bab ii tinjauan pustaka a. kontrasepsi a. pengertian ...repository.ump.ac.id/4842/2/agustina...
Post on 13-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
a. Pengertian Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra
berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi,
maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal
namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008).
Menurut Wikjosastro (2002) mengungkapkan bahwa kontrasepsi
berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dengan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan
kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi,
melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel telur dengan sel
sperma. Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa pelayanan kontrasepsi
diupayakan untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Dalem (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa bias gender
penggunaan kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) dapat dipengaruhi
12
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor budaya
patriarki, faktor tradisi masyarakat, faktor kekhawatiranistri jika suami
menggunakan kontrasepsi, faktor ideologi gender dan faktor sikap egoistik
suami yang sulit diubah.
b. Cara Kontrasepsi
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi
sederhana dan cara kontrasepsi modern.
1. Kontrasepsi sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan
kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat
dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu
badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana
dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap
serviks, dan spermisid.
2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal,
yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi
mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan
vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto, 2004).
c. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
Berdasarkan lama Efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
(BKKBN, 2011):
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implan, MOW, IUD dan MOP
2. Non MKJP (Non metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik dan metode-metode lain
selain dari metode MKJP.
1) Kontrasepsi Suntik
Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik
menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan daya
tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk
implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama
kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan
ovulasi.
Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi
suntik, yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum
memiliki anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas
tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah
melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran,
telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok,
tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk
epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin),
tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering
lupa mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mendekati menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Prawirohardjo, 2003).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara
lain : hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan
menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(Prawirohardjo, 2003).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu :
a) Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan
Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan
LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap
gonadotropin –releasing hormone eksogenus tidak berubah,
sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada
di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak
menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal
dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering
stroma menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama,
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
endometrium dapat sedemikian sedikitnya, sehingga tidak
didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan
kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan
DMPA yang terakhir.
b) Sekunder
- Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa
- Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuahi
- Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam
tuba fallopii (Hartanto, 2004).
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat
kontrasepsi suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki
pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit
jinak payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
panggul dan menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Prawirohardjo, 2003).
Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah :
terjadinya perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung pada
tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan sewaktu-
waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan
merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan
terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau
infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia, melainkan
belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan
jangka panjang, pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan jangka
panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat
(Prawirohardjo, 2003).
2) Kontrasepsi Kondom
Menurut Hartono (2004) menyatakan bahwa macam-macam
kondom yaitu : 1) kondom kulit, cirinya : terbuat dari membran usus
biri-biri, tidak meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh
sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama.
Harga lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit beredar
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dipasaran, kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastis,
dan 3) kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh,
lebih mahal dari kondom lateks. Kegagalan alat kontrasepsi kondom
biasanya disebabkan oleh kondom yang bocor atau robek karena
pemakaian yang kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk
pemakaian. Angka kegagalan adalah berkisar antara 15% - 36%.
Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan alat
kontrasepsi kondom adalah melindungi pengguna dari penularan
penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya yang
ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom dapat dibeli
bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya
(Prawirohardjo, 2003).
Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom
adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya
infeksi ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap
karet (Prawirohardjo, 2003).
3) Kontrasepsi Pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar
adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat
kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan
sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan
yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah :
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai
aturannya.
b) Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat.
c) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
d) Siklus haid teratur.
e) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.
f) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai
untuk memancing kesuburan.
g) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
h) Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis,
perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan
wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 2000).
Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh pengguna
adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarahan
tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala,
timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini
berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping
berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat terjadi trombo
embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan aktivitas faktor-
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung.
Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik uteri.
4) Implan
Menurut Saefudin (2000) penggunaan alat kontrasepsi implan
memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada pemakaian 100
pengguna. Keuntungan yang di dapat dari penggunaan implan adalah
dapat dipasang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis
ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan biaya murah,
sedangkan efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna
adalah terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan
pertama dari pemakaian, pengguna akan mengalami masa haid yang
lebih panjang, lebih sering atau amenorea (Prawirohardjo, 2003).
5) Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk
terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies,
spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed
device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone, dll).
Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut
maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus
ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus
(Prawirohardjo, 2003).
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam
jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama
dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun
berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat
kontrasepsi IUD adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan
suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat
kembali setelah IUD dicabut/dibuka, cocok untuk mencegah
kehamilan atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak
mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor
lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.
Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh
pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila
pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram
perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).
6) Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)
Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan
dapat segera efektif post operatif (Hartanto, 2004), dengan
keuntungan yang bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan
menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Manuaba, 1998).
Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :
a) Peradangan dalam rongga panggul
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)
c) Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit
paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada dalam posisi
genupektorial.
d) Obesitas berlebihan
e) Bekas laparotomi
Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna
vasektomi adalah terjadinya resiko internal sedikit lebih tinggi,
kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan sedikit sekali
kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2004)
7) Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi
a) Pengertian
Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi dengan masa efektif 6-10 minggu setelah operasi,
sedangkan keuntungan yang bisa didapat oleh pengguna adalah:
teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja
dan dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan,
hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%, biaya murah
dan terjangkau oleh masyarakat, dan bila pasangan suami, istri
karena suatu sebab ingin mendapatkan keturunan lagi kedua
ujung vas deferens dapat disambung kembali (operasi
rekanalisasi) (Prawirohardjo, 2003).
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Menurut Manuaba (1998) menjelaskan bahwa Operasi pria
yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan,
murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi,
artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat
dihindari.
Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan
untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi (Syaefudin, 2003).
Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan,
pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami
sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel
mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan
tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih
ringan dari pada sunat atau khinatan pada pria, dan pada
umumnya dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat
dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong
buah zakar (Ekarini, 2008).
b) Peserta
Menurut Ekarini (2008) menjelaskan bahwa yang
menjadi peserta vasektomi adalah sebagai berikut:
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(a) Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau
melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat
konseling tentang vasektomi.
(b) Mendapat persetujuan dari isteri :
(1) Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani
(2) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun
(3) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya
(4) Menandatangani formulir persetujuan (informed
consent).
c) Cara Kerja/Teknik Vasektomi (MOP)
Menurut Saifuddin (2003) mayatakan bahwa ada dua
cara kerja/teknik sterilisasi vasektomi yaitu :
1) Teknik vasektomi standar
Teknik ini ada 10 langkah, diantaranya yaitu :
a) Celana dibuka dan baringkan pasien dengan posisi
terlentang.
b) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis dan bagian
dalam bingkai dalam pangkal paha kiri kanan
dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti
larutan betadin 0,75% atau larutan klorheksidin
(hibiscrub) 4% atau asam pikrat 2%. Bila ada bulu perlu
dicukur terlebih dahulu, sebaiknya dilakukan oleh pasien
sendiri sebelum berangkat ke klinik.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan
keluar.
d) Tepat di linea mediana diatas vas deferens, kulit skrotum
diberi anastesi (Prokain atau Lidokain atau Novokain
atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum diteruskan masuk
dan di daerah distal serta proksimal vas deferens di
deponir lagi masing-masing 0,5 ml.
e) Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat
diatas vas deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan
kulit.
f) Setelah kulit dibuka, vasdeferens dipegang dengan klem,
disiangi sampai tampak vas deferens mengkilat seperti
mutiara, perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya
ditambah lagi obat anastesi kedalam fasia vas deferens
dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang
0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata (dapat dicapai jika
pisau cukup tajam) hingga memudahkan penjahitan
kembali. Setelah fasia vas deferens dibuka terlihat vas
deferens yang berwarna putih mengkilat seperti mutiara.
Selanjutnya vas deferens dan fasianya dibebaskan
dengan gunting halus berujung runcing.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
g) Jepitkan vas deferens dengan klem pada dua tempat
dengan jarak 1 - 2 cm dan ikat dengan benang kedua
ujungnya. Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah
benang yang mengkilat kedua ujung vas deferens
tersebut untuk melihat kalau ada perdarahan yang
tersembunyi. Jepitan hanya pada titik perdarahan, jangan
terlalu banyak karena dapat menjepit pembuluh darah
lain seperti arteri testikularis atau defernsialis yang
berakibat kematian testis itu sendiri.
h) Potonglah diantara dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm.
Gunakan benang sutra no 00,0 atau 1 untuk mengikat vas
deferens tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar
tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong
vas deferens.
i) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan
adalah dengan melakukan interposisi vas deferens, yakni
menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas
deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan
dalam fasia dan vas deferens bagian proksimal (sebelah
testis) terletak diluar fasia. Cara ini akan mencegah
timbulnya kemungkinan rekanalisasi.
j) Lakukanlah tindakan diatas (langkah 6 - 9) untuk vas
deferens kanan dan kiri, dan setelah selesai, tutuplah
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kulit dengan 1 - 2 jahitan plain catgut no.00,0 kemudian
rawat luka operasi sebagaimana mestinya, tutup dengan
kasa steril dan diplester.
2) Teknik Vasektomi Tanpa Pisau
a) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi
terlentang.
b) Rambut di daerah skrotum di cukur sampai bersih.
c) Penis di plester ke dinding perut.
d) Daerah kulit skrotum, penis, supra pubis, dan bagian
dalam pangkal paha kiri kanan dibersihkan dengan
cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadin
0,75%, atau larutan klorheksidin (hibiscrub) 4%.
e) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan
keluar.
f) Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit
skrotum diberi anastesi lokal (Prokain atau Lidokain
atau Novokain atau Xilokain 1-2%) 0,5 ml, lalu jarum
diteruskan masuk sejajar vas deferens searah distal,
kemudian di deponir lagi masing-masing 3 - 4 ml,
prosedur ini dilakukan sebelah kanan dan kiri.
g) Vas deferens dengan kulit skrotum yang ditegangkan di
fiksasi di dalam lingkaran klem fiksasi pada garis
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tengah skrotum. Kemudian klem direbahkan kebawah
sehingga vas deferens mengarah ke bawah kulit.
h) Kemudian tusuk bagian yang paling menonjol dari vas
deferens, tepat di sebelah distal lingkaran klem dengan
sebelah ujung klem diseksi dengan membentuk sudut ±
45 derajat. Sewaktu menusuk vas deferens sebaiknya
sampai kena vasdeferens, kemudian klem diseksi
ditarik, tutupkan ujung-ujung klem dan dalam keadaan
tertutup ujung klem dimasukkan kembali dalam lobang
tusukan, searah jalannya vas deferens.
i) Renggangkan ujung-ujung klem pelan-pelan. Semua
lapisan jaringan dari kulit sampai dinding vas deferens
akan dapat dipisahkan dalam satu gerakan. Setelah itu
dinding vas deferens yang telah telanjang dapat terlihat.
j) Dengan ujung klem diseksi menghadap ke bawah,
tusukkan salah satu ujung klem ke dinding vas deferens
dan ujunng klem diputar menurut arah jarum jam,
sehingga ujung klem menghadap keatas. Ujung klem
pelan-pelan dirapatkan dan pegang dinding anterior vas
deferens. Lepaskan klem fiksasi dari kulit dan
pindahkan untuk memegang vasdefrens yang telah
terbuka. Pegang dan fiksasi vas deferens yang sudah
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
telanjang dengan klem fiksasi lalu lepaskan klem
diseksi.
k) Pada tempat vas deferens yang melengkung, jaringan
sekitarnya dipisahkan pelan-pelan kebawah dengan
klem diseksi. Kalau lubang telah cukup luas, lalu klem
diseksi dimasukkan ke lubang tersebut. Kemudian buka
ujung-ujung klem pelan-pelan paralel dengan arah vas
deferens yang diangkat. Diperlukan kira-kira 2 cm vas
deferens yang bebas. Vas deferens di crush secara lunak
dengan klem diseksi, sebelum dilakukan ligasi dengan
benang sutra 3 - 0.
l) Diantara dua ligasi kira-kira 1-1,5 cm vas deferens
dipotong dan diangkat. Benang pada putung distal
sementara tidak di potong. Kontrol perdarahan dan
kembalikan putung-putung vas deferens dalam skrotum.
m) Tarik pelan-pelan benang pada putung yang distal.
Pegang secara halus fasia vas deferens dengan klem
diseksi dan tutup lubang fasia dengan mengikat
sedemikian rupa sehingga putung bagian epididimis
tertutup dan putung distal ada di luar fasia. Apabila
tidak ada perdarahan pada keadaan vas deferens tidak
tegang, maka benang yang terakhir dapat dipotong dan
vas deferens dikembalikan dalam skrotum.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
n) Lakukan tindakan diatas (langkah 7-13) untuk vas
deferens sebelah yang lain, melalui luka di garis tengah
yang sama, kalau tidak ada perdarahan, luka kulit tidak
perlu di jahit hanya di proksimalkan dengan band aid
atau tensoplas.
d) Indikasi indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan
fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau
gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta
melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2003).
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah
bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi
dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya (Prawirohardjo, 1999).
Adapun indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara
lain :
1) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
2) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi
untuk hamil atau untuk suami yang istrinya tidak dapat
dilakukan minilaparotomi atau laparoskopi.
3) Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk
hamil
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain
(Saifuddin, 1996).
e) Kontra Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)
Menurut Hartanto (2004) ada beberapa kontra indikasi
dari kontrasepsi mantap pria/vasektomi yaitu :
(1) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
(2) Infeksi traktus genitalia.
(3) Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele,
hydrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, luka parut
bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.
(4) Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan,
diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner yang baru.
(5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak
stabil.
f) Kelebihan
(a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan
(b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah
(c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan
saja
(d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit
(e) Tidak mengganggu hubungan seksual
(f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan kontrasepsi lain (Ekarini, 2008).
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
g) Keterbatasan
(a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan,
nyeri, dan infeksi).
(b) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama
12-15 kali sanggama agar sel mani menjadi negatif
(c) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam
hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin
terganggu (Ekarni, 2008).
h) Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Akseptor Kontap Pria
Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada pria
setelah operasi antara lain:
1) Reaksi Alergi Anastesi
Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi hipersensitif/alergi
karena masuknya larutan anastesi lokal ke dalam sirkulasi
darah atau pemberian anastesi lokal yang melebihi dosis.
Penanggulangan dan pengobatannya adalah dengan
Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk menjelaskan
sebab terjadinya. Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan
anastesi dan pada setiap tindakan operasi baik operasi besar
atau kecil. Oleh karena itu perlu diterangkan sebelum
dilakukanoperasi dan klien harus mengerti semua resiko
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
operasi tersebut. Setelah itu klien diwajibkan untuk
menandatangani informed consent.
2) Perdarahan
Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat
operasi, dan perdarahan dalam skrotum. Penyebab terjadinya
perdarahan tersebut karena terpotongnya pembuluh darah di
daerah saluran mani dan atau daerah insisi.
Penanggulangannya perdarahan dihentikan dengan
penekanan pada pembuluh darah yang luka apabila terjadi
pada saat operasi.
3) Hematoma
Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada
luka insisi kulit skrotum. Hal ini disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah kapiler. Penanggulangannya
dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan
kompres hangat, beri penyangga skrotum. Bila perlu dapat
diberikan salep anti hematoma.
4) Infeksi
Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-
tanda infeksi seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan
bernanah pada luka insisi pada kulit skrotum. Penyebab
infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar sterilisasi
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
peralatan, standar pencegahan infeksi dan kurang
sempurnanya teknik perawatan pasca operasi.
5) Granuloma Sperma
Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal yang
kadang disertai rasa nyeri di dalam skrotum. Penyebabnya
adalah keluarnya spermatozoa dari saluran dan masuk ke
dalam jaringan sebagai akibat tidak sempurnanya ikatan vas
deferens. Apabila granuloma sperma kecil akan di absorpsi
spontan secara sempurna. Bila granuloma besar rujuk ke RS
untuk dilakukan eksisi sperma granuloma dan mengikat
kembali vas deferens, namun biasanya akan sembuh sendiri.
Rasa nyeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik.
6) Gangguan Psikis
Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya
kemampuan ereksi (impotensi) merupakan keluhan yang
sering dialami oleh pria setelah operasi. Kemungkinan besar
disebabkan oleh gangguan psikologis (baik yangmeningkat
libidonya ataupun yang impotensi), karena secara biologis
pada vasektomi produksi testoteron tidak terganggu
sehingga libido (nafsu seksual) tetap ada. Penanggulangan
dari efek samping ini tidak perlu dilakukan tindakan medis,
namun perlu dilakukan psikoterapi. Pada penelitian di
Jakarta terhadap 400 pria yang telah dilakukan vasektomi,
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dilaporkan 50% gairah seksualnya bertambah, 40% tidak
merasakan perubahan, 7% tidak memperhatikan dan hanya
3% yang menurun gairah seksualnya (DEPKES RI, 2000).
i) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila
a) Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi
b) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah
c) Jika keadaan suami-isteri tidak stabil
d) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia,
kelainan akibat cacing tertentu pada buah zakar dan kencing
manis yang tidak terkontrol (Ekarini, 2008).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi
Menurut Duze dan Mohammed (2006) dalam penelitianya
menyatakan bahwa yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi
adalah tingkat kesejahteraan. Makin tinggi tingkat paritas juga
memperbesar kemungkinan menggunakan kontrasepsi. Selain itu, faktor
pendidikan juga menjadi salah satu variabel yang penting. Melalui
pendidikan terdapat kemampuan untuk membuat keputusan rasional dan
memahami kemungkinan untuk mengontrol fertilitas melalui penggunaan
teknik keluarga berencana. Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui
media massa lain, namun demikian media tidak selalu memiliki dampak
signifikan terhadap keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal
ini dapat disebabkan oleh informasi yang disampaikan melalui media tidak
cukup detil dalam memberikan penjelasan mengenai kontrasepsi, baik
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mengenai kegunaan, manfaat termasuk dampak yang ditimbulkan serta
cara memperolehnya. Bertolak belakang dengan tingkat pengetahuan
tentang kontrasepsi, persepsi negatif mengenai perilaku pembatasan
jumlah anggota keluarga karena alasan ekonomi merupakan alasan lain
rendahnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran
tetapi tidak untuk membatasi jumlah keluarga. Widyastuti dan Mahmudah
(2010) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah pengetahuan, paritas,
usia, pengambilan keputusan, alasan pemilihan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan.
Sedangkan menurut Hartanto (2004) mengungkapkan bahwa
pemilihan alat kontrasepsi KB suntik dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya, yaitu : Umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
dukungan suami dan pengetahuan
1. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator
dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu
pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau
memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang
dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam
hal ini keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan. Demikian sebaliknya dengan usia kurang dari 16 tahun
maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan.
Menurut Kusumaningrum (2009) menambahkan dalam penelitianya
menyatakan bahwa fakor umur dari pasangan usia subur (PUS) dapat
mempengaruhi pemilihan kontrasepsi KB.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi
persalinan yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan
itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap terhadap pemilihan
alat kontrasepsi yang cocok dan aman. Tingkat pendidikan turut
menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), demikian halnya dengan pemilihan
alat kontrasepsi KB suntik. Menurut Kusumaningrum (2009)
menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa fakor pendidikan
dari pasangan usia subur (PUS) dapat mempengaruhi pemilihan
kontrasepsi KB.
3. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri
maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai
timbulnya suatu masalah pada pemilihan alat kontrasepsi yang cocok
bagi mereka. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sudah membuat
cenderung untuk memilih alat kontrasepsi yang relatif aman, praktis,
cepat dan dapat dilayani di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
terdekat dari rumah. Herlinawati (2012) menambahkan dalam
penelitiannya bahwa ditemukan sebanyak 15 akseptor (46,9%) yang
bekerja memilih tubektomi sebagai alat kontrasepsi, sedangkan ibu
yang tidak bekerja sebanyak 35 akseptor (64,8%) memilih tubektomi
sebagai alat kontrasepsi.
4. Pendapatan (Ekonomi)
Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan
keluarga dalam mempersiapakan semua kebutuhan keluarga.
Pendapatan berpengaruh pada daya beli seseorang untuk membeli
sesuatu. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang paling
menentukan kuantitas maupun kualitas kehidupan seseorang. Tingkatan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan
penghasilan yang ada. Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik juga
menjadi pertimbangan bagi ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga,
karena bagi seorang ibu yang bekerja di luar rumah juga memiliki
kebutuhan yang lebih dari ibu rumah tangga biasa. Widyastuti (2012)
menambahkana dalam penelitianya menyatakan bahwa paling dominan
responden dengan penghasilan antara Rp. 750.000-Rp 1.400.000, yaitu
36 responden ( 63.1%). Pendapatan seorang pasangan usia subur juga
mempunyai pengaruh terhadap pemilihan KB suntik DMPA.
5. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara moral
maupun material, dimana dukungan suami sangat mempengaruhi ibu
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok, adapun dukungan suami
perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat membantu ibu
menentukan penggunaan alat kontrasepsi yang cocok untuk mereka dan
memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam mengambil keputusan
tersebut. Informasi, dimana suami yang mendukung akan memberikan
informasi tentang mempemilihan alat kontrasepsi, baik informasi yang
didapat dari TV maupun majalah dan koran. Herlinawati (2012)
menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi tubektomi
pada wanita PUS, dimana akseptor yang mendapat dukungan keluarga
lebih memilih tubektomi sebesar 56 responden (65,1%), dibanding
dengan yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sebesar 30
responden (34,9%).
6. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mencakup ingatan yang
dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta,
kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2007).
Fienalia (2012) menambahkan dalam penelitianya menyatakan bahwa
tingkat pengetahuan sesorang memiliki hubungan yang signifikan
dengan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
Menurut Ekarini (2008) dalam penelitianya menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, sosial budaya, akses
pelayanan KB dan kualitas pelayanan KB terhadap KB dengan Partisipasi
pria dalam Keluarga Berencana.
Budhisantoso (2009) menambahkan dalam penelitianya menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan, persepsi, sosial budaya, sikap
pria, sikap istri dan sikap teman dengan partisipasi pria keluarga
berencana.
B. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa
maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Alwi (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over
behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
tertentu.
Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa Pengetahuan
merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu
yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan
berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain dapat
ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan,
dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan
wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek
penelitian
c. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Menurut Ekawati (2004)
dalam penelitianya menyatakan pendidikan pria berpengaruh positif
terhadap persepsi pria untuk ber KB.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Media masa / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
c) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
e) Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman
pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
f) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal
mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.
Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi
dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin
bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga
menambah pengetahuan.
d. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Menurut Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas:
a) Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%
b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75%
c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
C. Sikap
a. Pengertian Sikap
Pada awalnya, istilah sikap atau “attitude” digunakan untuk
menunjuk status mental individu. Sikap individu selalu diarahkan kepada
suatu hal atau objek tertentu dan sifatnya masih tertutup. Oleh karena itu,
manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap juga bersifat sosial, dalam arti
bahwa sikap kita hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap
menuntun perilaku kita sehingga kita akan bertindak sesuai dengan sikap
yang diekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku
nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud dengan sikap
(Sunaryo, 2004).
Menurut Allport, dalam Widayanta (2002), mengartikan sikap
sebagai suatu keadaan siap yang dipelajari untuk merespon secara konsisten
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
terhadap objek tertentu yang mengarah pada arah yang mendukung
(favorable) dan tidak mendukung (unfavorable).
Sikap di definisikan sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Di sini dapat di
simpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat di tafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah
laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
(Notoatmodjo, 2003).
Sikap pria terhadap KB ikut berperan dalam menentukan apakah
seorang pria bersedia menjadi peserta. Pada umumnya sikap yang positif
terhadap program KB akan lebih memudahkan pria untuk menerima
program KB. Penerimaan pria terhadap program KB akan berdampak pada
keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam KB, untuk melakukan MOP
(BKKBN, 2006).
b. Komponen Sikap
Menurut Allport 1954 (dalam Notoatmodjo, 2003) menjelaskan
bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu :
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek. Artinya
bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan).
Sedangkan menurut Sarwono dan Meinarno (2009) menambahkan
bahwa komponen kognisi berisi pemikiran, ide-ide, maupun pendapat yang
berkenaan dengan objek sikap. Pemikiran tersebut meliputi hal-hal yang
diketahui individu mengenai objek sikap, dapat berupa keyakinan atau
tanggapan, kesan, atribusi, dan penilaian terhadap objek sikap. Kedua,
komponen afeksi berhubungan dengan perasaan atau emosi individu yang
berupa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Ketiga, komponen
konasi yang merujuk kepada kecenderungan tindakan atau respon individu
terhadap objek sikap yang berasal dari masa lalu. Respon yang dimaksud
dapat berupa tindakan yang dapat diamati dan dapat berupa niat atau intensi
untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Tingkatan Sikap
Ada beberapa sikap menurut Notoatmodjo (2003) berdasarkan
intensitasnya yaitu :
a. Menerima (Receiring)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang di berikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari ke sediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-
ceramah tentang gizi.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valving)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya)
untuk pergi menimbangkan anaknya keposyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai
sikap positif terhadap gizi anak.
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya : seorang ibu
mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua
atau orang tuanya sendiri (Notoatmodjo, 2003).
D. Pendidikan
Pendidikan Adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan digolongkan
sebagai berikut : Tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA dan Perguruan Tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan akan semakin tinggi
pengetahuannya. Informasi, seseorang dengan sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Budaya, tingkah laku
manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi
sikap dan kepercayaan. Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang
akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat normal.
(Notoatmodjo, 2007 )
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola
pengambilan keputusan dan penerimaan informasi dari pada seseorang yang
berpendidikan rendah. Pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan dan
persepsi seseorang tentang pentingnya suatu hal, termasuk dalam perannya
dalam program KB. Pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan rendah,
keikutsertaannya dalam program KB hanya ditujukan untuk mengatur
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kelahiran. Sementara itu pada akseptor KB dengan tingkat pendidikan tinggi,
keikutsertaannya dalam program KB selain untuk mengatur kelahiran juga
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena dengan cukup dua anak
dalam satu keluarga dan laki-laki atau perempuan sama saja maka keluarga
kecil bahagia dan sejahtera dapat tercapai dengan mudah. Hal ini dikarenakan
seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan yang
lebih luas tentang suatu hal dan lebih mudah untuk menerima ide atau cara
kehidupan baru. Dengan demikian, tingkat pendidikan juga memiliki hubungan
dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang akan digunakan (Bappenas, 2009).
E. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Mahmudah dan Widyastuti (2010) dan Ekarini (2008)
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah:
a. Pengetahuan b. Sikap c. Usia d. Pengambilan keputusan e. Alasan pemilihan f. Tingkat pendidikan g. Pekerjaan h. Pendapatan.
Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi MOP
- Kontra Indikasi - Indikasi - Efek samping
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
F. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Partisipasi
Suami Dalam Program KB MOP di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen
G. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ada pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap partisipasi suami
dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.
b. Ada pengaruh yang signifikan pengetahuan terhadap partisipasi suami
dalam program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.
c. Ada pengaruh yang signifikan sikap terhadap partisipasi suami dalam
program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen.
- Pengetahuan - Sikap - Tingkat Pendidikan
Partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi MOP
Pengaruh Tingkat Pendidikan..., AGUSTINA SETYANINGSIH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
top related