bab ii pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan …
Post on 16-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB II
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN PADA
MATERI INDAHNYA ASMAUL HUSNA DI RAUDLATUL ATHFAL
A. Deskripsi Pustaka
1. Pembelajaran Berbasis Lingkungan
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua komponen
yang ada di sekitar individu. Belajar dipandang sebagai proses yang
mengarah pada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Aktivitas
belajar dan pembelajaran sangat terkait dengan proses pencarian ilmu.
Islam sangat menekankan akan pentingnya ilmu. Al-qur’an dan Al-Sunah
mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu. Serta
diangkat derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu.1 Terdapat dalam
firman Allah SWT Q.S Mujadilah ayat 11.
)11المجادلة : سورة) Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “ Berdirilah
kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (Q.S Mujadilah : 11) 2
Berikut mengenai pengertian pembelajaran menurut para ahli :
1) Menurut Abdul Majid, secara sederhana pembelajaran (instruction)
bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau
1 Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 6.
2 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 793.
11
kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi,
metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan.” Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Pembelajaran juga merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, yang
mana pendidik dan peserta didik berinteraksi edukatif antara yang satu
dengan yang lainnya.3
2) Menurut Rusman
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, dan
evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan
saling mempengaruhi satu sama lain.4
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antara guru dan siswa guna mengubah perilaku siswa yang baru
dan secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa komponen yang saling
terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan pengertian lingkungan menurut N.H.T Siahaan
mengemukakan bahwa : “
Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang
terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau
makluk hidup berada dan dapt mempengaruhi hidupnya.5
Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan
sebagai media belajar, tetapi juga sebagai sumber belajar. Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar membuat anak merasa senang dalam
3 Abdul Majid, Loc. Cit.,
4 Rusman, Op. Cit., hlm. 1.
5 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Erlangga, Jakarta, 2004,
hlm. 4.
12
belajar. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah
keterampilan, seperti mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan,
mengklasifikasikan, membuat gambar dan tulisan.6
Lingkungan merupakan salah satu potensi Allah SWT untuk
digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia yang perlu dijaga kelestariannya. Selanjutnya,
mempelajari tentang seluk beluk serta pemanfaatan lingkungan ternyata
siswa bukan hanya diajak untuk mempelajari konsep tentang
lingkungan, tetapi lingkunganpun menjadi salah satu sumber belajar yang
paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar
dalam meningkankan motivasi belajar siswa.7 Lingkungan juga
menyediakan rangsangan terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respon terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi dapat
terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku.
Dapat juga terjadi, individu menyebabkan terjadinya perubahan pada
lingkungan, baik yang positif atau yang bersifat negatif. Hal ini
menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting
dalam proses belajar mengajar.8
Sedangkan pengertian pembelajaran berbasis lingkungan :
a) Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai yaitu pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar dan
memvisualisasikan fakta, gagasan, kejadian, serta keadaan
sebenarnya dalam membantu proses pengajaran di luar kelas dengan
menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk
dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar dan
mengajar agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran
berbasis lingkungan ini bisa dikatakan lebih bermakna disebabkan
6 Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 103. 7 Hamzah B Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM
;Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2013, hlm. 137. 8 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 194.
13
para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang
sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan
kebenarannya lebih dipertanggungjawabkan. Membawa kelas atau
para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas
oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi
bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa
yang akan dipelajarinya.9
b) Menurut Hamzah B.Uno dan Nurdin Mohamad
Pembelajaran berbasis lingkungan merupakan strategi dan
konsep pembelajaran yang cocok dan pas pada setiap proses
pembelajaran.10
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan sebagai media pembelajaran sangatlah penting untuk
pemahaman siswa secara mendalam mengenai berbagai hal yang terjadi
di sekitarnya. Maka didiklah anak dan sadarkan bahwa dia adalah bagian
dari lingkungan termasuk lingkungan alam, dan dia bertanggung jawab
pada kehidupannya sehingga anak-anak akan mempunyai basis
pengetahuan untuk menjadi peduli terhadap lingkungan.
Jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh siswa
untuk kepentingan pembelajaran, diidentifikasikan sebagai berikut :
(1) Lingkungan yang meliputi faktor fisik, biologi, sosio ekonomi dan
budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung
dan berinteraksi dengan kehidupan siswa.
(2) Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur yang ada dalam suatu
kelompok masyarakat.
(3) Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang
memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepemtingan
pembelajaran.11
9 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya),
Sinar baru Algensindo, Bandung, 2010, hlm. 208. 10
Hamzah B Uno dan Nurdin Muhammad, Op. Cit., hlm. 146. 11
E Mulyasa, Op. Cit., hlm. 213.
14
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan pada hakekatnya
memadukan dan mendekatkan siswa dengan lingkungannya, supaya
memiliki rasa cinta, peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungannya.
Ini ang disebut life skill, sehingga pembelajaran membekali siswa dengan
berbagai ketrampilan untuk bisa hidup dan mempertahankan
lingkungannya, serta pengembangan diri secara optimal.
Pembelajaran berbasis pendekatan lingkungan dapat dilakukan
dengan dua cara :
(1) Membawa siswa ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
(2) Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah atau kelas
untuk kepentingan pembelajaran. 12
Untuk itu, guru harus bisa sebagai fasilitator pembelajaran dalam
memilih lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
memanfaatkan lingkungan dalam kegiatan pembelajaran.13
Selain itu,
kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasai guru
yaitu menggunakan sumber belajar. Sumber belajar tersebut adalah buku
pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar disamping mengerti
dan memahami buku teks, seorang guru harus berusaha mencari dan
membaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan guna
meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan
pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya
menggunakan media dan sumber belajar yang tersedia seperti media
cetak yakni buku, media audiovisual, media audio. Tetapi kemampuan
guru disini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di
sekitar sekolahnya.14
Seperti terlihat pada perkembangan sumber belajar mulai dari
manusia purba, lingkungan dan alam tetap dapat dijadikan sumber belajar
yang andal untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sebagai
12
Ibid., hlm. 213. 13
E Mulyasa, Loc. Cit., 14
Rusman, Op. Cit., hlm. 77.
15
contoh, untuk mengetahui sifat-sifat tanah dan air. Guru bisa mengajak
siswanya ke sungai dekat tempat belajar guru dapat memberikan
petunjuk apa yang perlu diamati, kemudian siswa melakukan pengamatan
dan mengidentifikasi sendiri sifat-sifat air itu. Misalnya mereka
menemukan air untuk membersihkan sesuatu dan lain-lain. Dengan
menggunakan sungai sebagi sumber belajar, maka siswa tidak hanya
mendengar dan menyaksikan sifat-sifat air, tetapi siswa juga terlibat
langsung mengamati, merasakan, menghayati. Dengan pengalaman nyata
kemudian memikirkan tindak lanjutnya melalui pengalaman nyata.15
Mempelajari sifat-sifat air dengan membawa siswa ke alam nyata
juga dapat memenuhi cara belajar yang bervariasi. Karena manusia
memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga memilki gaya kecepatan
dan hasil belajar yang berbeda, sungguhpun menggunakan sumber
belajar yang sama. Sesuai dengan prinsip pembelajaran untuk semua
(education for all) yaitu di dalam proses pembelajaran setiap orang perlu
diberikan kebebasan memenuhi kebutuhan belajarnya sesuai dengan
tujuan, kemampuan, dan gaya belajarnya.16
Dalam pembelajaran berbasis lingkungan bagi siswa yang kuat
dalam spatial intellegence, mereka dapat dengan cepat memahami dan
mengingat sifat-sifat air dengan melihat bentangan sungai dan masuk ke
dalam sungai tersebut. Siswa yang kuat dalam musikal intellegence dapat
menjelaskan sifat-sifat air dengan mendengar suara air mengalir. Siswa
yang kuat dalam inter-personal intellegence dapat berbincang-bincang
dengan temannya tentang sifat-sifat air itu, serta siswa yang kuat dalam
kinestetik intellegence siswa dapar terjun ke air dan mandi di air sehingga
cepat memahami dan mengingat tentang sifat-sifat air. Dapat dipahami
bahwa dengan menggunakan sumber pembelajaran berbasis lingkungan,
guru dapat menggunakan bervariasi metode pembelajaran yang di
ajarkan siswa, agar siswa tidak hanya faham, tetapi juga bisa
15
Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 49. 16
Ibid., hlm. 50.
16
mempraktekkan langsung dan menghayati nilai-nilai yang terkandung
dalam materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru, sehingga kegiatan
pembelajaran siswa menjadi menyenangkan dan meningkatkan rasa
keingintahuan siswa, tanpa adanya suatu paksaan dari guru. Pada
dasarnya, menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan yang
dilakukan di luar kelas atau sekolah memerlukan pengarahan dari guru
tentang aspek serta fokus pengamatan. 17
Maka dengan adanya pembelajaran yang berbasis lingkungan
harus dioptimalkan selain sebagai media pembelajaran juga dijadikan
sumber belajar siswa. Yang tidak hanya menjadikan siswa paham tetapi
siswa juga memiliki sikap yang cinta akan lingkungan sekitar yang bisa
di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan
kecerdasan naturalis. Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan
seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada
di lingkungan alam yang terbuka, seperti pantai, gunung, cagar alam,
laut, hutan dan lain-lain. Sehingga siswa suka mengobservasi lingkungan
yang ada di semesta alam ini seperti aneka macam batuan, jenis lapisan
tanah, macam-macam flora dan fauna, benda angkasa dan lain-lain.18
b. Teknik Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Berikut cara atau teknik bagaimana mempelajari lingkungan
sebagai media dan sumber belajar diantaranya :
1) Survey, yaitu siswa mengunjungi lingkungan. Seperti mengunjungi
masyarakat sekitar untuk untuk mempelajari proses, budaya, ekonomi
dan lain-lain.
2) Camping, kemah memerlukan waktu yang lama sebab siswa harus
dapat menghayati bagaimana kehidupan alam, seperti suhu, iklim,
suasana dan lain-lain.
17
Sitepu, Loc. Cit., 18
Hamzah B.Uno dan Masri Kudarat Umar, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran ;
Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 14.
17
3) Field Trip, yaitu karyawisata yng merupakan kunjungan siswa keluar
kelas untuk mempelajari objek tertentu. Objek wisata harus relevan
dengan bahan pengajaran misalnya musium untuk pengajaran sejarah.
4) Praktek lapangan, yaitu dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh
ketrampilan dan kecakapan khusus.
5) Mengundang manusia sebagai narasumber, yakni mengundang tokoh
masyarakat ke sekolah untuk menjelaskan pengetahuan dan
keahliannya dihadapan siswa. Seperti mengundang petugas petani
untuk menjelakan mengenai cocok tanam dan lain-lain.
6) Melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Cara ini
dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa bersama-sama melakukan
kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan,
penyuluhan). Sehingga dapat bermanfaat bagi siswa maupun
masyarakat setempat. Bagi siswa merupakan penerapan atau mencoba
melakukan kegiatan sehubungan dengan dengan kecakapan belajarnya
dalam bidang tertentu sedangkan bagi masyarakat merasa terbantu.19
c. Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan harus
adanya persiapan dan perencanaan yang matang. Dengan adanya
persiapan yang matang dan terkendali maka akan mencapai tujuan dan
target yang dicapai dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan
tercapai sesuai dengan yang dharapkan. Adapun langkah pembelajaran
yang ditempuh dalam pembelajaran berbasis lingkungan yaitu langkah
persiapan, langkah pelaksanaan dan langkah tindak lanjut. Berikut
penjelasannya :
1) Langkah persiapan
a) Langkah yang harus ditempuh pada langkah persiapan antara lain
dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu,
guru dan siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan
19
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op.Cit., hlm. 209-212.
18
diperoleh para siswa berkaitan dengan penggunaan lingkungan
sebagai media dan sumber belajar.
b) Menentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi. Dalam
menetapkan objek kunjungan hendaknya diperhatikan dengan
relevansi dengan tujuan belajar, kemudahan menjangkaunya misal
cukup dekat dan murah perjalanannya, tidak memerlukan waktu
yang lama, tersedianya sumber-sumber belajar, keamanan bagi
siswa dalam mempelajarinya serta memungkinkan untuk
dikunjungi dan dipelajari para siswa.
c) Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.
Misalnya mencatat apa yang terjadi, mengamati suatu proses,
bertanya pada siswa dan memberi pertanyaan pada siswa.
d) Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan. Misal
membuat dan mengirimkan surat permohonan untuk mengunjungi
objek tertentu agar guru dan siswa dapat mempersiapkannya.
Dalam surat tersebut berisi tentang kegiatan apa yang dilakukan
dan tujuan yang diharapkan dari kunjungan tersebut.
e) Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar, seperti
tata tertib perjalanan dan di tempat tujuan, perlengkapan belajar
yang harus dibawa, menyusun pertanyaan yang akan diajukan, bisa
kamera, trasportasi, biaya, perbekalan atau makanan, perlengkapan
P3K dan lain-lain yang diperlukan dalam kgiatan pembelajaran
berbasis lingkungan.
2) Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini yaitu melakukan kegiatan belajar ditempat
tujuan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya
kegiatan belajar diawali dengan penjelasan petugas mengenai objek
yang dikunjungi sesuai dengan permintaan yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam penjelasan tersebut siswa bisa bertanya kepada
petugas maupun guru.
19
Pada akhir kunjungan dengan ucapan terima kasih kepada
petugas dan pimpinan objek tersebut. Apabila objek kunjungan
sifatnya bebas dan tak perlu ada petugas yang mendampinginya, para
siswa langsung mempelajari objek studi dan mengamatinya dengan
bantuan guru.
3) Tindak Lanjut
Guru bisa meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari
kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan tersebut.di samping guru
menyampaikan materi yang diperoleh dan berhubungan dengan bahan
pengajaran bidang studinya. Di lain pihak guru juga memberikan
penilaian terhadap kegiatan belajar siswa dan hasil-hasil yang
dicapainya.20
d. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Dalam kegiatan pembelajaran pastinya ada kelebihan dari masing-
masing model pembelajaran. Adapun keuntungan dalam pembelajaran
berbasis lingkungan bagi siswa dan guru diantaranya :
1) Siswa dibawa langsung ke dalam dunia yang konkret tentang
penanaman konsep pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya
menghayalkan materi.
2) Lingkungan dapat digunakan setiap saat kapanpun dan dimanapun.
3) Konsep pembelajaran menggunakan lingkungan tidak membutuhkan
biaya, karena semua disediakan oleh alam lingkungan.
4) Mudah dicerna siswa karena materi yang disajikan sifatnya konkret
bukan abstrak.21
5) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga
motivasi siswa semakin meningkat.
6) Hakekat belajar akan lebih menjadi bermakna sebab siswa dihadapkan
situasi yang bersifat nyata dan alami.
20
Ibid., hlm. 214-217. 21
Hamzah B Uno dan Nurdin Muhammad, Op. Cit., hlm. 146-147.
20
7) Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat.
8) Kegiatan lebih aktif karena dilakukan dengan cara mengamati,
bertanya, membuktikan, dan lain-lain.
9) Sumber belajar menjadi lebih kaya akan pengetahuan sebab
lingkungan yang dipelajari beraneka ragam, seperti lingkungan alam,
lingkungan buatan dan lain-lain.
10) Siswa lebih memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan
yang ada di lingkungannya, sehingga membentuk pribadi yang dapat
memupuk cinta lingkungan di kehidupan sekitar. 22
e. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Adapun kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis lingkungan yaitu berkisar pada pelaksanaan pada
waktu dan kegiatan pembelajaran, diantaranya :
1) Kegiatan pembelajaran kurang dipersiapkan sebelumnya yang
menyebabkan pada waktu siswa dibawa ketujuan tidak melakukan
kegiatan belajar yang diharapkan sehingga terkesan main-main.
2) Ada kesan dari guru dan siswa dalam mempelajari lingkungan
membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga pembelajaran yang
ada di kelas menjadi sedikit.
3) Sempitnya pandangan guru yang menyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran hanya di dalam kelas saja. Guru lupa bahwa kegiatan
belajar siswa dapat dilakukan di luar kelas. Yaitu salah satunya
dengan mempelajari keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya.23
2. Kemampuan Ranah Afektif
a. Tingkatan Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ciri-ciri hasil belajar afeksi akan tampak pada peserta didik dalam
22
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Op. Cit., hlm. 208. 23
Ibid., hlm. 209.
21
berbagai tingkah laku. Seperti : perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata
pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih
banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan
atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan
sebagainya.24
Kemampuan ranah afektif dilihat dari belajar mengajar melalui
lima tahapan secara hierarkis atau bertingkat, sebagai berikut25
:
Tabel 2.1
Tingkatan Ranah Afektif
Tingkat Unsur
1. Menerima (receiving) a. Kesadaran (awareness)
b. Kemauan menerima
(willingness to receive)
c. Pemusatan perhatian
(controlled/selected attention)
2. Menanggapi (responding) a. Kesediaan menanggapi
(asquiscence in responding)
b. Kemauan menanggapi
(willingness to respons)
c. Kepuasan dalam menggapi
(satisfaction in response)
3. Penilaian (valuing) a. Penerimaan suatu nilai
(acceptence of value)
b. Pemilihan suatu nilai
(preverance for values)
c. Keterikatan (commitment)
4. Mengorganisasi
(organization)
a. Konsep kita terhadap nilai
(acceptualization of value)
b. Pola mengorganisasi ke dalam
sistem nilai (organization of
value system )
5. Mempribadikan nilai
charecterization (value
a. Menggeneralisasikan
(generalized set)
24
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013,
hlm. 54. 25
W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2008, hlm. 155-156.
22
complex) b. Mempribadikan
(characterization)
Berikut penjelasan dari tahapan tersebut :
1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) adalah
kepekaan seseorang dalam menerima stimulus dari luar yang datang
kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Yang termasuk dalam jenjang ini adalah kesadaran dan keiginan untuk
menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Jenjang receiving juga diberi
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau
objek. Sehingga siswa dibina agar bersedia menerima nilai-nilai yang
diajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri
dengan nilai itu. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving seperti
siswa menyadari bahwa sifat disiplin harus ditegakkan, dan sikap
malas harus dijauhi.26
2) Responding atau merespon (menanggapi) adalah kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu
cara. Contoh hasil belajar ranah afektif jenjang responding adalah
tumbuh hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mempelajari
lebih dalam lagi ajaran islam tentang kedisplinan.27
3) Valuing atau menilai yaitu memberikan penghargaan atau nilai
terhadap sesuatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu
tidak dilakukan maka dirasa akan meberikan kerugian. Bila dalam diri
siswa mereka telah mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”.
Maka ini menunjukkan bahwa pesera didik telah menjalani proses
penilaian. Yang telah mulai dicamkan dalam diri siswa. Contoh hasil
belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat
26
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013,
hlm. 54. 27
Ibid., hlm. 55.
23
untuk berlaku disiplin, baik di rumah, sekolah maupun di tengah-
tengah masyarakat.28
4) Organization atau mengorganisasikan yaitu menghubungkan nilai-
nilai tertentu dalam usaha membentuk sebuah sistem, dan mmutuskan
prioritas dari masing-masing nilai tersebut. Contoh hasil belajar
afektif jenjang organization yaitu siswa mendukung penegakan
disiplin nasional yang telah direncanakan oleh bapak presiden
Soeharto. 29
5) Characterization by a value or value complex atau karakterisasi
dengan suatu nilai atau kelompok nilai. Yaitu keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai tersebut telah tertanam pada
sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya sehingga siswa dapat
mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama
sehingga membentuk pola hidup yang menetap dan konsisten. Contoh
hasil belajar ranah afektif pada jenjang Characterization by a value or
value complex yaitu siswa telah memiliki kebulatan sikap yang
menjadikan perintah Allah yang terdapat dalam surat al-ashr sebagi
pegangan hidupnya dalam hal kedisiplinan dalam hal menyangkut
kedisiplinan di rumah, sekolah dan kehidupan masyarakat.30
b. Karakteristik Ranah Afektif
Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai dan moral. Berikut penjelasannya :
1) Sikap
Menurut KBBI sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada
pendirian, keyakinan.31
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati
dan menirukan sesuatu yang positif. Kemudian melalui penguatan
28
Anas Sudijono, Loc. Cit., 29
Kelvin Seifert, Pedoman Pembelajaran & Instruksi Pendidikan, IRCiSoD, Jokjakarta,
2012, hlm. 154. 30
Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 56. 31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga, Balai
Pustaka , Jakarta, 2007, hlm. 1063.
24
serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati
dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan
konsistensi terhadap sesuatu.32
Dapat disimpulkan bahwa untuk menumbuhkan sikap dan
pribadi siswa yang berakhlaq mulia dibutuhkan guru yang mampu
memberikan motivasi guru terhadap siswa serta guru harus
berperilaku yang baik atau menjadi suri tauladan bagi siswa. Karena
guru dalam istilah jawa memiliki arti “digugu lan ditiru” yang artinya
guru sebagai panutan dan contoh bagi siswanya. Karena perilaku pada
anak-anak kecenderungan memilki sikap meniru dari apa yang dilihat,
di dengar dari semua perilaku yang dikerjakan guru.
2) Minat
Menurut KBBI minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu ; gairah dan keinginan.33
Penilaian minat dapat digunakan untuk :
a) Mengetahui minat siswa sehingga memudahkan guru dalam
memberikan pengarahan dalam pembelajaran.
b) Mengetahui bakat dan minat siswa.
c) Meningkatkan motivasi belajar siswa.34
3) Konsep Diri
Dalam penilaian konsep diri memilki kelebihan sebagai berikut :
a) Guru mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa.
b) Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian dal am hal penilaian
kegiatan siswa.
c) Siswa lebih aktif dan partisipasi dalam proses pembelajaran.
d) Siswa dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
e) Melatih kejujuran dan kemandirian siswa.35
32
Adri Efferi, Op. Cit., hlm.125. 33
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit., hlm. 744. 34
Adri Efferi, Loc. Cit., 35
Ibid., hlm. 126.
25
4) Nilai
Nilai (value, valure) berhubungan apa yang dianggap baik dan
tidak baik, indah dan tidak indah, adil dan tidak adil, dan sebagainya.
Jadi nilai terdapat dalam semua bidang kehidupan. Misal dalam
bidang pergaulan terhadap sesama ada nilai kesopanan, kepercayaan,
kepedulian dan lain-lain. Seseorang mempunyai susunan tertentu
tentang nilai yang paling penting, agak penting, kurang penting dan
sebagainya. Sistem nilai berubah-ubah. Bagai seseorang mungkin hari
ini penting, tetapi besok dianggapnya kurang penting. Karena sifatnya
nilai yang berubah-ubah, maka sistem nilai dapat dibina dalam diri
seseorang.36
5) Moral
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral
merupakan kendali dalam bertingkah laku. Kaitannya dengan
pengalaman nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang
dimaksud. Misalnya dalam pengalaman nilai hidup:tenggang rasa,
dalam perilakunya seseorang akan selalu memperhatikan perasaan
orang lain dan dapat membedakan tindakan yang benar dan yang
salah.37
3. Materi Indahnya Asmaul Husna di RA
Kalau sifat-sifat baik dan terpuji yang disandang manusia atau
makhluk, seperti hidup, kuasa, pengetahuan, pendengaran, penglihatan,
kasing sayang dan sebagainya. Maka pastilah Allah yang Maha Kuasapun
memilki sifat-sifat baik dan terpuji dalam kapasitas dan substansi yang lebih
sempurna. Kata Al-Asma adalah bentuk jamak dari kata Al-Ism yang biasa
diterjemahkan dengan “nama”. Ia berakar dari kata assumu yang berarti
36
W. Gulo, Op. Cit., hlm. 147-148. 37
Sunarto dan Agung hartono, Op. Cit., hlm. 168.
26
ketinggian, atau assimah yang berarti tanda. Memang nama merupakan
tanda bagi sesuatu, sekaligus harus dijunjung tinggi. Namun yang jelas
bahwa Allah memiliki apa yang dinamai-Nya sendiri dengan Al-Asma‟ dan
bahwa Al-Asma‟ itu bersifat Husna. Sedangkan kata Al-Husna adalah
bentuk muanats dari kata Ahsan yang berarti terbaik. Penyifatan nama-nama
Allah, menunjukkan bahwa nama-nama tersebut bukan saja baik, tetapi juga
yang terbaik bila dibanding dengan yang baik lainnya. Sangat populer
berbagai riwayat yang menyatakan bahwa jumlah Al-Asma‟ Al husna adalah
sembilan puluh sembilan.38
Jadi Asma’ul Husna adalah nama-nama terbaik
yang dimiliki Allah yang mencerminkan kebesaran Allah dan keagungannya
yang mesti menyatu dalam dirinya. Sebagai umat muslim kita harus
meneladani nama-nama Allah dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun materi indahnya asmaul husna di RA pada pembelajaran
berbasis lingkungan diantaranya al-Khaliq, an-Nafi‟, dan ar-Razzaq : 39
a. Al-Khaliq
Khaliq berasal dari akar kata “khalq” yang arti dasarnya adalah
“mengukur” atau “memperhalus”. Makna ini kemudian berkembang
antara lain dengan arti ; “menciptakan dari tiada”, “menciptakan tanpa
satu contoh terlebih dahulu”, “mengatur”, “membuat”, dan sebagainya.40
Eksistensi manusia yang muncul diantara dua waktu yang panjang
itu, menyadarkan manusia bahwa dirinya hanya bagaikan sebiji noktah
dalam jagat raya ini. Kedatangannya di muka bumi ini bukan dengan
kemauannya sendiri, tetapi ditentukan oleh Tuhan yang menciptakannya
dari tidak ada menjadi ada, dan dibekali dengan kekuatan internal dan
kekuatan eksternal, agar manusia lebih berarti. Allah memang Maha
Pencipta. Bukan saja manusia yang diciptakan, tetapi seluruh jagat raya
adalah makhluk Tuhan. Misalkan langit, bintang, planet, satelit, galaksi
38
M.Quraish Shihab, “Menyingkap Tabir Ilahi” Asma al Husna dalam Perspektif Al-Qur‟an,
Lentera Hati, Jakarta, 1999, hlm. 1. 39
Hasil Dokumentasi yang diambil dari Buku Dokomen Kegiatan Pembelajaran RA
Baiturrahman Mejobo Kudus pada tanggal 25 Februari 2016. 40
Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 75.
27
beserta isinya adalah ciptaan Allah belaka. Begitu pula planet bumi
beserta isinya, baik di laut maupun di darat, baik di luar maupun dalam
perut bumi, semuanya ciptaan Allah, Tuhan Maha Pencipta.41
b. An-Nafi‟
Kata An-Nafi‟, terambil dari huruf nun, fa‟, dan „ain yang artinya
yang bermanfaat.42
Dengan memahami makna nama An-Nafi‟ ini, kita
kembali diingatkan bahwa pada hakikatnya semua benda itu tidak
bermudharat dan bermanfaat. Allah-lah yang menjadikannya bermanfaat
atau membawa mudarat bagi seseorang dalam hidupnya. Air tampaknya
sesuatu yang bermanfaat, karena bisa menghilangkan kehausan bila
diminum orang yang dahaga.43
c. Ar-Razzaq
Rezeki manusia bisa beragam, tetapi yang memberi rezeki hanya
satu, yaitu ar-razzaq, yaitu Tuhan yang memberi rezeki. Dia yang telah
menjamin adanya rezeki manusia dan semua makhluk melata di muka
bumi ini. Manusia sering merasa bahwa suatu yang diterimanya sebagai
rezeki adalah dari seorang yang lain, sehingga ia sering mengatakan
bahwa orang itulah yang memberi rezeki. Akan tetapi pada hakekatnya,
hanya Tuhan Yang Maha memberikan rezeki kepadanya, sedangkan
orang itu hanya sebagai salah satu mata rantai dalam hukum yang
ditetapkan Tuhan dalam perolehan rezeki.44
4. Raudlatul Atfhal (RA)
a. Ruang Lingkup Raudlatul Atfhal (RA)
Semakin maju masyarakat, semakin tinggi kesadarannya akan
pentingnya pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak untuk
meningkatkan mutu kehidupan di kemudian hari. Banyak orangtua yang
41 Zurkani Jahja, 99 Jalan Mengenal Tuhan, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2010, hlm.
87. 42
Ibid., hlm. 407. 43
Ibid., hlm. 679. 44
Ibid., hlm. 135-136.
28
merasa perlu memberikan pendidikan kepada anak seawal mungkin. Oleh
karena itu, pendidikan anak usia dini semakin berkembang baik yang
dikelola masyarakat atau pemerintah. Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan di jalur formal dan non formal. Pendidikan anak usia
dini jalur formal diselenggarakan dalam bentuk Taman Kanak- Kanak
(TK) atau Raudlatul Atfhal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang
melaksanakan program untuk anak usia 4-<6 tahun. Pendidikan anak usia
dini diselenggarakan di non formal dalam bentuk Kelompok Bermain
(KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA).45
Raudlatul Atfhal (RA), Bustanul Atfhal (BA) adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan
keagamaan islam bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.46
Fungsi pendidikan Raudlatul Atfhal (RA) juga untuk mengenalkan
peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, mengenalkan anak
dengan dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik,
mengembangkan komunikasi dan sosialisasi, mengembangkan
kemampuan dan kreativitas dalam menyiapkan anak untuk memasuki
pendidikan dasar. Selain itu tujuannya adalah untuk membantu siswa
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi
moral dan nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau
motorik, kemandirian untuk memasuki pendidikan dasar. Tujuan
Raudlatul Atfhal (RA) juga berkesinambungan dengan tujuan pendidikan
Islam, yaitu untuk membentuk insan kamil (manusia sempurna). Oleh
karena itu, tujuan Raudlatul Atfhal (RA) adalah pembentukan dasar
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak usia dini. Dalam hal
itu keluarga mempunyai peranan penting untuk mewujudkan peletakan
dasar dalam rangka memasuki pendidikan selanjutnya.47
45
Sitepu, Op. Cit., hlm. 94. 46
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 127-127. 47
Ibid., hlm. 128.
29
Program kegiatan RA didasarkan pada tugas perkembangan anak
sesuai dengan perkembangannya. Program kegiatan belajar RA
merupakan satu kesatuan program yang utuh. Program kegiatan belajar
berisi bahan-bahan yang dapat dicapai melalui tema yang sesua dengan
tema yang sesuai dengan lingkungan anak dan kemampuan yang akan
dikembangkan. Seperti program pengembangan pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dalam rangka mempersiapkan ank sedini mungkin
dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang hidup sesuai dengan
norma yang dianut oleh masyarakat.48
Adapun tujuan praktis penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
diantaranya :
1) Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut.
2) Mengurangi angka mengulang kelas.
3) Mengurangi anak putus sekolah.
4) Menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu
berpendidikan rendah.
5) Meningkatkan mutu pendidikan.
6) Mengurangi angka buta huruf muda.49
Mengacu pada tujuan dan prinsip penyelenggaraan pendidikan di
RA, dalam proses belajar dan membelajarkan juga disediakan sumber
belajar di ruangan kelas dalam bentuk sentra-sentra yang terdiri atas satu
bidang pengembangan sebagai berikut :
1) Sentra bahasa yang berisikan alat serta sumber belajar, seperti alat
peraga, alat pendengar, gambar dan lain-lain.
2) Sentra daya pikir yang berisikan bahan-bahan, seperti alat mengukur,
manik-manik, lidi untuk menghitung dan lain-lain.
3) Sentra daya cipta bertujuan mengembangkan imajinasi daya pikir, dan
kemampuan berkreasi anak.
48
Ibid., hlm. 129. 49
Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains, Jokjakarta, 2014,
hlm. 25.
30
4) Sentra agama bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan
beragama dan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
5) Sentra seni, mengembangkan kemampuan seni rupa, seni bentuk, seni
suara, seni musik, seni gerak dan kreativitas anak.
6) Sentra kemampuan motorik, berisi alat-alat permainan.
7) Sentra balok, mengembangkan kemampuan logika matematika
permulaan, kemampuan berfikir dan memecahkan masalah.
8) Sentra musik berisi alat-alat kesenian yang dapat memfasilitasi anak
untuk memperluas pengalamannya tentang irama dan bunyi-
bunyian.50
b. Strategi Pembelajaran Raudlatul Atfhal (RA)
Menurut Abdul Majid pengertian strategi adalah suatu pola yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan
kegiatan atau tindakan. Stategi mencakup tujuan kegiatan, siapa
yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan
sarana penunjang kegiatan.51
Dalam kaitannya dengan strategi mengajar, maka ruangan dan
perabot harus diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
terlaksananya pengajaran yang baik baik perseorangan maupun
kelompok. Juga memungkinkan terlaksananya pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dan tercapainya kemampuan dasar seoptimal
mungkin. Bermain merupakan bentuk kegiatan belajar di RA yakni
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.52
Dalam penyampaian materi pada siswa yang dipentingkan bukan
hasil akhir semata, melainkan proses dari belajar mengajar siswa. Guru
juga harus memahami tingkah laku siswa, agar kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan keadaan dan tingkat perkembangan tiap-tiap siswa.
Untuk itu diperlukan hubungan yang baik dan akrab antara guru dan
siswa agar tidak memiliki rasa takut pada diri siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Dalam mendukung kegiatan belajar mengajar
50
Sitepu, Op.Cit., hlm. 96. 51
Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 3. 52
Mansur, Op.Cit., hlm. 130.
31
juga perlu disiapkan sumber-sumber belajar agar dapat memperkaya
pengalaman siswa. Selain itu hendaknya memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar. Dalam hal ini diperlukan penilaian kegiatan,
perkembangan dan pertumbuhan siswa dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengtahui sejauh mana
kemampuan yang dicapai dan dikuasai oleh siswa dalam bentuk catatan
dari waktu ke waktu mengenai perkembangan dan pertumbuhan siswa
yang kemudian dilaporkan kepada orang tua.53
Raudlatul Atfhal merupakan salah satu bentuk awal pendidikan
sekolah sebelum memasuki sekolah dasar. Oleh karenanya, RA perlu
menciptakan situasi yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Setiap
anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti keadaan jasmani,
rohani dan tingkat perkembangannya. Keadaan jasmani meliputi gerakan
atau motorik kasar dan halus. Rohani meliputi moral, sosial, perasaan dan
kecerdasan. Sedangkan perkembangan merupakan hasil proses
kematangan dan hasil belajar. pengalaman dan pelatihan baru akan
memiliki dampak jika dasar-dasar yang diperlukan telah mencapai
kematangan.54
Dalam mencapai kematangan, sifat kegiatan belajar di RA adalah
pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan
sehari-hari seperti menjaga kebersihan, keamanan, mandiri, tanggung
jawab, sopan santun, berani dan pengendalian diri.55
Salah satu wujud
dalam pembentukan perilaku yaitu penanaman nilai-nilai agama anak
sejak dini sangat penting dan hal ini menjadi fondasi anak. Sebagaimana
makna fungsi fondasi, begitu pulalah yang akan didapatkan dan
dilakukan oleh anak dengan fondasi yang dimilikinya, bimbingan,
pemahaman dan penanaman nilai-nilai agama pada anak yang terbaik
bagi anak tersebut sebagai bekalnya menyongsong masa depan. Sejak
usia dini anak perlu diajari mencintai Allah melalui nama-nama indah
53
Ibid., hlm. 132. 54
Mansur, Loc.Cit., 55
Ibid., hlm. 133.
32
Allah (asmaul husna) meliputi Allah Maha Pengasih, Allah Maha
Penyayang, Allah Maha Mencintai, Allah Maha Pemaaf, Allah Maha
Pemberi Rizqi, Allah Maha Pemberi Manfaat, Allah Maha Pencipta dan
sebagainya. Pada usia 3-6 tahun kemampuan anak menerima
pengetahuan, mengambil pelajaran dan mencontohnya, mencapai
puncaknya.56
c. Kurikulum Berdasarkan Perkembangan Anak
Menyusun kurikulum untuk anak usia dini berarti siap mengikuti
irama mereka dan siap untuk melangkah lebih jauh saat mereka berminat
untuk tahu lebih banyak. Perkembangan anak secara umum bisa diukur
melalui perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif,
perkembangan moral dan sosial, perkembangan emosional,
perkembangan komunikasi atau berbahasa.57
1) Perkembangan fisik motorik
a) Motorik kasar meliputi berlari, memanjat, menangkap, menendang
dan lain-lain.
b) Motorik halus meliputi mewarnai, mengancingkan baju,
menggunting dan lain-lain.
c) Organ sensor meliputi membedakan berbagai macam rasa,
mengenali berbagai benda, mengenali warna benda dan lain-lain.
2) Perkembangan kognitif
Seperti mengenal nama-nama warna, mengenal nama-nama huruf,
mengenal nama-nama nabi, mengenal nama-nama kitab dan lain-lain.
3) Perkembangan moral dan sosial
Seperti mengetahui sopan santun, mengetahui aturan-aturan makan,
mengetahui aturan-aturan keluarga dan sekolah dan lain-lain.
4) Perkembangan emosional
Seperti menunjukkan rasa sayang pada orang tua, teman, guru,
menunjukkan rasa empati, mengetahui simbol-simbol emosi seperti
56
Amani Ar-Ramadi, Pendidikan Cinta untuk Anak, Aqwam, Solo, 2006, hlm. 30. 57
Aden Ranggiasanka, Op. Cit., hlm. 60.
33
sedih, gembira, marah dan mampu mengontrol emosi sesuai kondisi
yang tepat.
5) Perkembangan komunikasi atau berbahasa.
Seperti mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata, mampu
melafalkan kata-kata dengan jelas (bisa dimengerti orang lain).58
Dalam RA selain pendidikan umum juga ada pendidikan
keagamaan islam. Adapun isi pendidikan setidaknya ada tujuh bidang
Tarbiyah Islamiyah yaitu pendidikan keimanan, pendidikan akhlaq,
pendidikan pemikiran, pendidikan fisik. pendidikan sosial, pendidikan
kepribadian, pendidikan kejenisan (sexual education). Hendaknya semua
itu diajarkan kepada anak.59
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti terdahulu. Berdasarkan penelitian relevan yang
membahas tema seputar “Pelaksanaan Pembealajaran Berbasis Lingkungan
dalam Meningkatkan Kemampuan Ranah Afektif pada Materi Indahnya
Asmaul Husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus”. Adapun penelitian yang
pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu sebagai berikut :
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Hana Hidayatu Rosita (2014) tentang
“Penerapan Metode Permainan Kereta Api dalam Pengembangan Afeksi
Agama pada Anak Usia Dini di RA Al Falah Margorejo, Pati, Tahun Pelajaran
2013/2014”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dengan diterapkannya metode permainan kereta
api, ranah afeksi siswa sangat baik. Upaya pengembangan afeksi pada anak
usia dini yaitu dengan cara mengajarkan anak berdoa, selain itu dengan
penerapan metode permainan kereta api diharapkan mampu melatih siswa
untuk membiasakan berakhlakul karimah dari pemberangkatan sampai akhinya
berhenti di stasiun untuk menerapkan ilmu pengetahuan agama dari guru lewat
58
Ibid., hlm. 61. 59
Ibid., hlm. 64.
34
permainan.60
Relevansi antara Hana Hidayatu Rosita dengan peneliti. Persamaannya
adalah menggunakan penelitian kualitatif dan meneliti tentang upaya
meningkatkan kemampuan ranah afektif siswa pada anak RA. Sedangkan, yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
penerapan strategi pembelajarannya dalam meningkatkan ranah afektif siswa.
Penelitian terdahulu menggunakan metode permainan kereta api, sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti ini menggunakan pembelajaran berbasis
lingkungan. Obyek dalam penelitian Hana Hidayatu Rosita adalah siswa RA Al
Falah Margorejo Pati, sedangkan obyek penelitian ini adalah siswa RA
Baiturrahman Mejobo Kudus.
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Shinta Rahma Aji (2015) tentang
“Pengaruh penerapan pembelajaran berbasis ICT model CD interaktif dalam
Meningkatkan Aspek Kognitif dan Afektif Siswa pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP 1 kudus tahun pelajaran 2014/2015”.61
Hasil
penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh positif dengan adanya
penerapan pembelajaran berbasis ICT model CD interaktif dalam
meningkatkan aspek kognitif dan afektif siswa pada mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP 1 Kudus. Hasil menunjukkan bahwa
hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya. Hal ini terlihat dari nilai
korelasi sebesar 0,469 yang dibandingkan dengan nilai r tabel pada taraf
signifikan 5% sebesar 0,312, menunjukkan nilai r hitung > r tabel, dengan
demikian pada taraf 5% hasilnya signifikan.
Relevansi antara penelitian Shinta Rahma Aji dengan peneliti.
Persamaannya adalah meneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan ranah
afektif siswa. Sedangkan, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
60
Hana Hidayatu Rosita, Penerapan Metode Permainan Kereta Api dalam Pengembangan
Afeksi Agama pada Anak Usia Dini di RA Al Falah Margorejo, Pati, Tahun Pelajaran
2013/2014, Jurusan Pendidikan Agama Islam Prodi Tarbiyah, STAIN Kudus, 2014. 61
Shinta Rahma Aji, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis ICT model CD interaktif
dalam Meningkatkan Aspek Kognitif dan Afektif Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP 1 kudus tahun pelajaran 2014/2015, Jurusan Pendidikan Agama Islam Prodi Tarbiyah,
STAIN Kudus, 2015.
35
sebelumnya adalah pada penelitian terdahulu menggunakan penelitian
kuantitatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan menggunakan
strategi pembelajaran berbasis ICT model CD interaktif dan, sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti ini menggunakan penelitian kualitatif pada
materi agama yaitu tentang indahnya asmaul husna dan menggunakan
pembelajaran berbasis lingkungan. Obyek dalam penelitian Shinta Rahma Aji
adalah siswa SMP Negeri 4 Purwanegara Banjarnegara, sedangkan obyek
penelitian ini adalah siswa di RA Baiturrahman Mejobo Kudus.
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Arif Qoribi Tiyono (2014) tentang
“Penerapan Strategi PAIKEM Berbasis Lingkungan dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Diagram Venn di kelas VII MTs
Muhammadiyah Watulimo”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan
penerapan strategi PAIKEM berbasis lingkungan pada materi diagram venn
menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
siswa. Melalui lingkungan yang digunakan sebagai sumber belajar, membuat
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak hanya monoton saja.62
Relevansi antara penelitian Arif Qoribi Tiyono dengan peneliti.
Persamaannya adalah meneliti tentang pembelajaran yang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar dan menggunakan penelitian kualitatif.
Sedangkan, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah pada penelitian terdahulu penerapannya pada materi diagram venn,
sedangkan penelitian ini penerapannya pada materi asmaul husna. Penelitian
terdahulu bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan
penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif siswa.
C. Kerangka Berfikir
Pendidikan sangat penting bagi manusia, baik pendidikan umum maupun
agama. Dalam pendidikan agama khususnya pada anak usia dini perlu
62
Arif Qoribi Tiyono, Penerapan Strategi PAIKEM Berbasis Lingkungan dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Diagram Venn di kelas VII MTs Muhammadiyah
Watulimo, Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Tulungagung,
2014.
36
diterapkan untuk membentuk akhlaq yang mulia. Dalam hadist Nabi juga di
jelaskan bahwa “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu,
sedangkan belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air”. Agar
pendidikan islam dan penanaman nilai-nilai agama yang diterima anak sejak
usia dini tersebut mudah untuk dicerna dan di amalkan dalam kehidupannya
sehari-hari maka diperlukan cara atau model pembelajaran usia dini yang tepat
dan dapat membawa anak kearah yang meningkat khususnya dalam pengajaran
Pendidikan Agama Islam siswa mampu menanamkan nilai-nilai dan sikap.
Salah satunya dengan menerapkan pembelajaran berbasis lingkungan
yang dapat meningkatkan kemampuan afektif yaitu penerapan pembelajaran
berbasis lingkungan yaitu pembelajaran yang dikemas dengan memadukan dan
mendekatkan siswa dengan lingkungannya atau survey ke lingkungan, supaya
memiliki rasa cinta, peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungannya.
Sehingga pembelajaran membekali siswa dengan berbagai untuk bisa hidup
dan mempertahankan lingkungannya, serta pengembangan diri secara optimal
pada materi Indahnya Asmaul Husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus.
Pada tahap receiving ini, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu
fenomena khusus atau stimulus. Tugas guru mengarahkan perhatian siswa pada
fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif melalui pembelajaran
berbasis lingkungan sehingga memunculkan sikap cinta lingkungan.
Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Melalui pembelajaran berbasis lingkungan, siswa tidak saja
memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran
pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, dalam hal ini di
harapkan peserta didik memiliki minat untuk selalu bertingkah laku baik.
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Dalam tujuan pembelajaran,
penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi yang dan di
aktualisasikan melalui pembelajaran berbasis lingkungan dengan harapan
seorang siswa mampu mencapai nilai yang baik.
37
Pada tahap organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi
sistem nilai yang dikembangkan melalui pembelajaran berbasis lingkungan
sehingga siswa mampu mengkonsep diri sesuai Ajaran Rasullulah SAW.
Selanjutnya adalah characterization. Pada tingkat ini siswa memiliki
sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga
terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan
pribadi, emosi, dan sosial. Melalui pembelajaran berbasis lingkungan
diharapkan bisa membentuk nilai dan sikap yang berakhlak pada diri siswa.
Dapat digambarkan bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Pembelajaran
Berbasis Lingkungan
Materi Indahnya
Asmaul Husna
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Evaluasi
Hasil Kemampuan Ranah
Afektif siswa :
Receiving
Responding
Valuing
Organization
Characterization 80
-
R
e
c
e
i
v
i
n
g
-
R
e
top related