bab ii landasan teori penertiban pemakaian tenaga listrik
Post on 30-Nov-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)
P2TL merupakan singkatan dari Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik.
Yang dimaksud P2TL yaitu rangkaian dari kegiatan yang dilakukan dan
didalamnya meliputi perencanaan, lalu pemeriksaan, kemudian tindakan dan
penyelesaian yang akan dilakukan oleh PLN kepada aset jaringan dan proteksi
milik PLN terkait adanya pemakaian tenaga listrik yang tidak tertib[2].
Menurut keputusan Direktur PLN no 088-Z.P/DIR/2016 ada beberapa
Pelanggaran Energi Non Teknis, diantaranya :
2.1.1 Pelanggaran 1 (P1)
Pelanggaran 1 (P1) adalah pelanggaran yang memengaruhi batas daya
tetapi tidak memengaruhi pengukuran energi. Pelanggaran ini dilakukan pada sis
pembatas (MCB). Contoh : Jumper incoming MCB, mengubah rating MCB.
2.1.2 Pelanggaran 2 (P1)
Pelanggaran 2 (P2) adalah pelanggaran yang memengaruhi pengukuran
energi tetapi tidak memengaruhi batas daya. Pelanggaran ini dilakukan pada sisi
pengukuran (kWh). Contoh : jumper incoming kWh meter, tanpa kWh.
2.1.3 Pelanggaran 3 (P3)
Pelanggaran 3 (P3) adalah pelanggaran yang memengaruhi batas daya dan
pengukuran energi. Contohnya jumper MCB dan kWh, dan memodifikasi MCB
dan tak menggunakan kWh.
2.1.4 Pelanggaran 4 (P4)
Pelanggaran 4 (P4) adalah pelanggaran yang dilakukan oleh non
konsumen atau bukan pelanggan yang terdaftar di PLN. Contohnya : lampu
penerangan jalan, ,mempunyai industri kecil di rumah yang membutuhkan energi
listrik lebih dari batas pemasangan daya.[3]
II-2
2.2 kWh Meter 3 Fasa
kWh meter 3 phasa 4 kawat merupakan kwh meter yang sering digunakan
di pasaran industri-industri. Alasan utamanya didalam pengawatan dan juga
pemasangan kwh meter ini lebih mudah untuk dikerjakan. Maka dari itu karena
tegangan dari sistem yaitu 3 phasa, maka kWh meter ini memiliki 3 kumparan
arus, 3 buah kumparan tegangan, dan juga 3 buah kumparan yang mengatur cos
phi. kWh meter 3 fasa juga dilengkapi dengan 2 angka pencatat nilai energi, yaitu
yang satu untuk beban maksimum sedang yang lainnya untuk beban normal. [4]
2.2.1 Bagian-bagian kWh Meter
Gambar II.1 konstruksi kwh meter
(Sumber : http://duniatekniklistrik.blogspot.co.id/2017/01/kwh-meter.html)
Gambar II.2 bagian-bagian kwh meter[4]
Cp = inti kumparan tegangan
Wp= kumparan tegangan
Ip = arus yang mengalir melalui Wp
II-3
Cc = inti kumparan arus
Wc = kumparan arus
Ic = arus beban
D = piringan aluminium
1) Kotak Meter : terdiri dari bagian dasar lalu tutup meter. Kotak meter ini
tahan atau kedap terhadap debu dan juga dapat di segel, oleh karena itu jika
ingin melihat atau mengubah bagian dalam maka segel harus dibuka.
2) Kumparan Arus : Kumparan arus pada kWh meter 3 fasa 4 kawat terdiri dari
3 set kumparan arus. Sedangkan pada kWh meter 3 fasa 3 kawat terdiri dari
2 set kumparan arus dan pada kWh meter 1 fasa terdapat 1 set kumparan
arus.
3) Kumparan Tegangan : Kumparan tegangan pada kWh meter 3 fasa 4 kawat
adalah 3 set kumparan tegangan. Sedangkan pada kWh meter 3 fasa 3 kawat
ada 2 set kumparan tegangan dan pada kWh meter 1 fasa terdiri dari 1 set
kumparan arus.
4) Piringan : dapat digunakan sebagai patokan apakah Kwh berfungsi atau
tidak dan diposisikan diantara dua bantalan agar dapat berputar dengan
gesekan sekecil mungkin dan sesuai dengan spesifikasi kwh yang ada.
5) Rem Magnit : untuk mengatasi gaya berat piringan dan sebagai alat untuk
kalibrasi kwh meter.
6) Roda Gigi dan Alat Pencatat : mentransmisi putaran kedalam penunjuk
angka agar dapat dilihat angka yang keluar sebagai penunjukan besar daya
yang dipakai.
7) Terminal Blok : untuk menyambungkan antara sumber beban dan juga
untuk alat bantu uku (CT) dalam rangkaian.[4]
2.2.2 Prinsip Kerja kWh Meter
Sebuah plat aluminium yang disimpan diantara dua teras dengan bentuk
huruf U dan E, jika kumparan tegangan dililit pada teras E sedang kumparan arus
dililit di teras U, dan jika pada ke dua kumparan tersebut dialiri arus bolak-balik
maka gaya magnet yang timbul memiliki bentuk gelombang sinus sesuai juga
II-4
dengan frekwensinya, arus yang mengalir pada kumparan arus, menghasilkan
fluxs magnet θ1 sedangkan arus yangmengalir pada kumparan tegangan
menimbulkan fluxs magnet θ2 maka fluxsθ1 dan fluxs θ2 akan menembus plat
aluminium sehingga timbul arus pusar I1dan I2.
Karena I1 dan I2 memutus gaya magnet oleh karena itu akan dihasilkan
gaya lorentz. Dengan timbulnya gaya lorentz oleh karena itu momen putar pun
akan menggerakkan plat aluminium tersebut yang makin lama akan semakin
nambah pula kecepatannya. Untuk mencegah hal tersebut oleh karena itu dipasang
magnet permanen untuk meredamnya.
Karena hasil pengukuran sesuai dengan momen yang ditimbulkan alat
penggerak, maka alat hitungnya dipasang pada poros penggeraktersebut.. alat
penghitung ini terdiri dari ribuan, ratusan, puluhan danseterusnya. Deratan angka-
angka tersebut dihubungkan dengan roda-roda gigi antara satu dengan lainnya.
Alat ukur type induksi ini hanya dapat digunakan pada sumber arus bolak
balik.[4]
2.2.3 Sistem Pengukuran
Sistem pengukuran energi listrik terdiri dari dua jenis terdiri dari:
Pengukuran primer bias juga dikatakan pengukuran langsung, terdiri dari
pengukuran primer satu fasa untuk pelanggan untuk daya dibawah 6.600VA pada
tegangan 220/380 V dan pengukuran primer tiga fasa untuk pelanggan dengan
daya diatas 6.600 VA sampai dengan 33.000 VA pada tegangan 220/380 V[3].
Pengukuran sekunder tiga fasa atau juga biasa disebut pengukuran tidak
langsung yang menggunakan trafo arus yang biasa digunakan pada pelanggan
dengan daya dari 53 kVA sampai dengan daya 197 kVA.
2.2.3.1 Pengukuran Langsung
Sistem pengukuran langsung digunakan untuk pengukuran daya yang kecil
dan tegangan rendah dan dalam prakteknya kWh meter langsung dihubungkan ke
jala-jala dan beban yang akan di ukur energi listriknya.
II-5
Gambar II.3 Pengukuran kWh Meter 3 Fasa Pengukuran Langsung
2.2.3.2 Pengukuran Tidak Langsung
Sistem pengukuran tidak langsung digunakan untuk pengukuran besar dan
tegangan tinggi dan dalam prakteknya kWh meter dihubungkan melalui
transformator tegangan (PT) dan transformator arus (CT) ke jala-jala dan beban
yang akan diukur energi listriknya[9].
Pembacaan kWh meter pada pengukuran tidak langsung adalah sebagai
berikut :
Pencatat primer, penunjukannya langsung sama dengan pada kWh meter
sambungan langsung, karena perbandingan transformator sudah diperhitungkan
dalam perbandingan gigi penggerak.
Pencatat semi primer, hasil pembacaan harus dikalikan dengan
perbandingan transformator arus untuk mendapatkan harga sebenarnya.
Pencatat sekunder, hasil pembacaan harus dikalikan dengan perbandingan
transformator arus dan transformator tegangan.
Gambar II.4 Rangkaian Pengukuran kWh Meter 3 Fasa Tidak Langsung 4 Kawat
II-6
2.3 Miniature Circuit Breaker (MCB)
MCB merupakan alat pengaman terjadirnya hubung singkat dan arus
lebih. Dari konstruksinya MCB memiliki dwilogam yang digunakan untuk
mengamankan arus beban lebih dan komponen elektro magnetik untuk
mengamankan hubung singkat. Komponen di atas berfungsi ketika terjadi
gangguan, dan ketika komponen pengaman ini gagal bekerja akan terjadi masalah
pada sistem yang seharusnya diamankan oleh MCB ini.
MCB digunakan untuk mengamankan sistem listrik 1 fasa juga 3 fasa.
Keuntungan dari menggunakan MCB terdiri dari hal dibawah :
1) Bisa memutus rangkaiannya ketika hubung singkat terjadi pada salah satu
fasa.
2) Bisa kembali dipakai walau pernah terjadi trip pada sistem oleh karena beban
lebih atau hubung singkat.
3) Respon baik terhadap hubung singkat dan beban lebih[3].
2.3.1 Bagian-bagian MCB
Gambar II.5 Bagian-bagian MCB
(Sumber : https://unggan.wordpress.com/istilah-kelistrikan-2/mcb-dan-fungsinya/)
Keterangan gambar :
1) Toggle switch
2) Switch mekanis
3) Kontak arus listrik
II-7
4) Terminal
5) Bimetal
6) Baut
7) Solenoid coil
8) Pemadam busur api
Penjelasan dari bagian-bagian MCB,
1) Actuator lever atau toggle switch, sebagai penunjuk apakah MCB sedang on-
off dan sebagai pemutus atau penyambung listrik.
2) Switch mekanis, dapat memhasilkan kontak listrik bisa kerja.
3) Kontak arus listrik, berfungsi untuk menyambung dan memutus arus listrik.
4) Terminal, sebagai tempat memasukan sumber dan penyalur listrik ke beban.
5) Bimetal, berfungsi sebagai pemutus ketika terjadi arus lebih.
6) Baut, untuk mengkalibrasi trip dari MCB. Dan biasanya yang di jual di
pasaran tidak memiliki kelebihan ini.
7) Solenoid, coil atau lilitan, bekerja ketika terjadi hubung singkat.
8) Pemadam busur api, mematikan busur api yang ada ketika pemutusan atau
penyambungan listrik[8].
Pada MCB untuk mengamankan beban lebih digunakan dwilogam
sedangkan untuk mengamanan arus hubung singkat menggunakan elektro magnet,
sehingga karakteristiknya seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar II.6 Tripping curve MCB
(Sumber : http://www.ti-
soft.com/en/support/help/electrical/libraries/curves/devices/mcb/tripping-curves)
II-8
Keterangan gambar karakteristik MCB :
1) Tipe B : sebagai pengaman kabel atau penghantar terutama untuk perumahan.
2) Tipe C : sebagai pengaman kabel atau penghantar terutama sangat
menguntungkan bila arus inrush tinggi misalnya lampu mercury, motor.
3) Tipe D : untuk penerapan yang menyangkut menimbulkan pulsa cukup besar,
seperti transformator, katup, selenoida, kapasitor.
Berdasarkan IES 898-95 terdapat 3 macam karakteristik, yaitu B, C, dan
D. Arus nominal yang digunakan untuk rumah hunian bukan APP dengan
pengenal tegangan 230/400 V ialah ; 6, 8, 10, 16, 20, 25, 32, 40, 50, 63 A dengan
kemampuan membuka (breaking capacity) bila terjadi hubung singkat 3 KA, 6
KA atau 10 KA.
Sedang MCB pada APP diutamakan sebagai pembatas arus dengan
karakteristik CL (current limiter) disamping itu juga sebagai gawai pengaman
arus hubung pendek yang bekerja seketika. Arus nominal yang digunakan pada
APP dengan pengenal tegangan 230/400 V ialah : 2, 4, 6, 8, 10, 16, 20, 25, 35,
dan 59 A disesuaikan dengan tingkat VA konsumen.
Adapun breaking capacity bila terjadi hubung singkat 3 KA dan 6 KA
(SPLN 108-1993). MCB yang khusus digunakan oleh PLN menggunakan tombol
biru. MCB pada saat sekarang paling banyak digunakan untuk instalasi rumah,
industri dan juga gedung bertingkat.
Karakteristik Sistem Circuit Breaker
1) Sistem tegangan : MCB harus memiliki tegangan diatas atau sama dengan
tegangan sistem.
2) Frekuensi sistem : frekuensi harus sama dengan frekuensi sistem. Frekuensi
nya yaitu 50 Hz atau 60 Hz.
3) Arus pengenal : arus harus disesuaikan dengan arus sistem.arus ini harus lah
sama atau lebih kecil dari arus sistem.
4) Kapasitas pemutusan : kapasitas pemutusan dari circuit breaker harus paling
sedikit sama dengan arus hubung singkat prospektif yag mungkin akan terjadi
pada suatu titik instalasi dimana circuit breaker tersebut dipasang.
II-9
5) Jumlah pole dari circuit breaker : Jumlah pole dari circuit breaker sangat
tergantung kepada sistem pembumian dari sistem[8].
2.3.2 Prinsip Kerja MCB
Cara kerja proteksi dari MCB terbagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai
berikut.
1) Thermal trip : pemutusan terjadi ketika ada panas pada Bimetal atau logam
yang memiliki 2 jenis pemuaian yang berbeda. Ketika ada arus lebih, salah
satu logam akan melengkung ke arah logam yang memiliki pemuaian lebih
kecil dan kontak akan terputus karena terangkat oleh Bimetal ini.
2) Magnetic trip : pemutusan ini dilakukan oleh koil, ketika terjadi hubung
singkat koil akan terjadi induksi dan aka nada medan magnet sekitar koil dan
kemudian akan menarik tuas MCB dan kemudian terjadi trip . Pemutusan ini
mengakibatkan busur api didalam MCB. Oleh karena itu di dalam MCB
terdapat bilah-bilah pemadam busur api, yang berfungsi untuk mematikan atau
memadamkan busur api.
MCB hanya di desain untuk mengamankan instalasi dari beban lebih dan
hubung singkat. MCB tidak di desain sebagai detector arus bocor atau pun
tegangan sentuh[3].
2.3.3 Spesifikasi Nameplate MCB
Pada gambar dibawah terdapat banyak kode baik huruf maupun angka, ini
menunjukan spesifikasi dari MCB.
Gambar II.7 Dokumentasi MCB 1 Fasa
II-10
Berdasar gambar kode dari nameplate MCB diatas, berikut adalah
penjelasannya :
1) Simbol dengan angka 1 dan 2 menunjukan masukan dan keluaran dari MCB
tersebut
2) NC45a adalah nomer model atau Model Number dari MCB tersebut, dan di
tentukan oleh produsen.
3) C10 terdiri dari huruf C dan angka 10. Huruf C menunjukan bahwa MCB
memiliki tripping curve tipe C dengan 5-10In. dan angka 10 menunjukan
rating arus MCB yaitu 10 Ampere .
4) 230/400 Volt menunjukan rating tegangan MCB yaitu 230 volt dan 400 volt.
5) 4500 dan 3, “4500” merupakan batas kemampuan maksimal dari arus MCB.
Ketika MCB menerima arus diatas ini MCB berpotensi akan rusak. Dan angka
“3” adalah I2t classification, yaitu karakteristik energi maksimum dari arus
listrik yang dapat melewati MCB.
6) 12001, catalog number yang dimiliki dan diberikan oleh produsen.
7) LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898, menunjukan bahwa MCB telah di uji
oleh LMK (Lembaga Masalah Kelistrikan) dan 3 kode menunjukan bahwa
MCB dibuat dengan mengacu kepada standar-standar teknis yang ditetapkan
baik national maupun internasional.
8) I-ON pada toggle switch, menunjukan MCB ada pada posisi “on”. Dan untuk
posisi off simbolnya adalah o-off.
Dasar pemilihan rating arus MCB yang akan dipakai disesuaikan dengan
daya yang dipasang oleh PLN.
Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan
kedalam 5 jenis yaitu :
1) Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil), digunakan untuk rangkaian
semikonduktor dan trafi-trafo yang sensitive terhadap tegangan.
2) Tipe K (rating dan breaking capacity kecil), digunakan untuk mengamankan
alat-alat rumah tangga.
3) Tipe G (rating besar), untuk pengaman motor.
4) Tipe L (rating besar), untuk mengamankan kabel atau jaringan.
II-11
5) Tipe H, yaitu untuk pengaman instalasi penerangan bangunan.
PLN menetapkan besar langganan listrik sesuai rating arus dari MCB yang
diproduksi untuk pasar dalam negri yang dapat dilihat dalam tabel dibawah[3].
Tabel II.1 Rating Arus MCB dan Daya Listrik PLN[3]
Rating arus MCB Daya listrik PLN
2A 450VA
4A 900VA
6A 1300VA
10A 2200VA
16A 3300VA
Rumus cara menentukan rating MCB yaitu dapat dilihat dalam persamaan
sebagai berikut :
S (VA) = rating arus MCB x 220V (tegangan listrik PLN)…………(2.1)
2.4 Current Transformator (CT)
CT atau Current Transformer digunakan dalam dunia listrik digunakan
dalam pengukuran dan juga ada yang digunakan dalam alat proteksi. Pada
pengukuran, CT digunakan untuk memperkecil/menyesuaikan arus yang masuk
ke dalam alat ukur. Dan dalam memperkecil arus ini setiap CT memiliki rasio nya
masing-masing tergantung pada besar daya pada sistem[1].
Dalam hal memilih CT yang akan di pakai, kita haruslah mengetahui daya
dari sistem yang akan kita pakai. Setelah mengetahui daya dari sistem, barulah
rasio CT dapat ditentukan.
Contoh rasio dari CT yang digunakan penulis adalah 50/5. Angka 50
adalah 50 ampere yaitu arus primer atau arus yang mengalir dari sumber ke beban.
Dan angka 5 adalah arus sekunder yaitu arus yang masuk ke alat ukur sebesar 5
ampere[7].
2.5 Kuat Hantar Arus
Kabel listrik mempunyai ukuran luas penampang inti kabel yang
berhubungan dengan kapasitas penghantaran arus listriknya. Dalam istilah PUIL,
besarnya kapasitas hantaran kabel dinamakan dengan kuat hantar arus. Ukuran
II-12
kabel dan KHA dijadikan acuan untuk menentukan pemilihan kabel yang sesuai
dengan kapasitas instalasi listrik rumah. Besar kapasitas daya listrik dalam suatu
instalasi listrik rumah berhubungan dengan besar langganan listrik dari PLN.
Besarnya KHA kabel harus lebih besar dari rating MCB, karena pada prinsipnya
MCB harus trip ketika terjadi masalah. Arus listrik yang melebihi KHA dari suatu
kabel akan menyebabkan kabel tersebut menjadi panas dan apabila melebihi
tahanan isolasinya, maka data menyebabkan rusaknya isolasi yang akibatnya bisa
vatal seperti terstrum atau kebakaran[3].
PUIL 2000 memberikan ketentuan mengenai besarnya diameter dari
penghantar kabel dan maximu KHA terus menerus yang diperbolehkan pada kabel
tipe NYA, NYM, dan NYY[3]. Tabel II.2 Kuah Hantar Arus kabel jenis NYA
II-13
Tabel II.3 Kuat Hantar Arus kabel jenis NYM
Tabel II.4 Kuat Hantar Arus kabel jenis NYY
2.6 Pembebanan
Dalam sistem listrik tegangan AC, jenis beban dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu beban resistif (R), beban Induktif (L), dan beban kapasitif (C)[1].
2.6.1 Beban Resistif
Beban resistif yaitu beban yang berupa tahanan ohm saja, contohnya
lampu pijar dan elemen pemanas. Beban resistif mengkonsumsi daya aktif saja,
II-14
dan nilai chos phi nya 1. Tegangan dan arus nya sefasa, dan memiliki
persamaan[1] :
P = VI…………………………………………………………………(2.2)
Dengan :
P = daya aktif(watt)
V = tegangan beban (volt)
I = arus pada beban (A)
Gambar II.8 Rangkaian Resistif Gelombang AC
(Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
Gambar II.9 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif
(Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
2.6.2 Beban Induktif
Beban induktif (L) adalah beban yang terdiri dari sebuah inti yang lilit
dijadikan kumparan, contohnya coil dan trafo. Beban induktif dapat
mengakibatkan pergeseran fasa arus sehingga menjadi lagging. Ini terjadi karena
energi yang tersimpan bersifat magnetis dan mengakibatkan teradi lagging. Daya
aktif dan reaktif diserap oleh beban ini[2]. Beban induktif memiliki persamaan
daya aktif sebagai berikut [2]:
P = VI cos φ……………………………………………………………(2.3)
Dengan :
P = daya aktif beban (watt)
V = tegangan beban (volt)
II-15
I = arus pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Gambar II.10 Rangkaian Induktif Gelombang AC
(Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
Gambar II.11 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif
Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
Untuk menhitung reaktansi induksi(XL) dapat menggunakan persamaan
seperti berikut [1]:
………………………………………………………...…(2.4)
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
2.6.3 Beban Kapasitif
Beban kapasitif (C) adalah beban yang berfungsi untuk menyimpan energi
dari listrik yang masukan kedalamnya. Beban kapasitif mengakibatkan beban
II-16
leading terhadap tegangan[1]. Beban kapasitif menyerap daya aktif dan
menghasilkan daya reaktif. Beban kapasitif memiliki persamaan beban aktif
seperti berikut [2]:
P = VI cos φ……………………………………………………………(2.5)
Dengan :
P = daya aktif beban (watt)
V= tegangan beban (volt)
I = arus pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Gambar II.12 Rangkaian Kapasitif Gelombang AC
Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
Gambar II.13 Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif
Sumber : https://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-
sistem-arus-listrik-bolak-balik-ac/)
II-17
Untuk mencari reaktansi kapasitif (XC), rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut[2] :
……………………………………………………………(2.6)
XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)
2.7 Kasus-kasus Pelanggaran
1) Kondisi Kutub CT dipasang terbalik : ketika kutub CT diasang terbalik di
salah satu fasanya, putaran piringan kWh meter akan menjadi lebih
lambat, dan memengaruhi pengukuran.
2) Kondisi CT pada salah satu fasa tidak dilewati : ketika salah satu CT tidak
dilewati maka putaran piringan akan melambat karena telah kehilangan
salah satu fasa nya yang diukur.
II-18
Gambar II.14 kondisi Kutub CT dipasang terbalik
II-19
Gambar II.15 Keadaan CT salah satu Fasa tidak dilewati
II-20
3) Kondisi Jumper kWh dan MCB : ketika MCB di jumper maka tidak akan
memengaruhi pengukuran namun akan memengaruhi batas daya.
Contohnya di kampong ketika ada acara resepsi untuk memenuhi
kebutuhan sound system yang berdaya besar, maka orang-orang yang
dipercaya tahu tentang listrik mengambil sumber PLN yang belum masuk
ke dalam kWh meter
4) Kondisi Jumper MCB : ini dilakukan agar listrik dirumah tidak akan
padam walaupun batas daya yang seharusnya sudah lewat.
II-21
Gambar II-16 Kondisi ketika Jumper MCB
II-22
5) Kondisi bypass MCB : Memasukan kabel dimasukan MCB dan keluaran
kabel dimasukan ke keluaran MCB. Sehingga ketika batas daya telah di
lewati, MCB akan trip namun listrik tetap akan tersambung.
II-23
Gambar II-17 Rangkaian Bypass MCB
II-24
2.8 Perhitungan Pemakaian Daya oleh KWh Meter dan Beban
Simulator losses energi ini dirancang dengan menggunakan beban listrik
rumah tangga dengan berbagai macam beban yang berbeda jenis, yang dipakai
pada suatu sistem atau instalasi rumah yang kompleks yang dalam pelaksanaan
nya dapat dirancang berbagai jenis pelanggaran[3]. Adapun perhitungan yang
dilakukan dalam simulator losses energi ini adalah sebagai berikut :
Perhitungan daya pada alat ukur dapat dihitung dengan persamaan :
P1 =
(KW)……………………………………………..……..(2.7)
Keterangan :
P1 : daya yang terukur dengan KWh (KW)
3600 : konversi jam kedetik
n : putaran piringan KWh meter (kali)
C : konstanta KWh meter
t : waktu putaran piringan KWh meter (detik)
Perhitungan daya pada beban dapat dihitung dengan rumus :
P2 =
(Kw)………………………………………………(2.8)
Keterangan :
P2 : daya beban (KW)
V : tegangan (volt)
I : arus (A)
Cos phi : faktor kerja
1000 : pembagi agar hasil P2 menjadi Kw
Perbandingan hasil pengukuran beban dan pengukuran kWh dalam
presentase eror dapat di hitung dengan menggunakan rumus :
∑ =
x 100%...................................................................................(2.9)
Bila selisih yang didapatkan sebesar ±5% maka kondisi persentase
kesalahan ini masih ditolerir. Namun apabila melebihi ±5% dapat dinyatakan
adanya kecurigaan dan indikasi terhadap pelanggan listrik yang melakukan
pelanggaran pemakaian energi listrik.
top related