kepentingan rakyat, karena jika dilihat dari segi penghasilan
sebagai pamong, ternyata sangat jauh dari yang diharapkan.
Selain itu beberapa pamong memeng meneruskan jasa orang
tuanya yang dulu juga menjabat sebagai pamong desa.
8. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antara lain :
a. Setiap tanggal 5 dilakukanpertemuan antar pamong
sekaligus silaturahim secara bergantian di rumah pamong,
kemudian menghadirkan petugas dari dinas-dinas yang
sekiranya dibutuhkan untuk peningkatan kinerja pamong,
seperti dari kehakiman, dinas kesehatan, dinas sosial, dari
depag dll;
b. Pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan administrasi
keuangan dilaksanakan di PPSJ Sendangsari;
c. Penyuluhan untuk kelembagaan PKK, BPD, LPMD, P3A, RT,
RW , Kelompok tani, Kadarkum dll.
Dengan berbagai pelatihan SDM dapat meningkatkan kinerja
pamong desa.
9. Sistem Kompensasi
Luas tanah bengkok pamong desa Sendangsari
334
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
No Jabatan Luas bengkok01 Lurah 2,0850 Ha02 Carik 1,6680 Ha03 Kabag Pemerintahan 1,4500 Ha04 Kabag. Pembangunan 1,4800 Ha05 Kabag. Pendapatan 1,4500 Ha06 Kabag Kesra 1,4500 Ha07 Staf 4000 m208 Kepala Dukuh 1,0250 m2
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
a. Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
b. Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
c. Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
d. Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
e. Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di BRI
dengan membawa buku rekeningnya masing-masing. Selain itu
pamong desa juga memperoleh tambahan penghasilan dari desa
yang bersumber dari Pendapatan Asli Desa. Adapun lurah
memperoleh tambahan penghasilan sebesar Rp.86.250/bln.
Carik memperoleh Rp. 74.200/bln. Kabag sebesar Rp.
69.000/bln. Kepala Dukuh memperoleh Rp. 60.400/bln. Staf
mendapat tambahan sebesar Rp. 46.600/bln. Selain itu pamong
desa, anggota BPD, pengurus LPMD, pengurus PKK, Hansip, Rt,
Rw dan Rois memperoleh seragam, yang pengadaannya
bergantian, setahun satu unit lembaga desa tersebut.
Perjalanan dinas lurah 1 tahun maksimal Rp. 300.000. Pamong
yang lain maksimal Rp. 500.000/tahun. Di Desa Sendangsari
sampai saat ini belum pernah terjadi mutasi antar personal dari
masing-masing bagian.
335
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
10.Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi dilakukan oleh masyarakat melalui realisasi
program kerja yang dilaksanakan di dukuh-dukuh. Jika terjadi
penyimpangan masyarakat dapat menyakan langsung kepada
pamong desa setempat. Selain itu evaluasi dilakukan oleh tim
apabila maju lomba, seperti lomba desa, lomba pertanian, lomba
kebersihan dll.
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas
seperlima dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap
selama 0,5 masa kerjanya.
12.Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 52 SMEA02 Carik 44 STM03 Kabag. Pemerint. 62 SMA04 Kabag.
Pembang.40 STM
05 Kabag. Pendapatan
26 SMEA
06 Kabag. Kesra 60 SMP07 Staf 52 SPG08 Staf 49 STN09 Dukuh 46 SD10 Dukuh 47 SMP11 Dukuh 43 SMA12 Dukuh 55 SD13 Dukuh 43 SMA
336
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14 Dukuh 52 SD
13.Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong telah
sesuai dengan bidangnya. Terbukti semua urusan yang berkait
dengan tugas-tugas pokok dapat diselesaikan dan
dipertanggung jawabkan setiap tahunnya. Pelayanan kepada
masyarakat sudah cukup efektif, setiap keperluan msyarakat
dapat secara cepat dilayani. Desa mencoba membuka kotak pos
pengaduan, ternyata tidak banyak yang mengajukan protes atas
pelayanan aparat desa. Efisisen karena semua pamong dapat
melayani kebutuhan masyarakat secara all round.
14.Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga pelayanan
kepada masyarakat. merupakan faktor utama yang harus
diprioritaskan. Sebagian besar masyarakat merasa sudah
terpuaskan.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah
cukup, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-
buku Register sudah cukup banyak. Sedangkan data terbaru
antara lain Monografi Desa sudah sampai semester I tahun 2005.
Fasilitas kerja pamong untuk melayani masyarakat sudah cukup
memadai. Dalam menjalankan tugas hariannya pamong telah
menempati ruang kerja, yang masing-masing berada pada
337
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
ruangan yang terpisah dan dilengkapi dengan sarana dan
prasarana kerja yang ada. Misalnya meja, kursi, almari dll.
Walaupun masih dirasa kurang Desa Sendangsari telah memiliki 1
unit komputer untuk melayani semua kebutuhan administrasi desa
tersebut. Inventaris sepeda motor 1 buah bantuan pemkab.
sebagai kendaraan operasional lurah desa.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
LPJ yang dibuat oleh lurah desa diajukan ke BPD sebagai
representasi rakyat dapat diterima, walaupun pada tahun 2002
LPJ ditolak oleh BPD, karena belum cocok antara program dan
realisasinya. Setiap saat penduduk dapat melihat LPJ yang telah
dibuat lurah desa, berarti pamong desa Sendangsari
mengembangkan sifat keterbukaan dalam mempertanggung
jawabkan hasil kerjanya.
20. DESA HARGOREJO
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Hargorejo belum memiliki Renstra Desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
administratif desa menggunakan program kerja tahunan. Program
kerja tsb, dibuat oleh pamong desa beserta BPD. Desa ini belum
memiliki visi dan misi. Pelayanan administrasi kepada masyarakat
dilakukan dengan model kerja sama, (manajemen terbuka),
sehingga setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan dapat
dilakukan oleh setiap pamong. Kepala bagian menempati satu
ruangan yang ukurannya relatif kecil, sehingga terkesan agak
semrawut. Saat ini terdapat dua jabatan yang kosong yaitu carik
dan Kabag Pemerintahan.
338
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi sama dengan desa-desa yang
lainnya. Pola dan struktur organisasi ini dipandang sudah cukup
representatif dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Di antara aparat desa saling bekerja sama, saling mengisi
dan saling terkait dalam melaksanakan tugas, tetapi setiap
pamong telah melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi
berdasarkan Perda No. 2 Thn 2001. Kerja sama tersebut
dimaksudkan agar tugas pekerjaan pemerintah desa dapat
diselesaikan dengan baik. Pembagian kerja selama ini, tugas-tugas
Carik dirangkap oleh Kabag Pendapatan dan tugas-tugas kabag
Pemerintahan dirangkap oleh Kabag Pembangunan. Jabatan carik
yang selama ini kosong belum boleh diisi, sedangkan untuk
jabatan Kabag Pemerintahan sudah proses pendaftaran calon dan
akan dilangsungkan ujian untuk jabatan tersebut pada tanggal 25
Agustus 2005. Dengan demikian tugas-tugas pemerintahan,
pelayanan dan pembangunan tidak terbagi secara merata.
4.Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua
aparat yang ada menjalankan tugas secara kolegial. Demikian pun
halanya dengan supra desa, berjalan dengan baik.
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Rapat koordinasi pamong desa yang terdiri dari Lurah,
Carik, Kabag-kabag, sampai dengan Kepala Dukuh se Desa
Hargorejo diselenggarakan setiap tangal 15. Setiap tanggal 17
diadakan rakor tingkat kecamatan yang diikuti oleh seluruh
339
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
desa sewilayah Kecamatan Pengasih, dan setiap tanggal 20
rakor di Kabupaten. Semenjak diberlakukannya UU No 22 tahun
1999 UU No 32 tahun 2004, Pemerintah Kabupaten sudah tidak
lagi banyak memberikan perintah kepada desa, melainkan
informasi-informasi penting yang disampaikan melalui rakor
tingkat kabupaten. Demikian pula dalam pelaksanaan tugas
pemerintahan desa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
melalui BPD. Tata hubungan kerja antar instansi sudah jelas,
walaupun sering terjadu over lapping.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk rakorbang.
Masing-masing Kabag mempersiapkan bahan untuk dibicarakan
dalam rapat koordinasi. Sedangkan intensitasnya, rapat
koordinasi tingkat desa sebulan sekali, bahan yang harus
disiapkan antara lain, evaluasi hasil rapat bulan yang lalu,
laporan pelaksanaan tugas yang telah selesai dikerjakan, dan
kendala yang dihadapi, inventarisasi permasalahan di dukuh-
dukuh dan alternatif solusinya, rencana kerja dll. Rapat
koordinasi tingkat kecamatan, bahan yang dipersiapkan adalah
rencana kerja usulan desa, evaluasi program kerja, persoalan-
persoalan yang muncul di desa dll. Pimpinan rapat adalah
kepala desa. Sedangkan ditingkat kabupaten diadakan
rakorbang, yang membahas berbagai program kerja yang telah
lalu, terutama program yang memperoleh bantuan APBD,
usulan-usulan pembangunan desa dll.
6.Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
Pengawasan internal dilakukan oleh BPD melakukan
pemantauan keuangan meliputi perhitungan pemasukan dan
pengeluaran. Jika terjadi permasalahan dipecahkan bersama.
340
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Misal jika ada warga yang PBB nya belum lunas dilakukan
sosialisasi anatara BPD dan aparat desa. Pengawasn eksternal
dilakukan oleh BAWASDA melakukan pemeriksaan keuangan
desa 3 tahun sekali tidak terjadwal, dan pernah terjadi dalam
satu tahun 2 kali pemeriksaan karena desa tersebut maju lomba
desa. Dengan dilakukannya pengawasan ternyata berdampak
pada perbaikan kinerja aparat desa antar lain, termotivasi untuk
lebih teliti dan tertib dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
lebih hati-hati.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan
langsung oleh rakyat
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test maka,
kemudian ditetapkan sebagai personal yang mengisi
jabatan yang kosong. Pengisian pamong desa telah
berlangsung sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan
tidak ditemukan adanya indikasi KKN. Motivasi menjadi
pamong disamping karena;
a. Tidak ada pekerjaan lainnya
b. Disiapkan oleh orang tua meneruskan pengabdian
orang tuanya
c. Banyak pendukungnya
d. Terpanggil untuk memajukan desanya
Penempatan pamong sebagian telah sesuai dengan minat
dan kemauan masing-masing personal tetapi sebagian belum
sesuai. Bagi yang belum sesuai disebabkan oleh karena faktor
341
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
usia dan tingkat pendidikan. Misalnya Kabag Pemerintahan
yang telah berusia 64 tahun, berpendidikan SMP, sangat susah
untuk menerima introduksi baru.
8. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antara lain :
a. Semenjak diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999
dan UU nomor 32 tahun 2004 tidak pernah ada pelatihan;
b. Pernah ada pelatihan komputer atas inisiatif desa, yang
diikuti oleh pamong, dukuh-dukuh, anggota BPD, yang
dianggarkan dari APBDes. Pelatihan 2 X dalam satu
minggu berlangsung selama 1 tahun;
c. Pelatihan pendataan penduduk di Kaliurang selama 1
bulan.
Dengan berbagai pelatihan SDM dapat meningkatkan kinerja
pamong desa.
9. Sistem Kompensasi
Penghasilan per bulan pamong Desa Hargorejo
No
JabatanBengkok
RpTPAPD
RpTunj PAD
Jml Rp.
01 Lurah 300.000 125.000 122.900 547.900
02 Carik - - - -03 Kabag
Pemerin- - - -
04 Kabag. Pembang
200.000 90.000 81.900 371.900
05 Kabag. Pendap 200.000 90.000 81.900 371.900
06 Kabag Kesra 200.000 90.000 81.900 371.90
342
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
007 Staf 100.000 70.000 40.950 210.95
0 08 Kepala Dukuh 150.000 80.000 61.450 291.45
0
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
a. Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
b. Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
c. Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
d. Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
e. Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di BRI
dengan membawa buku rekeningnya masing-masing. Selain
penghasilan dari bengkok dan TPAPD, aparat Desa Hargorejo
setiap bulan juga memperoleh tambahan penghasilan berupa
tunjangan dari PAD, untuk lurah sebesar Rp. 122.900,- semua
Kabag sama besar yaitu Rp. 81.900,- Kepala Dukuh juga sama
besarnya yaitu Rp. 61.450, dan kedua staf masing-masing Rp.
40.950. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya beberapa
pamong mencari penghasilan tambahan, seperti bakul,
peternak sapi, peternak lele, tukang dll.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi secara resmi tidak ada. Evaluasi dilakukan
sepanjang ada kebutuhan dan persoalan mendesak yang dialami
oleh masing-masing prangkat.
11. Purnatugas
343
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas
seperlima dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap
selama 0,5 masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa Hargorejo
No Jabatan Usia (th)Tingkat
Pendidikan01 Lurah Desa 38 S102 Carik - -03 Kabag. Pemerint. - -04 Kabag. Pembang. 56 SD05 Kabag. Pendapatan 62 SLTA06 Kabag. Kesra 40 SLTA07 Staf 43 SLTA08 Staf 54 SD08 Dukuh 41 SLTP09 Dukuh 50 SLTP10 Dukuh 62 SD
344
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
11 Dukuh 57 SD12 Dukuh 63 SD13 Dukuh 31 SLTA14 Dukuh 53 SLTA15 Dukuh 62 SD16 Dukuh 47 SLTA
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong
disesuaikan dengan bidangnya, walaupun belum sepenuhnya
dapat terpenuhi. Pelayanan kepada masyarakat kurang efektif
karena ruang kerja Kabag yang berada pada satu ruang yang
cukup sempit sehingga terlihat agak semrawut. Walaupun untuk
tahun anggaran 2005/2006 direncanakan ruang Kabag masing-
masing akan terpisah dan berada pada satu ruangan. Pelayanan
setiap keperluan masyarakat dapat berjalan secara efisien
karena semua pamong dapat melayani kebutuhan masyarakat
secara all round.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa, sehingga pelayanan
kepada masyarakat. merupakan faktor utama yang harus
diprioritaskan.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah
cukup, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-
buku Register sudah cukup banyak. Sedangkan data terbaru
antara lain Monografi Desa sudah sampai semester I tahun
345
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
2005. Fasilitas kerja pamong untuk melayani masyarakat sudah
cukup memadai. Dalam menjalankan tugas hariannya Kabag-
Kabag menempati ruang kerja yang berada pada satu ruangan.
Perlengkapan yang dimiliki masing-masing kabag antara lain :
meja, kursi, almari dll. Desa Hargorejo telah memiliki 1 unit
komputer untuk melayani semua kebutuhan administrasi desa
tersebut. Inventaris sepeda motor 1 buah bantuan pemkab.
sebagai kendaraan operasional lurah desa. Telpon 1 unit, mesin
ketik 3, almari 10, meja 13, kursi 37, Filling Kabinet 5, Rak
buku 2, TV 1 buah.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
LPJ yang dibuat oleh lurah desa diajukan ke BPD sebagai
representasi rakyat dapat diterima, walaupun sering ada revisi
sedikit. Setiap saat penduduk dapat melihat LPJ yang telah
dibuat lurah desa, berarti pamong desa Hargorejo bersifat
terbuka dalam mempertanggung jawabkan hasil kerjanya,
walaupun sampai saat ini belum pernah ada anggota
masyarakat yang secara langsung mencermati LPJ Lurah
desanya.
21. DESA GIRIPURWO
1.Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Giripurwo belum memiliki Renstra Desa. Dalam
melaksanakan tugas pemerintahan dan pelayanan administrasi
digunakan Program Kerja Tahunan Desa. Visi dan misi belum
ada. Tugas pelayanan administratif telah sesuai dengan
kemampuan pemerintah desa dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Segala kebutuhan masyarakat yang berkait dengan
346
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pelayanan dipenuhi oleh pem des, sepanjang tidak melanggar
aturan hukum yang berlaku.
2.Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi yang berlaku di desa
Giripurwo, hampir sama dengan desa-desa yang lainnya. Hanya
saja pola dan struktur organisasi tersebut belum sepenuhnya
mengacu pada kebutuhan masyarakat.
3.Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintahan Desa sebagaimana
yang diatur dalam Perda no : 2 tahun 2001, pasal 4 s.d. pasal
14. Pembagian tugas antar unit kerja, setiap pamong desa
menjalankan tugas sesuai dengan tugas pokoknya. Namun
demikian dalam prakteknya semua aparat untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara kerja sama,
kekeluargaan dan kebersamaan. Apabila terdapat salah satu
pamong yang menghadapi pekerjaan cukup banyak, dalam
penyelesaiannya dibantu oleh pamong yang lain, tanpa
meninggalkan tugas pokoknya. Kecuali persoalan yang
berkaitan dengan rekondasi surta-surat tanah dan pernikahan
harus ditanda tangani langsung oleh Lurah Desa. (kebijakan
dari Kecamatan). Pembagian tugas masing-masing Kabag sbb:
Pelayanan umum oleh Kabag Pemerintahan
Tugas-tugas pembanguan oleh Kabag Pembangunan
Kemasyarakatan, pernikahan, perceraian, gakin, bencana
alan oleh Kabag kesra
347
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Pemasukan dan pengeluaran keuangan desa oleh Kabag
Pendapatan. Semua tugas dibagi rata sesuai dengan
tupoksi.
4.Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Hubungan tata kerja secara umum antar pamong baik.
Namun akhir-akhir ini hubungan antar pamong dengan Lurah desa
sedikit terganggu, karena terdapat persoalan pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh Lurah.
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap tanggal 20 diadakan rakordes yang dihadiri oleh
lurah, pamong desa dan kepala dukuh yang membahas tentang:
Menggali potensi untuk menyusun program
pembangunan desa
Penyampaian informasi hasil pertemuan di Kecamatan
Menampung masukan baik persoalan, maupun alternatif
penyelesaian yang dihadapi masing-masing pedukuhan.
Upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Hal-hal lain yang perlu dibahas dalam rapat.
Hubungan tata kerja dengan supra desa Setiap tanggal 17
dilaksanakan rapat koordinasi di pendopo kecamatan yang
membahas laporan kerja dari masing-masing desa, penyampaian
informasi baru berkait dengan instruksi pem kab. utk
dilaksanakan di tingkat desa. Di Kabupaten diadakan raker setiap
bulan sekali, yang biasanya dihadiri oleh lurah desa dan
diusahakan untuk tidak diwakilkan. Berkait dengan model-model
perintah dari supra desa sudah tidak seperti saat Orba, karena
camat bukan lagi sebagai kepala wilayah tetapi sebagai
348
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
koordinator pembangunan dan fasilitator. Instruksi disampaikan
pada saat rakor kemudian ditindak lanjuti secara tertulis, dan
disosialisasikan kepada masyarakat, lewat kepala dukuh.
Pertanggung jawaban jalannya pemerintahan dan kegiatan
pembangunan dilaporkan kepada BPD, secara tertulis, terutama
laporan pertanggung jawaban APBDes. Sementara itu tembusan
dikirim kepada bupati. Hubungan tata kerja antar unit sudah jelas
dan tidak over lapping. Langkah-langkah yang ditempuh untuk
rakorbang. Masing-masing Kabag mempersiapkan bahan untuk
dibicarakan dalam rapat koordinasi. Sedangkan intensitasnya,
rapat koordinasi :
Tingkat desa sebulan sekali
Tingkat kabupaten sebulan sekali
Tingkat kabupaten sebulan sekali.
6.Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
a. Pengawasan intern dilakukan oleh
- BPD dilakukan dengan cara membaca laporan
pertanggung jawaban dari lurah desa;
- Lurah desa dengan cara mengajukan pertanyyan
tentang tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b. Pengawasn ekstern dilakukan oleh BAWASDA, dilakukan
apabila ada permintaan untuk diperiksa. Akhir akhir ini
pemeriksaan BAWASDA dilakukan karena ada pengaduan
oleh masyarakat untuk mengaudit keuangan desa Giripurwo.
Dengan dilakukannya pengawasan ternyata berdampak pada
perbaikan kinerja aparat desa yaitu semakin tertib
administrasinya.
349
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
7.Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong desa Giripurwo; Lurah desa dan
Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan langsung oleh rakyat.
Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test maka,
kemudian ditetapkan sebagai personal yang mengisi jabatan
yang kosong. Pengisian pamong desa telah berlangsung
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan tidak ditemukan
adanya indikasi KKN. Motivasi menjadi pamong disamping
mengemban amanah, tetapi juga mengabdi kepada
kepentingan rakyat, karena jika dilihat dari segi penghasilan
sebagai pamong, ternyata sangat jauh dari yang diharapkan.
Hal ini dibuktikan dengan imbalan jasanya berupa tanah
bengkok yang tidak dapat ditanami padi, tetapi hanya
ditanami polowijo. Hasil yang paling banyak jika disewa
untuk ditanami tebu yaitu Rp. 2 juta tiap hektarnya.
Penempatan pamong telah sesuai dengan minat dan
kemauan masing-masing personal untuk menduduki jabatan
pamong tersebut.
8.Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antar lain carik mengikuti pelatihan Proses Penyusunan APBDes.
yang diselenggrakan oleh USC Satu Nama. Kabag Pendapatan
mengikuti pelatihan Pengelolaan keuangan yang diselenggarakan
di gedung Haegar Jln. Adisucipto Yogyakarta, dan dilanjutkan
studi banding ke Bogor, Jawa Barat.
350
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
9.Sistem Kompensasi
Luas tanah bengkok pamong desa Giripurwo
No Jabatan Luas bengkok01 Lurah 4,1150 Ha02 Carik 2 Ha03 Kabag Pemerintahan 2,7110 Ha04 Kabag.
Pembangunan4,3350 Ha
05 Kabag. Pendapatan 3,3660 Ha06 Kabag Kesra 2,9250 Ha07 Staf 6.300 m208 Staf 7.065 m209 Kepala Dukuh 6.670 m210 Kepala Dukuh 7.090 m211 Kepala Dukuh 1.0510 Ha12 Kepala Dukuh 7000 m213 Kepala Dukuh 1.1450 Ha14 Kepala Dukuh 7.900 m215 Kepala Dukuh 7.900 m216 Kepala Dukuh 1.1750 Ha17 Kepala Dukuh 9.800 m218 Kepala Dukuh 8.900 m219 Kepala Dukuh 1.8200 Ha20 Kepala Dukuh 1.7400 Ha21 Kepala Dukuh 1.7200 Ha22 Kepala Dukuh 1.8350 Ha23 Kepala Dukuh 1.8300 Ha
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
351
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di BRI
dengan membawa buku rekeningnya masing-masing.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi kinerja secara berkala maupun insidental tidak
ada. Evaluasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan keperluan
yang bersifat mendesak. Apabila ditemukan sejumlah persoalan,
baru dilakukan evaluasi, untuk mengetahui letak kelemahannya.
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi pamong yang telah selesai
menjalankan tugas dinasnya diberikan penghargaan berupa
sebagian tanah bengkok seluas seperlimanya, dan digarap selama
0,5 masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong desa Giripurwo;
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 45 D302 Carik 39 SLA03 Kabag. Pemerint. 39 SLTA04 Kabag. Pembang. 41 SLTA05 Kabag.
Pendapatan28 SLTA
06 Kabag. Kesra 38 SLTA07 Staf 53 SLTP08 Staf 61 SD09 Staf 50 SLTP10 Kepala Dukuh 50 SLTP11 Kepala Dukuh 61 SD12 Kepala Dukuh 53 SLTP13 Kepala Dukuh 55 SLTP14 Kepala Dukuh 58 SD15 Kepala Dukuh 39 SLTA16 Kepala Dukuh 39 SLTA17 Kepala Dukuh 51 SLTA
352
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
18 Kepala Dukuh 49 SLTP
353
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
19 Kepala Dukuh 58 SLTP20 Kepala Dukuh 40 SLTA21 Kepala Dukuh 43 SD22 Kepala Dukuh 50 SD23 Kepala Dukuh 53 SD
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi masing-masing unit dan personal dalam
pelayanan administrasi telah sesuai dengan tupoksi. Pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat telah efektif dan efisien,
terbukti masyarakat tidak ada yang protes atas pelayanan yang
diberikan oleh pamong desa.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat menjadi ukuran keberhasilan
pelayangan pamong desa. Sejauh ini masyarakat desa Giripurwo
sudah mengatakan mereka puas dengan pelayanan yang diberikan
oleh prangkat desanya.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah cukup,
baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-buku
Register sudah cukup banyak, namun masih ada kekurangan,
yaitu buku-buku pendukung untuk organisasi maupun
kelembagaan desa. Sedangkan data terbaru yang tersedia
bervariasi, antara lain Monografi Desa sudah sampai tahun 2005,
Laporan PBB sampai dengan tahun 2004 dan sebagian 2005.
Namun demikian masih terdapat beberapa data yang baru sampai
dengan tahun 2002- 2003. Fasilitas penunjang untuk menjalankan
354
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tugas pekerjaan bagi pamong desa dalam proses pelayanan sudah
cukup lengkap, termasuk sepeda motor sebagai inventaris desa
sebagai saran transportasi. Dalam menjalankan tugas hariannya
pamong telah menempati ruang kerja, yang masing-masing berada
pada ruangan yang terpisah dan dilengkapi dengan sarana dan
prasarana kerja yang ada.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Cara mempertanggungjawabkan pelayanan administrasi
desa kepada lurah, dan keuangan kepada BPD.
22. DESA JATISARONO
1.Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Jati Sarono belum memiliki Renstra desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan administratif desa menggunakan program kerja
tahunan an belum disusun dalam program kerja lima tahunan.
Program kerja tersebut, yang membuat pamong desa beserta BPD.
Desa ini belum memiliki visi dan misi. Pelayanan adm terhadap
masy cukup realistis ditinjau dari segi potensi, kemampuan
pemerintah desa yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Hal ini ditandai dengan pelayanan kepada masyarakat yang cukup
lancar dan belum ada protes terhadap aparat berkait dengan
fungsi pelayanan.
2.Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi di desa Jatisarono sama dengan
desa-desa yang lainnya di Kabupaten Kulon Progo. Pola dan
struktur tersebut dianggap cukup representatif bagi mereka untuk
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
355
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
3.Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Tupoksi masing-masing aparat telah melaksanakan tugas
sesuai dengan tupoksi. Namun demikian diantara aparat desa
saling bekerja sama dalam melaksanakan tugas. Bagi pamong
desa yang memiliki tugas cukup banyak dibantu oleh pamong yang
lain, tanpa melalaikan tugas pokoknya. Kerja sama tersebut
dimaksudkan agar tugas pekerjaan pemerintah desa tersebut
dapat selesai dengan baik. Misalnya tugas-tugas dari Kabag
Pemerintahan sangat banyak, karena meliputi tugas bidang
keagrariaan/pertanahan, Kependudukan seperti : surat kelakuan
baik, pembuatan KK, keamanan dll, sehingga dalam penyelesaian
tugas perlu dibantu oleh Kabag yang lainnya. Hal serupa berlaku
pula untuk tugas pekerjaan Kabag yang lain. Pembagian kerja
sudah cukup merata, karena mendasakan pada tupoksi yang telah
ditetapkan berdasarkan Perda Pem Kab. Kulon Progo.
4.Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua
aparat menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Hubungan dengan supra desa pun berjalan dengan
baik. Tata hubungan antar bagian tidak terjadi over lapping.
Hubungan dengan supra desa juga tidak over lapping. Bagi
dinas-dinas terkait yang memberikan pembinaan telah
menempatkan diri sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Contoh : Dinas Sosial memberikan latihan ketrampilan
membuat emping mlinjo, setelah selesai pelatihan diberi
bantuan berupa alat pemletes mlinjo.
356
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap tanggal 5 diadakan rapat koordinasi pamong desa
yang terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai dengan
Kepala Dukuh se Desa Jati Sarono. Koordinasi dilakukan untuk
membahas persoalan-persoalan/hal-hal yang terjadi di desa
tersebut antara lain :
- Tugas penarikan pajak (PBB).
- Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan
dana bantuan dari Pemerintah Desa ataupun dari
Pemerintah Kabupaten;
- Dana stimulan yang diberikan kepada setiap Dukuh
sebesar Rp. 1.750.000 diberikan kepada pedukuhan yang
telah lunas PBB nya;
- Recheking pemanfaatan bantuan berupa semen, aspal bagi
dukuh-dukuh yang mengajukan proposal ke Pemerintah
Kabupaten;
- Permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Kepala
Dukuh;
- Setiap tanggal 17 lurah mengadakan rakor di kecamatan,
membahas kemajuan desa, termasuk target-target yang
ditetapkan oleh pihak Kecamatan. Misalnya perubahan
penduduk, secara rutin harus dilaporkan;
- Setiap bulan lurah se-Kabupaten Kulon Progo melakukan
rapat koordinasi di Kabupaten;
- Alur perintah dari Pem Kab dilakukan dengan
menggunakan surat, dan juga dibicarakan melalui rakor di
Kecamatan;
- Langkah-langkah yang ditempuh untuk koordinasi antar
unit kerja, masing-masing Kabag menyiapkan laporan
sesuai dengan bidang tugasnya, sebagai bahan untuk
357
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
rakordes. Hasil dari rakordes tersebut kemudian
dilaporkan ke Kecamatan dan dari kecamatan dilanjutkan
ke Pem Kab. Laporan semacam ini berlangsung secara
periodik setiap bulan.
6. Pengawasan
Pengawasan yang berlangsung anatara lain dilakukan oleh
Lurah Desa, dengan cara mengadakan pendekatan terhadap
anak buahnya, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan tugas pokoknya. Hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan selalu dipantau oleh Lurah, karena yang
berkaitan dengan keuangan merupakan hal yang sangat sensitif.
Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh BAWASDA
Kabupaten setiap 3 tahun sekali, karena proses pengawasan
secara bergiliran untuk seluruh desa di Kabupaten Kulon Progo.
Dari hasil pemeriksaan di Desa Jati Sarono selama ini belum
pernah ditemukan penyimpangan. Cara pengawasan petugas
Bawasda turun ke desa melakukan pemeriksaan pembukuan dan
laporan keuangan. Pengawasan ini ada pengaruhnya terhadap
peningkatan etos kerja pamong, terutama dalam hal ketelitian
pembukuan dan kedisiplinan.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian personal pamong desa
Lurah Desa dan Kepala Dukuh dipilih langsung oleh rakyat
Kabag di isi melalui proses seleksi dengan menempuh ujian
yang diselenggarakan Pem Kab. dan penentuan akhir
diputuskan oleh lurah dan BPD dengan kriteria nilai
tertinggi yang akan ditetapkan dan diusulkan untuk
menduduki jabatan kosong tersebut. Sampai saat ini Desa
358
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Jati Sarono belum ditemukan pamong yang berindikasi
KKN.
Penempatan pamong sudah sesuai dengan pengalaman
dan minat dari masing-masing personal, karena melalui proses
pencalonan dan seleksi lewat ujian. Motivasi untuk menjadi
pamong bagi aparat yang masa kerjanya sudah cukup lama
(>20 tahun), tertarik menjadi perangkat desa, karena pamong
desa masih mempunyai kewibawaan dimata masyarakat.
Namun demikian bagi pamong desa yang relatif masih baru
motivasinya sudah berubah, sangat mungkin karena mencari
pekerjaan saat ini cukup sulit, sehingga untuk memperoleh
pendapatan, ketika ada lowongan pamong, kemudian melamar
untuk menjadi aparat desa. Di Desa Jati Sarono sampai saat
ini belum pernah terjadi mutasi antar personal dari masing-
masing bagian.
8. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM sudah cukup lama (sekitar 8 thn)
tidak ada semacam penataran, pelatihan atau sejenisnya,
kecuali pak Lurah ada penataran setelah diangkat/dilantik
sebagai lurah desa.
9. Sistem Kompensasi
Luas bengkok masing-masing pamong desa
Lurah : 3,5 Ha
Carik : 2,25 Ha
Kabag : 2,5 Ha
Kepala Dukuh : 1 Ha
Staf : 1 Ha
Rois : 1000 M 2
359
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Penghasilan tambahan pamong desa. Di Kabupaten Kulon
Progo setiap pamng desa memperoleh tunjangan penghasilan
tambahan yang disebut Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong
Desa (TPAPD). Tunjangan tersebut tidak sama besarnya.
No Jabatan Besarnya
tunjangan/bln
01 Lurah Rp. 125.000
02 Carik Rp. 100.000
03 Kabag Rp. 90.000
04 Kepala Dukuh Rp. 80.000
05 Staf Rp. 70.000
Tunjangan tersebut diterimakan setiap triwulan sekali dan
di ambil di BRI, dengan membawa buku rekening masing-
masing pamong.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi dilakukan kepada masing-masing pamong desa
oleh Lurah, dengan cara melakukan pendekatan, dan
menyampaikan beberapa pertanyaan sekaligus mengecek
pelaksanaan tugas anak buahnya. Jika ditemukan penyimpangan
akan dilakukan teguran, selanjutnya jika belum ada
penyelesaian, maka persoalan tersebut dibawa ke forum rapat
khusus dibahas dan dicari solusinya. Di Desa ini pernah terjadi
pertemuan semacam itu, karena ada kesalahan persepsi antara
panitia pemilihan, carik dan kabag pemerintahan, tentang
pilihan Kepala Dukuh, yaitu tentang jumlah pemilih.
360
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah pengarem-arem seluas seperlima
dari luas bengkok saat masih menjabat dan digarap selama 0,5
masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong desa Jati Sarono
No Jabatan Usia Tingkat pendidikan
01 Lurah Desa 33 S102 Carik 59 SMA03 Kabag Pem 50 SPBMA04 Kabag Bang 51 STM05 Kabag
pendapatan59 SARMUD
06 Kabag K esra 36 SMA07 Staf 42 SMEA08 Staf 38 SMA09 Staf 49 SD10 Staf 60 SPG11 Kepala Dukuh 47 SMEA12 Kepala Dukuh 28 SMEA13 Kepala Dukuh 40 SMEA14 Kepala Dukuh 36 STM15 Kepala Dukuh 47 SMA16 Kepala Dukuh 47 SMEA17 Kepala Dukuh 50 SD18 Kepala Dukuh 65 SMP19 Kepala Dukuh 49 SD20 Kepala Dukuh 37 SPG21 Kepala Dukuh 56 SMA22 Kepala Dukuh S1
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada
Masyarakat
361
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Saat ini staf tidak diperbantukan untuk masing-masing
Kabag, tetapi Staf membantu pekerjaan pamong yang mempunyai
pekerjaan yang cukup banyak. Demikian pula staf dapat diperintah
oleh Lurah untuk menyampaikan surat ke berbagai instansi
ataupun mewakili pamong untuk mendatangi acara tertentu
mewakili pamong desa. Pelayanan kepada masyarakat sudah cukup
efektif dan efisien, terbukti sampai penelitian ini dilakukan belum
pernah ada keluhan masyarakat berkait dengan pelayanan yang
dilakukan oleh aparat desa.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa. Hal ini dianalogikan karena
kebutuhan masyarakat telah tercukupi.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Di Desa Jati Sarono peralatan kantor sebagai sarana
penunjang kegiatan kerja aparat desa sudah cukup lengkap (lihat
lampiran). Peralatan yang ada dalam kondisi yang cukup baik,
bahkan untuk desa tersebut memiliki ruang yang dikondisikan
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan umum seperti
pertemuan, rapat-rapat dan alin sebagainya. Untuk menunjang
keperluan tersebut pem des berencana menambah kursi lipat
dengan cara bertahap. Buku-buku register lengkap, dan data
terbaru sudah terisi sampai dengan bulan Juli 2005. Fasilitas kerja
bagi aparat desa cukup baik dan memadai untuk ukuran desa.
Masing-masing bagian telah dilengkapi dengan peralatan kantor,
termasuk mesin ketik manual yang berjumlah 5 buah. Desa
tersebut telah memiliki 1 unit komputer, walaupun tidak semua
pamong desa dapat mengoperasionalkan komputer, tetapi
362
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
beberapa personil telah mampu menggunakan alat tersebut,
termasuk pak lurahnya. Setiap lurah desa se Kabupaten Kulon
Progo diberikan inventaris berupa kendaraan bermotor roda 2
sebagai sarana penunjang kelancaran kerja.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
Pertanggung jawaban: Desa menyerahkan kepada Dukuh
untuk membuat laporan pertanggung jawaban yang dibuat
bersama LPMD dan warga masyarakat. Blanko laporan disiapkan
oleh desa, setelah diisi tentang laporan kegiatan dan keuangan
kemudian diserahkan ke Desa. Selanjutnya desa meninjau
kelapangan untuk checking kebenaran dari laporan tsb. Laporan
cukup sampai di tingkat desa saja dan akan dipertanggung
jawabkan pada LPJ APBDes. Akuntabilitas publik terhadap
pamong desa masih kurang, hal ini diindikasikan tidak ada
masyarakat yang langsung menanyakan kepada pamong tentang
pertanggung jawaban lurah desa. Cara pertanggungjawaban di
lakukan melalui LPJ lurah kepada rakyat melalui BPD.
23. DESA BANJARARUM
1.Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Banjararum belum memiliki Renstra Desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan administratif desa menggunakan program kerja
tahunanan dan belum disusun dalam program kerja lima tahunan.
Program kerja tsb, dibuat oleh pamong desa beserta BPD. Desa ini
belum memiliki visi dan misi. Pelayanan adm terhadap masy cukup
realistis ditinjau dari segi potensi, kemampuan pemerintah desa
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Di Desa
Banjararum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
363
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dilakukan dengan membuka loket, sehingga semua urusan yang
membutuhkan pelayanan cukup keloket tersebut dan akan dilayani
oleh staf pamong desa sesuai dengan keperluannya. Kecuali
urusan-urusan yang berkaitan dengan NCR langsung dengan
Kabag Kesra, Ijin Usaha dan Ijin mendirikan bangunan dengan
Kabag Pembangunan, serta urusan pertanahan dengan Kabag
Pemerintahan. Pelayanan semacam ini rupanya cukup memuaskan
masyarakat, karena pamong satu dengan yang lain saling
membantu.
2.Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi di desa Banjararum sama
dengan desa-desa yang lainnya. Pola dan struktur organisasi ini,
dipandang cukup representatif bagi prangkat desa dalam
menjalankan tugasnya.
3.Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Tupoksi masing-masing aparat sesuai dengan Perda No. 2
Thn 2001. Di Desa Banjararum semua pamong telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tupoksi. Namun demikian diantara aparat
desa saling bekerja sama saling mengisi dan saling terkait dalam
melaksanakan tugas. Bagi pamong desa yang memiliki tugas cukup
banyak dibantu oleh pamong yang lain, tanpa melalaikan tugas
pokoknya. Kerja sama tersebut dimaksudkan agar tugas pekerjaan
pemerintah desa tersebut dapat selesai dengan baik. Dengan
dibukanya pelayanan satu loket dan dijaga oleh salah seorang staf,
ternyata sangat membantu pamong dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pembagian kerja sudah cukup merata, karena
mendasakan pada tupoksi yang telah ditetapkan berdasarkan
Perda No. 2 Thn 2001. Saat ini Desa Banjararum baru memiliki 3
364
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
orang staf, yang membantu Carik, Kabag Pemerintahan, dan Kabag
Kemasyarakatan. Untuk ke depan semua Kabag direncanakan
memiliki seorang Staf.
4.Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua aparat
menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Demikian pun hubunganya dengan pemerintah supra desa,
berjalan dengan baik.
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap bulan diadakan rapat koordinasi pamong desa yang
terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai dengan Kepala
Dukuh se Desa Banjararum. Koordinasi dilakukan untuk
membahas persoalan-persoalan/hal-hal yang terjadi di desa
tersebut antara lain :
Informasi yang perlu disampaikan kepada Kapala Dukuh;
Tugas penarikan pajak (PBB);
Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan
dana bantuan dari Pemerintah Desa ataupun dari
Pemerintah Kabupaten.
Setiap tanggal 10 diadakan rakor tingkat kecamatan yang
diikuti oleh seluruh desa sewilayah Kecamatan Kalibawang, dan
setiap tanggal 17 rakor di Kabupaten. Semenjak
diberlakukannya UU No 22 tahun 1999 UU No 32 tahun 2004,
Pemerintah Kabupaten sudah tidak lagi banyak memberikan
perintah kepada desa, melainkan informasi-informasi penting
yang disampaikan melalui rakor tingkat kabupaten. Demikian
pula dalam pelaksanaan tugas pemerintahan desa
365
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat melalui BPD. Tata
hubungan kerja antar instansi sudah jelas, walaupun sering
terjadu over lapping. Langkah-langkah yang ditempuh untuk
rakorbang. Masing-masing Kabag mempersiapkan bahan untuk
dibicarakan dalam rapat koordinasi. Sedangkan intensitasnya,
rapat koordinasi tingkat desa sebulan sekali, bahan yang harus
disiapkan antara lain, laporan pelaksanaan tugas yang telah
selesai dikerjakan, dan kendala yang dihadapi, inventarisasi
permasalahan di dukuh-dukuh dan alternatif solusinya, rencana
kerja dll. Rapat koordinasi tingkat kecamatan sebulan sekali,
bahan yang dipersiapkan adalah rencana kerja usulan desa,
evaluasi program kerja, persoalan-persoalan yang muncul di
desa dll. Sedangkan ditingkat kabupaten sebulan sekali
diadakan rakorbang, yang membahas berbagai program kerja
yang telah lalu, terutama program yang memperoleh bantuan
APBD, usulan-usulan pembangunan desa dll.
6.Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
a. Pengawasan internal dilakukan oleh : Lurah desa melakukan
pengawasan melekat dengan cara melakukan pendekatan,
mengajukan pertanyaan tentang tugas dan pekerjaan yang
telah dilaksanakan, atau persoalan-persoalan yang dihadapi
dalam pelaksanaan tugas. Pernah memberi teguran kepada
salah satu kabag karena bertugas di KPPS sehingga
penyelesaian tugas di Desa agak terganggu;
b. Pengawasan eksternal dilakukan oleh : BAWASDA melakukan
pemeriksaan keuangan desa setiap 2 tahun sekali, dengan
cara datang ke desa sewaktu-waktu tidak ada pemberihatuan
terlebih dahulu. Dengan dilakukannya pengawasan ternyata
366
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
berdampak pada perbaikan kinerja aparat desa antar lain,
pamong merasa dikaruhke, termotivasi untuk lebih teliti
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
7.Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong desa Giripurwo
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan
langsung oleh rakyat;
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test maka,
kemudian ditetapkan sebagai personal yang mengisi
jabatan yang kosong. Pengisian pamong desa telah
berlangsung sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan
tidak ditemukan adanya indikasi KKN. Motivasi menjadi
pamong disamping mengemban amanah, tetapi juga
mengabdi kepada kepentingan rakyat, karena jika dilihat
dari segi penghasilan sebagai pamong, ternyata sangat jauh
dari yang diharapkan. Selain itu beberapa pamong memeng
meneruskan jasa orang tuanya yang dulu juga menjabat
sebagai pamong desa. Penempatan pamong telah sesuai
dengan minat dan kemauan masing-masing personal untuk
menduduki jabatan pamong tersebut, karena saat pengisian
jabatan lowongan pamong, personal tersebut secara suka
rela mencalonkan diri menjadi aparat desa. Setelah terpilih
dan dilantik kemudian diberi pelatihan sesuai dengan
bidang tugas masing-masing bagian. Dengan demikian
ditinjau dari kompetensinya telah sesuai dengan
jabatannya. Demikian pula dengan menjabat pamong
367
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
tersebut aparat memperoleh pengalaman sesuai dengan
bidang tugasnya. Di Desa Banjararum sampai saat ini
belum pernah terjadi mutasi antar personal dari masing-
masing bagian.
8.Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antara lain :
a. Pelatihan peningkatan pelayanan bidang kependudukan.
b. Pelatihan penerapan sistem informasi, administrasi
kependudukan
c. Pelatihan statistik kependudukan
d. Pembekalan bagi lurah-lurah yang baru terpilih
Dengan berbagai pelatihan SDM dapat meningkatkan kinerja
pamong desa.
9.Sistem Kompensasi
Luas tanah bengkok pamong desa Giripurwo
No Jabatan Luas bengkok Keterangan01 Lurah 3.6330 Ha -02 Carik 2.6135 Ha -03 Kabag Pemerintahan 3.1100 Ha -04 Kabag. Pembangunan 3.4590 Ha -05 Kabag. Pendapatan 2.9600 Ha -06 Kabag Kesra 2.7090 Ha -07 Staf 5000 m2 3 orang 08 Kepala Dukuh (26
orang)6.500 m2 6500 m2 – 1 Ha
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
368
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di BRI
dengan membawa buku rekeningnya masing-masing. Selain itu
pamong desa juga memperoleh tambahan penghasilan dari desa
yang bersumber dari Pendapatan Asli Desa. Adapun besarnya
berdasarkan perbandingan 6,5,4,3 dan 2. Lurah memperoleh
tambahan penghasilan sebesar Rp. 300.000/tahun. Carik
memperoleh Rp. 250.000/tahun. Kabag sebesar Rp.
2250.000/tahun. Kepala Dukuh memperoleh Rp. 200.000/tahun.
Staf mendapat tambahan sebesar Rp. 150.000/tahun.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi dilakukan kepada masing-masing pamong desa oleh
Lurah, dengan cara melakukan pendekatan, dan menyampaikan
beberapa pertanyaan sekaligus mengecek pelaksanaan tugas
anak buahnya. Jika ditemukan penyimpangan akan dilakukan
teguran, selanjutnya jika belum ada penyelesaian, maka
persoalan tersebut dibawa ke forum rapat khusus dibahas dan
dicari solusinya. Evaluasi bukan saja dilakukan di kantor desa,
namun juga sekaligus refreshing dilakukan di luar kantor desa.
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas seperlima
dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap selama 0,5
masa kerjanya.
369
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa Banjararum
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 50 SLTA02 Carik 29 S103 Kabag. Pemerint. 41 SPG04 Kabag.
Pembang.50 SMA
05 Kabag. Pendapatan
29 S1
06 Kabag. Kesra 42 SPG07 Staf 38 SPG08 Staf 41 SMEA09 Staf 31 SMEA10 Staf 38 SMEA
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong telah
sesuai dengan bidangnya. Mestinya setiap Kabag dibantu oleh
seorang Staf, namun saat ini baru Carik, Kabag Kesra dan Kabag
Pemerintahan yang memiliki Staf, sedangkan yang lain belum ada.
Pelayanan kepada masyarakat sudah cukup efektif dan efisien,
terutama dengan model satu loket, setiap keperluan masyarakat
langsung dapat dilayani.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa, karena fungsi pemerintahan
desa antara lain adalah memberikan pelayanan. Dengan demikian
pelayanan merupakan faktor utama yang harus diberikan kepada
masyarakat.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
370
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah cukup,
baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-buku
Register sudah cukup banyak, namun masih ada kekurangan, yaitu
buku-buku penunjang untuk administrasi desa. Sedangkan data
terbaru antara lain Monografi Desa sudah sampai tahun 2005.
Fasilitas penunjang untuk menjalankan tugas pekerjaan bagi
pamong desa dalam proses pelayanan sudah cukup lengkap,
komputer 3 buah, sepeda motor 2 buah bantuan pemkab dan milik
desa dari hasil pendapataan asli desa. Dalam menjalankan tugas
hariannya pamong telah menempati ruang kerja, yang masing-
masing berada pada ruangan yang terpisah dan dilengkapi dengan
sarana dan prasarana kerja yang ada.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
LPJ yang dibuat oleh lurah desa diajukan ke BPD sebagai
representasi rakyat dapat diterima dengan mulus, hal ini
menunjukkan kinerja pamong baik. Setiap saat penduduk dapat
melihat LPJ yang telah dibuat lurah desa, berarti pamong desa
Banjararum mengembangkan sifat keterbukaan dalam
mempertanggung jawabkan hasil kerjanya.
24. DESA BANJAROYA
1. Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Banjaroya belum memiliki Renstra Desa. Dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
administratif desa menggunakan program kerja tahunan dan belum
disusun dalam program kerja lima tahunan. Program kerja tsb,
dibuat oleh pamong desa beserta BPD. Desa ini belum memiliki visi
dan misi. Pelayanan administras terhadap masyarakat belum
realistis, karena terdapat dua kepala bagian yang masih baru,
371
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
namun keduanya merangap menjadi guru, sehingga tugas
hariannya terbagi di dua tempat yaitu disekolahan dan di kantor
desa. Kadang-kadang pelayanan terhadap masyarakat agak
terkendala karena personal tersebut belum datang masih mengajar
di sekolahnya.
2. Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi di Desa Banjaroyo sama dengan
desa yang lainnya. Pola dan struktur organisasi ini, dipandang
cukup memenuhi kebutuhan pelayanan kepada masyarakat desa.
3. Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Sebagian besar tugas pamong telah sesuai dengan Tupoksi
yang tertera dalam Perda No. 2 Thn 2001. Namun demikian masih
terdapat penyimpangan antara lain penomoran Surta Keputusan
pengangkatan Kabag Kesar dan Kanbag Pembangunan yang
mestinya menggunakan nomor dari Carik, namun ternyata nomor
SK tersebut dari luar carik. Diantara aparat desa dalam
malaksanakan tugas harian masih kurang harmonis, kerja sama
masih perlu ditingkatkan. Pembagian kerja sudah cukup merata,
karena mendasakan pada tupoksi yang telah ditetapkan
berdasarkan Perda No. 2 Thn 2001. Namun demikian dalam hal-hal
yang sifatnya khusus, lurah sering mengambil kebijakan
tersendiri.
4. Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian ada yang kompak dan ada
yang kurang harmonis, tetapi hubungan dengan supra desa
berjalan dengan baik.
372
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
5. Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap bulan diadakan rapat koordinasi pamong desa yang
terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai dengan Kepala
Dukuh se Desa Banjaroya, Koordinasi dilakukan untuk membahas
persoalan-persoalan/hal-hal yang terjadi di desa tersebut antara
lain :
a. Informasi yang perlu disampaikan kepada Kapala
Dukuh
b. Tugas penarikan pajak (PBB).
c. Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan
dengan dana bantuan dari Pem Desa ataupun dari Pem
Kab.
d. Perencanaan masa tanam.
e. Hal-hal lain yang berkaitan dengan kebutuhan
pelayanan masyarakat, pembangunan dan pemerintahan
desa.
Setiap tanggal 10 diadakan rakor tingkat kecamatan yang
diikuti oleh seluruh desa sewilayah Kecamatan Kalibawang, dan
setiap tanggal 17 rakor di Kabupaten. Semenjak diberlakukannya
UU No 22 tahun 1999 UU No 32 tahun 2004, Pemerintah
Kabupaten sudah tidak lagi banyak memberikan perintah kepada
desa, melainkan informasi-informasi penting yang disampaikan
melalui rakor tingkat kabupaten. Demikian pula dalam pelaksanaan
tugas pemerintahan desa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat melalui BPD. Tata hubungan kerja antar instansi sudah
jelas, walaupun sering terjadu over lapping. Langkah-langkah
yang ditempuh untuk rakorbang. Masing-masing Kabag
mempersiapkan bahan untuk dibicarakan dalam rapat koordinasi.
Adapun bahan-bahan yang dipersiapkan meliputi:
373
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
a. Inventarisasi dan evaluasi keputusan rapat yang lalu
b. Inventarisasi pembayaran PBB
c. Permasalahan yang dihadapi masing-masing pedukuhan.
Rapat koordinasi tingkat kecamatan sebulan sekali, bahan yang
dipersiapkan adalah rencana kerja usulan desa, evaluasi program
kerja, persoalan-persoalan yang muncul di desa dll. Sedangkan
ditingkat kabupaten sebulan sekali diadakan rakorbang, yang
membahas berbagai program kerja yang telah lalu, terutama
program yang memperoleh bantuan APBD, usulan-usulan
pembangunan desa, evaluasi bantuan semen, aspal dll.
6. Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
a. Pengawasan intern dilakukan oleh Lurah desa melakukan
pengawasan melekat dengan cara mengajukan pertanyaan
tentang tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan, atau
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.
b. Pengawasn ekstern dilakukan oleh BAWASDA melakukan
pemeriksaan keuangan desa ditemukan belum selesainya
pembuatan LPJ tahun 2003 dan 2004. Bahkan tahun 2004
terdapat temuan dana Rp. 4.336.293 yang belum
dipertanggungjawabkan.Dengan dilakukannya pengawasan
ternyata belum berdampak pada perbaikan kinerja aparat
desa.
7. Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong desa Giripurwo
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui
pemilihan langsung oleh rakyat;
374
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi
yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan
akhir dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD.
Dengan berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil
test maka, kemudian ditetapkan sebagai personal yang
mengisi jabatan yang kosong.
Pengisian pamong desa telah berlangsung sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan tidak ditemukan adanya indikasi
KKN. Motivasi menjadi pamong disamping mengemban amanah,
tetapi juga mengabdi kepada kepentingan rakyat, karena jika
dilihat dari segi penghasilan sebagai pamong, ternyata sangat
jauh dari yang diharapkan. Selain itu beberapa pamong
meneruskan jasa orang tuanya yang dulu juga menjabat sebagai
pamong desa. Penempatan pamong telah sesuai dengan minat
dan kemauan masing-masing personal untuk menduduki jabatan
pamong tersebut, karena saat pengisian jabatan lowongan
pamong, personal tersebut secara suka rela mencalonkan diri
menjadi aparat desa. Setelah terpilih dan dilantik kemudian
diberi pelatihan sesuai dengan bidang tugas masing-masing
bagian. Dengan demikian ditinjau dari kompetensinya telah
sesuai dengan jabatannya. Demikian pula dengan menjabat
pamong tersebut aparat memperoleh pengalaman sesuai
dengan bidang tugasnya. Di Desa Banjararum sampai saat ini
belum pernah terjadi mutasi antar personal.
8. Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antara lain :
a. Penataran Administrasi Pemerintahan Desa selama 1 minggu
di Kabupaten
375
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
b. Sosialisasi UU No 32 tahun 2004 oleh LSM selama 3 hari
Dari berbagai upaya peningkatan SDM tersebut, ternyata
belum dapat meningkatkan kinerja pamong desa.
9. Sistem Kompensasi
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
a. Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
b. Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
c. Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
d. Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
e. Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di
BRI dengan membawa buku rekeningnya masing-masing.
Karena penghasilan yang diterima oleh pamong desa relatif
kecil sementara itu untuk kebutuhan keluarga, maupun untuk
kepentingan sosial sangat besar, maka untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, beberapa pamong mencari usaha
tambahan. Adapun jenis usaha yang dilakukan antara lain
memelihara ternak, sapi, kambing, ayam dll. Selain itu ada yang
berusaha sebagai produsen lanting, berjualan dan lain-lain.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi tidak ada, kecuali melalui LPJ lurah kepada BPD.
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas seperlima
376
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap selama 0,5
masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa Banjaroya
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 32 S102 Carik 52 SD03 Kabag. Pemerint. 43 SLTA04 Kabag. Pembang. 34 S105 Kabag. Pendapatan 55 SLTP06 Kabag. Kesra 42 S1
377
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
07 Staf 57 SD08 Staf 40 SLTA09 Staf 30 S110 Dukuh 37 SLTA11 Dukuh 40 SLTA12 Dukuh 53 SD13 Dukuh 55 SD14 Dukuh 54 SD15 Dukuh 58 SD16 Dukuh 61 SD17 Dukuh 43 SLTA18 Dukuh 46 SLTA19 Dukuh 34 SLTA20 Dukuh 29 SLTA21 Dukuh 45 SLTA22 Dukuh 56 SD
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong telah
sesuai dengan bidangnya. Mestinya setiap Kabag dibantu oleh
seorang Staf, namun saat ini terdapat lowongan jabatan staf,
yang ada baru staf Kabag Pemerintahan. Pelayanan kepada
masyarakat maih kurang efektif dan efisien, karena terdapat
dua Kabag yang merangkap jabatan sebagai guru.
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa. Dengan demikian pelayanan
merupakan faktor utama yang seharusnya diberikan kepada
masyarakat.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
378
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah cukup,
baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-buku
Register sudah cukup banyak, namun masih ada kekurangan, yaitu
buku-buku penunjang untuk administrasi desa. Sedangkan data
terbaru antara lain Monografi Desa sudah sampai tahun 2005.
Fasilitas penunjang untuk menjalankan tugas pekerjaan bagi
pamong desa dalam proses pelayanan sudah cukup, komputer 1
buah, sepeda motor 1 buah bantuan pemkab. Dalam menjalankan
tugas hariannya pamong telah menempati ruang kerja, yang
masing-masing berada pada ruangan yang terpisah dan dilengkapi
dengan sarana dan prasarana kerja yang ada.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
LPJ yang dibuat oleh lurah desa tahun 2003 dan 2004
belum dapat diterima oleh BPD, karena terdapat beberapa pos
anggaran yang belum dimasukkan.
25. DESA GERBOSARI
1.Perencanaan (Administrasi Dan Pelayanan Administrasi)
Desa Gerbosari belum memiliki Renstra Desa, dalam
melaksankan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan administratif desa menggunakan program kerja
tahunanan dan belum disusun dalam program kerja lima
tahunan. Program kerja tsb, dibuat oleh pamong desa beserta
BPD. Desa ini belum memiliki visi dan misi. Pelayanan
administrasi terhadap masyarakat cukup realistis ditinjau dari
segi potensi, kemampuan pemerintah desa yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Di Desa Gerbosari dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara
kerja sama. Jika ada warga masyarakat yang membutuhkan
379
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
penyelesaian administrasi, akan dilayani oleh pamong yang
telah hadir, dan tidak perlu menunggu Kabag yang
membidanginya. Dengan demikian setiap pamong dituntut
harus dapat menguasai semua urusan administrasi
pemerintahan desa. Ditinjau dari model pelayanan seperti itu
masyarakat tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan
urusan surat-menyurat di kantor desa.
2.Pola Dan Struktur Organisasi
Pola dan struktur organisasi sama dengan desa-desa yang
lain. Pola dan struktur organisasi yang ada dianggap cukup
representatif dan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kepada
masyarakat.
3.Pelaksanaan Tugas Pokok Dan Fungsi
Tupoksi masing-masing aparat sesuai dengan Perda No. 2
Thn 2001. Di Desa Gerbosai semua pamong telah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tupoksi. Namun demikian diantara aparat
desa saling bekerja sama saling mengisi dan saling terkait dalam
melaksanakan tugas. Bagi pamong desa yang memiliki tugas cukup
banyak dibantu oleh pamong yang lain, tanpa melalaikan tugas
pokoknya. Kerja sama tersebut dimaksudkan agar tugas pekerjaan
pemerintah desa tersebut dapat selesai dengan baik. Pembagian
kerja sudah cukup merata, karena mendasakan pada tupoksi yang
telah ditetapkan berdasarkan Perda No. 2 Thn 2001. Saat ini Desa
Gerbosari baru memiliki 3 orang staf, yang membantu semua
pamong yang ada di desa tersebut.
380
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
4.Tata Hubungan Antar Unit Kerja Maupun Dengan Supra
Desa
Tata hubungan kerja antar bagian cukup baik, semua aparat
menjalankan tugas dan bertanggung jawab sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Hubungan dengan pemerintah supra
desa pun, berjalan sebagaimana mestinya.
5.Koordinasi Antar Unit Maupun Dengan Supra Desa
Setiap bulan yaitu tanggal 25 diadakan rapat koordinasi
pamong desa yang terdiri dari Lurah, Carik, Kabag-kabag, sampai
dengan Kepala Dukuh se Desa Gerbosari. Rapat ini dilakukan
setelah rakor di tingkat kecamatan (tiap tanggal 17), karena
menunggu informasi hasil rakor di kematan untuk disampaikan
kepada semua aparat desa. Rakor ditingkat desa dilakukan untuk
membahas persoalan-persoalan/hal-hal yang terjadi di desa
tersebut antara lain :
a. Informasi yang perlu disampaikan kepada Kapala Dukuh
b. Tugas penarikan pajak (PBB).
c. Kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan
dana bantuan dari Pem Desa ataupun dari Pem Kab.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk rakorbang. Masing-
masing Kabag mempersiapkan bahan untuk dibicarakan dalam
rapat koordinasi. Sedangkan intensitasnya, rapat koordinasi
tingkat desa sebulan sekali, bahan yang harus disiapkan antara
lain, laporan pelaksanaan tugas yang telah selesai dikerjakan, dan
kendala yang dihadapi, inventarisasi permasalahan di dukuh-
dukuh dan alternatif solusinya, rencana kerja dll. Rapat
koordinasi tingkat kecamatan sebulan sekali, bahan yang
dipersiapkan adalah rencana kerja usulan desa, evaluasi program
kerja, persoalan-persoalan yang muncul di desa dll. Sedangkan
381
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
ditingkat kabupaten sebulan sekali diadakan rakorbang, yang
membahas berbagai program kerja yang telah lalu, terutama
program yang memperoleh bantuan APBD, (seperti semen, aspal),
serta usulan-usulan pembangunan desa.
6.Pengawasan
Pengawasan dilakuakan secara intern dan ekstern.
Pengawasan internal dilakukan oleh; Dilakukan oleh BPD
menanyakan langsung kepada warga masyarakat tentang
program-program pembangunan yang telah diputuskan untuk
dilaksanakan. Sedangkan untuk pengawasan yang langsung
menyangkut pamong dilakukan BPD dengan cara cheking
pelaksanaan tugas dari masing-masing pamong. Pengawasn
eksternal dilakukan oleh BAWASDA melalui pemeriksaan
keuangan desa setiap 3 tahun sekali, dengan cara datang ke
desa sewaktu-waktu tidak ada pemberihatuan terlebih dahulu.
Dengan dilakukannya pengawasan ternyata berdampak pada
perbaikan kinerja aparat desa antar lain, pamong merasa
termotivasi untuk lebih teliti dan hati-hati dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya.
7.Rekrutmen Dan Penempatan SDM
Cara pengisian pamong Desa Gerbosari
a. Lurah desa dan Kepala Dukuh diisi melalui pemilihan
langsung oleh rakyat
b. Kabag dan Staf diisi melalui proses seleksi yang diadakan
oleh Pemerintah Kabupaten, penentuan akhir
dimusyawarahkan antara lurah desa dengan BPD. Dengan
berdasarkan pada perolehan nilai tertinggi hasil test maka,
382
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
kemudian ditetapkan sebagai personal yang mengisi jabatan
yang kosong.
Pengisian pamong desa telah berlangsung sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan tidak ditemukan adanya indikasi
KKN. Disamping niatnya ibadah, motivasi Lurah Desa menjadi
pamong karena merasa lebih dekat dengan rakyat dari pada
menjadi pegawai negeri. (guru). Jika dilihat dari segi
penghasilan sebagai pamong, ternyata sangat jauh dari yang
diharapkan. Berbeda halnya dengan Kabag Pembangunan,
motivasi menjadi pamong karena untuk memperoleh pekerjaan
lainnya susah, sehingga dari pada menganggur, mencalonkan
diri menjadi pamong ternyata dapat terpilih. Penempatan
pamong telah sesuai dengan minat dan kemauan masing-masing
personal untuk menduduki jabatan pamong tersebut, karena
saat pengisian jabatan lowongan pamong, personal tersebut
secara suka rela mencalonkan diri sesuai dengan jabatan yang
kosong. Dengan demikian menjabat pamong tersebut aparat
memperoleh pengalaman sesuai dengan bidang tugasnya. Di
Desa Gerbosari sampai saat ini belum pernah terjadi mutasi
antar personal dari masing-masing bagian.
8.Pengembangan SDM
Pengembangan SDM telah dilakukan berbagai pelatihan,
antara lain: Ketika diberlakukan UU 5 thn 79 setiap tahun lurah
dilatih tentang administrasi pem desa. Bahkan lurah Gerbosari
dapat memperoleh prestasi sampai dengan tingkat nasional.
Pernah mewakili temu LMD tingkat nasional tahun 1995 di
Menado. Selama berlakunya UU 22 tahun 99 tidak pernah ada
383
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
pelatihan. Pelatihan pamong, tentang perpustakaan,
pertanahan, pemerintahan desa dll.
9.Sistem Kompensasi
Luas tanah bengkok pamong desa Giripurwo
No Jabatan Luas bengkok01 Lurah 2 Ha02 Carik 1,6 Ha03 Kabag Pemerintahan 1.3 Ha04 Kabag.
Pembangunan1.3 Ha
05 Kabag. Pendapatan 1.3 Ha06 Kabag Kesra 1.3 Ha07 Staf 1 Ha08 Kepala Dukuh (26
orang)1 Ha
Disamping memperoleh penghasilan dari tanah bengkok ,
seluruh pamong di Kabupaten Kulon Progo memperoleh
Tunjangan Penghasilan Aparat Pamong Desa (TPAPD).
a. Lurah sebesar Rp. 125.000/bulan
b. Carik sebesar Rp. 100.000/bulan
c. Kabag sebesar Rp. 90.000/bulan
d. Kepala Dukuh sebesar Rp. 80.000/bulan
e. Staf sebesar Rp. 70.000/bulan.
TPAPD tersebut diterimakan setiap triwulan dan diambil di
BRI dengan membawa buku rekeningnya masing-masing. Selain
itu untuk menambah penghasilan beberapa pamong desa mencari
pekerjaan sampingan seperti ngojek, tukang batu, buruh,
berdagang makanan dll.
10. Evaluasi Kinerja Pamong
Evaluasi dilakukan oleh BPD melalui LPJ lurah pada tiap tahun.
384
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
11. Purnatugas
PHK belum pernah terjadi. Bagi yang telah purna tugas
diberikan penghargaan tanah (pengarem-arem) seluas seperlima
dari luar bengkok saat masih menjabat dan digarap selama 0,5
masa kerjanya.
12. Data Pamong
Profil kepegawaian pamong Desa Gerbosari
No Jabatan Usia (th) Tingkat Pendidikan
01 Lurah Desa 58 SLTA02 Carik 48 SMEA03 Kabag. Pemerint. 43 Sarmud04 Kabag. Pembang. 56 SD05 Kabag. Pendapatan 54 Sarmud06 Kabag. Kesra 48 SMEA07 Staf 49 SLTP08 Staf 53 SMP09 Staf 37 SMA10 Dukuh 60 SD11 Dukuh 63 SLTP12 Dukuh 44 SLTP13 Dukuh 51 SLTA14 Dukuh 57 SD15 Dukuh 62 SLTP16 Dukuh 41 SLTA17 Dukuh 37 SLTA18 Dukuh 49 STN19 Dukuh 38 SPG20 Dukuh 47 SGB21 Dukuh 40 SLTA
13. Kemampuan Memberi Pelayanan Kepada Masyarakat
Kompetensi dari masing-masing personal pamong cukup
baik karena semua dapat melayani kebutuhan masyarakat .
(ngabehi). Pelayanan kepada masyarakat sudah cukup efektif
dan efisien, terutama dengan model kroyokan, setiap keperluan
masyarakat langsung dapat dilayani.
385
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
14. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat sebagai ukuran keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan desa, karena fungsi
pemerintahan desa antara lain adalah memberikan pelayanan.
Dengan demikian pelayanan merupakan faktor utama yang
harus diberikan kepada masyarakat.
15. Sarana Kerja Pemerintah Desa
Kelengkapan administrasi Pemerintahan Desa sudah
cukup, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Buku-
buku Register sudah cukup banyak. Sedangkan data terbaru
antara lain Monografi Desa sudah sampai tahun 2005. Fasilitas
penunjang untuk menjalankan tugas pekerjaan bagi pamong
desa dalam proses pelayanan sudah cukup lengkap. Dalam
menjalankan tugas hariannya pamong telah menempati ruang
kerja, yang masing-masing berada pada ruangan yang terpisah
dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana kerja yang ada.
Desa Gerbosari memiliki inventaris sebuah sepeda motor yang
dibeli dengan menggunakan Dana Bantuan Desa Rp 3 juta dan
PAD Rp.3 juta. Desa juga memperoleh bantuan inventaris
sepeda motor dari pem kab. untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas. Untuk meningkatkan motivasi kerja setiap
aparat yang bertugas keluar disediakan uang transport, ke
propinsi sebesar Rp. 20.000, ke kabupaten sebesar Rp. 15.000
dan tugas ke dukuh-dukuh sebesar Rp. 5.000. Setiap tahun
pamong, pengurus LPMD dan BPD memperoleh pakaian
seragam, yang pengadaannya menggunakan dana APBDes.
16. Akuntabilitas Kepada Masyarakat
386
Laporan Akhir Penelitian dan Pengkajian Alih Status Desa Menjadi Kelurahan-Kabupaten Kulon Progo 2005STPMD “APMD” Yogyakarta
LPJ yang dibuat oleh lurah desa diajukan ke BPD sebagai
representasi rakyat dapat diterima dengan mulus, hal ini
menunjukkan kinerja pamong baik.
387
top related