bab ii landasan teori 2.1 keselamatan dan kesehatan kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/bab ii.pdf · 4...
Post on 01-Nov-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada
umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan kalau ditinjau dari bidang
keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu
pengentahuan dan penerapannya dalam upaya untuk mencegah kecelakaan,
peledakan, kebakaran, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. (Darmastuti, 2010).
1. Keselamatan (Safety)
Keselamatan dalam bekerja merupakan sebagai bentuk upaya yang ditujukan
untuk melindungi pekerja, menjaga keselamatan orang lain, melindungi
peralatan, tempat bekerja, bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan
hidup dan melancarkan proses produksi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan (safety).
a. Mengendalikan kerugian dari adanya kecelakaan.
b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko
yang tidak diinginkan.
2. Kesehatan (health)
Kesehatan dapat diartikan sebagai tingkat keadaan fisik dan psikologi
individu (the degree of physiological and psychologicalwell being of the
individual). Secara umum pengertian dari kesehatan adalah upaya - upaya
yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi - tingginya
dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang dialami oleh pekerja,
mencegah kelelahan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih
dan sehat.
Tujuan K3 adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan bebas dari pencemaran lingkungan dengan memelihara dan melindungi
5
kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau
meminimalisir terjadinya kecelakaan dan penyakit saat bekerja, dan pada akhirnya
dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas kerja.
2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sudah diatur di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, yaitu Permenaker
No.05/MEN/1996, yang dinyatakan bahwa : Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan, yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang yang terjadi
seminimal mungkin berkaitan dengan kegiatan kerja untuk terciptanya tempat kerja
yang aman, sehat efisien dan produktif (Kurnia, 2005)
Tujuan dari Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
1. Sebagai pengukur kinerja K3 dalam organisasi.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja digunakan dalam menilai
dan mengukur kinerja penerapan program K3 dalam organisasi. Dengan
membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tersebut,
dapat diketahui seberapa besar tingkat pencapaian yang telah didapatkan.
Pengukuran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan berlakunya Permenaker No.05 Tahun 1996 tentang
audit SMK3, maka dapat diketahui berapa tingkat kinerja K3 ditempat
perusahaan.
2. Sebagai pedoman untuk implementasi K3 dalam organisasi.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan sebagai
acuan dalam untuk mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa sistem
manajemen dapat dipakai sebagai acuan antara lain: SMK3 dari Depnaker,
ILO OHSMS Guidelines, API HSEMS Guidelines, Oil and Gas Producer
Forum (OGP) HSEMS Guidelines, dan lain sebagainya.
6
3. Sebagai untuk memperoleh penghargaan.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan sebagai
dasar pemberian penghargaan K3 atas pencapaian prestasi / kinerja dalam
penerapan program K3. Penghargaan dapat dilakukan oleh instansi
pemerintah, maupun dari lembaga - lembaga seperti telah disebutkan
sebelumnya, pemberian penghargaan SMK3 diberikan oleh Depnaker.
4. Sebagai untuk memperoleh sertifikasi.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan
perusahaan untuk memperoleh sertifikasi SMK3 pada waktu tertentu.
Sertifikat diberikan oleh lembaga auditor, yang telah diakreditasi oleh Badan
Standar Nasional (BSN).
Dari berbagai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sudah ada
dan dikembangkan, maka diperlukan sebuah badan yang bertugas untuk melakukan
standarisasi yang diakui secara global. Terkait dengan hal tersebut dikembangkan
sistem penilaian kinerja K3 yaitu OHSAS 18000 (Ocupational Health and Safety
AssessmentSeries). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja global
terdiri dari OHSAS 18001 sebagai persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai
pedoman pengembangan dan penerapannya. SMK3 global ini dikembangkan tahun
1999 dan disempurnakan tahun 2007(Darmastuti, 2010).
2.3 Kecelakaan Kerja
Menurut (Dauly, 2010) kecelakaan kerja merupakan hasil dari tindakan dan
kondisi tidak aman, dan kedua hal tersebut kemudian akan tergantung pada seluruh
macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urutan tertentu
akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Setiap perubahan pada urutan - urutan,
ataupun menghilangkan salah satu faktor dalam rangkaian kecelakaan, biasanya
akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja terjadi tanpa disangka - sangka dalam waktu yang sangat
cepat. Dalam setiap kejadian terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan
berantai yakni faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan
serta faktor manusia.
7
Gambar 2.1 Hubungan antara kecelakaan kerja dengan beberapa faktor.
Sumber: (Dauly, 2010)
Gambar 2.1 menunjukan hubugan kecelakaan kerja dengan berbagai faktor, yaitu :
faktor manusia, lingkungan, peralatan dan bahaya. Faktor - faktor tersebut adalah
penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
2.3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut (Maurits & Widodo, 2008), menyebutkan bahwa sebab - sebab
kecelakaan dapat dikelompokan menjadi 2 sebab utama, yaitu : sebab - sebab teknis
dan sebab sebab manusia.
Sebab - sebab teknis menyangkut pada masalah keburukan pabrik, peralatan
yang digunakan, mesin-mesin, bahan-bahan dan buruknya lingkungan
ditempat kerja. Untuk mengurangi perlu dilakukan perbaikan teknis.
Sebab-sebab manusia disebabkan oleh deficiencies para individu seperti sikap
yang ceroboh, kurang hati-hati, tidak menjalankan tugasnya dengan baik,
mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius, dan lain sebagainya. Para ahli
mensinyalir 4 dari 5 kecelakaan, penyebabnya merupakan manusia.
Oleh karena itu program keselamatan kerja harus lebih banyak memfokuskan
kepada aspek manusianya. Di antara sebab-sebab teknis antara lain adalah:
penerangan yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara, dan suara bising
yang berlebih lebihan. Karyawan yang sering mengalami kecelakaan di waktu
bekerja disebut sebagai accident prone individuals.
Bahaya
KECELAKAAN
Lingkungan
Peralatan Manusia
8
2.4 Bahaya
Bahaya adalah situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainya. Karena
hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak
menimbulkan kecelakaan yang merugikan.(Andriani, 2010)
2.4.1 Potensi Bahaya
Potensi bahaya (Hazard) merupakan sebuah kondisi atau keadaan pada
suatu, proses, alat mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik atau alamiah
yang dapat menyebabkan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta
menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan kerja. (Susihono & Rini, 2013)
2.4.2 Jenis – jenis Bahaya
Menurut (Sucita & Broto, 2014) kecelakaan krja dapat kita hindari jika kita
tidak dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Berikut merupakan jenis –
jenis bahaya antara lain :
1. Bahaya Mekanis
Bahaya mekanis berasal dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan
gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan
penggerak. Contoh : mesin gerinda, bubut, potong, press, tempat, pengaduk,
mesin pengecek ban, dan alat berat
2. Bahaya listrik
Sumber bahaya dari energi listrik, energi listrik dapat mengakibatkan macam-
macam bahaya.Contoh : sengatan listrik, kebakaran, dan hubungan arus
pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari
jaringan listrik maupun maupun peralatan kerja atau mesin yang
menggunakan enerrgi listrik.
3. Bahaya Kimiawi
Bahan zat kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kandunganya.Banyak kecelakaan kerja terjadi akibat zat kimia.
9
4. Bahya Fisik
Bahaya yang berasal dari faktor fisik, antara lain : karena getaran, tekanan,
gas, kebisingan, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan, radiasi dari
bahan radioaktif.
2.5 Risiko
Risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap -
harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah ke ketidakpastian
atas terjadinya suatu peristiwa selama jangkah waktu tertentu dimana peristiwa
tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu
berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari
perusahaan. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainya. Kerugian tersebut merupakan bentuk
dari ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh
organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
mendukung sebagai pencapaian tujuan organisasi (Soputan, Sompie, & Mandagi,
2014).
2.5.1 Sumber – Sumber Risiko
Menurut (Soputan et al., 2014) sumber - sumber penyebabnya, risiko dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Risiko Internal, adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Risiko Eksternal, adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan.
3. Risiko Keuangan, adalalah risiko yang disebabkan oleh faktor - faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bungah, dan mata
uang.
4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk resiko
keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor - faktor manusia, alam,
dan teknologi.
10
2.5.2 Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dengan menggunakan pendekatan hirarki pengendalian
(hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu tahapan dalam
pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari
beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Heinrich &
Tarwaka, 2008) yaitu :
1. Eliminasi (elimination)
Eliminasi merupakam cara dengan menghilangkan suatu bahan atau tahapan
proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek
kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang
kehadirannya pada batas yang tidak dapt diterima oleh ketentuan, peraturan
atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)
yang diperkenankan. Eliminasi cara pengendalian risiko yang paling baik,
karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.
2. Substitusi (substitution)
Subsitusi merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk menggantikan
bahan-bahan dan perlatan yang berbahaya denganbahan-bahan dan perlatan
yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparanya selalu
dalam batas yang masih bisa diterima. Misalnya:
a. Mengganti bahan yang bentuk serbuk dengan bentuk pasta.
b. Proses menyapu diganti dengan proses vakum.
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.
3. Rekayasa teknik (engineering control)
Rekayasa teknik adalah merubah struktur objek kerja untuk mencegah
sesorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin,
penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton,
pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang
mesin yang menghasilkan suara kebisingan tinggi.
11
4. Pengendalian Administrasi (administration control)
Pengendalian administrasi adalah pengendalian dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi
bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung pada perilaku pekerjanya
dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian
administrasi ini. Metode ini meliputi : rekruitmen tenaga kerja baru sesuai
jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dari kejauhan, penerapan
prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan
training K3.
5. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment)
Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk
mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah
pengendalian dari sumber bahaya, alat pelindung diri sebaiknya tidak
digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainya. Alat
pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan
penggunaan alat pengendali lainya, dengan demikian perlindungan keamanan
dan kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD tergantung
jika peralatan pelindungnya tepat dalam pemilihanya, digunakan secara benar,
dan sesuai dengan situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara
dengan sebaik mungkin.
2.6 Metode HIRA (Hazard Identification Risk Assessment)
Metode HIRA(Hazard Identification and Risk Assessment) adalah salah
satu metode untuk mengidentifikasi kecelakaan kerja dengan penilaian risiko
sebagai salah satu poin penting untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Metode HIRA bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi – potensi bahaya yang terjadi di suatu perusahaan yang
nantinya akan dinilai besarnya peluang terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian.
Identifikasi bahaya dan peniliaian risiko serta pengontrolannya harus dilakukan
diseluruh aktifitas diperusahaan, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik
pekerjaan tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan kontrak,
12
supplier dan kontaktor, serta aktifitas atau personal yang masuk ketempat kerja.
Cara untuk melakukan identifikasi bahaya dengan mengidentifikasi seluruh
proses/area yang ada dalam segala kegiatan, mengidentifikasi sebanyak mungkin
aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap area/proses yang telah
diidentifikasi sebelumnya dan identifikasi K3 yang dilakukan pada suatu proses
kerja baik pada kondisi normal, abnormal, emergency, dan maintenance (Roehan,
Yuniar, & Desrianty, 2014). Berikut ini adalah tahapan proses menggunakan
metode HIRA :
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Identifikasi potensi bahaya merupakan untuk mengetahui adanya potensi
atau risiko yang dapat terjadi pada suatu sistem (peralatan, tempat kerja,
prosedur, aturan dll).
Analisa Risiko (Risk Assessment)
Analisa terhadap potensi bahaya (hazard) yang sudah teridentifikasi, pada
tahap identifikasi untuk melihat potensi bahaya apa saja yang memiliki risiko
terbesar. Kemudian melakukan analisa risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan / probability dan tingkat keparahan dari akibat /
consequences suatu risiko.
2.7 Metode FTA (Fault Tree Analysis)
Menurut (Pyzdek & Widjaja, 2002), Fault Tree Analysis (FTA) merupakan
suatu model diagram yang terdiri dari beberapa kombinasi kesalahan (fault) secara
pararel dan secara berurutan yang mungkin menyebabkan awal dari failure event
yang sebelumnya sudah ditetapkan.
Untuk secara sederhana FTA dapat diuraikan sebagai suatu teknik analisis
dimana suatu status yang tidak diinginkan menyangkut kesalahan suatu sistem yang
dianalisa dalam konteks operasi dan lingkungannya untuk menemukan semua cara
yang dapat dipercaya dalam peristiwa tidak diinginkan yang dapat terjadi. FTA
bersifat top-down, artinya analisa yang dilakukan dimulai dari kejadian umum
(kerusakan secara umum) selanjutnya penyebabnya (khusus) dapat ditelusuri ke
bawah. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan dari komponen - komponen
sistem (basic event) dan hubungan antara basic eventsetatop event. Simbol diagram
13
yang dipakai untuk menyatakan hubungan tersebut disebut gerbang logika (logic
gate). Output dari gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk ke gerbang
tersebut.
Berikut merupakan langkah – langkah dalam menggunakan metode Fault Tree
Analysis (FTA) terdapat 4 tahapan, yaitu :
1. Mengidentifikasi Top Level Event (kejadian utama / kejadian paling atas).
2. Manalisa penyebab kegagalan (memeriksa sistem untuk mengerti
bagaimana elemen berhubungan pada satu dengan lainnya dengan kejadian
paling atas)
3. Membuat pohon kegagalan / kesalahan, mulai dari kejadian paling atas dan
bekerja kearah bawah.
4. Menganalisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam
menghilangkan / mengurangi kejadian yang mengarah pada kegagalan.
Simbol-simbol dalam FTA dapat dibedakan menjadi dua (Blanchard, 2004), yaitu:
1. Simbol-simbol gerbang (gate).
Simbol gerbang (gate) digunakan untuk menunjukkan hubungan antar
kejadian dalam sistem. Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi
atau bersama - sama menyebabkan kejadian lain muncul. Adapun simbol -
simbol hubungan yang gigunakan dalam FTA dapat dilihat pada tabel.2.1
2. Simbol-simbol kejadian (event)
Simbol kejadian (event) digunakan untuk menunjukan sifat dari setiap
kejadian dalam sistem. Simbol-simbol kejadian ini akan lebh memudahkan
untuk mengidentifikasi kejadian yang terjadi. Adapun symbol - simbol
kejadian yang digunakan dalam FTA dapat dilihat pada tabel.2.2
14
Tabel 2.1 simbol-simbol gerbang FTA
N0. Simbol gate Nama dan keterangan
1
And gate. Output event terjadi jika semua input
event terjadi secara bersamaan
2
Or gate. Output event terjadi jika paling tidak
satu input event terjadi
3
K out of n gate. Output event terjadi jika paling
sedikit k output dari n input event terjadi
4
Inhibit gate. Input menghasilkan output jika
conditional event ada.
5
Not gate. Output event terjadi jika input event
tidak terjadi.
Sumber : (Blanchard, 2004)
Tabel 2.2 simbol-simbol kejadian FTA
No. Simbol gate Nama dan keterangan
1
Elipse
Gambar elipse menunjukan kejadian pada level
paling atas (top level event) dalam pohon
kesalahan
2
Rectangle
Gambar rectangle menunjukan kejadian pada
level menengah (iternediate fault event) dalam
pohon kesalahan
3
Circel
Gambar circle menunjukan kejadian pada level
paling bawah (lowest level failure event) atau
disebut kejadian paling dasar (basic event)
4
Diamond
Gambar diamond menunjukan kejadian yang tidak
terduga (undeveloped event). Kejadian-kejadian
k
n input 1
15
tidak terduga dapat dilihat pada pohon kesalahan
dan dianggap sebagai kejadian paling awal yang
menyebabkan kerusakan
5
House
Gambar house menunjukan kejadian input (input
event) dan merupakan kegiatan terkendali (signal).
Kegiatan ini dapat menyebabkan kerusakan
Sumber : (Blanchard, 2004)
Tahap selanjutnya setiap fault ini akan saling berhubungan ssecara
horizontal dengan hubungan “and” atau “or”. Jika hubungan yang terjadi antara
dua kejadian adalah “and”jadi kejadian diatasnya baru dapat terjadi jika kedua
kejadian dibawah terjadi, namun jika penghubungnya adalah “or” maka kejadian
diatasnya dapat terjadi jika salah satu kejadian dibawahnya terjadi. Contoh
penggambaran fauult tree seperti yang dicantumkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2Fault tree
Sumber : (Stamatelatos et al., 2002)
top related