bab ii kerangka teoritis, hasil penelitian dan analisis a ... · a. kerangka teoritis 1. kajian...
Post on 24-Oct-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
1
BAB II
KERANGKA TEORITIS, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS
A. KERANGKA TEORITIS
1. Kajian Pelayanan Publik
Pelayanan publik yang menjadi fokus disiplin ilmu Administrasi
Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh
perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara
kualitatif misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan
pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan mereka sehari-hari banyak kita
lihat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada
rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format
pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan
di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari
dua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan
sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka
pelayanan.1
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
adalah Undang Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan
yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri.
Pelayanan publik telah diatur dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, menjelaskan :
1 Lijan Poltak Sinambela, dkk., Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal. 3
-
2
a. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
b. Pelaksanaan pelayanan publik yang selanjutnya disebut Pelaksanan adalah pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.
c. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang sipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur.
d. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar serta disajikan secara manual ataupun elektronik.
Unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit pada kerja instansi
pemerintah secara langsung memberi pelayanan kepada penerima pelayanan
publik, sedangkan pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai
instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan2. Pelayanan publik adalah
pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan produk
dan tata cara yang telah ditetapkan.
Pengertian Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan3. Peningkatan pelayanan publik yang efisien
2 Moenir, 1992, Manajemen dan Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta3 Masengi. E. Evi, 2008, Manajemen Pelayanan Publik, Cetakan Pertama, Maret 2008, Penerbit Rineka Malang.
-
3
dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan
mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan
umum yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kepada pihak yang
dilayani berjalan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mekanisme
atau prosedurnya tidak berbelit-belit, akan mengurangi biaya atau beban
bagi pihak pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan.
Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang
terbagi ke dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan
tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang diterima oleh para
penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang
sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama
dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang
dipandang lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan
maksimal kepada masyarakat.
Melihat pentingnya sebuah pelayanan publik, maka pelayanan publik
harus dipandang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dan hak
hak dasar masyarakat sebagai Warga Negara, sehingga masyarakat
menerima apa yang seharusnya mereka terima, baik pelayanan publik yang
diselenggarakan pemerintah maupun penyelenggara swasta dengan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Menurut ahli hukum, dalam sebuah pemerintahan yang baik harus
dapat mengidentifikasikan asas – asas umum dalam menjalankan
-
4
pemerintahan. Asas – asas umum pemerintahan yang baik dirinci menjadi
tiga belas (13) asas, yaitu4 :
1. Asas Kepastian Hukum
2. Asas Keseimbangan
3. Asas Kesamaan dalam mengambil keputusan
4. Asas bertindak cermat
5. Asas motifasi untuk setiap keputusan
6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan
7. Asas permainan yang layak
8. Asas Keadilan atau kewajaran
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar
10. Asas meniadakan akibat – akibat suatu keputusan yang batal
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup
12. Asas kebijaksanaan
13. Asas penyelenggaraan
Dengan uraian yang sangat lengkap untuk semua asas – asas diatas
tentunya setiap undang – undang yang disusun pemerintah akan mengacu
pada asas – asas tersebut.
Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.
Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan 4 Ridan dan Sudrajat, 2010, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Dilampiri UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Cetakan 1 Juli 2010, Penerbit Nuansa Bandung.
-
5
penerima pelayanan. Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan
publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi
permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan
melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan
dapat memahami mekanismenya.
b. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan
publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan
permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk
pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan
semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang
diberikan.
c. Produk Pelayanan
Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.
Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga
memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.
-
6
d. Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik.
Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten
dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan
ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan.
Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan
diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan,
khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.
e. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan
publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang
keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.
f.Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari
standar pelayanan publik. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus
ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,
keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang
diberikan bermutu.
1.1.1.Dasar Hukum Pelayanan Publik
Pelayanan Publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban
pemerintah untuk melaksanakan, telah ditegaskan dalam :
-
7
a) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan Peningkatan
Mutu Pelayanan Aparatur kepada Masyarakat.
b) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
c) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
26/KEP/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Peraturan peraturan Pemerintah ini menjadi dasar hukum pelaksanaan
pelayanan publik dan salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan
untuk masyarakat, adalah pelayanan publik bidang administrasi
kependudukan, seperti pembuatan KTP.
1.2. Ketentuan Tentang e-KTP
1.2.1. Pengertian e-KTP
Kartu Tanda Penduduk elektronik atau electronic-KTP (e-KTP)
adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam
artian baik dari segi fisik maupun penggunaannya berfungsi secara
komputerisasi. e-KTP ini sengaja diadakan untuk mempermudah
pemerintah untuk mengambil data penduduk, karena dengan e-KTP
pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik tersebut tanpa
harus menunggu daya yang harus disensus terlebih dahulu.
e-KTP atau KTP Elektronik juga mempunyai pengertian dokumen
kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi
-
8
administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database
kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu)
KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK
yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor,
Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan).
Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi
dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada
30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197
kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang
tersebar di 300 kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan,
pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki
e-KTP.
Secara sederhana, e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu
Tanda Penduduk Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Lebih rincinya,
menurut situs resmi e-KTP, KTP elektronik adalah dokumen kependudukan
yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi
ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan
nasional.
-
9
Program e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan KTP
konvensional atau nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang
dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis
data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta
tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-
hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan
untuk:
a. Menghindari pajak
b. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota
c. Mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas lainnya
d. Menyembunyikan identitas (seperti teroris)
e. Memalsukan dan menggandakan ktp
Sesuai rencana awal, e-KTP dimulai pada bulan Agustus tapi molor
sampai akhir September, bahkan dibanyak daerah malah mulai awal
November 2011. Alasan pengunduran tersebut adalah soal ketersediaan
peralatan untuk scan sidik jari dan retina mata. Namun belum lama ini
(Kompas.com) mengutip pernyataan Menteri Dalam Negeri yang meralat
bahwa e-KTP akan tuntas pada akhir 2012. Padahal sebelumnya pemerintah
yakin bahwa rekam data penduduk untuk e-KTP selesai pada akhir 2011.
1.2.2. Dasar hukum Penerapan e-KTP
Pembuatan KTP diatur dan ditetapkan berdasarkan :
a) Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
-
10
b) Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2009 tentang Penerapan KTP
Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2010
c) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 471.130.5-335 tahun 2010
tentang Pembentukan Tim Teknis Penerbitan NIK dan Penerapan KTP
berbasis NIK secara Nasional
d) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2011 tentang Standar dan
Spesifikasi Perangkat Lunak dan Blanko KTP Berbasis NIK secara
Nasional
e) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 2011 tentang Pedoman
Penerbitan KTP Berbasis NIK secara Nasional
f) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/2715/MD tanggal 16
Juni 2010 tentang Pemutakhiran Data Kependudukan.
g) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/4141/SJ tanggal 13
Oktober 2010 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan e-KTP
tahun 2011
Jabaran peraturan pemerintah pusat untuk pelaksanaan pembuatan KTP di
Kota Salatiga, ditetapkan berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan, yang dijelaskan bahwa :
“Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang
tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor
NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam
-
11
penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan
penerbitan dokumen identitas lainnya.”
1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa: "penduduk hanya
diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk
Kependudukan (NIK)5. NIK merupakan identitas tunggal setiap
penduduk dan berlaku seumur hidup". Nomor NIK yang ada di e-KTP
nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin
Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas
lainnya.
2) Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP
berbasis Nomor Induk Kependudukan6, yang berbunyi:
a. KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman
elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri
penduduk
b. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi
biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk
yang bersangkutan
5 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan6 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional
-
12
c. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam basis
data kependudukan
d. Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan
permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI,
dilakukan di kecamatan; dan untuk orang asing yang memiliki izin
tinggal tetap dilakukan di instansi pelaksana
e. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP
berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari
telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang
bersangkutan;
f. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari
diatur oleh Peraturan Menteri
1.2.3. Fungsi e-KTP
1. Sebagai identitas jati diri
2. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk
pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya.
3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP
4. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan.
-
13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-KTP sangat perlu untuk
dapat menciptakan sistem administrasi kependudukan yang rapi dan teratur
dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah
kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan
lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu
pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan
pemanfaatan pelayanan publik.
1.2.4. Keunggulan e-KTP
Keunggulan e-KTP juga dapat dilihat dari target jangka pendek
pemerintah dalah Pemilu yang akan datang. Dengan e-KTP, kartu
pemilihan untuk pemilu sudah tidak ada lagi. Artinya masyarakat cukup
memperlihatkan e-KTP mereka masing-masing saat melakukan pemilu.
Tentunya, hal ini memberikan penghematan yang luar biasa ke kas
negara. Selain itu, e-KTP juga meminimalisir kecurangan dalam pemilu.
Karena sudah komputerisasi, tidak ada lagi yang bisa memilih/nyoblos dua
kali. Jadi, pemilu bisa lebih jujur, adil, dan bersih.
Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di
situs resmi e-KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang
diterapkan di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan e-KTP
yang diterapkan di RRC dan India. e-KTP di Indonesia lebih
komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak
dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya
dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang
-
14
di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan
adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia
namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui
pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di
Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 kecamatan. Dengan demikian,
e-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID RRC dan
UID India, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip.
e-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP
biasa/KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:
1. Identitas jati diri tunggal
2. Tidak dapat dipalsukan
3. Tidak dapat digandakan
4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-
voting)
Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah
seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam
chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih
sebagai autentikasi untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut:
1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain
2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan
kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores
3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar
-
15
1.2.5. Kelemahan e-KTP
Mengenai kelemahan, e-KTP ini sangat sensitif. e-KTP terdiri dari
tujuh lapis. Di dalamnya ada data diri, tanda tangan, sidik jari, pupil mata,
dan masih banyak lagi. Semuanya dalam bentuk elektrik. Jadi, jangan
sampai e-KTP diletakkan di bearang-barang elektronik seperti handphone,
televisi, kulkas, laptop, dan lainnya. Karena elektromagnetik yang terdapat
dalam benda-benda tersebut dalam merusak sistem yang ada di e-KTP.
Kekurangan yang lain adalah chip di dalam e-KTP bisa rusak jika kartu
tersebut dilaminating bahkan dihekter. Berbeda dengan KTP sebelumnya,
untuk mempercantik tampilan, kita bisa melaminating kartu tersebut. Jika
beberapa hal tersebut dilakukan, bisa-bisa data diri kita di dalam e-KTP
bisa rusak alias error.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan e-KTP terbukti masih
memiliki kelemahan. Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di
permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut
telah menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya ketika
melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di akui
karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang
e-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya
tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca
bank karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang e-
KTP terpaksa harus meminta rekomendasi dari Kepala Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meyakinkan bank.
-
16
Mendagri Gamawan Fauzi telah menyampaikan melalui surat
edaran resmi nomor: No. 471.13/1826/SJ bahwa e-KTP tidak
diperkenankan difotokopi untuk menghindari kesalahan fatal terkait
pembacaan menggunakan card reader7.
1.2.6. Syarat dan prosedur pengurusan e-KTP
Syarat:
1. Berusia 17 tahun
2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan
3. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah
mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi
kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/kelurahan
4. Foto kopi Kartu Keluarga (KK)
Prosedur:
Prosedur pembuatan e-KTP menurut versi pemerintah sangat
simpel dan mudah. Secara umum, proses pembuatan e-KTP (menurut situs
resmi e-KTP.com) adalah :
a. Penduduk datang ke tempat pelayanan membawa surat panggilan
b. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan database
c. Foto (digital)
d. Tanda tangan (pada alat perekam tanda tangan)
e. Perekaman sidik jari (pada alat perekam sidik jari) dan scan retina
mata
7 Surat Edaran Resmi Nomor : No. 471.13/1826/SJ
-
17
f. Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel pada surat
panggilan yang sekaligus sebagai tanda bukti bahwa penduduk
telah melakukan perekaman foto tanda tangan sidik jari
g. Penduduk dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil Proses
Pencetakan 2 Minggu setelah pembuatan
Namun nyatanya tidaklah semudah dan segampang itu, bahkan
harus melalui prosedur yang rumit dan berbelit. Bagi yang belum dapat
panggilan dari RT/Kelurahan maka warga tersebut tidak bisa mengurus
e-KTP. Jadwal pemanggilan bergilir itu tidak tentu jadwalnya, hal ini
akan bermasalah karena ada sebagia warga yang ada agenda keluar
kota atau pindah domosili.
1.2.7. Pencapaian
Penerapan KTP Elektronik (e-KTP) merupakan amanat dari
Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 dan serangkaian peraturan
lainnya seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan
aturan tata cara dan implementasi teknis dari e-KTP yang dilengkapi
dengan sidik jari dan chip. Program e-KTP di Indonesia telah dimulai
semenjak tahun 2009 dengan ditunjuknya empat kota sebagai proyek
percontohan e-KTP nasional. Adapun kota tersebut adalah Padang,
Makasar, Yogyakarta, dan Denpasar. Ditunjuknya empat kota ini sesuai
dengan Surat Dirjen Administrasi Kependudukan Departemen Dalam
Negeri nomor 471. 13/ 3350/MD tentang pelaksanaan e-KTP berbasis NIK
Nasional di empat kota percontohan tersebut. Sedangkan penerapan e-KTP
-
18
secara nasional baru dimulai pada bulan Februari 2012, meliputi 2348
kecamatan dan 197 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan di 3886 di
kecamatan dan 300 di kabupaten/kota pada tahun 2012.
E-KTP sangat perlu untuk dapat menciptakan sistem administrasi
kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah
pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat.
Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki
fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat
yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan
publik.
1.2.8. Kelemahan Pelayanan Pembuatan e-KTP
Adapun kelemahan pelayanan pembuatan e-KTP, adalah sebagai berikut :
a) Kurang efektifnya pelayanan yang telah diberikan oleh petugas
b) Kurangnya alat dalam pelayanan pembuatan e-KTP
c) Kurangnya informasi yang jelas untuk masyarakat
d) Listrik hambat pelaksanaan e-KTP
e) Tidak dibayarnya tenaga honorer pembuatan e-KTP
1.2.9. Masalah yang Timbul dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP
Dalam proses implementasi pelayanan e-KTP yang sampai saat ini
berjalan, masih dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :
a) Terdapat kesalahan data penduduk.
b) Aktivasi e-KTP
c) Kesalahan foto dengan data yang tercantum
-
19
d) E-KTP tidak terbaca oleh Card Reader
1.2.10. Pemecahan Masalah dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP
Ada tiga unsur yang memegang peranan penting dalam pencapaian target
perekaman e-KTP, yaiyu :
a) Konsorsium
b) Pemerintah Daerah
c) Pemerintah Pusat
Agar ketiga unsur ini dapat mengimplementasikan tugas dan
fungsinya, maka sebagian besar merupakan fungsi dari tim supervisi
sebagai representasi dan pemegang peran kunci dalam mensukseskan
program nasional e-KTP.
Agar tidak ada penyalahgunaan pelayanan e-KTP, seluruh rantai
proses pelayanan dan penerbitan e-KTP harus disupervisi secara ketat dan
menyeluruh. Untuk itu, tim supervisi perlu memahami alur proses dan
mensupervisi agar proses perekaman data penduduk dan pengiriman data
hasil perekaman berjalan lancar. Selain itu, perlu secara periodik meriview
permasalahan teknik dan nonteknis yang terjasi dan memberikan masukan
rekomendasi pemecahan masalah kepada Dinas Kependudkan dan
Pencatatan Sipil.
B. HASIL PENELITIAN
1. Profil Dukcapil Kota Salatiga
a. Gambaran Umum
-
20
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, yang
baru saja terbentuk pada awal tahun 2009 dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah No. 10 tahun 2008. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
semula berupa Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil yang berdiri pada
awal tahun 2005, yang sebelumnya merupakan sub bidang pada Dinas
Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil sejak tahun 2002-2004.
Awal tahun 2009 berdiri sendiri menjadi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga
merupakan Dinas yang berada di bawah naungan Kementrian Dalam
Negeri, yang berpotensi dalam bidang Kependudukan dan Pencatatan
Sipil. Dalam proses pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik,
tentunya Pemerintah berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan
pelayanan administrasi kependudukan semaksimal mungkin. Sesuai
dengan UU no 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,
dijelaskan bahwa Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data
kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,
pengelolaan informasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya
untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
b. Visi dan Misi
1) Visi
-
21
Untuk menunjang pelayanan administrasi kependudukan, maka Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memiliki suatu visi
sebagai pedoman pelayanan prima, yaitu :
“Produktif, Dinamis dan Prima dalam Pelayanan”
Produktif adalah melaksanakan pekerjaan/kegiatan yang
sesungguhnya dan aktif untuk segera menyelesaikan.
Dinamis adalah hasrat atau kemauan seseorang yang selalu ingin
maju dan mau berubah untuk menjadi lebih baik.
Prima dalam pelayanan adalah suatu pelayanan kepada pihak lain
(masyarakat, dan yang sejenis) dengan memuaskan dan hasil
terbaik.
2) Misi
Misi yang dirumuskan dalam mencapai Visi adalah sebagai berikut :
Mewujudkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Bahwa dalam mewujudkan kebijakan kependudukan diperlukan
sistem informasi kependudukan dengan database, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan.
Meningkatkan / mewujudkan pelayanan administrasi
kependudukan kepada masyarakat
Mengandung arti bahwa dalam mewujudkan keserasian dan
kebijakan kependudukan perlu menyadarkan masyarakat akan
arti pentingnya dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.
-
22
Dengan demikian pelayanan kita terhadap masyarakat sangat
utama, oleh karena itu, di samping memperbaiki citra kita di
mata masyarakat juga tidak kalah pentingnya untuk peningkatan
PAD Kota Salatiga.
Memasyarakatkan akta-akta catatan sipil dan pendaftaran
penduduk
Mengandung maksud agar seluruh masyarakat kota salatiga
memiliki bukti diri atas peristiwa penting dalam kehidupan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
apabila terjadi permasalahan hukum, akta tersebut dapat
dijadikan sebagai alat bukti yang sah.
Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang
pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil
Mengandung maksud meningkatkan profesionalisme pelayanan
di bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.
c. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:
Untuk memenuhi hak asasi setiap orang di bidang pelayanan
administrasi kependudukan, sehingga dapat memberikan dukungan
terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan.
Untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya,
berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan.
-
23
Untuk mendukung perencanaan pembangunan kependudukan secara
lokal.
d. Strategi
Untuk mewujudkan tercapainya visi, misi dan tujuan yang diinginkan,
maka digunakan strategi sebagai berikut :
Pembangunan database kependudukan sebagai agenda utama di
bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Konsep ini dimulai
dengan pembangunan Sistem Informasi Kependudukan (SIK) Kota
Salatiga pada tahun awal Rencana Lima Tahunan yaitu pada tahun
2009 guna menyiapkan database penduduk sebagai awal dari
langkah yang besar yaitu penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK).
Menyiapkan berbagai kegiatan dalam bidang kependudukan guna
mendukung prioritas utama pembangunan database kependudukan.
Kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan kependudukan, penyiapan
blanko dokumen kependudukan, peningkatan kapasitas aparat
kependudukan dan pencatatan sipil, peningkatan pelayanan publik
dan sebagainya, tentu saja bertujuan untuk peningkatan pelayanan di
bidang kependudukan dan pencatatan sipil, yang pada akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas database kependudukan karena
segala macam peristiwa kependudukan akan tercatat dalam database
melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
-
24
e. Kebijakan
Berdasar pada tujuan dan strategi yang telah direncanakan, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah menetapkan
kebijakan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai pedoman
pelaksanaan tugas pada Tahun Anggaran 2012. Kebijakan-kebijakan di
bidang kependudukan dan pencatatan sipil tersebut diantaranya :
Penyempurnaan sistem pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan
pengelolaan informasi kependudukan melalui Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagaimana diamanatkan
Undang Undang Nomor 23 tahun 2006.
Peningkatan kualitas produk hukum dengan menyusun atau
mamperbaharui aturan-aturan di bidang kependudukan dan
pencatatan sipil sesuai dengan aturan-aturan baru yang berlaku dan
tuntutan dari perkembangan masyarakat.
Peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak, baik koordinasi
dalam kebijakan-kebijakan kependudukan dengan dinas/instansi
terkait maupun konsultasi perbaikan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi.
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan melalui
peningkatan kapasitas aparat pelaksana, sosialisasi kebijakan
kependudukan dan penyiapan fasilitas pelayanan melalui penyedia
blanko dokumen kependudukan.
Peningkatan kualitas pemeliharaan dokumen dan data.
-
25
f. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Salatiga
1) Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
Susunan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Salatiga terdiri dari :
Kepala Dinas
Sekretariat
Bidang-bidang terdiri dari :
a) Bidang Pendaftaran Penduduk
b) Bidang Administrasi Kependudukan
c) Bidang Pencatatan Sipil
Kelompok Jabatan Fungsional
2) Tugas Pokok dan Fungsi Kepegawaian
1. Kepala Dinas
Tugas pokok :
Membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintah
Daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang Kepndudukan dan
Pencatatan Sipil
b. Penetapan kebijakan teknik di bidang Kependudukan dan
Pencatatan Sipil sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Walikota
-
26
c. Pengkoordinasian dan penanggungjawab pelaksanaan
kegiatan dinas berdasarkan kebijakan Walikota
d. Perumusan RKA dan DPA sesuai kebutuhan untuk
diteliti
e. Penetapan Renstra, Renja dan LAKIP, serta petunjuk
operasional kegiatan unit kerja
f. Perumusan pedoman dan petunjuk teknis di bidang
kependudukan dan catatan sipil
g. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja perangkat
daerah terkait dalam hal penentuan jumlah kartu tanda
penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang akan
diterbitkan guna kelancaran pelaksanaan tugas
h. Perumusan sistem administrasi kependudukan dan
catatan sipil
i. Penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk
baik warga negara indonesia (WNI) maupun orang asing
(WNA) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
j. Penerbitan akta kelahiran, perkawinan, perceraian,
pengakuan dan pengesahan anak, akta kematian serta
rekomendasi tentang mutasi penduduk sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
k. Pembinaan dan pengawasan seluruh kegiatan dinas
l. Pembinaan ketatausahaan dinas
-
27
m. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan
n. Penyusunan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan
o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
bidang tugas
2. Sekretariat
Tugas pokok :
Memberikan pelayanan teknis administratif meliputi
pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, umum,
perlengkapan, kearsipan, ketatalaksanaan, kehumasan dan
penyusunan rencana kegiatan serta mengkoordinasikan
kegiatan Dinas.
Fungsi :
a. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas
b. Perencanaan anggaran pembiayaan dan pendapatan
c. Pengkoordinasian penyusunan rencana kegiatan dan
biaya di lingkungan dinas
d. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, umum
dan perencanaan
e. Pelaksanaan pengendalian pembiayaan dan pendapatan
f. Penyusunan rencana kegiatan dan laporan serta
ketatalaksanaan
-
28
g. Penyajian data dan informasi, hubungan masyarakat,
evaluasi serta penyelenggaraan inventarisasi
h. Penyiapan penyusunan naskah peraturan pelaksanaan,
keputusan, instruksi dan menghimpun peraturan
perundang-undangan di bidang kependudukan dan
catatan sipil
i. Pengkoordinasian kegiatan di lingkungan dinas
j. Pengumpulan, pengolahan serta penyajian data statistik
kependudukan dan catatan sipil
k. Pengkoordinasian penyusunan prosedur kerja
l. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan
m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas
pelaksanaan kegiatan dinas
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
dengan bidang tugas
Bagian sekretariat terdiri dari :
a) Sub Bagian Perencanaan
Tugas pokok :
menyiapkan bahan rencana kegiatan, menyusun rencana
kegiatan dan melaksanakan laporan pelaksanaan
kegiatan dinas, serta menyajikan data sebagai bahan
evaluasi.
b) Sub Bagian Keuangan
-
29
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
pengendalian pembiayaan, pendapatan dan pengelolaan
administrasi keuangan serta menyajikan data sebagai
bahan evaluasi.
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
pengendalian asministrasi keperluan dinas, pembinaan
dan pengurusan kepegawaian dinas serta menyajikan
data sebagai bahan evaluasi.
3. Bidang Pendaftaran Penduduk
Tugas pokok :
Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan
prosedur kerja di bidang pendaftaran penduduk meliputi
pendataan penduduk dan perpindahan serta perkembangan
penduduk serta melakukan pengendalian, penilaian,
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pendaftaran
penduduk
b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pendaftaran
penduduk
-
30
c. Penyelengraan koordinasi dengan satuan kerja dan
instansi terkait dalam rangka pendaftaran penduduk
d. Pelaksanaan pendaftaran, pencatatan, penelitian
dokumen Kependudukan Warga Negara Indonesia dan
Orang Asing
e. Pelaksanaan pengawasan dan pencatatan mutasi
penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing
f. Perumusan bahan petunjuk teknik pemberkasan dan
penelitian berkas penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan
KKBT
g. Perumusan program-program aplikasi serta fasilitasi
penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan KKBT
h. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola
pendaftaran penduduk
i. Penyusunan prosedur kerja bidang
j. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan
k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas
pelaksanaan kegiatan bidang pendaftaran penduduk
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
dengan bisang tugas
Bagian Pendaftaran Penduduk terdiri dari :
a) Seksi Pendataan Penduduk
Tugas pokok :
-
31
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
kegiatan di seksi pendataan penduduk, penyedia dan
mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang
valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai
bahan evaluasi.
b) Seksi Perpindahan dan Perkembangan Penduduk
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
kegiatan di seksi perpindahan dan perkembangan
penduduk, penyedia dan mengolah bahan laporan serta
menyajikan data yang valid, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.
4. Bidang Administrasi Kependudukan
Tugas pokok :
Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan
prosedur kerja di bidang administrasi kependudukan
meliputi serta pendataan, penerbitan, pencatatan
kependudukan melalukan pengendalian, penilaian,
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang administrasi
penduduk
-
32
b. Penyusunan rencana kegiatan bidang administrasi
penduduk
c. Penyusunan prosedur kerja bidang
d. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan informasi
administrasi kependudukan
e. Pelaksanaan pengawasan atas pengelolaan informasi
administrasi kependudukan
f. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan
instansi terkait dalam rangka pengelolaan informasi
administrasi kependudukan
g. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis,
advokasi, supervisi dan konsultasi pengelolaan
informasi administrasi kependudukan
h. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan
jaringan komunikasi dan kependudukan
i. Penyelenggara system informasi administrasi
kependudukan (SIAK)
j. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas
penyelenggaraan pendaftaran penduduk
k. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola SIAK
ditingkat Kecamatan dan Kelurahan
l. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan
-
33
m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas
pelaksanaan kegiatan bidang administrasi
kependudukan
n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
dengan bidang tugas
Bagian Administrasi Kependudukan terdiri dari :
a) Seksi Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
kegiatan di seksi pengelolaan system informasi
administrasi, penyedia dan mengolah bahan laporan
serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.
b) Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
kegiatan di seksi evaluasi dan pelaoran, penyedia dan
mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang
valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai
bahan evaluasi.
5. Bidang Pencatatan Sipil
Tugas pokok :
-
34
Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan
prosedur kerja di bidang pencatatan sipil meliputi
Pencatatan, Pendaftaran, Menerbitkan Akta Kelahiran, Akta
Kematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta
Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan
Anak, Menerbitkan Surat Keterangan Akta serta melakukan
pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kegiatan.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang pencatatan sipil
b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pencatatan sipil
c. Penyusunan prosedur kerja bidang
d. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan
instansi terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan
informasi administrasi kependudukan
e. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan
teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pelaksanaan
pencatatan sipil
f. Penyelenggaraan Pencatatan, Pendaftaran, Penelitian
Berkas, Penerbitan Akta Kelahiran, Akta Kematian,
Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan
dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan Anak dan
Penerbitan Surat Keterangan Akta
-
35
g. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas
penyelenggaraan pencatatan sipil
h. Penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan arsip-arsip akta
catatan sipil sebagai dokumen sesuai kebutuhan untuk
dipergunakan sewaktu-waktu
i. Penyelenggaraan sosialisasi cara memperoleh akta dan
kegunaan akta catatan sipil pada masyarakat pemanfaat
sesuai dengan peraturan yang berlaku
j. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola
pencatatan sipil ditingkat Kecamatan dan Kelurahan
k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas
pelaksanaan kegiatan bidang pencatatan sipil
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai
dengan bidang tugas
Bagian Pencatatan Sipil terdiri dari :
a) Seksi Pelayanan
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
kegiatan di bidang catatan sipil meliputi pelayanan
penerbitan akta-akta catatan sipil dan
mengadministrasikan penerbitan akta-akta catatan sipil
serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.
-
36
b) Seksi Dokumentasi dan Informasi
Tugas pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan
dokumentasi dan informasi meliputi pengumpulan data
dan informasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
pelayanan informasi serta menyajikan data yang valid,
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan
evaluasi.
c) Sumber Daya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Salatiga
1. SDM untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 2.1Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan JumlahPasca Sarjana 4 orang
Sarjana 21 orangSMA 10 orangSMP 1 orang
Sumber : Data Primer pada Dukcapil Salatiga
Tabel 2.2Klasifikasi berdasarkan golongan/ruang
Golongan/ruang JumlahIV 3 orangIII 22 orangII 8 orang
Sumber : Data Primer pada Dukcapil Salatiga
-
37
2. Kesediaan Prasarana dan Sarana
Untuk mendukung kelancaran kegiatan, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memili
aset berupa :
Sebuah gedung dinas beserta mebeler
Dua buah mobil dinas
Lima buah sepeda motor dinas
Lima unit komputer kependudukan
Satu unit server database SIAK dan delapan unit
komputer operasional SIAK
3. Potensi Jumlah Penduduk Kota Salatiga
Jumlah penduduk Salatiga sampai dengan bulan September
2011 mencapai 176.167 jiwa dengan rincian penduduk
perempuan 89.369 jiwa dan penduduk laki-laki 86.798 jiwa.
Jumlah tersebut tersebar di 4 kecamatan dan 22 kelurahan,
yang terdiri dari 199 RW dan 1.452 RT.
-
38
Gambar 2.1Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga
Sumber: Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Tahun 2011-2016
Kepala Dinas
Sekretariat
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian KeuanganSub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Bidang Pencatatan Sipil
Seksi Pelayanan
Seksi Dokumentasi dan Informasi
Kelompok Jabatan Fungsional
Bid. Pengelolaan Data dan Informasi Kependudukan
Bidang Pendaftaran Penduduk
Seksi Program dan Jaringan Komunikasi
Data
Seksi Pendataan Penduduk
Seksi Informasi Administrasi
Kependudukan
Seksi Perpindahan dan Perkembangan
Penduduk
UPTD
-
39
g. Penerapan Standart Pelayanan e-KTP di Dukcapil Kota
Salatiga
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga akan
mulai menerapkan berlakunya elektronik KTP (e-KTP) mulai
September 2011. Salatiga akan menjadi satu dari delapan kota dan
kabupaten di Jateng yang menjadi percontohan awal penerapan e-KTP
ini. Kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, SH.,
MH., didampingi Kabag Humas, Drs. Prasetiyo Ichtiarto, M.Si.,
menjelaskan terkait penerapan e-KTP, pihaknya akan segera
melakukan sosialisasi. Baik kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang ada di Pemkot Salatiga, Kecamatan, Kelurahan hingga
tingkat RT dan RW.
“Sosialisasi pertama kami laksanakan di ruang sidang II
Kompleks Balai Kota, Selasa (14/6/2011) dan setelah itu ditingkat
kelurahan,”jelas Arif. Sosialisasi tersebut akan meningkatkan
pengetahuan mengenai e-KTP dan nantinya dapat ikut
menyebarluaskan di lingkungan masing-masing. Saat ini pihaknya
tengah melatih tenaga operator yang nantinya akan melayani
pembuatan e-KTP, khususnya yang ada di Kecamatan. Untuk
memenuhi kebutuhan listrik dan peralatannya, pihaknya mengajukan
anggaran Rp 490 juta pada APBD 2011 perubahan. Prasetiyo
menambahkan, sosialisasi itu merupakan bagian dari pelaksanaan
Undang Undang No. 23/2006 tentang Administrasi Kependududkan.
-
40
Menurut Prasetiyo, e-KTP memiliki manfaat menutup peluang adanya
KTP ganda dan KTP Palsu, serta demi terwujudnya database
kependudukan yang akurat. “E-KTP di Salatiga akan berlaku efektif
mulai tahun 2012 mendatang,” tandasnya8.
Rekam data Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kota
Salatiga sampai 24 Maret 2012, sudah mencapai angka 97%. Kota
Salatiga memiliki 111.846 potensi wajib e-KTP. Dari jumlah tersebut
yang sudah melakukan rekam data 107.992 orang. Ditargetkan semua
warga melakukan rekam data e-KTP sebelum akhir April 2012.
Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga,
Arief Wijayanto, menjelaskan, capaian 97% tersebut boleh dibilang
bagus. Dia mengatakan, untuk menyelesaikan 3& kekurangan target
rekam data tersebut, pihaknya akan menyisir masing-masing
kecamatan. “Kami sosialisasi ke semua wajib e-KTP yang belum
melakukan rekam data. Kami juga akan jemput bola bagi warga yang
tidak memungkinkan datang ke Kecamatan sesuai dengan undangan9.”
Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP
konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat
memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis
data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia.
Faktor tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang
8 Wawancara dengan Kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, SH., MH., didampingi Kabag Humas, Drs. Prasetiyo Ichtiarto, M.Si.9 Wawancara dengan Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga, Arief Wijayanto
-
41
terhadap Negara dengan menduplikasi KTP nya. Beberapa diantaranya
digunakan untuk hal – hal tersebut :
i. menghindari pajak
ii. memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat
diseluruh kota
iii. mengamankan korupsi
iv. menyembunyikan identitas.
Program pemerintah pusat yang akan memberlakukan e–KTP
pada awal tahun 2012 pada kenyataannya mengalami banyak kendala
sehingga program pelaksanaan tersebut mengalami kemunduran yang
disebabkan hasil cetak e–KTP dari pusat baru terdistribusi sebagian
dan juga dalam pelaksanaan perekaman mengalami banyak kendala.
Kendala perekamanan yang terjadi di lapangan membuat
perintah dalam mencetak hasil juga terlambat. Untuk kota Salatiga
sampai tanggal 28 Maret 2012 masih melaksanakan rekam data e–KTP
bagi warga yang belum dapat undangan melaksanakan rekam ataupun
yang mengalami kendala dalam proses rekam yang pertama dan telah
ditargetkan oleh pemerintah kota Salatiga pada akhir 2012 perekaman
data e-KTP dapat dituntaskan 100 %.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga
menyerahkan e-KTP kepada warga kota Salatiga di halaman kantor
Dispendukcapil kota Salatiga. Penyerahan dilakukan secara simbolis
kepada walikota Salatiga Yulianto. Pendistribusian e-KTP delakukan
-
42
secara bertahap. Warga dapat mengambil e-KTP dengan membawa
undangan dan KTP reguler yang masih berlaku di tiap masing-masing
kecamatan. Menurut kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif
Zufroningdyah, pendistribusian e-KTP terpaksa dilakukan secara
bertahap, karena hasil cetakan yang dikirim dari pusat pun bertahap.
Pengirimannya pun secara acak hingga merepotkan dalam teknis
pembagiannya.
Menurut data dari Disdukcapil pada bulan Juli 2012 pihak kota
Salatiga telah menyelesaikan rekam data 97 % dan kartu e–KTP yang
tercetak baru sekitar 60 % dan juga yang terdistribusi. Hasil dari
pelaksanaan program e–KTP menurut rekap data dari Dukcapil Kota
Salatiga dari jumlah penduduk Kota Salatiga yang wajib rekap data E-
KTP adalah 14.794 dengan pendistribusian dari Departemen Dalam
Negeri pusat ke Kota Salatiga adalah 110.169 keping kartu e–KTP,
dimana yang sudah menjadi kepingan e–KTP sebanyak 103.512 dan
yang belum menjadi kartu e-KTP atau belum tercetak sebanyak 6.657.
E-KTP atau KTP elektronik adalah dokumen kependudukan
yang memuat sistem keamanan atau pengendalian baik dari sisi
administrasi maupun teknologi informasi yang berbasis pada database
kependudukan nasional.
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang
tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan
identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.
-
43
Autentifikasi Kartu Identitas (e ID) biasanya menggunakan biometrik
atau validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah
laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara
lain sidik jari, retina mata, DNA, bentuk muka dan bentuk gigi. Pada
e-KTP yg digunakan adalah sidik jari.
E-KTP masih banyak yang menumpuk di ruang pelayanan baik
di Kecamatan maupun di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Salatiga. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya
penduduk yang belum mengambil e-KTP karena berbagai alasan
kepentingan pribadi.
Dalam melaksanakan pelayanan publik yang berkaitan dengan
pelayanan e-KTP di kantor Dukcapil Kota Salatiga berpatokan pada
beberapa peraturan yang telah diterbitkan yaitu :
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.
Keppres No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda
Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional;
Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Keppres No. 67
Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis
Nomor Induk Kependudukan secara Nasional
Perpres No. 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Keppres
No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk
Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional.
-
44
C. ANALISIS
1. Implementasi Pelayanan Publik dalam Pembuatan e-KTP
Menurut Poewadarminta (1990:327), implementasi berarti
pelaksana atau penerapan. Kemudian J.A.M. Maarse mengatakan bahwa
implementasi merupakan suatu upaya mencapai tujuan tujuan tertentu
dengan sarana sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.
Adapula pendapat dari Charles O. Jones, bahwa implementasi atau
penerapan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengoperasikan sebuah program.
Selanjutnya oleh George C. Edward, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi implementasi, yaitu faktor komunikasi, faktor sumber
daya, faktor sikap dan faktor struktur birokrasi.
Berdasarkan faktor–faktor tersebut, maka dapat digambarkan
Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E-KTP :
2. Faktor Komunikasi
Faktor komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari
pejabat atau instansi tertentu yang secara hierarkis berkedudukan lebih
tinggi, kepada pejabat atau instansi tertentu untuk melaksanakan
kegiatan sesuai dengan informasi yang diberikan yang dilihat dari
aspek transmisi atau pengiriman berita, aspek kejelasan dan
konsistensi.
-
45
3. Faktor Sumber Daya
Sumber daya yaitu sarana yang digunakan dalam implementasi, hal ini
dilihat dari aspek staff/personil, informasi dan fasilitas.
Sumber daya dari aparat yang melayani masih belum sepenuhnya baik
karena seharusnya sebagai aparat yang melayani taat sepenuhnya
kepada Prosedur Tetap yang telah ada, namun kenyataannya masih
menunda-nunda penyelesaian pembuatan e-KTP.
4. Faktor Sikap
Yaitu sikap dari para pelaksana dalam melayani masyarakat, dilihat
dari aspek pembagian tugas dan aspek insentif.
Sikap yang ditunjukkan oleh petugas masih menunjukkan sikap selalu
minta dihormati dan bukannya melayani masyarakat yang
membutuhkan, sehingga kebutuhan pelayanan masyarakat akan KTP
banyak sekali memakan waktu lama.
5. Faktor Struktur Birokrasi
Yaitu tatanan organisasi yang mengatur tentang pedoman kerja dan
penjabaran wilayah tanggung jawab bagi pelaksana, dan dilihat dari
aspek prosedur standar operasi dan pembagian wilayah tanggung
jawab.
Struktur birokrasi untuk pelayanan publik pembuatan e-KTP
prosesnya sangat panjang, mulai dari RT/RW ke Kelurahan lalu
Kecamatan dan seterusnya ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan
-
46
Sipil, sehingga proses untuk penyelesaian pembuatan e-KTP
memakan waktu cukup lama.
Karena sudah ada standar operasional prosedur yang berlaku, maka
pelayanan dilakukan berdasarkan standar operasional prosedur.
2. Hambatan yang dihadapi Dukcapil Kota Salatiga dalam pelayanan e KTP
Faktor penghambat dalam menerapkan standar pelayanan yang dialami
oleh bagian pelayanan e-KTP di Kantor Dukcapil Kota Salatiga adalah sebagai
berikut:
1. Faktor Masyarakat
Rendahnya pengamatan eksternal dari masyarakat. Hal ini
disebabkan karena dua hal, yaitu : pertama masyarakat belum
terbiasa mengenai peraturan pelayanan publik sehingga masih
merasa tabu dengan sistem tersebut. Kedua, masyarakat
mengetahui mengenai peraturan pelayanan publik akan tetapi tidak
memberikan masukan kepada pihak Kantor Dukcapil Kota
Salatiga.
2. Faktor Sarana dan Prasarana
Ada sejumlah kendala dalam perekaman data e-KTP di Salatiga,
misalnya perangkat lunak yaitu perangkat komputer, server data,
perekam mata dan sidik jari yang terbatas. Idealnya agar bisa
lancar, minimal ada tiga unit perangkat itu. Saat ini di setiap
kecamatan hanya memiliki dua unit saja. Sering terjadi komputer
mati karena terlalu panas, sehingga pengambilan data agak
-
47
tersendat. Selain itu, listrik juga sering padam dan ruangan tidak
ada AC10. Jarak antara proses rekaman data dan pendistribusian
pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Salatiga yang cukup
lama, menyebabkan banyaknya perubahan data konten e-KTP yang
diterima penduduk.
3. Faktor Undang Undang
a) Berkaitan dengan permasalahan pertama, belum ada petunjuk
dari pemerintah pusat perihal pergantian e-KTP yang mengalami
perubahan data tersebut. Perlu diinformasikan, telah dikirim
1.502 keping e-KTP yang harus direvisi kepada Kementrian
Dalam Negeri tapi belum mendapat tanggapan sampai sekarang.
b) Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
471.13/1826/SJ tentang pemanfaatan e-KTP dengan
menggunakan Card Reader dimana point ketiga disebutkan “
larangan unit kerja/ badan usaha atau nama lain yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat, masih
memfotocopy, menstapler dan perlakuan lainnya yang merusak
fisik e-KTP, akan dberikan sanksi sesuai perundang – undangan
yang berlaku, karena sangat merugikan masyarakat khususnya
pemilik e-KTP. Larangan menfotocopy masih simpang siur,
baik bagi pelaksana pelayanan publik maupun masyarakat
selaku pemilik e-KTP.
10 Wawancara dengan sekretaris Dukcapil Kota Salatiga, Arief Wijayanto.
-
48
c) Persiapan pelayanan e-KTP regular khususnya untuk SOP dan
SPP belum dapat dipersiapkan secara masimal karena masih
menunggu Juknis dari Pusat.
3. Bidang Administrasi Kependudukan
Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, bagian yang
melayani pembuatan e-KTP adalah bidang Administrasi Kependudukan, yang
merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi tugas dan
fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga, serta berbagai
Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk.
Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan
pembangunan sektor lain.
Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependududkan dan
peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap
kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian dan
perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu
Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan
kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status
tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
-
49
Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh
Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil.
Prosedur Administrasi Kependudukan berdasarkan UU No. 24 Tahun
2013 adalah :
a. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas
pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan
Administrasi Kependudukan.
b. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau
perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan / atau surat
Keterangan Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan
alamat serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
c. Masa berlaku e-KTP yang semula 5 tahun diubah menjadi berlaku seumur
hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam e-KTP, antara
perubahan status, perubahan nama, perubahan alamat, penambahan gelar,
perubahan jenis kelamin, baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan
diterbitkan.
d. Pencetakan dokumen/personalisasi e-KTP yang selama ini dilaksanakan
terpusat di Jakarta, tahun 2014 dan seterusnya diserahkan kepada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota, sesuai dengan amanat
pasal 8 ayat 1 huruf C UU Nomor 24 Tahun 2013.
-
50
e. Larangan untuk tidak dipungut biaya (gratis), semula hanya utnuk
penerbitan e-KTP, diubah menjadi gratis untuk penerbitan semua dokumen
kependudukan, sepanjang diurus tepat waktu, sesuai dengan UU No. 24
tahun 2013 dan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2014 tanggal 22 April tahun
2014 yaitu dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 50.000,- (lima puluh
ribu rupiah)
f. Kartu Tanda Penduduk elektronik, selanjutnya di singkat e-KTP selanjutnya
dilengkapi dengan cip yang menjadi identitas penduduk sebagai bukti diri
yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana adalah Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil.
g. Dalam e-KTP rusak atau hilang pemilik wajib lapor kepada Instansi
Pelaksana melalui Camat atau Lurah/Kepala Desa paling lambat 14 hari dan
melengkapi :
Surat kehilangan dari polsek setempat
Surat pernyataan penyebab terjadinya rusak atau hilang
h. Setiap orang yang memerintahkan dan / atau memfasilitasi dan atau
memanipulasi data kependudukan dan atau elemen data penduduk
sebagaimana dimaksud pasal 77 di pidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh
puluh lima juta rupiah).
-
51
ALUR PROSES PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (e-KTP) SECARA UMUM
Prosedur Penerbitan E-KTP
PEMOHON RT
LURAH/KADES RW
CAMATKADISPENDUK &
CAPIL
Petugas Operator melakukan verifikasi data penduduk dan perekaman pas
photo, tanda tangan, sidik jari dan iris mata penduduk di tempat pelayanan e-
KTP. Kemudian data dikirim secara online ke Data Center.
Data yang dikirim dari tempat Pelayanan e-KTP melalui pemancar
diterima dan disimpan dalam database AFIS.
Selanjutnya dilakukan proses identifikasi ketunggalan jati diri
seseorang melalui mesin dan atau manual.
Berdasarkan data tunggal dilakukan personalisasi (pencetakan dokumen
e-KTP dengan memasukkan biodata, pas photo, sidik jari dan
tanda tangan)di Kelurahan.
e-KTP yang sudah dipersonalisasi disampaikan ke Kecamatan.
Disampaikan kepada Penduduk Wajib KTP (undangan)
Verifikasi dan Aktifasi di Kecamatan masing-masing
Identifikasi tunggal
Identifikasi ganda
-
52
Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi
kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan;
meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat
melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan
menggunakan SIAK secara online dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat;
percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan
administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law
Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal
KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip;
pemberian NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011;
menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik
jari dan chip (e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara
Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk
mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.
Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan
sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam
pelaksanaannya. Pasal-pasal yang berkaitan dengan e-KTP (Perpres No. 26
tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan
perangkat lunak dan blanko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo
Permendagri No. 38 tahun 2009); pasal 6 ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode
keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); pasal 10 bahwa penerapan
e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.
top related