bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka · senam senam adalah ... dalam berlatih dibangun pola...
Post on 11-Mar-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Senam
Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam
mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability). Lewat
berbagai kegiatan, siswa yang terlibat senam akan berkembang daya tahan otot,
kekuatan, power, kelentukan, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan. Demikian
pula dengan pola geraknya. Senam kependidikan mengembangkan pola gerak
senam yang paling banyak mendasari keterampilan senam. Sejauh ini ada tujuan pola
gerak yang sifatnya dominan dalam keterampilan senam antara lain : 1) pendaratan
(landings), 2) posisi statis (static position), 3) gerak berpindah (locomotion), 4)
ayunan (swings), 5) putaran (rotations), 6) lompatan (springs), 7) layangan dan
ketinggian (flight and hight) Agus Mahendra ( 2001 : 21 ).
Program senam dapat pula menyumbang pada pengayaan perbendaharaan
gerak pada pesenamnya. Dasar – dasar senam akan sangat baik dalam
mengembangkan penelusuran ( alignment ) tubuh,penguasaan dan kesadaran tubuh
secara umum, dan keterampilan senam. Kemampuan yang dikembangkan ketika
mengikuti kegiatan senam bersifat fundamental terhadap gerak secara umum. Dalam
kaitan senam dapat dianggap membantu siswa mempersiapkan diri agar berhasil
pada cabang olahraga lainya.
Menurut Gabbard, Leblacc Lowy yang dikutip Sukintaka (1992:11)
mengatakan dasar-dasar fundamental ada tiga antara lain: 1) Lokomotor, 2)
Nonlokomotor, dan 3) Manipulatif. Ketika jenis gerak saling berkaitan dan juga
ketiga jenis gerak ini akan dilakukan baik secara tunggal, maupun secara gabungan,
baik itu dilakukan dalam senam maupun gerak yang dilakukan mulai dari sederhana
munuju gerak yang komplek.
Cabang olahraga senam merupakan cabang olahraga yang berbeda dengan
voli, sepak bola, bulu tangkis, yang merupakan bagian dari cabang olahraga
permainan. Senam adalah cabang olahraga yang memiliki dominan (ranah) dengan
batasan-batasan tertentu dan memiliki kaidah tersendiri, pada dasarnya semua senam
cabang olahraga memerlukan gerakan-gerakan senam cabang olahraga, sehingga
9
10
senam dapat disebut sebagai salah satu induk dari olahraga.Untuk memberi batasan
tentang senam sangatlah sulit. Oleh sebab itu, semua pengertian dan bidang yang
terkandung di dalamnya harus tercakup.Namun demikian, batasan dan ruang lingkup
senam harus ada agar arti katanya tidak meragukan. Sebagai parameter tentang ciri
dan kaidah senam adalah sebagai berikut: 1) Gerakan selalu dibuat atau diciptakan
dengan sengaja, 2) gerak yang dilakukan harus berguna untuk mencapai tujuan
tertentu (meningkatkan kelentukan, sikap, dan gerak / keindahan tubuh, menambah
ketrampilan, menigkatkan kesehatan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan
berencana, disusun dan sistematis (Imam Hidayat, 1979 :4). Berdasarkan cirri-ciri
tersebut, maka senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan
berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan
pribadi secara harmonis.
Setiap orang yang melakukan aktivitas olahraga biasanya memulai dengan
gerakan-gerakan senam sebagai bagian awal kegiatan atau pemanasan. Aktivitas ini
bukanlah bagian dari olahraga tersebut, melainkan senam pembentukan atau
normalisasi yang bertujuan untuk meningkatkan optimalisasi dan inti cabang
olahraga (Sukiyo dan Sumanto, 1992:10).
Menurut Priesminth dalam Sumanto (1992:12) senam adalah suatu bentuk
(seni) latihan yang bermakna atau bertujuan untuk memastikan (memantapkan)
dalam latihan. Sementara itu Halsey dan Johnson dalam Sumanto (1992 : 13)
menyebutkan bahwa senam adalah bentuk kegiatan jasmani untuk mengembangkan
kekuatan tubuh yang bermaksud untuk latihan. Berdasar pada beberapa pendapat
tersebut, maka senam dapat disimpulkan sebagai suatau gerakan yang diciptakan
dengan sengaja, disusun secara sistematis dengan tujuan untuk membentuk dan
mengembangkan pribadi serta untuk optimalisasi kebugaran dan membentuk tubuh
secara harmonis serta indah. Senam sebagai salah satu bentuk kegiatan latihan
jasmani mempunyai ruang lingkup dan batas – batas tersendiri. Hal ini menunjukkan
bahwa senam berbeda dengan cabang-cabang olahraga lainnya.
Selanjutnya untuk mendefinisikan senam tidaklah mudah, karena kekhususan
yang dikandungnya terdapat keluasan makna yang ingin dicakup sesuai dengan
perkembangan berbagai aliran dan jenis senam dewasa ini. Menurut Agus Mahendra
( 2000 : 9 ) mendefinisikan senam sebagai latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk
11
dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis
dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan ketrampilan dan
menanamkan nilai-nilai keterampilan dan menanamkan nilai nilai mental spiritual.
Imam Hidayat, Piter Panggabean dan Imam Soeyoedi dalam Mahmudi Soleh
( 1992 : 8 ) berpendapat bahwa , senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan
diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk
dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Sedangkan Mahmudi Soleh ( 1992 : 8
) berpendapat senam adalah suatu bentuk (seni) latihan tubuh yang bermaksud untuk
memastikan (memantapkan) dalam berlatih dibangun pola gerak yang lengkap mulai
dari gerak lokomotor, non lokomotor dan gerakan manipulatif. Diuraikan pula senam
adalah suatu latihan untuk meningkatkan kesegaran jasmani yang membutuhkan
kekuatan, keseimbangan, kelentukkan dan keterampilan yang dilaksanakan dengan
cara berirama ( art performance ).
Dari bebagai pendapat di atas, maka tidak dapat disangkalkan bahwa senam
adalah suatu kegiatan fisik yang sangat kaya dengan struktur gerakannya. Melalui
berbagai gerakan senam, maka murid-murid diklasifikasikan menjadi ketrampilan
sekaligus serial ( jika dibuat rangkaian gerakan ). Hal ini jelas bahwa peningkatan
program senam berarti meningkatkan penguasaan murid-murid terhadap dasar-dasar
elementer senam untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan yang lebih luas dan
tinggi, karena prinsip-prinsip latihan senam tersebut memberikan rangsangan pada
semua system organ tubuh seperti : aerobic, anaerobic, power, endurance, dan
cardiovascular termasuk berbagai bentuk motorik. Dalam arti bahwa pengembangan
motorik adalah prinsip kontinyuitas dan berlangsung sepanjang hidup sebagai proses
yang berkesinambungan.
Atas dasar ini maka guru pendidikan jasmani ,olahraga dan kesehatan harus
memahami berbagai struktur gerakan yang terdapat pada senam, agar tidak
menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran. Menurut Phil Yanuar Kiram (
1992 : 52 ) bahwa tanpa memahami tentang struktur dasar gerakan akan timbul
masalah antara lain : (a) Guru tidak akan dapat menentukan secara jelas pada bagian
manakah letak sebenarnya suatu kesalahan gerakan. (b) Berkaitan dengan hal di atas
,tentu guru tidak akan dapat memberikan koreksi gerakan dengan baik, karena tidak
mengetahui secara jelas dimana sebenarnya terjadi kesalahan tersebut.
12
2. Senam Lantai
Pada senam lantai gerakan dasarnya meliputi rol depan, rol belakang, meroda,
kayang, handstand, handspring, salto, flic-flac, round off, dan neck kip. Untuk
menjadi pesenam yang baik diharapkan sejak awal para pesenam sudah memiliki
modal berupa kekuatan, kecepatan, keseimbangan, dan komponen kondisi fisik yang
lain ( Saleh, 1992 : 28 ).
Senam lantai atau senam ketangkasan merupakan bagian integral dari
cabang olahraga senam secara keseluruhan, yang biasa dilakukan dan dilombakan
oleh anak-anak dan orang dewasa yang terlatih. Untuk dapat melakukan senam
ketangkasan atau senam lantai diperlukan keterampilan gerak tinggi, koordinasi
gerakan yang matang, keberanian, percaya diri yang tinggi, keuletan, ketangkasan
dan kekuatan, maka dari itu untuk melakukan senam lantai atau senam ketangkasan
dilakukan latihan yang terencana dan sistimatis untuk dapat mencapai tujuan dari
pembelajaran khususnya, serta dapat menghasilkan atlet-atlet senam yang handal
umumnya. Menurut asal katanya senam itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
”Gymnos” serta ”Gymnastique” dari bahasa Perancis, Gymnos sendiri menurut arti
katanya adalah ”telanjang”. Menurut sejarahnya senam pada jaman dulunya memang
dilakukan dengan telanjang dan wanita tidak diperbolehkan melihat, senam
dilakukan dengan telanjang ini dimaksudkan untuk mendapatkan gerakan-gerakan
yang maksimal tanpa ada pakaian yang mengganggu.
Senam lantai atau senam ketangkasan merupakan aktivitas jasmani yang
efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan-
gerakan senam lantai sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan. Gerakannya merangsang perkembangan komponen
kebugaran jasmani, seperti kekuatan dan daya otot, kelenturan juga keseimbangan
dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu senam juga berpotensi mengembangkan
keteraturan gerak dasar, sebagai landasan penting bagi penguasaan keterampilan
tertentu suatu cabang olahraga.
Konsep dasar senam lantai atau senam ketangkasan adalah suatu bentuk
gerakan-gerakan tubuh yang direncanakan dan disusun secara teratur dengan tujuan
untuk memperbaiki sikap dan bentuk badan, membina dan meningkatkan kesegaran
jasmani, serta membentuk dan mengembangkan keterampilan serta kepribadian yang
13
selaras. Dalam memahami definisi dan arti senam, kesulitan lainnya timbul manakala
kita ingin membagi senam ke dalam jenis-jenisnya. Untuk lebih memudahkan
penjenisan senam, alangkah baiknya kita ikuti pengelompokan senam yang dibuat
oleh FIG (Federation International de Gymnestique) yang di Indonesiakan menjadi
Federasi Senam Internasional. Menurut FIG, senam dibagi menjadi 6 kelompok
yaitu: 1) Senam artistik (artistic gymsnastics) 2) Senam ritmik sport(sportive
rytmic gymnastics) 3) Senam aerobic sport (sport aerobic )4) Senam akrobotik
(acrobatic gymbastics )5) Senam trampolin (trampolinning) 6) Senam umum
(general gymnastics)
Disiplin / nomor pada cabang olahraga senam yang sudah ada kepengurusannya di
Indonesia terdiri atas: 1) Artistik putra 2). Artistik putri 3). Rithmic 4) Sport
aerobic 5) General Gymnatic ( non kompetisi ).
Senam dapat dibedakan dari olahraga yang lainnya oleh seperangkat pola
gerak dominannya yang unik. Kesemua pola gerak dominannya itu adalah:
1) Pendaratan.(landing) 2) Posisi Statis (static position) 3) Gerak berpindah
tempat (lokomotor) 4) Ayunan (swings) 5) Putaran (rotation) 6) Tolakan (spring)
7) Layangan dan ketinggian (flight and hight)
1. Pendaratan
Pendaratan diartikan secara luas sebagai penghentian gerak yang terkontrol dari
tubuh yang sedang melayang turun. Pendaratan ini bisa dilakukan pada kedua kaki,
kedua tangan, pada bagian tubuh lain, misalnya punggung, atau gabungan dari
beberapa bagian di atas.
2. Posisi Statis
Statis berarti diam atau seimbang. Tubuh yang sedang dalam posisi diam adalah
tubuh yang sedang ada dalam posisi seimbang. Artinya, pada saat demikian, titik
pusat berat tubuh sedang tidak bergerak, dan tersebar merata pada dasar tumpuannya.
Dilihat dari jenis gerakannya, posisi statis bisa dibedakan menjadi beberapa posisi,
yaitu posisi bertumpu, posisi menggantung, dan posisi keseimbangan. Kesemua
posisi tersebut pada dasarnya dilandasi oleh penempatan titik pusat berat tubuh
dikaitkan dengan posisi tubuh secara keseluruhan pada dasar tumpuannya.
3. Gerak Berpindah ( Lokomotor )
14
Lokomotor dapat diartikan sebagai berulang-ulang memindahkan tubuh atau gerak
tubuh atau anggota tubuh yang menyebabkan tubuh berpindah tempat. Kedalam
gerak lokomotor ini bisa dimasukkan gerak-gerak seperti berjalan, berlari, melompat,
berjingkrak, berderap, merangkak, merayap, memanjat, atau gerak-gerak
keterampilan senam seperti berguling, baling-baling, handspring, dll.
4. Ayunan
Ayunan adalah suatu gerak melingkar (circular movement) yang berporos eksternal.
Dilihat dari jenisnya, ayunan bisa dilakukan dari posisi menggantung atau dari posisi
bertumpu.
5. Putaran
Putaran adalah gerak melingkar yang berporos internal. Dilihat dari jenisnya, maka
jenis putaran ditentukan oleh jenis porosnya, yang bisa dibedakan ke dalam tiga
macam poros, yaitu poros transversal, longitudinal, dan medial.
6. Tolakan
Tolakan dapat dilihat sebagai situasi ketika seseorang melontarkan dirinya ke udara.
Oleh karena itu jenis tolakan caranya orang itu memilih bagian tubuhnya sebagai alat
pelontar, apakah kaki, tangan, atau kombinasi keduanya.
7. Layangan dan Ketinggian
Layangan adalah peristiwa saat tubuh sedang berada di udara, terbebas dari kontak
dengan alat atau permukaan tanah. Sedangkan ketinggian adalah besarnya jarak
antara titik berat tubuh dengan permukaan tanah.
Proses pembelajaran senam lantai / senam ketangkasan.
1. Berguling/Roll
a. Berguling ke depan (Front Roll)
Berguling ke depan atau Forward Roll sering juga disebut dengan kop roll.
Sebelum dapat melakukan gerakan roll secara keseluruhan terlebih dahulu harus
diberikan latihan bagian perbagian yang mengarah pada gerakan secara
keseluruhan, sehingga siswa akhirnya dapat mempraktekkan dengan sempurna.
Berikut ini adalah tehnik memberikan latihan untuk melakukan roll depan:
1) Latihan menggulingkan badan dengan bulat
15
Pada tahap latihan ini diawali dengan posisi jongkok, kedua kaki
rapat, kedua tumit diangkat, kedua lutut ditekuk, badan dibulatkan, kedua
tangan memeluk lutut, dagu rapat pada dada. Gerakan selanjutnya adalah
gulingkan badan ke belakang, dengan cara menjatuhkan kedua tumit lebih
dulu ke matras / permadani, meyusur ke pinggul, pinggang, punggung, dan
berakhir pada pundak, kemudian cepat jongkok kembali. Pada waktu
berguling maupun jongkok kembali, badan tetap bulat, kedua tangan tetap
memeluk lutut, dan dagu tetap rapat ke dada.
Gambar 2.1 Latihan menggulingkan badan
2) Latihan mengangkat pinggul dan memindahkan berat badan
Seperti posisi latihan sebelumnya, untuk latihan ini posisi awal masih
sama yaitu jongkok, kedua kaki rapat, kedua tumit diangkat, kedua lutut
ditekuk. Kedua telapak tangan diletakkan pada matras, dengan kedua lengan
sejajar bahu, jaraknya kira-kira antara 30 – 40 cm dari ujung kaki. Pandangan
ke depan. Setelah itu dilanjutkan dengan meluruskan kedua lutut, angkat
pinggul ke atas hingga seluruh kaki lurus dan tumit terangkat. Kemudian,
pindahkan / dorongkan badan ke depan, hingga berat badan berada pada kedua
belah tangan, kepala mengikuti gerakan badan, mata melihat ujung kaki.
Pertahankan sikap ini selama 8 – 10 detik (antara 8 – 10 hitungan). Lakukan
latihan ini berulang-ulang, hingga kedua tangan benar-benar dapat menahan
berat badan. Apabila kedua tangan itu sudah benar-benar dapat menahan berat
badan, maka latihan dilanjutkan dengan membengkokkan kedua siku ke
samping.
16
Gambar 2.2 Latihan mengangkat pinggul dan memindahkan berat badan
3) Latihan meletakkan pundak
Untuk latihan ini sama seperti latihan mengangkat pinggul, hanya kedua
kaki dibuka, kemudian angkat pinggul ke atas hingga kedua kaki lurus, dan
tumit terangkat. Setelah itu dorong badan ke depan, hingga berat badan berada
pada kedua tangan. Selanjutnya, bengkokkan siku ke samping, masukkan
kepala di antara dua tangan dan usahakan sampai pundak seluruhnya kena pada
matras, kemudian, kembali kesikap permulaan lagi. Lakukan latihan ini secara
berulang-ulang hingga dapat meletakkan pundak pada matras dengan lebih
lancar, dengan demikian kepala tidak akan kena pada matras. Bila badan
berguling, segera lipat kedua lutut, hingga badan berbentuk bulat.
Gambar 2.3 Latihan meletakkan pundak pada matras
4) Rangkaian gerakan berguling ke depan secara keseluruhan
Untuk melakukan gerakan berguling ke depan langkah pertama adalah
jongkok, kedua kaki dibuka selebar bahu, kedua tumit diangkat, kedua telapak
tangan sejajar dengan bahu dan diletakkan pada matras di depan badan (30 –
40cm) dari ujung kaki, dengan posisi telapak tangan atau jari-jari terbuka, ini
17
dimaksudkan untuk meminimalisir atau mencegah cedera pada pergelangan
tangan, pandangan ke depan.
Gerakannya:
Angkat panggul ke atas hingga kedua kaki lurus, pandangan ke belakang,
dorong badan pelan-pelan ke depan, bersamaan dengan membongkokkan
kedua Siku kesamping, masukkan kepala diantara 2 tangan hingga pundak
seluruhnya kena pada matras. Pada saat seluruh pundak kena matras, badan
segera didorong ke depan dengan kedua lutut dilipat, dan kedua tangan segera
memeluk lutut.
Sikap akhir :
Jongkok, kedua kaki rapat, kedua tumit diangkat, kedua tangan lurus kedepan
serong ke atas sejajar bahu kemudian berdiri tegak.
Gambar 2.4 Rangkaian Gulingan ke depan
Cara memberikan pertolongan
Pada saat memberikan materi pembelajaran ini, tidak semua siswa mampu atau
dapat melakukan dengan benar, bahkan sering juga ada anak didik yang tidak mau
melakukan dengan alasan takut. Untuk menghindari atau menyakinkan pada siswa
berani dan mau mempraktekkan senam lantai adalah dengan diberikan
pertolongan. Disini fungsi seorang guru benar-benar diperlukan, maka dari itu
seorang guru harus mampu menguasai tehnik atau tindakan didaktis dengan baik,
sehingga anak berani mempraktekkan dan akhirnya dapat melakukan dengan
gerakan yang baik dan benar. Berikut adalah cara-cara memberikan pertolongan
untuk melakukan / mempraktekkan gerakan guling ke depan:
18
Sikap guru yang akan memberikan pertolongan
Berdiri pada salah satu lutut yaang terkuat (biasanya lutut kaki kanan),
kaki kiri ditempatkan sedemikian rupa dengan posisi lutut dibengkokkan,
sehingga keseimbangan dapat terjaga dengan baik. Telapak tangan kanan
diletakkan pada bagian pundak atau belakang leher anak yang akan melakukan
gerakan, sedangkan tangan kiri diletakkan pada paha atas bagian belakang.
Gerakannya, pada saat anak yang akan melakukan gerakan memasukkan
kepalanya diantara kedua tangannya, segera berikan bantuan dengan mendorong
lehernya ke arah matras, dan bersamaan dengan itu tangan kiri mendorong paha
ke depan, kemudian tangan kanan mengangkat pundak ke atas depan. Dengan
demikian badan anak yang berguling ke depan dan terangkat dan kepala tidak
kena matras.
b. Berguling ke belakang (Back Roll)
Sama halnya dengan berguling ke depan, berguling ke belakang juga
memerlukan latihan bagian perbagian. Berikut latihan untuk berguling ke
belakang.
(a) Latihan menarik kedua lutut dan mengangkat pinggul
Posisi awal yang harus dilakukan untuk latihan tahap ini adalah tidur terlentang,
kedua kaki rapat dan lurus ke belakang, kedua lengan di samping badan,
kemudian tekuk kedua lutut dan tarik ke dekat dada, hingga pinggul terangkat.
Kedua lengan tetap menahan di samping badan. Lakukan gerakan ini secara
berulang-ulang hingga lancar.
Gambar 2.5 Latihan menarik lutut dan mengangkat pinggul
19
(b) Latihan menarik kedua lutut, mengangkat pinggul-pinggang- punggung, dan
meletakkan kedua ujung kaki pada matras di belakang kepala.
Untuk posisi awal pada tahap latihan ini masih sama seperti di atas yaitu dengan
tidur telentang, gerakannya adalah tekuk kedua lutut dan tarik ke dekat dada,
hingga pinggul, pinggang, dan punggung terangkat. Kemudian, usahakan kedua
ujung kaki dikenakan pada matras di belakang kepala. Kedua lengan tetap
menahan di samping badan. Lakukan berulang-ulang hingga lancar.
Gambar 2.6 Latihan meletakkan kedua ujung kaki di belakang kepala.
Apabila latihan gerakkan menarik kedua lutut dan meletakkan kedua
ujung kaki telah dapat dilakukan dengan lancar, cepat, tepat, dan luwes, serta
dapat menjaga keseimbangannya, coba lakukan latihan berikut ini:
Posisi sama seperti pada kedua latihan di atas. Bersamaan dengan menekuk dan
menarik lutut, kedua telapak tangan dan siku dilipat / ditekuk dan diletakkan
pada matras di samping telinga. Jari-jari tangan menuju ke pundak dan ibu jari
tangan menuju ke telinga. Kemudian, segera letakkan kedua ujung kaki pada
matras di belakang kepala. Pada saat kedua ujung kaki kena pada matras di
belakang kepala, tekankan kedua tangan pada matras hingga lurus sambil
menarik pinggul ke belakang, dan lutut dibengkokkan. Dengan demikian, kepala
dan badan akan terangkat, dan secara tidak langsung kita sudah berguling ke
belakang. Kemudian diakhiri dengan posisi jongkok, kedua kaki rapat, kedua
tumit diangkat, kedua telapak tangan pada matras, kedua lengan lurus sejajar
bahu, dan pandangan ke depan.
20
Gambar 2.7 Latihan berguling ke belakang dari sikap tidur
(c) Rangkaian gerakkan berguling ke belakang secara keseluruhan
Setelah melakukan latihan berguling ke belakang bagian perbagian, berikut
rangkaian gerakan berguling ke belakang secara utuh, diawali dari sikap
permulaan yaitu : jongkok, kedua kaki rapat, kedua tumit diangkat, kedua
telapak tangan dengan siku ditekuk berada di atas bahu di samping telinga dan
kedua telapak tangan menghadap ke atas, dagu dirapatkan ke dada.
Gerakannya,gulingkan badan ke belakang, yang dimulai dari menjatuhkan
kedua tumit ke matras, kemudian menyusur ke pinggul, pinggang, punggung,
dan pundak. Bersamaan dengan itu, kedua telapak tangan diletakkan pada matras
di samping telinga. Pada saat kedua ujung kaki pada matras di belakang kepala,
segera tekankan kedua tangan lurus ke matras, hingga badan dan kepala
terangkat ke atas.
Sikap akhir : Jongkok, kedua kaki rapat, kedua tumit diangkat kedua telapak
tangan pada matras, kedua lengan lurus, dan pandangan ke depan kemudian
jongkok, kedua tangan lurus ke depan serong ke atas, kemudian berdiri.
Gambar 2.8 Rangkaian gerakan guling ke belakang
21
Cara memberikan bantuan untuk berguling ke belakang.
Sama seperti berguling ke depan, berguling ke belakang juga sulit dilakukan
untuk anak yang tidak memiliki keterampilan gerak yang bagus, maka dari itu
diperlukan bantuan dari orang lain dalam hal ini seorang guru harus mampu
melakukan tehnik cara pemberian bantuan agar anak bisa melakukan dengan
baik dan benar.
Cara memberikan bantuan adalah sebagai berikut:
1) Sikap permulaan
Berdiri pada salah satu lutut yang terkuat ( lutut kanan ) kaki kiri dengan lutut
ditekuk ditempatkan di samping lutut kaki kananuntuk membantu kekuatan dan
keseimbangan.Tangan kiri diletakkan pada kaki dan tangan kanan diletakkan
pada pundak.
2) Gerakan/pelaksanaan
Tangan kiri mendorong kaki ke belakang, tangan kanan menahan pundak
agar kepala tidak mengenai matras. Pada waktu badan berguling tangan kiri
segera pindah ke pinggul untuk membantu mendorong.
c. Guling lenting / kip
Yang dimaksud dengan guling lenting atau kip adalah melakukan gerakan
badan melenting dengan sumbu gerakan pada pinggul / pinggang yang
dibantu dengan tolakan kedua tangan dan ayunan / lemparan kedua kaki.
Sama seperti berguling gerakan ini juga memerlukan beberapa latihan
sebagai berikut :
1. Latihan mengangkat kaki
Angkat kedua kaki lurus ke belakang kearah kepala hingga pinggul
terangkat
2. Latihan mengangkat kaki dan menempatkan telapak tangan di samping
telinga.
Bersamaan dengan mengangkat kedua kaki lurus ke atas belakang kearah
kepala, tempatkan kedua telapak tangan dengan siku ditekuk di samping
telinga dengan jari-jari menuju ke bahu dan ibu jari kearah telinga.
3. Latihan menendang kaki dan menggerakkan pinggul serta pinggang
22
Angkat kedua kaki ke atas belakang kearah kepala, hingga pinggul terangkat.
Kedua tangan lurus disamping badan. Pada saat pinggul mulai terangkat,
segera tending / lecutkan kedua kaki lurus ke atas depan, dengan diikuti
melentingkan pinggul / pinggang keatas depan atas diakhiri dengan mendarat
pada kedua kaki.
Gambar 2.9 Latihan kip
4. Rangkaian gerakan guling lenting / kip secara keseluruhan
Setelah melakukan latihan seperti diatas maka akan didapat rangkaian
gerakan yang utuh untuk guling lenting / kip sebagai berikut:
Gambar 2.10 Rangkaian gerakan guling lenting / Kip
d. Meroda
Meroda ( cart wheel ) sering disebut juga dengan baling-baling, karena
gerakannya seperti baling-baling atau roda yang sedang berputar.
23
Untuk dapat melakukan gerakan meroda yang sempurna, maka diperlukan tahap
latihan sebagai berikut :
1. Latihan meletakkan tangan dan mengangkat kaki
Berdiri tegak kaki kiri di depan kedua lengan lurus ke atas. Sambil
membungkukkan badan ke depan, letakkan tangan kiri pada lantai, kaki
kanan diangkat lurus ke belakang, bersamaan dengan gerakan meletakkan
tangan kanan di samping tangan kiri, ayunkan kaki kanan lurus keatas disusul
dengan menolakkan dan mengayunkan kaki kiri lurus keatas. Apabila sikap
seperti ini dapat ditahan lebih lama akan terlihat seperti gerakan berdiri
dengan tangan ( hand stand ).
Gambar 2.11 Latihan meletakkan tangan dan mengangkat kaki
2. Latihan mengangkat tangan dan meletakkan kaki
Pada waktu berdiri dengan tangan, turunkan kaki kanan ke samping
kanan lurus dan tangan kiri diangkat ke atas, kemudian turunkan kaki kiri ke
samping kaki kanan dan tangan kanan diangkat ke atas. Dengan demikian
badan akan berdiri menyamping dengan kedua kaki terbuka dan kedua tangan
lurus ke atas serong ke samping.
24
Gambar 2.12 Latihan meletakkan tangan dan meletakkan kaki
3. Rangkaian gerakan meroda secara keseluruhan.
Apabila latihan meroda dengan tahap-tahap sudah dikuasai, maka untuk
latihan berikutnya diawali dengan gerakan sebagai berikut :
Berdiri menyamping kedua kaki dibuka agak lebar, sambil membungkukkan
badan ke samping kiri, letakkan tangan kiri di samping kaki kiri, kaki kanan
mulai terangkat. Kemudian segera letakkan tangan kanan di samping tangan
kiri dan ayunkan kaki kanan dan diikuti dengan menolakkan kaki kiri pada
lantai ke atas. Hingga kedua kaki itu terbuka lurus melayang di udara.
Gerakan ini diakhiri dengan sikap semula yaitu berdiri menyamping dengan
kaki terbuka agak lebar.
Gambar 2.13 Teknik gerakan meroda dari sikap berdiri menyamping
Cara memberikan bantuan,
Gerakan meroda biasanya akan lebih mudah dilakukan bagi anak yang sudah
bisa melakukan gerakan hand stand, karena gerakan ini diperlukan kekuatan
yang mutlak pada kedua tangan, maka dari itu untuk membantu gerakan ini si
25
penolong cukup dengan memegang pada kedua sisi pinggulnya. Tehnik yang
dilakukan untuk memberikan bantuan adalah dengan berdiri di belakang anak
yang akan melakukan gerakan, pada waktu badan dan kaki terangkat ke atas
segera pegang kedua sisi pinggulnya sampai posisi badan akan jatuh ke samping.
Gambar 2.14 Cara memberikan bantuan pada gerakan meroda
“Pada hakikatnya penelitian merupakan perwujudan operasionalisasi dari
gaya ilmiah, yaitu usaha atau kegiatan memecahkan masalah berdasarkan
langkah-langkah berpikir rasional dan berpikir empiris. Berpikir rasional
diperlukan dalam mengkaji masalah dan merupakan hipotesis, sedangkan
berpikir empiris digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi,
mengkaji kebenaran hipotesis dan simpulan penelitian ( Sujana dan
Kusuma, 1992 : 3 ).
3. Belajar Senam Lantai
a. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses yamg kompleks dimana siswa menjalani
pengalaman edukatif berupa perubahan pola tingkah laku. Pengalaman
edukatif dan pola perubahan tingkah laku tersebut diorganisasi untuk
mencapai hasil belajar berdasarkan tujuan yang telah ditentukan atau
dirumuskan. Dalam hal ini, belajar dapart diartikan pula sebagai mengalami,
yang berarti menghayati sesuatu yang aktual, penghayatan yang akan
26
menimbulkan respon tertentu dari pihak siswa. Penghayatan yang didata
dari belajar itu akan menghasilkan perubahan pada pematangan,
pendewasaan, pola tingkah laku, system nilai, perbendaharaan pengertian
konsep serta kekayaan informasi ( Surakhamd, 1979 ). Belajar menurut
Muhibbin Syah ( 2003 : 63 ) adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Dalam hal ini bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa baik di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga
sendiri.
Belajar menurut Gagne dan Briggs ( 1997 ) adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi dari lingkungan dari beberapa tahap
informasi yang diperlukan untuk memperoleh kemampuan yang baik.
Gagne ( 1985 ) lebih lanjut menyatakan pula bahwa , belajar adalah suatu
proses yang dapat menjadikan seseorang menjadi lebih cakap. Artinya
belajar dapat menentukan semua keterampilan pengetahuan , sikap dan nilai
yang di peroleh seseorang. Oleh karena belajar dapat menghasilkan
perubahan dalam berbagai macam tingkah laku seseorang yang berlainan
sifatnya , maka hal ini sering disebut juga dengan istilah kapasitas suatu
kemampuan. Belajar menurut Winkel ( 1987 ) , diartikan suatu artikan
sebagai aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta nilai dan sikap, sedangkan
perubahan yang terjadi tersebut sifatnya relatif tetap dan berbekas. Belajar
dapat diartikan sebagai proses dimana perubahan tingkah laku dapat
terbentuk atau berubah melalui praktek atau latihan serta pengalaman yang
telah dilakukan sebelumnya ( Carry dan Kingsley seperti dikutip Snelbecker
1974 ).
Karakteristik belajar secara umum dapat diidentifikasi menjadi beberapa
bagian sebagai berikut ; 1) belajar adalah suatu aktifitas yang menghasilkan
perubahan kemampuan pada diri seseorang yang belajar, 2) perubahan
kemampuan tersebut meliputi kawasan kognitif, afektif dan psikomotor, 3)
27
perubahan kemampuan yang dapat diperoleh bersifat aktual atau potensial,
4) perubahan kemampuan yang dapat diperoleh tersebut berlaku dalam
waktu yang relatif lama, 5) perubahan kemampuan tersebut didapat karena
adanya usaha, yaitu melalui pengalaman atau latihan. Menurut Robb ( 1972
: 6 ) belajar mempunyai implikasi perubahan perilaku yang relatif
permanen. Perubahan perilaku ini direfleksikan dalam perubahan performa
atau penampilan. Menurut Charles Galloway dalam Sugiyanto ( 1998 :
26 ) belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku yang relatif
permanen yang merupakan hasil dan berbuat berulang - ulang.Menurut
Gallahue (1998 : 17 ) belajar merupakan proses internal yang menghasilkan
perubahan yang konsisten dan perilaku yang muncul sebagai bukti peristiwa
belajar. Belajar itu sendiri merupakan hasil pengalaman, pendidikan, dan
latihan yang berinteraksi dengan proses biologi. Menurut Ormrod ( 2008 :
269 ) belajar atau pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan jangka
panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil pengalaman.
Ada tiga hal yang terjadi pada proses belajar, yaitu : (1) perubahan jangka
panjang, (2) melibatkan representasi atau asosiasi mental, (3) dihasilkan dari
pengalaman.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang atau
siswa telah mengalami belajar ( learning ) apabila pada diri siswa tersebut
yang terjadi perubahan perilaku , dari tidak terampil menjadi terampil, dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dan perubahan tersebut
tidak terjadi secara kebetulan. Disamping itu perubahan perilaku sebagai
hasil belajar yang tercermin dalam perubahan penampilan atau performa
yang sifatnya relatif permanen. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui
aktifitas belajar dapat dikategorikan ke dalam tiga domain, yaitu : domain
kognitif, afektif, dan psikomotor.
Belajar gerak merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada
seseorang dan tujuanya untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan
mengembangkanya agar keterampilan gerak untuk mencapai sasaran
tertentu. Menurut Fiits dan Posner yang dikutip oleh Sugianto ( 1997 ) dapat
terjadi melalui tiga tahap yaitu; Tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap
28
otonom (otomatisasi). Sedangkan menurut Adam dalam Magill ( 1993 : 60 )
ada dua tahap yang dilalui yaitu tahap gerak verbal ( verbal motor stage )
dan tahap gerak ( motor stage )
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Tahap kognitif merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan.
Disebut tahap kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada
awal belajar adalah, siswa menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari,
sedangkan penguasaan gerakannya sendiri belum baik karena masih dalam
taraf mencoba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar diawali dengan
aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Pelajar berusaha mengetahui
dan memahami gerakan informasi yang diberikan kepadanya. Informasi bisa
bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang
berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata. Disini indra pendengar
aktif berfungsi. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat.
Informasi ini bisa berbentuk gerakan atau gambar gerakan. Disini indra
penglihat aktif berfungsi. Informasi yang ditangkap oleh indra kemudian
diproses adalah mekanisme perseptual. Mekanisme perseptual berfungsi
untuk menangkap makna informasi. Dari fungsi ini siswa bisa memperoleh
gambaran tentang gerakan yang dipelajari. Dalam mekanisme pengajaran
terjadi pengorganisasian respon untuk dikirim sebagai komando gerak
kesistem muscular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh. Pada tahap
kognitif ini merupakan proses pemahaman tahap sesuatu yang akan
dilakukan. Pada tahap ini guru maupun dosen memberikan atau menjelaskan
konsep verbal dari belajar gerak yang akan diajarkan, serta tahap gerakan
yang akan dilakukan oleh siswa.
b) Tahap asosiatif disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan
penguasaan gerakan dimana siswa mampu melakukan gerakan dalam bentuk
rangkaian yang tidak tersendat pelaksanaanya. Dengan tetap memperhatikan
berulang-ulang pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar,
sesuai dengan keinginanya dan kesalahan gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, siswa perlu tahu
kesalahan yang masih diperbuatnya. Bisa tahu kesalahan yang dibuatnya
29
melalui pemberitahuan orang lain yang mengamatinya, merasakan gerakan
yang dilakukan, atau melihat gambaran rekaman pelaksanaan gerakan. Dari
kesalahan gerakan yang dilakukan siswa perlu mengarahkan perhatianya
untuk membetulkan selama mempraktikkan berulang. Kemampuan untuk
mengenal kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan
penguasaan gerak. Untuk mengingatkan penguasaan gerak diperlukan
kesempatan yang leluasa untuk praktik berulang. Pada tahap asosiatif
dimana siswa memulai mempraktikkan konsep tentang gerakan yang telah
diterima dan dipahami kedalam kegiatannya, pada tahap ini sering juga
disebut tahap latihan.
c) Tahap otonom bisa dikatakan sebagai tahap akhir dalam siswa gerak. Tahap
ini ditandai dengan tingkat penguasan gerakan dimana siswa mampu
melakukan gerakan ketrampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan
sebagai tahap otonom karena siswa mampu melakukan gerakan ketrampilan
tanpa pengaruh gerakan yang lain walaupun pada saat melakukan. Hal ini
bisa terjadi karena gerakanya sendiri sudah bisa dilakukan secara otomatis.
Untuk mencapai tahap otonom diperlukan praktik berulang secara
teratur.Setelah dicapai tahap otonom kelancaran dan kebenaran gerakan
masih dapat ditingkatkan, namun peningkatanya tidak lagi secepat pada
tahap belajar sebelumnya.Pada tahap ini gerakan sudah menjadi
otomatis,untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit dan untuk
mengubahnya perlu ketekunan.Tahap otonom dari belajar gerak adalah
ditandai dengan makin ringanya dalam menyelesaikan suatu tugas atau
gerakan dan makin menurun stress serta kecemasan yang dialami siswa .
Pada tahap ini siswa telah mampu melaksanakan seluruh rencana serta tugas
yang dibebankan dengan hampir tidak menyadari apa yang sedang
dilakukan. Karena pada tahap ini , siswa telah mencapai tahapan rangkaian
gerakan yang sempurna dari hasil latihan yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.Selain mengetahui hal tersebut diatas , menurut Gagne ( 1985 )
ada dua kondisi belajar yang harus diperhatikan oleh guru / dosen dalam
mengajar, agar hasil belajar ketrampilan yang telah ditetapkan dapat tercapai
hasil yang optimal, yaitu 1) kondisi internal dan 2) kondisi eksternal . Pada
30
kondisi internal ada dua faktor yang perlu diperhatikan yaitu : a) ingatan
kembali akan ketrampilan bagian, yaitu suatu ketrampilan motorik baru
yang tersusun dari ketrampilan bagian yang beberapa diantaranya telah
dipelajari sebelumnya, b) ingatan kembali akan hal yang sifatnya rutin dan
eklusif pada pelaksanaan ketrampilan motorik yang menyangkut adanya
pola ketrampilan yang sering kali berupa aktivitas. Pada kondisi eksternal
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu : a) pemberian instruksi
secara verbal kepada siswa, b) memperlihatkan gambar, misalnya diagram
tentang prosedur yang harus dilakukan oleh siswa selama pembelajaran
berlangsung, c) memberikan demonstrasi secara langsung tentang
bagaimana melakukan suatu gerakan yang tepat, d) menugaskan kepada
siswa untuk melakukan praktek beberapa latihan yang harus dilakukan
secara berulang-ulang, dan e) memberikan balikan informative pada hasil
kerja siswa.Menurut Dal Monte ( 1975 : 96 ) kegiatan yang berdasarkan
keterampilan atau skill adalah kegiatan – kegiatan yang mementingkan
stimulasi system syaraf melalui tindakan motorik yang sangat teliti.
Menurut Magill ( 1993 : 7 ) keterampilan gerak menunjukkan sebuah
tindakan atau tugas yang memiliki tujuan yang menuntut gerakan yang
disadari atau dikehendaki dari tubuh atau anggota tubuh untuk mencapai
tujuan tersebut. Jadi ada beberapa karakteristik yang menunjukkan
keterampilan gerak yaitu : ada tujuan yang akan dicapai, gerakan
ditampilkan secara sadar atau dikehendaki, bukan gerakan refleks, ada
gerakan dari tubuh atau anggota tubuh untuk mencapai tujuan tindakan atau
tugas. Belajar gerak merupakan aspek belajar dimana gerakan merupakan
bagian yang utama ( Gallahue, 1998 : 17 ) . Menurut Sugiyanto (1998 : 268
) belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktifitas gerak tubuh .
Pada proses belajar gerak aspek yang dominan terlibat adalah aspek fisik
dan psikomotor. Ini tidak berarti bahwa aspek yang lain seperti kognitif dan
afektif tidak terlibat sama sekali. Aspek kognitif tetap terlibat, namun
dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan aspek psikomotor.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar ketrampilan
motorik termasuk juga di sini belajar senam lantai adalah suatu proses
31
perubahan tingkah laku siswa, yang penampilanya menuntut kemampuan
untuk dapat merangkaikan sejumlah ketrampilan motorik bagian menjadi
keterampilan motorik secara keseluruhan yang dapat dikerjakan secara
lancar dan fleksibel, tanpa memikirkan lagi secara terperinci gerakan apa
dan mengapa hal itu dikerjakan. Dalam proses belajar ketrampilan motorik,
meskipun sangat dituntut kemampuan kerja seluruh otot tubuh, mulai dari
otot yang kasar sampai dengan otot yang paling halus, syaraf serta
persendian, namun demikian perlu diperhatikan pula kemampuan
pengamatan dan pendengaran melalui alat indra serta pengelolahan secara
kognitif yang melibatkan pengetahuan dan pemahaman. Menurut Robb
(1972 : 51 ) proses belajar keterampilan ( termasuk keterampilan gerak )
dibagi dalam tiga fase, yaitu : (1) fase kognitif, (2) fase fiksasi ,dan (3) fase
otonom.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar gerak
dilakukan dalam tahapan-tahapan atau fase-fase , dan tidak hanya
melibatkan aspek psikomotor saja, namun juga aspek kognitif dan afektif.
Karena dalam belajar gerak melibatkan aspek kognitif , maka perlu juga
dipertimbangkan tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak selaras
dengan pertambahan usia. Menurut teori Piaget ( Ormrod ,2008 : 43 )
tahapan-tahapan kognitif meliputi :
a. Tahap Sensorimotor, terjadi setelah kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun
Pada tahap sensori ini, anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan
dan lihat pada saat itu, anak-anak mulai bereksperimen dengan
lingkungannya melalui prinsip trial and error.
b. Tahap Praoperasional, berlangsung pada usia 2 tahun hingga usia sekitar 6
tahun atau 7 tahun. Pada awal tahap ini, keterampilan bahasa berkembang
dengan pesat, ditandai dengan penguasaan kosa kata yang meningkat.
Namun pada masa ini anak menunjukkan egosentrisme praoperasional
yaitu ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain.
c. Tahap Operasional Konkrit, terjadi pada usia sekitar 6 atau 7 tahun hingga
usia 11 atau 12 tahun. Pada tahap ini proses - proses berpikir lebih logis dari
sebelumnya. Anak-anak pada masa ini sudah mampu melakukan penalaran
deduktif.
32
d. Tahap Operasional Formal, berlangsung pada usia sekitar 11 atau 12 tahun
hingga dewasa. Anak-anak yang berada pada tahap operasional formal dapat
memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan
dengan realitas konkret. Menurut perspektif Piaget, kemampuan matematika
pada tahap ini cenderung meningkat. Soal-soal matematika yang cenderung
abstrak menjadi lebih mudah dipecahkan dari pada masa sebelumnya.Anak-
anak SMP berada pada interval usia 12 s.d 16 tahun. Berdasarkan teori
Piaget di atas , maka anak-anak SMP berada pada tahap perkembangan
kognitif “Operasional Formal”, artinya anak-anak sudah dapat menangkap
konsep-konsep dasar gerakan yang disampaikan secara verbal dan bersifat
relatif abstrak. Konsepsi gerakan fisik dalam beberapa cabang olahraga
seperti : senam, atletik, renang, ski dan lain sebagainya dapat ditangkap oleh
anak, walaupun konsepsi itu disampaikan melalui uraian secara verbal.
Namun demikian secara umum, konsepsi gerakan akan akan lebih cepat
ditangkap apabila disampaikan melalui gerakan konkrit, misalnya melalui
modeling, baik yang berupa demonstrasi atau peragaan langsung maupun
peragaan tidak langsung ( melalui media ).
Selain melalui tahapan - tahapan ,proses belajar gerak juga menuntut adanya
kondisi belajar yang baik. Yang dimaksud dengan kondisi belajar gerak
adalah suatu persyaratan yang diperlukan agar terjadi proses belajar gerak. (
Sugiyanto, 2007 : 95 ) Kondisi belajar gerak secara garis besar terdiri dari
kondisi internal dan eksternal. Menurut Sugiyanto ( 1998 : 325) kondisi
internal merupakan keadaan yang seharusnya ada pada diri si pelajar (
orang yang belajar gerak ), yang meliputi dua hal yaitu :
a. Pelajar harus mengingat bagian- bagian gerakan keterampilan.
b. Pelajar harus mengingat urutan-urutan rangkaian gerakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi eksternal dalam belajar gerak
adalah stimulus dari luar diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada
diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi. ( Sugiyanto, 2007 : 95 ) Kondisi
eksternal meliputi : (1) Pemberian penjelasan gerakan (2) Pemberian
contoh gerakan (3) Instruksi mempraktekkan gerakan (4) Pemberian umpan
balik.
33
c. Hasil belajar Senam lantai
Keberhasilan seseorang dalam mengikuti suatu program pengajaran dapat
dilihat dari hasil belajarnya. Menurut Gagne ( 1985 ), dapat diartikan
sebagai kapasitas atau kemampuan yang dapat diperoleh dari proses belajar
yang dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1) ketrampilan
intelektual , 2) informasi verbal, 3) strategi kognitif, 4) ketrampilan motorik,
dan 5) sikap. Menurut Bloom (1985), hasil belajar yang dapat dicapai oleh
siswa dapat dikelompokan menjadi tiga bidang, yaitu: 1) kognitif, 2)
afektif, dan 3) psikomotor. Demikian juga hasil belajar untuk senam lantai
meliputi ketiga bidang kemampuan, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar pada bidang tersebut tentunya untuk senam lebih menekankan
pada bidang psikomotor dengan bobot yang lebih besar dibidang kognitif
dan sifat. Hal tersebut disebabkan dalam belajar senam lantai termasuk di
dalam belajar keterampilan psikomotor, sesuai dengan cirinya tentunya
lebih mementingkan aktualisasi diri ke dalam perbuatan nyata.
Hasil belajar dapat diartikan pula sebagai perolehan ( prestasi ) yang dapat
dicapai secara optimal oleh siswa setelah melakukan proses belajar. Karena
untuk memperoleh kemampuan baik itu dalam bentuk pengetahuan, sikap
maupun keterampilan.
Menurut Bronlund ( 1985 : 6 ) hasil belajar adalah kemampuan yang tepat
diperoleh seseorang dari hasil usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, nilai
atau sikap, dan keterampilan gerak. Hasil belajar tersebut selanjutnya
merupakan kesanggupan untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan
pengetahuan, nilai atau sikap dan keterampilan gerak yang telah ia miliki.
Jadi makin baik hasil belajar yang dapat dicapai oleh seseorang, maka
makin tinggi pula tingkat kesanggupan untuk berbuat pada aktifitas yang
berikutnya.
Hasil belajar dalam bidang keterampilan gerak, menurut Cecco ( 1991 )
kadar kelestarianya dapat tercapai, apabila telah tercapai suatu tahapan
belajar gerak yang otomatis. Artinya penampilan yang dihasilnya dari
keterampilan gerak yang memadai berdasarkan pengalaman, latihan yang
34
berulang-ulang serta koordinasi gerak yang semakin baik. Keterampilan
gerak berinteraksi ( interaction skill ), hal ini berhubungan dengan masalah
kemampuan untuk mengontrol diri dan mempengarui orang lain.
c. Gaya Mengajar
Menurut Muska Mosston ( 1981 : 1 ) Gaya mengajar merupakan suatu
pengajaran yang bersifat universal, yang difokuskan kepada kegiatan pengajaran
sebagai tingkah laku manusia yang berdiri sendiri. Proses pengajaran diharapkan
bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasan pribadi.
Dalam hal ini, guru harus bisa menciptakan jembatan yang dapat
menghubungkan siswa dengan materi pelajaran serta keharmonisan dari semua
pihak yang dilibatkan di dalam ketika mengajar , baik guru sendiri ,materi
pelajaran maupun siswa.
Spektrum dari gaya pengajaran yang harus dipilih merupakan salah satu
jembatan penghubung diantara mahasiswa dengan materi pengajaran. Spektrum
disini dimaksudkan sebagai konstruksi teoritis serta rancangan pelaksanaan dari
gaya pengajaran yang akan dipilih. Setiap gaya pengajaran mulai dari gaya
mengajar perintah (command style) yang mempunyai struktur khusus sesuai
dengan tujuan dari masing-masing kegiatan yang dilakukan.
Gaya pengajaran sangat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil baik
guru maupun siswa pada saat tertentu. Jenis keputusan yang diambil, baik guru
maupun siswa akan menentukan proses serta konsekuensi dari masing-masing
episode pengajaran tersebut. Pada akhirnya gaya mengajar akan memberikan
bantuan yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan belajar serta kegiatan
belajar mengajar pada umumnya.
Menurut Muska Mosston ( 1981 : 4 ) Penemuan dari penyusunan desain
spektrum pengajaran selalu dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu :
1) Pokok permasalahan
Selama beberapa tahun terakhir ini telah banyaknya permasalahan program,
hasil penelitian serta bahan mengajar yang sudah terpaket. Beberapa
diantaranya mengajar ada yang sangat membantu, namun tidak sedikit pula
mengajar yang tidak bisa memberikan kontribusi sedikitpun. Namun demikian,
yang jelas ada dari mengajar tersebut adalah pertentangan antara satu sama
35
lainya. Setiap mengajar yang akan dikemukakan hanya cocok untuk
menyelesaikan permasalahan kecil dari pengajaran pendidikan jasmani.
Beberapa pertentangan yang terjadi antara lain, pengajaran mengenai
perorangan dengan pengajaran kelompok, pertandingan bola dengan gerakan
olahraga tanpa alat dan sebagainya. Seperti hal lainya, pola seperti ini akan bisa
menimbulkan gangguan serta ketidak seimbangan baik pada bidang
pendesainan program maupun dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan
jasmani. Setiap siswa pasti membutuhkan adanya pengalaman dan
pengembangan pada seluruh bidang. Hasil pengamatan telah dikuatkan dengan
adanya penemuan dan penyusunan desain dari spektrum. Spektrum selalu
didasarkan pada aspek yang tidak mengandung perbandingan.
2) Kegiatan mengajar dan belajar
Aspek pengamatan yang kedua ditunjukan pada adanya kesenjangan antara
kegiatan pengajaran dengan kegiatan belajar. Gaya belajar dari setiap siswa
cenderung berbeda satu sama lainya, sehingga banyak guru yang menemui
kesulitan dalam menemukan gaya pengajaran yang akan dipergunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, terutama pada saat kegiatan belajar mengajar
dilakukan untuk mencapai sasaran belajar. Spektrum dari kegiatan ini adalah
struktur pengajaran yang bisa mengidentifikasikan gaya pengajaran khusus
tersebut. Spektrum ini mengidentifikasikan susunan dari gaya pengajaran
masing-masing serta keterkaitanya dengan gaya pengajaran lainya. Selain itu,
spektrum ini pun harus dapat mengidentifikasikan prosedur yang bisa
diterapkan pada bermacam-macam kegiatan serta implikasi dari masing-
masing gaya pengajaran lainya. Kesemuanya diharapkan untuk menumbuh
kembangkan siswa baik dalam aspek fisik, emosi, sosial maupun aspek
kognitifnya. Titik utamanya ditentukan pada teori bahwa apa yang dilakukan
dan dikatakan oleh guru akan mempengaruhi gaya belajar siswa. Dengan
demikian maka spektrum di atas akan bisa memberikan kemampuan atau
kepastian yang diperlakukan oleh setiap guru dalam pemilihan gaya pengajaran
yang akan dapat merangsang timbulnya gaya bahasa tertentu, spectrum ini pun
akan bisa membekali guru dengan pengetahuan mengenai langkah-langkah
untuk mencapai keberhasilan dalam pengajaran.
36
3) Keistimewaan Tingkah laku serta Asas universalitas
Pendekatan yang sering dipergunakan dalam melaksanakan pengajaran
merupakan sesuatu yang istimewa, karena hal ini selalu berkaitan dengan
intuisi guru, spontanitas dan berkaitan dengan hal-hal yang aneh.
Keistimewaan seseorang berkaitan dengan hal-hal yang dimiliki seseorang
tersebut dan tidak dimiliki oleh yang lainya. Keistimewaan tidak bisa dijadikan
sebagai dasar pemahaman bagi fenomena pengajaran serta pengaruhnya
terhadap tingkah laku belajar karena beragamnya keistimewaan dari unsur-
unsur yang dilibatkannya, maka sangat dibutuhkan adanya teori struktur
pengajaran yang bersifat universal. Hal ini akan dapat dijadikan acuan untuk
memberi arahan mengenai pengajaran, menganalisa kegiatan pengajaran
dengan cara-cara yang rasional, seta memenuhi persyaratan kompetensi yang
dibutuhkan oleh guru.
Pada sisi lainya teori universal akan dapat memberi gambaran mengenai
cara pengidentifikasian keragaman peran yang diharapkan oleh kedua pihak, baik
guru maupun siswa.
Pengembangan dari suatu spektrum, didasarkan pada hal-hal berikut ini ; 1)
merumuskan aksioma bahwa pengajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari
serangkaian pembuatan keputusan. Pernyataan di atas menghasilkan konsep yang
sifatnya universalitas, karena pada dasarnya dalam setiap kegiatan pengajaran, pada
setiap waktu, semua guru akan terlibat kedalam pembuatan keputusan, 2) adalah
mengidentifikasi bermacam - macam kategori dari keputusan yang harus diambil
pada masing-masing episode kegiatan belajar mengajar. Termasuk dalam hal ini
antara lain perumusan tujuan, bahan pengajaran, kegiatan-kegiatan khusus bahan-
bahan pengorganisasian serta bentuk umpan balik yang akan diberikan oleh guru
kepada siswa.
Kategori dari keputusan-keputusan tersebut terangkum di dalam tiga tahap
kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Pre Impact adalah keputusan-keputusan yang harus dibuat pada saat terjadi
kontak pertama antara guru dan siswa.
2. Impact mencakup keputusan-keputusan yang harus dibuat pada saat dilakukanya
penampilan dari tugas yang diminta.
37
3. Post Impact mencakup keputusan yang harus diambil pada tahap evaluasi serta
pemberian umpan balik kepada siswa.
Bila digabungkan, ternyata tiga tahap tersebut di atas akan membentuk anatomi dari
setiap gaya pengajaran. Anatomi tersebut akan menghasilkan konsep-konsep yang
mempunyai sifat universal karena ketiga tahap tersebut selalu ada pada setiap
episode pengajaran. Struktur dari gaya pengajaran seseorang serta tempatnya pada
spektrum ditentukan dengan pengidentifikasian mengenai siapa yang akan
membuat keputusan pada setiap tahap kegiatan. Jadi, masing – masing gaya
diidentifikasikan dengan distribusi dari keputusan – keputusan khusus yang akan
diambil oleh guru serta siswanya pada setiap episode pengajaran tertentu .
1. Gaya mengajar Resiprokal / Timbal- balik
Suatu gaya mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan umpan balik kepada temannya sendiri. Dengan demikian,
tanggung jawab untuk memberikan umpan balik bergeser dari guru kepada
siswa. Pergeseran ini memungkinkan para siswa meningkatkan interaksi sosial
antara teman sebayanya.
Metode mengajar Resiprokal menurut Mosston ( 1994 : 65 ) adalah
“gaya mengajar yang menunjukkan hubungan sosial antar teman sebaya dan
kondisi untuk memberi umpan balik yang cepat“.
Gaya Resiprokal bertujuan : Siswa bekerja dengan pasangan dan memberikan
umpan balik kepada pasangan, yang berdasarkan kriteria yang telah dipersiapkan
oleh guru.
Hakikat : Siswa bekerja dengan pasangan , menerima umpan balik dengan
segera, mengikuti kriteria yang telah dirancang guru, dan mengembangkan
umpan balik dan keterampilan sosialnya.
Sasaran Gaya Resiprokal :
Berhubungan dengan tugas dan peranan siswa :
a. Tugas ( Pokok Bahasan ) terdiri dari :
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan berulang-ulang dengan
didampingi oleh seorang pengamat ( teman / pasangannya )
2. Siswa menerima umpan balik
38
3. Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan
tugas dari pasangannya
b. Peranan Siswa adalah :
1. Memberi dan menerima umpan balik
2. Mengamati penampilan teman, membandingkan dan mempertentangkan
dengan kriteria yang ada, dan menyampaikan hasilnya kepada pelaku.
3. Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman.
Anatomi Gaya Resiprokal :
1. Saat Sebelum Pertemuan, guru sudah membuat kriteria yang akan dilaksanakan
oleh pelaku. Sebelum pelajaran dimulai, dipusatkan perhatian siswa dalam
pembagian kelompok yaitu menjadi dua kelompok kecil, dimana satu siswa
menjadi pelaku dan satu siswa menjadi pengamat. Guru hanya berperan khusus
dalam berkomunikasi dengan pengamat walaupun pada pelaksanaan kegiatan guru
mengamati pelaku maupun pengamat, sehingga hal ini akan memungkinkan
timbulnya rasa saling percaya antara pelaku dengan pengamat serta akan
menimbulkan pola kerjasama yang bagus dan kebersamaan.
2. Selama Pertemuan, keputusan ada pada pelaku , peran pelaku sama dengan metode
latihan yaitu melaksanakan perintah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
oleh guru dan hanya berkomunikasi dengan pengamat. Pelaku memperoleh umpan
balik penampilan dari pengamat secara langsung mengetahui kekurangan ataupun
kelemahan selama melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaku harus berusaha
menerima umpan balik dari pengamat. Pada saat ini, peran guru hanya mengamati
pelaku dan pengamat.
3. Sesudah Pertemuan, keputusan ada pada pengamat. Pada saat ini pengamat
memberikan umpan balik secara langsung terhadap pelaku sesuai dengan kriteria
yang telah di buat oleh guru. Sebelum pelajaran berlangsung pengamat harus
sudah memahami kriteria yang ada, kemudian mengamati pelaku pada saat
kegiatan berlangsung, pengamat membandingkan dan mempertentangkan
penampilan pelaku dengan kriteria yang diberikan. Dalam hal ini, siswa sebagai
pengamat juga harus bersikap positif dalam memberikan umpan balik kepada
pelaku. Kegiatan berikutnya adalah pengamat menyimpulkan apakah penampilan
39
pelaku benar atau salah, dan menyampaikan hal-hal mengenai penampilan kepada
pelaku.
2. Setting pasca dampak ,bagi pengamat untuk memenuhi peran dalam setting pasca-
dampak, dia harus memenuhi beberapa langkah :
a. Menerima kriteria bagi penampilan yang benar dari guru. (hal ini biasanya
disediakan pada kartu kriteria).
b. Selidikilah tampilan the doer atau pelaku.
c. Bandingkan dan pertentangkan antara tampilan dan kriteria
d. Simpulkan apakah tampilan itu sudah benar.
e. Komunikasikan hasil-hasilnya pada pelaku. Feedback ini dapat ditawarkan
selama penampilan atau sesudah penyelesaian tugas hal itu tergantung pada
jenis tugas yang dilibatkan. Selama dikerjakan penampilan tugas tetap,
pembelajar dapat mendengar dan menerima feedback. Selama beberapa tugas
di dalam gerak, ini tidak mungkin, karena dalam kasus semacam itu, pengamat
harus menunggu sampai tugas-tugas itu diselesaikan.
f. Mulailah, jika perlu, komunikasi dengan guru.
g. Peran guru ialah menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengamat dan
memulai komunikasi hanya dengan observer atau pengamat.
Implikasi Gaya Resiprokal atau Gaya C secara tersirat adalah:
1. guru menerima proses sosialisasi antara pengamat dan pelaku sebagai tujuan yang
dikehendaki dalam pendidikan.
2. guru menghargai kepentingan mengajar bagi pembelajar untuk memberikan feedback
yang akurat dan feedback yang obyektif satu sama lain.
3. guru mampu merubah kekuatan untuk memberikan feedback kepada pembelajar
selama berlangsungnya episode gaya C.
4. guru mempelajari perilaku baru yang membutuhkan pengulangan dari komunikasi
langsung dari orang yang menjalankan tugas (the doer).
5. guru memiliki kemauan untuk memperluas perilakunya jauh dari gaya A dan B dan
memberi waktu yang diperlukan untuk pembelajar untuk mempelajari peran baru
dalam membuat keputusan tambahan.
6. guru mempercayai siswa untuk membuat keputusan tambahan yang berubah pada
diri mereka.
40
7. guru menerima realitas baru dimana dia bukan satu-satunya sumber informasi,
pencapaian dan feedback.
8. pembelajar dapat ikut serta dalam peran timbal balik / resiprokal dan membuat
keputusan tambahan.
9. pembelajar dapat meluaskan peran aktif mereka dalam proses belajar
10. pembelajar dapat memperhatikan dan menerima guru mereka dalam peran yang
berlainan dari yang secara intrinsik menjalankan gaya A dan B.
11. pembelajar dapat menggunakan waktu belajar (dengan menggunakan lembar
kriteria) dalam hubungan timbal balik tanpa adanya kehadiran guru secara tetap.
Perilaku verbal guru dengan pengamat dalam gaya resiprokal, teknik
berpasangan, ada beberapa cara yang digunakan untuk mengorganisir kelas dalam
pasangan - pasangan: (1) membuat barisan dalam kelas dan menghitungnya dua-dua,
(2) secara alfabet (3) guru memilih pasangan (4) siswa memilih satu sama lain (
seleksi sendiri ) (5) membuat pasangan karena tinggi badan (6). membuat pasangan
karena berat badan (7) carilah pasangan dengan orang yang ada di dekat anda (8) level
ketrampilan dan lain-lain.
Secara psikologis metode resiprokal ini berpengaruh kepada siswa yaitu dapat
menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman serta dapat meningkatkan rasa
percaya terhadap kawan dan merasa bertanggung jawab kepada sesama siswa.
2. Gaya mengajar Komando / perintah
Pada setiap kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, selalu
ada dua pembuat keputusan yaitu : guru dan siswa. Gaya mengajar komando
ditandai dengan kondisi dimana pihak gurulah yang paling dominan dalam
membuat seluruh keputusan dalam penyusunan materi dari gaya mengajar
komando. Dengan demikian, maka peran siswa dalam pelaksanaan gaya mengajar
komando adalah mentaati semua perintah serta petunjuk yang diberikan oleh
gurunya.
Esensi dari gaya mengajar komando adalah hubungan langsung antara
stimulus yang disampaikan oleh guru dengan respon yang dihasilkan oleh siswa.
Perintah yang diberikan oleh guru harus dapat menjelaskan semua gerakan yang
harus dilakukan oleh setiap siswa.
41
Setiap gerakan yang dilakukan oleh siswa selalu mengikuti contoh yang
diberikan oleh gurunya. Dengan demikian, maka segala keputusan yang berkaitan
dengan tempat pelaksanaan, postur tubuh siswa, penentuan saat memulai kegiatan,
irama dan kecepatan, serta jangka waktu dari setiap gerakan (intervalnya) harus
dilakukan oleh guru (Muska Mosston, 1981 :13).
Dalam pendidikan fisik, gaya mengajar komando dapat dilihat dalam
sekumpulan aktifitas. Sebagai contoh : 1) serangkaian gerakan yang dirancang
sebelumnya dalam suatu urutan tertentu, dan 2) posisi tubuh tertentu dirancang
gerakan khusus diikuti oleh setiap peserta dan semua harus dikoordinasikan oleh
ritme yang diberikan oleh guru. Semua gerakan dilakukan oleh siswa sebagai
respon terhadap stimuli khusus (tanda perintah ) yang diberikan oleh guru (Muska
Mosston, 1981:14 ). Perilaku dan hubungan antara guru dan siswa pada umumnya
sama dan merupakan hasil dari gaya mengajar komando.
Program suatu aktifitas fisik yang dilakukan oleh siswa yang mahir,
mempunyai pengaruh yang berarti pada penilai dan memiliki implikasi bagi siswa.
Kewajiban pengajaran dalam pandangan ini dibebankan pada aksi peragaan. Ketika
guru sedang memberikan penjelasan atau gambaran siswa harus menyimak.
Pengulangan model yang diperagakan merupakan suatu kebaikan umum dalam
proses pengajaran, hal ini menjaga siswa agar tetap dalam pengawasan.
Menurut Muska Mosston, ( 1981:16-17 ) bahwa suatu peragaan baik
memiliki keuntungan sebagai berikut : 1) demonstrasi akan dapat menciptakan
gambaran holistic dari kegiatan yang dilakukan oleh siswa. 2) demonstrasi akan
mengarah kepada suatu tingkat keberhasilan tertentu. 3) mempengaruhi siswa untuk
dapat mengkoordinasikan gerakan secara lembut, lengkap, dan berhasil, 4) dapat
menciptakan suatu visualisasi mengenai bermacam kegiatan serta proses
perpanduan gerakan tertentu, 5) dapat memperlihatkan rangkaian atau bagian
gerakan yang harus dilakukan oleh siswa, 6) memperlihatkan dan menjelaskan
sesuai dengan contoh, 7) demonstrasi dapat menghemat waktu, sebuah peragaan
sederhana mampu menjelaskan keseluruhan materi secara cepat, 8) dapat
difokuskan pada ketepatan dari hasil penampilan gerakan yang sudah dilakukan
siswa, 9) dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai bagaimanakah
standar dari guru terhadap ketepatan dan kesempurnaan dari gerakan yang
42
dilakukan, 10) dapat menguatkan siswa agar mereka selalu berada pada posisi yang
sempurna sesuai dengan wewenang yang dimilikinya, 11) dapat mengarahkan
perhatian siswa sehingga mereka dapat memperhatikan bagian penting yang
berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh siswa dalam melakukan berbagai
gerakan sampai hal yang terperinci sekalipun, 12) dapat memperhatikan posisi awal
yang tepat pada beberapa jenis olahraga tertentu, 13) dapat menggambarkan
gerakan awal yang diinginkan sesuai dengan tujuanya, 14) dapat menciptakan suatu
perasaan kepuasan dan motivasi yang kuat bagi siswa, 15) dapat memunculkan
gerakan keindahan manusia, dan 16) dapat mempengaruhi persepsi siswa.
Pengaruh peragaan sebagian besar bersifat eksternal. Siswa merupakan
penerima pasif dari semua matriks stimuli dan pengaruh,dan yang dilakukan siswa
adalah menerima dan menyamai kinerja guru. Penerimaan dan peniruan merupakan
tujuan pengajaran, intinya terletak pada guru dan pada kinerjanya yang diulang oleh
siswa.
Dalam gaya mengajar komando sama seperti model mengajar deduktif.
Model deduktif adalah “Proses belajar siswa banyak diarahkan oleh guru. Peran
guru cenderung dominan untuk merencanakan” (Toho Cholik M, dan Rusli Lutan,
1997 : 80)
Menurut Muska Mosston (1981 : 19) gaya mengajar komando
mengandung arti bahwa : 1) materi sudah ditentukan, 2) peragaan gerakan yang
dilakukan oleh guru, 3) perintah guru harus ditaati dengan ketelitian yang tinggi, 4)
keputusan guru tidak dapat dipertahankan, 5) tidak terjadi penyimpangan dari
individu siswa terhadap contoh gerakan yang sudah diberikan gurunya, 6)
perbedaan individu kemampuan siswa tidak dapat dijadikan pertimbangan, 7) guru
tidak meminta dan menerima pilihan respon yang dikemukakan oleh siswanya, 8)
guru adalah ahli dibidang mata pelajaran yang akan dipelajarinya, 9) gaya
mengajar perintah akan tetap mempertahankan pengetahuan, pengalaman, serta
standar yang sudah dimiliki pada saat lalu.
Sasaran gaya mengajar perintah meliputi: 1) respon segera, 2) ketepatan
dan ketelitian respon, 3) emosi dari contoh / model, 4) pengawasan terhadap
penampilan, 5) pengawasan tehadap pelaku, 6) tingkat keamanan, 7) kesiapan dari
standar nilai yang akan dipergunakan, 8) tersedianya alternatif dan pilihan, efisiensi
43
dalam mempergunakan waktu, dan 9) keberhasilan nilai yang terbentuk dan tradisi
budaya yang sudah disepakati (Muska Mosston, 1981 : 19).
Dalam setiap proses belajar mengajar ada dua pembuat keputusan, yaitu
guru dan siswa. Gaya mengajar komando dicirikan oleh guru yang membentuk
semua keputusan dalam menyampaikan meteri. Ini berarti bahwa peranan guru
adalah membentuk semua keputusan dalam pre-impact ( sebelum pengaruh
) , impact ( pengaruh ), dan post-impact (pasca pengaruh), mengikuti, dan mentaati
( Muska Mosston, 1981 : 13 ).
Hakekat dari gaya mengajar komando adalah hubungan langsung
perintah dari guru ke siswa. Ada perintah yang dilakukan guru mendahului setiap
gerakan yang dihasilkan siswa. Setiap gerakan siswa dilakukan menurut perintah
yang dicocokan oleh guru. Karena itu, “semua keputusan tentang lokasi, postur
tubuh, waktu mulai langkah dan ritme, waktu berhenti, durasi dan interval, dibuat
oleh guru”. Muska Mosston ( 1981 : 13 )
d. Implementasi Gaya mengajar Resiprokal dalam Pembelajaran Senam lantai.
Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan
balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini
memungkinkan peningkatan interaksi sosial antar teman sebaya dan
umpan balik langsung.
1. Anatomi Gaya Resiprokal
Di dalam perangkat keputusan sebelum pertemuan. Pengadaan umpan
balik langsung digeser kepada seorang pengamat .
Kelas diatur berpasangan dengan peranan-peranan khusus untuk setiap
partner.Salah satu dari pasangan adalah “pelaku” lainnya menjadi pengamat
.Guru memegang peranan khusus untuk berkomunikasi dengan
pengamat.Peranan pengamat adalah memberikan umpan balik kepada pelaku
dan berkomunikasi dengan guru. Guru mengamati tetapi hanya
berkomunikasidengan pengamat . Guru membuat semua keputusan sebelum
pertemuan. Pelaku membuat keputusan selama pertemuan,pengamat membuat
keputusan umpan balik sesudah pertemuan.
44
2. Sasaran Gaya Resiprokal
Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan murid.
a.Tugas (pokok Bahasan)
Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat.
Murid menerima umpan balik langsung, pebagai pengamat, murid memperoleh
pengetahuan mengenai penampilan tugas.
b. Peranan siswa
Memberi dan menerima umpan balik, mengamati penampilan teman
membandingkan dan mempertentangkan dengan kriteria yang ada,
menyampaikan hasilnya kepada pelaku, menumbuhkan kesabaran dan toleransi
terhadap kawan, memberikan umpan balik.
3. Pelaksanaan Gaya Resiprokal
a. Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat.
Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa ,pengamat harus belajar
bersikap positif dan memberi umpan balik.Pelaku harus belajar menerima
umpan balik dari teman sebaya ini memerlukan adanya rasa percaya.
b. Keputusan-keputusan
1) Sebelum pertemuan:
Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk
dipakai dalam gaya ini.
2) Selama pertemuan:
a).Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku dan
pengamat .
b).Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan
bukan dengan guru.
45
c).Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk
menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang
terdapat dalam lembaran yang diberikan.
3) Sesudah pertemuan:
a).Menerima kriteria
b).Mengamati penampilan pelaku
c).Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang
diberikan.
d).Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah.
e).Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku.
4) Peranan guru adalah :
a. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat.
b. Berkomunikasi dengan pengamat saja.
Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan
pengamat. Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi
peranan pengamat.
5) Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat berganti
peranan.
6) Proses pemilihan partner dan pemantauan keberhasilan proses adalah
penting.
7) Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran
berlangsung.
c. Pemilihan pokok bahasan:
1)Ini menentukan garis-garis pedoman untuk perilaku pengamat.
2)Lima bagian lembaran kriteria adalah:
a) Uraian khusus mengenai tugas ( termasuk pembagian tugas secara
berurutan ).
b) Hal-hal yang khusus yang harus dicari selama penampilan (
kesulitan yang potensial ).
c) Gambar atau sketsa untuk melukiskan tugas.
d) Contoh-contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.
46
e) Mengingatkan peranan pengamat ( apabila siswa telah memahami gaya
ini, bagian ini bisa dihapuskan ).
4. Pertimbangan-pertimbangan khusus untuk Gaya Resiprokal
Interaksi antara guru dan pengamat:
a.Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria yang
telah disusun.
b.Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat yang
berhubungan dengan criteria. 1)Seringkali pengamat terlalu kritis dan
harus belajar mengikuti criteria yang telah ditentukan.2)Guru perlu
menekankan tanggung jawab positif dari pengamat. 3)Guru perlu
membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi.
c.Pada akhir beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan Gaya guru
harus meninjau kembali penampilan para pengamat menekankan
perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam perilaku mereka.
d.Teknik untuk mengatur kelas dalam pasangan-pasangan.
e. Dalam beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan gaya ini
sasarannya akan memerlukan pemusatan perhatian pada penerimaan
siswa terhadap peranan pelaku dan pengamat.
f. Kelompok kecil yang terdiri dari dua orang juga dapat memakai gaya
ini. 1) Dalam kelompok-kelompok ini mungkin ada pencatat, pemberi
nilai atau pengawas. (2) Peranan pelaku dan pengamat tidak berubah,
tetapi setiap siswa dalam kelompok yang lebih besar menerima
peranan-peranan ini secara bergantian.(3)Kekurangan peralatan, ruang
atau jumlah siswa yang besar menyebabkan perlunya penggunaan lebih
dari dua siswa dalam kasus ini.
Dari urain kerangka dasar gaya mengajar resiprokal tersebut di atas maka
penulis simpulkan bahwa penerapan atau implementasi gaya mengajar resiprokal
yang diterapkan dalam pembelajaran senam lantai , dengan materi diantaranya
guling depan , guling belakang, guling lenting , dan meroda adalah sebagai berikut ,
murid diatur secara berpasangan, satu sebagai pelaku, dan yang lain sebagai
pengamat. Dalam melakukan pembelajaran gerakan senam lantai ini , antar
47
pasangan melakukan gerakan senam lantai tersebut di atas secara bertahap sesuai
dengan yang diajarkan oleh guru , yaitu yang diawali dengan tahapan- tahapan
gerakan bagian perbagian sampai dengan gerakan rangkain senam lantai secara
keseluruhan , dilakukan secara bergantian peran yaitu sebagai pelaku dan pengamat
dan masing –masing saling koreksi gerakan , jika ada kesulitan dalam pelaksanaan ,
guru hanya berkomunikasi dengan pengamat.
e. Implementasi Gaya mengajar Komando dalam Pembelajaran Senam lantai
1. Anatomi Gaya Komando
a. Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjau dari tiga perangkat
keputusan: pra-pertemuan, selama pertemuan berlangsung, dan pasca
pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan
kepada siswa .
b. Untuk gaya komando atau gaya perintah ini, semua keputusan diambil
oleh guru.
2. Sasaran Gaya Komando
a.Bagian ini akan merinci peranan guru, peranan siswa dan hasil yang
dicapai karena penggunaan gaya yang diuraikan.
b.Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang dicapai akan
melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru,
dengan sasaran-sasaran sebagai berikut: respon langsung terhadap petunjuk
yang diberikan, penampilan yang sama / seragam , penampilan yang
disinkronkan , penyesuaian , mengikuti model yang telah ditentukan ,
mereproduksi model , ketepatan dan kecermatan respons , meneruskan
kegiatan dan tradisi kultural , mempertahankan tingkat estetika,
meningkatkan semangat kelompok , penggunaan waktu secara efisien ,
pengawasan keamanan.
3. Menyusun Pelajaran Gaya Komando
a.Semua keputusan pra-pertemuan dibuat oleh guru : pokok bahasan, tugas-
tugas , organisasi , dan lain-lain .
b.Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru:
48
penjelasan peranan guru dan siswa, penyampaian pokok bahasan,
penjelasan prosedur organisasi , regu, kelompok , penempatan dalam
wilayah kegiatan .
Perintah yang harus diikuti : urutan kegiatan , peragaan , penjelasan,
pelaksanaan, penilaian
c. Keputusan pasca-pertemuan, Umpan balik kepada siswa, Sasarannya:
harus memberi banyak waktu untuk pelaksanaan tugas.
4. Implikasi Penggunaan Gaya Komando
a.Standar penampilan sudah mantap dan pada umumnya satu modeluntuk
satu tugas.
b.Pokok bahasan dipelajari secara meniru dan mengingat melalui penampilan.
c. Pokok bahasan dipilih-pilah menjadi bagian-bagian yang dapat ditiru.
d.Tidak ada perbedaan individual diharapkan menirukan model.
5.Unsur-unsur khas dalam pelajaran dengan gaya Komando
a.Semua keputusan dibuat oleh guru
b.Menuruti petunjuk dan melaksanakan tugas merupakan kegiatan utama
dari siswa.
c.Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi.
d.Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi
e.Mengembangkan perilaku berdisiplin karena prosedur yang telah
ditetapkan.
6. Saluran-saluran pengembangan gaya Komando
a.Menurut Mosston, selama masa belajar-mengajar, setiap orang
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
keterampilan fisik, sosial, emosional, dan kognitifnya.
b.Mosston berbicara tentang empat saluran perkembangan:
Saluran fisik meningkat dengan pesat selama menggunakan gaya
Komando, saluran sosial-terbatas, saluran emosional terbatas , saluran
kognitif terbatas .
Sesuai dengan kerangka dasar, gaya komando yang diuraikan diatas, penulis
menggaris bawahi bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran senam lantai dengan gaya
49
mengajar komando ini, semua peran yang dilakukan hanya tergantung pada perintah
guru, siswa hanya mengikuti apa yang menjadi perintah dari guru didalam
pembelajaran senam lantai , yang dimulai dari gerakan gerakan tahapan sampai
dengan rangkain gerakan senam lantai secara keseluruhan dan dilakukan secara
berulang – ulang. Semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa tergantung perintah
atau petunjuk dari guru dan siswa mengikuti, menirukan atau menyesuaikan dengan
tugas apa yang diberikan oleh guru.
Perbedaan prinsip Gaya mengajar Komando dan Resiprokal
Resiprokal Komando
1
2
3
4
5
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memberikan umpan
balik terhadap pasangannya
Dapat mengembangkan umpan
balik dan ketrampilan sosialnya.
Ada kesempatan memberikan
latihan berulang sehingga
memperoleh pengetahuan mengenai
penampilan tugas pasangannya
Mengamati, membandingkandan
mempertanggungjawabkan dengan
criteria yang ada dan
menyampaikan hasilnya kepada
pelaku.
Menumbuhkan
kesabaran,kepercayaan,dan
toleransi terhadap teman.
1
2
3
4
5
6
Ditandai dengan kondisi dimana
pihak guru yang paling dominan
pembuat keputusan dan siswa
mentaati perintah / petunjuk guru.
Gerakan siswa mengikuti contoh
guru, segala keputusan dilakukan
oleh guru,respon dilakukan sebagai
perintah guru.
Setiap pengajaran dibebankan pada
aksi peragaan,guru menjelaskan dan
siswa menyimak.
Gerakan pengulangan suatu
kebaikan dalam proses pengajaran.
Mengarahkan perhatian
penting,berkaitan dengan yang
harus dilakukan oleh siswa.
Menciptakan perasaan kepuasan,
motivasi, memunculkan gerakan
yang indah dapat mempengaruhi
persepsi siswa
50
1
2
3
Secara anatomi sebagai berikut :
Pra Pertemuan :
Sebelum pertemuan guru sudah
membuat criteria yang akan
dilakukan oleh pelaku, pembagian
kelompok, pelaku dan pengamat.
Selama pertemuan :
Pelaku melaksanakan perintah
sesuai kriteria guru dan hanya
berkomunikasi dengan pengamat.
Pelaku harus berusaha menerima
umpan balik dari pengamat.
Pasca / sesudah pertemuan :
Pengamat memberikan umpan balik
secara langsung kepada pelaku
sesuai kriteria guru.
Pengamat mengamati pelaku ,
membandingkan dan
mempertentangkan penampilan
dengan criteria yang diberikan.
Pengamat bersikap
positif,memberikan umpan balik
kepada pelaku,dan menyimpulkan
apakah penampilan benar atau salah
kepada pelaku.
1
2
3
Pra pertemuan :
Keputusan yang dibuat oleh
guru,akan diteruskan kepada siswa.
Selama pertemuan :
Semua materi keputusan diambil
oleh guru
Pasca / sesudah pertemuan :
Semua materi keputusan diambil
oleh guru.
Karena itu semua keputusan tentang
lokasi, postur tubuh, waktu, ritme,
waktu berhenti, durasi, materi,
peragaan, perintah, keputusan.
Kosekwensinya,tetap
mempertahankan pengetahuan,
pengalaman, serta standart yang
sudah dimiliki.
51
3. Kekuatan otot
a.Pengertian kekuatan.
Kemampuan kondisi fisik sangat memegang peran penting dihampir semua cabang
olahraga tertentu. Namun demikian setiap cabang olahraga selalu memiliki unsur
kondisi fisik dominan. Dominasi dari unsur kondisi fisik dalam setiap cabang olahraga
bergantung pada karakteristik dari cabang olahraga. Cabang olahraga yang dalam proses
gerakanya membutuhkan kemampuan untuk menahan dan mengangkat beban, maka
unsur kekuatan memegang peran yang dominan.
Dalam cabang olahraga senam, unsur kekuatan memegang peran penting.
Seseorang pesenam akan mampu melakukan berbagai elemen gerak senam dengan baik,
jika didukung oleh kekuatan otot yang baik. Dalam hal ini. Pate dkk, ( 1984 : 303 )
mengemukakan bahwa kekuatan otot dan ketahanan otot merupakan faktor yang sangat
menentukan pada cabang senam. Demikian halnya Bompa ( 1994 : 188 )
mengajukan agar lebih memfokuskan unsur kekuatan dalam program persiapan umum
dan kekuatan khusus / power pada persiapan khusus cabang olahraga senam.
Kekuatan merupakan suatu elemen dalam berbagai ciri penampilan. Kekuatan
dapat membantu meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, keseimbangan
dan ketepatan. Kekuatan merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki siswa, karena
setiap kinerja dalam senam selalu memerlukan kekuatan. Dalam hal ini, Harsono ( 1988
: 177 ) menyatakan bahwa kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena: 1) Kekuatan
merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik, 2) Kekuatan memegang peranan
penting dalam melindungi atlet / orang dari kemungkinan cidera, 3) Kekuatan dapat
mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien. Meskipun banyak aktifitas
olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, fleksibilitas, kecepatan, daya ledak, dan
aktifisik lainnya, namun faktor tersebut tetap dikondisikan dengan faktor kekuatan agar
diperoleh hasil yang baik.
Menurut Pate ( 1984 : 12 ), kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk
mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda.Gerakan mendorong atau
52
menarik dapat mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti atau berubah arah,
tergantung pada sifat benda atau besarnya kekuatan, titik tumpuan dan arah kekuatan.
Kekuatan merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan dalam setiap
cabang olah raga . Untuk dapat mencapai penampilan prestasi yang optimal, maka
kekuatan harus dioptimalkan, maka kekuatan harus ditingkatkan sebagai landasan yang
mendasari dalam pembentukkan komponen biomotor lainnya. Sasaran pada latihan
kekuatan adalah untuk meningkatkan daya otot dalam mengatasi beban selama aktifitas
olahraga berlangsung. Oleh karena itu, latihan kekuatan merupakan salah satu unsur
biomotor dasar yang penting dalam mencetak olahragawan.
Manfaat dari latihan kekuatan bagi olahragawan , diantaranya untuk :
(1) Meningkatkan kekuatan otot dan jaringan, (2) mengurangi dan menghindari
terjadinya cedera pada olahragawan , (3) meningkatkan prestasi, (4) terapi dan
rehabilitasi terjadinya cedera pada otot, dan (5) membantu mempelajari atau
penguasaan tehnik. Melalui latihan kekuatan yang benar, maka beberapa komponen
biomotor yang lain juga akan terpengaruh dan meningkat, diantaranya adalah :
kecepatan, ketahanan otot, koordinasi, power yang eksplosif, kelentukan dan
ketangkasan.
Pengertian kekuatan secara umum adalah kemampuan otot atau sekelompok
otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Pengertian secara fisiologi , kekuatan
adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi beban luar dan beban dalam.
Tingkat kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan : panjang
pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu,
tingkat kelelahan , jenis otot merah atau otot putih, potensi otot, tehnik dan
kemampuan kontraksi otot.
Ada beberapa macam kekuatan yang perlu diketahui dalam mendukung upaya
pencapaian prestasi maksimal . Diantaranya menurut Bompa (1994 : 13) adalah (1)
kekuatan umum, (2) kekuatan khusus, (3) kekuatan maksimal, (4) kekuatan
ketahanan ( ketahanan otot ) , (5) kekuatan kecepatan ( kekuatan elastic atau power
), kekuatan absolute, (7) kekuatan relative, (8) kekuatan cadangan.
Kekuatan umum adalah kemampuan kontraksi seluruh system otot dalam
mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan umum merupakan unsur dasar yang
melandasi seluruh program latihan kekuatan. Olahragawan yang tidak memiliki
53
kekuatan umum secara baik , akan mengalami keterbatasan dalam proses
peningkatan kemampuannya. Untuk itu kekuatan umum diperlukan oleh hampir
semua cabang olahraga.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan, bahwa kekuatan otot adalah
besarnya tenaga yang dapat dikeluarkan oleh seseorang, sedangkan tenaga yang
dimaksudkan adalah hasil dari konstraksi otot atau sekelompok otot.
b. Peran Kekuatan Otot dalam Hasil Belajar Senam lantai.
Peran kekuatan otot untuk hasil belajar rangkaian gerakan senam lantai,
adalah hasil dari beberapa bagian konstraksi otot dalam melakukan rangkaian
gerakan senam lantai,yang dalam penelitian ini yang diteliti antara lain : (1)
kekuatan otot lengan , adalah kemampuan otot atau sekelompok otot yang terdapat
pada lengan seseorang dalam mengerahkan tenaga secara maksimum pada saat
melakukan test dengan alat push and pull dynamometer, (2) kekuatan otot perut
adalah kemampuan otot atau sekelompok otot yang terdapat pada perut seseorang
dalam mengerahkan tenaga secara maksimum pada saat melakukan test dengan
baring duduk selama 60 detik, (3) kekuatan otot punggung adalah kekuatan otot
yang terdapat pada pada punggung seseorang untuk mengerahkan tenaga secara
maksimum pada saat melakukan test back and leg dynamometer,dan (4) kekuatan
otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot yang terdapat pada
tungkai seseorang dalam mengerahkan tenaga secara maksimum pada saat
melakukan test back and leg dynamometer
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dari Jacob Joppy Terry (2008) yang berjudul
“Pengembangan Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang melalui Metode
Kombinasi Kelentukan dan Umpan Balik Pengetahuan Hasil pada Murid Putra SMP
Pax Christi Manado”. Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok siswa yang memiliki kelentukan di atas rata-rata dengan siswa yang
memiliki kelentukan di bawah rata-rata dalam penguasaan gerakan senam lantai
guling belakang, namun tidak ada interaksi antara tingkat kelentukan dan jenis
umpan balik terhadap penguasaan gerakan senam lantai guling belakang.
54
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori, maka dapat disusun kerangka berfikir sebagai
berikut:
Perbandingan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar
komando terhadap hasil belajar senam lantai
Gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando keduanya
merupakan aspek yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, yang
berpengaruh terhadap kemampuan guru sehingga guru memahami dan menerapkan
gaya mengajar yang sesuai, khususnya senam lantai. Gaya mengajar resiprokal dan
gaya mengajar komando dipilih dan diterapkan sebagai upaya menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efisien dan efektif sehingga tujuan
pengajaran dapat tercapai.
Berdasarkan perbedaan dari kedua gaya mengajar tersebut, dapat diduga
bahwa terdapat perbedaan prinsip gaya mengajar yang berpengaruh terhadap hasil
belajar bagi siswa antara gaya mengajar resiprokal dan gaya mengajar komando.
Gaya mengajar resiprokal menggunakan kriteria dan memberikan umpan balik,
sedangkan gaya mengajar komando adalah ketergantungan respon siswa terhadap
perintah guru.
Perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki kekuatan otot baik dan siswa yang
memiliki kekuatan otot kurang baik terhadap hasil belajar senam lantai
Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan otot
untuk menerima beban sewaktu bekerja jadi, kekuatan otot adalah kemampuan
sekelompok otot dalam mengatasi suatu beban.
Kekuatan otot merupakan salah satu bagian dari komponen dasar kondisi
fisik yang sangat dibutuhkan bagi siswa dan kekuatan otot merupakan faktor yang
sangat menentukan pada gerak senam lantai. Kekuatan otot yang baik,kekuatan
otot sedang dan kekuatan otot yang kurang baik diduga ada perbedaan pengaruh,
sampai sejauh mana perbedaan siswa yang memiliki kekuatan otot yang baik ,
kekuatan otot yang tergolong sedang dan kekuatan otot yang kurang baik terhadap
hasil belajar senam lantai.
55
Gaya mengajar merupakan gaya yang ditempuh guru untuk menciptakan
situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses
belajar siswa yang memuaskan. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang
dilakukan antara guru dengan siswa dalam situasi pendidikan atau pengajaran untuk
mewujudkan tujuan yang diterapkan. Guru pasti memiliki kemampuan untuk
menggunakan berbagai gaya mengajar secara bervariasi. Dalam penelitian ini
mengkaji tentang interaksi gaya mengajar dan kekuatan otot terhadap hasil belajar
senam lantai.
D. Rumusan Hipotesis
Berpijak dari landasan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan
diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Untuk amatan pemahaman gerakan senam lantai
a. Ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal dan gaya
mengajar komando terhadap hasil belajar senam lantai.
b. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kekuatan otot
baik, kekuatan otot sedang dan siswa yang memiliki kekuatan otot
kurang baik.
c. Ada interaksi antara gaya mengajar dan kekuatan otot terhadap hasil
belajar senam lantai.
2. Untuk amatan keterampilan gerak senam lantai
a. Ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal dan gaya
mengajar komando terhadap hasil belajar senam lantai.
b. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kekuatan otot
baik, kekuatan otot sedang dan siswa yang memiliki kekuatan otot
kurang baik.
c. Ada interaksi antara gaya mengajar dan kekuatan otot terhadap hasil
belajar senam lantai.
top related