bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/43378/3/bab ii.pdf ·...
Post on 15-Aug-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian dilakukan oleh Antonia dan Arfianto (2015), dengan judul
penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Perbankan”. Dengan periode penelitian 2011 sampai 2013 dan profitabilitas
bank diukur dengan menggunakan ROA (Return On Asset). Teknik
pengambilan sampel yang dipergunakan metode purposive sampling. Kriteria
pengambilan sampel yaitu bank yang terdaftar di BEI yang telah memiliki
laporan keuangan lengkap dari tahun 2011 sampai 2013. Jumlah bank go public
yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 ada 37 bank, sedangkan yang sesuai
dengan kriteria sebanyaki20 bank.Variabel independen yangidigunakan dalam
penelitian ini yaitu NIM, BOPO, CAR, LDR dan NPL. Hasil uji F
menunjukkan rasio NIM, BOPO, CAR, LDR dan NPL berpengaruh signifikan
secara serentak terhadap profitabilitas bank. Diperoleh nilai adjusted R square
sebesar 0,911. Hasil uji t diketahui NIM memiliki berpengaruhiipositif dan
signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hasil
uji t diketahui BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hasil uji t diketahui CAR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan
sebesar 0,132. Hasil uji t diketahui LDRiiiberpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,329. Hasil
9
uji t diketahui NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
dengan nilai signifikan sebesar 0,005.
Penelitian dilakukan oleh Prasanjaya dan Ramantha (2013), dalam
penelitian ini yang berjudul “ Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, LDR dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank Yang Terdaftar Di BEI” .
Dengan periode penelitian 2008 sampai 2011 dan rasio ROA (Return On Asset)
digunakan untuk mengukur profitabilitas bank.. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Ada 31 bank yang
terdaftar di BEI setelah melakukan teknik simple random sampling maka
diperoleh sampel sebanyak 15 bank. Hasil uji F menunjukkan rasio CAR,
BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan secara serentak
terhadap profitabilitas bank. Diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,328.
Hasil uji t diketahui CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,070. Hasil uji t diketahui BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai
signifikan sebesar 0,009. Hasil uji t diketahui LDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hasil
uji t diketahui ukuran perusahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,681.
Penelitian dilakukan oleh Manikam dan Syafruddin (2013), dalam
penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL dan
BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero Di Indonesia Periode 2005-2012”.
Rasio ROA (Return On Asset) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank,
10
dengan sampel bank BUMN atau bank persero yang berjumlah 4 bank. Hasil
uji F menunjukkan rasio CAR, NIM, LDR, NPL dan BOPO berpengaruh
signifikan secara serentak terhadap profitabilitas bank. Diperoleh nilai R
Square sebesar 0,906. Hasil uji t diketahui CAR berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,761. Hasil
uji t diketahui NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas
dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Hasil uji t diketahui LDR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan
sebesar 0,305. Hasil uji t diketahui NPL berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas dengan nilai signifikan sebesar 0,001. Hasil uji t
diketahui BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas
dengan nilai signifikan sebesar 0,000.
Penelitian dilakukan oleh Anggreni dan Suardhika (2014), dengan judul
penelitian “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Resiko Kredit
dan Suku Bunga Kredit Pada Profitabilitas”. Dengan periode penelitian 2010
sampai 2012 dan ROA (Return On Asset) digunakan untuk mengukur
profitabilitas bank. Sampel dalam penelitian ini menggunakan bank BUMN
atau bank persero yang berjumlah 4 bank. Hasil uji F memperlihatkan rasio
Dana Pihak Ketiga, Kecukupan Modal, Resiko Kredit dan Suku Bunga Kredit
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap profitabilitas bank. Diperoleh
nilai R square sebesar 0,301. Hasil uji t diketahui dana pihak ketiga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil uji t diketahui
dana kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap
11
profitabilitas. Hasil uji t diketahui resiko kredit berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap profitabilitas. Hasil uji t diketahui suku bunga kredit
berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian ini menggunakan metode analisis data regresi linier
berganda. Pada pengujian hipotesis peneliti menggunakan pengujian
determinasi dan pengujian hipotesis (uji t). Hasil dari penelitian ini yakni:
Kecukupan Modal, Kredit Bermasalah, Efisiensi Operasional, dan Likuiditas
Hasil pengaruh terhadap Profitabilitas.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang
menggunakan data tahun terbaru yaitu tahun 2010 sampai 2016. Dan penelitian
ini menggabungkan penelitian terdahulu sehingga muncul variabel penelitian
sebagai berikut : Kecukupan Modal, Kredit Bermasalah, Efisiensi Operasional,
likuiditas dan Profitabilitas, dan penelitian ini dilakukan pada Bank Umum
Milik Negara (Persero)
B. Tinjauan Teori
1. Profitabilitas
Menurut Wasis (1983:105), rasio profit bank sangatlah penting
bagi seorang pemilik dan penting pula bagi semua golongan masyarakat
didalamnya, hak yang paling luas untuk meminjam dibank adalah para
peminjam itu sendiri, apabila bank berhasil mengumpulkan cadangan dari
laba yang diperoleh. Para deposan juga memiliki andil dalam profit, karena
semakin kuat modal yang diperoleh dari laba ditahan sebagai cadangan
akan menjamin simpanan dana masyarakat. Deposan tidak perlu merasa
12
was-was dan atau kawatir, karena jaminan modal bank lebih diperkuat
dengan adanya laba yang ditahan. Peran pemerintah dengan bantuan
masyarakat juga sangat berkepentingan dalam meningkatkan profit, karena
apabila profit sudah mencukupi kriteria bank, maka lalu lintas pembayaran
terjamin dengan fungsi bank yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat
dan disalurarkan juga kepada msyarakat, fungsi bank diharapkan bisa
berjalan baik. Pengaruhnya bukan kepada lalu lintas keuangan saja akan
tetapi juga peredaran barang yang diperlukan masyarakat.
Pendapatan suatu bank bergantung pada jasa atau produk bank
yang dijual-belikan kepada masyarakat. Jasa - jasa bank yang ditawarkan
kepada masyarakat yaitu berupa pinjaman, melakukan investasi portofolio
yang dikelola oleh manajemen investasi dan melakukan transaksi tranfer
uang. Secara garis besarnya, maka unsur pendapatan bank terdiri dari :
a. Bunga Pinjaman
Bunga merupakan komponen dari pendapatan yang sangat besar
nilainya, dari laporan-laporan keungan bank. Bunga yang diterima
dengan prosentase sebasar 80% sedangkan prosenstase untuk jasa yang
ditawarkan sebesar 20%. Dilihat dari struktur assets bank, pinjaman
memiliki nilai yang besar dari aktiva produktif. Jadi kesimpulannya
bahwa pengelolaan pinjaman penting bagi bank karena apabila salah
dalam mengelola pinjaman akan berdampak pada nilai pendapatan dan
selanjutnya mempengaruhi tingkat profit bank.
13
b. Fee atau kompensasi atas jasa diberikan bank
Fee bank merupakan timbal balik bank yang diberikan kepada
peminjam karena telah investasi di bank, meskipun tidak merupakan
faktor terbesar, namun tidak berarti kurang penting. Dalam rangka
mengadakan diversifikasi pendapatan, maka pendapatan yang
diperolah dari fee diperolah dari pernyataan portofolio guna untuk
menutup resiko yang timbul akibat dari pinjaman.
c. Keuntungan atas investasi portofolio
Tingkat keberhasilan suatu bank tidak hanya pada pendapatan
melainkan bisa dilihat dari biaya-biaya lain yang digunakan untuk
kegiatan operasional bank. Biaya-biaya bank tergi tiga yaitu :
1) Bunga yang harus dibayarkan kepada para depositor.
2) Biaya yang berhungungan dengan gaji para personil, dan
3) Biaya-biaya operasional lainnya.
Komponen biaya tersebut tiap bank tidak sama tergantung dari
pengelolaan bank itu sendri. . Dari bank ternyata bunga merupakan
komponen biaya yang terbesar yang kemudian disusul biaya tenaga.
Dalam rasio profitabilitas dapat dilihat hubungan timbal balik
antara pos-pos pada neraca dengan pos-pos yang berada pada laba rugi.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
mengelola aktiva untuk mendapatkan keuntungan. Semakin besar
keuntungan yang diperoleh, menunjukkan kinerja yang semakin
produktif.
14
Adapun macam-macam rasio profitabilitas antara lain :
a. Return on Asset (ROA)
Rose dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002: 570)
menjelaskan bahwa, digunakannya ROA karena selain merupakan
ukuran profitabilitas bank, rasio ini sekaligus merupakan indikator
efisiensi manajerial bank yang mengindikasikan kemampuan
manajemen dalam mengelola aset-asetnya untuk memperoleh
keuntungan. Menurut Rivai, dkk (2007: 720-721), rasio ROA
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh
keuntungan secara keseluruhan, semakin besar ROA, berarti
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin
baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset. Rasio ini
dirumuskan dengan:
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
Tujuan analisis profitabilitas adalah untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Data yang ada dalam neraca maupun hubungan
timbal balik antara data yang ada dalam neraca dengan data dalam
laporan laba rugi bank untuk mendapatkan berbagai indikasi yang
berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang
bersangkutan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 548).
15
b. Return on Equity (ROE)
Menurut Prastowo (1995:65) salah satu alasan utama bank
dalam melakukan pengoperasian kegiatan perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang tinggi dan bermanfaat bagi pemegang
saham. Tingkat keberhasilan bank dilihat dari angka return on
common stockholder equity. Rumus untuk memperoleh nilai
Return on equity yaitu :
𝑅𝑂𝐸 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 − 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑠𝑡𝑖𝑚𝑒𝑤𝑎
𝑅𝑎𝑟𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎
c. Net Profit Margin (NPM)
Menurut Prastowo (1995:69) rasio NPM adalah rasio untuk
mengukur laba dalam satuan rupiah yang diperoleh dari setiap
penjulan dengan satuan rupiah. Selain itu rasio NPM digunakan
untuk mengetahui laba dari pemegam saham dengan cara melihat
presentase penjulannya. Rasio NPM juga untuk mengukur
keseluruhan efisiensi bank baik dari pendanaan maupun penentuan
harga. Rasio ini dihitung dengan formula sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙× 100%
2. Kecukupan Modal
Bank sentral (Bank Indonesia) menetapkan bahwa setiap bank
wajib menjaga kecukupan modalnya, di mana rasio kecukupan modal
(capital adequacy ratio atau CAR) minimum 8% sejak 7 September 2001.
Apabila terjadi peningkatan aktiva berisiko dan pembelian aktiva tetap,
16
maka produktivitas aktiva berkurang. Hal ini mempengaruhi laba bank
yang merupakan komponen dari modal sendiri (Darmawi, 2011: 18).
Deposan bank (dan pengawas bank sebagai wakilnya) mungkin
menghendaki besarnya modal bank yang maksimum untuk perlindungan
terhadap risiko bisnis bank. Sedangkan para pemilik bank dan manajemen
bank sebagai wakilnya menghendaki pengoperasian sesedikit mungkin
modal yang berasal dari pemilik untuk memperoleh sebesar mungkin
laverage pendapatan dari penggunaan deposito (Darmawi, 2011: 88).
CAR merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva
tertimbang menurut resiko (ATMR), secara teoritis dapat disimpulkan
bahwa pencapaian sasaran CAR 8% dapat dikelola pada sisi pembilang,
atau pada sisi penyebut saja, atau sekaligus kedua sisi (Darmawi, 2011:97).
Rasio CAR dirumuskan dengan:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜× 100%
3. Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan
kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL),
Diragukan (D) dan Macet (M). Penilaian atau penggolongan suatu kredit
kedalam tingkat kolektibilitas tertentu didasarkan pada kriteria kuantitatif
dan kualitatif. Kriteria penilaian kolektibilitas secara kuantitatif didasarkan
pada keadaan pembayaran kredit oleh nasabah yang tercermin dalam
catatan pembukuan bank. Sedangkan kriteria penilaian kolektibilitas
17
secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan kondisi
keuangan usaha debitur (Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 462).
Ismail (2011: 123) menjelaskan bahwa, kredit bermasalah
merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat
melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan
perjanjian yang telah di tandatangani oleh bank dan nasabah, selain itu
menurut Rivai, dkk (2007: 731), rasio ini menunjukkan kemungkinan
terjadinya risiko tidak tertagihnya piutang terhadap sejumlah pinjaman
yang telah diberikan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
3/30/DPNP Tahun 2001 tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan,
rasio Non Performing Loan (NPL) dihitung secara gross (tidak dikurangi
PPAP). Rasio NPL dapat dihitung menggunakan rumus:
𝑁𝑃𝐿 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡× 100%
4. Efisiensi Operasional
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Usaha utama bank adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban bunga dan hasil
bunga merupakan porsi terbesar bagi bank.
Darmawi (2011: 27) menjelaskan bahwa, kemampuan sistem
perbankan untuk melaksanakan fungsinya dengan efisien, tergantung pada
manajemen bank yang sehat dan efisien pula, oleh karena itu bank harus
18
memanajemeni dengan cermat, aman, sehat dan menguntungkan. Selain
itu, menurut Rivai, dkk (2007: 722), semakin kecil biaya (beban)
operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat
menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya.
Rasio ini dirumuskan dengan:
𝐵𝑂𝑃𝑂 =𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛)𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙× 100%
5. Likuiditas
Konsep likuiditas didasarkan atas kegiatan bank komersil dan
pengelolaan dananya. Tujuan utama suatu bank komersil adalah
mendapatkan keuntungan yang maksimal, dalam hal ini mengharapkan
keuntungan yang maksimal dengan terlalu rendahnya tingkat likuiditas
atau terlalu tingginya tingkat likuiditas berlawanan satu sama lain. Dengan
kata lain, dapat disimpulkan bahwa bila diinginkan profitability yang
tinggi, tingkat liquidity akan berkurang (Rivai, dkk, 2007: 388-389).
Bank mempunyai beberapa alternatif untuk mencapai likuiditas,
yaitu menyediakan uang kas yang cukup, mengonventir aset ke dalam
uang kas, dan meminjam dari bank lain. Alternatif tersebut menyangkut
pertentangan di antara liquidity dan profitability. Sebagai contoh, apabila
semua aset bank merupakan uang kas, tentulah bank tersebut sangat liquid,
tetapi tidak profitable. Sebaliknya apabila semua aset bank berupa kredit
kepada nasabah, dapat dipastikan keuntungan yang diharapkan akan besar,
tetapi bank tersebut tidak liquid (Rivai, dkk, 2007: 390).
19
Darmawi (2011: 16) menjelaskan bahwa, bank harus berusaha agar
posisinya tetap dalam keadaan likuid setiap untuk memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. tetapi terlalu likuid, akan
menyebabkan berkurangnya keuntungan, bahkan bisa menimbulkan
kerugian. Sebaliknya, jika bank terlalu mengutamakan keuntungan, bisa
menyebabkan kehilangan kepercayaan masyarakat, akibatnya bisa pula
menimbulkan kerugian yang besar.
LoaniitoiiiDeposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur
perbandinganiijumlah kredit yang diberikaniiibank dengan dana yang
diterimaiioleh bank, yang menggambarkaniikemampuan bankiiidalam
membayariikembali penarikaniidana oleh deposan denganiimengandalkan
kreditiiyang diberikan sebagaiiisumber likuiditasnya.iiiOleh karena itu,
semakin tinggiiirasionya memberikaniiindikasi rendahnyaiikemampuan
likuiditas bank tersebut, hal iniiiisebagai akibat jumlahiidana yang
diperlukan untukiimembiayai kreditiimenjadi semakin besar. Rasio LDR
dapat dihitung dengan rumusiisebagai berikut (Rivai, dkk, 2007: 724):
𝐿𝐷𝑅 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎× 100%
C. Hubungan Kecukupan Modal, Kredit Bermasalah, Efisiensi Operasional
dan Likuiditas dengan Profitabilitas
1. Hubungan Kecukupan Modal dengan Profitabilitas
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko dengan kecukupan modal yang
20
dimilikinya (Dendawijaya, 2003). Dengan kata lain, semakin kecil risiko
suatu bank maka semakin meningkat keuntungan yang diperoleh
(Kuncoro, 2002). CAR yang semakin rendah menyebabkan turunnya
kepercayaan masyarakat. Hal ini disebabkan karena salah satu fungsi
modal adalah untuk menjaga kepercayaan masyarakat (Sinungan, 2005).
Modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat,
khususnya masyarakat peminjam. Kepercayaan masyarakat dapat terlihat
dari besarnya dana pihak ketiga yang harus melebihi jumlah setoran modal
dari pemegang saham. Kepercayaan masyarakat amat penting artinya bagi
bank karena dengan demikian bank akan dapat menghimpun dana untuk
keperluan operasional. Ini berarti modal dasar bank akan bisa digunakan
untuk menjaga posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva tetap.
Sebaliknya semakin tinggi CAR yang dicapai oleh suatu bank
menunjukkan kinerja bank semakin baik yang dapat melindungi nasabah
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang
pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan.
Darmawi (2011: 18) menjelaskan, apabila terjadi peningkatan
aktiva berisiko dan pembelian aktiva tetap, maka produktivitas aktiva akan
berkurang. Hal ini mempengaruhi laba bank yang merupakan komponen
modal sendiri. Apabila ketentuan rasio kecukupan modal tidak terpenuhi,
akan mempengaruhi kemampuan ekspansi kredit dan mempengaruhi
tingkat kesehatan bank.
21
Laba sebagai sumber dana bank yang utama dalam meningkatkan
modal inti, sangat tergantung pada kemampuan rentabilitas (earning
power) bank. Rentabilitas sangat tergantung pada kualitas aktiva produktif
yang dimiliki bank. Kualitas aktiva produktif yang tidak sehat, selain
rendahnya kemampuan untuk memperoleh laba, juga memerlukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang cukup besar. PPAP
ini diambil dari laba, jadi bersifat mengurangi laba (Darmawi, 2011: 99).
Tingginya rasio modal dapat melindungi deposan, dan
memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan ROA. Pembentukan dan
peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus
memperhatikan kepentingan pihak-pihak ketiga sebagai pemasok modal
bank. Dengan demikian bank harus menyediakan modal minimum yang
cukup untuk menjamin kepentingan pihak ketiga.
Semakin tinggi CAR maka semakin tinggi ROA karena
keuntungan bank akan semakin tinggi sehingga manajemen bank perlu
untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia karena dengan modal yang cukup maka bank
dapat melakukan ekspansi usaha dengan aman (Kuncoro, 2002). Dengan
demikian CAR berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini sesuai dengan
penelitian Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa CAR yang
semakin meningkat berpengaruh pada ROA yang semakin meningkat pula.
22
2. Hubungan Kredit Bermasalah dengan Profitabilitas
NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi
terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin
buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian
dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan
laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2012).
Kredit bermasalah merupakan kondisi yang sangat ditakuti oleh
setiap pegawai bank, karena dengan adanya kredit bermasalah tersebut
akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, yang selanjutnya
memungkinkan terjadinya penurunan laba. (Kuncoro dan Suhardjono,
2002: 471). Selain itu menurut Rivai, dkk (2007: 731), semakin kecil rasio
NPL, maka semakin kecil pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya
piutang terhadap sejumlah pinjaman yang telah diberikan yang berarti
semakin menguntungkan bank.
3. Hubungan Efisiensi Operasional dengan Profitabilitas
Berger dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002: 569) menjelaskan
bahwa, dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama
efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal.
Selain itu, menurut Rivai, dkk (2007: 722), semakin kecil biaya (beban)
operasionalnya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat
menutup biaya (beban) operasional dengan pendapatan operasionalnya.
23
Menurut Subagyo (2005 : 50), profitabilitas akan tercapai jika
pada bank tersebut terjadi dimana, posisi profitabilitas tinggi dan posisi
BOPO rendah. Ini terjadi karena bank sudah meminimalkan biaya
operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional. Penelitian
yang dilakukan oleh Aini (2013) menyatakan bahwa semakin kecil
rasio BOPO menunjukkan semakin efisien suatu bank dalam
menjalankan aktivitas usahanya, sehingga dalam pengelolaan usaha
bank akan meningkatkan laba, sebaliknya semakin besar rasio BOPO
maka menunjukkan semakin tidak efisien dalam menjalankan usaha
pokoknya dan berdampak menurunkan laba.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa BOPO dapat mempengaruhi profitabilitas dan BOPO memiliki
hubungan yang negatif terhadap profitabilitas. Artinya jika BOPO naik
maka profitabilitas akan turun dan sebaliknya jika BOPO turun maka
profitabilitas akan naik.
4. Hubungan Likuiditas dengan Profitabilitas
LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana
yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang
dikumpulkan oleh bank (terutama masyarakat). Apabila hasil pengukuran
jauh berada di atas target dan limitnya, berarti tidak tertutup kemungkinan
bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan
menimbulkan tekanan pada pendapatan bank (Kuncoro dan Suhardjono,
2002).
24
Suatu bank dianggap likuid jika mempunyai sejumlah likuiditas
sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya, mempunyai likuiditas
kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang
dapat segera dialihkan menjadi kas, dan mempunyai kemampuan
mendapatkan likuiditas dengan cara menciptakan utang. Loan to Deposit
Ratio (LDR), merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan. LDR diukur dengan membandingkan total loans
dengan total deposit dan equity (Kasmir, 2012).
Rivai, dkk, (2007: 390) menjelaskan, apabila semua aset bank
merupakan uang kas, tentulah bank tersebut sangat likuid, tetapi tidak
profitable. Sebaliknya apabila semua aset bank berupa kredit kepada
nasabah, dapat dipastikan keuntungan yang diharapkan akan besar, tetapi
bank tersebut tidak likuid. Dalam hal ini bank tidak mempunyai uang kas
dan hanya mempunyai kemungkinan yang sangat terbatas untuk menjual
sejumlah kredit jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang
ingin menarik dananya dari bank.
Menurut Bank Indonesia, LDR merupakan rasio perbandingan
antara jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana pihak ketiga.
Semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam
menyalurkan kredit. LDR yang rendah menunjukkan bank belum
sepenuhnya mampu mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat untuk
melakukan ekspansi kredit. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk
25
rasio LDR suatu bank adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio LDR
suatu bank berada pada angka dibawah 80% (misalkan 70%), maka dapat
disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 70%
dari seluruh dana yang berhasil dihimpun sehingga bank kehilangan
kesempatan untuk memperoleh laba.
LDR yang berada di bawah target dan limitnya yaitu antara 80%-
110%, maka akan dikatakan bahwa bank memelihara alat likuid yang
berlebihan dan ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank
berupa tingginya biaya pemeliharaan kas yang menganggur (Kuncoro,
2002). Sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan
fungsinya sebagai intermediasi dengan baik. Semakin tinggi LDR maka
laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi
bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif
sehingga diharapkan jumlah kredit macetnya rendah) yang akan
berdampak pada peningkatan ROA. Teori ini sesuai dengan penelitian
Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa peningkatan LDR
berpengaruh positif terhadap ROA.
D. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir merupakan gambaran mengenai hubungan antar
variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut
kerangka logis (Muhammad, 2009: 75). Berdasarkan tinjauan hasil penelitian
terdahulu yang mengemukakan beberapa hasil penelitian dan berdasarkan
tinjauan teori yang telah diuraikan, mengenai tujuan bank serta keterkaitan
26
antara kecukupan modal, kredit bermasalah, efisiensi operasional dan likuiditas
terhadap profitabilitas, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir penelitian sebagaimana Gambar 2.1, tujuan
yang ingin dicapai oleh bank adalah maksimalisasi keuntungan. Profitabilitas
merupakan cerminan dari keuntungan atau laba yang diperoleh bank.
Profitabilitas bank diperoleh dari kegiatan operasi bank, seperti penyaluran
kredit, menghimpun dana masyarakat, ataupun dalam memberikan jasa-jasa
bank lainnya. Kecukupan modal, kredit bermasalah, efisiensi operasional dan
likuiditas merupakan kinerja dari kegiatan operasi bank yang memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas bank. Kinerja tersebut perlu di perhatikan,
karena menjadi faktor penentu tingkat profitabilitas bank.
E. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi profitabilitas bank, tinjauan teori yang menjelaskan
keterkaitan kecukupan modal, kredit bermasalah, efisiensi operasional dan
Operasi Bank
Kecukupan
Modal (X1)
Kredit
Bermasalah (X3)
Efisiensi
Operasional (X3)
Likuiditas
(X4)
Profitabilitas (Y)
27
likuiditas dengan profitabilitas bank, serta kerangka pikir penelitian yang telah
diuraikan, maka ditarik hipotesis sebagai berikut:
Ho : Di antara variabel kecukupan modal (X1), kredit bermasalah (X2),
efisiensi operasional (X3) dan likuiditas (X4) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas (Y) Bank Umum Milik Negara
(Persero) selama tahun 2010-2016.
Hi : Di antara variabel kecukupan modal (X1), kredit bermasalah (X2),
efisiensi operasional (X3) dan likuiditas (X4) tidak berpengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas (Y) Bank Umum Milik Negara
(Persero) selama tahun 2010-2016.
top related