bab ii posyandu
Post on 02-Jun-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
1/34
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posyandu
2.1.1 Definisi Posyandu
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategi
dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Effendy, 2008). Posyandu
merupakan salah satu bentuk kegiatan LKMD, dimana masyarakat (antara lain kader-
kader PKK) menyelenggarakan pelayanan 5 program prioritas secara terpadu di suatu
tempat dan dalam waktu yang sama, dengan bantuan pelayanan langsung dari staf
puskesmas, yaitu pada jenis pelayanan yang masyarakat tidak kompeten untuk
memberikannya sendiri (Kemenkes RI, 2006). Selanjutnya pengertian lain tentang
posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat di mana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan KB dan kesehatan (Kemenkes RI, 2008).
2.1.2 Tujuan Posyandu
Posyandu seperti telah dikemukakan sebelumnya menurut Effendi (2008)
mempunyai beberapa tujuan pokok terhadap pelayanan yang diberikan meliputi :
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang peningkatan
kemampuan hidup sehat.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
2/34
12
d. Mempercepat penerimaan NKKBS
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk
berdasarkan letak geografi.
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
2.1.3 Sasaran Posyandu
Sasaran pelayanan yang diberikan dalam kegiatan Posyandu menurut
Zulkifli (2008) adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur
(WUS), dan pasangan usia subur (PUS).
2.1.4 Kegiatan Posyandu
Posyandu yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan, terdiri atas
beberapa kegiatan yang menurut Effendi (2008) terdiri atas :
a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan
diare.
b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare,
sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial.
2.1.5 Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan
Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada masyarakat dalam
kegiatan Posyandu menurut Effendi (2008) terdiri atas :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
3/34
13
a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, meliputi penimbangan bulanan,
pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang, imunitas
bayi 3-14 bulan, pemberian oralit untuk penanggulangan diare dan
pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur,
meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan dan nifas,
pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil tambah darah,
imunisasi TT untuk ibu hamil, penyuluhan kesehatan dan KB, pemberian alat
kontrasepsi KB, pemberian oralit pada ibu yang terkena diare, pengobatan
penyakit sebagai pertolongan pertama, dan pertolongan pertama pada
kecelakaan.
2.1.6 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Posyandu diselenggarakan 1 bulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,
Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB.
Pada Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem lima meja.
Petugas pada meja I IV dilaksanakan oleh kader PKK, sedangkan meja V
merupakan meja pelayanan petugas kesehatan (Jurim, Bides, Perawat dan Petugas
KB) (Zulkifli, 2008).
2.1.7 Stratifikasi Posyandu
Stratifikasi posyandu adalah kategorisasi posyandu berdasarkan telah
kemandirian yang dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
4/34
14
a. Posyandu Pratama (Warna Merah)
Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
b. Posyandu Madya (Warna Kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih.Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih
rendah, yaitu kurang dari 50%. Hal ini berarti, kelestarian kegiatan Posyandu
sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.
Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang
masih sederhana.
d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat
telah menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Posyandu tingkat ini,
intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat
tersebut menggunakan prinsip JPKM.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
5/34
15
2.1.8 Indikator Penentu Tingkat Kemandirian Posyandu
Ada seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau
penentu tingkat kemandirian posyandu menurut laporan Kemenkes RI (2008)
yaitu :
a. Frekuensi penimbangan per tahun
Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya, tidak
semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan, sehingga frekuensinya kurang
dari 12 kali setahun.Untuk ini diambil batasan 8 (delapan) kali.
Posyandu yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8 kali per tahun,
dianggap masih rawan, sedangkan bila frekuensinya sudah 8 kali lebih,
dianggap sudah cukup mapan.
b. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi
lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu, oleh
karena itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan
kelancaran Posyandu.
Kegiatan di Posyandu bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang
atau lebih.
c. Cakupan D/S
Cakupan D/S dapat dijadikan sebagai tolok ukur peran serta masyarakat dan
aktivitas kader/tokoh masyarakat dalam menggerakan masyarakat setempat
untuk memanfaatkan Posyandu. D/S dianggap baik bila dapat mencapai 50%
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
6/34
16
atau lebih, sedangkan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa Posyandu
ini belum mantap.
d. Cakupan Imunisasi
Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Cakupan
kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% ke atas, sedang bila kurang dari
50% dianggap Posyandunya belum mantap.
e. Cakupan Ibu Hamil
Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secara kumulatif selama satu
tahun.Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka serupa yaitu 50%.
f. Cakupan KB
Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu
tahun.Pencapaian 50% ke atas dikatakan mantap, sedang kurang dari 50%
berarti belum mantap.
g. Program tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program utama, yaitu : KB, KIA,
Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Bila telah mantap
jalannya, wajar bila programnya ditambah. Program tambahan disini yang
dimaksudkan adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) lain seperti :
1) Pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
2) Pemberantasan penyakit menular melalui pendekatan PKMD (P2M-
PKMD)
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
7/34
17
3) Penyehatan lingkungan pemukiman melalui pendekatan PKMD (PLP-
PKMD)
4) Pemantauan dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB) atau Bina
Keluarga Balita (BKB)
5) Pemberantasan demam berdarah dengue dalam bentuk pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) secara berkala.
6) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
7) Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
8) Pos Obat Desa (POD)
9) Dana Sehat
10) Dan lain-lain
h. Dana Sehat
Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan Posyandu.Oleh karena
itu keberadaan dan cakupan Dana Sehat dapat dijadikan indikator kemandirian
Posyandu. Diharapkan bila Dana Sehat telah mampu membiayai Posyandu,
maka tingkat kemandirian masyarakat sudah cukup baik. Sebagai ukuran
digunakan Persentase Kepala Keluarga (KK) yang ikut Dana Sehat, yaitu bila
50% ke atas dikatakan baik, sedang bila kurang dari 50% dikatakan masih
kurang.
2.1.9 Peran Kader Posyandu
Kader posyandu sebagai salah satu bagian penting dalam pelaksanaan
kegiatan posyandu di tengah masyarakat, menurut Kemenkes RI (2008),
dikarenakan perannya di dalam kegiatan tersebut yang meliputi :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
8/34
18
a. Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Lukman, dkk, 2007). Selanjutnya
pengertian tentang peranan menurut Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai
adalah seperangkat atau pola perilaku yang diharapkan untuk ditampilkan oleh
seseorang sesuai dengan posisinya.
b. Kader
Menurut Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Kemenkes RI kader
adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela. Menurur Zulkifli (2008) yang mengutip
pendapat L.A. Gunawan kader kesehatan adalah kader kesehatan yang dipilih
oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Kader
Posyandu adalah anggota masyarakat yang diberikan keterampilan untuk
menjalankan Posyandu (Nurpudji, 2007). Kader Posyandu menurut Zulkifli
(2008) yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat menjadi penyelenggara
Posyandu.
c. Peran Kader Posyandu
Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan dan mensukeskannya bersama masyarakat serta merencanakan kegiatan
pelayanan kesehatan tingkat desa. Dalam penyelenggaraan Posyandu yang
mempunyai peranan besar adalah kader. Peran kader menurut Kemenkes RI (2008)
dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
9/34
19
1) Peran kader sebagai motivator
a) Melakukan kunjungan rumah untuk mengajak ibu-ibu datang pada
kegiatan posyandu
b) Memberi tahu dan mengajak ibu-ibu untuk datang ke posyandu
2) Peran kader sebagai administrator
a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penyelenggaraan posyandu
b) Melaksanakan pembagian tugas
c) Mendaftar balita yang hadir
d) Menimbang balita
e) Mencatat hasil penimbangan di KMS (Kartu Menuju Sehat)
f) Memberikan oralit, vitamin A dan tablet besi kepada ibu-ibu yang
mempunyai balita
g) Pemberian makanan tambahan
h) Pemberian rujukan kepada puskesmas apabila ditemukan balita yang
berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada KMS, 2 kali berturut-
turut berat badan tidak naik, kelihatan sakit (lesu), kurus, busung lapar,
mencret, rabun mata dan sebagainya).
i)
Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register
j) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
posyandu pada bulan berikutnya
k) Setelah kegiatan selesai dilakukan pertemuan kader untuk membicarakan
hasil kegiatan.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
10/34
20
3) Peran kader sebagai edukator
Peran kader posynadu sebagai edukator menurut Kemenkes RI (2008)
terdiri atas beberapa kegiatan yaitu :
a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan
berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak
yang bersangkutan
b) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu kepada
kartu menuju sehat (KMS) anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai
masalah yang dialami anaknya
c) Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu
yang lokasi rumahnya berdekatan
d) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) sekaligus untuk
tindak lanjut.
2.1.10 Kriteria Kader Kesehatan
Kader yang dipilih sebagai kader kesehatan menurut Kemenkes RI (2008)
harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
a. Diterima dan dipilih masyarakat serta bersedia dan sanggup menjadi kader
kesehatan
b. Kader harus dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia
c. Kader dapat berasal dari kelompok generasi muda dan kelompok lainnya Ida
(2008) mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi seorang kader
antara lain :
1) Berasal dari masyarakat setempat
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
11/34
21
2) Tinggal di desa tersebut
3) Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama
4) Diterima oleh masyarakat setempat
5) Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah
lain
6) Sebaiknya yang bisa baca tulis
Kriteria lain yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan dipilih menjadi
kader posyandu menurut Zulkifli (2008) yaitu :
1) Dapat membaca dan menulis
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
4) Mempunyai waktu yang cukup
5) Bertempat tinggal di wilayah posyandu
6) Berpenampilan ramah dan simpatik
7) Diterima masyarakat setempat.
2.1.11 Tujuan Pembentukan Kader
Kader kesehatan dibentuk dengan tujuan agar pelayanan kesehatan yang
selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan dapat dibantu oleh masyarakat.
Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi
juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader,
maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat
adanya kader. Jelaskan bahwa pembentukan kader adalah perwujudan
pembangunan dalam bidang kesehatan (Zulkifli, 2008).
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
12/34
22
2.2 Balita
Balita adalah seorang anak yang berusia 1 5 tahun anak balita adalah
semua anak laki laki dan perempuan yang berumur 12 59 bulan.Anak balita
merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan dan pesat, sehingga
memerlukan zat zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.Anak balita
ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi, (Soewiji, 2010).
Bila ditinjau dari segi umur, maka anak balita yang sedang tumbuh
kembang adalah golongan yang awan terhadap kekurangan energi dan protein,
kerawanan pada anak anak disebabkan oleh beberapa hal yang menurut
Kemenkes RI (2010) terdiri dari hal hal di sebagai berikut :
a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan jumlah
volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan anak.
b. Kebutuhan gizi anak per satuan berat badan lebih besar dibandingkan dengan
orang dewasa, karena disamping untuk pemeliharaan juga diperlukan untuk
pertumbuhan.
c. Segera anak dapat bergerak sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia akan
mengikuti pergerakan disekitarnya sehingga memperbesar kemungkinan
terjadinya penularan penyakit.
d. Meskipun mempunyai nilai tertentu dalam keluarga, akan tetapi dalam hal
penyajian makanan, anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif akan
mendapatkan pilihan yang terbaik, baru selebihnya yang diberikan pada
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
13/34
23
anggota keluarga yang lain. Masa akan dibawah lima tahun (anak balita, umur
12 59 bulan).
2.3 Status Gizi
2.3.1 Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa, 2007). Gizi adalah bahan makanan yang
berhubungan dengan kesehatan tubuh (Ngastiyah, 2007).Menurut Almatsier
(2007) status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.Status gizi (nutrien status) adalah ekspresi dari keadaan-
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2007).
2.3.2 Manfaat Gizi
Manfaat gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan menurut Poetra
(2007) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama
bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.
2.3.3 Penilaian
Status gizi menurut Supariasa (2007), seseorang dapat diketahui dengan
melakukan penilaian yaitu dengan cara sebagai berikut :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
14/34
24
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian
yaitu :
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh.Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi tubuh dan berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antrometri yang sering
digunakan yaitu :
a) Berat badan menurut umur (BB/UU)
b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
d) Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang terletak lebih dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis
secara cepat.Survei dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
15/34
25
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda ( sign ) dan gejala ( symptom ) atau
riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, hati dan
otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dan jaringan.Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night
blindnes) .Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
b. Secara tidak langsung
1)
Survei Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi.Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang kondisi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
16/34
26
individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat
gizi.
2) Status vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kematian dan kesakitan akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
Salah satu standar pengukuran yang digunakan di Indonesia dalam
menetapkan kategori status gizi ( cut off : berdasarkan kesepakatan gizi,
januari 2000) dengan indikator pengukuran BB/U, adalah sebagai berikut :
a) Kurang : < 2 SD sampai -3 SD b. Baik : -2 SD sampai + 2 SD 2.
Indikator pengukuran TB/U a. Normal : -2 SD b. Pendek bila : < -2
SD 3. Indikator pengukuran BB/TB a. Gemuk : > + 2 SD
b) Normal : -2 SD sampai + 2 SD
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
17/34
27
c) Kurus : < - 2 SD sampai -3 SD d. Sangat kurus : < -3 SD Gizi kurang
adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidak
seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas
berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan
kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai berat, gizi kurang
banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.
2.3.4 Klasifikasi Status Gizi
Menurut Supariasa (2007), dalam buku petunjuk teknik Pemantauan Status
Gizi (PSG) anak balita tahun 1999, klasifikasi status gizi menggunakan buku
rujukan World Health Organization Nasional Centre For Health Statistik (WHO-
NHCS) dengan indeks berat badan menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Menurut Notoatmodjo (2012) penyakit-penyakit kesehatan akibat dari
kelebihan dan kekurangan zat gizi antara lain sebagai berikut :
a. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau
karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya efisiensi
energi dan protein. KKP dibedakan menjadi KKP ringan atau gizi kurang dan
KKP berat yang disebut Marasmus (Kwashiorhor).
b. Penyakit Kegemukan (obesitas)
Penyakit ini terjadi karena konsumsi kalori terlalu berlebihan dibandingkan
dengan kebutuhan dan pemakaian energi, kelebihan dalam tubuh ini disimpan
dalam bentuk lemak yaitu di tempat-tempat tertentu seperti jaringan subcutan
dan di dalam jaringan tirai usus.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
18/34
28
c. Anemia (penyakit kurang darah)
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen
yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah
yakni dalam hemoglobin (Hb)
d. Zerophtalmia (defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam
tubuh. Gejalanya adalah kekurangan epithel biji mata dan kornea, terlihat
selaput bola mata keriput dan kusam bila mata bergerak, tidak sanggup melihat
pada cahaya remang-remang, buta senja atau buta ayam dan dapat
menimbulkan kebutaan
e. Penyakit gondok edemik
Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan
komponen dari hormon thyrokxin.Kekurangan zat iodium berakibat
hypothyroldisme (kekurangan iodium) akibatnya terjadi pembesaran kelenjar
thyroid yang disebut penyakit gondok.Apabila kelebihan zat iodium maka
mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis.
2.3.5
Akibat gizi kurang pada proses tubuh
Gizi mempunyai dampak terhadap proses di dalam tubuh manusia, dan menurut
Almatsier (2009) terdiri atas :
a. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya, protein digunakan sebagai
zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
19/34
29
rontok.Anak anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas
rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi
rendah.
b. Produksi Tenaga
Kekurangan energi menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.Orang menjadi malas, merasa
lemah dan produktivitas kerja menurun.
c. Pertahanan Tubuh
Daya tahan tekanan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas
dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,
batuk dan diare.Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental dengan demikian kemampuan berfikir otak mencapai bentuk maksimal
pada usia 2 tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak
secara permanen.
e. Perilaku
Bagianak-anak ataupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang, mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.
2.3.6 Akibat Gizi Lebih Pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas, kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak, kegemukan salah
satu faktor resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
20/34
30
penyakit-penyakit diabetes jantung koroner, hati dan kantung empedu (Almatsier,
2009).
2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Balita
Status gizi balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.
Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi menurut Narendra dkk (2008)
disebabkan oleh:
a. Asupan yang kurang disebabkan banyak faktor antara lain :
1) Pendapatan ( Tidak tersedianya makanan secara adekuat )
Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait dengan kondisi sosial
ekonomi. Kadang-kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan
politik dan ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makanan yang adekuat.
Kemiskinan merupakan penyebab pokok gizi buruk. Proporsi anak mal
nutrisi berbanding terbalik dengan pendepatan. Makan kecil pendapatan
penduduk makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi.
2) Pendidikan ( Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang )
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia 6
bulan anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,
baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi,
MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein,
tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam kolat, vitamin B serta
vitamin mineral lainnya. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
21/34
31
pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan
seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
3) Budaya ( Pola makan yang salah )
Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk, anak yang
diasuhnya oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya
berpendidikan mengerti pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan,
meskipun sama-sama miskin anak lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan
berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu
yang tidak benar dalam pemberian makanan akan sangat merugikan anak.
Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,
memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu
(misalnya tidak memberikan anak daging, telur, santan), hal ini
menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein
maupun kalori yang timbul.
b. Infeksi ( Sering sakit / frequentinfection )
Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi apalagi di negara-
negara terbelakang dan yang sedang berkembang, dimana kesadaran akan
kebersihan/ personal hygine yang masih kurang, serta ancaman penyakit
tertentu. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat (Supariasa,
2007).
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
22/34
32
Menurut Narendra dkk (2008), pendapatan rendah bukan satu-satunya faktor
penyebab rendahnya keadaan gizi, akan tetapi faktor lain seperti pengetahuan
gizi ibu juga cukup berperan di dalamnya, sehingga penyuluhan gizi yang
ditujukan pada ibu dan pengasuh anak balita akan paling efisien untuk
mengatasi masalah ini melalui posyandu. Ujung tombak perbaikan gizi
masyarakat adalah posyandu, UPGK maupun PKK.Peran kader posyandu
sangat signifikan dalam menurunkan masalah gizi. Kurang energi protein
(KEP) dapat dengan mudah ditemukan di posyandu hanya dengan cara
pengukuran antopometri (ukuran badan, berat atau tinggi) dan cukup mudah
dilakukan hanya oleh kader saja.
2.4 Hubungan peran kader posyandu dengan status gizi balita
Menurut Fita (2010) bermunculannya kasus gizi buruk sebenarnya bisa
terjadi karena penyaringan tingkat bawah yakni posyandu sudah lebih
aktif.Keaktifan kader posyandu amat penting untuk menjaring bayi dan balita
pada penimbangan rutin.Bayi dan balita yang ditimbang secara rutin dapat
terpantau perkembangan status gizinya.Termasuk jika berat badannya tidak
kunjung naik selama tiga bulan berturut-turut.Pada kondisi seperti ini kader harus
mencari penyebab agar berat badan kembali naik dan tidak jatuh pada gizi buruk.
Bento (2011) mengatakan peran kader sebagai motivator dapat
meningkatkan kualitas Posyandu khususnya dalam penanganan masalah
kesehatan.Masalah kurang gizi dan BGM dapat teratasi dengan cepat melalui
upaya pencegahan dan penanganan yang cepat, dengan menghimbau para kaum
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
23/34
33
ibu yang mempunyai balita agar secara rutin setiap bulan sekali membawa balita
ke Posyandu terdekat untuk diperiksa supaya terpantau kesehatannya.
Menurut Anando (2010) rendahnya kualitas kader serta belum optimalnya
pembinaan dari dinas atau instansi lintas sektoral telah mengakibatkan rendahnya
pemanfaatan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar dan gizi keluarga bagi
masyarakat. Apabila fungsi dan peran kader posyandu meningkat kebutuhan
tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dapat terpenuhi dan status gizi
maupun derajat kesehatan anak juga dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
Menurut Kemenkes RI (2008) kader Posyandu yang berhasil adalah kader
yang bisa mendorong masyarakat melaksanakan sendiri usaha-usaha
meningkatkan gizi keluarga, dimana sebagai motivator kader mengundang dan
menggerakkan masyarakat.Kegiatan utama kader Posyandu pada hari-hari di luar
hari buka Posyandu adalah melakukan penyuluhan. Kader Posyandu akan sangat
efektif bagi program perbaikan gizi masyarakat jika mau membantu dalam
pemberian edukasi kepada masyarakat terutama dalam menanggulangi kebiasaan
atau mitos-mitos yang salah pada pemberian makanan pada anak. Penyuluhan
dapat dilakukan oleh kader kepada masyarakat terutama ibu-ibu yang mempunyai
balita dengan berbagai cara, misalnya kunjungan rumah, pada saat arisan,
pertemuan PKK dan sebagainya.
Menurut Akhsan (2008) peran kader Posyandu mempunyai banyak fungsi
termasuk sebagai alat monitoring dan evaluasi bagi program perbaikan gizi
masyarakat. Kegiatan penanganan masalah gizi tercermin dalam kegiatan utama
kader Posyandu dalam pelaksanaan Posyandu yang menggunakan prinsip lima
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
24/34
34
meja yaitu pendaftaran dan penimbangan, pengisian kartu menuju sehat,
pemberian makanan tambahan, serta pemberian vitamin A dosis tinggi bagi anak
yang mengalami kurang vitamin A, dan pemberian tablet besi bagi anak yang
mengalami anemia serta pemberian rujukan ke Puskesmas/ RS jika ditemukan
kasus-kasus luar biasa pada Posyandu.
Menurut Gendy (2013) mengatakan Posyandu sebagai ujung tombak
dalam skrining/deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam
pencegahan kasus gizi buruk.Penggunaan kartu menuju sehat dan pemberian
makanan tambahan perlu digalakkan.Tindakan cepat pada balita yang dua kali
berturut-turut tidak naik timbangan berat badannya untuk segera mendapatkan
akses pelayanan lebih lanjut dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi yang
efektif.
2.5 Tinjauan Variabel
2.5.1 Pengetahuan
2.5.1.1 Pengertian
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan sebagian besar manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
25/34
35
2.5.1.2 Hirarki Pengetahuan
Modifikasi teori Bloom dalam Notoatmodjo (2010), menyebutkan
pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (merupakan salah satu
domain/kawasan perilaku) mempunyai enam tingkatan yakni :
a. Mengetahui ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami ( comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi ( application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis ( analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
26/34
36
e. Sintesis ( syntesis )
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi ( evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-yang mempegaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012),
antara lain:
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun juga
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan berpikir
seseorang. Jika dilihat secara umum, seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikannya yang lebih tinggi, maka akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
27/34
37
pembukt ian terlebih dahul u. Ke ya ki nan da pat mempenga ruh i
penge tahu an seseorang, baik keyakinan itu bersifatnya posi ti f maupun
negatif.
d. Fasilitas
Fasilitas merupakan sumber dari informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya itu radio, televisi, majalah, koran, dan
buku.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap
penge tahu an seseorang. Namun apabila seseorang berpenghasilan cukup
besar maka dia akan mampu untuk menyediakan ataupun membeli
fasilitas-fasilitas sumber informasi.
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan juga kebiasaan dalam sebuah keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan juga sikap seseorang terhadap
sesuatu.
Lukman dalam Hendra (2007) menambahkan, selain yang diatas
terdapat faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga
hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
28/34
38
seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada
cara berfikir seseorang.
b. Umur
Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
c. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses
belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir
dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai
lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan
intelegensi dari seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuan.
Berdasarkan hasil Penelitian di Puskesmas Simpang Agung Kabupaten
Lampung tahun 2010, diperoleh hasil bahwa pendidikan kader sebagian besar
Menegah Atas (88,8%), pengetahuan kader sebagian besar dengan kategori
baik (52,6%), sikap kader sebagian besar mendukung (51,3%), dan kader yang
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
29/34
39
berperan aktif sebanyak (51,3%), tidak terdapat hubungan antara pendidikan
kader dengan peran kader dengan p value : 0,092, terdapat hubungan antara
pengetahuan kader dengan peran kader dengan p value : 0,000, dan terdapat
hubungan antara sikap kader dengan peran kader dalam kegiatan posyandu
dengan p value : 0,000.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah proporsi kader sebagian besar
dengan pendidikan menengah atas, pengetahuan yang baik, sikap yang
mendukung, berperan aktif dalam kegiatan posyandu, dan tidak terdapat
hubungan antara pendidikan dengan peran kader, tetapi terdapat hubungan
antara pegetahuan dan sikap dengan peran kader dalam kegiatan posyandu.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan instansi kesehatan seperti
Puskesmas dapat lebih proaktif dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
pada para kader guna meningkatkan peran serta kader dalam pelaksanaan
posyandu.
2.5.2 Motivasi
2.5.2.1 Pengertian
Menurut Maslow, motivasi adalah suatu keinginan atau kehendak yang
didasari oleh adanya kebutuhan kebutuhan tertentu sehingga mengarah pada
prilaku peningkatan kerja. Motivasi adalah suatu yang pokok yang menjadi
dorongan seorang untuk bekerja. Motivasi orang bekerja ada macam-macam. Ada
orang termotivikasi bekerja karena uangnya banyak, meskipun kadang-kadang
pekerjaan itu secara hukum tidak benar. Ada juga yang termotivasi karena rasa
aman atau keselamatan meskipun bekerja dengan jarak yang jauh, bahkan ada
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
30/34
40
orang termotivasi bekerja karena pekerjaan kader memberikan prestasi yang
tinggi walaupun gajinya sangat kecil (Nursalam, 2007).
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 73 responden, ada 39 orang
(53.4%) mempunyai pengetahuan baik, 20 orang (27..4%) mempunyai
pengetahuan cukup, dan 14 orang (19.2%) mempunyai pengetahuan kurang, dan
hasil penelitian motivasi menunjukan bahwa dari 73 responden, ada 41 kader
(56.2%) mempunyai motivasi tinggi dan 32 kader (43.8%) mempunyai motivasi
rendah. Berdasarkan hasil uji pearson chi square dengan tabel 2x3 diperoleh
p value = 0,013 (p value < 0,05) yang berarti Ho ditolak, dengan demikian ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang gizi balita dengan
motivasi pemantauan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar
Kabupaten Pekalongan tahun 2013. Saran bagi tenaga kesehatan hendaknya
Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya dapat memberikan pembinaan dan
penyegaran terhadap kader posyandu balita khususnya kader yang mempunyai
pengetahuan rendah dan motivasi rendah.
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam
motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang
diterima. Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang
dengan usaha yang mereka kerjakan (Nursalam, 2011)
2.5.2.2 Faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Sitorus & Panjaitan (2011) motivasi sebagai proses psikologi
yang terjadi pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu :
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
31/34
41
a. Lingkungan kerja
Dalam kehidupan organisasi adalah faktor pemimpin dan staf. Dari pihak
pemimpin unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi adalah
1) Kebijakkan yang telah ditetapkan termasuk prosedur kerja, rencana dan
program kerja.
2) Persyaratan kerja.
3) Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan didalam
mendukung pelaksanaan kerja termasuk tempat kerja.
4) Gaya kepemimpinan arti sifat dan prilaku pemimpin terhadap staf.
b. Faktor staf
Faktor yang memiliki peran penting dalam motivasi adalah kemampuan
bekerja, semangat atau moral kerja, rasa kebersamaan dalam hidup kelompok,
prestasi dan produktifitas kerja.
2.5.3 Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas seperti kader
berpengaruh dalam posyandu baik secara langsung maupun tidak langsung
(Kurniani, 2010).
Untuk memotivasi kader melalui mengingatkan agar kehendaknya
dikembangkan suara rasional atas dasar pertimbangan guna memenuhi kebutuhan
kader. Bagaimanapun kader adalah manusia yang memiliki kebutuhan dalam
hidupnya (Depkes, 2008).
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
32/34
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
33/34
43
2.6 Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan
kepustakaan, maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Teori
Status Gizi Balita
Anando (2010), Fita (2010),Kurniani (2010) : Sosial Ekonomi Kader
Nursalam (2011) :
Motivasi Kader
Lukman & Hendra (2007), Agustin(2013), Bento (2011) :
Pengetahuan
Faktor faktor yangmempengaruhi gizi balita (Narendra dkk,2008) :
Pendapatan Pendidikan Budaya Infeksi
-
8/10/2019 Bab II Posyandu
34/34
44
top related