bab ii tinjauan pustaka a. deskripsi teoritis 1. teori ...repository.unj.ac.id/2049/7/bab 2.pdf7 bab...
Post on 10-Aug-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan
sesuatu. Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang
didalamnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya.6 Berdasarkan pendapat tersebut, teori
belajar adalah suatu teori yang di berisi ide, konsep, prosedur dan prinsip belajar
yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses
mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara
aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasi dan menghubungkan
bahan yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki individu itu sendiri.
Belajar dalam hal ini lebih dititikberatkan pada pemikiran yang memukinkan
siswa mampu memberdayakan fungsi-fungsi fisik dan psikologi dirinya secara
menyeluruh sehingga konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori
6 Hamzah B, Belajar dengan Pendekatan : Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Menarik (PAILKEM), (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.26.
8
belajar seperti teori perubahan konsep, teori belajar bermakna dan teori skema
menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu7
Terdapat beberapa hal prinsip yang berkaitan dengan pemahaman tentang
belajar dalam pandangan konstruktivisme, yaitu:
(a) Belajar berarti bentuk makna. Makna dalam hal ini merupakan hasil bentukan siswa
sendiri yang bersumber dari apa yang mereka lihat, rasakan, dan alami. Konstruksi dalam
artian ini terkait dengan pengertian yang telah ia miliki. (b) Konstruksi berarti merupakan
suatu proses yang berlangsung secara dinamis. Setiap kali seseorang berhadapan dengan
fenomena atau pengalaman-pengalaman baru, siswa melakukan rekontruksi. (c) secara
substansial, belajar bukanlah aktivitas menghimpun fakta atau informasi, akan tetapi lebih
kepada upaya pengembangan pemikiran-pemikiran baru. Belajar bukan merupakan hasil
perkembangan akan tetapi merupakan perkembangan itu sendiri (Fornot,1996) suatu
pengembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran-pemikiran
seseorang. (d) proses belajar yang sebenernya terjadi ketika skema pemikiran seseorang
dalam keraguan yang menstimulir pemikiran-pemikiran lebih lanjut. Dalam waktu-waktu
tertentu situasi mengandung keraguan-raguan memiliki unsur positif untuk mendorong
siswa belajar. (e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa tentang
lingkungannya. (f) hasil belajar siswa tergantung dari apa yang telah ia ketahui, baik
berkenaan dengan pengertian, konsep, formula, dan sebagainya8
Siswa yang aktif akan berperan membangun pengetahuan dan
pemahamannya sendiri, maka setiap siswa harus mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri sendiri. Pemahaman yang mendasar ini akan mendorong siswa
untuk memiliki semangat dan motivasi tinggi. Adanya teori belajar
kontruktivisme berfungsi demikian yaitu untuk mencari makna serta
membandingkan sesuatu yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang telah ia
miliki sebelumnya.
Proses belajar yang menjadikan siswa aktif dan bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya sendiri.9 Prinsip dalam teori belajar kontruktivisme ada
didalam pembelajaran tari di SMPN 01 Parungkuda Kabupaten Sukabumi. Siswa
7 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2011), hlm.18.
8 Ibid., hlm.19.
9 Ibid., hlm.19.
9
terlihat aktif ketika belajar menari. Guru menjadi mediator untuk membangun
pengetahuan siswa dalam belajar menari. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa melakukan percobaan-percobaan dalam upaya mengembangkan
keterampilan siswa. Berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya guru
mencermati peran siswa dalam memahami kekuatan diri sendiri melalui proses
pembelajaran yang bertujuan mendapatkan nilai yang baik. Penilaian guru dapat
mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran
serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.10
Penilaian praktik tari dilihat
dari aspek wiraga,wirasa dan wirama. Kondisi belajar tersebut sangat penting
dalam pandangan konstruksivisme guna mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka inti teori belajar
kontruktivisme, yaitu: (1) menuntut siswa aktif; (2) menggali potensi anak; (3)
mengkonstrak pengetahuan siswa melalui lingkungan; (4) mengembangkan nalar
siswa dengan kegiatan eksplorasi dan elaborasi, kegiatan eksplorasi merupakan
kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi baru dan kegiatan
elaborasi merupakan penggarapan secara tekun dan cermat; dan (5) membangun
pemahamannya sendiri melalu strategi dan metode yang tepat. Teori tersebut
relevan dengan penerapan Metode Tutor Sebaya.
10
Hamzah B, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: pembelajaran, aktif, inovatif, lingkungan,kreatif dan menarik (Jakarta: Bumi Aksara,2011), hlm.209.
10
2. Metode Tutor Sebaya
Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik dalam
upaya untuk mencapai tujuan.11
Pemilihan metode pembelajaran berkaitan
langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran akan optimal.
Hal diatas menjadi dasar untuk dipahami guru agar dapat mengetahui bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan
kegiatan pembelajaran, karena tidak semua guru berhasil menjalankan metode
yang sama dengan kualitas yang sama. Metode merupakan hasil dari kematangan
belajar sang guru terhadap dirinya sendiri sehingga keefektifan penggunaan
metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen
pembelajaran. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yang mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode, antara lain:
(1) Tujuan yang hendak dicapai : kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari
jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang
akan dicapai, maka semakin mudah menentukan metode mencapainya dan sebaliknya. (2)
Materi Pelajaran : sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. (3) Peserta Didik : sebagai subyek belajar yang
memiliki karakterisitik berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi
sosial, lingkungan keluarga, maupun harapan terhadap masa depannya. (4) Situasi :
setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. (5) Fasilitas dapat mempengaruhi karena
ketiadaan fasilitas akan menggangu pemilihan metode yang tepat seperti tidak adanya
laboratorium untuk praktek.12
Penyajian guru dalam proses pembelajaran terdapat beberapa metode
seperti metode tanya jawab, ceramah, demontrasi, diskusi dan salah satunya
Metode Tutor Sebaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tutor adalah
11
Sobry Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran, (Lombok: Holistica,2014), hlm.34. 12
Ibid.,hlm.36.
11
orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah
kecil siswa (di rumah, bukan di sekolah). Sedangkan baya adalah umur, berumur
atau tua, sedangkan sebaya adalah sama umurnya (tuanya), atau hampir sama
(kekayaannya, kepandaiannya, dsb) seimbang atau sejajar.
Metode Tutor Sebaya adalah Sumber belajar selain guru yaitu siswa,
siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya
yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi
ajar. Menggunakan Metode Tutor Sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah
dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga peserta yang
bersangkutan dapat terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan
baik.13
Metode Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sumber
belajar tidak hanya dari guru melainkan dari teman sekelas yang nilai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) nya lebih tinggi. Berdasarkan pengumpulan data
wawancara siswa bahwa di SMPN 01 Parungkuda bantuan belajar oleh teman
sebaya dapat menghilangkan kecanggungan, bahasa teman sebaya lebih mudah
dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa malu untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Sebelum menerapkan
Metode Tutor Sebaya, guru menggunakan metode ceramah dan demontrasi.
Metode ceramah adalah cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan
penuturan secara lisan kepada siswa dan metode demonstrasi adalah cara
13
Eko Wahyu, Implementasi Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Minat dan Kreativitas
Koreografi Siswa Kelas IX Mekanik Otomotif 1 SMKN 1 Ampelgading Pemalang, (Jurnal
Penelitian pendidikan Vol 31 No 1, 2014), hlm.20.
12
penyampaian dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
kepada siswa.14
Pemakaian Metode Tutor Sebaya lebih dominan karena memungkinkan
siswa tidak merasa enggan untuk bertanya, dengan adanya Metode Tutor Sebaya
dapat memberikan keringanan pada guru dalam memberikan contoh soal atau
latihan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran pelaksanaan metode ini dengan
memberi pengarahan dan lain-lain. Dalam memilih Metode Tutor Sebaya
hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan
kemampuan dalam membantu orang lain.
Langkah-langkah yang dapat menjadi referensi penerapan Metode
Tutor Sebaya, yaitu:
a. siswa harus mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas
dibawah bimbingan guru
b. setelah bisa mengenal dan memahami, siswa di latih dalam keterampilan
melakukannya.
c. setelah lulus tes, siswa yang belum benar geraknya akan diperbaiki oleh
teman sebayanya yang lulus tes untuk mengajarkan ke anak yang lain.
Metode ini akan berjalan lancar jika melewati langkah-langkah diatas.15
Metode Tutor Sebaya ini menjadi efisien karena banyak siswa yang lebih
paham diajarkan oleh teman sebayanya, guru hanya menjadi mediator untuk
membangun pengetahuan siswa. Kelemahan dari metode ini seperti terbatasnya
14
Zainal Aqib. Ali Murtadlo, Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Inovatif, (Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera:2016), hlm.38. 15
Ibid., hlm.116.
13
siswa yang dapat dilatih dalam satu periode tertentu16
sehingga sulit
mendapatkan tutor untuk mengajarkan kepada teman sebayanya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka inti Metode Tutor
Sebaya, yaitu: (1) sumber belajar selain guru yaitu teman; (2) membantu siswa
bersosialisasi; dan (3) membentuk pembelajaran yang efisien untuk siswa
dengan kelemahan pada guru yang hanya memberikan pengarahan.
3. Karakteristik siswa SMP (Remaja)
Menurut M. Hosnan dalam bukunya yang berjudul “Psikologi
Perkembangan Peserta Didik” menyatakan bahwa, psikologi perkembangan
(developmental psychology) adalah suatu ilmu yang merupakan dari bagian
psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus,
yaitu psikologi mempelajari kekhususan dari tingkah laku individu.17
Satu
cabang dari psikologi yang ditunjukkan untuk memahami semua perubahan
yang terkait dari pertambahan usia yang dialami oleh manusia sepanjang
rentang kehidupan, yang perubahan di dalam kepribadian, moral, dan proses
berpikir. Pemahaman yang sederhana tentang pengertian psikologi
perkembangan, yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang
gejala jiwa seseorang baik menyangkut perkembangan atau kemunduran
perilaku seseorang sejak masa remaja hingga dewasa. Perkembangan tidak
dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Perkembangan adalah suatu proses
pertumbuhan dan perubahan. Perubahan fungsi jasmaniah dapat menghasilkan
16
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pustaka Setia:2000), hlm.161. 17
Hosnan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2006), hlm.10.
14
kematangan atas fungsi itu. Kematangan fungsi-fungsi jasmaniah sangat
mempengaruhi perubahan pada fungsi-fungsi kejiwaan. Itulah sebabnya
mengapa perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan.
Masa Remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering
dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity).18
Usia anak remaja
khususnya menginjak sekolah menengah pertama (SMP) banyak sekali
perkembangan yang tumbuh dari lingkungan sekitar. Rasa penasaran sering
muncul karena kematangan jasmaniah dan rohaniah saat melihat hal baru. Oleh
karena itu penerapan Metode Tutor Sebaya ini cocok pada umur remaja ini agar
anak membangun pengetahuannya dari lingkungan sekitar dan mampu
memberikan kreasi-kreasi baru sebagai upaya hasil belajar yang diharapkan.
Ciri fisik yang akan menonjol pada anak usia ini, yaitu seperti berikut:
(a) terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. (b) mulai timbulnya
ciri-ciri seks sekunder. (c) kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri
dengan keinginan bersosialisasi, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua. (d) senang membandingkan kaidah-
kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang
dewasa. (e) mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan serta keadilan Tuhan (f) reaksi dan ekspresi emosi masih labil. (g) mulai
mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan
dunia sosial. (h) kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.19
Tidak hanya ciri fisik namun adanya ciri mental yang ditandai dengan
sejumlah karakteristik penting, sebagai berikut:
(a) mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya. (b) dapat menerima dan
belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat. (c) menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif. (d)
mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. (e) memilih
dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya. (f)
18
Ibid., hlm.70. 19
Ibid., hlm.70.
15
mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
(g) mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai
warga negara. (h) mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. (i)
memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku
(j) mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.20
Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan ciri-ciri fisik maupun mental
diatas maka inti dari karakteristik anak SMP, yaitu: (1) masa pencarian jati diri;
(2) perkembangan anak tumbuh dari lingkungan sekitarnya; dan (3) dari ciri fisik
dan mental pada usia seperti ini sudah mencapai tahap matang dari fisik maupun
mental
4. Tari
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak
ritmis yang indah. Jiwa manusia memiliki tiga aspek yang berbeda, yaitu
kehendak, akal dan rasa atau emosi.21
Tari didalam masyarakat memiliki peranan
penting misalnya sebagai sarana kepuasan estetis, sarana dalam upacara
keagamaan dan adat. Tari dalam pola garapannya dibagi menjadi dua, yaitu tari
tradional dan tari tari kreasi baru.
Tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan
sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah
ada sedangkan tari kreasi baru adalah tari yang mengarah kepada kebebasan dalam
pengungkapan, tidak berpijak kepada pola tradisi lagi.22
Pada tari tradisional
terdapat nilai artistik garapannya terbagi menjadi tiga yaitu tari sederhana, tari
rakyat dan tari klasik. Materi tari pada penelitian ini termasuk kedalam tari rakyat.
20
Ibid., hlm.71. 21
Sudarsono, Tari-tarian Indonesia, (Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1969), hlm.17. 22
Ibid., hlm.29.
16
Tari rakyat yaitu tarian yang merupakan ungkapan kehidupan rakyat dan masih
berpijak pada unsur budaya tradisional. Berikut penjelasan materi tari pada
penelitian itu:
a) Tari Dogdog Lojor
Materi tari yang diajarkan dikelas IX pada pembelajaran tari di SMP
Negeri 01 Parungkuda adalah tari Dogdog Lojor. Tari Dogdog Lojor adalah tarian
karya Toto Sugiarto yang merepresentasi upacara Seren Taun di kampung adat
Kasepuhan Ciptagelar Desa Sirnaresmi Kec. Cisolok Kab. Sukabumi. Menurut
kamus Bahasa Indonesia, arti dari kata representasi yaitu perbuatan mewakili,
perwakilan, yang diwakili. Tari Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto menggunakan
pengembangan gerak dari gerak dasar pencak silat dan tari rakyat.23
Tari rakyat
adalah tarian yang hidup berkembang dikalangan masyarakat.Tari Rakyat
termasuk kedalam jenis tari tradisional yang telah mengalami perjalanan sejarah
yang cukup lama.24
Tari rakyat disusun untuk kepentingan rakyat setempat, untuk
memenuhi kebutuhan spiritual yang berhubungan dengan kepercayaan adat
setempat, serta kebutuhan sosial mereka. Di Jawa Barat pada masa lalu terdapat
dua kelompok pertunjukan atau tarian yang berkembang dikalangan rakyat atau
cacah, dan kalangan menak.25
23
Anita Geofani, Tari dogdog lojor karya Toto Sugiarto Sebagai Representasi Upacara seren
taun di kasepuhan ciptagelar Kabupaten Sukabumi, (Jurnal Prodi Pendidikan Sendratasik FBS
UNJ, 2016), hlm.3. 24
Sudarsono, Tari-tarian Indonesia, (Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1969), Hlm.29. 25
Anita Geofani, Tari dogdog lojor karya Toto Sugiarto Sebagai Representasi Upacara seren
taun di kasepuhan ciptagelar Kabupaten Sukabumi, (Jurnal Prodi Pendidikan Sendratasik FBS
UNJ, 2016), hlm.2.
17
Sejarah tari Dogdog Lojor, yakni Dogdog Lojor yang pada umumnya
digunakan sebagai salah satu alat musik pengiring untuk seni Dogdog Lojor
dalam Prosesi Seren Taun di Kasepuhan Banten Selatan. Prosesi Seren Taun
adalah upacara Ngadiukeun, atau memasukkan pocong padi ke Leuit Si Jimat oleh
Pimpinan Adat Kasepuhan Ciptagelar yaitu Abah Ugi Sugriana Rakasiwi.Kidung
puji-pujian kepada Nyi Pohaci Sanghyang Asri dan iringan suara kecapi
menambah sakral suasana di pelataran Leuit Si Jimat. Usai pocong padi pertama
dimasukkan ke Leuit Si Jimat, warga mengikuti memasukkan padi ke leuit
karuhun atau lumbung komunal milik Kasepuhan. Menurut Yoyoyogasmana
Humas Kasepuhan Ciptagelar, pada mulanya Leuit Si Jimat digunakan untuk
cadangan warga apabila seandainya terjadi musim paceklik. Saat ini warga tidak
pernah mengambil dari Leuit Si Jimat, karena di setiap kampung di Kasepuhan
terdapat lumbung komunal yang jumlahnya ratusan dan bisa dimanfaatkan warga.
Pada acara upacara Seren Taun ini terdapat panggung pertunjukan wayang golek
berada tepat di depan Imah Gede, rumah silaturahmi warga dan pameran hasil
kerajinan warga. Ritual atau upacara seren taun ini sudah dilakukan sejak 646
tahun silam. Sepuluh orang wanita berkebaya hitam terlihat memukul-mukul
lesung dengan alu menciptakan bunyi-bunyian berirama. Sementara itu
rombongan debus, baris kolot, dayang-dayang, dan perkusi dogdog lojor
mengiringi barisan rengkong yang memikul padi berjalan menyusuri pesawahan
menuju lumbung padi negara (Leuit Si Jimat).
Perkusi kemudian dikembangkan menjadi sebuah tarian yang bernama tari
Dogdog Lojor. Tari Dogdog Lojor berasal dari kata, Dogdog dan Lojor, menurut
18
Kamus Bahasa Sunda Dogdog adalah kendang kecil atau sejenis alat musik pukul
dan Lojor adalah panjang. Dogdog Lojor merupakan alat musik pukul dalam
sebuah ritual upacara seren tahun dari Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar Desa
Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, yang dilaksanakan setahun
sekali setelah panen padi.26
Tari Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto memiliki nilai-nilai seni, diantaranya
nilai keindahan estetis murni dapat dilihat dari akesoris yang digunakan oleh
penari-penari tersebut dengan diikatkannya sebuah balon pada aksesoris kepala
dimana hal tersebut tidak memiliki tujuan atau fungsinya sendiri, nilai
pengetahuan dalam tari ini dapat dijadikan sebagai nilai pendidikan dimana
dengan tari dogdog lojor ini dapat memberikan pengalaman estetis bagi penikmat
atau publik seni.27
Geraknya lebih banyak menggunakan gerakan menepuk
Dogdog, adapun beberapa gerak khas yang unik dalam tarian ini di antaranya ada
Lulumpatan, Aclog-aclogan, Nakol dogdog, Kekepohan, dan Kukudaan. Namun
gerak dasarnya seperti Ulin Dogdog, Bangtor, Kepak dan Mincid. Gerak-gerak
tersebut lahir dari kebiasaan masyarakat saat Dogdog Lojor dimainkan. Kebiasaan
kehidupan masyarakat inilah yang menjadi seni pertunjukan yang dapat dinikmati
dan dimanfaatkan keberadaannya.28
26
Ibid., hlm.42. 27
Ibid., hlm.46. 28
Soedarsono R.M, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, (Jakarta: Direktorat jenderal
pendidikan tinggi departemen pendidikan dan kebudayaan,1999), hlm.54.
19
b) Elemen Utama
Elemen utama tari yang terdapat di dalam tari Dogdog Lojor, diantaranya
motif gerak dan teknik gerak. Gerak tari yang telah mengalami distilir dan
mengandung arti dalam dunia tari disebut gerak maknawi atau gesture. Gerak-
gerak yang ditampilkan adalah gerak yang sudah mengalami distilir dan
pengembangan gerak seperti gerak pencak silat dan gerak tari rakyat jaipongan.
Teknik gerak tari Dogdog Lojor ini menggunakan teknik gerak rengkuh dan adeg
untuk laki-laki. Selain itu, berdasarkan bentuk gerak-gerak yang terdapat didalam
tari Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto termasuk kedalam gerak tari
representasional. Representasional ialah tari yang menggambarkan sesuatu secara
jelas yang membutuhkan ruang, waktu dan tenaga.29
Ruang yaitu tempat/wadah
yang dipakai untuk menari, waktu yaitu tempo/ritme yang digunakan untuk
melakukan gerak dan tenaga yaitu kekuatan/power yang sangat diperlukan dalam
menari.
c) Elemen Pendukung Tari
Elemen pendukung dalam tari Dogdog Lojor diantaranya tata rias, tata
busana, iringan tari, dan properti.Tata rias yang digunakan dalam tari Dogdog
Lojor adalah tata rias simbolis, terlihat dari garis-garis yang digambarkan atau
bentuk yang tidak mengungkapkan wajah atau alam nyata. Tata riasnya pun
dibuat semacam tata rias fantasi seperti rias badut misalnya, karena
menyesuaikan dengan tipe tarinya.
29
Anita Geofani, Tari dogdog lojor karya Toto Sugiarto Sebagai Representasi Upacara seren
taun di kasepuhan ciptagelar Kabupaten Sukabumi, (Jurnal Prodi Pendidikan Sendratasik FBS
UNJ, 2016), hlm.50.
20
Sedangkan dalam tata busananya, tarian ini menggunakan busana
simbolis, yang berwarna hijau yang melambangkan padi yang tumbuh subur,
karena ide dari karya ini menceritakan upacara seren taun setelah panen padi.
Salah satu ciri khas dalam tarian ini dibandingkan dengan karya-karya Toto
Sugiarto yang pernah dibuat sebelumnya, yaitu aksesoris yang terbuat dari
balon yang disatukan dalam ikat kepala yang biasa digunakan oleh penari laki-
laki. Dengan adanya aksesoris tersebut akan menambah kesan tipe tari
komedinya.
Iringan tari dalam tari Dogdog Lojor menggunakan gamelan Sunda dan
angklung yang dapat dijadikan sebagai properti yang dipegang oleh penari.
Penari memukul properti Dogdog Lojornya tersebut sehingga menambah unsur
musik atau iringan tarinya. Lalu ekspresi raut wajah penari sangat terlihat
humoris karena dipadu padankan pula oleh tata rias simbolis fantasi.30
Berdasarkan penjabaran diatas maka inti dari tari Dogdog Lojor, adalah: (1)
Tarian ini merupakan tari rakyat dari Jawa Barat; (2) Fungsi tari ini sebagai
hiburan dan sebagai pelestarian adat sekitar; (3) Tari dogdog lojor
dipersembahkan untuk acara ritual yang dilakukan setiap satu tahun sekali ketika
panen padi yang sering dikenal dengan upacara adat “seren taun”; (4) Nilai
keindahan estetis murni dapat dilihat dari akesoris yang digunakan oleh penari-
penari tersebut dengan diikatkannya sebuah balon pada aksesoris kepala dimana
hal tersebut tidak memiliki tujuan atau fungsinya sendiri; dan (5) Tari Dogdog
30
Ibid., Hal 53.
21
Lojor memiliki banyak penari dan semua penari nya adalah laki-laki serta
memiliki unsur utama dan unsur pendukung.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan topik dan permasalahan adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dinda Satya Upaja Budi dengan judul
“Angklung Dogdog Lojor pada Upacara Seren Taun”. Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan kegiatan-kegiatan upacara Seren Taun yang di
dalamnya ada pertunjukan tari Dogdog Lojor. Penelitian ini memakai
metodologi kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertunjukan Angklung Dogdog
Lojor dalam upacara Seren Taun bukan semata-mata hanya sebagai seni
pertunjukan dalam paradigma Barat atau kelengkapan ritual, akan tetapi
merupakan salah satu media doa dalam upacara ritual ngadiukeun pare
sebagai upacara pokok dalam rangkaian upacara Seren Taun. Pertunjukan
Angklung Dogdog Lojor merupakan ekspresi budaya masyarakat
Kasepuhan Ciptagelar.
Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan Budi dengan penelitian ini
yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian Budi
mendeskripsikan kegiatan-
kegiatan upacara seren taun yang
di dalamnya ada pertunjukan tari
Dogdog Lojor sedangkan
Penelitian ini untuk
mendeskripsikan pelaksanaan tari
-
22
Dogdog Lojor disekolah
2. Metodologi
Penelitian
- Metodologi
kualitatif
3. Hasil Penelitian Hasil Penelitian yang Budi
lakukan yaitu pertunjukan
Angklung Dogdog Lojor dalam
upacara Seren Taun bukan
semata-mata hanya sebagai seni
pertunjukan dalam paradigma
Barat atau kelengkapan ritual,
akan tetapi merupakan salah satu
media do’a dalam upacara ritual
sedangkan pada penelitian ini
lebih mendeskripsikan
pelaksanaan disekolah.
4. Objek Penelitian - Dogdog
Lojor
2. Penelitian yang dilakukan oleh Seyra Winna Sari , Yuliasma , Desfiarni
No 1 2013 Seri B dengan judul “Peningkatan Aktifitas dan Hasil Belajar
Tari dengan Metode Tutor Sebaya di SMP Negeri 4 Bukittinggi” bertujuan
untuk memberikan tindakan yang berupa implementasi metode tutor
sebaya dalam meningkatan minat dan kreativitas koreografi pada siswa
kelas XI Mekanik Otomotif 1 SMKN 1 Ampelgading. Penelitian ini
memakai metodologi penelitian tindakan kelas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran yang akan
dilaksanakan harus menjadi perhatian bagi guru, penggunaan strategi yang
sesuai dengan keadaan sekolah akan berdampak kepada keberhasilan
siswa memahami konsep apa yang dipelajari. Pemilihan metode
pembelajaran disekolah sebaiknya dapat meningkatkan proses
pembelajaran siswa hingga hasil belajar siswa dapat mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang ditetapkan sekolah. Dalam
23
pelaksanaan dengan Metode Tutor Sebaya ini guru mengikuti tahap-tahap
kegiatan Metode Tutor Sebaya yang pertama tahap persiapan, kedua tahap
pelaksanaan, ketiga tahap evaluasi.
Tabel 2.2 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan Sari,dkk dengan
penelitian ini yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian Seyra dkk
memberikan tindakan yang
berupa implementasi Metode
Tutor Sebaya dalam meningkatan
minat dan kreativitas sedangkan
penelitian ini lebih
mendeskripsikan pelaksanaan
Metode Tutor Sebaya disekolah.
-
2. Metodologi
Penelitian
Metodologi penelitian tindakan
kelas sedangkan penelitian ini
metodologi kualitatif
-
3. Hasil Penelitian - Hasil sama-sama
menghasilkan
pembelajaran yang
akan dilaksanakan
harus menjadi
perhatian bagi guru,
penggunaan metode
yang sesuai dengan
keadaan sekolah
akan berdampak
kepada
keberhasilan siswa
memahami konsep
apa yang dipelajari.
4. Objek Penelitian Penelitian Sari,dkk obyeknya
yaitu anak SMK sedangkan
penelitian ini Siswa SMP/ masa
remaja
-
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiani , Yuliasma , Herlinda Mansyur
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Seni Tari dikelas IV.7 SD
24
YPPI Perawan Kabupaten Siak dengan Metode Tutor Sebaya” bertujuan
untuk mendeskripsikan hasil Metode Tutor Sebaya. Penelitian ini
menggunakan metodologi penelitian tindakan kelas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Metode Tutor
Sebaya dalam belajar seni tari menjadikan siswa lebih aktif dan juga
meningkatkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Metode Tutor Sebaya
juga sangat sesuai dan sangat mendukung pembelajaran kreatifitas
siswanya. Dengan Metode Tutor Sebaya, tidak hanya tutor yang bertugas
mengajarkan atau memberikan materi, tetapi sesama anggota kelompok
juga bisa saling mengajarkan dan memperbaiki kesalahan pada anggota
kelompok.
Tabel 2.3 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan Mardiani,dkk dengan
penelitian ini yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian - Penelitian ini sama-
sama bertujuan untuk
mendeskripsikan hasil
Metode Tutor Sebaya
2. Metodologi
Penelitian
Metodologi penelitian
tindakan kelas sedangkan
penelitian ini metodologi
kualitatif
-
3. Hasil Penelitian - Hasil sama-sama
menghasilkan bahwa
Metode Tutor Sebaya
juga sangat sesuai dan
sangat mendukung
pembelajaran
kreatifitas siswanya.
4. Objek Penelitian Penelitian Mardiani,dkk
obyeknya yaitu anak SD
sedangkan penelitian ini
Siswa SMP/ masa Remaja
-
25
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Widati Jurnal Penelitian Tindakan
Kelas Vol. 16, No. 4, April 2015. Dengan judul “Penerapan Metode Tutor
Sebaya pada Materi Gerak Tari Berdasarkan Level dan Pola Lantai”
bertujuan untuk menganalisis apakah ada peningkatan aktivitas dan hasil
kreativitas gerak tari berdasarkan level dan pola lantai. Penelitian ini
memakai metodologi penelitian tindakan kelas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran seni khususnya
seni tari mempunyai beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran
yang berhubungan dengan peserta didik berkaitan dengan perubahan
proses pembelajaran. Implementasi Kurikulum 2013 mengedepankan
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik
merupakan bagian dari model pembelajaran yang menginginkan
pembelajaran student center sehingga guru perlu melakukan inovasi dalam
proses pembelajaran. Permasalahan yang muncul dalam proses saintifik
yaitu rendahnya kemampuan siswa menanya dan mengkomunikasikan.
Tabel 2.4 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan Widati dengan penelitian
ini yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian Tujuan Widati lebih
menganalisis apakah ada
peningkatan aktivitas dan hasil
kreativitas gerak tari
berdasarkan level dan pola
lantai. Sedangkan penelitian ini
lebih mendeskripsikan
pelaksanaan penerapan Metode
Tutor Sebaya
-
2. Metodologi
Penelitian
Metodologi penelitian tindakan
kelas sedangkan penelitian ini
metodologi kualitatif
-
26
3. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian Widati
lebih mengenai Pembelajaran
seni khususnya seni tari
mempunyai beberapa
permasalahan dalam proses
pembelajaran yang berhubungan
dengan peserta didik berkaitan
dengan perubahan proses
pembelajaran.
4. Objek Penelitian - Sama-sama Siswa
SMP/ masa
remaja
5. Penelitian yang dilakukan oleh Anita Geofani, 2016 dengan judul “Tari
Dogdog Lojor karya Toto Sugiarto sebagai Representasi Upacara di
Kasepuhan Ciptagelar Kabupaten Sukabumi”. Bertujuan untuk
mendeskripsikan secara utuh tentang tari Dogdog Lojor karya Toto
Sugiarto yang dijadikan sebagai identitas budaya Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini memakai metodologi kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tari Dogdog Lojor ini layak
untuk dijadikan sebagai identitas Kabupaten Sukabumi, karena tari ini
memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Kab.Sukabumi
terhadap kesenian. Dimana dengan tari ini masyarakat akan antuasis untuk
berapresiasi, karena masyarakat Kabupaten Sukabumi lebih menyukai seni
yang dikemas secara unik dan inovatif seperti halnya tari Dogdog Lojor,
karena tarian tersebut merupakan hasil representasi atau perwujudan dari
upacara seren taun yang dilaksanakan di Kampung Adat Kasepuhan
Ciptagelar Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi.
27
Tabel 2.5 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan Geofani dengan penelitian
ini yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian Penelitain Geofani lebih
menjelaskan lahirnya Tari
Dogdog Lojor sedangkan
penelitian ini lebih
menjelaskan pelaksamaan
pembelajaran
-
2. Metodologi
Penelitian
- Penelitian ini sama-
sama metodologi
kualitatif
3. Hasil Penelitian penelitiannya bahwa tari
Dogdog Lojor ini layak
untuk dijadikan sebagai
identitas Kabupaten
Sukabumi, namun tidak
sama dengan penelitian
yang terkait.
-
4. Objek Penelitian Objeknya yaitu seniman -
6. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Khikmah Pratiwi, 2017 dengan judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Penerapan Materi
Tari Lenggang Bekasi di SMP Negeri 12 Bekasi” bertujuan untuk
menelusuri mengapa Metode Tutor Sebaya menjadi metode yang tepat
untuk digunakan dalam penerapan materi Tari Lenggang Bekasi di SMP
Negeri 12 Kota Bekasi. Penelitian ini memakai metodologi kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa proses penerapan Metode
Tutor Sebaya, siswa memiliki kemajuan yang cukup signifikan. Pertemuan
bulan pertama hingga pertemuan bulan keempat, siswa diminta untuk
mencapai hasil penghafalan secara keseluruhan dari ragam gerak tari
Lenggang Bekasi. Diharapkan semua ragam gerak tari Lenggang Bekasi
sudah ada di luar kepala. Dalam setiap pertemuan diberikan 1-2 ragam
28
gerak, dengan cara, pelatih mempraktekkan gerak di depan kelas dan siswa
meniru hasil gerak yang diberikan oleh pelatih. Dengan Penerapan metode
pembelajaran tutor sebaya memberikan dampak yang positif kepada
peserta didik. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam berkomunikasi
dengan teman sebayanya.
Tabel 2.6 Perbedaan dan Persamaan yang dilakukan oleh Pratiwi pada
penelitian ini yaitu, sebagai berikut :
No Aspek yang dinilai Perbedaan Persamaan
1. Tujuan Penelitian - Sama-sama dlm
menelusuri mengapa
Metode Tutor Sebaya
menjadi metode yang tepat
untuk digunakan
2. Metodologi
Penelitian
- Sama-sama menggunakan
metodologi kualitatif
3. Hasil Penelitian Penelitian Pratiwi untuk
menelusuri mengapa
metode pembelajaran tutor
sebaya menjadi metode
yang tepat untuk
digunakan. Hampir
menyerupai namun
penelitian Pratiwi meneliti
proses pembelajaran
diekstrakurikuler berbeda
dengan penelitian ini.
-
4. Objek Penelitian - Sama-sama Siswa SMP/
masa remaja
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran tari faktanya akan lebih mudah dipahami apabila pemilihan
metode pembelajaran sesuai karakteristik anak. Karakteristik anak pada usia
remaja sangat bervariasi karena pertumbuhan fungsi jasmaniah anak jauh lebih
29
matang dari sebelumnya. Pembelajaran tari di SMPN 01 Parungkuda Kabupaten
Sukabumi yang menggunakan Metode Tutor Sebaya, sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran. Pada penerpanmetode tutor sebaya teroi belajar
konstruktivisme menjadi landasan yang sangat prinsip, karena siswa belajar
melalui lingkungan sekitarnya sehingga siswa dapat memahami materi
pembelajaran. Materi tari yang diberikan terkait dengan mutan lokal yang terdapat
di daerah kabupaten Sukabumi yaitu Tari Dogdog Lojor.
Materi Dogdog Lojor diterapkan kepada siswa dengan mengguankan
Metode Tutor Sebaya, di mana guru menyajikan materi ajar melalui salah satu
murid yang memiliki keahlian sesuai materi pelajaran yang dipelajari. Kelebihan
Metode Tutor Sebaya adalah siswa mandiri serta mampu mengasah
kemampuannya, namun kelemahan siswa belum bisa menarikan tari Dogdog
Lojor dengan teknik dan sikap tubuh yang benar karena hanya dibimbingin oleh
teman sebaya.
Penerapan Metode Tutor Sebaya di SMPN 01 Parungkuda Kabupaten
Sukabumi telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini melihat
aspek-aspek kelebihan dan kekurangan Metode Tutor Sebaya, agar dapat menjadi
inspirasi bagi guru lain untuk mencapai tujuan pembelajaran diranah praktik tari.
SMPN 01 Parungkuda sudah memberikan Metode Tutor Sebaya didalam
pembelajaran praktik tari dan metode ini cukup efektif serta cocok diberikan pada
pembelajaran seni tari. Berdasarkan penjelasan di atas berikut bagan kerangka
berfikir.
top related